Bahan psikologi sosial 2

RANGKUMAN MATERI PSIKOLOGI SOSIAL 2
SELF, PSIKOLOGI MASSA, DAN APLIKASI PSIKOLOGI SOSIAL DALAM POLITIK
Disusun Oleh : Kelompok 1
[Nur Delila Mesky; Amanda Dierathy Sewel; Muhammad Renaldy; Tiara Karliani; Ria Setiani
Hayatunnufus; Helena Yolanda A.; Wira Permadi Azhar; Khairur Rahman; Ratna Budi Astuti]
. Latar Belakang
Dalam psikologi sosial, terdapat bermacam teori. Teori mengenai diri, psikologi massa, dan
beragam pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, manusia
memerlukan pendekatan pikologis dalam memandang sesuatu.
. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori self dalam psikologi sosial?
2. Apakah psikologi massa itu?
3. Bagaimana kaitan antara psikologi dengan ilmu politik?

. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori self dalam psikologi sosial.
2. Untuk mengetahui psikologi massa.
3. Untuk mengetahui kaitan antara psikologi dengan ilmu politik.

Teori Self
Self, dirumuskan sebagai cara individu bereaksi terhadap dirinya sendiri melalui pengalaman

individu dengan dunia sebagai eksistensi kita. Teori self ini menjadi teori kepribadian yang
dijelaskan melalui sudut pandang humanistik yang menekankan kapasitas seseorang untuk
pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk memilih takdirnya sendiri, dan berbagai kualitas positif
manusia.
Masalah self disinggung oleh W. James dalam bukunya yang berjudul Princyples of Psychology.
Dia merumuskan self sebagai keseluruhan kepunyaan seperti badan. Dalam perumusan pertama,
self diartikan sebagai obyek, menunjukkan sikap seseorang, perasaan, pengamatan, dan penilaian

seseorang terhadap dirinya. Dalam perumusan kedua, self dianggap sebagai proses, self terdiri
dari sekelompok proses berfikir, mengingat, dan mengamati.
Rumusan paling terkenal dan paling lengkap tentang teori self adalah yang dikemukakan oleh
Carl Rogers. Karya Rogers yang inovatif memberikan dasar bagi lebih banyak penelitian
kontemporer pada harga diri, pertumbuhan pribadi, dan determinasi diri.
Diri (Self) Melalui pengalaman individu dengan dunia, diri muncul “saya” atau “aku” sebagai
eksistensi kita. Rogers tidak memercayai bahwa segala aspek diri disadari, tetapi ia meyakini
semuanya dapat diakses ke kesadaran. Diri merupakan suatu keseluruhan, terdiri atas persepsi
diri seseorang (seberapa menarik saya, seberapa baik saya bergaul dengan orang lain, seberapa
baiknya saya menjadi) dan nilai-nilai yang kita lekatkan pada persepsi tersebut (baik/buruk,
berharga/tidak berharga). Diri adalah keyakinan yang kita pegang tentang diri kita sendiri seperti
karakteristik, kelebihan, kelemahan, dan situasi apa yang kita suka dan tidak suka. Seperangkat

keyakinan tentang diri kita ini dinamakan self-concept (konsep diri).
Konsep diri (self-concept), merupakan tema sentral dalam pandangan Rogers. Yaitu keseluruhan
persepsi dan penilaian individu mengenai kemampuan, prilaku, dan kepribadiannya..
Dalam membahas mengenai konsep diri, Rogers membedakan antara diri sebenarnya (real self),
yaitu diri yang berasal dari pengalaman kita, dan diri ideal (ideal self), yaitu diri yang ingin kita
capai. Semakin besar selisih perbedaan antara diri sebenarnya dan diri ideal, kondisi yang Rogers
sebut ketidakselarasan (incongruence), semakin ia tidak dapat menyesuaikan diri. Untuk
meningkatkan penyesuaian dan menjadi selaras, kita dapat mengembangkan lebih banyak
persepsi positif pada diri sebenarnya, tidak terlalu khawatir mengenai apa yang orang lain
inginkan, dan meningkatkan pengalaman positif kita dalam dunia.
Jadi, konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat
diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan. Semakin baik atau
positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan. Dengan
konsep diri yang baik/positif, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru,
berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, bersikap dan berpikir secara positif.
Sebaliknya, semakin jelek atau negative konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk
berhasil. Dengan konsep diri yang jelek/negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya
diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal yang baru dan menantang, merasa diri

bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna, pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku
inferior lainnya.
Penghargaan positif tanpa syarat, empati, dan ketulusan. Rogers mengajukan tiga metode untuk
membantu seseorang mengembangkan konsep diri yang lebih positif. Penghargaan positif tanpa
syarat, empati, dan ketulusan.

Penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) adalah istilah dari Rogers untuk
penerimaan, penghargaan, dan menjadi positif terhadap orang lain tanpa memedulikan perilaku
seseorang. Ketika perilaku seseorang tidak pantas, menjengkelkan atau tidak dapat diterima,
orang tersebut tetap memerlukan rasa hormat, kenyamanan, dan cinta dari orang lain (Assor,
Roth, & Deci, 2004).
Rogers sangat meyakini bahwa penghargaan positif tanpa syarat mengangkat harga diri (selfesteem) seseorang. Jadi, harga diri adalah evaluasi terhadap dirinya sendiri secara positif atau
negative. Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan yang ia berikan terhadap eksistensi
dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan
menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta tidak cepat-cepat menyalahkan dirinya atas
kekurangan atau ketidaksempurnaan dirinya. Rogers juga mengatakan bahwa kita dapat
membantu orang lain mengembangkan konsep diri yang lebih positif jika kita empati dan tulus.
Menjadi empati berarti menjadi seorang pendengar yang sensitif dan memahami perasaan orang
lain yang sebenarnya. Menjadi tulus berarti terbuka dengan perasaan kita dan menghilangkan
kepura-puraan dan kepalsuan.

Self-esteem (penghargaan diri) merupakan hasil evaluasi tentang diri kita sendiri. Artinya, kita
tidak hanya menilai seperti apa kitaa tetapi juga menilai kualitas-kualitas diri kita.
Menurut Rogers, penghargaan positif tanpa syarat, empati, dan ketulusan merupakan tiga ramuan
penting dalam hubungan antarmanusia yang sehat. Kita dapat menggunakan teknik-teknik
tersebut untuk membantu orang lain merasa lebih baik mengenai dirinya sendiri danmembantu
kita untuk bergaul lebih baik dengan orang lain.
Orang yang memiliki tingkat penghargaan diri yang tinggi biasanya memiliki pemahaman yang
jelas tentang kualitas personalnya. Sedangkan orang yang memandang rendah dirinya sendiri
kurang memiliki konsep diri yang jelas.

SELF CONTROL AND SELF MANAGEMENT THEORIES
Self Control Theory
Menurut ensikopedia psikologi, self control merupakan kemampuan untuk menangguhkan
kesenangan naluriah langsung dan keputusan untuk memperoleh tujuan masa depan yang
biasanya dinilai secara sosial. Menurut Thompson (1994:186) self control adalah keyakinan
bahwa seseorang dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan lewat tindakannya sendiri. Jadi self
control adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan yang dianggapnya penting dengan
melakukannya secara individu, mengambil yang positif dan menghindari hal yang tidak
diinginkan.


Menurut Drever, self control adalah kontrol atau pengendalian yang dijalankan oleh individu
terhadap perasaan-perasaan, gerakan-gerakan hati, tindakan-tindakan sendiri. sedangkan
Goleman mengartikan bahwa self control sebagai kemampuan untuk menyesuaikan dan
mengendalikan dengan pola sesuai dengan usia. Bander menyatakan bahwa self control
merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan tindakan yang ditandai dengan
kemampuan dalam merencanakan hidup, maupun frustasi-frustasi dan mampu menahan ledakan
emosi.
Masa-masa remaja ditandai dengan emosi yang mudah meletup atau cenderung untuk tidak dapat
mengkontrol dirinya sendiri, akan tetapi tidak semua remaja mudah tersulut emosinya atau tidak
mampu untuk mengkontrol dirinya, pada remaja tertentu juga sudah matang dalam artian mampu
mengkontrol setiap tindakan yang dilakukannya.

Self Management Theory
Secara istilah self management yaitu menempatkan individu pada tempat yang sesuai untuk
dirinya dan menjadikan individu layak menempati suatu posisi sehingga tercapai suatu prinsip.
Stephen M. Edelson, Ph.D. menyatakan bahwa self management adalah istilah psikologi yang
digunakan untuk menjelaskan proses mencapai kemandirian (personal autonomy). Mahoney &
Thoresen mengatakan Self-management berkenaan dengan kesadaran dan ketrampilan untuk
mengatur keadaan sekitarnya yang mempengaruhi tingkah laku individu. Cormier & Cormier
(1991:519) menyebutkan Self-management adalah suatu proses dimana klien mengarahkan

sendiri pengubahan perilakunya dengan satu strategi atau gabungan strategi.
Beberapa pengertian di atas akhirnya dapat diambil simpulan bahwa Self-management
(pengelolaan diri) adalah suatu kemampuan yang berkenaan dengan kesadaran diri dan
ketrampilan di mana individu mengarahkan pengubahan tingkah lakunya sendiri dengan
pemanipulasian stimulus dan respon baik internal maupun eksternal. Dengan lain Selfmanagement merupakan kemampuan individu dalam mengelola potensi diri dan potensi
lingkungan untuk mengubah perilakunya.
Seseorang memiliki Self-management melalui latihan dan ada pula yang memilikinya tanpa
melalui latihan terlebih dahulu. Ada yang memiliki kemampuan pengelolaan diri melalui latihan
khusus Self-management atau tanpa melalui latihan dengan cara otodidak (belajar sendiri dari
buku tanpa latihan yaitu melalui pengalaman dalam hidupnya). (Alberto & Troutman, 1990:392).
Self-management memiliki beberapa unsur pokok, prinsip-prinsip modifikasi perilaku dan
strategi pengembangannya. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur penting yang harus ada
sebagai ciri kemampuan ini. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku diri-sendiri merupakan prinsip
dasar modifikasi perilaku dalam pengelolaan diri yang mewujud dalam langkah-langkah kelola

diri. Sedangkan strategi Self-management adalah cara, metode atau teknik dalam rangka
mengembangkan kemampuan pengolahan pengelolaan diri.
Watson & Tharp (1981:11) menjelaskan bahwa Self-management yang sukses terdiri atas unsur
penting yaitu:
1.


