Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Merang (Volvariella volvaceae Bull. Ex. Fr.) Terhadap Formulasi Dan Ketebalan Media
TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR MERANG
(Volvariella volvaceae Bull. Ex. Fr.) TERHADAP FORMULASI DAN
KETEBALAN MEDIA
SKRIPSI
Oleh:
MASDELILA SIREGAR
060301016
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Universitas Sumatera Utara
TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR MERANG
(Volvariella volvaceae Bull. Ex. Fr.) TERHADAP FORMULASI DAN
KETEBALAN MEDIA
SKRIPSI
Oleh :
MASDELILA SIREGAR
060301016 / BDP-AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Universitas Sumatera Utara
Judul Skripsi
Nama
NIM
Departemen
Program Studi
:Tanggap
pertumbuhan
dan
produksi
jamur
merang
(Volvariella
volvaceae Bull. Ex. Fr.) terhadap formulasi dan
ketebalan media
: Masdelila Siregar
: 060301016
: Budidaya Pertanian
: Agronomi
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Ir. Mariati, M.Sc.
Ketua
Ir. Rosita Sipayung, MP.
Anggota
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Edison Purba, Ph.D.
Ketua Departemen Budidaya Pertanian
Tanggal lulus: 20 Maret 2010
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MASDELILA SIREGAR. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media. Dibawah
bimbingan MARIATI dan ROSITA SIPAYUNG
Jamur merang merupakan bahan makanan bergizi tinggi, sehingga diharapkan
formulasi media yang baik dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan produksinya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguj pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf
ketebalan media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang. Penelitian
dilakukan di rumah kaca Lembaga Penelitian Perkebunan Pancing, mulai bulan Februari
sampai Maret 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial
dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu formulasi media yang terdiri dari 5 formulasi
media dan perlakuan ketebalan media yang terdiri dari 15 cm dan 20 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan formulasi media berpengaruh
nyata meningkatkan jumlah badan buah dan bobot basah tetapi berpengaruh tidak nyata
pada umur mulai panen, panjang badan buah, diameter tudung, serta periode panen.
Perlakuan ketebalan media serta interaksinya dengan formulasi media berpengaruh
tidak nyata pada seluruh parameter.
Kata kunci
: Jamur merang, formulasi media, ketebalan media
ABSTRACT
MASDELILA SIREGAR. Respons of Growth and Production of Paddy starw
mushroom ((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of
mediums.Under academic supervision of MARIATI and ROSITA SIPAYUNG.
Paddy straw mushroom is high nutritious food matter, so expected that the best
formulations of medium can optimize growth and the production.The objective of the
research is to study respons of Growth and Production of Paddy straw mushroom
((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of mediums.
This research was held in plantation education institute green house at Pancing, started
on February untill March 2010. The method of this research is completely randomized
design factorial with two factors and three replication. The first factor was the
formulation of medium (M) consist of five levels. The second factor was the thickness of
medium (T) consist of two levels, 15 cm and 20 cm.
The result of research showed that the formulation of medium significantly
increase number of mushroom body and fresh weight but unsignificantly at start harvest
time, length of mushroom body, cap’s diameters, , and harvest period. Thickness of
medium treatment and its interaction with formulation of medium unsignificanly at all
parameters.
Key words
: Paddy straw mushroom, formulation of medium, medium
thickness.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sigambal pada tanggal 16 Juli 1987 putri dari Ayah Bondaharo
Siregar dan Ibu Siti Rohani Simamora. Penulis merupakan anak pertama dari enam
bersaudara.
Tahun 2006, penulis lulus dari SMA Negeri 3 Rantau Utara dan pada tahun yang
sama di terima masuk ke Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian USU melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Prestasi (PMP).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota kaderisasi BKM
Al-Mukhlisin (2006-2007), anggota divisi tanaman perkebunan dan kehutanan Himadita
Nursery (2007-2008), ketua divisi buah obat dan sayur Himadita Nursery (2008-2009),
anggota divisi tanaman hias(2009-2010), sebagai asisten perbanyakan vegetatif tanaman
(2009-2010) dan asisten agronomi tanaman hias (2009-2010).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebuanan
Nusantara IV Kebun Pabatu, Tebing Tinggi dari tanggal 13 Juli sampai 9 agustus 2009.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha
Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang (Volvariella volvaceae
Bull. Ex. Fr.) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media”
Pada kesempatan ini penulis
menghaturkan pernyataan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ir. Mariati, M.Sc., dan Ibu Ir. Rosita
Sipayung, MP., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan
judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Bapak Ir. Sanggam Silitonga yang
telah bersedia menjadi moderator pada seminar usul dan seminar hasil penulis. Khusus
pada Bapak Aris Sukariawan, Ibu Nurbaiti dan Ibu Sri Murti di Lembaga Pendidikan
Perkebunan (LPP) Pancing, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas
bantuannya selama penulis mengumpulkan data.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian,
serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Maret 2010
Penuli
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT........................................................................................................ i
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
Hipotesa Penelitian .......................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Jamur Merang ......................................................................................4
Siklus Hidup Jamur Merang ..............................................................................5
Syarat Tumbuh Jamur Merang ...........................................................................7
Lingkungan .................................................................................................7
Media tumbuh .............................................................................................8
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu............................................................................................12
Bahan dan Alat ................................................................................................12
Metode Penelitian............................................................................................12
Peubah Amatan ...............................................................................................14
Umur mulai panen (hari).............................................................................14
Panjang badan buah (cm) ...........................................................................15
Diameter Tudung (cm) ..............................................................................15
Jumlah badan buah (buah) .........................................................................15
Bobot basah/plot (g) ..................................................................................15
Lamanya periode panen (hari) ...................................................................15
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................................16
Sanitasi rumah kaca ...................................................................................16
Persiapan media .........................................................................................16
Fermentasi pengomposan...........................................................................16
Sterilisasi media ........................................................................................17
Sterilisasi rumah kaca dan kotak ................................................................17
Inokulasi bibit ............................................................................................17
Inkubasi ..................................................................................................... 18
Penyiraman................................................................................................18
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian kontaminan ..........................................................................18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil................................................................................................................ 19
Pembahasan .................................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................................... 29
Saran ............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30
LAMPIRAN .................................................................................................... 32
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No.
Hal.
1. Umur mulai panen (hari) pada perlakuan formulasi media dan
ketebalan media .................................................................................. 19
2. Panjang badan buah (cm) pada perlakuan formulasi media dan
ketebalan
media .................................................................................................. 20
3. Diameter tudung (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media
........................................................................................................... 21
4. Jumlah badan buah (buah) pada perlakuan formulasi media dan
media.......................................................................................22
ketebalan
5. Bobot basah/plot (g) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media
........................................................................................................... 23
6. Lamanya periode panen (hari) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media............... ................................................................................... 24
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No.
Hal.
1. Bagian bagian dari jamur merang ........................................................ 4
2. Siklus hidup jamur merang ................................................................. 7
3. Histogram hubungan antara formulasi media dengan jumlah
badan
buah .................................................................................................... 22
4. Histogram hubungan antara formulasi media dengan robot
basah/plot (g) ...................................................................................... 24
5. Lokasi penelitian................................................................................. 42
6. Kotak perlakuan M1T1 dan M1T2 ...................................................... 43
7. Kotak perlakuan M2T1 dan M2T2 ...................................................... 44
8. Kotak perlakuan M3T1 dan M3T2 ...................................................... 45
9. Kotak perlakuan M4T1 dan M4T2 ...................................................... 46
10. Kotak perlakuan M5T1 dan M5T1 ...................................................... 47
11. Masing- masing badan buah pada formulasi dan ketebalan media ....... 48
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Hal.
1. Deskripsi jamur merang ...................................................................... 32
2. Bagan penelitian ................................................................................. 33
3. Jadwal kegiatan penelitian .................................................................. 34
4. Data pengamatan umur mulai panen .................................................. 35
5. Daftar sidik ragam umur mulai panen ................................................. 35
6. Data pengamatan panjang badan buah ................................................ 36
7. Daftar sidik ragam panjang badan buah............................................... 36
8. Data pengamatan diameter tudung ..................................................... 37
9. Daftar sidik ragam diameter tudung .................................................... 37
10. Data pengamatan jumlah badan buah ................................................. 38
11. Daftar sidik ragam jumlah badan buah ................................................ 38
12. Data pengamatan bobot basah/plot ..................................................... 39
13. Daftar sidik ragam bobot basah/plot .................................................... 39
14. Data pengamatan lamanya periode panen ........................................... 40
15. Daftar sidik ragam lamanya periode panen .......................................... 40
16. Rangkuman uji beda rataan tanggap pertumbuhan dan produksi jamur merang
terhadap formulasi dan ketebalan media tankos ................................... 41
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MASDELILA SIREGAR. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media. Dibawah
bimbingan MARIATI dan ROSITA SIPAYUNG
Jamur merang merupakan bahan makanan bergizi tinggi, sehingga diharapkan
formulasi media yang baik dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan produksinya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguj pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf
ketebalan media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang. Penelitian
dilakukan di rumah kaca Lembaga Penelitian Perkebunan Pancing, mulai bulan Februari
sampai Maret 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial
dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu formulasi media yang terdiri dari 5 formulasi
media dan perlakuan ketebalan media yang terdiri dari 15 cm dan 20 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan formulasi media berpengaruh
nyata meningkatkan jumlah badan buah dan bobot basah tetapi berpengaruh tidak nyata
pada umur mulai panen, panjang badan buah, diameter tudung, serta periode panen.
Perlakuan ketebalan media serta interaksinya dengan formulasi media berpengaruh
tidak nyata pada seluruh parameter.
Kata kunci
: Jamur merang, formulasi media, ketebalan media
ABSTRACT
MASDELILA SIREGAR. Respons of Growth and Production of Paddy starw
mushroom ((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of
mediums.Under academic supervision of MARIATI and ROSITA SIPAYUNG.
Paddy straw mushroom is high nutritious food matter, so expected that the best
formulations of medium can optimize growth and the production.The objective of the
research is to study respons of Growth and Production of Paddy straw mushroom
((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of mediums.
This research was held in plantation education institute green house at Pancing, started
on February untill March 2010. The method of this research is completely randomized
design factorial with two factors and three replication. The first factor was the
formulation of medium (M) consist of five levels. The second factor was the thickness of
medium (T) consist of two levels, 15 cm and 20 cm.
The result of research showed that the formulation of medium significantly
increase number of mushroom body and fresh weight but unsignificantly at start harvest
time, length of mushroom body, cap’s diameters, , and harvest period. Thickness of
medium treatment and its interaction with formulation of medium unsignificanly at all
parameters.
