BAB II PEMBAHASAN FIX Manfaat Ina Cbgs

BAB II
PEMBAHASAN
A. INA CBG’s
INA-CBG’s adalah salah satu contoh dari penerapan metode pembayaran
prospektif. INA CBG’s merupakan suatu metode pembayaran dengan sistem casemix
yaitu suatu sistem dimana menggunakan pengelompokkan diagnosis dan prosedur dengan
mengacu pada ciri klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber daya/biaya perawatan
yang mirip/sama.
Tarif INA-CBG’s adalah tarif dengan sistem paket yang dibayarkan per episode
pelayanan kesehatan (pada rangkaian perawtan pasien hingga selesai), dimana besar
kecilnya tarif tidak akan dipengaruhi oleh jumlah hari perawatan.
Dasar pengelompokkan dalam INA-CBG’s mengacu pada ICD-10 untuk diagnosis
dan ICD-9-CM untuk tindakan/prosedur. Tarif ini terdiri dari 1077 grup/kelompok kasus
yang terdiri dari 789 kelompok kasus rawat inap dan 288kelompok kasus rawat jalan.
Komponen-komponen medis yang sudah terhitung ke dalam tarif INA CBG’s
adalah :
1. Konsultasi dokter
2. Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi, dsb
3. Obat formularium nasional (Fornas) maupun obat bukan Fornas
4. Bahan dan alat medis habis pakai
5. Akomodasi atau kamar perawatan

6. Biaya lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien
Tarif INA-CBG’s diberlakukan sejalan dengan berlakunya sistem Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) per 1 Januari 2014. Penerapan tarif INA-CBGs berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan dikelompokkan tariff 7 kluster rumah sakit, yaitu :
1. Tarif Rumah Sakit Kelas A
2. Tarif Rumah Sakit Kelas B
3. Tarif Rumah Sakit Kelas B Pendidikan
4. Tarif Rumah Sakit Kelas C
5. Tarif Rumah Sakit Kelas D
6. Tarif Rumah Sakit Khusus Rujukan Nasional
7. Tarif Rumah Sakit Umum Rujukan Nasional
B. FASILITAS KESEHATAN TINGKAT LANJUT (FKTL)
BPJS Kesehatan dalam menyelenggarakan program JKN bekerjasama dengan
pemberi pelayanan kesehatan yang kemudian dibedakan menjadi dua yaitu Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL). Untuk FKTP, BPJS Kesehatan akan membayar pelayanan yang
diberikan kepada peserta dengan sistem kapitasi, sementara untuk FKRTL klaim

pelayanan kesehatan yang diberikan akan dibayarkan dengan sistem paket INA
CBG’s.

Fasilitas Kesehatan Tingkat lanjutan BPJS Kesehatan dapat meliputi :
1. Rumah Sakit, terdiri dari RSU, RSUP, RSUD, RS TNI/POLRI, RS
Swasta, RS Khusus Jantung, Kanker, Paru, Mata, Bersalin, RS Khusus
Lain yang telah terakreditasi.
2. Balai Kesehatan, terdiri dari : Balai Kesehatan Paru Masyarakat, Balai
Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Kesehatan Ibu dan Anak dan Balai
Kesehatan Jiwa.
Untuk mendukung penyelenggaraan program JKN, rumah sakit yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sebagai FKRTL harus terus berupaya dalam
meningkatkan kualitasnya agar terus dapat bersaing dengan rumah sakit lainnya
dalam memberikan mutu pelayanan yang terbaik, hal ini sangat penting dilakukan
mengingat tarif INA CBG’s yang diberlakukan antara rumah sakit pemerintah dan
rumah sakit swasta adalah sama. Dalam penerapan sistem INA CBG’s pihak rumah
sakit harus menciptakan komunikasi yang baik untuk menentukan pilihan pelayanan
yang paling cost effective dengan mengedepankan kendali mutu dan kendali biaya.
Untuk dapat memberikan pelayanan medik yang bermutu, dokter dan petugas medis
lainnya harus berpedoman pada clinical pathway atau standar pelayanan operasional
(SPO) (Kemenkes RI, 2010).
C. INA-CBG’s dan Upaya Peningkatan Kinerja FKTL yang berkualitas di Era
JKN