Self-knowledge (pengetahuan diri)

Pengetahuan diri adalah unsur penting dari Self-management, karena pengetahuan tentang diri
(Self-knowledge) adalah dasar dari program ini. Pengetahuan diri mendasari penentuan perilaku
yang akan diubah, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, dan cara yang efektif untuk
mengubahnya. Selain itu juga diperlukan pengetahuan diri tentang potensi diri dan potensi
lingkungan yang dibutuhkan untuk pengubahan perilaku. Perilaku ini menurut Watson & Tharp
(1983) meliputi perbuatan, pikiran dan perasaan.
Untuk memperoleh pengetahuan tentang perilaku target yang akan diubah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode observasi dan
perekaman. Untuk perilaku diri sendiri, observasi dan perekaman dapat dilakukan dengan
mencatat perilaku yang berasal dari pantuan diri sendiri melalui proses mengingat catatan buku
harian dan meminta pendapat orang lain tentang perilaku kita.
Aspek-aspek pengetahuan diri
- Skema diri
Skema adalah struktur kognisi tentang beberapa konsep atau stimulasi yang terorganisir. Selain
punya skema tentang sifat orang lain dan kejadian, seseorang juga punya skema tentang dirinya
sendiri. Skema diri adalah bagaimana orang berpikir tentang kualitas personalnya dalam domain
kehidupan tertentu.

Orang punya skema tentang dimensi yang penting bagi mereka, sebagai dasar pemikiran dan
keyakinan. Namun tak semua skema diri adalah positif. Orang juga punya keyakinan tentang
kualitas negatif dirinya sendiri.
Orang tidak hanya memiliki konsep diri tentang kualitas mereka saat sekarang, namun juga
tentang ciri-ciri yang mungkin ada di masa depan. Possible selves adalah skema orang mengenai
akan seperti apa diri mereka kelak di masa depan.
- Diskrepansi diri
Self-discrepancies adalah diskrepansi antara diri kita yang sesungguhnya atau sebagaimana yang
seharusnya menurut orang lain.
Ideal self adalah atribut personal yang ingin dimiliki seseorang.

Ought self adalah atribut personal yang diyakini seharusnya dimiliki seseorang.
2.

Planning (Perencanaan)

Unsur kedua Self-management adalah perencanaan dalam program modifikasi perilaku diri
sendiri. Perencanaan pengubahan perilaku diri sendiri harus didasari komitmen yang kuat untuk
berubah, yaitu keinginan berubah menjadi lebih baik. Individu melakukan perencanaan
pengubahan perilaku setelah mendapat informasi yang diperlukan tentang diri dan

lingkungannya. Perencanaan dilakukan agar tujuan pengubahan perilaku dapat lebih mudah
terscapai.

3.

Information Gathering (penggabungan informasi)

Untuk membantu proses pengubahan perilaku diperlukan berbagai informasi sebagai data
pendukung. Macam-macam informasi yang diperlukan meliputi informasi tentang jenis, faktor
yang mempengaruhi, dan cara yang efektif merubah perilaku. Informasi tersebut digabungkan
(dikumpulkan) agar dapat menghasilkan suatu petunjuk yang jelas dalam mengubah perilaku.
4.

Modification of Plan (modifikasi perencanaan)

Modifikasi perencanaan haruslah didasari komitmen yang kuat, yaitu komitmen untuk terus
melakukan pengubahan untuk mendapatkan perilaku yang lebih baik. Unsur ini pada pokoknya
membahas tentang adanya tahap modifikasi perencanaan melalui tahap evaluasi.

PSIKOLOGI MASSA

. Definisi
Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental. Massa dapat diartikan sebagai bentuk
kolektivisme (kebersamaan). Jadi, Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak
orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar
sekali. Psikologi Massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh
sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif
(Collective Behavior).
Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial
dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir,
dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian
banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement). Perilaku kolektif yang berupa
gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak
terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil.

Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi
tentang kerumunan (perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu,
meliputi yaitu :
1. Abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari konflik antar-kelompok
2. Kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya
3. Terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya

4. Kegagalan memahami motif anggota kerumunan
5. Selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan.
Reicher (1987), Reicher & Potter (1985) selama ini melihat adanya dua bentuk bias dalam
memandang teori kerumunan (crowds), yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias politik terjadi
karena teori kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan tatanan sosial dari mob dan
tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik sosial. Sementara itu bias perspektif
terjadi karena para ahli hanya berperan sebagai orang luar (outsider) yang hanya mengamati
masalah tersebut. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam memandang tindakan kerumunan secara
objektif.
. Kondisi-Kondisi Pembentuk Perilaku Massa
Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku
kolektif , yaitu:
1. Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku
kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst.
2. Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dalam masyarakat yang muncul secara
tersturktur. Misalnya: antar pendukung kontestan pilkada.
3. Generalized beliefs: share interpretation of event.
4. Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misalnya: ada pencurian,
ada kecelakaan.
5. Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalnya: aksi buruh, rapat umum suatu
ORMAS, dst .
6. Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak
berjalan dengan baik.
C. Macam-Macam Bentuk Perilaku Kolektif

1. Crowd (Kerumunan)
Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai:
a. Sekelompok orang yang membentuk agregasi (kumpulan)
b. Jumlahnya semakin lama semakin meningkat
c. Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran)
d. Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu dengan lingkaran
(boundary) yang semakin jelas
e. Titik pusatnya permeable dan saling mendekat.
Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat, yaitu:
1. Temporary Crowd: orang yang berada pada situasi saling berdekatan di suatu tempat dan pada
situasi sesaat.
2. Casual Crowd: sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki maksud apaapa.
3. Conventional Crowd: audience yang sedang mendengarkan ceramah.
4. Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser musik yang menari sambil
sesekali ikut melantunkan lagu.
5. Acting Crowd atau Rioting Crowd: sekelompok massa yang melakukan tindakan kekerasan.
6. Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena didasari oleh kesamaan ideologi.
2. Mob
Mob adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional, cenderung melakukan
kekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan
tindakan melawan tatanan sosial yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa
ketidakpuasan, ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang telah
mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi kerusuhan
massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang di pandang menjadi
sasaran kemarahanannya.
3. Panic
Panic adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya merupakan reaksi terhadap ancaman
yang muncul di dalam kelompok tersebut. Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian
bencana (disaster). Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian, dan

hal ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari kejadian panik ini
adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan yang berlebihan dalam
masyarakat. Misalnya: munculnya issue gempa bumi, tsunami, banjir.
4. Rumors
Rumors adalah suatu informasi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya, dan dikomunikasikan
yang muncul dari satu orang kepada orang lain (issue sosial). Umumnya terjadi pada situasi di
mana orang seringkali kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih
komprehensif. Media yang digunakan umumnya adalah telepon.
5. Opini Public
Opini Public adalah sekelompok orang yang memiliki pendapat beda mengenai sesuatu hal
dalam masyarakat. Dalam opini publik ini antara kelompok masyarakat terjadi perbedaan
pandangan / perspektif. Konflik bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang
memahami akan masalah yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut. Misalnya: adanya
perbedaan pandangan antar masyarakat tentang hukuman mati, pemilu, penetapan undangundang tertentu, dan sebagainya. Bentuknya biasanya berupa informasi yang beda. Namun,
dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam masyarakat.
6. Propaganda
Propaganda adalah informasi atau pandangan yang sengaja digunakan untuk menyampaikan atau
membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh sekelompok orang, organisasi, atau
masyarakat yang ingin tercapai tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk
melalukan propaganda ini. Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok (crowds).Penampilan
dari public figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh untuk melakukan proraganda ini.
. Hubungan Antara Perilaku Massa Dengan Agresi
Banyak pandangan yang menyatakan bahwa perilaku kolektif berkatian erat dengan tindakan
agresi / kekerasan. Bahkan sejumlah studi banyak dilakukan untuk melihat pengaruh
berkumpulnya orang dalam massa terhadap kekerasan yang ditimbulkannya. Pendekatan
keamanan selama ini juga selalu memandang bahwa adanya kumpulan orang selalu disikapi
sebagai bentuk potensi konflik, dan kadangkala tindakan antisipasi yang dilakukannya sangat
berlebihan. Ciri penting yang harus dipahami petugas apakah kumpulan dapat mengakibatkan
potensi konflik?
1.
Apakah terjadi kebangkitan emosi (arousal) massa yang sangat signifikan? Bila mereka
sangat antusias dengan yel-yel dan gerakan yang menyinggung harga diri kelompok maka perlu
dibutuhkan upaya kesabaran namun waspada.

2. Apakah ada stimulator / pemicu dari lingkungan yang membahayakan? Alat agresi apakah
muncul dalam kerumunan massa tu. Batu, pentungan, senjata tajam, dll, sangat mendorong
munculnya kekerasan.
3. Apakah ada provokator yang terorganisir? Provokator selalu menyemangati para anggota
kelompoknya untuk tetap melakukan tindakan demonstrasi.
4. Apakah situasinya panas atau hujan? Situasi panas dapat membuat situasi tidak nyaman, dan
situasi ini dapat mudah menyulut kekerasan.
5.
Apakah munculnya sesaat atau bersifat kronis? Perilaku kolektif yang munculnya sesaat
umumnya tidak menimbulkan agresi, terkecuali memang sudah ada konflik didalamnya.
6. Adakah keberpihakan dalam perilaku kolektif ?Konsep ini muncul dari adanya pemahamana
bahwa bila ada dua kelompok atau lebih yang sedang berkompetisi, maka mereka akan saling
berusaha untuk mengalahkan yang lain.
7. Adakah motif dasar yang melatarbelakangi munculnya perilaku kolektif? Perilaku kolektif
akan menjadi sangat berbahaya apabila dalam kolektivitasnya itu dipicu oleh masalah kebutuhan
pokok.
8.
Apakah ada organisasi yang mensponsori? Kekerasan akan semakin meningkat
konstelasinya apabila ada dukungan sponsorship yang kuat, sehingga perilaku kolektif ini akan
berlangsung lama. Oleh karena itu, kesiapan logistik yang cukup harus dilakukan dan dicarinya
upaya strategi yang tepat untuk mengatasinya.
D.