Key words
: Paddy straw mushroom, formulation of medium, medium
thickness.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik
tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu,
pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh,
jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun
tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu
membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram,
dan jamur kuping.
Dari perkembangannya sejak tahun 1970-1990 diketahui bahwa jamur merang
telah banyak diusahakan secara komersial di Indonesia dan telah umum dijadikan bahan
makanan. Bahkan beberapa produk jamur olahan (bentuk kalengan) sudah menjadi
andalan ekspor ke beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia. Sedangkan dalam bentuk
kalengan diekspor ke Singapura, Hongkong, Malaysia dan Jepang (Pasaribu dkk, 2002).
Kebutuhan jamur merang di pasaran luar negeri yang semakin meningkat,
menyebabkan budidaya jamur merang mempunyai prospek yang cukup baik. Singapura
misalnya, membutuhkan 100 ton jamur merang setiap bulan dan Malaysia
membutuhkan jamur sekitar 15 ton tiap minggunya
(Sadnyana 1999
dalam Ida, A.M., 2008).
Universitas Sumatera Utara
Jamur merang memiliki rasa yang lezat dan mengandung nilai gizi yang tinggi,
seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral terdapat didalam jamur. Protein
yang dikandungnya paling sedikit terdiri dari delapan macam zat yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh (asam amino). Protein yang dikandungnyapun memiliki kadar
yang lebih tinggi dari daging dan ikan. Selain itu, jamur dapat digunakan untuk
pengobatan berbagai penyakit, antara lain penyakit jantung, kanker, dan penyakit
kurang darah. Jamur sangat cocok diberikan kepada penderita kencing manis. Juga bagi
mereka yang tidak ingin badannya menjadi gemuk (Sukara, 1981).
Jamur memiliki kandungan nutrisi yang lengkap. Sebagai bahan makanan
mengandung Vitamin B1, B2, D, dan niacin. Jamur juga mengandung unsur mineral
yang diperlukan oleh tubuh seperti kalium, calsium, natrium, dan magnesium.
Kandungan seratnya juga tinggi, berkisar 7,4-27,6%. Menurut penelitian FAO, jamur
segar mengandung protein nabati lebih besar dibandingkan dengan sayuran lainnya
(Tim Redaksi Agromedia, 2002)
Jamur merang umumnya tumbuh pada media yang merupakan limbah sumber
selulosa, seperti merang, limbah penggilingan padi, limbah pabrik kertas, ampas batang
aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, kulit buah pala dan sebagainya
(Sinaga, 2006).
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) adalah limbah pabrik kelapa sawit yang
jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan
dihasilkan TKKS sebanyak 22 – 23 persen TKKS atau sebanyak
220 – 230 kg TKKS.
Jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan mencapai 18.2
juta ton. Jumlah yang luar biasa besar. Ironis sekali, limbah ini belum dimanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
secara
baik
oleh
sebagian
besar
pabrik
kelapa
sawit
(PKS)
di
Indonesia(http://politeknikcitrawidyaedukasi.blogspot.com, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
untuk
menguji tanggap pertumbuhan dan produksi jamur merang pada berbagai formulasi
media serta pengaruh ketebalan medianya.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf ketebalan
media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang.
Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan respon yang nyata pada pertumbuhan dan produksi jamur
merang akibat perlakuan formulasi dan ketebalan media.
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapat data yang berguna sebagai bahan penyusun skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang
Biologi Jamur Merang
Dalam taksonomi tumbuhan menurut
Widyastuti (2001) jamur merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) digolongkan kedalam kelas basidiomycetes, dengan
subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae.
.
Gambar 1. Bagian-bagian dari jamur merang
(Sinaga, 2005).
Tudung jamur merang mempunyai diameter 5 – 14 cm dengan betuk bundar telur yang
kemudian menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat tua kadang-kadang
mendekati rata, permukaan kering, warna coklat sampai coklat keabu-abuan, kadangkadang bergaris-garis. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih ketika masih muda dan
menjadi merah jambu jika spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm,
diameter 5-9 mm, biasanya menjadi gemuk dibagian dasar, licin, putih, kuat. Cadar
umumnya berupa membran, membentuk volva seperti mangkuk tebal yang terdapat
pada dasar tangkai; volva berwarna putih kekuningan atau cokelat kotor, sering kali
Universitas Sumatera Utara
bercuping. Jejak spora merah jambu. Ukuran spora 7-9 x 5-6 mikron, menjorong dan
licin (Gunawan, 2004).
Siklus Hidup Jamur Merang
Menurut Suriawiria (1982) dalam http://himatansi.org (2009)., kehidupan
jamur dapat menjadi jasad yang saprofit ataupun jasad yang parasit, kalau kemudian
jamur ditelaah dari segi sifat mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk jasad yang
heterotrofik artinya untuk keperluan hidupnya ketergantungan sumber nutrien (sumber
makanan) dari sumber yang lain yang sudah ada. Jamur Merang (Volvariella volvacea)
sendiri memiliki bentuk tubuh yang lengkap yang menyerupai tanaman yang sudah
memiliki akar (rhizoid), tangkai, dan tudung. Sebagai organisme yang tidak
berklorofil Jamur Merang (Volvariella volvacea) memiliki warna agak ke coklatan
yang umumnya terdiri dari zat aromatik yang tidak mengandung N. Jamur secara
umum tidak dapat melakukan fotosintesis dengan demikian jamur tidak dapat
menggunakan secara langsung sinar matahari. Jamur memperoleh makanan dalam
bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, dan protein.
Tahap perkembangan jamur merang dibagi menjadi tiga yaitu tahap pertumbuhan
miselium,
tahap pembentukan tubuh buah dan tahap pelepasan spora (Widiastuti,
2005).
Kehidupan jamur merang berawal dari spora (basidiospora) yang kemudian akan
berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh
keseluruh bagian media tumbuh,. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan
terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah
jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bundar atau lonjong dan dikenal
Universitas Sumatera Utara
dengan stadia kepala jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar dan
disebut stadia kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus
membesar mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada stadia ini
tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung
tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia
ini terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir
adalah stadia dewasa tubuh buah (Sinaga, 2005).
Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang
matang akan memproduksi basidia dan basidiospora, kemudian tudung membesar. Pada
waktu itu, selubung universal yang semula membungkus seluruh tubuh buah akan
tercabik. Tudung akan terangkat keatas karena memanjangnya batang, sedangkan
selubung universal yang sobek akan tertinggal dibawah dan disebut cawan (Sinaga,
2005).
Gambar 2. Siklus Hidup Jamur Merang
Syarat Tumbuh Jamur Merang
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan
Setiap jenis jamur memerlukan syarat tumbuh yang berbeda-beda. Jamur
merang merupakan jamur yang tumbuh didaerah tropika dan membutuhkan suhu dan
kelembaban yang cukup tinggi berkisar antara 30-38 0C dalam krudung atau kumbung (
Agus dkk, 2002 dalam Ida, A.M., 2008). Kelembaban relatif yang diperlukan adalah
berkisar antara 80% sampai dengan 85% serta kebutuhan pH media tumbuh akan
berkisar antara pH 5,0 sd pH 8,0 (Sinaga, 2001).
Secara alami, jamur dapat tumbuh pada pada musim tertentu dalam satu tahun.
Hal ini terjadi karena ketergantungan
hidupnya pada suhu
tertentu.
Menurut
kemampuan pada suhu tertentu, jamur terbagi dalam tiga golongan, yaitu psikrofilik,
mesofilik, dan termofilik. Jamur psikrofilik merupakan jamur yang tumbuh pada kisaran
00- 300 C dengan suhu optimum sekitar 150 C. Jamur mesofilik merupakan jamur yang
tumbuh pada kisaran suhu 25-370 C dengan suhu optimum sekitar 300 C. Sementara
jamur termofilik merupakan jamur yang tumbuh pada kisaran suhu tinggi, yaitu 40-750
C, dengan suhu optimum sekitar 550 C ( Sinaga, 2006).
Selain suhu, kelembaban merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
pertumbuhan jamur. Umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada keadaan udara
yang lembab. Hal ini erat hubungannya dengan kebutuhan jamur akan air, baik dalam
bentuk air maupun uap air. Sekitar 88-90 % berat segar tubuh buah terdiri dari air
(Quimio 1981 dalam Sinaga, 2006).
Faktor lingkungan lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah
senyawa beracun dan radiasi. Senyawa beracun terutama logam berat seperti raksa
(Hg), Pb,
Cu, Ag, Zn, dan Li. Denga kadar rendah sekalipun senyawa ini dapat
mempengaruhi kegiatan sel. Radiasi seperti cahaya gelombang pendek (sinar
Universitas Sumatera Utara
ultraviolet/UV, sinar infa merah dan sinar gamma) mempunyai daya rusak yang tinggi
bagi sel-sel jamur dan dapat menyebabkan kematian sel jamur, perubahan genetik,
paling tidak akan menghambat pertumbuhan. Namun ada juga beberapa spesies
menyukai habitat yang cukup cahaya, tetapi tetap dengan kelembaban yang tinggi
(Sinaga, 2006).
Media Tumbuh
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme
lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh
makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,
kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan
konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,
protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya (http://free.vlsm.org, 2000). Merang atau bahan-bahan lain sejenisnya
seperti kardus bekas , gunanya sebagai substrat untuk menempel miselia dan sumber
nutrisi terutama sumber C/ energi
(Suriawiria, 1995).
Untuk kehidupan dan perkembangannya, jamur merang memerlukan sumber
nutrien atau makanan dalam bentuk unsur unsur seperti karbohidrat, nitrogen, fosfor,
belerang, kalium, kapur (Ca), karbon serta beberapa unsur lainya. Mineral ini dapat kita
tambahkan kedalam media dalam bentuk larutan garam atau senyawa-senyawa lainnya,
seperti pupuk kandang, dedak, CaCO3, SP36, Urea (Suriawiria, 1995).
Campuran media yang digunakan didalam penelitian ini berbagai macam, seperti
TKKS, jerami, kardus, pupuk kandang, pupuk organik, kapur, urea, SP36, tepung beras
ketan, kangkung, arang sekam serta dedak.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan tandan kosong kelapa sawit adalah 45, 80 % selulosa, dan 26,00 %
hemiselulosa (http://investorbio.com, 2009) Kandungan unsur hara yang terdapat dalam
tandan kosong kelapa sawit sekitar 0, 4%N, 0,029 sampai 0,05 % P2O5 0,15 sampai
0,2% K2O (http://ditjenbun.deptan.go.id, 2009)
Pupuk kandang terdiri dari dua komponen asli yaitu padat dan cair dengan
perbandingan 3:1. unsur hara yang terdapat didalam pupuk kandang berkadar rata-rata
0,5% N, 0,25% P2O5, dan 0,5% K2O. Kadar unsur hara yang terdapat dalam kotoran
ayam adalah: 55% H2O, 1% N, 0,8% P2O5, dan 0,4% K2O
(Hakim dkk,
1986).
