Kombinasi perendaman dalam natrium hidroksida dan aplikasi kitin deasetilase terhadap kitin kulit udang untuk menghasilkan kitosan dengan berat molekul rendah

(1)

KOMB1NASI PERENDAMAN DALAM NATRIUM HIDROKSIDA DAN

APLIKASI KITIN DEASETILASE TERHADAP KITIN KULIT UDANG

UNTUK MENGHASILKAN KITOSAN DENGAN BERAT MOLEKUL

RENDAH

(Combination cf Soaking in Sodium Hydroxide and Chithin Deacetylase Apphcution on

Shrimp Chit in in Producing Low Molecular Weight Chitosan

Aswita Emmawati

1

, Betty Sri Laksmi Jeni

2

, Yusro Nuri Fawzya

3

I) Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Teknologi Hasil Pertanian,

Fakuilas Pertanian UniversitasMulawarman, JL Tanah Grogot Kampus Gunug Kelua

Samarinda 75123. 2)

Fakultas Teknologi Pertanian Instuut Pertanian Bogor, 3) Pusat Riset Pengolahan Produk

dan Sosiai Kkonomi Kelautann dan Perikanan Jakarta

Recieved 10 July 2007 accepted 27 July 2007

ABSTRACT

Thermostable chitin deacetylase produced by Bacillus K29-14 was used to produce

chitosan from shrimp chitin. Chemical treatment before the enzyme application on chitin

was conducted by soaking it in

60 %

NaOH solution, which led chitin to swell and change

the crystalline structure in order to allow the enzyme to penetrate and deacetylate it. The

enzyme had performed high deacetylation degree (72-99 %) following soaking at 60-75 °C

for 60-130 min. and then incubating with the enzyme at 55°C for 24 hours Deacetylation

degree increased when soaking temperature in NaOH was increased or soaking time in

NaOH was lenght, as well as by addition of enzyme. The chitosan had low molecular weight

and viscosity, indicated that depolymerization was occured, so that resulted oligomer

chitosan.

Keywords: chitin, chitosan, chitosan oligosaccharide, chitin deacetylase

PENDAHULUAN

Kitin merupakan polimer terbanyak kedua di alam, setelah selulosa. Secara luas, kitin

terdapat sebagai komponen eksoskeleton

Crustacea

(seperti udang dan kepiring),

Mo/lusca,

serangga, arthropoda, cacing, dan dinding sel fungi. Kitin bersifat tidak ianit air dan hanya

dapat lanit pada asam pekat, sehingga sulit diaplikasikan untuk berbagai keperluan praktis.

Deasetilasi kitin akan menghasilkan kitosan, yang dapat larut dalam asam encer, dan

dalam bentuk oligomernya, dapat larut air. Pemanfaatan kitosan sangat luas, sebagai

antibakteri,

edible coating,

film yang mudah terurai

(biodegradable),

untuk penyulingan air,

penjemihan dan deasidifikasi sari buah, peng-emulsi, pengental,. penstabil, dan untuk

enkap-sulasi. Kitosan juga dapat berfungsi sebagai serat makanan, menurunkan kadar kolestcrol dan

absorpsi lipid scrta sebagai prebiotik (Shahidi

et ah,

1999).


(2)

KOMBLNASI PERENDAMAN DALAM

NATRCUM

HIDROKSIDA DAN

APLIKASl KITIN DEASETILASE TERHADAP KITIN

KULIT

UDANG

UNTUK MENGHASILKAN KITOSAN DENGAN

BERAT

MOLEKUL

RENDAH

I

'omhinu f ion of Soaktng in

Sodium

Hydruxrdc und Chrt

m

Deocefylu.se Applt cut ion

on

Shrimp C:l7itin In Produutng I,o w Illoiecu/ur We~ght C'Iliio.vun

Aswita ~ m m a w a t i ' , Betty Sri Laksmi ~enie', Yusro huri ~ a w z ~ a ~ I ) l~boratorr trm M~krobioloKi Prop-am Sf~rd~ lbkrwlop Has11 Per fur IIUI 1, I~ukultu.~ Perta~riui~

Ilt~iversrla.~ M;~Iawurmarr, JI. Iuttah <;rr>go~ Kaqnr.7 h t ~ u r r p ~ I I I L I .krmurttwh 751 23. 2) E'crkttltas 7ektrolup' Perr~urrutr I J I . T I I ~ I I ~ I'erlutltarr U o ~ u r , 3) I'II,WI

HI

W I Peir~oluhut~ Prrdrik

dufr &.FIR/ M r l r l o r n t Kelarrtur; dun Perikurml Jukurru

Recievd 10 July 2007 accepted 27 July 2007

ABSTRACT

Thermostable chit in deacetylase produced by Bacillus K29-14 was used to produce chitosan from s h m p chitin. Chemical treatment before the enzyme application on chitin

was conducted by soaking it in 60 % NaOH solution, which led chirin to swell and change the crystalline structure in order to allow the enzyme to penetrzne and deacetylate it. The

enzyme had performed high deacetylation degree (72-99 %) foliowng s o k i n g at 60-75 O C

for 60-180 min. and then incubating with the enzyme at 5 5 "C for 24 hours Deacetyiation degree increased when soaking temperature in NaOH was increased or soaking time in NaOH was lenght, as well as by ddition of enzyme. The chitosan had low molecular

weight and viscosity, indicated that deplymerization was o a r e d , so that resulled

oliyomer chitosan.

Keyword: chit~t~, chtio.wt~, chilo.w~r oligosaccharrde. chrrrrt &acer).Iasf

PENDAHULUAN Produksi kirosm dilakukan di industri Kitin merupakan polimer terbanyak

kedua

dt

dam,

setelah

selulosa. Secara has, kirin terdapat sebagai komponen eksoske- leton Crusracea (seperti udang dm kepiting),

Mollusco, serangga, arthropods, cacing, clan dinding sel fungi. Kit in bersifat tidak larut air dm hanya &pat larut pada ssam pekat

sehingga sulit diaplikasikan untuk berbagai keperl uan p d i i s .

Deasetilasi kitin akan menghasilkan kitosan, yang dapat larut dalam asarn encer,

dan

dalam bentuk oligornerny& dapat farut air. Pemanfaatan kitosan sangat luas, sebegai antibakteri, edthle caaring, film yang rnudah terurai (biodegradable), untuk penyulingan air, penjemihm dm deasidifikasi sari

buah,

peng-emuhi, pengental, penstabil,

d m

untuk

eiikap-sulasi. Kitom juga dapat

berfungsi

sebagai serat makanan, menunrnkw kadar kole:terol

dan

absorpsi lipid serta sebagai prebiotik (Shahidi et al., 199).

secara ! m o h m i a menggunakan alkali kuat pada s k u tinggi. Hasil

dari

proses ini belum sepenuhnya memuaskan sebab kuaalitas

h

to-

san yang dihasilkan rnasih beragam dalam berat molekd, viskosi tas dan derajar deasetilasi. Selain ity proses termokima juga membutuh-kan energi dalarn jurnlah besar untuli rnenghasilkan dan rnempert ahan-

kan

suhu tinggi smta menghasilkan limbah dan produk samping berupa

alkali

dengan konsentnsi tingg yanp berpotensi toksik bagi lingkungan.

Sebagai airematif, proses deasetilasi dapat dilakukan secara en t i m a t i s mengguna-

kan

kitin deasetilase (CDA). EnzLz ini di temukan pada bakteri, kapang,

kamir,

cacing dan serangga yang manpunyai kandungan b r o m di hnding sel atau

di

eksoskeletonnya Proses enzimatis diharap- kan &an lebih mudah hkendalikan, lebih efisien, s p i fik dan meminimal kan praduk samping. Sejurnlah penelitian telah dllakukan

mengisolasi, n~ernpurifikasi

dan

meng-

karakterisasi kitin deasetilase dari sejurnlah mikroba. Aplikasi enzim ini berbagai jmis dan liondisi substrat memkikan

beragam

belurn memuaskan I'sigos al., 1.

Lntuk memperbaiki kualrtas kirosan

dl kari melalui enzimatis, dildukan pemberian perlakuan

substrat

mudah berpenetrasi dan beraksi substrat. Bebenpa perlakuan telah diberikan adalah inkubasi

asam dalarn wakb n~enyerupai terrnokirnia swara komersid, perlakuan fisik w~erti

pernapran tekanan

penggilingan. Perlakuan awai

substrat meng-

hasilkan berkualitas derajat deasetilasi Iebih demihan perlakuan sufii dm tekanan tinggi, sementara pengurangar

ukuran seperti penggi-lingan sejauh ini tidal mernbenkan h a i l memuaskan (Kolo. dziejska er at., 2000; Mukherjee,

BAHAN METODE

Kultur Media

Produksi enzim dilakukan dengar menggunakan kultur K29- 14 yani diperoleh Laboratorium Mikrobiolog clan Biokimia, Pusat Penelitian Bioteknolog IPB, memproduksi enzim secari "C, 8,O (Rahayu prduksi enzim mengacu komposisi media d k Sakai (1998), yaib

(NH&S04 %. K2HP04 0,1 %, NaCl 0.