Pemberlakuan sistem pembayaran biaya kesehatan secara prosepktif di
fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan menggunakan pola pembayaran INA-CBG’s
tentunya memiliki banyak peran dalam upaya peningkatan kinerja FKTL itu sendiri.
Salah satunya adalah dengan adanya standarisasi tarif, terutama pada era JKN ini,
dimana sistem kapitasi diberlakukan bagi setiap fasilitas kesehatan tingkat lanjut
(FKTL). Dengan adanya INA-CBG’s, tarif untuk penyakit/kasus yang sejenis akan
memiliki tanggungan biaya yang sama, sesuai dengan regionalisasi dan juga tipe
rumah sakit itu sendiri. Pelayanan yang diberikan pun seharusnya dapat terstandarkan
pula, karena diagnosa dan juga prosedur atau tindakan apa pun sudah terkoding dalam
sistem INA-CBG’s. Dengan katan lain, INA CBG’s dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja FKTL sebagai alat kendali biaya. Berbicara mengenai kendali
biaya, dengan penerapan INA CBG’s ini diharapkan mampu menjadi cost effective
system, di mana pihak FKTL dapat mengelola keuangn dengan mengontrol tindakan

yang tidak perlu dilakukan pada pasien yang dapat mengambil porsi biaya yang cukup
besar dari tarif paket tersebut.
Diterapkannya INA CBG’s juga menuntut FKTL untuk mengacu pada suatu
standar untuk menjadi alat kendali mutu pula. Karena yang terjadi adalah persaingan
mutu dengan melakukan penghematan sesuai aturan yang terdapat dalam INA CBG’s,
maka hal inilah yang akhirnya akan membuat pasien puas akan kinerja dari pelayanan

di FKTL tersebut. Salah satu contoh penerapan standar tersebut adalah dengan
mengikuti standar pelayanan minimal sesuai panduan praktik klinik dan
diterapkannya clinical pathway di rumah sakit. Berbagai kompoenen yang dicakup
dalam clinical pathway adalah dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan. Selain itu juga dapat digunakan untuk melakukan kegiatan monitoring dan
evaluasi mengenai tindakan dan juga obat yang diberikan kepada pasien.
Di era JKN ini pun terdapat suatu standar dalam obat-obatan bagi pasien yang
dikenal dengan formularium nasional daftar obat pelayanan kesehatan. Formularium
nasional menjadi acuan peneapan penggunaan obat dalam program JKN agar
penggunaan obat bisa rasional atau sesuai dengan kebutuhan medis. Obat-obatan yang
tersedia di rumah sakit sudah termasuk dalam paket tariff INA-CBG’s, sehingga dapat
mengendalikan mutu dan biaya pengobatan, agar pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pasien menjadi optimal.
Secara garis besar, beberapa manfaat INA-CBG’s dan perannya dalam upaya
peningkatan kinerja FKTL adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pasien
a. Adanya kepastian dalam pelayanan
b. Pasien mendapatkan perhatian lebih dalam tindakan medis
c. Mengurangi pemeriksaan dan penggunaan alat medis yang berlebihan.
2. Bagi Rumah Sakit

a. Mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban kerja sebenarnya.
b. Dapat meningkatkan mutu & efisiensi pelayanan Rumah Sakit.
c. Dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yang
tepat,meningkatkan komunikasi antar spesialisasi atau multidisiplin
ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat memonitor
d.
e.
f.
g.

