PENGGUNAAN ASTROFOTOGRAFI DALAM PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAN DZULHIJJAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sangat mengapresiasi terhadap waktu, hal tersebut dapat terlihat dalam
firman Allah SWT yang memuat sumpah-Nya tentang waktu, ayat yang sering kita
baca dan dengar dalam berbagai kesempatan. Bahwa, hanya orang-orang yang bisa
memanfaatkan dan menghargai waktu dengan sebaik mungkinlah yang tidak merugi.
Namun demikian Islam tidak hanya sekedar mengapresiasi pentingnya waktu, firman
Allah swt tersebut juga memberikan isyarat kepada umat Islam untuk selalu berpacu
secara nyata dalam memanfaatkan waktu dengan amalan saleh yang melahirkan
kemaslahatan pada diri sendiri maupun umat secara keseluruhan.1
Waktu diciptakan Allah swt untuk menjadi parameter dinamika kehidupan
manusia. Tidak ada makhluk-Nya yang tidak terikat waktu.2 Salah satu sarana untuk
mengetahui dan menghitung waktu adalah dengan dibuatnya sistem penanggalan atau
kalender, melalui kalender manusia akan mengetahui hari, minggu, bulan dan tahun
dalam perjalanan hidupnya selama di dunia ini. Ada dua macam sistem penanggalan
yang sangat populer di dunia yaitu sistem penanggalan matahari dan sistem
penanggalan bulan. Sistem penanggalan matahari adalah sistem penanggalan yang
berpedoman bahwa satu hari adalah waktu yang ditempuh oleh bumi untuk berputar
satu kali putaran (rotasi), dan satu tahun adalah waktu yang dibutuhkan bumi untuk
mengelilingi matahari satu kali putaran (revolusi) yaitu 365,2422 hari. Sehinga satu
tahun penanggalan matahari adalah 365 hari atau 366 hari setiap empat tahun sekali,
disebut tahun kabisat apabila bulan Februari 29 hari kemudian satu tahun dibagi
menjadi 12 bulan, dimana satu bulan adalah 30 atau 31 hari kecuali bulan Februari 28
atau 29 hari.
1
Agus Mustofa, Jangan Asal Ikut-ikutan Hisab dan Rukyat :Serial ke-36 Diskusi Tasawuf
Modern, (Surabaya, 2003), hlm. 18.
2
Ibid, hlm. 20.
1
Sistem penanggalan bulan adalah sistem penanggalan yang berpedoman
bahwa satu hari adalah waktu yang ditempuh oleh bumi untuk berputar satu kali
putaran (rotasi), dan satu bulan adalah waktu yang diperlukan bulan untuk
mengelilingi bumi satu putaran yaitu 29,5306 hari sehingga satu bulan adalah 29 atau
30 hari dan satu tahun adalah 12 bulan sehingga satu tahun adalah 354 hari atau 355
hari setiap tiga tahun sekali, semacam tahun kabisat. Berbagai macam kalender yang
pernah ada di dunia, seperti Kalender Qitbi bangsa Mesir, Kalender Maya bangsa
Maya, Kalender Cina, Kalender Jepang, Kalender Julian-Gregorian, dan Kalender
Hijriah kalender umat Islam. Adapun topik pembahasan yang menjadi obyek dalam
pembahasan ini adalah mengenai Kalender Hijriah. Kalender Hijriah atau Kalender
Kamariah (bahasa Arab: ; الت وي اله ريat-taqwim al-hijri), adalah kalender yang
digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang
berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan
Kalender Hijriah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi
peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun
622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriah juga
digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan
peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi)
yang menggunakan peredaran matahari.
Sistem kalender Hijriah adalah salah satu sistem penanggalan yang disusun
berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi (kamariah / lunar system). Adapun
mengenai sebutan Hijriah, karena kalender ini dimulai semenjak hijrah (pindah)nya
Rasulullah saw dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah). Pada zaman Rasulullah saw
dalam penentuan awal bulan tidak mengalami masalah yang sangat kompleks seperti
saat ini, khususnya bulan-bulan yang terkait ibadah seperti bulan Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah. Metode yang digunakan dalam menentukan awal dan akhir bulan saat
itu adalah dengan menggunakan metode rukyat murni. Hal tersebut dapat terlihat
dalam beberapa hadis, sebagai berikut,
2
س أ ْ ل ل أبو ْال س
ه ع ْي
ْ ع ْي ْ فأ ْك وا ع ش
ص
ل ال: ل
ْ أ ْف ر ا لر ْ يت ف
( مس
ْهع
ع ْ اب ْ ريْر ر
س صوموا لر ْ يت
ري ال ف ل
ه ع ْي
ص
)ر اه ال. َ ي
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Nabi saw bersabda: "Berpuasalah
kalian pada saat kalian telah melihatnya (hilal), dan berbukalah kalian juga
di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung
bagi kalian maka genapkanlah bulan Syakban menjadi 30 hari". (HR. alBukhari dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim).3
س ذكر رمض
. ع ْي ْ ف ْ ر ا ل
هعي
ه ع ه ا رسول ه ص
ع ع هب ع رر
ْ ف ل َ ت وموا حت تر ْ ا ْالهَل َ ت ْف ر ا حت تر ْ ه ف ْ أ
.( ري مس
)ر اه ال
Artinya: Dari Abdillah Ibn Umar r.a. (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw menebutnyebut Ramadhan, dan berkata: "Janganlah kalian berpuasa hingga kalian
melihat hilal dan jangan pula berbuka hingga melihatnya (terbit) kembali.
Namun, jika bulan itu tertutup dari pandanganmu, maka kadarkanlah”. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).4
أرا أح ك ْ أ
ل إذا رأيْت ْ َل ذي ْال
.( اح
ابو ا
س
ع ا س ا ال ص ه ع ي
ْ ْ يض ف ْي ْ س ْك ع ْ ش ْره أ
)ر اه مس.ظف ره
Artinya: Dari Ummu Salamah (diriwayatkan) bahwa Nabi saw bersabda: “Apabila
kalian melihat hilal Dzulhijjah dan salah seorang kalian ingin berkurban,
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Bairut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyaِ, 1425/2004), ِlm. 346,
Hadis No. 1909; Muslim, Sahih Muslim, Bairut: Dar al-Fikr li at-Tiba‟aِ wa an-Nasyr wa at-Tauzi‟,
1512/1992, hlm. 428. Hadis No. 18 (1081) dan 19 (1081).
4
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, hal. 345, Hadis No. 1906, dan Muslim, Sahih Muslim, hlm.
482, Hadis No. 3 (1080).
3
3
maka hendaknya dia menahan rambut dan kuku-kukunya (yakni tidak
memotongnya”. (HR. Muslim, Abu Daud dan Ahmad).5
Dari beberapa hadis di atas dengan jelas bahwa di zaman Rasulullah saw
digunakan rukyat sebagai metode penetapan masuk dan berakhirnya bulan kamariah,
khususnya bulan-bulan
terkait
ibadah.
Penentuan bulan kamariah dengan
menggunakan metode rukyat saat itu tidak ada masalah karena umat Islam baru
berada di kawasan Jazirah Arab. Setelah Islam menyebar keseluruh penjuru dunia
seperti saat ini penggunaan metode rukyat memunculkan berbagai persoalan karena
penyebaran umat Islam kini tidak hanya di kawasan Jazirah Arab lagi, dimana jika
menggunakan metode rukyat murni dalam penentuan bulan kamariah akan muncul
masalah dimana apabila hilal terlihat di suatu kawasan namun tidak terlihat pada
kawasan lain, akan menimbulkan perbedaan dalam penetapan awal bulan kamariah.6
Hal itu sering terjadi dalam penetapan bulan-bulan terkait ibadah seperti Ramadhan,
Syawal, Dzulhijjah dan Muharram. Bukan sekedar antar banua atau negara bahkan
dalam satu negara atau kawasan pun perbedaan tersebut dapat terjadi.
Di Indonesia perbedaan awal dan akhir Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah
merupakan suatu hal yang dianggap biasa. Perbedaan penetapan awal dan akhir bulan
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sesungguhnya disebabkan karena berbedanya
dasar yang digunakan. Diantaranya ada golongan yang berpegang teguh kepada
rukyat sebagai dasar penetapan. Ada pula golongan yang mendasarkan penetapannya
pada saat terjadi ijtimak matahari dan bulan. Ada lagi golongan yang mendasarkan
pada hisab wujudul hilal. Ada pula golongan yang menetapkan awal bulan dengan
dasar kaidah-kaidah tertentu yang dikenal dengan hisab urfi. Secara garis besar di
Indonesia sendiri ada dua dasar atau metode yang digunakan dalam penentuan awal
bulan kamariah khususnya awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah yakni
5
Muslim, Ibid, hlm. 482, Hadis No. 1977. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Bairut: Dar alKutub al-„Ilmiyyaِ, 1425/2004, ِlm. 447, Hadis No. 2791. Aِmad, Musnad al-Imam Ahmad Ibn
Hanbal, Bairut: Mu‟assasat ar-Risalah, 1421/2001, Hadis No. 26554.
6
Syamsul Anwar, Hisab Bulan Kamariah: Tinjaun Syar’i tentang Penetapan Awal
Ramadhan, Syawwal dan Dzulhijjah (Problem Penggunaan Rukyat), (Yogyakartya, 2012), hlm. 5.
4
metode hisab dan rukyat. Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama merupakan
organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, dalam hal penentuan awal bulan
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah ketentuan dan putusan dari kedua ormas tersebut
menjadi patokan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya pendukung
masing-masing organisasi. Namun yang sering terjadi ketentuan atau putusan awal
bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sering terjadi perbedaan, sehingga tidak
jarang memunculkan keresahan di tengah masyarakat dan menjadi suatu persoalan
yang belum di temukan solusi tepat dalam penyelesaiannya samapai saat ini, yakni
meyatukan perbedaan dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah di Indonesia. Sehingga muncul suatu gagasan jalan tengah untuk
menyatukan perbedaan anatara metode hisab dan rukyat dalam menentukan awal
bulan Ramadhan, syawal, dan Dzulhijjah yang menggunakan metode Rukyat Qablal
Gurub (RQG) dengan teknik astrofotografi.7
Adanya suatu gagasan untuk menyatukan perbedaan anatara metode hisab dan
rukyat dalam menetukan awal bulan kamariah terutama bulan yang menyangkut
ibadah seperti bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dengan menggunakan teknik
astrofotografi seperti yang dilakukan oleh seorang pakar Astrofotografi kelas dunia
dari Prancis: Thierry Legault. Insinyur yang menjadi konsultan pesawat Boeing,
Airbus dan Aerospace itu memiliki karya-karya hebat dalam hal memotret bendabenda langit. Di Indonesia sendiri seorang ahli astrofisika Agus Mustofa sangat serius
dalam usaha menyatukan perbedaan metode hisab dan rukyat dalam penetuan awal
bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah di Indonesia, diantara usaha konkrit dari
Agus Mustofa adalah mengadakan seminar, workshop dan festival asrofotografi pada
tanggal 26 – 28 April 2014 di Kota Surabaya yang mengundang Thierry Legault
sebagai nara sumber dalam acara tersebut. Agus Mustofa juga melakukan rukyat hilal
teknik astrofotogarfi bersama dengan Thierry Legault dengan metode Rukyat Qablal
Gurub (RQG) pada awal bulan Ramadhan 1435 Hijriah, hanya saja usaha tersebut
7
Ibid, hlm. 65.