O h , MgSOJ.7HZ0 0.01 %, ekstrak khami

0,05 bakto crypton

O,l

koloidal kh~ti~

%, ditambah % kitin dari

punggung

Substrat

Kltirl diperoleh Dina

Peri Cirebon, Barat. Koloid

k ~ t i n dm kitin pracrrcal ( S i p Chemical

demean

metode

da:

Solotnon (1986). GlikoI kitin

dru

kitom (Sigma

Cherniml

denga metode Trudel dan Asselin


(3)

M

NATRlUM HIDROKSIDA

WJADAP KITIN

KULIT

.N

BERAT MOLEKllL

1 I#

e rind C.'h rt rn IIeuc ~1)-/use Applicu f Moleculur 1Z.'rt,y/71 C :hr tu,~un

:epted 7607

K29- uscd

tioa led ro

dmcetylate

folbwiny 'C

.yme O C Deacetylation

nzyme. chitosan had

:rimtion o a r e d ,

Prduksi kitosan industri xara ? m o h ~ a alkali uat ada sthu tinw Hasil ini belum

venuhnya memuaskan

sebab

kuali tas kito- in dihasikan beragam

mt molekul viskositas dan derajat

mtiiasi. Selain iiq termokimia Iga membutuh-kan dalarn jurnlah

mr untuk rnenghasilkan dan mernpertahan- UI serra menghasilkan limbah

~n produk sarnping berupa dengan

~nxntrasi berpotensi igi lingkungan.

Sebagai allematif, deasetilasi ipat ditakulian enzirnaris mengguna-

m deasetilase E m n ini

temukan baktai, kapang, kamir, cing dan scrangga mempunyai ndungan htosan dinding sel

soskeletonnya enzimatis diharap- akan mudah d k e n d a l i k ~ sien, s p i f i l , dan memini~nalkan produk

Seiumlah penelitim hlakukan

un

tuk mengisolasi, rnernpurifikasi

dan

meng- karaktmisasi kitin deasetilase dari sejumlah mikroba. Aplikasi enzim ini pada berbagai jenis dan kondisi substrat masih memberikan hail yang beragam dengan parameter hasil yang belum memuaskan (Tsigos er ul.,

2000).

Untuk mernperbaiki kualitas kitowl

yang dihasilkarl rnelalui proses enzimatis, dilakukan pemherian perlakuiul awal

terhadap substrat agar entirn dapat lebih mudah berpenetmsi dan beraksi pada substrat. Beberapa perlakuan awal yang telah dibenkan adalah berupa inkubasi awal dengan alkali atau asam kuat dalam waktu lama, yang menyerupai proses tennokimia secara komersial, atau perlakuan fisik seyerti perrlaparan pada suhu tinggi, tekanan tinggi,

atau proses penggilingan. Perlakuan awal terhadap substrat secara kimia dapat m a g - hasilkan kitosan berkualitas lebih baik dengan derajat deasetilasi yang

lebib

tinggi,

demiluan pula perlakuan awal deagan d u

dan tekanan tinggi, sementara pengurangan ukuran seperti penggi-lingan sejauh ini

tidak

rnembenkan

hasil

yang memuaskan (Kolo-

dziejska

et a!., 2000; Mukherjee, 2002).

BAHAN DAN METODE Kultur dan Media

Produksi enzim dilakukan dengan menggunakan kultur Rocillus K29- 14 yang diperoleh

dari

Laboratarium Mikrobiologi

d m

Biokirnia, Pusat Penelitian Biatehobg

IPB, yang memproduksi e n z h secara

optimal pada suhu 55 "C, pH 8,O (Rahayu, 2000). Media produksi enrjm mengacu pada kompos~s~ media dari Sakai (1998), yaitu (NKhSOj 0,7 %,

K2HP04

0,l

Yo,

NaCl 0,1 %. MgS0,.7H20 0,01 %. ekstrak Wlamir 0,05 %, bakto w t o n 0,l %, koloidal khitin 0,5 %, ditarnbah dengan 1 % kitin dari kulit

P w W w

udmg.

Substrat

k t i n kulit udang diperoleh dari Dinas Perikanan Cirebon, Jawa Barat. Koloidal kitin dibuat dari kitin prac~ical grade (Sigma

Chemial Co) denpan rnetode Arnold clan Solomon ( 1986). Glikol kitin dibuat

dan

glikol

krtosan (Sigma Chemical Co)

dengan

metode Trudel dm Asselin (1989).

Pereabi Kimia

S

tandar Bovine Serum Albumin (BS A), glihol lulosan dan standar glukosmin d~peroleh dari Sigma Chemical Co. Indol,

HCI dan bahan-bahan kimia lain yang

d~gunakan dalarn produksi dan penentuan At] wtas enzi~n diperoleh dan Merck.

Produksi Kitin Deasetilase

Lultur bakteri di fementasi dalan media produksi enzim selama 2 hari pada 5 5 "C. Enzlm dipanen dengan cara sentrifu- gasi pada 8000 rpm selama 15 menit pada

s u h u 4 "C untuk mcrnisahkan dari sel bakteri dan sisa media. Ke dalam supematan ditam-

bahkan amoniurn sul fat sampai kejenuhan

80 % sambil distirrer. Campuran diendapkan semalarn pada subu 4

"C

laIu disentrihgasi pada 8000 rpm selama 15 menit. Filtrat dilarutkan dalam 0,02 M buffer b r a t

pH

8 dan dishpan pa& suhu 4 "C. Kadar protein enzim diuji dengan metode Lowry (Cope- land, 2000) menggunakan standar BSA dan aktivitas enzirn ditenrukan dengan metode Tokuyasu (1996).

Perendaman dalam NaOH

60

%

Tepung lutin direndarn dalarn NaOH

b0 ?G (I110 wlw) pada berbagaj, suhu dm waktu. Perendaman dilakukan pada suhu 60

dan 75 "C. Pada suhu 60 "C, waktu peren- darnan kitin

adalah

60, 90, 120 dan 180

menrt sedangkan pada s ~ h u 75 "C, waktu perendaman &ah 30 dm 60 menit. Kitin yang telah direndam

dibilas

dengan air sampai pH netral dan dkeringkan pada suhu

60 OC %lama 1 malam kemudian ditentukan

derajat deasetilasinya. Deasetilasi enzimstis

Kitin hasil perendaman dengan NaOH 60 % dilarutkan dalam asam asetat 0 , l M . Sejurnlah 10 mL larutan diinkubasi dengm

10, 20 dm 30

mU

ekstrak enzim selama

24 jam. ECltin yang tldak larut disarirlg dan htimbang. 3 t o s m yang dhsilkan dimalisis derajat dmetilasi, viskositas dan berat mole- kul. Derajat deasetilasl ditenhlkan dengan

F~rsl l?eriva/rve Uf (FDUV) Absor-bance

(Muzzarelli, 1997) menggunakan spektro-

meter Perkin Elmer Lambda 25 UVIVIS. Viskosjtas ditentukan dengan

Ubbelohde

dilui~on vrscomerer dengan pelarut asam asetat O,1

M

/ sodium asetat 0.2 5

M

dan berat


(4)

molekul ditentukan dan viskositas intrinsik dengan permaan Mark-Houwink (Hwmg,

1997).

HASIL

DAN

PEMBAHASAN Deasetilasi Kirnia

P a d a m a n dalam lamtan NaOH

bertuj uan untuk mengubah kon fomasi kris- taljn kitin yang rapat sehingga enzim lebih mudah berpenetrasi untuk mendeasetilasi polirner kitin (Martinou er ol., 1995). Akan tetapi perendarnan dalam NaOH akan me- ningkatkan derajat deasetilasi dan mengaki- batkan terjadinya depolini~~ isasi.

Oleh

kare- na itu perendaman dilakukan pada suhu yang tidak terlaIu tingg~ dan waktu yang singkat.

Konsentrasi NaOH yang digunakan

adalah 60 %. Kansentrasi NaOH akan mem-

pengandu laju dmctilasi. Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan, laju deasetilasi akan sernakin cepat. Akan tetapi

konsenuasi NaOH yang tinggi juga akan meningka~kan laju depolimerisasi

(No

dan

M y e r , 1997). Chang el a1 (1997) menemu-

km bahwa laju deasetilasi optimum akan diperoleh jika konsentrasi NaOH yang

digunakan sebesar 60 %. Konsentrasi GO %

juga maghasilkan

deasetilasi

lebih balk jika deasetilasi akan dilakukan pada suhu y ang rendah.