Dedak sebagai campuran media tanam berfungsi sebagai nutrisi dan sumber
karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Karbon digunakan sebagai sumber energi utama,
sedangkan nitrogen berfungsi untuk membangun miselium dan membangun enzim–
enzim yang disimpan dalam tubuhnya. Dedak yang disarankan adalah yang masih baru
dan tidak berbau apek atau tengik (http://www.wisegeek.com, 2009). Dedak
mengandung senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur merang
seperti Nitogen 3,5%, Phospor 2.7 %, Kalium 0.8%, Magnesium 1%, lignin 19%, dan
selulosa 29 % (Sukara 1981).
Kapur
digunakan untuk menjaga keasaman media dan berfungsi sebagai
sumber mineral (http://www.wisegeek.com, 2009).
Ada beberapa bahan yang harus ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
jamur
dan
menunjang
pertumbuhannya
diantaranya,
arang
sekam
berfungsi
menstabilkan suhu tempat tumbuhnya jamur dan kangkung berfungsi meningkatkan
suhu dalam media (Suharjo, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Menurut seorang pakar jamur merang di Shanghai, China, jamur merang
mengabsorpsi karbohidrat dan mineral dari rumput-rumputan yang melapuk. Rumputrumputan terutama jerami mengandung banyak zat gula dan mineral (N, P, K dan
sebagainya). Selama proses fermentasi, bahan organik karbohidrat dan mineral dapat
diambil dalam jumlah besar. Begitu terjadi pelapukan jerami, dengan cepat kandungan
senyawa organiknya segera akan tersedia dan dapat digunakan jamur untuk
pertumbuhannya (Sinaga, 2005).
Kandungan air didalam substrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan miselia jamur. Terlalu sedikit air pertumbuhan dan perkembangan akan
terganggu atau terhenti sama sekali. Juga terlalu banyak air, miselia akan membusuk
dan mati (Suriawiria, 1995)
Ketebalan media rak yang biasa digunakan untuk budidaya jamur merang adalah
20 cm (Widiyastuti, 2001).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Lembaga Pendidikan Perkebunan
(LPP), Medan yang berada di ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut.
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga bulan Maret 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur merang F3
sebagai komoditi yang diamati, tandan kosong kelapa sawit, jerami, kardus, dan kertas
sebagai bahan media tumbuh jamur, alkohol 70% untuk sterilisasi, dedak (D), kapur
(K), kotoran ayam (KA) yang sudah kering, pupuk SP36 (P), Urea (U), tepung beras
ketan (TBK), KNG (kangkung), S (arang sekam) dan pupuk organik (PO) sebagai
bahan campuran media.
Universitas Sumatera Utara
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotak kardus sebagai tempat
pertumbuhan jamur merang, drum pensteril, handsprayer sebagai alat untuk menyiram
media, meteran, alat tulis, kalkulator, timbangan, dan peralatan lain yang mendukung
dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini
dilakukan dengan memakai rancangan acak lengkap (RAL)
faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu :
1. Faktor formulasi/komposisi media yang terdiri dari 5 jenis perlakuan yaitu:
M1 =
TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA 1,5 kg
M2 = TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA1,5 kg + P 0,03 kg
M3 = TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA1, 5 Kg + P 0,03 kg +
TBK 0,15 kg
M4 = TKKS 25 kg + Jerami 5 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0,03 kg+ P 0,03 kg
TBK 0.15 kg + KNG 3 kg + 1,5 kg S
M5 = TKKS 25 kg + Kardus 5 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0,03 kg+ KA1,5 kg
+ P 0,03 kg + TBK 0.15 kg + KNG 3 kg + 1,5 kg S
2. Faktor ketebalan media dengan 2 taraf yaitu:
T1 = 15 cm
T2 = 20 cm
Sehingga diperoleh 10 kombinasi yaitu:
M1T1
M2T1
M3T1
M4T1
M5T1
M1T2
M2T2
M3T2
M4T2
M5T2
Jumlah ulangan:
:3
Universitas Sumatera Utara
Jumlah kombinasi
: 10
Jarak antar ulangan
: 50 cm
Jumlah seluruh kotak : 30
Ket:
Ukuran kotak
Tinggi kotak
= 30 x 21cm
= 25 cm
Analisis statististika yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Analisis sidik
ragam (ANOVA) sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Model linier persamaan analisis sidik ragamnya adalah sebagai
berikut:
Yijk
=μ+ i+ j+(
)ij + ijk
Di mana:
Yijk
= nilai parameter dari faktor M dari taraf ke- i dan faktor T pada taraf ke-j
dengan ulangan k yang diamati
= nilai tengah
µ
(
i
= parameter formulasi media pada taraf ke-i
j
= parameter ketebalan media pada taraf ke-j
)ij = respon interaksi faktor M pada taraf ke-i dan faktor T pada taraf ke-j
ijk
= pengaruh galat dari faktor M pada taraf ke-i dan faktor T pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
(Gomez dan Gomez, 1995).
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan
uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5 %
(Bangun, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Peubah Amatan
Umur Mulai Panen (hari)
Umur panen dihitung sejak awal penanaman (inokulasi) sampai dengan panen
jamur pertama. Jamur yang dipanen adalah jamur dalam stadium kancing. Pemetikan
(panen) jamur harus dilakukan dengan hati- hati agar tidak merusak miselium maupun
calon tubuh buah yang lain.
Panjang Badan Buah (cm)
Panjang badan buah diukur dari pangkal badan buah hingga ujung tudung jamur,
dengan memakai penggaris. Pengukuran dilakukan pada badan buah yang telah
memasuki stadia kancing.
Diameter Tudung (cm)
Diameter tudung diukur dari tudung jamur yang masih menutup. Oleh karena itu
pengukuran harus dilakukan pada saat badan buah masih dalam stadia kancing.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
Jumlah Badan Buah (buah)
Jumlah badan buah jamur merang dihitung pada saat panen (stadia kancing) .
Pada tahap ini dihitung jumlah badan buah jamur untuk tiap-tiap kotak.
Bobot Basah/Plot (g)
Pengukuran bobot basah dilakukan dengan menggunakan timbangan dengan
ketelitian 0,01 gr. Karena panen jamur dilakukan lebih dari sekali maka bobot basah
dihitung setiap kali panen, kemudian dijumlahkan mulai dari panen pertama sampai
panen terakhir.
Universitas Sumatera Utara
Lamanya Periode Panen (hari)
Lamanya periode panen dihitung dengan mengamati waktu panen yang tercepat
hingga periode panen yang terlama untuk setiap perlakuan.
Pelaksanaan Penelitian
Sanitasi Rumah Kaca
Sanitasi rumah kaca dilakukan dengan membersihkan seluruh bagian kumbung,
mulai dari dalam sampai keluar rumah kaca. Bagian dalam rumah kaca dibersihkan
dengan menggunakan sapu dan bagian luar dibersihkan dengan sapu lidi. Sampahsampah yang berada disekitar rumah kaca dikumpulkan dan dibakar, agar tidak menjadi
sumber kontaminasi bagi pertumbuhan jamur.
Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah tandan kosong kelapa sawit
yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit, jerami padi, dan kardus bekas. Tandan kosong
kelapa sawit dicacah hingga halus dengan menggunakan mesin pencacah, begitu juga
dengan jerami dan kardus. Jerami dipotong-potong hingga menjadi potongan kecil,
sedangkan kardus disobek- sobek hingga menjadi sobekan kecil. Lalu tandan kosong
kelapa sawit, jerami, dan kardus direndam dengan air selama 24 jam. Kemudian semua
bahan – bahan campuran media tanam (dedak, kapur, kotoran ayam, pupuk SP36, Urea,
Universitas Sumatera Utara
tepung beras ketan, arang sekam, kangkung dan pupuk organik) disiapkan dan
ditimbang sesuai perlakuan formulasi media.
Fermentasi (Pengomposan)
Pengomposan atau fermentasi dilakukan dengan cara mencampur semua bahan
campuran
dengan tandan kosong kelapa sawit. Pengomposan dilakukan tersendiri
menurut formulasi media pada masing-masing perlakuan, yaitu perlakuan M1, M2, M3,
M4, dan M5. lalu masing – masing perlakuan ditambahkan air secukupnya (kadar air ±
65%). Lalu campuran media dibumbun kemudian ditutup rapat dengan menggunakan
plastik atau terpal. Pengomposan dilakukan selama 10 hari. Pada hari ke-4 dan ke-8,
dilakukan pembalikan media yang bertujuan agar proses fermentasi dapat merata.
Sterilisasi Media
Sterilisasi dilakukan dengan memasukkan media kedalam kantong plastik
menurut perlakuan media yaitu M1, M2, M3, M4, dan M5. Lalu media dimasukkan
kedalam drum pensteril yang telah diisi air sepertiga bagian dan ditengah drum tersebut
disusun kayu- kayu sebagai tempat meletakkan media. Prinsip sterilisasi ini persis
seperti mengukus nasi. Kemudian media dalam drum tersebut dipanaskan selama ± 8
jam dengan suhu ± 700C.
Sterilisasi Rumah Kaca dan Kotak
Sterilisasi bertujuan untuk mematikan pertumbuhan mikroorganisme lain yang
dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Sterilisasi dilakukan dengan pembersihan dan
Universitas Sumatera Utara
penyemprotan alkohol 70% pada bagian ruangan rumah kaca dan kotak tempat media
tumbuh jamur merang.
Inokulasi Bibit
Bibit jamur yang digunakan merupakan bibit F3. Bibit jamur ini diinokulasi
pada media yang telah dikomposkan dan telah disusun pada kotak-kotak di dalam
rumah kaca dengan ketebalan sesuai dengan perlakuan, yaitu T1 dan T2. Inokulasi bibit
dilakukan dengan cara menebarkan bibit siap semai kepermukaan dan lapisan tengah
media. Banyaknya bibit yang digunakan untuk kotak yang berukuran 30 x 21 x 25 cm
adalah sebanyak 150 g.