5
belum berhasil dikarenakan faktor alam Indonesia yang sangat tidak mendukung pada
saat itu, yakni mendung dan berawan tebal.
Keberhasilan rukyat yang dilakukan Ilmuan Perancis Thierry Legault dengan
menangkap hilal pada jarak sudut matahari-bulan (elongasi) terkecil pada saat terjadi
ijtimak seakan memberi harapan baru disatukannya metode hisab dan rukyat dalam
menentukan bulan baru dalam penanggalan kamariah. Thierry Legault berhasil
membuat satu rekor rukyat hilal saat ijtimak dengan elongasi terkecil. Rekor ini
adalah rukyatnya terhadap hilal Jumadil Awal 1431 Hijriah pada hari Rabu, 14 April
2010 M dari Montfaucon, Lot, Perancis, dengan jarak sudut bulan-matahari (elongasi)
4,554º. Kemudian jelang Ramadan tahun 2013 Thierry Legault berhasil kembali
merukyat (dengan teleskop) hilal Ramadhan 1434 Hijriah saat ijtimak pukul 09:14
Waktu Perancis (14:14 WIB) pada hari Senin, 8 Juli 2013 dengan jarak sudut
matahari-bulan 4,6º dari Elancourt, pinggiran kota Paris.8
Keberhasilan Thierry Legault ini di Indonesia bagi beberapa kalangan dirasa
membawa optimisme baru untuk mendekatkan dan mengurangi perbedaan antara
penganut hisab dan penganut rukyat. Optimisme ini memang bukan suatu hal yang
berlebihan dan dalam beberapa kasus benar adanya. Sehingga beberapa pengamat dan
ahli mengusulkan kriteria untuk menentukan awal bulan kamariah baru, yaitu ijtimak
sebelum terbenamnya matahari (Rukyat Qablal Gurub).9
Dasar pemikirannya adalah bahwa saat ijtimak hilal sudah terlihat (dengan
teleskop) dan semangkin membesar menjelang terbenamnya matahari. Meskipun
tidak terlihat dengan mata telanjang, namun hilal sudah ada, buktinya terlihat saat
ijtimak atau beberapa saat kemudian sebelum matahari tenggelam. Ini sisi titik temu
rukyat dengan hisab wujudul hilal. Oleh karenanya sore itu, saat matahari terbenam,
8
Syamsul Anwar, Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Ghurub, dan Penyatuan Kalender Islam,
artikel ini disampaikan oleh beliau pada Selasa 29 Jumadil Akhir 1435 H / 29 April 2014 M di Kantor
Pusat Muhammadiyah Jakarta atas prakarsa Ketua Umum PP Muhammadiyah mengadakan ceramah
hisab dan rukyat (di kantor tersebut) dengan menghadirkan Thierry Legault, ahli astronautika Perancis,
bersama Ustaz Agus Mustof. http://efalak.kemenag.go.id/KalenderPerTahun.aspx, di akses pada
Kamis, 23 Oktober 2014, Jam 09.00 WIB.
9
Ibid.
6
sudah dapat dipandang sebagai bulan baru. Karena ijtimak terjadi sebelum matahari
tenggelam, maka tinggal menggenapkan hari itu hingga sore hari saat di mana
matahari terbenam. Lebih jauh, tempo antara ijtimak dan tenggelamnya matahari di
waktu sore memberi peluang rukyat lebih besar dan karenanya juga lebih
memudahkan dibandingkan rukyat saat matahari terbenam karena peluang rukyat saat
itu amat kecil lantaran hilal berada di ufuk hanya sesaat untuk kemudian terbenam di
balik ufuk. Lebih lanjut menurut pendukung Rukyat Qablal Gurub, saat ijtimak itu
adalah saat berakhirnya bulan berjalan dan mulainya bulan baru. Namun karena hari
berakhir pada sore hari saat terbenamnya matahari, maka hari digenapkan hingga sore.
Penggenapan bulan berjalan dengan melewati keesokan harinya sehingga bulan baru
dimulai lusa, seperti praktik yang terjadi, berarti penggenapan lebih dari 24 jam, dan
penggenapan dengan lebih dari 24 jam itu tidak logis. Penggenapan, sebagaimana
dalam Rukyat Qablal Gurub, hanya dari saat ijtimak hingga sore hari saja dan tidak
melampaui hingga keesokan hari.
Berhasilnya Thierry Legault menerapkan teorinya dalam merukyat bulan
dengan teleskop, dan juga adanya suatu metode yang ditawarkan dalam merukyat
bulan baru yakni menggunakan teknik Astrofotografi dengan metode Rukyat Qablal
Gurub (RQG), dengan merekam dan memotret pergerakan bulan secara visual dan
gambar sebelum matahari tenggelam. Berangkat dari permasalahan tersebutlah
penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
dengan
judul
“Penggunaan
Astrofotografi dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan
Dzulhijjah : (Studi Terhadap Pandangan Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa
Timur)
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah terkait dengan
pemahaman Muhammadiyah dan NU terhadap dalil-dalil penggunaan hisab, serta
pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur mengenai
pengguanaan Astrofotografi dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan
7
Dzulhijjah. Ulama yang dimaksud adalah Ulama Majelis Tarjih di Pimpinan
Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur dan Ulama Lajnah Falakiyah di Pimpinan
Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, dimana selain ulama yang berada dalam dua
lembaga masing-masing organisasi tersebut, ulama yang penulis maksud juga
merupakan ahli falak atau hisab.
Berdasarkan fokus masalah di atas, muncul beberapa rumusan masalah.
Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman Ulama Muhammadiyah dan NU tentang dalil
penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan
Dzulhijjah?
2. Bagaimana pandangan Ulama Muhammadiyah dan NU tentang penggunaan
Astrofotografi dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah?
3. Apa saja problem penggunaan teknik astrofotografi dalam penyatuan metode
hisab dan rukyat menurut Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa Timur?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pemahaman Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU)
mengenai dalil yang menjadi dasar dalam penggunaan hisab untuk menentukan awal
bulan Ramadha, Syawal dan Dzulhijjah.
2. Untuk mengetahui seperti apa pandangan Ulama Muhammadiyah (Ulama Tarjih
Muhammadiyah) dan Ulama Nahdlatul Ulama (Ulama di Lajnah Falakiyah NU)
tentang penggunaan Astrofotografi dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah.
3. Untuk mengetahui seperti apa problem dalam penggunaan Astrofotografi dalam
penyatuan hisab dan rukyat menurut pengurus Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama
Jawa Timur.
8
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk pertimbangan dalam upaya
menyatukan metode hisab dan rukyat dalam penetuan awal bulan Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah, melalui sarana teknologi canggih saat ini.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah, organisasi-organisasi masyarakat Islam, dan lembaga-lembaga yang
terkait dalam penentuan awal bulan Kamariah khususnya bulan-bulan yang
menyangkut peribadatan. Sehingga perbedaan-perbedaan yang terjadi selama ini
dapat diambil jalan tengahnya dengan kesepahaman dalam penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini.
E. Tlaah Pustaka Terdahulu
Studi tentang penentuan awal bulan kamariah sebenarnya sudah banyak
dibahas namun secara khusus untuk penggunaan teknik Astrofotografi dalam
penentuan awal bulan kamariah belum pernah dibahas oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Namun, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian
di atas, diantaranya :
Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Ali Romadhoni Mahasiswa Fakultas
Syari‟aِ Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009 yang
berjudul “Konsep Pemaduan Hisab dan Rukyat Dalam Menentukan Awal Bulan
Kamariaِ (Studi atas Pandanُan Ormas Muِammadiyaِ dan NU)”. Skripsi ini fokus
mambahas permasalahan yang dikaji adalah, bagaimana konsep pemaduan hisab dan
rukyat untuk menentukan awal bulan Kamariah menurut ormas Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama' (NU). Hasil dari penelitian ini adalah, Pertama, selain
mempertahankan rukyatul hilal, ormas NU dengan kerangka epistemologinya telah
menggunakan metode hisab untuk mendukung rukyat dengan mengadopsi kriteria
9
hisab imkanur rukyat (kemungkinan rukyat) guna menolak kesaksian rukyat yang
terlalu rendah yang kemungkinan tidak menemukan hilal. Kedua, ormas
Muhammadiyah yang dikenal kuat mempertahankan hisab wujudul hilal sudah
mencoba memulai mengkaji proses hisab melalui pendekatan rukyat. Selain itu,
ormas Muhammadiyah menampilkan tanggal 1 bulan Kamariah dengan mendasarkan
kriteria "hilal" sebagai kriteria yang terkait dan didukung oleh ilmu pengetahuan.
Ketiga, baik ormas Muhammadiyah maupun NU, telah memprioritaskan kriteria
imkanur rukyat kontemporer agar secara penerapan keilmiahan didapatkan data hisab
yang mampu sesuai dengan praktik rukyat di lapangan dan rukyat dapat pula tepat
sasaran sesuai dengan data hisab. Kriteria imkanur rukyat tersebut dipandang sebagai
titik temu antara metode hisab dan rukyat. Yaitu bahwa ahli rukyat dari NU telah
melakukan
rukyatnya
dengan
dipandu
oleh
data-data
hisab
dari
ormas
Muhammadiyah. Adapun ahli hisab dari Muhammadiyah melakukan hisab dengan
tidak melupakan pengalaman rukyat yang memberi batas kriteria imkanur rukyat.
Kedua, ormas Muhammadiyah dan NU telah melakukan kesepakatan pemahaman
secara bersama bahwa epistemologi hisab dan rukyat secara umum adalah bagian tak
terpisahkan dari epistemologi astronomi modern. Hisab yang formulasinya diperoleh
dari hasil rukyat jangka panjang, mampu digunakan dalam pembuatan almanak.
Sedangkan almanak astronomi, pada dasarnya merupakan salah satu produk
evolusi pengetahuan manusia yang memungkinkannya untuk tidak perlu melakukan
penglihatan setiap saat. Begitu juga sebaliknya, NU dan Muhammadiyah bersama
jajaran pemerintah yang terkait, telah menyatakan bahwa penentuan awal Ramadhan,
Syawal, dan Dzulhijah dilakukan berdasarkan metode rukyat dan hisab, dengan
asumsi bahwa kedua metode tersebut adalah metode istinbatul hukmi yang
berkedudukan sejajar. Kedua metode tersebut merupakan komplemen yang tidak
terpisahkan. Masing-masing punya keunggulan, namun juga punya kelemahan kalau
berdiri sendiri.