Perendaman dalam alkali dilakukan terhadap sarnpel kitin ddam bentuk tepung. Penepungan dilakukan agar proses deasetilasi dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna, karena semakin luasnya p m u k a a n yang dapat &akses oleh larutan alkali

(No

dan

M

eyers, 1 997). Deasetilasi akan berlangsung mulai

dari

permu-kaan kim lalu rnemasuki wilayah amorf clan ki tin clan S a r a bertahap deasetilasi ter~ad~ sampai ke wilayah kristalin

kitin (Chang ef al., 1 997).

Rasio larutan NaOH terhadap

kr

tin

yang hgunakan

adalah

sebesar 1: 10 blv. Menurut No dan Meyer ( 1 9971, rsio 1 : 10

maghasilkan peni ngkatan laju deasetilasi lebh cepat, akan tetapi Chang el 01 (1W7)

rnenyatakan bahwa pengaruh rasio larutan NaOH terhadap lcltin tidak signifikan pada laju deasetilasi .

h j a t deasetilasi menunjukkan peningkatan dengan rneningkatny~ suhu dm waktu perendarnan (Takl 1). Peningkatan

derajat deasetilasi yang signifikpu~ terjadi setelah perendarnan selama 180 menit pada 60 "C (97,O %) dm 60 menit pada 75 "C

(96,O 96). Hasil serupa juga diperoleh oleh Kolodnejska er al. (2000) yang rnenyatakan derajat deasetilasi produk kitosannya yang direndam dengan NaOH 50 % pada suhu 60 "C selarna 90 menit adalah 6 s % dan 76 %

untuk perendaman selama 180 menit. Perbe-

daan

ini mungkin karma konse~itrasi NaOH

yang digunakan lebih rendah ( 5 0 %) dan

metode pengukura~ yang berbeda, yaitu

menggunakan ti trasi potcnsio-metri. Kondisi awal kitin, seperti derajat deasctilasi awal- nyq juga berpengmh terhadap perbedaan derajat deasetilasi akhir. Dalam ha1 ini, t~dak disebutkan kond~si awal kitin yang digu-

nakan, snnentara dalam penelitian ini. digunakan kitin dengan derajat deasetilasi awal sud& cukup besar, yaitu 42,2 %.

Deasetilasi Enzirnatis

Setelah dicuci dm dikeringkan, kito- san pasca perlakuan kimia dilarutkan dalam asam =tat dengan konsentrasi 1 % kitosan ddam 0, I h.1

asam

asetat. Nilai pH larutan

htosaii iai dibuat menjad 6 dengan penam-

hahan 0,25

M sodium

asetat. Selanjutnya larutan inilah yang akan diinkubasi bersarna enzirr!

Penambahan 0,25 M sodium asetat

diper-lukan untuk peningkatan pH larutan. Larutan kitosan

dalarn

0,l M asam asetat akan rnemiliki pH di sekitar 4, sementara kebanyakan protein a k a mengendap pada pH 4, demikian juga CDA yang digunakan dalam penelitian ini. Peningkatan pH juga diperlukan agar enzirn dapat bekerja lebih a h f . Peningkatan pH hanya diusahakan sarnpai pH 6 walaupun CDA y ang digunakan bekerja optimum pada pH 8, karena pH 6

merupakan pH optimum kelarutan kitosan. Pada pH yang lebih tinggi, kitosan yang telah dilarutkan akan mengendap

kernbali.

Penam-

bahan sodium asetat drketal~ui tidak meng-

harnbat aktivitas CDA

dan

Bacillus K29-14

dm pada pH 6, CDA

dari

Bacillus K29- 14

rnasih cukup aktif (Rahalu, 2000).

Deasetilasi enzimalis dilakukan terha- dap larutan kitosan b d a n tepung kttosan.

Dalrun bentuk larutan, deasetilasi akan ber-

1angsu;:g lebih mudall reaksi akan terjadi lebih ho~nogen di setiap baglan larutan

karena kelarutan seragam. Koldjzi- el al. (2000) melakukan deaseti- lasi enzimatis rerhadap kitinlkitosan dalam bentuk larutan mencapai derajat deaxt~lasi %. Sebaliknya,

enzirnat~s kltin &lam

tal~n dan amorf sedikit meningkatkan derqjat y a m rnas~ng-masing

dm 9,s % asal M. rowcir

(Martlnou el ol., 1995) 0,s dan % asal C. irndcmurhlanunr (Tsigos dan Bouriotis, 1995). Benruk

rapat sehingga

berpcnetrasi kitin. Bentuk amorf renggang memugkinkan reaksi enzim

deasetilasinya rendah.

Emhn merupa-

kan hasil pengendapan Jumlah d~tarn-bahkan 10: dan m u

10 mi 1 % larutan Kolodjziejska el 01. rnenggunakan m u per mL

larutan kitosan, berupa eksb-ak

kasar.

dasetilasi emmatis meni ng-

katkan 5 -3 %, tergantung deasetilasi (Tabel 1). Semakin tingg deasetilasi

semakin kecil peningkatan derajat d m t i l a s i t c r j d . Derajat deasetllasi atas 90 %

dapar d q w sampel deraJat deasetilasi di atas %

Tablrl. Ducrtyhtion d e g m

hydroxide of 9 cbitin dmcetytasc from BQI

'A Temo CC) Time (rnin.)

Perat Molekul

Nilai dinyatakan dalam spesifik.

dan

inh-insik. fik ditentukan mern-


(5)

S ' L 6 1 '86 1 -66 0.96 09

L ' L L 6'CL 8 . U 8'9s OE SL

6'66 9'86 t 86 O L6 08 1

.oh S L WE ~p ~EME !m[yamp w r w p

ue8uap l a d m e p ~ d @mp lwdq ellmy % 06 ssle

!p

~selpaseap IE@JW . r p f i a l 8mA

rsaplasmp i+ap ueley%u~ad p a y u q u m ~

'~IZMB 1mIqaS8ap 1~@mp

q u q

~ E W S

4 1 1qQ.l) pfie !=lq-P

IECUP

~ p ~ d

%rn=%w

'o/, 05-s !SaIymap i~Ce~ap w y v q

-8Il!USUl S!JEUI!ZUa lW[!Jmp SaSOld

-Rmy qwsya t a d q qmul

BueA

' m o t 3 rrelnre~ ?m

r

Jad

nm

09 u e > l s ~ ~ ~ w ~ (0002) 'lo

la eysra!zrpoloy . m o ~ ! q W ~ % I I p 01 lad

nu

OE lmP 0 t '01

vwe

~ w q - - l ! P

BmIZ qqurnr .jej~ns uedepua%uad l!seq my

-edruaw m ~ u " 9 ! p BmA

va3

-yzpual q~seru 83nT aXu!se~!laseap ieCe~ap wyFuay tdrr~a; !S-J Wun mryu!$lmwur qlqa( SutrSual ylqq %mlC

pours qnluaa .uu!y WIEP ay t w * q

tdq ynlun ui!zua !3trq u p s a%u!qas 1 ~ d ~ 1 r1!9a[ ulleB!q WuW -(5661 'SYoFoa

s o @ s ~ ) runuot 41 r~ru;lpurl *3 ~ESE

v(--J

3 m8uap

% E'P

"P

5'0 euas (5661 "lo noulwty)

!i.mo~ -W [ese

va3

us8uap % 5'6 m p 5'0 gu!seur-%u!mru nl!eiC '!se(qasmp i ~ @ ~ a p

mq$ey%utuam ~!ypcx e h y p o w w p u ~ p ) -s!q y n w q u r e ~ ~ p ug!y depeqlai sqeur~zua

!sqy-p %Au~!leqas '% 6 - 3 8 !sel!lmap le!iimp iedemaur i e d q

mm[

ywwq m@p molryluy~y d ~ q ~ a i ye- !se[

-9map ueynyeraur

3mA (0002) ' 1 ~ ra eysra -uT~oloy -w%m %mil wlwlaq euamy


(6)

Nilai viskositas intrinsik dapat

menunjukkan

secara

lebih jelas pengaruh

perlakuan

kimia

dan enzimatis daripada viskositas spesifik dm kinematik. Viskositas intrinsik menunjukkan kemampuan polimer untuk meningkatkan viskositas lamtan. Viskositas intrinsik diperoleh d m kurva qSdC yang diekstrapolasi hingga C mende- kati 0, sehingga ~neniadakan p e n g d

konsentrasi (Hwang el ol., 1997). N i b

konsentrasi larutan kitosan yang sangat rnempengaruhi viskositas spesi

fik

dan kinernatik tidak berpengaruh pada viskosi tas i n ~ i n s i k .

Untuk mengamat i hubungan antara perlak-ELII perendaman dengan NaOH terhadap viskositas

dan

h a t molekul, dipilih dua sampel yai tu kitosan hasil perendaman pada suhu 60 "C dengan waktu 90 dan 180 menit. Kedua sampel dipilih karena derajat deasetilasi yang tinggi (di atas 80 %) dan

adanya perbedaan yang signi fikan antara k t duanya dalam hal derajat deasetilasi dan keI arutan .