Inkubasi
Masa inkubasi merupakan masa pertumbuhan miselium. Pada saat masa
inkubasi, sebaiknya kotak perlakuan ditutup rapat, (untuk mempertahankan kondisi
suhu ruangan 30-350C). Pada hari ke empat dari inokulasi bibit, barulah tutup kotak
dibuka, dengan tujuan agar cahaya matahari dan sirkulasi udara dapat berjalan dengan
baik, sehingga memicu terbentuknya tubuh buah. Pengontrolan suhu dan pemeriksaan
adanya kontaminan harus selalu dilakukan. Apabila terjadi kontaminasi, media yang
ditumbuhi cendawan atau jamur lain harus segera dibuang.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, agar
kelembabannya tetap terjaga. Penyiraman dilakukan pada dinding-dinding dan
permukaan media, tetapi jangan sampai terlalu basah.
Pengendalian Kontaminan
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian
kontaminan
dilakukan
untuk
mencegah
tumbuhnya
mikroorganisme lain pada media yang dapat menghambat pertumbuhan jamur merang.
Apabila ada mikroorganisme lain (kontaminan) pada media, maka media yang
ditumbuhi kontaminan tersebut harus segera dibuang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Umur Mulai Panen (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur mulai panen dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan 5. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan formulasi
media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
umur mulai panen.
Data rataan umur mulai panen pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Umur mulai panen (hari) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi media
(M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
T2
15,33
15,33
14,67
15,00
10,00
13,67
16,33
18,00
14,33
15,67
14,13
15,53
Rataan
(hari)
15,33
14,83
11,83
17,17
15,00
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa, umur mulai panen tersingkat pada perlakuan
formulasi media terdapat pada perlakuan M3 yaitu 11,83 hari dan yang terlama pada
Universitas Sumatera Utara
perlakuan M4 yaitu 17,17 hari. Selanjutnya dapat dilihat bahwa umur mulai panen
tersingkat pada perlakuan ketebalan media terdapat pada perlakuan T1 yaitu 14,13 hari
dan yang terlama pada perlakuan T2 yaitu 15,53 hari.
Panjang Badan Buah (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik m dari panjang badan buah (cm) dapat dilihat
pada Lampiran 6 dan 7. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang badan buah.
Data rataan panjang badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang badan buah (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media.
Formulasi Media
(M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
T2
4,90
4,52
4,64
4,14
5,07
4,37
5,66
4,49
4,40
4,36
4,94
4,38
Rataan
(cm)
4,71
4,39
4,72
5,08
4,38
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa, panjang badan buah tertinggi pada perlakuan
formulasi media terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 5,08 cm dan yang terendah
terdapat pada perlakuan M5 yaitu sebesar 4,38 cm. Selanjutnya dapat dilihat bahwa
perlakuan ketebalan media pada T1 menghasilkan panjang badan buah tertinggi yaitu
sebesar 4,94 cm dan terendah pada T2 yaitu sebesar 4,38 cm.
Universitas Sumatera Utara
Diameter Tudung (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari diameter tudung (cm) dapat dilihat
pada Lampiran 8 dan 9. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap diameter tudung.
Data rataan diameter tudung pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Diameter tudung (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi Media
(M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
2,59
2,83
3,63
2,96
2,87
2,98
T2
2,77
2,87
3,18
2,70
2,80
2,86
Rataan
(cm)
2,68
2,85
3,40
2,83
2,84
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa, perlakuan formulasi media menghasilkan
diameter tudung tertinggi pada perlakuan M3 yaitu 3,40 cm, dan yang terendah pada
perlakuan M1 yaitu 2,68 cm. Selanjutnya dapat dilihat perlakuan ketebalan media pada
T1 menghasilkan diameter tudung tertinggi yaitu 2,98 cm dan terendah pada perlakuan
T2 yaitu 2,86 cm.
Jumlah Badan Buah (buah)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah badan buah (buah) dapat
dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan formulasi media berpengaruh nyata terhadap jumlah badan buah, serta
berpengaruh tidak nyata pada perlakuan ketebalan media dan interaksinya.
Universitas Sumatera Utara
Data rataan jumlah badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah badan buah (buah) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media.
Formulasi Media
(M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
T2
9,00
8,33
6,67
10,33
6,67
12,00
9,33
9,33
16,00
23,00
9,53
12,60
Rataan
(buah)
8,67b
8,50b
9,33b
9,33b
19,50a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa, perlakuan formulasi media menghasilkan
jumlah badan buah tertinggi pada perlakuan M5 yaitu sebesar 19,50 buah dan terendah
pada perlakuan M2 yaitu sebesar 8,50 buah. Selanjutnya dapat dilihat bahwa perlakuan
ketebalan media pada T2 menghasilkan jumlah badan buah tertinggi yaitu 12,60 buah
dan terendah pada T1 yaitu 9,53 buah.
Hubungan antara jumlah badan buah dengan perlakuan formulasi media dapat
Jumlah badan buah (buah)
dilihat pada Gambar 3.
25
20
15
10
5
0
M0
M2
M3
M4
M5
Formulasi media (M)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Histogram hubungan antara formulasi media dengan jumlah badan
buah
Bobot Basah / Plot (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot basah / plot (g) dapat dilihat
pada Lampiran 12 dan 13. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
formulasi media berpengaruh nyata terhadap bobot basah, serta berpengaruh tidak nyata
pada perlakuan ketebalan media dan interaksinya.
Data rataan jumlah badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot basah/plot (g) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi Media (M)
M0
M1
M2
M3
M4
Rataan
Ketebalan Media (T)
T0
T1
28,67
93,30
85,90
116,33
99,00
120,40
106,93
133,57
250,73
306,30
114,25
153,98
Rataan
(g)
60,98b
101,12b
109,70b
120,25b
278,52a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa, perlakuan formulasi media menghasilkan
bobot basah tertinggi pada perlakuan M5 yaitu sebesar 278,52 g dan terendah pada
perlakuan
M1 yaitu sebesar 60,98 g. Selanjutnya dapat dilihat bahwa perlakuan
ketebalan media pada T2 menghasilkan bobot basah tertinggi yaitu 153,98 g dan
terendah pada T1 yaitu 114,25 g.
Hubungan antara formulasi media dengan bobot basah/plot (g) dapat dilihat pada
Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
bobot basah (g)
300
250
200
150
100
50
0
M1
M2
M3
M4
M5
Formulasi media (M)
Gambar 4. Histogram hubungan antara formulasi media dengan bobot basah/plot (g)
Lamanya Periode Panen (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari lamanya periode panen (hari) dapat
dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap lamanya periode panen.
Data rataan lamanya periode panen pada perlakuan formulasi media dan
ketebalan media dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Lamanya periode panen (hari) dengan kombinasi perlakuan formulasi media
dengan ketebalan media.
Formulasi Media (M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
T2
10,33
13,00
13,00
14,67
12,33
12,67
15,33
13,00
10,67
13,00
17,67
13,93
Rataan
(hari)
12,83
13,00
11,83
13,83
15,00
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa, periode panen terlama pada perlakuan formulasi
media terdapat pada perlakuan M4 yaitu 15,00 hari dan yang tersingkat pada perlakuan
M2 yaitu 11,83 hari. Selanjutnya dapat dilihat bahwa periode panen terlama pada
Universitas Sumatera Utara
perlakuan ketebalan media terdapat pada perlakuan T2 yaitu 13,93 hari dan yang
tersingkat pada perlakuan T1 yaitu 12,67 hari.
Pembahasan
Pertumbuhan dan produksi jamur merang pada formulasi media yang berbeda
Perlakuan formulasi media berpengaruh nyata terhadap jumlah badan buah dan
bobot basah tetapi berpengaruh tidak nyata terdapat umur mulai panen, panjang badan
buah, diameter badan buah, dan lamanya periode panen. Produksi meningkat pada
formulasi media M5 yaitu kombinasi media tandan kosong kelapa sawit dengan kardus.
Hal ini diduga karena tandan kosong kelapa sawit dan kardus mengandung selulosa dan
hemiselulosa yang tinggi. Selulosa dan hemiselulosa yang tinggi ini merupakan sumber
makanan utama bagi jamur merang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (1982)
bahwa jamur memperoleh makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin,
dan protein.
Pada formulasi media tumbuh jamur merang lainnya seperti M1, M2, M3, dan
M4, memiliki kadar selulosa yang lebih rendah sehingga makanan yang tersedia untuk
jamur merang menjadi berkurang. Akibatnya jumlah badan buah yang dihasilkan
menjadi sedikit, karena jamur merang merupakan konsumen yang bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, vitamin, dan senyawa kimia lainnya yang
diperoleh dari lingkungannya. Hal ini sesuai dengan literatur http://free.vlsm.org (2000)
yang menyatakan bahwa jamur merupakan konsumen, maka jamur bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, vitamin, dan senyawa kimia lainnya yang
diperoleh dari lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
Perlakuan formulasi media berpengaruh tidak nyata terhadap umur mulai panen.
Namun, dapat dilihat bahwa umur mulai panen jamur merang tersingkat terdapat pada
perlakuan M3 (11,83) hari yang merupakan kombinasi dari bahan seperti tandan kosong
kelapa sawit, dedak, kapur, kotoran ayam, pupuk SP-36, urea, kotoran ayam, serta
tepung beras ketan. Hal ini diduga karena bahan seperti tepung beras ketan merupakan
sumber karbohidrat yang langsung tersedia dan menjadi sumber karbon atau energi
awal untuk pembentukan miselium jamur yang akan berkembang menjadi badan buah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (1995) yang menyatakan bahwa untuk
pertumbuhan dan perkembangannya, jamur merang memerlukan sumber nutrien atau
makanan dalam bentuk unsur-unsur seperti karbohidrat, nitrogen, fosfor, belerang,
kalium, kapur (Ca), karbon serta beberapa unsur lainnya.
Perlakuan formulasi media berpengaruh tidak nyata terhadap panjang badan buah
dan diameter tudung .Hal ini diduga karena jamur yang dipanen adalah jamur dalam
stadia kancing. Apabila jamur dalam stadia kancing tidak dipanen, maka jamur tersebut
akan tumbuh dan berkembang dari stadia kancing menjadi stadia telur, stadia
perpanjangan hingga stadia dewasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiastuti (2005)
yang menyatakan bahwa tahap perkembangan jamur merang dibagi menjadi tiga tahap
yaitu tahap pembentukan miselium, tahap pembentukan badan buah dan tahap
pelepasan spora.
