Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah

Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil
pada Lembaga Keuangan Syariah

Ringkasan Penelitian
Bank Syariah dikenal sebagai bank dengan ciri khas bagi hasil. Ciri ini
tergambar kuat pada aspek penghimpunan dana dengan memberikan skema
imbalan berdasarkan bagi hasil. Akan tetapi pada aspek penyaluran, ciri bagi
hasil kalah dominan dibanding penyaluran dengan skema jual beli yang
berdasarkan pada margin yang ditentukan dimuka. Beberapa penelitian
menyatakan kondisi ini banyak dipengaruhi oleh tingkat resiko yang relatif lebih
tinggi terdapat pada pembiayaan berbasis bagi hasil dibanding skema lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan praktik tata kelola penyaluran dana
berbasis bagi hasil pada lembaga keuangan syariah. Perbankan syariah dengan
usia yang relatif lebih panjang cenderung memiliki porsi bagi hasil lebih besar.
Hasil penelitian lapangan menunjukkan adanya praktik tata kelola yang beragam
antar lembaga keuangan syariah yang diteliti.

Kata kunci: Bank Syariah, Mudharabah, Musyarakah, Bagi Hasil, Tata Kelola,
Best Practices
A. Pendahuluan
Pada tahun 2012 terjadi pertumbuhan pembiayaan bagi hasil yang cukup signifikan

pada perbankan syariah di Indonesia. Pada laporan per 31 Desember 2012, DPK bank syariah
mencapai Rp 150 triliun atau naik 28,03% dibanding dengan tahun sebelumnya. DPK yang
diperoleh terdiri dari deposito, tabungan dan giro. Dari ketiga bentuk tersebut deposito
merupakan jenis penghimpunan dana yang terbanyak dihimpun yaitu sebesar 57,4%.
Tabungan diperoleh sebanyak 30,5% dan sisanya diperoleh dalam bentuk giro. Kinerja ini
telah menaikkan pangsa pasar perbankan syariah pada tahun 2011 sebesar 4,08% menjadi
4,69% pada akhir tahun 2012 dengan total aset Rp 199,7 triliun. Dari sisi penyaluran,
pembiayaan perbankan syariah selama tahun 2012 mencapai Rp 149 triliun atau tumbuh
43,41% dibandingkan pencapaian pada tahun 2011. Pembiayaan murabahah mendominasi
dengan jumlah hingga 60%. Pembiayaan bagi hasil yang terdiri dari akad musyarakah dan
mudharabah masing-masing mencapai jumlah sebesar 18,8%.
Trend penyaluran pembiayaan dalam empat tahun terakhir menunjukkan adanya
peningkatan penyaluran pembiayaan secara nominal pada seluruh skema pembiayaan
termasuk pembiayaan berbasis bagi hasil. Akan tetapi secara proporsi terlihat bahwa
pembiayaan berbasis bagi hasil mengalami penurunan dari 35,6% di tahun 2008 menjadi
1

30,1% di tahun 2014. Adapun pembiayaan berbasis jual beli, sewa dan pinjaman tanpa bunga
mengalami peningkatan.


Tabel 1: Komposisi Penyaluran Dana Bank Syariah
Berdasarkan Akad (dalam miliar rupiah)
Akad

2008
Nominal Porsi

Mudharabah dan
Musyarakah
Akad Murabahah
Akad Istishna
Akad Ijarah
Akad Qardh
Total

2010
Nominal
Porsi

2012

Nominal
Porsi

2014 (Juni)
Nominal
Porsi

13.616

35,6%

23.255

28,6%

39.690

27,4%

56.633


30,1%

22.486
369
765
959
38.195

58,9%
1,0%
2,0%
2,5%
100,0%

37.508
347
2.341
4.731
68.181


54,3%
0,3%
3,6%
13,2%
100,0%

88.004
376
7.345
12.090
147.505

59,9%
0,3%
5,7%
6,7%
100,0%

112.288

588
10.319
8.057
187.885

59,8%
0,3%
5,5%
4,3%
100,0%

Kondisi ini menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil belum dapat mendominasi
pembiayaan yang diberikan bank syariah secara keseluruhan. Hanya negara-negara tertentu
yang sudah mampu menempatkan pembiayaan bagi hasil tersebut pada porsi tertinggi dari
total pembiayaan keseluruhan. Sebagai contoh negara Sudan yang mampu memberikan
batasan jumlah maksimal sebesar 30% untuk pembiayaan selain bagi hasil dan menentukan
porsi yang lebih tinggi untuk pembiayaan bagi hasil (Ascarya dan Yumanita dalam
Andraeny, 2011).
Al Harran dalam Cleopatra (2008), mengemukakan bahwa perkembangan perbankan
syariah dapat meningkat pesat dengan menaikkan porsi pembiayaan musyarakah jangka