Nilai iskczitas

inttinsik

akan

meningkat dengan semakin tingginya daajai

deasetilasi

(Tabel 2).

Nilai

viskositas inbin- sik dipengaruhi

oleh

derajat deasetilasi, k ~ n s e n n a s i ~ ' h a t molekul, kekuatan ion, pH

dan

suhu

saat pengukurm (Dunn el a!.,

1997). Wang (199 1) menunjukkan bahwa pada kitosan dengan berat molekul sarna, viskositas intrinsik akan meningkat dengan meningkatny a derajat deasetilasi. Diduga ha1 ini berhubungan dengan efek kitosan yang bersifat sebagai polielektrolit dalarn lanrtan. htosan merupakan polikation yang di dalan

larutan &an bertindak sebagai polielektrolit. Muatan positif kitosan berasal d a r ~ residu

arninany a. Sernaktn tinggi deraj at deasetilasi, residu amina semalun banyak, muatan positif kitosan juga akan semakin banyak. Di dalarn larutan, tinggnya muatan positif &an

menghasilkan gaya tolak menolak, ymg akan rne~nbuat polher lutosan yang sebelumnya berbentuk gulmgan, membuka menjadi rantai l m s . Sebagai Abatnya, viskositas

larutan akan meningkat.

Viskositas intrinsik akan meningkat dengan meningkamya berat molekul (Tabel 2). Berat molekul berhubungan dengan derajat polirnerisasi. Polimer rantai lurus seperti

kitosan akan menunjukkan pening-katan densitas ji ka derajat polirnerisasi bertarnbah. Dengan derni kian, viskositas intrinsk j uga

&an meningkat. Wang er al. (1991) menunjukkan hubungan linier antara nilai log viskositas intrinslk dengan

nilai

log berat molekul, untuk larutan lutosan dengan derajat deasetilasi sarna.

Tabtt 2. Chnctcristic of chitosan produced by combination of chemical and enzymatic

deacetylation

Chemical deacetylalioo After e q m a t a deacetylation chemical deacetylation following

Condition hcetylation Intrinsic Mol. Weigh Deacet? lathon Inninsic Mot. Weight

d e q e visctlsity (s lo3 Da) degree (%) viscosity (x 1

o3

Da)

Soaking in NaQH of 60 % 80.3 % 31.7 d g-l 45.26 88.5 % 3.6 rnL g-' 4.25

at 60 "C for 90 mio.

SuakinginNaOHofM)% 97.0% 3 5 5 . 6 m ~ ~ " 615.73 98.2% 11.4mLg1 15.09 at 60 OC for 180 min.

P!c:e: Enqmatic deaEetylaliw by 10 mu of chitin hcetylaiion for 22 h

Deasetilasi enzimatis meningkatkan yang juga menurun selama deasetilasi derajat dmetilasi kitosan tetapi menurunkan enzimatis.

viskositas intrinsik (Tabel 2). Penurunan P e n m a n viskosiras setelah deaseti- viskositas hanya rnungkin terjadi

jika

selama

lasi enzimatis juga dilaporkan oleh inkubasi dengan

enzim

terjadi

dw&i

Kolodziej ska er al. (2000). Viskositas larutan rantai polher atau depolimerisasi. Dugaan htosan menurun sebesar satu log setelah ini ddionfirn~asi oleh nilai berat molekul initubasi dengan enzim

selama

16 jam. Akan

tetapi Kolodziejska el al. (2000) tidak

penen tuan berat sehing- ga @at lakukan pembandingan. Depolimerisasi karena adanya enzirn- enzi pendegradasi itin dan

di dalam ekstrak

dan

Boc11lu.s K29- 14. Rahayu telah mmgisolasi kitinase Racillu,~ K29-14

selan dm juga

I;] tosanase.

Penggunaan telah

dimurnikm hanya berisi

terjadinya depolimerisasi dan

dan berat molekd Penelitian ini han !a pemurnian

pengendapan menggunakan arnonium sul

Dalam ini adalah

pengendapan semua

dan komponen

dal ekstrak kasar terendapkan.

Lntuk memisahkan enzim-enzim

harus drlakukan langkah pemur- nian h lanjuc sepem kromatografi atau elektroforesis. Fraksi mempunyai aktivitas tertinggi &pat

dtaplikasikan deasetilasi endmatis

kitin

Variasi waktu

dan

perendaman alkali tedmhp kitin dapat menghasilkan

h

tosan deaseti

berkda-beda dpilth &an

rergan tung tujud apli k a s ~ tosan. h,iasing-masing bentuk aplikasi membutuh-

kan kard-teristik

berbda-beda. Kitosan

dari

%,

dan

berat molehul rendah dibutuhkan sebagai

A-teri, antioksidan, clan

~nmrunoenhoncrng. Untuk aplikasi

sebagai

mem pengemas dibutuhkan

dengan derajat

d d l a s i

sekitar dan

h a t

Peneli tian ini rnenghasi lkan

herat rendah. B e h a p a penelitian rnenunjukkan bahwa kito&

berat rendah mempunyai besar antibakteri, anti-

antidiabetes, hipakolesterolemik anti- demiluan rr~anpunyai mapfaat Sesar daplikasikan d a l m pengolahan pangan hasil


(7)

( ) menunjukkan bahwa pada

kitosan

dengan berat malekul sarna, meningkatnya D~duga ha1 berhubungan efek ljrosar~ yang bersr polielektroli I ddam larutan. htosan merupakan poljkation dalarn

larutan bertindak

Muatan positif dari

aminanya. Semakin tingg~

arnina semakin banyak, muatan positif lutosanJuga &an w n a h n banyak. Di dalam larutan, tingginya muatan positif &an

menghasilkan rolak mcnolak, yang membuat polimer sebelumnya berbentuk gulungan, membuka menjadi rantai lunrs. Sebagai akibablya, viskosirs lamtan &an rneningkat.

intrinsik meningkar dengan meningkatnya berat (Tabel Berat

dengm polunerisasi. Polimer rantai l urus

kitosan menmjukkan pening-katan densitas jika polimerisasi bertambah.

Dengan demikian, inmnsik

&an

Wang 01.

nenunjukkan bubungan 1 inier antara nilai iskositas intrinslk dengan niIai berat nolekd, untuk larutan kitosan

laajat daSehIasi sarna. chemical

-

chemical deacctylat~on --

- Charac~ms~rc

MoI. Wkght Dcacetylation Intrins~c Mol Wchght (x 10' Da) dtgrec (%) viscwlty (x 10' Da)

-

mL g"

mg juga menurun selama uirnalis.

Penurunan setelah deaseti- enzimahs juga dilaporkan oleh olodaejska ef al. larutan

t o m menurun

sebesar

satu setelah Kubasi enzim xlarna ~ k a n

Kolohejska er al.

Aswita E m m m t i et a[ Codination .fSm&.lng in Sodium H$roqdt? a m f ~ f t i f 1rt Deacetyl;rse3pp6

melakdan p e n m a n berat molekul sehing- ga tidak dapat dilakukan pembandingan.

Depolimuisasi diduga

karma

adanya enzirn-

enzim pendegradasi kitin dan kitosan yang

lain di dalam ekstrak enzim CDA

dan

Aacrllus K29- 1 4. Raha~u (2000) telah mengisolasi kitinase dari Hacrllu,~ K29-14

selain CDA dan mungkin juga terdapat

kitosanase.

Penggunaan enzim yang telah dimurnikan sehingga hanya berisi CDA &an dapat meminitnkan terjadinya depolimerisasi dan menghasilkan kitosan dengan viskositas dan berat molekul lebih tinggi. Penelitian lni hanya melakukan pemurnian CDA dengan pengendapan menggunakan amonium sulfat.

Dalam proses ini yang terjadi adalah

pengendapan prolein, sehingga semua enzirn

dan

komponen protein lain yang terdapat dalarn eksrtak kasar enzim akan terendapkan. Untuk memisahkan CDA dan enzirn-enzim yang lain, harus

dilakukan

langkah pernur-

nlan lebi h lanjut, seperti dengan krornatografr atau dengan elekwoforesis. Fraksi yang mempunyai aktivitas CDA tertinggi dapat diapl ikasikan untuk

deasetilasi

enzimatis kitin.