Kedua, Skripsi yanُ ditulis oleِ Sukirman Maِasiswa Fakultas Syari‟aِ
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009 yang berjudul
10
“Konsep Kalender Islam Internasional Perspektiَ Moِammad Ilyas”. Skripsi ini
membahas atau mendeskripsikan dan menganalisis pendapat Mohammad Ilyas
mengenai Konsep Kalender Islam Internasional. Dari penelitian ini ditemukan
jawaban bahwa konsep Kalender Islam Internasional Mohammad Ilyas masih
terkendala pada Garis Tanggal Kamariah Antar Bangsa (International Lunar Date
Line) yang bersifat tidak tetap setiap bulannya. Kondisi ini berbeda dengan garis
tanggal dalam Kalender Masehi yang menggunakan penanggalan Matahari. Garis
tanggal dalam kalender ini disepakati pada bujur 180°. Pendefinisian masalah hari
untuk memulai tanggal satu dalam Kalender Islam juga masih terkesan rancu, selama
ini pergantian hari pada Kalender Masehi dimulai pukul 00.00, sedangkan dalam
Kalender Hijriah dimulai setelah Magrib.
Ketiga, Tesis yang ditulis oleh Suhardiman Mahasiswa Program Magister
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang tahun 2012 yang berjudul
“Kriteria Visibilitas Menurut Pemerintaِ Dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah
(Studi tehadap Keputusan Menteri Agama (KMA) Tentang Penetapan awal
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1422 – 1432 H / 2001 – 2011 M)”. Adapun
pembahasan dan hasil penelitian tersebut bahwa kriteria visibilitas hilal yang
digunakan oleh Pemerintah dalam penetapan awal bulan (Ramadِān, Syawal dan
Dzulhijjah) tahun 1422 – 1432 H / 2001 – 2011 M. dapat disimpulkan bahwa (1)
Kriteria awal bulan yang digunakan oleh pemerintah
merupakan kriteria yang
didasarkan pada visibilitas hilal atas kesaksian para perukyat yang diuji berdasarkan
hisab yang akuratdan selanjutnya dibahas dalam forum sidang Isbat dan kemudian di
putuskan oleh pemerintah. (2) Kriteria awal bulan dimaksud adalah solusi alternatif
atas perbedaan pendapat dan pandangan yang selama ini terjadi dengan kriteria tinggi
hilal 2 derajat dan umur bulan 8 jam dari saat ijtimak saat matahari terbenam dengan
menggunakan perhitungan sistem hisab Hakiki Tahkiki.
Keempat, Skripsi yang ditulis oleh Eka Yuhendri mahasiswa Fakultas
Syari‟aِ Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013 yang
berjudul “Pemaِaman Hadis-hadis Rukyat Menurut Muhammadiyah dan Nahdlatul
11
Ulama (NU)”. Skripsi ini bertujuan untuk medeskripsikan hadis-hadis hukum tentang
rukyat, ditinjau dari sudut pandang kedua ormas Islam (Muhammadiyah & NU).
Hasil
penelitian
ini
adalah
usaha
mencari
korelasi
kedua
onnas
Islam
(Muhammadiyah & NU) dalam melakukan istimbat. Memahami hadis-hadis rukyat
Muhammadiyah memilih menggunakan metode 'hisab' dan Nahdlatul Ulama
menggunkan rukyat disertai imkanur rukyat serta hisab dan rukyat yang memiliki
kelebihan dan kekurangan bahwa hisablah yang relevan untuk penyusunan kalender
hijriah agar dapat saling mengisi satu sama lain.
Kelima, skripsi yang ditulis oleh Jumiatul Huda mahasiswa Fakultas Sayri‟aِ
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 yang berjudul
“Penentuan Awal Bulan Kamariaِ Dalam Perspektiَ Hizbut Taِrir”. Skripsi ini
mebahas bagaimana pandangan Hizbut Tahrir mengenai penentuan awal bulan
kamariah yaitu terkait metode yang digunakan oleh Hizbut Tahrir sendiri.
Keenam, skripsi yang ditulis oleh Rizky Wildan Wiguna mahasiswa Fakultas
Sayari‟aِ Universitas Islam Neُeri Sunan Kalijaُa Yoُyakarta taِun 2014 yanُ
berjudul “Penentuan Awal Bulan Kamariaِ dan Hari Raya Idul Adha Menurut
Muِammadiyaِ”. Skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui metode yang
digunakan Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan kamariah dan pandangannya
ketika menentukan hari raya Idul Adha jika dikaitkan dengan pelaksanaan wukuf di
Arafah, dengan menggunakan pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan dengan
melihat persoalan yang dikaji dengan berlandaskan teks Al-Qur‟an dan Hadis yanُ
digunakan Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan kamariah dan hari raya
Idul Adha.
Ketujuh, Buku-buku, antara lain buku yang berjudul “Fiqiِ Hisab Rukyaِ:
Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penetuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan
Idul Adِa”, buku yanُ ditulis oleh Ahmad Izzudin. Dan buku yang ditulis oleh Agus
Mustoَa yanُ berjudul “Janُan Asal Ikut-ikutan Hisab dan Rukyat” 2013, buku ini
merupakan suatu media yang digunakan oleh Agus Mustofa untuk memperkenalkan
gagasannya dalam menyatukan perbedaan penentuan awal bulan kamariah yang
12
sering terjadi selama ini. Selanjutnya buku yang ditulis Agus Mustofa juga yang
berjdudul “Menُintip Bulan Sabit Sebelum Maُِrib”, dimana buku ini membaِas
bagaimana rekam sejarah perjuangan Agus Mustofa dalam berupaya menyatukan
perbedaan penetapan awal bulan kamariah khususnya awal Ramadhan dan Hari Raya
Idul Fitri maupun Idul Adha, dalam bukunya ini juga Agus Mustofa memperkenalkan
suatu gagasan teknik merukyat hilal dengan menggunakan teknologi Astrofotografi
yang dipadukan dengan metode Ruikyat Qoblal Ghurub (RQG). Selain itu peneliti
juga akan menganalisis teori Thierry Legault, bagaimana Thiery menerapkan teorinya
dalam merukyat bulan dengan teleskop baik yang ada di buku-buku maupun artikel.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini ialah sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Skripsi ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Yang bersifat
penelitian deskriptif. Suatu penelitian yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.10
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah pendekatan
studi kasus. Yaitu penulis mengambil Ulama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama Jawa Timur sebagai objek studi kasus penelitian.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah sumber data Primer dan Sekunder.
a. Data Primer pada skripsi ini adalah
hasil wawancara kepada Ulama
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur dan data-data atau dokumen
10
Faisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Social, Dasar-Dasar dan Aplikasinya. (Jakarta,
2003), Cet. Ke-6,. hlm. 20.
13
yang berkaitan tentang penggunaan Astrofotografi dalam penentuan awal bulan
kamariah khusunya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
b. Indikator Ulama yang Dimaksud:
1.
Ulama
yang menjadi
pengurus
Majelis
Tarjih
Pimpinan
Wilayah
Muhammadiyah Jawa Timur, baik yang masih aktif maupun yang pernah
menjadi pengurus sebelumnya;
2.
Ulama yang menjadi pengurus Lajnah Falakiyah Pimpinan Wilayah
Nahdlatul Ulama Jawa Timur, baik yang masih aktif maupun yang pernah
menjadi pengurus sebelumnya; dan
3.
Ulama tersebut merupakan seseorang yang paham atau ahli dalam masalah
Ilmu Falak atau Hisab.
c. Data sekunder adalah seluruh literatur yang berhubungan dengan penentuan awal
bulan kamariah secara umum atau literatur lain yang dapat memberikan informasi
tambahan pada judul yang diangkat dalam skripsi ini. Yaitu, buku, majalah, jurnal,
artikel dan lain sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
a. Wawancara (Interview) yaitu penulis melakukan wawancara dengan Ulama
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Jawa Timur, untuk
menggali dan mengetahui pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama di Jawa Timur mengenai penggunaan Astrofotografi dalam penentuan
bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sebagai objek penelitian penulis,
sekaligus sebagai sumber primer dalam penelitian.
b. Dokumentasi (pengumpulan data melalui studi kepustakaan), yaitu penelitian
kepustakaan dan literatur yang mempunyai relevansi dengan judul baik dari buku,
majalah, jurnal, artikel dan lain sebagainya.
5. Teknik Analisis Data
14
Teknik analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif. Yang memaparkan
tentang pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur
tentang penggunaan Astrofotografi dalam penentuan bulan Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang sistematis dan komprehensip tentang
penggunaan teknik Astrofotografi dalam penentuan bulan Kamariah, maka peneliti
membagi sistematika dalam penyusunan penelitian ini, terdiri dari empat bab.
Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan Pendahuluan, yang mengemukakan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua mengenai kajian teori, terdiri dari: 1. Metode penentuan bulan
kamariah, yang meliputi : Pertama, metode rukyat. Kedua, metode hisab. Ketiga,
penentuan awal bulan kamariaِ menurut syar‟i dan astronomi. Keempat, macammacam kriteria hilal. Kelima, macam-macam aliran ijtimak rukyatul hilal. 2. Teknik
astrofotografi, yang meliputi: Pertama, sekilas tentang teknik astrofotografi dalam
penentuan bulan. Kedua, metode Rukyat Qablal Gurub dengan teknik astrofotografi
sebagai jalan tengah antara hisab dan rukyat. Ketiga, perbedaan rukyat astrofotografi
dengan rukyat yang selama ini dilakukan.
Bab ketiga merupakan pembahasan dan hasil penelitian, yang meliputi:
Pertama, metode Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam penentuan awal bulan
kamariah. Kedua, pemahaman Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama tentang
dalil yang menjadi dasar penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadhan,
Syawal dan Dzulhijjah. Ketiga, pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama di Jawa Timur tentang penggunaan astrofotografi dalam penentuan awal bulan
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Keempat, problematika dalam penggunaan
Astrofotografi dalam penyatuan hisab dan rukyat.
15
Bab keempat merupakan penutup, yang meliputi: kesimpulan, saran-saran,
dan dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang dianggap penting
dan mendukung.