panjang. Pada umumnya pembiayaan musyarakah jangka panjang merupakan pembiayaan
berskala besar yang dapat meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah. Selain itu Ascarya
dan Yumanita (2004) dalam Cleopatra (2008), berpendapat bahwa pembiayaan bagi hasil
yang rendah menyebabkan munculnya risiko yang mampu menghambat perkembangan
perbankan syariah. Selain itu, rendahnya pembiayaan bagi hasil menimbulkan pandangan dari
masyarakat bahwa tidak ada perbedaan antara sistem perbankan konvensional dengan
perbankan syariah. Sementara itu, pembiayaan bagi hasil mencerminkan karakteristik dari
bank syariah. Rendahnya porsi pembiayaan bagi hasil ini seringkali menyebabkan
kemampuan berinvestasi bank syariah terhambat.
Ketidakpastian akan pendapatan dan keuntungan dari pembiayaan bagi hasil membuat
risiko yang dihadapi oleh pihak bank syariah menjadi lebih besar. Hal inilah yang seringkali
dijadikan alasan mengapa jumlah pembiayaan bagi hasil cenderung lebih kecil dibandingkan
dengan pembiayaan murabahah. Dengan adanya masalah rendahnya volume pembiayaan
berbasis bagi hasil yang seharusnya mendominasi jenis pembiayaan bank syariah, maka perlu
2

dikaji faktor-faktor yang memengaruhi jumlah pembiayaan tersebut baik dari segi volume
maupun porsi pembiayaan.

3


Bab 2
Tinjauan Literatur
Prinsip investasi dalam pembiayaan oleh bank syariah terdiri atas investasi dengan
skema mudharabah dan investasi dengan skema musyarakah. Pada dasarnya penyaluran dana
dengan skema

mudharabah sama dengan penghimpunan dana.

Dalam transaksi

penghimpunan, bank adalah mudharib (pengelola dana) sedang nasabah penabung/deposan
adalah shahibul maal (pemilik dana), akan tetapi pada transaksi penyaluran dana dengan
skema mudharabah, bank bertindak sebagai shahibul maal sedang nasabah yang menerima
pembiayaan bertindak sebagai pengelola dana. Dalam skema ini seluruh modal berasal dari
bank sebagai shahibul maal.
Sebagaimana halnya pada penghimpunan dana, penyaluran dana dengan skema
mudharabah terdiri atas tiga jenis yaitu mudharabah muthlaqah, mudharabah musytarakah
dan mudharabah muqayyadah. Mudharabah muthlaqah bank berperan sebagai shahibul maal
yang memberi kewenangan kepada mudharib untuk menjalankan usaha tanpa adanya batasan

tempat, jenis produk, pelanggan maupun pemasok. Bank memperoleh pendapatan dari nisbah
bagi hasil yang menjadi hak bank. Pada mudharabah musytarakah, pengelola dana
berdasarkan akad mudharabah menyertakan dananya dalam investasi bersama (berdasarkan
akad musyarakah). Pemilik dana musyarakah (musytarik) memperoleh bagian hasil usaha
sesuai porsi dana yang disetorkan (PSAK 105 Akuntansi Mudharabah, paragraf 33 ). Adapun
pada mudharabah muqayyadah, bank hanya berperan sebagai agen yang menghubungkan
nasabah investasi mudharabah muqayyadah yang telah menetapkan batasan tertentu dalam
kegiatan investasi oleh nasabah yang menerima investasi mudharabah muqayyadah. Dari
upaya bank memfasilitasi

pemilik dana dan pengelola dana mudharabah muqayyadah

tersebut bank memperoleh fee sejumlah tertentu yang telah disepakati.

Investasi dengan skema musyarakah adalah kerja sama investasi para pemilik modal
yang mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan apabila terjadi kerugian
ditanggung semua pemilik modal berdasarkan porsi modal masing-masing.. Pada skema ini,
hubungan antara bank dengan nasabah pembiayaan adalah hubungan kemitraan sesama
pemilik modal. Dalam hal ini, bank dan mitra sama-sama menyediakan modal untuk

membiayai suatu usaha tertentu baik yang sudah berjalan maupun yang baru berjalan.
4

5

6

Bab 2
Metode Penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah lembaga keuangan syariah berupa Bank syariah, BPR
Syariah dan BMT yang beroperasi di Yogyakarta. Disamping faktor biaya penelitian yang
relatif murah karena juga domisili peneliti, alasan lain pemilihan Yogyakarta adalah
tingginya tingkat perkembangan lembaga keuangan syariah berupa Bank dan BMT di daerah
ini. Lembaga keuangan syariah yang terdapat di Yogyakarta juga sering dijadikan sebagai
referensi oleh lembaga keuangan syariah di daerah lain di Indonesia. Ini bisa dilihat dari
tingginya kunjungan studi banding ke lembaga keuangan syariah yang terdapat di
Yogyakarta.
Subyek penelitian dipilih berdasarkan kriteria (1) merupakan lembaga keuangan
syariah yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan skema syariah secara

penuh dan bukan merupakan unit usaha dari bank konvensional; dan (2)sedang menerapkan
skema berbasis bagi hasil baik berupa musyarakah atau mudhabarah. Saat ini terdapat 11
Bank Umum Syariah yang beroperasi di tingkat nasional, 13 BPRS dan hampir ratusan BMT
beroperasi di Yogyakarta.

2. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh gambaran praktik tata kelola lembaga keuangan syariah pada
tahun pertama akan dilakukan survey dengan menggunakan kuesioner terhadap ketiga jenis
lembaga pembiayaan berbasis syariah yang terdapat di kota Yogyakarta. Kuesioner akan
disebar ke 9 lembaga keuangan syariah yang terpilih di Yogyakarta. Setelah data kuesioner
dikumpulkan dan diolah. Selanjutnya, akan dilakukan pengambilan data dengan
menggunakan metode wawancara pada lembaga yang sama. Wawancara dilakukan untuk
mendapat penjelasan yang lebih mendalam terhadap potret tata kelola lembaga keuangan
syariah

3. Variabel-variabel tata kelola penyaluran dana berbasis bagi hasil
a. Komitmen terhadap penyaluran dana berbasis bagi hasil
b. Mekanisme proses persetujuan
c. Mekanisme penyaluran
7

d. Mekanisme pengawasan
e. Mekanisme perhitungan bagi hasil dan penerimaan
f. Mekanisme penyelesaian pembiayaan bermasalah
Dalam setiap aspek dilihat aspek proses penerapan, perbedaan dengan mekanisme penyaluran
yang lain, aspek daya tarik sosial ekonomi bagi bank, aspek kesesuaian dengan syariah dan
aspek kehati-hatian.

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Anggaran Biaya
No
1
2
4
3

Komponen
Gaji dan Upah (Maks 30%)
Belanja Bahan (30%-45%)
Perjalanan
Lain-lain: Pengolahan data, laporan,
publikasi, menghadiri seminar, pendaftaran
HKI) maks 15%
Jumlah

Rp
Rp
Rp

5.720.000
7.612.500
3.520.000

Rp
Rp

2.000.000
18.852.500

B. Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama lima bulan tahun dengan jadwal sebagaimana terlampir di
lampiran 1b.

8

Daftar Pustaka
Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Tazkia Cendekia,
2001).
Bank Indonesia. 2006. Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil
Pengawasan Bagi Dewan Pengawas Syariah, (Jakarta: Bank Indonesia, 2006)
Bank Indonesia. 2010. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. Diakses pada tanggal 16
Januari 2014 di www.bi.go.id.
Bank Indonesia. 2011. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. Diakses pada tanggal 16
Januari 2014 di www.bi.go.id.
Bank Indonesia. 2012. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. Diakses pada tanggal 16
Januari 2014 di www.bi.go.id.
Bank Indonesia. 2013. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. Diakses pada tanggal 16
Januari 2014 di www.bi.go.id.
.
Cleopatra, Yuria Pratiwi. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Proporsi
Aset Perbankan Syariah di Indonesia. Tesis. Universitas Indonesia.
Dewan Syariah Nasional - MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi 2. (Jakarta:
DSN-MUI dan Bank Indonesia, 2003)
DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 59 tentang Akuntansi Perbankan
Syariah. (Jakarta: IAI, 2002)
DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah. (Jakarta: IAI, 2007)
DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 105 tentang Akuntansi Mudharabah.
(Jakarta: IAI, 2007)
Harahap, Sofyan S., Wiroso, Yusuf, M. Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: LPFE
USAKTI, 2004).
Ikatan Akuntan Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia , (Jakarta: IAI,
2003)
Hendri, Ethika dan Darmayanti 2012. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Perbankan Syariah di Indonesia”. Open Journal
Systems. Vol. 2 No. 1. Universitas Bung Hatta.
Idroes dan Nursella. 2013. Analisa Perbandingan Tingkat Risiko Pembiayaan Murabahah
dengan
Risiko
Pembiayaan
Bagi
Hasil
pada
Perbankan
Syariah.
http://blog.trisakti.ac.id/ahmadmuslim/files/2013/10/ jurnal.docx. Diakses tanggal 08
November 2013 pk 14.57 WIB.

9

Pramono, N. H. 2013. “Optimalisasi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Syariah di
Indonesia”. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang.
Rahmat, A. 2012. Optimalisasi Pembiayaan Bagi Hasil Sebagai Upaya Memberdayakan
UMKM
yang
Berkeadilan.
http://syariahcooperation.
blogspot.com/2012/05/optimalisasi-pembiayaan-bagi-hasil.html. Diakses tanggal 01
Mei 2014 pk 17.15 WIB.
Usmani, Muhammad Taqi, An Introduction to Islamic Finance, (Netherland: Kluwer Law
International, 2002).
Wiyono, Slamet., Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah berdasarkan PSAK
dan PAPSI (Jakarta, Grasindo, 2005)
Yaya, R., Erlangga, A., dan Abdurahim, A. 2014. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan
Praktik Kontemporer- Berdasarkan PAPSI 2013 edisi ke-2. Salemba Empat.
Yogyakarta.

10

11