Variasi waktu

dm lama

perendaman alkali terhadap

kitin

&pat menghasilkan htasan dengan derajat deasetilasi yang

berbeda-be&. Proses yang hpillh &an tergantung pada tuju-iul aplikasi kitosan. Masing-mrtsing

bentuk

aplikasi membutuh- kan htosan dengan karaheristik y a w berkh-beda. Kitosan dengan derajat deasetilasi tinggi,

lebih

dari 85 %, dan berat

molelad

rendah

dibutuhkan sebagai anti-

bA-eri,

antifungi, antiaksidan, antitumor dm

imniunoenhancing. Untuk aplikasi sebagai

membran dan pengemas dibutuhkan kitosan

KESLMPULAN

Kombinasi deasetilasi kimia dan

enzirnatis akan meningkatkan derajat

deasetilasi kitosan lebih tinggi daripada

pwlakuan kitnia saja. Deasetilasi kimia menlngkatkan derajat deasetilasi sebesa 6- 55 %. Kombinasi deasetilasi kimia dan enzimatis akan meningkatkan dera-iat deaseti-

lasi

16-58 %. Produk kitosan yang dihasilkan mempunyai derajat deasetilasi 77-99 %, viskositas intrinsik 3,6-1 1,4

mL

g'

dan berat molekul 4,2x103-1 1,1xl0~ Da.

UCAPAN T E R M A KASIH

Terima kasih disarnpaikar! kepada Pusat Riset Pengolahan

Produk

dan

Sosial

Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jakarta atas bantuan dana dan fasilitas szlama penditian.

DAFTAR PUSTAKA

Arnold LD, Solomon NA (1966) Manual of Industrial Microbiology

dan

Biotech- nology.

Am

Society for Microbial. Chang

KLB,

Tsai G, Lee J, Fu W (1997)

Heterogenous N-deacetylation of

chi-

tin

in alkaline salution. Carbohydr Res

303: 327-332.

Copeland RA (2000) Methods for Protein Analysis: A Practical Guide to Labo- ratory Protocols.

Chapman

and Hall,

New

York.

Dunn ET,

Grandmaison

EW, Goom MFA (1997) Aplications

and

properties

of

chitosan. Dulam: G m ~ n MFA (ed) Applications of Chltin

and

Chitosan. Technomic Pub1

Co

Inc, Basel.

.

-

dengan derajat deaseiilasi sehta 70 % d m H-g J, Hang

S,

h n

C (1997) Effect of berat molekul tinggi. molecular weight and NaCl

concen-

Penelitian

ini menghasi

lkan

ki

tosan tration on dilute solution properties of dengan berat molekul rendah. B e m a

chitosan.

J Food Sci Nutr, 2: 1-5.

tian rnenunjukkan bahwa kitosan

drnem bcrar molckul mmpunYai K01~'icjska 1, Wojrasz-Pajak A, Ogonowr- potensi lebi h besar sebagai anti bakteri, anti-

ka

G , Sikorsh ZE (2000) Deacetyla-

fungi. antidiabetes, hipokolestmlemik anti- tion of clutin

in

a two-stage chemical

olisidan atau antitumor, dengan demikian and enzymatic process. Bul Sea akan mzrnpunyai

mapfaat

lebih k s a r untuk Fisheries lnst 2(150): 15-24.


(1)

M

NATRlUM HIDROKSIDA

WJADAP KITIN

KULIT

.N

BERAT MOLEKllL

1 I#

e rind C.'h rt rn IIeuc ~1)-/use Applicu f Moleculur 1Z.'rt,y/71 C :hr tu,~un

:epted 7607

K29- uscd

tioa led ro

dmcetylate

folbwiny 'C

.yme O C Deacetylation

nzyme. chitosan had :rimtion o a r e d ,

Prduksi kitosan industri xara ? m o h ~ a alkali uat ada sthu tinw Hasil ini belum

venuhnya memuaskan

sebab

kuali tas kito-

in dihasikan beragam

mt molekul viskositas dan derajat mtiiasi. Selain iiq termokimia Iga membutuh-kan dalarn jurnlah

mr untuk rnenghasilkan dan mernpertahan- UI serra menghasilkan limbah ~n produk sarnping berupa dengan

~nxntrasi berpotensi

igi lingkungan.

Sebagai allematif, deasetilasi ipat ditakulian enzirnaris mengguna-

m deasetilase E m n ini temukan baktai, kapang, kamir, cing dan scrangga mempunyai ndungan htosan dinding sel

soskeletonnya enzimatis diharap- akan mudah d k e n d a l i k ~ sien, s p i f i l , dan memini~nalkan produk

Seiumlah penelitim hlakukan

un

tuk mengisolasi, rnernpurifikasi

dan

meng- karaktmisasi kitin deasetilase dari sejumlah mikroba. Aplikasi enzim ini pada berbagai jenis dan kondisi substrat masih memberikan hail yang beragam dengan parameter hasil yang belum memuaskan (Tsigos er ul., 2000).

Untuk mernperbaiki kualitas kitowl yang dihasilkarl rnelalui proses enzimatis, dilakukan pemherian perlakuiul awal

terhadap substrat agar entirn dapat lebih mudah berpenetmsi dan beraksi pada substrat. Beberapa perlakuan awal yang telah dibenkan adalah berupa inkubasi awal dengan alkali atau asam kuat dalam waktu lama, yang menyerupai proses tennokimia secara komersial, atau perlakuan fisik seyerti perrlaparan pada suhu tinggi, tekanan tinggi, atau proses penggilingan. Perlakuan awal terhadap substrat secara kimia dapat m a g - hasilkan kitosan berkualitas lebih baik dengan derajat deasetilasi yang

lebib

tinggi, demiluan pula perlakuan awal deagan d u dan tekanan tinggi, sementara pengurangan ukuran seperti penggi-lingan sejauh ini

tidak

rnembenkan

hasil

yang memuaskan (Kolo-

dziejska

et a!., 2000; Mukherjee, 2002).

BAHAN DAN METODE Kultur dan Media

Produksi enzim dilakukan dengan menggunakan kultur Rocillus K29- 14 yang diperoleh

dari

Laboratarium Mikrobiologi

d m

Biokirnia, Pusat Penelitian Biatehobg

IPB, yang memproduksi e n z h secara optimal pada suhu 55 "C, pH 8,O (Rahayu,

2000). Media produksi enrjm mengacu pada kompos~s~ media dari Sakai (1998), yaitu (NKhSOj 0,7 %,

K2HP04

0,l

Yo,

NaCl 0,1

%. MgS0,.7H20 0,01 %. ekstrak Wlamir 0,05 %, bakto w t o n 0,l %, koloidal khitin 0,5 %, ditarnbah dengan 1 % kitin dari kulit

P w W w

udmg.

Substrat

k t i n kulit udang diperoleh dari Dinas Perikanan Cirebon, Jawa Barat. Koloidal kitin dibuat dari kitin prac~ical grade (Sigma Chemial Co) denpan rnetode Arnold clan Solomon ( 1986). Glikol kitin dibuat

dan

glikol

krtosan (Sigma Chemical Co)

dengan

metode Trudel dm Asselin (1989).

Pereabi Kimia

S

tandar Bovine Serum Albumin (BS A), glihol lulosan dan standar glukosmin d~peroleh dari Sigma Chemical Co. Indol,

HCI dan bahan-bahan kimia lain yang

d~gunakan dalarn produksi dan penentuan At] wtas enzi~n diperoleh dan Merck.

Produksi Kitin Deasetilase

Lultur bakteri di fementasi dalan media produksi enzim selama 2 hari pada 5 5 "C. Enzlm dipanen dengan cara sentrifu- gasi pada 8000 rpm selama 15 menit pada

s u h u 4 "C untuk mcrnisahkan dari sel bakteri dan sisa media. Ke dalam supematan ditam-

bahkan amoniurn sul fat sampai kejenuhan 80 % sambil distirrer. Campuran diendapkan semalarn pada subu 4

"C

laIu disentrihgasi pada 8000 rpm selama 15 menit. Filtrat dilarutkan dalam 0,02 M buffer b r a t

pH

8 dan dishpan pa& suhu 4 "C. Kadar protein enzim diuji dengan metode Lowry (Cope- land, 2000) menggunakan standar BSA dan aktivitas enzirn ditenrukan dengan metode Tokuyasu (1996).

Perendaman dalam NaOH

60

%

Tepung lutin direndarn dalarn NaOH

b0 ?G (I110 wlw) pada berbagaj, suhu dm waktu. Perendaman dilakukan pada suhu 60

dan 75 "C. Pada suhu 60 "C, waktu peren- darnan kitin

adalah

60, 90, 120 dan 180

menrt sedangkan pada s ~ h u 75 "C, waktu perendaman &ah 30 dm 60 menit. Kitin yang telah direndam

dibilas

dengan air sampai pH netral dan dkeringkan pada suhu 60 OC %lama 1 malam kemudian ditentukan derajat deasetilasinya.