16
PENGGUNAAN ASTROFOTOGRAFI DALAM PENENTUAN
AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAN DZULHIJJAH
(Studi Terhadap Pandangan Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa Timur)
SKRIPSI
OLEH:
AHMAD BAHRIYANTO
NIM: 201110020311033
JURUSAN SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
MOTTO
ِخَيِرُ النَاسِأَحِسَنُهُمِ خُلُقاً وَأَنِفَعُهُمِلِلنَاس
“Sebaik-baik manusia itu, ialah yang paling baik budi
pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi manusia lain”
“Hidup Semangat Untuk Hidup Yang Bermanfaat”
“Jika Kamu Berbuat Baik (Berarti) Kamu Berbuat Baik Bagimu
Sendiri Dan Jika Kamu Berbuat Kejahatan, Maka Kejahatan Itu
Bagimu Sendiri”
“Dan Allah Akan Menggantikan Yang Lebih Baik Dari Apa Yang Telah
Engkau Ikhlaskan Untuk Memudahkan Orang Lain”
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhanan ini merupakan sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa kepadaku, wujud rasa syukurku kepda-Nya, aku persembahkan
sebuah karya ini kepada Ibuku tercinta Entun yang selalu menjadi motivator
bagi penulis, atas ketulusan kasih beliau penulis mampu bertahan dalam
perjuangan dibangku kuliah samapai detik ini, kepada Bapakku tercinta
Jenon yang selalu menjadi inspirator bagi penulis dalam perjuangan hidup
ini, kepada andi-andiku Kaka Thaher, Kakak Muhammad Minal, Kakak
Tabal, Kakak Basrani, dan okongku Titi Aprilianingsih serta seluruh
keluarga besar di Lomu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
selalu mendukung perjuangan penulis dalam studi.
Kepada Keluarga Jopasimku Mamo Yanti, Mas Yoryan Erick
Pradana, Mbak Yoryan Ellisa Thanya Putri, Kakung dan Uty yang selalu
memotivasi dan mendukung penulis dalam setiap usaha dan perjuangan
penulis untuk menggapai cita-cita dan impian.
Kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Paser yang
selalu memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis selaku kader
Daerah.
Kepada Jurusan Syari‟aِ - Ahwal Syakhshiyyah Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Malang, sebagai almamater tercinta
tempat menimba ilmu selama kurang lenih empat tahun, semoga penulis
dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di sini dalam kehidupan seharihari.
KATA PENGANTAR
بسم ه الر حمن الر حيم
ْ م، وْ ذ ب ه م ْ شر ْ ر أ ْفس سي أ ْع ل،سْت ْغفره
إ ْال ْ ه ْ ه سْت ْي
، أ ْشه أ ْ َ إل إَ ه حْ ه َ شريْك ل، م ْ يضْ لْ فَ ي ل، ي ْه ه ه فَ مضل ل
. أ ْشه أ م اً ع ْ ه رسوْ ل
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas ramhat
dan inayah-Nya sehingga segala halangan yang penulis hadapi dalam
menyelesaikan skripsi ini dapat penulis hadapi dengan berbesar hati dan ikhtiar
sehingga skripsi dengan judul “Penggunaan Astrofotografi Dalam Penentuan
Awal Bulan Ramadhan, Syawal Dan Dzulhijjah (Studi Terhadap Pandangan
Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa Timur)” dapat teselesaikan sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk melaksanakan ujian akhir demi mencapai
gelar Sarjana Syari‟aِ pada Aِwal Syakِsِiyyaِ Jurusan Syari‟aِ Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa
tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu
yang tidak terbatas.
Seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari sempurna, masih ada kekurangan-kekurangan yang
diakibatkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Sehingga penulis
sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, siap menerima kritik dan
saran yang membangun dari pihak manapun demi menjadikan skripsi ini lebih
baik karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan dengan adanya kritik dan
saran dari berbagai pihak, penulis berharap dapat menambah pengetahuan penulis
dalam bidang ilmu pengetuan yang penulis geluti.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan kerjasama yang telah
diberikan oleh berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan
lancar. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan pengahargaan
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang beserta jajarannya;
2. Drs. H. Faridi, M.Si, selaku dekan Fakultas Agama Islam Univeristas
Muhammadiyah Malang beserta jajarannya;
3. Idaul Hasanah, M.Hi., selaku Ketua Prodi Ahwal Syakhshiyyah Jurusan
Syari‟aِ sekaliُus sebaُai Pembimbinُ II, yanُ memberikan bimbinُan dan
petunjuk kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan salah satu
tim penguji pada Skripsi ini;
4. Drs. Muhammad Sarif M.Ag., selaku Pembimbing I yang memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dan salah satu tim penguji pada Skripsi ini;
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis di
berbagai mata kuliah dari awal hingga akhir studi di Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah malang;
6. Seluruh
pegawai
akademik
Fakultas
Agama
Islam
Universitas
Muhammadiyah Malang yang selalu memberikan pelayanan terbaiknya;
7. Drs. Akh. Mukarrom, M.Hum., Drs. H. Fathurrohman Sany, Afifun Nidlom
selaku Pengurus Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa
Timur sekaligus sebagai responden dalam penelitian ini;
8. K.H. Sofiyullah, M.Si., Dr. H. Abd. Salam Nawawi, M.Ag., dan A. Afif
Amirullah, M.Ag., Selaku Ketua Lajnah Falakiyah dan Sekretaris Lajnah
Falakiyah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur sekaligus sebagai
responden dalam penelitian ini;
9. Ayah dan Ibu tercinta (Jenon dan Entun) yang senantiasa berusaha dengan
keras, mendo‟akan setiap lanُkaِ yanُ penulis tempuِ, serta menjadi
inspirasi bagi penulis untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan maksimal.
semoُa Allaِ Ta‟ala senantiasa ridِo dan inayaِ, kebaِaُiaan serta
memberikan kesehatan kepada beliau dan juga kepada saudara-saudara penulis
(Kakak Thaher berserta istri, Kakak Muhammad Minal beserta istri, Kakak
Tabal beserta suamai, Kakak Basrani beserta istri dan Adik Titi beserta suami)
serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung setiap perjuangan
penulis;
10. Sukra M.Aُ., Suyutِi, Ismail Ja‟َar S.Aُ., dan Ir. Widodo serta seluruِ
pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Paser yang selalu
memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis baik dalam bentuk
materi maupun imateri;
11. Miftahul Hasanah dan Iva Elin Qorihayati yang telah membantu dan
mempermudaِ penulis mendapatkan buku “Almanak Hisab Rukyat” dan
referensi lain di Pengadilan Tinggi Agama Daerah Istimewa Yogyakarta;
12. Sahabat-sahabatku Mamo Suryanti, Harun Abd. Rasyied, Wahyu Priambodo
Situbondo yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian
dan wawancara skripsi ini serta senantiasa mendukung dan menghibur
penulis;
13. Teman-teman terbaikku “Keluarُa Es-Teller” Syari‟aِ B, yanُ selalu
memberi inspirasi dan motivasi bagi penulis, dimana kurang lebih empat
tahun penulis melewati hari-hari bersama keluarga Es-Teller dengan rasa suka
cita bersama dalam perjuangan menimba ilmu di Almamater tercinta
Universitas Muhammadiyah Malang.
14. Seluruh teman-teman angkatan 2011 Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Malang; dan
15. Seluruh warga masyarakat yang tak dapat penulis sebutkan namanya yang
turut andil dalam penelitian penulis serta pihak-pihak yang lain tak sempat
penulis sebutkan.
Meskipun ucapan itu tidak akan cukup untuk membalas semua yang telah
diberikan kepada penulis, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalasnya, Aamiin.
Malang, 20 April 2015
Penulis
Ahmad Bahriyanto
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi huruf Arab ke dalam huruf latin yang dipakai dalam
penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor:
158/1987 dan 05936/U/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf
Nama
Latin
ا
Alif
Tidak ada
Tidak ada
Ba‟
b
be
Ta‟
t
te
Tsa‟
s
es(titik di atas)
Jim
j
je
Ha‟
h
Kha
d
ka & ha
Dal
z
de
ذ
Dzal
r
zet(titik di atas)
ر
Ra‟
z
er
Zai
s
zet
Sin
sy
es
Syin
s
es & ye
Shod
d
es(titik di bawah)
Dhot
t
de(titik di bawah)
Tِo‟
z
te(titik di bawah)
ظ
Zِo‟
„
zet(titik di bawah)
ع
„Ain
g
koma terbalik atas
Ghain
f
ge
ج
س
ص
ha(titik di bawah)
ف
Fa‟
q
ef
Qaf
k
qi
Kaf
l
ka
Lam
m
„el
Mim
n
„em
Nun
w
„en
Waw
h
w
ه
Ha
„
ha
ء
Hamzah
y
apostrof
ي
Ya‟
ل
ye
II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
متع دة
ditulis
Muta’addidah
ع
ditulis
‘iddah
III. Ta’marbutah diakhir kata
1. Bila dimatikan tulis h
ح
ditulis
Hikmah
ج ي
ditulis
Jizyah
(ketentuan tersebut tidak berlaku untuk kata-kata arab yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecualai jika
dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila diikuti kata sandanُ „al‟ serta bacaan kedua itu terpisaِ, maka
ditulis h
ك ام اا و ياء
ditulis
Karamah al-auliya
3. Bila ta‟marbutaِ ِidup atau denُan ِarakat, َatِaِ, kasraِ, dammaِ
ditulis tatau h
كاةا فط
Zakah al-fitri
ditulis
IV. Vokal Pendek
____ _____
fathah
dibaca
a
____ _____
kasrah
dibaca
i
____ ____
dammah
dibaca
u
V. Vokal Panjang
1
Fathah+alif
جح ي
ditulis
jahiliyyah
2
Fathah+ya mati تنسي
ditulis
tansa
3
Kasrah+ya mati
ك يم
ditulis
karim
4
Dammah+wawmatiف ود
ditulis
furud
VI. Vokal Rangkap
1
ai
Fatahah ya mati
بين م
2
bainakum
au
Fathah waw mati
قو
VII.
qaul
Kata Sandang Alif+Lam
a. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis denُan menُُunakan “l”
اق ا
ditulis
Al-Qur’an
اق
ditulis
Al-Qamar
b. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf syamsiyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)nya.
ا س اء
ditulis
As-sama’
اش س
ditulis
Asy-Syams
VIII. Penyusunan kata-kata dalam rangkaian kalimat
وي ا ف وض
أه ا سن
dibaca
Zawi al-furud
dibaca
Ahl as-sunnah
IX. Pengecualian
Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:
1. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur‟an, ِadis, mazِab,
syariat, lafaz.
2.
Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh
penerbit, seperti judul buku al-Ḥijāb.
3. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negera
yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri
Soleh.