Pertumbuhan dan produksi jamur merang pada ketebalan media
Dari hasil penelitian terlihat bahwa perlakuan ketebalan media berpengaruh tidak
nyata terhadap seluruh peubah amatan. Hal ini diduga karena jamur merang hanya
memiliki perakaran semu yang disebut rhizoid, jamur ini mengguna
(Volvariella volvaceae Bull. Ex. Fr.) TERHADAP FORMULASI DAN
KETEBALAN MEDIA
SKRIPSI
Oleh:
MASDELILA SIREGAR
060301016
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Universitas Sumatera Utara
TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR MERANG
(Volvariella volvaceae Bull. Ex. Fr.) TERHADAP FORMULASI DAN
KETEBALAN MEDIA
SKRIPSI
Oleh :
MASDELILA SIREGAR
060301016 / BDP-AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Universitas Sumatera Utara
Judul Skripsi
Nama
NIM
Departemen
Program Studi
:Tanggap
pertumbuhan
dan
produksi
jamur
merang
(Volvariella
volvaceae Bull. Ex. Fr.) terhadap formulasi dan
ketebalan media
: Masdelila Siregar
: 060301016
: Budidaya Pertanian
: Agronomi
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Ir. Mariati, M.Sc.
Ketua
Ir. Rosita Sipayung, MP.
Anggota
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Edison Purba, Ph.D.
Ketua Departemen Budidaya Pertanian
Tanggal lulus: 20 Maret 2010
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MASDELILA SIREGAR. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media. Dibawah
bimbingan MARIATI dan ROSITA SIPAYUNG
Jamur merang merupakan bahan makanan bergizi tinggi, sehingga diharapkan
formulasi media yang baik dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan produksinya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguj pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf
ketebalan media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang. Penelitian
dilakukan di rumah kaca Lembaga Penelitian Perkebunan Pancing, mulai bulan Februari
sampai Maret 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial
dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu formulasi media yang terdiri dari 5 formulasi
media dan perlakuan ketebalan media yang terdiri dari 15 cm dan 20 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan formulasi media berpengaruh
nyata meningkatkan jumlah badan buah dan bobot basah tetapi berpengaruh tidak nyata
pada umur mulai panen, panjang badan buah, diameter tudung, serta periode panen.
Perlakuan ketebalan media serta interaksinya dengan formulasi media berpengaruh
tidak nyata pada seluruh parameter.
Kata kunci
: Jamur merang, formulasi media, ketebalan media
ABSTRACT
MASDELILA SIREGAR. Respons of Growth and Production of Paddy starw
mushroom ((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of
mediums.Under academic supervision of MARIATI and ROSITA SIPAYUNG.
Paddy straw mushroom is high nutritious food matter, so expected that the best
formulations of medium can optimize growth and the production.The objective of the
research is to study respons of Growth and Production of Paddy straw mushroom
((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of mediums.
This research was held in plantation education institute green house at Pancing, started
on February untill March 2010. The method of this research is completely randomized
design factorial with two factors and three replication. The first factor was the
formulation of medium (M) consist of five levels. The second factor was the thickness of
medium (T) consist of two levels, 15 cm and 20 cm.
The result of research showed that the formulation of medium significantly
increase number of mushroom body and fresh weight but unsignificantly at start harvest
time, length of mushroom body, cap’s diameters, , and harvest period. Thickness of
medium treatment and its interaction with formulation of medium unsignificanly at all
parameters.
Key words
: Paddy straw mushroom, formulation of medium, medium
thickness.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sigambal pada tanggal 16 Juli 1987 putri dari Ayah Bondaharo
Siregar dan Ibu Siti Rohani Simamora. Penulis merupakan anak pertama dari enam
bersaudara.
Tahun 2006, penulis lulus dari SMA Negeri 3 Rantau Utara dan pada tahun yang
sama di terima masuk ke Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian USU melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Prestasi (PMP).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota kaderisasi BKM
Al-Mukhlisin (2006-2007), anggota divisi tanaman perkebunan dan kehutanan Himadita
Nursery (2007-2008), ketua divisi buah obat dan sayur Himadita Nursery (2008-2009),
anggota divisi tanaman hias(2009-2010), sebagai asisten perbanyakan vegetatif tanaman
(2009-2010) dan asisten agronomi tanaman hias (2009-2010).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebuanan
Nusantara IV Kebun Pabatu, Tebing Tinggi dari tanggal 13 Juli sampai 9 agustus 2009.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha
Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang (Volvariella volvaceae
Bull. Ex. Fr.) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media”
Pada kesempatan ini penulis
menghaturkan pernyataan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ir. Mariati, M.Sc., dan Ibu Ir. Rosita
Sipayung, MP., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan
judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Bapak Ir. Sanggam Silitonga yang
telah bersedia menjadi moderator pada seminar usul dan seminar hasil penulis. Khusus
pada Bapak Aris Sukariawan, Ibu Nurbaiti dan Ibu Sri Murti di Lembaga Pendidikan
Perkebunan (LPP) Pancing, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas
bantuannya selama penulis mengumpulkan data.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian,
serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Maret 2010
Penuli
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT........................................................................................................ i
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
Hipotesa Penelitian .......................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Jamur Merang ......................................................................................4
Siklus Hidup Jamur Merang ..............................................................................5
Syarat Tumbuh Jamur Merang ...........................................................................7
Lingkungan .................................................................................................7
Media tumbuh .............................................................................................8
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu............................................................................................12
Bahan dan Alat ................................................................................................12
Metode Penelitian............................................................................................12
Peubah Amatan ...............................................................................................14
Umur mulai panen (hari).............................................................................14
Panjang badan buah (cm) ...........................................................................15
Diameter Tudung (cm) ..............................................................................15
Jumlah badan buah (buah) .........................................................................15
Bobot basah/plot (g) ..................................................................................15
Lamanya periode panen (hari) ...................................................................15
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................................16
Sanitasi rumah kaca ...................................................................................16
Persiapan media .........................................................................................16
Fermentasi pengomposan...........................................................................16
Sterilisasi media ........................................................................................17
Sterilisasi rumah kaca dan kotak ................................................................17
Inokulasi bibit ............................................................................................17
Inkubasi ..................................................................................................... 18
Penyiraman................................................................................................18
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian kontaminan ..........................................................................18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil................................................................................................................ 19
Pembahasan .................................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................................... 29
Saran ............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30
LAMPIRAN .................................................................................................... 32
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No.
Hal.
1. Umur mulai panen (hari) pada perlakuan formulasi media dan
ketebalan media .................................................................................. 19
2. Panjang badan buah (cm) pada perlakuan formulasi media dan
ketebalan
media .................................................................................................. 20
3. Diameter tudung (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media
........................................................................................................... 21
4. Jumlah badan buah (buah) pada perlakuan formulasi media dan
media.......................................................................................22
ketebalan
5. Bobot basah/plot (g) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media
........................................................................................................... 23
6. Lamanya periode panen (hari) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media............... ................................................................................... 24
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No.
Hal.
1. Bagian bagian dari jamur merang ........................................................ 4
2. Siklus hidup jamur merang ................................................................. 7
3. Histogram hubungan antara formulasi media dengan jumlah
badan
buah .................................................................................................... 22
4. Histogram hubungan antara formulasi media dengan robot
basah/plot (g) ...................................................................................... 24
5. Lokasi penelitian................................................................................. 42
6. Kotak perlakuan M1T1 dan M1T2 ...................................................... 43
7. Kotak perlakuan M2T1 dan M2T2 ...................................................... 44
8. Kotak perlakuan M3T1 dan M3T2 ...................................................... 45
9. Kotak perlakuan M4T1 dan M4T2 ...................................................... 46
10. Kotak perlakuan M5T1 dan M5T1 ...................................................... 47
11. Masing- masing badan buah pada formulasi dan ketebalan media ....... 48
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Hal.
1. Deskripsi jamur merang ...................................................................... 32
2. Bagan penelitian ................................................................................. 33
3. Jadwal kegiatan penelitian .................................................................. 34
4. Data pengamatan umur mulai panen .................................................. 35
5. Daftar sidik ragam umur mulai panen ................................................. 35
6. Data pengamatan panjang badan buah ................................................ 36
7. Daftar sidik ragam panjang badan buah............................................... 36
8. Data pengamatan diameter tudung ..................................................... 37
9. Daftar sidik ragam diameter tudung .................................................... 37
10. Data pengamatan jumlah badan buah ................................................. 38
11. Daftar sidik ragam jumlah badan buah ................................................ 38
12. Data pengamatan bobot basah/plot ..................................................... 39
13. Daftar sidik ragam bobot basah/plot .................................................... 39
14. Data pengamatan lamanya periode panen ........................................... 40
15. Daftar sidik ragam lamanya periode panen .......................................... 40
16. Rangkuman uji beda rataan tanggap pertumbuhan dan produksi jamur merang
terhadap formulasi dan ketebalan media tankos ................................... 41
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MASDELILA SIREGAR. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media. Dibawah
bimbingan MARIATI dan ROSITA SIPAYUNG
Jamur merang merupakan bahan makanan bergizi tinggi, sehingga diharapkan
formulasi media yang baik dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan produksinya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguj pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf
ketebalan media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang. Penelitian
dilakukan di rumah kaca Lembaga Penelitian Perkebunan Pancing, mulai bulan Februari
sampai Maret 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial
dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu formulasi media yang terdiri dari 5 formulasi
media dan perlakuan ketebalan media yang terdiri dari 15 cm dan 20 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan formulasi media berpengaruh
nyata meningkatkan jumlah badan buah dan bobot basah tetapi berpengaruh tidak nyata
pada umur mulai panen, panjang badan buah, diameter tudung, serta periode panen.
Perlakuan ketebalan media serta interaksinya dengan formulasi media berpengaruh
tidak nyata pada seluruh parameter.
Kata kunci
: Jamur merang, formulasi media, ketebalan media
ABSTRACT
MASDELILA SIREGAR. Respons of Growth and Production of Paddy starw
mushroom ((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of
mediums.Under academic supervision of MARIATI and ROSITA SIPAYUNG.
Paddy straw mushroom is high nutritious food matter, so expected that the best
formulations of medium can optimize growth and the production.The objective of the
research is to study respons of Growth and Production of Paddy straw mushroom
((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of mediums.
This research was held in plantation education institute green house at Pancing, started
on February untill March 2010. The method of this research is completely randomized
design factorial with two factors and three replication. The first factor was the
formulation of medium (M) consist of five levels. The second factor was the thickness of
medium (T) consist of two levels, 15 cm and 20 cm.
The result of research showed that the formulation of medium significantly
increase number of mushroom body and fresh weight but unsignificantly at start harvest
time, length of mushroom body, cap’s diameters, , and harvest period. Thickness of
medium treatment and its interaction with formulation of medium unsignificanly at all
parameters.
