Perlunya Mengembangkan Industri Kreatif Berbasiskan Ranting (1)

KAPITA SELEKTA

Perlunya Mengembangkan Industri Kreatif
Berbasiskan Ranting (1)
SAPARDI

G

htt
p:/
/w
w

w.

pd

fsp

litm
erg

er.
co
m)

litas, kuantitas maupun legalitas, sehingga
kurang memiliki nilai kompetitif di pasar.
Hal tersebut memerlukan peran yang
lebih besar dari Muhammadiyah agar dapat
mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang
tidak pro ekonomi rakyat. Itu dapat
dimainkan Muhammadiyah manakala
Muhammadiyah pun mempunyai kemandirian ekonomi. “Kedai Kami” dapat dimainkan sebagai modal sekaligus sebagai bukti
konkret tentang bagaimana peran Muhammadiyah dalam penguatan ekonomi rakyat.

Foto: DIDIK SUJARWO

Vi
sit

“Kedai Kami” lebih memungkinkan untuk

menjaga kedaulatan organisasi.
Demikian pula melalui “Kedai Kami”
dapat menunjukkan tentang komitmennya
Muhammadiyah terhadap ketidakberdayaan ekonomi rakyat. Di tengah-tengah
ketidakberdayaan ekonomi rakyat, seperti
mulai tersubordinasikannya pasar-pasar
tradisional antara produsen dengan
konsumen telah hilang. Prakarsa untuk
memulai usaha yang mandiri dari sebagian
rakyat pun sering digusur kebijakan yang
mengatasnamakan pembangunan. Kita
masih melihat penggusuran pedagang
kakilima, tidak hanya di kota besar, tetapi
juga di ibukota kabupaten dan kota di
beberapa wilayah. Semakin merosotnya
tingkat kesejahteraan petani, karena tidak
dapat memberikan nilai tambah terhadap
komoditas hasil pertaniannya di satu sisi
dan sisi lain dibenturkan dengan produk
impor. Masih terkendalanya usaha kecil

dan menengah, terutama yang berada di
pedesaan, untuk memenuhi standar kua-

De
mo
(

agasan tentang membangun
kembali “Kedai Kami” yang
disampaikan Din Syamsuddin
dalam Rubrik Pedoman, SM 07/95/1-15
April 2010, sangat perlu diapresiasi.
Bagaimana pun juga sudah semestinya
organisasi besar seperti Muhammadiyah
mampu menampakkan amal usaha yang
dapat merepresentasikan kegiatan ekonomi
anggotanya. Tidak saja orang-per-orang
Muhammadiyah, akan tetapi juga sistem
yang terbangun secara rapi yang dapat
mendatangkan nilai-nilai positif dalam memberdayakan ekonomi anggota. Untuk itu

tentunya perlu dilakukan kegiatan pendukung, yang di antaranya, melalui pengembangan industri kreatif berbasiskan Ranting.
Karena, dengan “Kedai Kami”,
barangkali tidak saja akan menjadi simbol
kebangkitan ekonomi anggota Muhammadiyah, akan tetapi juga dapat mencerminkan kesolidan organisasi bidang
ekonomi yang, sampai saat ini, belum
tampak diorganisasi setua dan sebesar
Muhammadiyah. Pengembangan jamaah
ekonomi yang lebih terstruktur dan sistematis belum terbentuk di lingkungan
Muhammadiyah, sehingga secara ide,
membangun kembali “Kedai Kami” dapat
menjadi pintu masuk dalam penataan
jamaah ekonomi, khususnya di lingkungan
anggota Muhammadiyah.
Selain itu, meskipun bukan faktor yang
utama, kemandirian ekonomi Muhammadiyah sangat diperlukan agar dakwah
dapat dijalankan secara maksimal. Yaitu
dengan jalan tetap menjaga independensinya dalam gerakan dakwah. Karena,
pesan-pesan sponsor, sering menjadi
godaan tersendiri bagi organisasi dakwah
seperti Muhammadiyah. Oleh karena itu,

dengan ditopang jaringan ekonomi yang
kuat melalui “Kedai Kami”, gerakan
dakwah tidak akan tergoyahkan dengan
adanya pesan-pesan sponsor. Dengan
kata lain, kemandirian ekonomi melalui

Industri Kreatif Berbasis Ranting
“Kedai Kami” tidak akan memberikan
manfaat yang berkelanjutan manakala
berdiri sendiri. Oleh karena itu, penulis
sepakat bila “Kedai Kami” dibangun sebagai
salah satu sub sistem ekonomi jamaah
yang perlu dikembangkan Muhammadiyah
di sektor hilir (distribusi dan pemasaran).
Agar tidak menjadi perpanjangan tangan
produk-produk perusahaan yang menganut
paham ekonomi kapitalis dan sebaliknya
mampu menyediakan produk-produk yang
berkualitas, maka penataan sektor hilir
tersebut perlu dibarengi dengan penataan

produk di sektor hulunya.
Karena persaingan pasar yang semakin ketat pula, maka diperlukan produkproduk yang harus memiliki ketepatan dari
sisi kualitas, kuantitas, legalitas maupun
ketepatan dalam pendistribusiannya. Untuk
itu perlu adanya upaya pengembangan
industri kreatif berbasis Ranting, yaitu
sebuah ikhtiar untuk memberikan nilai
tambah terhadap potensi-potensi lokal yang
ada di Ranting-Ranting maupun upaya
membuat produk-produk substitusi yang
bisa menjadi alternatif pasar. Karena pada
akhirnya, “Kedai Kami” tidak saja berorientasi dari, oleh, dan untuk warga Persyarikatan Muhammadiyah, namun, insya
Allah, bila sistem terbangun baik, akan
menjadi dari Muhammadiyah untuk semua.l Bersambung

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 95 | 1 - 15 SEPTEMBER 2010

47