4. Nama penerbit di Indonesia yang mengguanakan kata Arab, misalnya
Toko Hidayah, Mizan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI……………………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...…….iii
MOTTO……………………………………………………………………..……iv
PERSEMBAHAN……………………………………………………………..…..v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………..……vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN…………………………………xi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..……xviii
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………..xix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................8
D. Manَaat Penelitian…………………………………………………….…..9
E. Tlaah Pustaka Terdaِulu……………………………………………..……9
F. Metode Penelitian………………………………………...………………13
G. Sitematika Penulisan………………………………………………..……15
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. METODE PENENTUAN BULAN KAMARIAH....................................17
1. Metode Rukyat……………………………………………………….17
a. Pengertian Rukyat………………………………………………..17
b. Cara Melakukan Rukyatul Hilal dalam Menentukan Awal Bulan
Kamariah……………………………………………………...….18
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Rukyat……………...……….19
2. Metode Hisab………………………………………………...………19
a. Penُertian Hisab…………………………………………..……..19
b. Sejarah dan Perkembangan Metode Hisab…………….…………21
c. Macam-Macam Hisab yang Digunakan dalam Menentukan Awal
Bulan Kamariah………………………………………….………22
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Hisab……………………..…24
3. Tinjauan Syar‟i dan Astronomi dalam Penentuan Awal Bulan
Kamariah..............................................................................................25
4. Macam-macam Kriteria Hilal………………………..………………31
a. Rukyatul Hilal……………………………………...…………….31
b. Wujudul Hilal…………………………………………………….32
c. Imkanur Rukyat………………………………………….……….33
d. Rukyat Global……………………………………………………35
e. Kriteria LAPAN………………………………………….………35
5. Macam-macam Aliran Ijtimak Rukyatul Hilal………………...…….36
a. Aliran Ijtimak Semata……………………………………………38
b. Ijtimak dan Posisi Hilal di Atas Ufuk………………...………….41
B. TEKNIK ASTROFOTOGRAFI
1. Penُertian……………………………………………………...……..44
2. Teknik Astrofotograَi Dalam Penentuan Bulan………………..….…46
a. Penerapan Teknik Astrofotografi………………………...………46
b. Kelebihan Metode Rukyat Qablal Gurub…………………...……51
3. Perbedaan Rukyat Astrofotografi Dengan Rukyat Biasa…………….53
BAB III. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Metode Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Dalam Penentuan Awal
Bulan Kamariah……………………………………….……………..…..55
1. Metode Muhammadiyah Dalam Penetuan Awal Bulan Kamariaِ…..55
2. Metode Nahdlatul Ulama Dalam Penetuan Awal Bulan Kamariah....59
B. Pandangan Ulama Muhammadiyah Dan NU Tentang Penentuan Awal
Bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah…………………………….…63
1. Pemahaman Ulama Muhammadiyah Terkait Dalil-dalil Dalam
Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah................63
a. Pemahaman Terkait Ayat-ayat Tentang Penentuan Awal Bulan
Kamariah........................................................................................63
b. Pemahaman
Ulama
Muhammadiyah
Tentang
Hadis
Estimasikanlah dan Istikmalkanlah................................................67
c. Pandangan Ulama Muhammadiyah Tentang Penerapan Sains dan
Teknologi Dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah.....................68
2. Pemahaman Ulama Nahdlatul Ulama Terkait Dalil-dalil Dalam
Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah................70
a. Pemahaman
Nahdlatul
Ulama
Terkait
Ayat-ayat
Tentang
Penentuan Awal Bulan Kamariah..................................................70
b. Pemahaman
Ulama
Nahdlatul
Ulama
Tentang
Hadis
Estimasikanlah dan Istikmalkanlah................................................73
c. Pandangan Ulama Nahdlatul Ulama Tentang Penerapan Sains dan
Teknologi Dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah.....................75
C. Pandangan Ulama Muhammadiyah Dan NU Tentang Penggunaan
Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah…………………………………………………………….…..76
1. Pandangan
Ulama
Muhammadiyah
Tentang
Penggunaan
Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah………………………………………………………….....77
a. Penggunaan Astrofotografi Dengan Metode Rukyat Qablal Gurub
Sebagai Jalan Tengah…………………………………………….77
b. Rukyat
Qablal
Gurub
Dengan
Teknik
Astrofotografi
Menggabungkan Antara Metode Rukyat Dan Hisab...…………..79
2. Pandangan Ulama Nahdlatul Ulama Tentang Penggunaan Astrofotografi
Dalam
Penentuan
Awal
Bulan
Ramadhan,
Syawal,
dan
Dzulhijjah…………………………………………………………….......80
a. Penggunaan Astrofotografi Dengan Metode Rukyat Qablal Gurub
Sebagai Jalan Tengah…………………………………………….80
b. Rukyat
Qablal
Gurub
Dengan
Teknik
Astrofotografi
Menggabungkan Antara Metode Rukyat Dan Hisab……...……..81
D. Problematika Dalam Penyatuan Rukyat Dan Hisab Dengan Teknik
Astroftografi...............................................................................................82
1. Problem Dalam Penyatuan Rukyat Dan Hisab Dengan Teknik
Astroftografi Menurut Ulama Muhammadiyah...................................82
2. Problem Dalam Penyatuan Rukyat Dan Hisab Dengan Teknik
Astroftografi Menurut Ulama Nahdlatul Ulama..................................84
E. Analisis Hasil Penelitian………………………..………………………..85
1. Metode Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Dalam Penentuan Awal
Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah............................................85
2. Pemahaman Ulama Muhammadiyah dan NU Terkait Dalil-dalil Dalam
Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.................86
3. Tentang Penggunaan Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.....................................................92
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran-saran....................................................................100
B. Saran-saran...............................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................103
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Visibilitas ِilal kriteria wujudul ِilal………..……………………….32
Gambar 2. Visibilitas ِilal kriteria imkanur rukyat…………..……...…………..34
Gambar 3. Kriteria rukyat ُlobal…………………..…...………………………..35
Gambar 4. Peristiwa Ijtimak (konjungsi)…………………...……………………38
Gambar 5. Teleskop Legault, Thierry Legault berburu bulan sabit muda pada
sianُ ِari……………………..…………………………………………………..47
Gambar 6. Teleskop Elsasser, Elsasser pemburu bulan sabit muda siang hari..…48
Gambar 7. Bulan sabit sebelum ijtimak bulan Dzulqaidah 1433 Hijriyah. Bulan
sabit tua yanُ dipotret sianُ ِari oleِ Observatorium Bosscِa…………………49
Gambar 8.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sangat mengapresiasi terhadap waktu, hal tersebut dapat terlihat dalam
firman Allah SWT yang memuat sumpah-Nya tentang waktu, ayat yang sering kita
baca dan dengar dalam berbagai kesempatan. Bahwa, hanya orang-orang yang bisa
memanfaatkan dan menghargai waktu dengan sebaik mungkinlah yang tidak merugi.
Namun demikian Islam tidak hanya sekedar mengapresiasi pentingnya waktu, firman
Allah swt tersebut juga memberikan isyarat kepada umat Islam untuk selalu berpacu
secara nyata dalam memanfaatkan waktu dengan amalan saleh yang melahirkan
kemaslahatan pada diri sendiri maupun umat secara keseluruhan.1
Waktu diciptakan Allah swt untuk menjadi parameter dinamika kehidupan
manusia. Tidak ada makhluk-Nya yang tidak terikat waktu.2 Salah satu sarana untuk
mengetahui dan menghitung waktu adalah dengan dibuatnya sistem penanggalan atau
kalender, melalui kalender manusia akan mengetahui hari, minggu, bulan dan tahun
dalam perjalanan hidupnya selama di dunia ini. Ada dua macam sistem penanggalan
yang sangat populer di dunia yaitu sistem penanggalan matahari dan sistem
penanggalan bulan. Sistem penanggalan matahari adalah sistem penanggalan yang
berpedoman bahwa satu hari adalah waktu yang ditempuh oleh bumi untuk berputar
satu kali putaran (rotasi), dan satu tahun adalah waktu yang dibutuhkan bumi untuk
mengelilingi matahari satu kali putaran (revolusi) yaitu 365,2422 hari. Sehinga satu
tahun penanggalan matahari adalah 365 hari atau 366 hari setiap empat tahun sekali,
disebut tahun kabisat apabila bulan Februari 29 hari kemudian satu tahun dibagi
menjadi 12 bulan, dimana satu bulan adalah 30 atau 31 hari kecuali bulan Februari 28
atau 29 hari.
1
Agus Mustofa, Jangan Asal Ikut-ikutan Hisab dan Rukyat :Serial ke-36 Diskusi Tasawuf
Modern, (Surabaya, 2003), hlm. 18.
2
Ibid, hlm. 20.
1
Sistem penanggalan bulan adalah sistem penanggalan yang berpedoman
bahwa satu hari adalah waktu yang ditempuh oleh bumi untuk berputar satu kali
putaran (rotasi), dan satu bulan adalah waktu yang diperlukan bulan untuk
mengelilingi bumi satu putaran yaitu 29,5306 hari sehingga satu bulan adalah 29 atau
30 hari dan satu tahun adalah 12 bulan sehingga satu tahun adalah 354 hari atau 355
hari setiap tiga tahun sekali, semacam tahun kabisat. Berbagai macam kalender yang
pernah ada di dunia, seperti Kalender Qitbi bangsa Mesir, Kalender Maya bangsa
Maya, Kalender Cina, Kalender Jepang, Kalender Julian-Gregorian, dan Kalender
Hijriah kalender umat Islam. Adapun topik pembahasan yang menjadi obyek dalam
pembahasan ini adalah mengenai Kalender Hijriah. Kalender Hijriah atau Kalender
Kamariah (bahasa Arab: ; الت وي اله ريat-taqwim al-hijri), adalah kalender yang
digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang
berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan
Kalender Hijriah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi
peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun
622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriah juga
digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan
peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi)
yang menggunakan peredaran matahari.
Sistem kalender Hijriah adalah salah satu sistem penanggalan yang disusun
berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi (kamariah / lunar system). Adapun
mengenai sebutan Hijriah, karena kalender ini dimulai semenjak hijrah (pindah)nya
Rasulullah saw dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah). Pada zaman Rasulullah saw
dalam penentuan awal bulan tidak mengalami masalah yang sangat kompleks seperti
saat ini, khususnya bulan-bulan yang terkait ibadah seperti bulan Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah. Metode yang digunakan dalam menentukan awal dan akhir bulan saat
itu adalah dengan menggunakan metode rukyat murni. Hal tersebut dapat terlihat
dalam beberapa hadis, sebagai berikut,
2
س أ ْ ل ل أبو ْال س
ه ع ْي
ْ ع ْي ْ فأ ْك وا ع ش
ص
ل ال: ل
ْ أ ْف ر ا لر ْ يت ف
( مس
ْهع
ع ْ اب ْ ريْر ر
س صوموا لر ْ يت
ري ال ف ل
ه ع ْي
ص
)ر اه ال. َ ي
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Nabi saw bersabda: "Berpuasalah
kalian pada saat kalian telah melihatnya (hilal), dan berbukalah kalian juga
di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung
bagi kalian maka genapkanlah bulan Syakban menjadi 30 hari". (HR. alBukhari dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim).3
س ذكر رمض
. ع ْي ْ ف ْ ر ا ل
هعي
ه ع ه ا رسول ه ص
ع ع هب ع رر
ْ ف ل َ ت وموا حت تر ْ ا ْالهَل َ ت ْف ر ا حت تر ْ ه ف ْ أ
.( ري مس
)ر اه ال
Artinya: Dari Abdillah Ibn Umar r.a. (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw menebutnyebut Ramadhan, dan berkata: "Janganlah kalian berpuasa hingga kalian
melihat hilal dan jangan pula berbuka hingga melihatnya (terbit) kembali.