Deasetilasi enzimstis

Kitin hasil perendaman dengan NaOH 60 % dilarutkan dalam asam asetat 0 , l M . Sejurnlah 10 mL larutan diinkubasi dengm 10, 20 dm 30

mU

ekstrak enzim selama

24 jam. ECltin yang tldak larut disarirlg dan htimbang. 3 t o s m yang dhsilkan dimalisis derajat dmetilasi, viskositas dan berat mole- kul. Derajat deasetilasl ditenhlkan dengan

F~rsl l?eriva/rve Uf (FDUV) Absor-bance

(Muzzarelli, 1997) menggunakan spektro- meter Perkin Elmer Lambda 25 UVIVIS. Viskosjtas ditentukan dengan

Ubbelohde

dilui~on vrscomerer dengan pelarut asam asetat O,1

M

/ sodium asetat 0.2 5

M

dan berat


(2)

molekul ditentukan dan viskositas intrinsik dengan permaan Mark-Houwink (Hwmg,

1997).

HASIL

DAN

PEMBAHASAN Deasetilasi Kirnia

P a d a m a n dalam lamtan NaOH

bertuj uan untuk mengubah kon fomasi kris- taljn kitin yang rapat sehingga enzim lebih mudah berpenetrasi untuk mendeasetilasi polirner kitin (Martinou er ol., 1995). Akan tetapi perendarnan dalam NaOH akan me- ningkatkan derajat deasetilasi dan mengaki- batkan terjadinya depolini~~ isasi.

Oleh

kare- na itu perendaman dilakukan pada suhu yang tidak terlaIu tingg~ dan waktu yang singkat.

Konsentrasi NaOH yang digunakan adalah 60 %. Kansentrasi NaOH akan mem- pengandu laju dmctilasi. Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan, laju deasetilasi akan sernakin cepat. Akan tetapi konsenuasi NaOH yang tinggi juga akan meningka~kan laju depolimerisasi

(No

dan

M y e r , 1997). Chang el a1 (1997) menemu- km bahwa laju deasetilasi optimum akan diperoleh jika konsentrasi NaOH yang digunakan sebesar 60 %. Konsentrasi GO %

juga maghasilkan

deasetilasi

lebih balk jika deasetilasi akan dilakukan pada suhu y ang rendah.

Perendaman dalam alkali dilakukan terhadap sarnpel kitin ddam bentuk tepung. Penepungan dilakukan agar proses deasetilasi dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna, karena semakin luasnya p m u k a a n yang dapat &akses oleh larutan alkali

(No

dan

M

eyers, 1 997). Deasetilasi akan berlangsung mulai

dari

permu-kaan kim lalu rnemasuki wilayah amorf clan ki tin clan S a r a bertahap deasetilasi ter~ad~ sampai ke wilayah kristalin kitin (Chang ef al., 1 997).

Rasio larutan NaOH terhadap

kr

tin

yang hgunakan

adalah

sebesar 1: 10 blv. Menurut No dan Meyer ( 1 9971, rsio 1 : 10 maghasilkan peni ngkatan laju deasetilasi lebh cepat, akan tetapi Chang el 01 (1W7)

rnenyatakan bahwa pengaruh rasio larutan NaOH terhadap lcltin tidak signifikan pada laju deasetilasi .

h j a t deasetilasi menunjukkan peningkatan dengan rneningkatny~ suhu dm waktu perendarnan (Takl 1). Peningkatan

derajat deasetilasi yang signifikpu~ terjadi setelah perendarnan selama 180 menit pada 60 "C (97,O %) dm 60 menit pada 75 "C (96,O 96). Hasil serupa juga diperoleh oleh Kolodnejska er al. (2000) yang rnenyatakan derajat deasetilasi produk kitosannya yang direndam dengan NaOH 50 % pada suhu 60 "C selarna 90 menit adalah 6 s % dan 76 %

untuk perendaman selama 180 menit. Perbe-

daan

ini mungkin karma konse~itrasi NaOH

yang digunakan lebih rendah ( 5 0 %) dan

metode pengukura~ yang berbeda, yaitu

menggunakan ti trasi potcnsio-metri. Kondisi awal kitin, seperti derajat deasctilasi awal- nyq juga berpengmh terhadap perbedaan derajat deasetilasi akhir. Dalam ha1 ini, t~dak disebutkan kond~si awal kitin yang digu-

nakan, snnentara dalam penelitian ini. digunakan kitin dengan derajat deasetilasi awal sud& cukup besar, yaitu 42,2 %. Deasetilasi Enzirnatis

Setelah dicuci dm dikeringkan, kito- san pasca perlakuan kimia dilarutkan dalam asam =tat dengan konsentrasi 1 % kitosan ddam 0, I h.1

asam

asetat. Nilai pH larutan

htosaii iai dibuat menjad 6 dengan penam- hahan 0,25

M

sodium asetat. Selanjutnya larutan inilah yang akan diinkubasi bersarna enzirr!

Penambahan 0,25 M sodium asetat diper-lukan untuk peningkatan pH larutan. Larutan kitosan

dalarn

0,l M asam asetat akan rnemiliki pH di sekitar 4, sementara kebanyakan protein a k a mengendap pada pH 4, demikian juga CDA yang digunakan dalam penelitian ini. Peningkatan pH juga diperlukan agar enzirn dapat bekerja lebih a h f . Peningkatan pH hanya diusahakan sarnpai pH 6 walaupun CDA y ang digunakan bekerja optimum pada pH 8, karena pH 6

merupakan pH optimum kelarutan kitosan. Pada pH yang lebih tinggi, kitosan yang telah dilarutkan akan mengendap

kernbali.

Penam-

bahan sodium asetat drketal~ui tidak meng- harnbat aktivitas CDA

dan

Bacillus K29-14 dm pada pH 6, CDA

dari

Bacillus K29- 14 rnasih cukup aktif (Rahalu, 2000).

Deasetilasi enzimalis dilakukan terha- dap larutan kitosan b d a n tepung kttosan.

Dalrun bentuk larutan, deasetilasi akan ber- 1angsu;:g lebih mudall reaksi akan terjadi lebih ho~nogen di setiap baglan larutan

karena kelarutan seragam. Koldjzi-

el al. (2000) melakukan deaseti-

lasi enzimatis rerhadap kitinlkitosan dalam bentuk larutan mencapai derajat deaxt~lasi %. Sebaliknya,

enzirnat~s kltin &lam

tal~n dan amorf sedikit meningkatkan derqjat y a m rnas~ng-masing

dm 9,s % asal M. rowcir

(Martlnou el ol., 1995) 0,s dan % asal C. irndcmurhlanunr (Tsigos dan Bouriotis, 1995). Benruk

rapat sehingga

berpcnetrasi kitin. Bentuk amorf renggang memugkinkan reaksi enzim

deasetilasinya rendah.

Emhn merupa-

kan hasil pengendapan Jumlah d~tarn-bahkan 10: dan m u

10 mi 1 % larutan Kolodjziejska el 01. rnenggunakan m u per mL larutan kitosan, berupa eksb-ak

kasar.

dasetilasi emmatis meni ng- katkan 5 -3 %, tergantung

deasetilasi (Tabel 1). Semakin tingg deasetilasi

semakin kecil peningkatan derajat d m t i l a s i t c r j d . Derajat deasetllasi atas 90 %

dapar d q w sampel deraJat deasetilasi di atas %

Tablrl. Ducrtyhtion d e g m hydroxide of 9 cbitin dmcetytasc from BQI

'A Temo CC) Time (rnin.)

Perat Molekul

Nilai dinyatakan dalam

spesifik.

dan

inh-insik. fik ditentukan mern- bandingkari secara langsung kecepatan aliran


(3)

S ' L 6 1 '86 1 -66 0.96 09

L ' L L 6'CL 8 . U 8'9s OE SL

6'66 9'86 t 86 O L6 08 1

.oh S L WE ~p ~EME !m[yamp w r w p

ue8uap l a d m e p ~ d @mp lwdq ellmy % 06 ssle

!p

~selpaseap IE@JW . r p f i a l 8mA rsaplasmp i+ap ueley%u~ad p a y u q u m ~

'~IZMB 1mIqaS8ap 1~@mp

q u q

~ E W S

4 1 1qQ.l) pfie !=lq-P

IECUP

~ p ~ d

%rn=%w

'o/, 05-s !SaIymap i~Ce~ap w y v q

-8Il!USUl S!JEUI!ZUa lW[!Jmp SaSOld

-Rmy qwsya t a d q qmul

BueA

' m o t 3 rrelnre~

?m

r

Jad nm

09 u e > l s ~ ~ ~ w ~ (0002) 'lo

la eysra!zrpoloy . m o ~ ! q W ~ % I I p 01

lad

nu

OE lmP 0 t '01

vwe

~ w q - - l ! P BmIZ qqurnr .jej~ns uedepua%uad l!seq my -edruaw m ~ u " 9 ! p BmA

va3

-yzpual q~seru 83nT aXu!se~!laseap ieCe~ap wyFuay tdrr~a; !S-J Wun

mryu!$lmwur qlqa( SutrSual ylqq %mlC pours qnluaa .uu!y WIEP ay t w * q

tdq ynlun ui!zua !3trq u p s a%u!qas 1 ~ d ~ 1 r1!9a[ ulleB!q WuW -(5661 'SYoFoa

s o @ s ~ ) runuot 41 r~ru;lpurl *3 ~ESE

v(--J

3 m8uap

% E'P

"P

5'0 euas (5661 "lo noulwty) !i.mo~ -W [ese

va3

us8uap % 5'6 m p 5'0 gu!seur-%u!mru nl!eiC '!se(qasmp i ~ @ ~ a p

mq$ey%utuam ~!ypcx e h y p o w w p u ~ p ) -s!q y n w q u r e ~ ~ p ug!y depeqlai sqeur~zua

