Kerangka Analisis METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

88 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 9 No. 2 Juni 2012, Hal. 87 - 95 4 juta m per tahun. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan bahan baku industri pulp-kertas baik domestik maupun internasional maka dibutuhkan lahan HTI yang cukup untuk menghasilkan kayu. Pemerintah telah menetapkan kebijakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp-kertas tidak lagi berasal dari hutan alam, tetapi berasal dari hutan tanaman. Dengan kebijakan tersebut pemerintah mendorong agar ada upaya untuk mempercepat pembangunan hutan tanaman industri HTI pulp sebagaimana dituangkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.101 Menhut-II2004, yang kemudian diubah dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.23 Menhut-II2005. Dengan percepatan pem- bangunan hutan tanaman tersebut diharapkan sampai dengan tahun 2009 luas hutan tanaman industri dapat mencapai 5 juta ha dengan tebangan 330.000 ha per tahun. Upaya untuk memenuhi penyediaan lahan untuk konsesi HTI menghadapi beberapa kendala, diantaranya adalah keterbatasan lahan akibat kompetisi dengan sektor lain perkebunan dan pertanian sehingga pemenuhan kebutuhan bahan baku kayu untuk industri terganggu. Oleh karenanya diperlukan solusi untuk mengatasi persoalan tersebut dimana salah satunya adalah melalui hutan rakyat. Potensi hutan rakyat di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 2.007.155,87 ha, diantaranya sekitar 523.311,96 ha 26,1 berada di Provinsi Riau Direktorat Bina Produksi Kehutanan, 2008 dan sesuai data PT RAPP terdapat sekitar 26.018,3 ha hutan rakyat kemitraan sebagai penghasil kayu pulp yang diharapkan dapat memasok 400.000 m tahun setelah 2009. Kendati secara statistik potensi pengembangan hutan rakyat kayu pulp di Riau cukup baik dari sisi permintaan dan ketersediaan lahan, namun ditemukan hambatan yaitu animo masyarakat yang masih rendah. Rendahnya animo masyarakat ini bukan disebabkan karena penguasaan teknik budidaya hutan rakyat yang rendah, namun akibat lemahnya kapasitas manajerial wirausaha dan kurangnya penguasaan penetapan skala usaha hutan rakyat. Beberapa kegiatan pembangunan hutan rakyat dengan luas yang terbatas, kemudian menemui hambatan finansial kelestarian usaha karena nilai penerimaan tidak sesuai dengan nilai pengeluaran biaya. Solusi terhadap masalah 3 3 pulp pulp tersebut cukup kompleks bahkan lebih komplek dari pada penyelesaian masalah teknis tanam menanam. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan menetapkan skala usaha hutan rakyat kayu pulp, diperlukan informasi ilmiah tentang berapa sebenarnya luas ekonomis pembangunan dan pengelolaan hutan rakyat kayu pulp yang memberikan nilai penerimaan yang layak bagi petani namun sesuai juga dengan kemampuan petani mengelola hutan rakyat kayu pulp. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui 1 pengaturan faktor produksi hutan rakyat, dan 2 luas ekonomis hutan rakyat yang dapat diusahakan petani. Penelitian dilakukan di areal hutan rakyat kemitraan Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi ditetapkan secara purposif berdasarkan pada ketersediaan lahan hutan rakyat kayu pulp, kemudahan relatif dari sisi aksesibilitas lokasi hutan rakyat dan dukungan pemerintah dan masyarakat setempat terhadap kegiatan penelitian ini. Penelitian dilakukan pada tahun 2010. Penetapan skala usaha hutan rakyat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu luas ekonomis hutan rakyat yang mampu memberikan penerimaan maksimum diatas penggunaan sumber daya tertentu, atau luas hutan rakyat yang mampu memberikan penerimaan tertentu dengan penggunaan sumberdaya minimum. Kurang tepat apabila hal ini didekati melalui persamaan optimasi matematis, namun dijelaskan melalui konsep ekonomi produksi sehingga metode analisis yang relevan yaitu dengan pendekatan ekonomi produksi. Kajian penetapan luas optimum usaha hutan rakyat diawali dengan melakukan telaah terhadap pengaturan faktor produksi meliputi lahan, kapital, teknologi, tenaga kerja, dan manajemen. Telaah ini dimaksudkan untuk memastikan bagaimana petani menggunakan sumberdaya yang ada dalam menghasilkan produk hutan rakyat.

II. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

B. Kerangka Analisis

89 Skala Ekonomis Usaha Hutan Rakyat Kayu Pulp ..... Yanto Rochmayanto dan Rahayu Supriadi Tahap berikutnya adalah melakukan peng- hitungan arus penerimaan dan biaya dalam satu daur. Pada arus kas tersebut, dapat diketahui struktur biaya dan penerimaan usaha hutan rakyat. Struktur biaya meliputi seluruh biaya yang timbul dalam usaha hutan rakyat meliputi kegiatan persemaian, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan penebangan arus keluar, . Sedangkan struktur penerimaan meliputi jumlah produksi kayu dan harga kayunya sebagai arus kas masuk . Luas ekonomis dihitung meng gunakan pendekatan titik impas atau BEP dengan kontribusi laba Handoko, 2000. BEP menggambarkan situasi dimana satuan produksi minimum harus dipenuhi agar usaha tidak rugi namun usaha tersebut juga belum memiliki keuntungan Riyanto, 1998; Ahyari, 1996. Pendekatan luas optimum didekati dari luas hutan rakyat yang dapat memberikan keuntungan yang wajar di atas titik impas bagi petani pengelola hutan rakyat, yaitu luas ekonomis pada BEP ditambah dengan keuntungan yang wajar. Tingkat kewajaran diukur dari upah minimum regional UMR atau penerimaan dari komoditas kompetitor. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder, yaitu meliputi : - biaya pembangunan hutan rakyat kayu pulp jenis yang terdiri dari biaya persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan manajemen. Sementara, data penerimaan yaitu perkiraan nilai kayu yang diperoleh dari pembangunan hutan rakyat kayu pulp jenis sebagai perkalian antara produksi kayu dan harganya. Sedangkan, data lain yaitu pajak, subsidi, dan tingkat bunga bank yang berlaku. Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi 3 pendekatan, yaitu: 1. Penilaian cepat Penilaian cepat dilakukan untuk meng- eksplorasi informasi terkini terkait hutan rakyat kayu pulp, perkembangan pem- bangunan hutan rakyat dan animo atau motivasi petani melakukan usaha hutan rakyat. Selain itu, penilaian cepat juga didesain untuk menentukan lokasi penelitian, me- ngumpulkan data sosial ekonomi masyarakat cash flow Acacia mangium cash outflow cash inflow Break Even Point cost Acacia mangium, benefit Acacia mangium Rapid appraisal

C. Metode Pengumpulan Data