Namun, jika bulan itu tertutup dari pandanganmu, maka kadarkanlah”. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).4
أرا أح ك ْ أ
ل إذا رأيْت ْ َل ذي ْال
.( اح
ابو ا
س
ع ا س ا ال ص ه ع ي
ْ ْ يض ف ْي ْ س ْك ع ْ ش ْره أ
)ر اه مس.ظف ره
Artinya: Dari Ummu Salamah (diriwayatkan) bahwa Nabi saw bersabda: “Apabila
kalian melihat hilal Dzulhijjah dan salah seorang kalian ingin berkurban,
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Bairut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyaِ, 1425/2004), ِlm. 346,
Hadis No. 1909; Muslim, Sahih Muslim, Bairut: Dar al-Fikr li at-Tiba‟aِ wa an-Nasyr wa at-Tauzi‟,
1512/1992, hlm. 428. Hadis No. 18 (1081) dan 19 (1081).
4
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, hal. 345, Hadis No. 1906, dan Muslim, Sahih Muslim, hlm.
482, Hadis No. 3 (1080).
3
3
maka hendaknya dia menahan rambut dan kuku-kukunya (yakni tidak
memotongnya”. (HR. Muslim, Abu Daud dan Ahmad).5
Dari beberapa hadis di atas dengan jelas bahwa di zaman Rasulullah saw
digunakan rukyat sebagai metode penetapan masuk dan berakhirnya bulan kamariah,
khususnya bulan-bulan
terkait
ibadah.
Penentuan bulan kamariah dengan
menggunakan metode rukyat saat itu tidak ada masalah karena umat Islam baru
berada di kawasan Jazirah Arab. Setelah Islam menyebar keseluruh penjuru dunia
seperti saat ini penggunaan metode rukyat memunculkan berbagai persoalan karena
penyebaran umat Islam kini tidak hanya di kawasan Jazirah Arab lagi, dimana jika
menggunakan metode rukyat murni dalam penentuan bulan kamariah akan muncul
masalah dimana apabila hilal terlihat di suatu kawasan namun tidak terlihat pada
kawasan lain, akan menimbulkan perbedaan dalam penetapan awal bulan kamariah.6
Hal itu sering terjadi dalam penetapan bulan-bulan terkait ibadah seperti Ramadhan,
Syawal, Dzulhijjah dan Muharram. Bukan sekedar antar banua atau negara bahkan
dalam satu negara atau kawasan pun perbedaan tersebut dapat terjadi.
Di Indonesia perbedaan awal dan akhir Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah
merupakan suatu hal yang dianggap biasa. Perbedaan penetapan awal dan akhir bulan
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sesungguhnya disebabkan karena berbedanya
dasar yang digunakan. Diantaranya ada golongan yang berpegang teguh kepada
rukyat sebagai dasar penetapan. Ada pula golongan yang mendasarkan penetapannya
pada saat terjadi ijtimak matahari dan bulan. Ada lagi golongan yang mendasarkan
pada hisab wujudul hilal. Ada pula golongan yang menetapkan awal bulan dengan
dasar kaidah-kaidah tertentu yang dikenal dengan hisab urfi. Secara garis besar di
Indonesia sendiri ada dua dasar atau metode yang digunakan dalam penentuan awal
bulan kamariah khususnya awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah yakni
5
Muslim, Ibid, hlm. 482, Hadis No. 1977. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Bairut: Dar alKutub al-„Ilmiyyaِ, 1425/2004, ِlm. 447, Hadis No. 2791. Aِmad, Musnad al-Imam Ahmad Ibn
Hanbal, Bairut: Mu‟assasat ar-Risalah, 1421/2001, Hadis No. 26554.
6
Syamsul Anwar, Hisab Bulan Kamariah: Tinjaun Syar’i tentang Penetapan Awal
Ramadhan, Syawwal dan Dzulhijjah (Problem Penggunaan Rukyat), (Yogyakartya, 2012), hlm. 5.
4
metode hisab dan rukyat. Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama merupakan
organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, dalam hal penentuan awal bulan
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah ketentuan dan putusan dari kedua ormas tersebut
menjadi patokan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya pendukung
masing-masing organisasi. Namun yang sering terjadi ketentuan atau putusan awal
bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sering terjadi perbedaan, sehingga tidak
jarang memunculkan keresahan di tengah masyarakat dan menjadi suatu persoalan
yang belum di temukan solusi tepat dalam penyelesaiannya samapai saat ini, yakni
meyatukan perbedaan dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah di Indonesia. Sehingga muncul suatu gagasan jalan tengah untuk
menyatukan perbedaan anatara metode hisab dan rukyat dalam menentukan awal
bulan Ramadhan, syawal, dan Dzulhijjah yang menggunakan metode Rukyat Qablal
Gurub (RQG) dengan teknik astrofotografi.7
Adanya suatu gagasan untuk menyatukan perbedaan anatara metode hisab dan
rukyat dalam menetukan awal bulan kamariah terutama bulan yang menyangkut
ibadah seperti bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dengan menggunakan teknik
astrofotografi seperti yang dilakukan oleh seorang pakar Astrofotografi kelas dunia
dari Prancis: Thierry Legault. Insinyur yang menjadi konsultan pesawat Boeing,
Airbus dan Aerospace itu memiliki karya-karya hebat dalam hal memotret bendabenda langit. Di Indonesia sendiri seorang ahli astrofisika Agus Mustofa sangat serius
dalam usaha menyatukan perbedaan metode hisab dan rukyat dalam penetuan awal
bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah di Indonesia, diantara usaha konkrit dari
Agus Mustofa adalah mengadakan seminar, workshop dan festival asrofotografi pada
tanggal 26 – 28 April 2014 di Kota Surabaya yang mengundang Thierry Legault
sebagai nara sumber dalam acara tersebut. Agus Mustofa juga melakukan rukyat hilal
teknik astrofotogarfi bersama dengan Thierry Legault dengan metode Rukyat Qablal
Gurub (RQG) pada awal bulan Ramadhan 1435 Hijriah, hanya saja usaha tersebut
7
Ibid, hlm. 65.
5
belum berhasil dikarenakan faktor alam Indonesia yang sangat tidak mendukung pada
saat itu, yakni mendung dan berawan tebal.
Keberhasilan rukyat yang dilakukan Ilmuan Perancis Thierry Legault dengan
menangkap hilal pada jarak sudut matahari-bulan (elongasi) terkecil pada saat terjadi
ijtimak seakan memberi harapan baru disatukannya metode hisab dan rukyat dalam
menentukan bulan baru dalam penanggalan kamariah. Thierry Legault berhasil
membuat satu rekor rukyat hilal saat ijtimak dengan elongasi terkecil. Rekor ini
adalah rukyatnya terhadap hilal Jumadil Awal 1431 Hijriah pada hari Rabu, 14 April
2010 M dari Montfaucon, Lot, Perancis, dengan jarak sudut bulan-matahari (elongasi)
4,554º. Kemudian jelang Ramadan tahun 2013 Thierry Legault berhasil kembali
merukyat (dengan teleskop) hilal Ramadhan 1434 Hijriah saat ijtimak pukul 09:14
Waktu Perancis (14:14 WIB) pada hari Senin, 8 Juli 2013 dengan jarak sudut
matahari-bulan 4,6º dari Elancourt, pinggiran kota Paris.8
Keberhasilan Thierry Legault ini di Indonesia bagi beberapa kalangan dirasa
membawa optimisme baru untuk mendekatkan dan mengurangi perbedaan antara
penganut hisab dan penganut rukyat. Optimisme ini memang bukan suatu hal yang
berlebihan dan dalam beberapa kasus benar adanya. Sehingga beberapa pengamat dan
ahli mengusulkan kriteria untuk menentukan awal bulan kamariah baru, yaitu ijtimak
sebelum terbenamnya matahari (Rukyat Qablal Gurub).9
Dasar pemikirannya adalah bahwa saat ijtimak hilal sudah terlihat (dengan
teleskop) dan semangkin membesar menjelang terbenamnya matahari. Meskipun
tidak terlihat dengan mata telanjang, namun hilal sudah ada, buktinya terlihat saat
ijtimak atau beberapa saat kemudian sebelum matahari tenggelam. Ini sisi titik temu
rukyat dengan hisab wujudul hilal. Oleh karenanya sore itu, saat matahari terbenam,
8
Syamsul Anwar, Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Ghurub, dan Penyatuan Kalender Islam,
artikel ini disampaikan oleh beliau pada Selasa 29 Jumadil Akhir 1435 H / 29 April 2014 M di Kantor
Pusat Muhammadiyah Jakarta atas prakarsa Ketua Umum PP Muhammadiyah mengadakan ceramah
hisab dan rukyat (di kantor tersebut) dengan menghadirkan Thierry Legault, ahli astronautika Perancis,
bersama Ustaz Agus Mustof. http://efalak.kemenag.go.id/KalenderPerTahun.aspx, di akses pada
Kamis, 23 Oktober 2014, Jam 09.00 WIB.
9
Ibid.
6
sudah dapat dipandang sebagai bulan baru. Karena ijtimak terjadi sebelum matahari
tenggelam, maka tinggal menggenapkan hari itu hingga sore hari saat di mana
matahari terbenam. Lebih jauh, tempo antara ijtimak dan tenggelamnya matahari di
waktu sore memberi peluang rukyat lebih besar dan karenanya juga lebih
memudahkan dibandingkan rukyat saat matahari terbenam karena peluang rukyat saat
itu amat kecil lantaran hilal berada di ufuk hanya sesaat untuk kemudian terbenam di
balik ufuk. Lebih lanjut menurut pendukung Rukyat Qablal Gurub, saat ijtimak itu
adalah saat berakhirnya bulan berjalan dan mulainya bulan baru. Namun karena hari
berakhir pada sore hari saat terbenamnya matahari, maka hari digenapkan hingga sore.
Penggenapan bulan berjalan dengan melewati keesokan harinya sehingga bulan baru
dimulai lusa, seperti praktik yang terjadi, berarti penggenapan lebih dari 24 jam, dan
penggenapan dengan lebih dari 24 jam itu tidak logis. Penggenapan, sebagaimana
dalam Rukyat Qablal Gurub, hanya dari saat ijtimak hingga sore hari saja dan tidak
melampaui hingga keesokan hari.