!sqy-p %Au~!leqas '% 6 - 3 8 !sel!lmap le!iimp iedemaur i e d q

mm[

ywwq

m@p molryluy~y d ~ q ~ a i ye- !se[

-9map ueynyeraur

3mA (0002) ' 1 ~ ra eysra -uT~oloy -w%m %mil wlwlaq euamy


(4)

Nilai viskositas intrinsik dapat

menunjukkan

secara

lebih jelas pengaruh perlakuan

kimia

dan enzimatis daripada viskositas spesifik dm kinematik. Viskositas intrinsik menunjukkan kemampuan polimer untuk meningkatkan viskositas lamtan. Viskositas intrinsik diperoleh d m kurva qSdC yang diekstrapolasi hingga C mende- kati 0, sehingga ~neniadakan p e n g d konsentrasi (Hwang el ol., 1997). N i b konsentrasi larutan kitosan yang sangat rnempengaruhi viskositas spesi

fik

dan kinernatik tidak berpengaruh pada viskosi tas i n ~ i n s i k .

Untuk mengamat i hubungan antara perlak-ELII perendaman dengan NaOH terhadap viskositas

dan

h a t molekul, dipilih dua sampel yai tu kitosan hasil perendaman pada suhu 60 "C dengan waktu 90 dan 180 menit. Kedua sampel dipilih karena derajat deasetilasi yang tinggi (di atas 80 %) dan adanya perbedaan yang signi fikan antara k t duanya dalam hal derajat deasetilasi dan keI arutan .

Nilai iskczitas

inttinsik

akan

meningkat dengan semakin tingginya daajai

deasetilasi

(Tabel 2).

Nilai

viskositas inbin- sik dipengaruhi

oleh

derajat deasetilasi, k ~ n s e n n a s i ~ ' h a t molekul, kekuatan ion, pH dan

suhu

saat pengukurm (Dunn el a!.,

1997). Wang (199 1) menunjukkan bahwa pada kitosan dengan berat molekul sarna, viskositas intrinsik akan meningkat dengan meningkatny a derajat deasetilasi. Diduga ha1 ini berhubungan dengan efek kitosan yang bersifat sebagai polielektrolit dalarn lanrtan. htosan merupakan polikation yang di dalan

larutan &an bertindak sebagai polielektrolit. Muatan positif kitosan berasal d a r ~ residu

arninany a. Sernaktn tinggi deraj at deasetilasi, residu amina semalun banyak, muatan positif kitosan juga akan semakin banyak. Di dalarn larutan, tinggnya muatan positif &an menghasilkan gaya tolak menolak, ymg akan rne~nbuat polher lutosan yang sebelumnya berbentuk gulmgan, membuka menjadi rantai l m s . Sebagai Abatnya, viskositas larutan akan meningkat.

Viskositas intrinsik akan meningkat dengan meningkamya berat molekul (Tabel 2). Berat molekul berhubungan dengan derajat polirnerisasi. Polimer rantai lurus seperti

kitosan akan menunjukkan pening-katan densitas ji ka derajat polirnerisasi bertarnbah. Dengan derni kian, viskositas intrinsk j uga &an meningkat. Wang er al. (1991) menunjukkan hubungan linier antara nilai log viskositas intrinslk dengan

nilai

log berat molekul, untuk larutan lutosan dengan derajat deasetilasi sarna.

Tabtt 2. Chnctcristic of chitosan produced by combination of chemical and enzymatic deacetylation

Chemical deacetylalioo After e q m a t a deacetylation chemical deacetylation following

Condition hcetylation Intrinsic Mol. Weigh Deacet? lathon Inninsic Mot. Weight

d e q e visctlsity (s lo3 Da) degree (%) viscosity (x 1

o3

Da)

Soaking in NaQH of 60 % 80.3 % 31.7 d g-l 45.26 88.5 % 3.6 rnL g-' 4.25

at 60 "C for 90 mio.

SuakinginNaOHofM)% 97.0% 3 5 5 . 6 m ~ ~ " 615.73 98.2% 11.4mLg1 15.09

at 60 OC for 180 min.

P!c:e: Enqmatic deaEetylaliw by 10 mu of chitin hcetylaiion for 22 h

Deasetilasi enzimatis meningkatkan yang juga menurun selama deasetilasi derajat dmetilasi kitosan tetapi menurunkan enzimatis.

viskositas intrinsik (Tabel 2). Penurunan P e n m a n viskosiras setelah deaseti- viskositas hanya rnungkin terjadi

jika

selama

lasi enzimatis juga dilaporkan oleh inkubasi dengan

enzim

terjadi

dw&i

Kolodziej ska er al. (2000). Viskositas larutan rantai polher atau depolimerisasi. Dugaan htosan menurun sebesar satu log setelah ini ddionfirn~asi oleh nilai berat molekul initubasi dengan enzim

selama

16 jam. Akan

tetapi Kolodziejska el al. (2000) tidak

penen tuan berat sehing- ga @at lakukan pembandingan. Depolimerisasi karena adanya enzirn- enzi pendegradasi itin dan

di dalam ekstrak

dan

Boc11lu.s K29- 14. Rahayu telah mmgisolasi kitinase Racillu,~ K29-14

selan dm juga

I;] tosanase.

Penggunaan telah

dimurnikm hanya berisi

terjadinya depolimerisasi dan

dan berat molekd Penelitian ini

han !a pemurnian

pengendapan menggunakan arnonium sul

Dalam ini adalah

pengendapan semua

dan komponen

dal ekstrak kasar terendapkan.

Lntuk memisahkan enzim-enzim

harus drlakukan langkah pemur- nian h lanjuc sepem kromatografi atau elektroforesis. Fraksi mempunyai aktivitas tertinggi &pat dtaplikasikan deasetilasi endmatis kitin

Variasi waktu

dan

perendaman alkali tedmhp kitin dapat menghasilkan

h

tosan deaseti

berkda-beda dpilth &an

rergan tung tujud apli k a s ~ tosan. h,iasing-masing bentuk aplikasi membutuh-

kan kard-teristik

berbda-beda. Kitosan

dari

%,

dan

berat molehul rendah dibutuhkan sebagai

A-teri, antioksidan, clan

~nmrunoenhoncrng. Untuk aplikasi

sebagai

mem pengemas dibutuhkan

dengan derajat

d d l a s i

sekitar dan

h a t

Peneli tian ini rnenghasi lkan

herat rendah. B e h a p a penelitian rnenunjukkan bahwa kito&

berat rendah mempunyai besar antibakteri, anti- antidiabetes, hipakolesterolemik anti- demiluan rr~anpunyai mapfaat Sesar daplikasikan d a l m pengolahan pangan hasil


(5)

( ) menunjukkan bahwa pada

kitosan

dengan berat malekul sarna,

meningkatnya D~duga ha1

berhubungan efek ljrosar~ yang bersr polielektroli I ddam larutan. htosan merupakan poljkation dalarn

larutan bertindak

Muatan positif dari

aminanya. Semakin tingg~

arnina semakin banyak, muatan positif lutosanJuga &an w n a h n banyak. Di dalam larutan, tingginya muatan positif &an menghasilkan rolak mcnolak, yang

membuat polimer sebelumnya

berbentuk gulungan, membuka menjadi rantai lunrs. Sebagai akibablya, viskosirs lamtan &an rneningkat.

intrinsik meningkar dengan

meningkatnya berat (Tabel Berat dengm

polunerisasi. Polimer rantai l urus

kitosan menmjukkan pening-katan densitas jika polimerisasi bertambah. Dengan demikian, inmnsik

&an

Wang 01. nenunjukkan bubungan 1 inier antara nilai iskositas intrinslk dengan niIai berat nolekd, untuk larutan kitosan

laajat daSehIasi sarna. chemical

-

chemical deacctylat~on

--

- Charac~ms~rc

MoI. Wkght Dcacetylation Intrins~c Mol Wchght (x 10' Da) dtgrec (%) viscwlty (x 10' Da)

-

mL g"

mg juga menurun selama uirnalis.

Penurunan setelah deaseti- enzimahs juga dilaporkan oleh olodaejska ef al. larutan t o m menurun

sebesar

satu setelah Kubasi enzim xlarna ~ k a n

Kolohejska er al.

Aswita E m m m t i et a[ Codination .fSm&.lng in Sodium H$roqdt? a m f ~ f t i f 1rt Deacetyl;rse3pp6

melakdan p e n m a n berat molekul sehing- ga tidak dapat dilakukan pembandingan.