Teori-Teori Perilaku Kolektif

1.
Social Contagion Theory (Teori Penularan sosial) menyatakan bahwa orang akan mudah
tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial massa. mereka melakukan tindakan
meniru/imitasi.
2.
Emergence Norm Theory: menyatakan bahwa perilaku didasari oleh norma kelompok,
maka dalam perilaku kelompok ada norma sosial mereka yang akan ditonjolkannya. Bila norma
ini dipandang sesuai dengan keyakinannya, dan berseberangan dengan nilai / norma aparat yang
bertugas, maka konflik horizontal akan terjadi.
3.
Convergency Theory: menyatakan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu
kejadian di mana ketika mereka berbagi (convergence) pemikiran dalam menginterpretasi suatu
kejadian. Orang akan mengumpul bila mereka memiliki minat yang sama dan mereka akan
terpanggil untuk berpartisipasi.
4.
Deindivuation Theory: menyatakan bahwa ketika orang dalam kerumunan, maka mereka
akan ”menghilangkan” jati dirinya, dan kemudian menyatu ke dalam jiwa massa.

E.Cara Menyikapi Perilaku Massa
1.

Memahami bentuk perilaku kolektif.

2.

Memahami motif perilaku kolektif.

3.

Perencanaan penyelesaian yang matang.

4.

Pengendalian diri yang baik.

5.

Keberanian dalam bersikap.

Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Politik
. Pengertian dari Ilmu Psikologi Politik
Psikologi politik merupakan pertemuan antara ilmu politik dan ilmu psikologi dalam dimensi
epistemologis dan ontologis. Oleh karena itu perlu diuraikan satu persatu tentang pengertian
kedua disiplin ilmu tersebut.
. Definisi ilmu Politik dan Ilmu Psikologi
Ada beberapa definisi tentang ilmu politik, diantaranya:
Lasswell ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh dan kekuasaan.
Paul Janet : ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip- prinsip
pemerintahan. Pendapat ini didukung oleh R.N. Gilchrist.
Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow: ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari lingkungan
kenegaraan.
Seely dan Stephen Leacock: ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam menanggani
pemerintahan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dikemukakan bahwa Ilmu politik adalah cabang ilmu
sosial yang mempelajari :
Teori dan praktik politik,
Deskripsi dan analisa sistem politik, dan
Perilaku politik.
Sedangkan Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik, perilaku dan fenomena
pikiran manusia. Dengan kata lain Psikologi (terutama psikologi sosial) pada hakekatnya

mempelajari kegiatan manusia dari segi-segi ekstern (lingkungan sosial, fisik, peristiwaperistiwa, gerakan-gerakan massa) maupun dari segi intern (kesehatan fisik perorangan,
semangat, dan emosi). Sehingga dapat dikemukakan bahwa psikologi (sosial) mempengaruhi
suatu hasil keputusan dalam kebijaksanaan politik dan kenegaraan dengan memperhatikan sikap
dan tindakan-tindakan sosial masyarakat yang melahirkan tuntutan-tuntutan terhadap kebijakan
politik suatu pemerintahan.Antara psikologi dan ilmu politik sama-sama mempelajari tingkah
laku manusia.
. Hubungan Ilmu Psikologi dengan Politik
Kajian utama dari hubungan antara Psikologi dan Politik adalah berkaitan dengan pikiran, emosi,
dan perilaku manusia dalam politik. Contoh aspek yang diteliti dalam psikologi politik adalah,
pemerintahan, aktor pengambil keputusan, organisasi internasional dan partai – partai politik.
Penggabungan antara konsep dan teori ilmu Psikologi dengan ilmu Politik merupakan hal yang
sangat mengesankan. Perspektif Psikologi Politik dapat memberikan satu bentuk analisa yang
lebih komprehensif terhadap sebuah fenomena politik. Politik tidak lepas dari seorang aktor
politik, entitas politik dan tata pemerintahan politik. Setiap aspek tersebut sangat berkaitan erat
dengan individu (manusia) sebagai pelaksana politik.
Dapat dikatakan bahwa kedua ilmu ini mempunyai titik temu. dan
Oleh karena itu Psikolog sebagai ahli psikologi dan politikus atau ahli politik dapat memberikan
peran dalam menjelaskan tentang persoalan-persoalan yang menarik yang berkaitan dengan
kehidupan politik seperti :
- Kebijakan politik dalam negeri dan luar negeri
- Konflik etnis dari kekerasan ringan sampai pembantaian etnis
- Motivasi aksi terorisme dan pencegahannya
- Peta pikiran dari penganut rasis
- Perilaku memilih
- Memahami elemen-elemen kepribadian secara mendalam dari pemimpin politik
Salah satu tujuan dari psikologi politik adalah menstabilkan hukum umum dari perilaku yang
dapat menjelaskan dan memprediksi perstiwa dalam berbagai situasi. Karena itu psikologi politik
membahas tentang apa yang dilakukan oleh rakyat berdasarkan adaptasi dari konsep psikologi
yang tentunya relevan dengan politik, yang kemudian diaplikasikan untuk menganalisis
persoalan atau isu-isu seputar perpolitikan.

Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam bidang politik, dimana teori
yang diperlukan adalah “massa psikologi” atau “Psikologi Massa”
Penting bagi politisi untuk menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumnya, golongan
tertentu pada khususnya.
Psikologi sosial dapat menjelaskan bagaimana sikap dan harapan masyarakat dapat melahirkan
tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan masyarakat.

C.

Penutup

Teori self, merupakan teori cara kita memersepsikan diri kita dan dunia di sekitar kita yang
menjadi unsur kunci dalam kepribadian. Menekankan kapasitas diri untuk pertumbuhan pribadi,
kebebasan untuk memilih takdir sendiri, dan berbagai kualitas positif diri. Tiap-tiap diri memiliki
kemampuan untuk mengkonsep diri, mengaktualisasi diri, mengendalikan diri, dan mencapai apa
yang kita inginkan untuk memahami diri dan dunia kita.
Jadi, dengan teori self, terdapat dimensi pengetahuan yang memberi penjelasan dari “siapa saya”
yang akan memberi gambaran diri kita. Dimensi harapan, yaitu kita memiliki sejumlah
pandangan diri yang dicita-citakan di masa depan. Dan dimensi penilaian kita terhadap diri kita
sendiri yang memiliki rasa menyayangi diri sendiri dan harga diri yang tinggi.
Terdapat juga self control theory dan self management theory. self control merupakan
kemampuan untuk menangguhkan kesenangan naluriah langsung dan keputusan untuk
memperoleh tujuan masa depan yang biasanya dinilai secara sosial. Self control adalah usaha
untuk mencapai suatu tujuan yang dianggapnya penting dengan melakukannya secara individu,
mengambil yang positif dan menghindari hal yang tidak diinginkan.
Secara istilah self management yaitu menempatkan individu pada tempat yang sesuai untuk
dirinya dan menjadikan individu layak menempati suatu posisi sehingga tercapai suatu prinsip.
Self-management (pengelolaan diri) adalah suatu kemampuan yang berkenaan dengan kesadaran
diri dan ketrampilan di mana individu mengarahkan pengubahan tingkah lakunya sendiri dengan
pemanipulasian stimulus dan respon baik internal maupun eksternal.
Self-management yang sukses memiliki unsur penting, yaitu : Self-knowledge (pengetahuan
diri), Planning (Perencanaan), Information Gathering (Penggabungan informasi), Modification of
plan (Modifikasi rencana).
Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia
mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar sekali. Psikologi Massa akan
berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena
kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior).

Kondisi-Kondisi Pembentuk Perilaku Massa menurut Neil Smelser yakni Structural
conduciveness, Structural Strain, Generalized beliefs, Precipitating factors, Mobilization for
actions, dan Failure of Social Control. Macam-macam perilaku kolektfi adalah Crowd, Mob,
Panic, Rumors, Opini Public, dan Propaganda
Teori-Teori Perilaku Kolektif terdiri atas Social Contagion Theory (Teori Penularan sosial),
Emergence Norm Theory, Convergency Theory, dan Deindivuation Theory.
Psikologi politik merupakan pertemuan antara ilmu politik dan ilmu psikologi dalam dimensi
epistemologis dan ontologis.
Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang mempelajari : Teori dan praktik politik, Deskripsi
dan analisa sistem politik, dan Perilaku politik. Sedangkan Psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari karakteristik, perilaku dan fenomena pikiran manusia.
Ilmu psikologi sangat diperlukan dalam politik dikarenakan dalam politik diperlukan adanya
kemampuan untuk memahami tuntutan peran dari masyarakat, kemampuan memahami massa
dan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.

PERTANYAAN :
1. Pada saat kita yakin akan diri kita seperti yakin akan kualitas diri kita, maka kita sudah
mempunyai ...
a. Self esteem
b. Self concept
c. Self regulation
d. Self presentation
e. Self management
Jawaban: B
2. Self-management yang sukses terdiri atas unsur penting, yaitu :
a. Self-knowledge, planning, information gathering, dan modification of plan.
b. Self-kmowledge, information gathering, palnning, dan modification of plan.
c. Information gathering, planning, modification of plan, dan self knowledge.
d. Modification of plan, information gathering, self-knowledge, dan planning.

e. Modification of plan, self-knowledge, information gathering, dan planning.
Jawaban : A
3. Gerakan massa yang merombak norma lama membentuk norma baru termasuk dalam gerakan
massa yang…
a. Progresif
b. Status quo
c. Reaksioner
d. Pasif
e. Aktif
Jawaban : A

4. Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku
kolektif, kecuali…
a. Structural Conduciveness
b. Generalized Belief
c. Structural Strain
d. Precipitating Factors
e. Temporary crowd
Jawaban : E

5. Menyatakan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu kejadian di mana ketika mereka
berbagi pemikiran dalam menginterpretasi suatu kejadian, merupakan pengertian dari…
a. Convergency Theory
b. Social Contagion Theory
c. Deindivuation Theory
d. Emergence Norm Theory

e. Social Theory
Jawaban : A

6. Tindakan yang terorganisir di dalam perilaku kolektif seseorang atau sekelompok orang yang
ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, maupun masyarakatnya.
Tindakan ini disebut dengan…
a. Collective Behavior
b. Social Movement
c. Structural conduciveness
d. Mobilization for actions
e. Structural Strain
Jawaban : B

7. Menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial massa.
mereka melakukan tindakan meniru/imitasi merupakan pengertian dari...
a. Convergency Theory
b. Social Contagion Theory
c. Deindividuatiom Theory
d. Emergence Norm Thepry
e. Social Theory
Jawaban : B

8. Ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip- prinsip pemerintahan adalah
definisi ilmu politik yang dikemukakan oleh
a. Paul Janet
b. Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow
c. Seely dan Stephen Leacock

d. Hutahuruk
e. Prof. Mr. Moh. Yamin
Jawaban : A

9. Ilmu psikologi yang berperan penting dalam bidang politik adalah ilmu psikologi yang
membahas teori
a. Teori Medan
b. Teori identitas sosial
c. Teori peran
d. Teori psikologi massa
e. Teori agresi
Jawabadn : D

Resume materi konsep diri, teori peran, dan aplikasi psikologi sosial di bidang ekonomi
Disusun Oleh:
[Anita Dwi Oktari; Muhammad Chairil Akbar; Riana Khairul; Rif’atul Hasanah; Novita
Elmayandari; Muhammad Rifqi; Fajar Bayu Raynadi; Ryskie Arrahman]

Kata pengantar
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri.Konsep diri (self
consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian
manusia. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal
segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan
yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk
diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seseorang memahami konsep diri.
Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa bergantung
ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak

“menjadi” manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam.
Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah
ayah atau ibu,tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia
adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan,
besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya. Dalam hal ini kita akan lebih mengetahui
bahwa teori peran itu penting untuk kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari.
. Rumusan Masalah :
1. Apa pengertian dari konsep diri?
2. Apa saja komponen yang ada dalam konsep diri?
3. Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri?
4. Apa pengertian dari teori peran?
5. Bagaimanakah konsep dari teori peran?
6. Bagaimana aplikasi psikologi sosial dalam bidang ekonomi?
. Tujuan Penulisan :
1. Mengetahui pengertian dari konsep diri
2. Mengetahui apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri
3. Mengetahui pengertian teori peran dan konsep dari teori peran
4. Mengetahui bagaimana aplikasi bidang ekonomi dalam psikologi sosial

. Pengertian konsep diri
Konsep diri (self consept)merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan
tentang kepribadian manusia.Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga
dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.Para ahli psikologi
berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
Konsep diriseseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang
tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada
akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah
suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai

diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu
mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain
pada diri individu (Mulyana, 2000:7).Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang
dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian dari orang lain mengenai
dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari
orang lain mengenai dirinya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau
masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung
individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya,
orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan
menarik, cantik atau tidak.
Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri
sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.Konsep diri ini merupakan gabungan dari
keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik,
psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri
(self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri,
dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu
cenderung berpikir akan berhasil. Maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan
membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini
sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep
diri adalahcara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang
dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

. Komponen konsep diri
Konsep diri terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1. Gambaran diri
Gambaran diri adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan di
modifikasi dengan pengalaman baru setiap individu.( Stuart dan Sundeen, 1998 ).
Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain :
a) Fokus individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada usia remaja.
b) Bentuk badan, tinggi badan, serta tanda-tanda kelamin sekunder menjadi citra tubuh.
c) Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis individu
tersebut.
d) tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap dirinya dan
sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.
e) Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa
aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.
f) Individu yang stabil , realistis, dan konsisten terhadap citra tubuhnya terhadap citra tubuhnya
dapat mencapai kesuksesan.

2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart,
aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,1991). Standart dapat
berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai
yang ingin di capai.
Faktor yang mempengaruhi ideal diri ( Ana Keliat, 1998 ), yaitu :
1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk
mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
4. Kebutuhan yang realistis.
5. Keinginan untuk menghindari kegagalan.
6. Perasaan cemas dan rendah diri.