Key words
: Paddy straw mushroom, formulation of medium, medium
thickness.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik
tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu,
pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh,
jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun
tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu
membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram,
dan jamur kuping.
Dari perkembangannya sejak tahun 1970-1990 diketahui bahwa jamur merang
telah banyak diusahakan secara komersial di Indonesia dan telah umum dijadikan bahan
makanan. Bahkan beberapa produk jamur olahan (bentuk kalengan) sudah menjadi
andalan ekspor ke beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia. Sedangkan dalam bentuk
kalengan diekspor ke Singapura, Hongkong, Malaysia dan Jepang (Pasaribu dkk, 2002).
Kebutuhan jamur merang di pasaran luar negeri yang semakin meningkat,
menyebabkan budidaya jamur merang mempunyai prospek yang cukup baik. Singapura
misalnya, membutuhkan 100 ton jamur merang setiap bulan dan Malaysia
membutuhkan jamur sekitar 15 ton tiap minggunya
(Sadnyana 1999
dalam Ida, A.M., 2008).
Universitas Sumatera Utara
Jamur merang memiliki rasa yang lezat dan mengandung nilai gizi yang tinggi,
seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral terdapat didalam jamur. Protein
yang dikandungnya paling sedikit terdiri dari delapan macam zat yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh (asam amino). Protein yang dikandungnyapun memiliki kadar
yang lebih tinggi dari daging dan ikan. Selain itu, jamur dapat digunakan untuk
pengobatan berbagai penyakit, antara lain penyakit jantung, kanker, dan penyakit
kurang darah. Jamur sangat cocok diberikan kepada penderita kencing manis. Juga bagi
mereka yang tidak ingin badannya menjadi gemuk (Sukara, 1981).
Jamur memiliki kandungan nutrisi yang lengkap. Sebagai bahan makanan
mengandung Vitamin B1, B2, D, dan niacin. Jamur juga mengandung unsur mineral
yang diperlukan oleh tubuh seperti kalium, calsium, natrium, dan magnesium.
Kandungan seratnya juga tinggi, berkisar 7,4-27,6%. Menurut penelitian FAO, jamur
segar mengandung protein nabati lebih besar dibandingkan dengan sayuran lainnya
(Tim Redaksi Agromedia, 2002)
Jamur merang umumnya tumbuh pada media yang merupakan limbah sumber
selulosa, seperti merang, limbah penggilingan padi, limbah pabrik kertas, ampas batang
aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, kulit buah pala dan sebagainya
(Sinaga, 2006).
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) adalah limbah pabrik kelapa sawit yang
jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan
dihasilkan TKKS sebanyak 22 – 23 persen TKKS atau sebanyak
220 – 230 kg TKKS.
Jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan mencapai 18.2
juta ton. Jumlah yang luar biasa besar. Ironis sekali, limbah ini belum dimanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
secara
baik
oleh
sebagian
besar
pabrik
kelapa
sawit
(PKS)
di
Indonesia(http://politeknikcitrawidyaedukasi.blogspot.com, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
untuk
menguji tanggap pertumbuhan dan produksi jamur merang pada berbagai formulasi
media serta pengaruh ketebalan medianya.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf ketebalan
media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang.
Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan respon yang nyata pada pertumbuhan dan produksi jamur
merang akibat perlakuan formulasi dan ketebalan media.
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapat data yang berguna sebagai bahan penyusun skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang
Biologi Jamur Merang
Dalam taksonomi tumbuhan menurut
Widyastuti (2001) jamur merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) digolongkan kedalam kelas basidiomycetes, dengan
subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae.
.
Gambar 1. Bagian-bagian dari jamur merang
(Sinaga, 2005).
Tudung jamur merang mempunyai diameter 5 – 14 cm dengan betuk bundar telur yang
kemudian menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat tua kadang-kadang
mendekati rata, permukaan kering, warna coklat sampai coklat keabu-abuan, kadangkadang bergaris-garis. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih ketika masih muda dan
menjadi merah jambu jika spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm,
diameter 5-9 mm, biasanya menjadi gemuk dibagian dasar, licin, putih, kuat. Cadar
umumnya berupa membran, membentuk volva seperti mangkuk tebal yang terdapat
pada dasar tangkai; volva berwarna putih kekuningan atau cokelat kotor, sering kali
Universitas Sumatera Utara
bercuping. Jejak spora merah jambu. Ukuran spora 7-9 x 5-6 mikron, menjorong dan
licin (Gunawan, 2004).
Siklus Hidup Jamur Merang
Menurut Suriawiria (1982) dalam http://himatansi.org (2009)., kehidupan
jamur dapat menjadi jasad yang saprofit ataupun jasad yang parasit, kalau kemudian
jamur ditelaah dari segi sifat mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk jasad yang
heterotrofik artinya untuk keperluan hidupnya ketergantungan sumber nutrien (sumber
makanan) dari sumber yang lain yang sudah ada. Jamur Merang (Volvariella volvacea)
sendiri memiliki bentuk tubuh yang lengkap yang menyerupai tanaman yang sudah
memiliki akar (rhizoid), tangkai, dan tudung. Sebagai organisme yang tidak
berklorofil Jamur Merang (Volvariella volvacea) memiliki warna agak ke coklatan
yang umumnya terdiri dari zat aromatik yang tidak mengandung N. Jamur secara
umum tidak dapat melakukan fotosintesis dengan demikian jamur tidak dapat
menggunakan secara langsung sinar matahari. Jamur memperoleh makanan dalam
bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, dan protein.
Tahap perkembangan jamur merang dibagi menjadi tiga yaitu tahap pertumbuhan
miselium,
tahap pembentukan tubuh buah dan tahap pelepasan spora (Widiastuti,
2005).
Kehidupan jamur merang berawal dari spora (basidiospora) yang kemudian akan
berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh
keseluruh bagian media tumbuh,. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan
terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah
jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bundar atau lonjong dan dikenal
Universitas Sumatera Utara
dengan stadia kepala jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar dan
disebut stadia kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus
membesar mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada stadia ini
tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung
tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia
ini terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir
adalah stadia dewasa tubuh buah (Sinaga, 2005).
Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang
matang akan memproduksi basidia dan basidiospora, kemudian tudung membesar. Pada
waktu itu, selubung universal yang semula membungkus seluruh tubuh buah akan
tercabik. Tudung akan terangkat keatas karena memanjangnya batang, sedangkan
selubung universal yang sobek akan tertinggal dibawah dan disebut cawan (Sinaga,
2005).
Gambar 2. Siklus Hidup Jamur Merang
Syarat Tumbuh Jamur Merang
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan
Setiap jenis jamur memerlukan syarat tumbuh yang berbeda-beda. Jamur
merang merupakan jamur yang tumbuh didaerah tropika dan membutuhkan suhu dan
kelembaban yang cukup tinggi berkisar antara 30-38 0C dalam krudung atau kumbung (
Agus dkk, 2002 dalam Ida, A.M., 2008). Kelembaban relatif yang diperlukan adalah
berkisar antara 80% sampai dengan 85% serta kebutuhan pH media tumbuh akan
berkisar antara pH 5,0 sd pH 8,0 (Sinaga, 2001).
Secara alami, jamur dapat tumbuh pada pada musim tertentu dalam satu tahun.
Hal ini terjadi karena ketergantungan
hidupnya pada suhu
tertentu.
Menurut
kemampuan pada suhu tertentu, jamur terbagi dalam tiga golongan, yaitu psikrofilik,
mesofilik, dan termofilik. Jamur psikrofilik merupakan jamur yang tumbuh pada kisaran
00- 300 C dengan suhu optimum sekitar 150 C. Jamur mesofilik merupakan jamur yang
tumbuh pada kisaran suhu 25-370 C dengan suhu optimum sekitar 300 C. Sementara
jamur termofilik merupakan jamur yang tumbuh pada kisaran suhu tinggi, yaitu 40-750
C, dengan suhu optimum sekitar 550 C ( Sinaga, 2006).
Selain suhu, kelembaban merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
pertumbuhan jamur. Umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada keadaan udara
yang lembab. Hal ini erat hubungannya dengan kebutuhan jamur akan air, baik dalam
bentuk air maupun uap air. Sekitar 88-90 % berat segar tubuh buah terdiri dari air
(Quimio 1981 dalam Sinaga, 2006).
Faktor lingkungan lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah
senyawa beracun dan radiasi. Senyawa beracun terutama logam berat seperti raksa
(Hg), Pb,
Cu, Ag, Zn, dan Li. Denga kadar rendah sekalipun senyawa ini dapat
mempengaruhi kegiatan sel. Radiasi seperti cahaya gelombang pendek (sinar
Universitas Sumatera Utara
ultraviolet/UV, sinar infa merah dan sinar gamma) mempunyai daya rusak yang tinggi
bagi sel-sel jamur dan dapat menyebabkan kematian sel jamur, perubahan genetik,
paling tidak akan menghambat pertumbuhan. Namun ada juga beberapa spesies
menyukai habitat yang cukup cahaya, tetapi tetap dengan kelembaban yang tinggi
(Sinaga, 2006).
Media Tumbuh
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme
lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh
makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,
kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan
konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,
protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya (http://free.vlsm.org, 2000). Merang atau bahan-bahan lain sejenisnya
seperti kardus bekas , gunanya sebagai substrat untuk menempel miselia dan sumber
nutrisi terutama sumber C/ energi
(Suriawiria, 1995).
Untuk kehidupan dan perkembangannya, jamur merang memerlukan sumber
nutrien atau makanan dalam bentuk unsur unsur seperti karbohidrat, nitrogen, fosfor,
belerang, kalium, kapur (Ca), karbon serta beberapa unsur lainya. Mineral ini dapat kita
tambahkan kedalam media dalam bentuk larutan garam atau senyawa-senyawa lainnya,
seperti pupuk kandang, dedak, CaCO3, SP36, Urea (Suriawiria, 1995).
Campuran media yang digunakan didalam penelitian ini berbagai macam, seperti
TKKS, jerami, kardus, pupuk kandang, pupuk organik, kapur, urea, SP36, tepung beras
ketan, kangkung, arang sekam serta dedak.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan tandan kosong kelapa sawit adalah 45, 80 % selulosa, dan 26,00 %
hemiselulosa (http://investorbio.com, 2009) Kandungan unsur hara yang terdapat dalam
tandan kosong kelapa sawit sekitar 0, 4%N, 0,029 sampai 0,05 % P2O5 0,15 sampai
0,2% K2O (http://ditjenbun.deptan.go.id, 2009)
Pupuk kandang terdiri dari dua komponen asli yaitu padat dan cair dengan
perbandingan 3:1. unsur hara yang terdapat didalam pupuk kandang berkadar rata-rata
0,5% N, 0,25% P2O5, dan 0,5% K2O. Kadar unsur hara yang terdapat dalam kotoran
ayam adalah: 55% H2O, 1% N, 0,8% P2O5, dan 0,4% K2O
(Hakim dkk,
1986).