QA dengan cara yang lebih objektif.
Perencanaan anggaran pembiayaan dan belanja yang lebih akurat.
Mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh klinisi.
Keadilan (equity) yang lebih baik dalam pengalokasian anggaran.
Mendukung sistem perawatan pasien dengan menerapkan Clinical

Pathway.
3. Bagi Penyandang Dana dan Pemerintah
a. Meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran kesehatan.
b. Equity terhadap masyarakat luas akan akan terjangkau.


c. Meningkatkan kepuasan pasien dan provider/Pemerintah.
d. Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan berdasarkan kepada
biaya yang sebenarnya.
Metode pembayaran rumah sakit dengan INA-CBGs harus diikuti dengan
berbagai upaya peningkatan kinerja

di rumah sakit baik pada level manajemen

maupun profesi khususnya dokter. Karena tidak hanya dilakukan upaya peningkatan
kinerja dari cara pandang mengelola pasien tetapi juga cara pandang dalam mengelola
rumah sakit. Beberapa upaya peningkatan kinerja yang sebaiknya dilakukan rumah
sakit yang telah menerapkan sistem INA-CBGs adalah:
a. Membangun tim rumah sakit
Upaya membangun tim rumah sakit bertujuan untuk menyamakan
persepsi dan komitmen tim agar mampu bekerja sama untuk menghasilkan
produk pelayanan rumah sakit yang bermutu dan cost efective. Sehingga
pelayanan rumah sakit yang telah menerapkan sistem INA-CBGs tetap
mengedepankan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
b. Meningkatkan efisiensi

Upaya peningkatan efisiensi merupakan salah satu bentuk upaya
peningkatan kinerja pada rumah sakit yang menerapkan sistem INACBGs. Hal ini dikarenakan upaya peningkatan efisiensi baik dari sisi
proses (lama rawat, pemeriksaan penunjang) maupun sisi input
(perencanaan dan pengadaan barang dan jasa) mampu menghasilkan
produk pelayanan yang cost effective dan mampu mengurangi atau bahkan
menghilangkan pelayanan yang berlebih dan tidak diperlukan (over
treatment dan atau over utility).
c. Memperbaiki mutu rekam medis
Upaya memberbaiki mutu

dokumen

rekam

medis

dan

kelengkapannya akan sangat berpengaruh pada koding, grouping dan tarif
INA-CBGs. Sehingga menghasilkan output pelayanan yang bermutu

sebagai hasil dari upaya peningkatan kinerja FKTL.
d. Memperbaiki kecepatan dan mutu klaim
Upaya memberbaiki kecepatan dan mutu klaim dilakukan dengan
cara rumah sakit harus menata sistem pelayanan rekam medis yang baik,
sehingg dapat memperbaiki dan meningkatkan cash flow rumah sakit.
e. Melakukan standarisasi

Perlu terus dibangun standard input (formularium rumah sakit e
katalog dan atau lelang), dan proses (PPK/SPO dan clinical pathway) di
tingkat rumah sakit.
f. Membentuk Tim Casemix/Tim INA-CBG rumah sakit
Tim Casemix/Tim INA-CBGs rumah sakit akan menjadi penggerak
membantu melakukan sosialisasi, monitoring dan evaluasi implementasi
INA-CBGs di rumah sakit.
g. Memanfaatkan data klaim.
Data INA-CBGs rumah sakit dapat digunakan/dimanfaatkan tidak
hanya untuk klaim tetapi juga dapat digunakan untuk menilai performance
rumah sakit dan performance SDM khususnya profesi dokter. Jadi data
INA-CBGs dan data klaim dapat digunakan sebagai bahan untuk
pengambilan keputusan/kebijakan tingkat rumah sakit.

h. Melakukan reviu post-claim
Reviu post-claim yang dilakukan secara berkala sangat penting
dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengendalian biaya
dan mutu dalam pelayanan yang akan diberikan.
i. Pembayaran jasa medis
Pembayaran jasa medis sebaiknya

disesuaikan

dengan

menggunakan sistem remunerasi berbasis kinerja.
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2014)