Depolimuisasi diduga

karma

adanya enzirn-

enzim pendegradasi kitin dan kitosan yang lain di dalam ekstrak enzim CDA

dan

Aacrllus K29- 1 4. Raha~u (2000) telah mengisolasi kitinase dari Hacrllu,~ K29-14 selain CDA dan mungkin juga terdapat kitosanase.

Penggunaan enzim yang telah dimurnikan sehingga hanya berisi CDA &an

dapat meminitnkan terjadinya depolimerisasi dan menghasilkan kitosan dengan viskositas dan berat molekul lebih tinggi. Penelitian lni

hanya melakukan pemurnian CDA dengan pengendapan menggunakan amonium sulfat. Dalam proses ini yang terjadi adalah pengendapan prolein, sehingga semua enzirn

dan

komponen protein lain yang terdapat dalarn eksrtak kasar enzim akan terendapkan. Untuk memisahkan CDA dan enzirn-enzim yang lain, harus

dilakukan

langkah pernur- nlan lebi h lanjut, seperti dengan krornatografr atau dengan elekwoforesis. Fraksi yang mempunyai aktivitas CDA tertinggi dapat diapl ikasikan untuk

deasetilasi

enzimatis kitin.

Variasi waktu

dm lama

perendaman alkali terhadap

kitin

&pat menghasilkan htasan dengan derajat deasetilasi yang berbeda-be&. Proses yang hpillh &an tergantung pada tuju-iul aplikasi kitosan. Masing-mrtsing

bentuk

aplikasi membutuh- kan htosan dengan karaheristik y a w berkh-beda. Kitosan dengan derajat deasetilasi tinggi,

lebih

dari 85 %, dan berat molelad

rendah

dibutuhkan sebagai anti-

bA-eri,

antifungi, antiaksidan, antitumor dm imniunoenhancing. Untuk aplikasi sebagai membran dan pengemas dibutuhkan kitosan

KESLMPULAN

Kombinasi deasetilasi kimia dan enzirnatis akan meningkatkan derajat deasetilasi kitosan lebih tinggi daripada

pwlakuan kitnia saja. Deasetilasi kimia menlngkatkan derajat deasetilasi sebesa 6-

55 %. Kombinasi deasetilasi kimia dan enzimatis akan meningkatkan dera-iat deaseti-

lasi

16-58 %. Produk kitosan yang dihasilkan mempunyai derajat deasetilasi 77-99 %, viskositas intrinsik 3,6-1 1,4

mL

g'

dan berat molekul 4,2x103-1 1,1xl0~ Da.

UCAPAN T E R M A KASIH

Terima kasih disarnpaikar! kepada Pusat Riset Pengolahan

Produk

dan

Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jakarta atas bantuan dana dan fasilitas szlama penditian.

DAFTAR PUSTAKA

Arnold LD, Solomon NA (1966) Manual of Industrial Microbiology

dan

Biotech- nology.

Am

Society for Microbial.

Chang

KLB,

Tsai G, Lee J, Fu W (1997) Heterogenous N-deacetylation of

chi-

tin

in alkaline salution. Carbohydr Res

303: 327-332.

Copeland RA (2000) Methods for Protein Analysis: A Practical Guide to Labo- ratory Protocols.

Chapman

and Hall,

New

York.

Dunn ET,

Grandmaison

EW, Goom MFA (1997) Aplications

and

properties

of

chitosan. Dulam: G m ~ n MFA (ed) Applications of Chltin

and

Chitosan. Technomic Pub1

Co

Inc, Basel.

.

-

dengan derajat deaseiilasi sehta 70 % d m H-g J, Hang

S,

h n

C (1997) Effect of

berat molekul tinggi. molecular weight and NaCl

concen-

Penelitian

ini menghasi

lkan

ki

tosan tration on dilute solution properties of dengan berat molekul rendah. B e m a

chitosan.

J Food Sci Nutr, 2: 1-5.

tian rnenunjukkan bahwa kitosan

drnem bcrar molckul mmpunYai K01~'icjska 1, Wojrasz-Pajak A, Ogonowr- potensi lebi h besar sebagai anti bakteri, anti-

ka

G , Sikorsh ZE (2000) Deacetyla- fungi. antidiabetes, hipokolestmlemik anti- tion of clutin

in

a two-stage chemical

olisidan atau antitumor, dengan demikian and enzymatic process. Bul Sea akan mzrnpunyai

mapfaat

lebih k s a r untuk Fisheries lnst 2(150): 15-24.


(6)

Martinou A, Kafebopoulos

D,

Bouriotis

V

(1 995) C h i h deacety lation by enzy-

matic means: monitoring of d-la- tion processes. Carbohydr Res 273:

235-242.

Mukherjee

DP

(2002) Method for Producing Chitin or Chitosan. US Patent Applica- tion no 20020055629.9 May 2002. Muzzarelli R A G Rochetti R, Stanic V,

W e c k

M

(1997) Methods for the determination of the degree of acetylation

of

chitin and chitosan. h l a m : Muzzarelli RAA, Peter MG

fed) Chitin Handbook. European Chitrn Soc, Grottarnare.

No HK, Meyers

S F

(1997) Preparation of

clutin and chtosan. Dalam: Muzzarelli RAA, Peter MG (ed) Chitin Handbook. European Chitin Soc, Grottamare.

Rahayu

S

(2000) Karakttisasi dan pemur- nian en- htinase

dan

kitin deasefilase termostabil dari BaciIlus

sp.

K29-14

asal

Kawah Kamojang, Jawa Barat. Tesis Sekolah

Pasca-

sarjana IPB.

Roberts GAF (1997) Determination of the degree of N-acetylation of chitin and chitosan. Di Dalam Muzzarelli RAA, Peter MG

(ed)

Chitin Handbook. Europan Chitin Soc, Grottamare. Sakai K, Yokota A, Kurokawa

H,

Wakayama

M,

Moriguch

M (1998)

Purification

and characterization of thrw thermo- stable endochitinase. Ap?I Environ

Microbiol64: 3397-3340.

Shahidi F, Arachch J K V, J eon

YJ

( 1 999 j

Food

applications of chitin and ch~to-

sans. Trends in Food Sci Techno1 10:37-5 1.

Tokuyasy K, Ohnishi-Kameyama M, tiaya- shi K (1996) Pur~fication and charac- terization of extracellular chit~n deace- tylation from C'olle~ovrclnrnr I~nlieltru- rhiunum Btosc~ Biotech Biochetn 60.

1598- 1601

Trudel J, Asselin A (1989) Detecnon of chitinase activity with polyacrylarn~de gel electrophoresis. Analpcal 610-

chem, 178: 362-366.

Tsigos I, Bouriotis V (1995) Purification and characterization

of

chitin deasetiiase from Collerotrrchum hndemu lhranum. J Biol Chem, 270: 26286-2629 1. Tsigos I, Martinou A, Kafetzopoulos D,

Bouriotis V (2000) Chitin deacetyla-

ses: new, versatile tools in biotechno- logy.

TIBTECH

18: 305-3 12.

Wang W, 80

S,

Li S, Qin W (1991) Determi- nation of the Mark-Houwink equation for chitosans with different degrees o f deacetylation. Int J Biol Macromol 13:

281-285.

JSOLASI

PENGHASU.

RAN

~ u l i a n i ' , Chusnul 1) Sttdi fikr~olog~ Hasil Yertrtjad

Jl. II.uttah Grrgut, Samari~da

I'erfareutr Eaktil/u.~ Teh~olupr Pertmratr H~rlaks~~rnt, Recieved 2(

n tranmterification

curr stnrctu

&out Int

Indo1 lip-prducing m l d s fio

their

eenu s i Rhizops, Petiicilium, A ~ r g ~ l l t

olrgupm~s, h m

Iipase

50 O C . activity fro1

SO

"C

Kqwvrds: Lipcue praiuci~ig f i B b

Ak hir-akhi r ini produk baru berupa

tmmkw,

terutama terstmktu spesifik, memperoleh perhatian besar

hbidang

teknologi pangan

dan

gizi.

Reaksi

utama dalam sintesis terstruktur

adalah

transesteri fikasi sering

esterifikasi. Modifikasi meng- hasilkan terstruktur dilakukan rnelalui

reaksi

dikatdisis

(Yesiloglu

dan

Kilic, Met& modifrkasl

ini

telah &laporkan

pada

banyak publikasi &lam satu dekade

terakhir.

Namun

demikian

hasil

penelitian berhltsil diaplikrlsikan d a r n industri sangat sedikit. Salal: u alasannya adalah harga komersid

mahd er a!. 2002).

Lipase (t~iasilgliserol

hidrolase

3.1.1.3 mengkataljsis ludrolisa

ikatan

esta dan triasilgliserol dan tertentl

dapat mensintesis melalu