Dedak sebagai campuran media tanam berfungsi sebagai nutrisi dan sumber
karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Karbon digunakan sebagai sumber energi utama,
sedangkan nitrogen berfungsi untuk membangun miselium dan membangun enzim–
enzim yang disimpan dalam tubuhnya. Dedak yang disarankan adalah yang masih baru
dan tidak berbau apek atau tengik (http://www.wisegeek.com, 2009). Dedak
mengandung senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur merang
seperti Nitogen 3,5%, Phospor 2.7 %, Kalium 0.8%, Magnesium 1%, lignin 19%, dan
selulosa 29 % (Sukara 1981).
Kapur
digunakan untuk menjaga keasaman media dan berfungsi sebagai
sumber mineral (http://www.wisegeek.com, 2009).
Ada beberapa bahan yang harus ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
jamur
dan
menunjang
pertumbuhannya
diantaranya,
arang
sekam
berfungsi
menstabilkan suhu tempat tumbuhnya jamur dan kangkung berfungsi meningkatkan
suhu dalam media (Suharjo, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Menurut seorang pakar jamur merang di Shanghai, China, jamur merang
mengabsorpsi karbohidrat dan mineral dari rumput-rumputan yang melapuk. Rumputrumputan terutama jerami mengandung banyak zat gula dan mineral (N, P, K dan
sebagainya). Selama proses fermentasi, bahan organik karbohidrat dan mineral dapat
diambil dalam jumlah besar. Begitu terjadi pelapukan jerami, dengan cepat kandungan
senyawa organiknya segera akan tersedia dan dapat digunakan jamur untuk
pertumbuhannya (Sinaga, 2005).
Kandungan air didalam substrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan miselia jamur. Terlalu sedikit air pertumbuhan dan perkembangan akan
terganggu atau terhenti sama sekali. Juga terlalu banyak air, miselia akan membusuk
dan mati (Suriawiria, 1995)
Ketebalan media rak yang biasa digunakan untuk budidaya jamur merang adalah
20 cm (Widiyastuti, 2001).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Lembaga Pendidikan Perkebunan
(LPP), Medan yang berada di ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut.
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga bulan Maret 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur merang F3
sebagai komoditi yang diamati, tandan kosong kelapa sawit, jerami, kardus, dan kertas
sebagai bahan media tumbuh jamur, alkohol 70% untuk sterilisasi, dedak (D), kapur
(K), kotoran ayam (KA) yang sudah kering, pupuk SP36 (P), Urea (U), tepung beras
ketan (TBK), KNG (kangkung), S (arang sekam) dan pupuk organik (PO) sebagai
bahan campuran media.
Universitas Sumatera Utara
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotak kardus sebagai tempat
pertumbuhan jamur merang, drum pensteril, handsprayer sebagai alat untuk menyiram
media, meteran, alat tulis, kalkulator, timbangan, dan peralatan lain yang mendukung
dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini
dilakukan dengan memakai rancangan acak lengkap (RAL)
faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu :
1. Faktor formulasi/komposisi media yang terdiri dari 5 jenis perlakuan yaitu:
M1 =
TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA 1,5 kg
M2 = TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA1,5 kg + P 0,03 kg
M3 = TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA1, 5 Kg + P 0,03 kg +
TBK 0,15 kg
M4 = TKKS 25 kg + Jerami 5 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0,03 kg+ P 0,03 kg
TBK 0.15 kg + KNG 3 kg + 1,5 kg S
M5 = TKKS 25 kg + Kardus 5 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0,03 kg+ KA1,5 kg
+ P 0,03 kg + TBK 0.15 kg + KNG 3 kg + 1,5 kg S
2. Faktor ketebalan media dengan 2 taraf yaitu:
T1 = 15 cm
T2 = 20 cm
Sehingga diperoleh 10 kombinasi yaitu:
M1T1
M2T1
M3T1
M4T1
M5T1
M1T2
M2T2
M3T2
M4T2
M5T2
Jumlah ulangan:
:3
Universitas Sumatera Utara
Jumlah kombinasi
: 10
Jarak antar ulangan
: 50 cm
Jumlah seluruh kotak : 30
Ket:
Ukuran kotak
Tinggi kotak
= 30 x 21cm
= 25 cm
Analisis statististika yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Analisis sidik
ragam (ANOVA) sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Model linier persamaan analisis sidik ragamnya adalah sebagai
berikut:
Yijk
=μ+ i+ j+(
)ij + ijk
Di mana:
Yijk
= nilai parameter dari faktor M dari taraf ke- i dan faktor T pada taraf ke-j
dengan ulangan k yang diamati
= nilai tengah
µ
(
i
= parameter formulasi media pada taraf ke-i
j
= parameter ketebalan media pada taraf ke-j
)ij = respon interaksi faktor M pada taraf ke-i dan faktor T pada taraf ke-j
ijk
= pengaruh galat dari faktor M pada taraf ke-i dan faktor T pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
(Gomez dan Gomez, 1995).
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan
uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5 %
(Bangun, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Peubah Amatan
Umur Mulai Panen (hari)
Umur panen dihitung sejak awal penanaman (inokulasi) sampai dengan panen
jamur pertama. Jamur yang dipanen adalah jamur dalam stadium kancing. Pemetikan
(panen) jamur harus dilakukan dengan hati- hati agar tidak merusak miselium maupun
calon tubuh buah yang lain.
Panjang Badan Buah (cm)
Panjang badan buah diukur dari pangkal badan buah hingga ujung tudung jamur,
dengan memakai penggaris. Pengukuran dilakukan pada badan buah yang telah
memasuki stadia kancing.
Diameter Tudung (cm)
Diameter tudung diukur dari tudung jamur yang masih menutup. Oleh karena itu
pengukuran harus dilakukan pada saat badan buah masih dalam stadia kancing.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
Jumlah Badan Buah (buah)
Jumlah badan buah jamur merang dihitung pada saat panen (stadia kancing) .
Pada tahap ini dihitung jumlah badan buah jamur untuk tiap-tiap kotak.
Bobot Basah/Plot (g)
Pengukuran bobot basah dilakukan dengan menggunakan timbangan dengan
ketelitian 0,01 gr. Karena panen jamur dilakukan lebih dari sekali maka bobot basah
dihitung setiap kali panen, kemudian dijumlahkan mulai dari panen pertama sampai
panen terakhir.
Universitas Sumatera Utara
Lamanya Periode Panen (hari)
Lamanya periode panen dihitung dengan mengamati waktu panen yang tercepat
hingga periode panen yang terlama untuk setiap perlakuan.
Pelaksanaan Penelitian
Sanitasi Rumah Kaca
Sanitasi rumah kaca dilakukan dengan membersihkan seluruh bagian kumbung,
mulai dari dalam sampai keluar rumah kaca. Bagian dalam rumah kaca dibersihkan
dengan menggunakan sapu dan bagian luar dibersihkan dengan sapu lidi. Sampahsampah yang berada disekitar rumah kaca dikumpulkan dan dibakar, agar tidak menjadi
sumber kontaminasi bagi pertumbuhan jamur.
Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah tandan kosong kelapa sawit
yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit, jerami padi, dan kardus bekas. Tandan kosong
kelapa sawit dicacah hingga halus dengan menggunakan mesin pencacah, begitu juga
dengan jerami dan kardus. Jerami dipotong-potong hingga menjadi potongan kecil,
sedangkan kardus disobek- sobek hingga menjadi sobekan kecil. Lalu tandan kosong
kelapa sawit, jerami, dan kardus direndam dengan air selama 24 jam. Kemudian semua
bahan – bahan campuran media tanam (dedak, kapur, kotoran ayam, pupuk SP36, Urea,
Universitas Sumatera Utara
tepung beras ketan, arang sekam, kangkung dan pupuk organik) disiapkan dan
ditimbang sesuai perlakuan formulasi media.
Fermentasi (Pengomposan)
Pengomposan atau fermentasi dilakukan dengan cara mencampur semua bahan
campuran
dengan tandan kosong kelapa sawit. Pengomposan dilakukan tersendiri
menurut formulasi media pada masing-masing perlakuan, yaitu perlakuan M1, M2, M3,
M4, dan M5. lalu masing – masing perlakuan ditambahkan air secukupnya (kadar air ±
65%). Lalu campuran media dibumbun kemudian ditutup rapat dengan menggunakan
plastik atau terpal. Pengomposan dilakukan selama 10 hari. Pada hari ke-4 dan ke-8,
dilakukan pembalikan media yang bertujuan agar proses fermentasi dapat merata.
Sterilisasi Media
Sterilisasi dilakukan dengan memasukkan media kedalam kantong plastik
menurut perlakuan media yaitu M1, M2, M3, M4, dan M5. Lalu media dimasukkan
kedalam drum pensteril yang telah diisi air sepertiga bagian dan ditengah drum tersebut
disusun kayu- kayu sebagai tempat meletakkan media. Prinsip sterilisasi ini persis
seperti mengukus nasi. Kemudian media dalam drum tersebut dipanaskan selama ± 8
jam dengan suhu ± 700C.
Sterilisasi Rumah Kaca dan Kotak
Sterilisasi bertujuan untuk mematikan pertumbuhan mikroorganisme lain yang
dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Sterilisasi dilakukan dengan pembersihan dan
Universitas Sumatera Utara
penyemprotan alkohol 70% pada bagian ruangan rumah kaca dan kotak tempat media
tumbuh jamur merang.
Inokulasi Bibit
Bibit jamur yang digunakan merupakan bibit F3. Bibit jamur ini diinokulasi
pada media yang telah dikomposkan dan telah disusun pada kotak-kotak di dalam
rumah kaca dengan ketebalan sesuai dengan perlakuan, yaitu T1 dan T2. Inokulasi bibit
dilakukan dengan cara menebarkan bibit siap semai kepermukaan dan lapisan tengah
media. Banyaknya bibit yang digunakan untuk kotak yang berukuran 30 x 21 x 25 cm
adalah sebanyak 150 g.