Beberapa hal yang berkaitan dengan ideal diri, yaitu :

• Pembentukan ideal diri pertama kali terjadi pada masa kanak-kanak.
• Masa remaja terbentuk mulai proses identifikasi terhadap orang tua, guru dan teman.
• Ideal diri dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting dalam memberikan tuntunan
dan harapan.
• Ideal diri mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma, keluarga dan sosial.
3. Harga Diri
Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku seseorang dalam memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang
tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang
lain (Keliat, 1992).
Cara- cara untuk meningkatkan harga diri seseorang :
1. Memberinya kesempatan untuk berhasil.
2. memberinya gagasan.
3. Mendorongnya untuk beraspirasi.
4. Membantunya membentuk koping.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :
• Perkembangan individu
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan
anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk
mencintai orang lain.
• Ideal Diri tidak realistis
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan
berbuat kesalahan.
• Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
• Sistem keluarga yang tidak berfungsi.

Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak
dengan baik.
• Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.
Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan.Respon atau strategi untuk menghadapi
trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif
terganggu.Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.

4. Peran
Peran merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.Peran yang ditetapkan adalah
perandimana seseorang tidak mempunyai pilihan.Peran yang diterima adalah peran yang terpilih
atau dipilih oleh individu.( Stuart dan Sundeen, 1998 ). Peran adalah sikap dan perilaku nilai
serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.( Keliat, 1992 )
.Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan
ideal.

5. Identitas Diri
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.Beberapa hal terkait dengan
identitas diri antara lain :
• Identitas personal terbentuk sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan pembentukan konsep
diri.
• Individu yang memiliki identitas diri yang kuat akan memandang dirinya tidak sama dengan
orang lain.
• Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap.
• Kemandirian timbul dari perasaan berharga, sikap menghargai diri sendiri, kemampuan dan
penguasaan diri.
• Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerimanya dirinya.

. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri terdiri :

1. Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep diri.Contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang mendukung dan penuh
kasih sayang, sedangkan anak membutuhkan kebebasan untuk belajar dan menggali hal-hal baru.
2. Budaya
Pada usia anak-anak nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan
lingkungannya.Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada
lingkungannya.
3. Faktor Internal dan Eksternal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri.Pada
sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif.Sumber eksternal
misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
4. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula
sebaliknya.
5. Stresor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping
individu tidak kuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
6. Usia, keadaan sakit, dan trauma
Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.

. Pengerian teori peran
Menurut Kozier Barbaraperan adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku
yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.Peran adalah deskripsi sosial tentang
siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas
sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh.
Teori peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian
besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam kategori sosial (misalnya ibu, manajer, guru).
Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang

untuk menghadapi dan memenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang
berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks
tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya. Teater adalah metafora sering digunakan
untuk menggambarkan teori peran.

. Konsep teori peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh
masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam
skenario itu sudah `tertulis” seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur harus
bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis
peran apa yang harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan
seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni,
tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara.Jadi
perilaku ditentukan oleh peran sosial.Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam
terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya.Sesuai
dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita
untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan, tidak semuanya mampu untukmenjalankan
peran yang melekat dalam dirinya.Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam
menjalankan perannya.Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan
role strain.
• Role Conflict
Setiap orang memainkan sejumlah peran yang berbeda, dan kadang-kadang peran-peran tersebut
membawa harapan-harapan yang bertentangan. Menurut Hendropuspito [1989], konflik peran
sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peranperan itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau sasaran yang
dituju sama.

• Role Strain
Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role
strain. Satu hal yang menyebabkan terjadinya role strain adalah karena peran apapun sering
menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda. Misalnya, status sebagai
karyawan bagian pemasaran (sales) eceran di sebuah perusahaan, dalam arti tertentu sebenarnya
membawa beberapa peran: sebagai bawahan (terhadap atasan di perusahaan itu), sebagai sesama

pekerja (terhadap karyawan-karyawan lain di perusahaan itu), dan sebagai penjual (terhadap
konsumen dan masyarakat yang ditawari produk perusahaan tersebut).
Faktor-faktor Penyesuaian Peran
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan,
yaitu :
a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
b. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
c. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
e. Pemisahan perilaku yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran

. Aplikasi bidang ekonomi dalam psikologi sosial
Ilmu ekonomi mempelajari segala perilaku individu yang berhubungan dengan hal-hal yang
berkaitan dengan ekonomi,perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran.Pengertian perilaku dalam ilmu ekonomi dijelaskan bahwa segala sesuatau yang
berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan didasarkan atas hukum ekonomi. Asumsi
dasar yang muncul dalam perilaku tersebut dapat berupa dalam proses pengambilan keputusan,
konsep konsekuensi yang akan diterima nantinya di didasarkan atas hukum-hukum dalam
ekonomi yang secara konsep di gambarkan dalam bentuk yang kaku dan formal (Van Raij dalam
Antonides, 1991).
Perilaku ekonomi ini memunculkan bentuk pengambilan keputusan yang menitikberatkan atas
pertimbangan-pertimbangan yang bersifat rasional atau logika dan berusaha untuk
memaksimalkan penggunaannya dalam sudut pandang ekonomi (Hayes dalam Antonides).
Sifat rasional di sini diartikan sebagai ciri dari tindakan yang
1. Memperhitungkan untung-rugi,
2. Mementingkan keuntungan dirisendiri (self-interest),
3. Member