Berhasilnya Thierry Legault menerapkan teorinya dalam merukyat bulan
dengan teleskop, dan juga adanya suatu metode yang ditawarkan dalam merukyat
bulan baru yakni menggunakan teknik Astrofotografi dengan metode Rukyat Qablal
Gurub (RQG), dengan merekam dan memotret pergerakan bulan secara visual dan
gambar sebelum matahari tenggelam. Berangkat dari permasalahan tersebutlah
penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
dengan
judul
“Penggunaan
Astrofotografi dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan
Dzulhijjah : (Studi Terhadap Pandangan Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa
Timur)
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah terkait dengan
pemahaman Muhammadiyah dan NU terhadap dalil-dalil penggunaan hisab, serta
pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur mengenai
pengguanaan Astrofotografi dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan
7
Dzulhijjah. Ulama yang dimaksud adalah Ulama Majelis Tarjih di Pimpinan
Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur dan Ulama Lajnah Falakiyah di Pimpinan
Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, dimana selain ulama yang berada dalam dua
lembaga masing-masing organisasi tersebut, ulama yang penulis maksud juga
merupakan ahli falak atau hisab.
Berdasarkan fokus masalah di atas, muncul beberapa rumusan masalah.
Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman Ulama Muhammadiyah dan NU tentang dalil
penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan
Dzulhijjah?
2. Bagaimana pandangan Ulama Muhammadiyah dan NU tentang penggunaan
Astrofotografi dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah?
3. Apa saja problem penggunaan teknik astrofotografi dalam penyatuan metode
hisab dan rukyat menurut Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa Timur?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pemahaman Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU)
mengenai dalil yang menjadi dasar dalam penggunaan hisab untuk menentukan awal
bulan Ramadha, Syawal dan Dzulhijjah.
2. Untuk mengetahui seperti apa pandangan Ulama Muhammadiyah (Ulama Tarjih
Muhammadiyah) dan Ulama Nahdlatul Ulama (Ulama di Lajnah Falakiyah NU)
tentang penggunaan Astrofotografi dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah.
3. Untuk mengetahui seperti apa problem dalam penggunaan Astrofotografi dalam
penyatuan hisab dan rukyat menurut pengurus Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama
Jawa Timur.
8
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk pertimbangan dalam upaya
menyatukan metode hisab dan rukyat dalam penetuan awal bulan Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah, melalui sarana teknologi canggih saat ini.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah, organisasi-organisasi masyarakat Islam, dan lembaga-lembaga yang
terkait dalam penentuan awal bulan Kamariah khususnya bulan-bulan yang
menyangkut peribadatan. Sehingga perbedaan-perbedaan yang terjadi selama ini
dapat diambil jalan tengahnya dengan kesepahaman dalam penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini.
E. Tlaah Pustaka Terdahulu
Studi tentang penentuan awal bulan kamariah sebenarnya sudah banyak
dibahas namun secara khusus untuk penggunaan teknik Astrofotografi dalam
penentuan awal bulan kamariah belum pernah dibahas oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Namun, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian
di atas, diantaranya :
Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Ali Romadhoni Mahasiswa Fakultas
Syari‟aِ Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009 yang
berjudul “Konsep Pemaduan Hisab dan Rukyat Dalam Menentukan Awal Bulan
Kamariaِ (Studi atas Pandanُan Ormas Muِammadiyaِ dan NU)”. Skripsi ini fokus
mambahas permasalahan yang dikaji adalah, bagaimana konsep pemaduan hisab dan
rukyat untuk menentukan awal bulan Kamariah menurut ormas Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama' (NU). Hasil dari penelitian ini adalah, Pertama, selain
mempertahankan rukyatul hilal, ormas NU dengan kerangka epistemologinya telah
menggunakan metode hisab untuk mendukung rukyat dengan mengadopsi kriteria
9
hisab imkanur rukyat (kemungkinan rukyat) guna menolak kesaksian rukyat yang
terlalu rendah yang kemungkinan tidak menemukan hilal. Kedua, ormas
Muhammadiyah yang dikenal kuat mempertahankan hisab wujudul hilal sudah
mencoba memulai mengkaji proses hisab melalui pendekatan rukyat. Selain itu,
ormas Muhammadiyah menampilkan tanggal 1 bulan Kamariah dengan mendasarkan
kriteria "hilal" sebagai kriteria yang terkait dan didukung oleh ilmu pengetahuan.
Ketiga, baik ormas Muhammadiyah maupun NU, telah memprioritaskan kriteria
imkanur rukyat kontemporer agar secara penerapan keilmiahan didapatkan data hisab
yang mampu sesuai dengan praktik rukyat di lapangan dan rukyat dapat pula tepat
sasaran sesuai dengan data hisab. Kriteria imkanur rukyat tersebut dipandang sebagai
titik temu antara metode hisab dan rukyat. Yaitu bahwa ahli rukyat dari NU telah
melakukan
rukyatnya
dengan
dipandu
oleh
data-data
hisab
dari
ormas
Muhammadiyah. Adapun ahli hisab dari Muhammadiyah melakukan hisab dengan
tidak melupakan pengalaman rukyat yang memberi batas kriteria imkanur rukyat.
Kedua, ormas Muhammadiyah dan NU telah melakukan kesepakatan pemahaman
secara bersama bahwa epistemologi hisab dan rukyat secara umum adalah bagian tak
terpisahkan dari epistemologi astronomi modern. Hisab yang formulasinya diperoleh
dari hasil rukyat jangka panjang, mampu digunakan dalam pembuatan almanak.
Sedangkan almanak astronomi, pada dasarnya merupakan salah satu produk
evolusi pengetahuan manusia yang memungkinkannya untuk tidak perlu melakukan
penglihatan setiap saat. Begitu juga sebaliknya, NU dan Muhammadiyah bersama
jajaran pemerintah yang terkait, telah menyatakan bahwa penentuan awal Ramadhan,
Syawal, dan Dzulhijah dilakukan berdasarkan metode rukyat dan hisab, dengan
asumsi bahwa kedua metode tersebut adalah metode istinbatul hukmi yang
berkedudukan sejajar. Kedua metode tersebut merupakan komplemen yang tidak
terpisahkan. Masing-masing punya keunggulan, namun juga punya kelemahan kalau
berdiri sendiri.
Kedua, Skripsi yanُ ditulis oleِ Sukirman Maِasiswa Fakultas Syari‟aِ
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009 yang berjudul
10
“Konsep Kalender Islam Internasional Perspektiَ Moِammad Ilyas”. Skripsi ini
membahas atau mendeskripsikan dan menganalisis pendapat Mohammad Ilyas
mengenai Konsep Kalender Islam Internasional. Dari penelitian ini ditemukan
jawaban bahwa konsep Kalender Islam Internasional Mohammad Ilyas masih
terkendala pada Garis Tanggal Kamariah Antar Bangsa (International Lunar Date
Line) yang bersifat tidak tetap setiap bulannya. Kondisi ini berbeda dengan garis
tanggal dalam Kalender Masehi yang menggunakan penanggalan Matahari. Garis
tanggal dalam kalender ini disepakati pada bujur 180°. Pendefinisian masalah hari
untuk memulai tanggal satu dalam Kalender Islam juga masih terkesan rancu, selama
ini pergantian hari pada Kalender Masehi dimulai pukul 00.00, sedangkan dalam
Kalender Hijriah dimulai setelah Magrib.
Ketiga, Tesis yang ditulis oleh Suhardiman Mahasiswa Program Magister
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang tahun 2012 yang berjudul
“Kriteria Visibilitas Menurut Pemerintaِ Dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah
(Studi tehadap Keputusan Menteri Agama (KMA) Tentang Penetapan awal
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1422 – 1432 H / 2001 – 2011 M)”. Adapun
pembahasan dan hasil penelitian tersebut bahwa kriteria visibilitas hilal yang
digunakan oleh Pemerintah dalam penetapan awal bulan (Ramadِān, Syawal dan
Dzulhijjah) tahun 1422 – 1432 H / 2001 – 2011 M. dapat disimpulkan bahwa (1)
Kriteria awal bulan yang digunakan oleh pemerintah
merupakan kriteria yang
didasarkan pada visibilitas hilal atas kesaksian para perukyat yang diuji berdasarkan
hisab yang akuratdan selanjutnya dibahas dalam forum sidang Isbat dan kemudian di
putuskan oleh pemerintah. (2) Kriteria awal bulan dimaksud adalah solusi alternatif
atas perbedaan pendapat dan pandangan yang selama ini terjadi dengan kriteria tinggi
hilal 2 derajat dan umur bulan 8 jam dari saat ijtimak saat matahari terbenam dengan
menggunakan perhitungan sistem hisab Hakiki Tahkiki.
Keempat, Skripsi yang ditulis oleh Eka Yuhendri mahasiswa Fakultas
Syari‟aِ Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013 yang
berjudul “Pemaِaman Hadis-hadis Rukyat Menurut Muhammadiyah dan Nahdlatul
11
Ulama (NU)”. Skripsi ini bertujuan untuk medeskripsikan hadis-hadis hukum tentang
rukyat, ditinjau dari sudut pandang kedua ormas Islam (Muhammadiyah & NU).
Hasil
penelitian
ini
adalah
usaha
mencari
korelasi
kedua
onnas
Islam
(Muhammadiyah & NU) dalam melakukan istimbat. Memahami hadis-hadis rukyat
Muhammadiyah memilih menggunakan metode 'hisab' dan Nahdlatul Ulama
menggunkan rukyat disertai imkanur rukyat serta hisab dan rukyat yang memiliki
kelebihan dan kekurangan bahwa hisablah yang relevan untuk penyusunan kalender
hijriah agar dapat saling mengisi satu sama lain.
Kelima, skripsi yang ditulis oleh Jumiatul Huda mahasiswa Fakultas Sayri‟aِ
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 yang berjudul
“Penentuan Awal Bulan Kamariaِ Dalam Perspektiَ Hizbut Taِrir”. Skripsi ini
mebahas bagaimana pandangan Hizbut Tahrir mengenai penentuan awal bulan
kamariah yaitu terkait metode yang digunakan oleh Hizbut Tahrir sendiri.
Keenam, skripsi yang ditulis oleh Rizky Wildan Wiguna mahasiswa Fakultas
Sayari‟aِ Universitas Islam Neُeri Sunan Kalijaُa Yoُyakarta taِun 2014 yanُ
berjudul “Penentuan Awal Bulan Kamariaِ dan Hari Raya Idul Adha Menurut
Muِammadiyaِ”. Skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui metode yang
digunakan Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan kamariah dan pandangannya
ketika menentukan hari raya Idul Adha jika dikaitkan dengan pelaksanaan wukuf di
Arafah, dengan menggunakan pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan dengan
melihat persoalan yang dikaji dengan berlandaskan teks Al-Qur‟an dan Hadis yanُ
digunakan Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan kamariah dan hari raya
Idul Adha.