Inkubasi
Masa inkubasi merupakan masa pertumbuhan miselium. Pada saat masa
inkubasi, sebaiknya kotak perlakuan ditutup rapat, (untuk mempertahankan kondisi
suhu ruangan 30-350C). Pada hari ke empat dari inokulasi bibit, barulah tutup kotak
dibuka, dengan tujuan agar cahaya matahari dan sirkulasi udara dapat berjalan dengan
baik, sehingga memicu terbentuknya tubuh buah. Pengontrolan suhu dan pemeriksaan
adanya kontaminan harus selalu dilakukan. Apabila terjadi kontaminasi, media yang
ditumbuhi cendawan atau jamur lain harus segera dibuang.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, agar
kelembabannya tetap terjaga. Penyiraman dilakukan pada dinding-dinding dan
permukaan media, tetapi jangan sampai terlalu basah.
Pengendalian Kontaminan
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian
kontaminan
dilakukan
untuk
mencegah
tumbuhnya
mikroorganisme lain pada media yang dapat menghambat pertumbuhan jamur merang.
Apabila ada mikroorganisme lain (kontaminan) pada media, maka media yang
ditumbuhi kontaminan tersebut harus segera dibuang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Umur Mulai Panen (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur mulai panen dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan 5. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan formulasi
media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
umur mulai panen.
Data rataan umur mulai panen pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Umur mulai panen (hari) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi media
(M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
T2
15,33
15,33
14,67
15,00
10,00
13,67
16,33
18,00
14,33
15,67
14,13
15,53
Rataan
(hari)
15,33
14,83
11,83
17,17
15,00
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa, umur mulai panen tersingkat pada perlakuan
formulasi media terdapat pada perlakuan M3 yaitu 11,83 hari dan yang terlama pada
Universitas Sumatera Utara
perlakuan M4 yaitu 17,17 hari. Selanjutnya dapat dilihat bahwa umur mulai panen
tersingkat pada perlakuan ketebalan media terdapat pada perlakuan T1 yaitu 14,13 hari
dan yang terlama pada perlakuan T2 yaitu 15,53 hari.
Panjang Badan Buah (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik m dari panjang badan buah (cm) dapat dilihat
pada Lampiran 6 dan 7. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang badan buah.
Data rataan panjang badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang badan buah (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media.
Formulasi Media
(M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
T2
4,90
4,52
4,64
4,14
5,07
4,37
5,66
4,49
4,40
4,36
4,94
4,38
Rataan
(cm)
4,71
4,39
4,72
5,08
4,38
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa, panjang badan buah tertinggi pada perlakuan
formulasi media terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 5,08 cm dan yang terendah
terdapat pada perlakuan M5 yaitu sebesar 4,38 cm. Selanjutnya dapat dilihat bahwa
perlakuan ketebalan media pada T1 menghasilkan panjang badan buah tertinggi yaitu
sebesar 4,94 cm dan terendah pada T2 yaitu sebesar 4,38 cm.
Universitas Sumatera Utara
Diameter Tudung (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari diameter tudung (cm) dapat dilihat
pada Lampiran 8 dan 9. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap diameter tudung.
Data rataan diameter tudung pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Diameter tudung (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi Media
(M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
2,59
2,83
3,63
2,96
2,87
2,98
T2
2,77
2,87
3,18
2,70
2,80
2,86
Rataan
(cm)
2,68
2,85
3,40
2,83
2,84
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa, perlakuan formulasi media menghasilkan
diameter tudung tertinggi pada perlakuan M3 yaitu 3,40 cm, dan yang terendah pada
perlakuan M1 yaitu 2,68 cm. Selanjutnya dapat dilihat perlakuan ketebalan media pada
T1 menghasilkan diameter tudung tertinggi yaitu 2,98 cm dan terendah pada perlakuan
T2 yaitu 2,86 cm.
Jumlah Badan Buah (buah)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah badan buah (buah) dapat
dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan formulasi media berpengaruh nyata terhadap jumlah badan buah, serta
berpengaruh tidak nyata pada perlakuan ketebalan media dan interaksinya.
Universitas Sumatera Utara
Data rataan jumlah badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah badan buah (buah) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media.
Formulasi Media
(M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
T2
9,00
8,33
6,67
10,33
6,67
12,00
9,33
9,33
16,00
23,00
9,53
12,60
Rataan
(buah)
8,67b
8,50b
9,33b
9,33b
19,50a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa, perlakuan formulasi media menghasilkan
jumlah badan buah tertinggi pada perlakuan M5 yaitu sebesar 19,50 buah dan terendah
pada perlakuan M2 yaitu sebesar 8,50 buah. Selanjutnya dapat dilihat bahwa perlakuan
ketebalan media pada T2 menghasilkan jumlah badan buah tertinggi yaitu 12,60 buah
dan terendah pada T1 yaitu 9,53 buah.
Hubungan antara jumlah badan buah dengan perlakuan formulasi media dapat
Jumlah badan buah (buah)
dilihat pada Gambar 3.
25
20
15
10
5
0
M0
M2
M3
M4
M5
Formulasi media (M)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Histogram hubungan antara formulasi media dengan jumlah badan
buah
Bobot Basah / Plot (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot basah / plot (g) dapat dilihat
pada Lampiran 12 dan 13. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
formulasi media berpengaruh nyata terhadap bobot basah, serta berpengaruh tidak nyata
pada perlakuan ketebalan media dan interaksinya.
Data rataan jumlah badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
media dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot basah/plot (g) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi Media (M)
M0
M1
M2
M3
M4
Rataan
Ketebalan Media (T)
T0
T1
28,67
93,30
85,90
116,33
99,00
120,40
106,93
133,57
250,73
306,30
114,25
153,98
Rataan
(g)
60,98b
101,12b
109,70b
120,25b
278,52a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa, perlakuan formulasi media menghasilkan
bobot basah tertinggi pada perlakuan M5 yaitu sebesar 278,52 g dan terendah pada
perlakuan
M1 yaitu sebesar 60,98 g. Selanjutnya dapat dilihat bahwa perlakuan
ketebalan media pada T2 menghasilkan bobot basah tertinggi yaitu 153,98 g dan
terendah pada T1 yaitu 114,25 g.
Hubungan antara formulasi media dengan bobot basah/plot (g) dapat dilihat pada
Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
bobot basah (g)
300
250
200
150
100
50
0
M1
M2
M3
M4
M5
Formulasi media (M)
Gambar 4. Histogram hubungan antara formulasi media dengan bobot basah/plot (g)
Lamanya Periode Panen (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari lamanya periode panen (hari) dapat
dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap lamanya periode panen.
Data rataan lamanya periode panen pada perlakuan formulasi media dan
ketebalan media dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Lamanya periode panen (hari) dengan kombinasi perlakuan formulasi media
dengan ketebalan media.
Formulasi Media (M)
M1
M2
M3
M4
M5
Rataan
Ketebalan Media (T)
T1
T2
10,33
13,00
13,00
14,67
12,33
12,67
15,33
13,00
10,67
13,00
17,67
13,93
Rataan
(hari)
12,83
13,00
11,83
13,83
15,00
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa, periode panen terlama pada perlakuan formulasi
media terdapat pada perlakuan M4 yaitu 15,00 hari dan yang tersingkat pada perlakuan
M2 yaitu 11,83 hari. Selanjutnya dapat dilihat bahwa periode panen terlama pada
Universitas Sumatera Utara
perlakuan ketebalan media terdapat pada perlakuan T2 yaitu 13,93 hari dan yang
tersingkat pada perlakuan T1 yaitu 12,67 hari.
Pembahasan
Pertumbuhan dan produksi jamur merang pada formulasi media yang berbeda
Perlakuan formulasi media berpengaruh nyata terhadap jumlah badan buah dan
bobot basah tetapi berpengaruh tidak nyata terdapat umur mulai panen, panjang badan
buah, diameter badan buah, dan lamanya periode panen. Produksi meningkat pada
formulasi media M5 yaitu kombinasi media tandan kosong kelapa sawit dengan kardus.
Hal ini diduga karena tandan kosong kelapa sawit dan kardus mengandung selulosa dan
hemiselulosa yang tinggi. Selulosa dan hemiselulosa yang tinggi ini merupakan sumber
makanan utama bagi jamur merang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (1982)
bahwa jamur memperoleh makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin,
dan protein.
Pada formulasi media tumbuh jamur merang lainnya seperti M1, M2, M3, dan
M4, memiliki kadar selulosa yang lebih rendah sehingga makanan yang tersedia untuk
jamur merang menjadi berkurang. Akibatnya jumlah badan buah yang dihasilkan
menjadi sedikit, karena jamur merang merupakan konsumen yang bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, vitamin, dan senyawa kimia lainnya yang
diperoleh dari lingkungannya. Hal ini sesuai dengan literatur http://free.vlsm.org (2000)
yang menyatakan bahwa jamur merupakan konsumen, maka jamur bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, vitamin, dan senyawa kimia lainnya yang
diperoleh dari lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
Perlakuan formulasi media berpengaruh tidak nyata terhadap umur mulai panen.
Namun, dapat dilihat bahwa umur mulai panen jamur merang tersingkat terdapat pada
perlakuan M3 (11,83) hari yang merupakan kombinasi dari bahan seperti tandan kosong
kelapa sawit, dedak, kapur, kotoran ayam, pupuk SP-36, urea, kotoran ayam, serta
tepung beras ketan. Hal ini diduga karena bahan seperti tepung beras ketan merupakan
sumber karbohidrat yang langsung tersedia dan menjadi sumber karbon atau energi
awal untuk pembentukan miselium jamur yang akan berkembang menjadi badan buah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (1995) yang menyatakan bahwa untuk
pertumbuhan dan perkembangannya, jamur merang memerlukan sumber nutrien atau
makanan dalam bentuk unsur-unsur seperti karbohidrat, nitrogen, fosfor, belerang,
kalium, kapur (Ca), karbon serta beberapa unsur lainnya.
Perlakuan formulasi media berpengaruh tidak nyata terhadap panjang badan buah
dan diameter tudung .Hal ini diduga karena jamur yang dipanen adalah jamur dalam
stadia kancing. Apabila jamur dalam stadia kancing tidak dipanen, maka jamur tersebut
akan tumbuh dan berkembang dari stadia kancing menjadi stadia telur, stadia
perpanjangan hingga stadia dewasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiastuti (2005)
yang menyatakan bahwa tahap perkembangan jamur merang dibagi menjadi tiga tahap
yaitu tahap pembentukan miselium, tahap pembentukan badan buah dan tahap
pelepasan spora.
Pertumbuhan dan produksi jamur merang pada ketebalan media
Dari hasil penelitian terlihat bahwa perlakuan ketebalan media berpengaruh tidak
nyata terhadap seluruh peubah amatan. Hal ini diduga karena jamur merang hanya
memiliki perakaran semu yang disebut rhizoid, jamur ini mengguna