Ketujuh, Buku-buku, antara lain buku yang berjudul “Fiqiِ Hisab Rukyaِ:
Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penetuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan
Idul Adِa”, buku yanُ ditulis oleh Ahmad Izzudin. Dan buku yang ditulis oleh Agus
Mustoَa yanُ berjudul “Janُan Asal Ikut-ikutan Hisab dan Rukyat” 2013, buku ini
merupakan suatu media yang digunakan oleh Agus Mustofa untuk memperkenalkan
gagasannya dalam menyatukan perbedaan penentuan awal bulan kamariah yang
12
sering terjadi selama ini. Selanjutnya buku yang ditulis Agus Mustofa juga yang
berjdudul “Menُintip Bulan Sabit Sebelum Maُِrib”, dimana buku ini membaِas
bagaimana rekam sejarah perjuangan Agus Mustofa dalam berupaya menyatukan
perbedaan penetapan awal bulan kamariah khususnya awal Ramadhan dan Hari Raya
Idul Fitri maupun Idul Adha, dalam bukunya ini juga Agus Mustofa memperkenalkan
suatu gagasan teknik merukyat hilal dengan menggunakan teknologi Astrofotografi
yang dipadukan dengan metode Ruikyat Qoblal Ghurub (RQG). Selain itu peneliti
juga akan menganalisis teori Thierry Legault, bagaimana Thiery menerapkan teorinya
dalam merukyat bulan dengan teleskop baik yang ada di buku-buku maupun artikel.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini ialah sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Skripsi ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Yang bersifat
penelitian deskriptif. Suatu penelitian yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.10
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah pendekatan
studi kasus. Yaitu penulis mengambil Ulama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama Jawa Timur sebagai objek studi kasus penelitian.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah sumber data Primer dan Sekunder.
a. Data Primer pada skripsi ini adalah
hasil wawancara kepada Ulama
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur dan data-data atau dokumen
10
Faisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Social, Dasar-Dasar dan Aplikasinya. (Jakarta,
2003), Cet. Ke-6,. hlm. 20.
13
yang berkaitan tentang penggunaan Astrofotografi dalam penentuan awal bulan
kamariah khusunya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
b. Indikator Ulama yang Dimaksud:
1.
Ulama
yang menjadi
pengurus
Majelis
Tarjih
Pimpinan
Wilayah
Muhammadiyah Jawa Timur, baik yang masih aktif maupun yang pernah
menjadi pengurus sebelumnya;
2.
Ulama yang menjadi pengurus Lajnah Falakiyah Pimpinan Wilayah
Nahdlatul Ulama Jawa Timur, baik yang masih aktif maupun yang pernah
menjadi pengurus sebelumnya; dan
3.
Ulama tersebut merupakan seseorang yang paham atau ahli dalam masalah
Ilmu Falak atau Hisab.
c. Data sekunder adalah seluruh literatur yang berhubungan dengan penentuan awal
bulan kamariah secara umum atau literatur lain yang dapat memberikan informasi
tambahan pada judul yang diangkat dalam skripsi ini. Yaitu, buku, majalah, jurnal,
artikel dan lain sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
a. Wawancara (Interview) yaitu penulis melakukan wawancara dengan Ulama
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Jawa Timur, untuk
menggali dan mengetahui pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama di Jawa Timur mengenai penggunaan Astrofotografi dalam penentuan
bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sebagai objek penelitian penulis,
sekaligus sebagai sumber primer dalam penelitian.
b. Dokumentasi (pengumpulan data melalui studi kepustakaan), yaitu penelitian
kepustakaan dan literatur yang mempunyai relevansi dengan judul baik dari buku,
majalah, jurnal, artikel dan lain sebagainya.
5. Teknik Analisis Data
14
Teknik analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif. Yang memaparkan
tentang pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur
tentang penggunaan Astrofotografi dalam penentuan bulan Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang sistematis dan komprehensip tentang
penggunaan teknik Astrofotografi dalam penentuan bulan Kamariah, maka peneliti
membagi sistematika dalam penyusunan penelitian ini, terdiri dari empat bab.
Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan Pendahuluan, yang mengemukakan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua mengenai kajian teori, terdiri dari: 1. Metode penentuan bulan
kamariah, yang meliputi : Pertama, metode rukyat. Kedua, metode hisab. Ketiga,
penentuan awal bulan kamariaِ menurut syar‟i dan astronomi. Keempat, macammacam kriteria hilal. Kelima, macam-macam aliran ijtimak rukyatul hilal. 2. Teknik
astrofotografi, yang meliputi: Pertama, sekilas tentang teknik astrofotografi dalam
penentuan bulan. Kedua, metode Rukyat Qablal Gurub dengan teknik astrofotografi
sebagai jalan tengah antara hisab dan rukyat. Ketiga, perbedaan rukyat astrofotografi
dengan rukyat yang selama ini dilakukan.
Bab ketiga merupakan pembahasan dan hasil penelitian, yang meliputi:
Pertama, metode Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam penentuan awal bulan
kamariah. Kedua, pemahaman Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama tentang
dalil yang menjadi dasar penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadhan,
Syawal dan Dzulhijjah. Ketiga, pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama di Jawa Timur tentang penggunaan astrofotografi dalam penentuan awal bulan
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Keempat, problematika dalam penggunaan
Astrofotografi dalam penyatuan hisab dan rukyat.
15
Bab keempat merupakan penutup, yang meliputi: kesimpulan, saran-saran,
dan dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang dianggap penting
dan mendukung.
16
PENGGUNAAN ASTROFOTOGRAFI DALAM PENENTUAN
AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAN DZULHIJJAH
(Studi Terhadap Pandangan Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa Timur)
SKRIPSI
OLEH:
AHMAD BAHRIYANTO
NIM: 201110020311033
JURUSAN SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
MOTTO
ِخَيِرُ النَاسِأَحِسَنُهُمِ خُلُقاً وَأَنِفَعُهُمِلِلنَاس
“Sebaik-baik manusia itu, ialah yang paling baik budi
pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi manusia lain”
“Hidup Semangat Untuk Hidup Yang Bermanfaat”
“Jika Kamu Berbuat Baik (Berarti) Kamu Berbuat Baik Bagimu
Sendiri Dan Jika Kamu Berbuat Kejahatan, Maka Kejahatan Itu
Bagimu Sendiri”
“Dan Allah Akan Menggantikan Yang Lebih Baik Dari Apa Yang Telah
Engkau Ikhlaskan Untuk Memudahkan Orang Lain”
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhanan ini merupakan sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa kepadaku, wujud rasa syukurku kepda-Nya, aku persembahkan
sebuah karya ini kepada Ibuku tercinta Entun yang selalu menjadi motivator
bagi penulis, atas ketulusan kasih beliau penulis mampu bertahan dalam
perjuangan dibangku kuliah samapai detik ini, kepada Bapakku tercinta
Jenon yang selalu menjadi inspirator bagi penulis dalam perjuangan hidup
ini, kepada andi-andiku Kaka Thaher, Kakak Muhammad Minal, Kakak
Tabal, Kakak Basrani, dan okongku Titi Aprilianingsih serta seluruh
keluarga besar di Lomu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
selalu mendukung perjuangan penulis dalam studi.
Kepada Keluarga Jopasimku Mamo Yanti, Mas Yoryan Erick
Pradana, Mbak Yoryan Ellisa Thanya Putri, Kakung dan Uty yang selalu
memotivasi dan mendukung penulis dalam setiap usaha dan perjuangan
penulis untuk menggapai cita-cita dan impian.
Kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Paser yang
selalu memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis selaku kader
Daerah.
Kepada Jurusan Syari‟aِ - Ahwal Syakhshiyyah Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Malang, sebagai almamater tercinta
tempat menimba ilmu selama kurang lenih empat tahun, semoga penulis
dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di sini dalam kehidupan seharihari.
KATA PENGANTAR
بسم ه الر حمن الر حيم
ْ م، وْ ذ ب ه م ْ شر ْ ر أ ْفس سي أ ْع ل،سْت ْغفره
إ ْال ْ ه ْ ه سْت ْي
، أ ْشه أ ْ َ إل إَ ه حْ ه َ شريْك ل، م ْ يضْ لْ فَ ي ل، ي ْه ه ه فَ مضل ل
. أ ْشه أ م اً ع ْ ه رسوْ ل
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas ramhat
dan inayah-Nya sehingga segala halangan yang penulis hadapi dalam
menyelesaikan skripsi ini dapat penulis hadapi dengan berbesar hati dan ikhtiar
sehingga skripsi dengan judul “Penggunaan Astrofotografi Dalam Penentuan
Awal Bulan Ramadhan, Syawal Dan Dzulhijjah (Studi Terhadap Pandangan
Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa Timur)” dapat teselesaikan sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk melaksanakan ujian akhir demi mencapai
gelar Sarjana Syari‟aِ pada Aِwal Syakِsِiyyaِ Jurusan Syari‟aِ Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa
tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu
yang tidak terbatas.
Seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari sempurna, masih ada kekurangan-kekurangan yang
diakibatkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Sehingga penulis
sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, siap menerima kritik dan
saran yang membangun dari pihak manapun demi menjadikan skripsi ini lebih
baik karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan dengan adanya kritik dan
saran dari berbagai pihak, penulis berharap dapat menambah pengetahuan penulis
dalam bidang ilmu pengetuan yang penulis geluti.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan kerjasama yang telah
diberikan oleh berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan
lancar. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan pengahargaan
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang beserta jajarannya;
2. Drs. H. Faridi, M.Si, selaku dekan Fakultas Agama Islam Univeristas
Muhammadiyah Malang beserta jajarannya;
3. Idaul Hasanah, M.Hi., selaku Ketua Prodi Ahwal Syakhshiyyah Jurusan
Syari‟aِ sekaliُus sebaُai Pembimbinُ II, yanُ memberikan bimbinُan dan
petunjuk kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan salah satu
tim penguji pada Skripsi ini;
4. Drs. Muhammad Sarif M.Ag., selaku Pembimbing I yang memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dan salah satu tim penguji pada Skripsi ini;
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis di
berbagai mata kuliah dari awal hingga akhir studi di Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah malang;
6. Seluruh
pegawai
akademik
Fakultas
Agama
Islam
Universitas
Muhammadiyah Malang yang selalu memberikan pelayanan terbaiknya;
7. Drs. Akh. Mukarrom, M.Hum., Drs. H. Fathurrohman Sany, Afifun Nidlom
selaku Pengurus Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa
Timur sekaligus sebagai responden dalam penelitian ini;
8. K.H. Sofiyullah, M.Si., Dr. H. Abd. Salam Nawawi, M.Ag., dan A. Afif
Amirullah, M.Ag., Selaku Ketua Lajnah Falakiyah dan Sekretaris Lajnah
Falakiyah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur sekaligus sebagai
responden dalam penelitian ini;
9. Ayah dan Ibu tercinta (Jenon dan Entun) yang senantiasa berusaha dengan
keras, mendo‟akan setiap lanُkaِ yanُ penulis tempuِ, serta menjadi
inspirasi bagi penulis untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan maksimal.
semoُa Allaِ Ta‟ala senantiasa ridِo dan inayaِ, kebaِaُiaan serta
memberikan kesehatan kepada beliau dan juga kepada saudara-saudara penulis
(Kakak Thaher berserta istri, Kakak Muhammad Minal beserta istri, Kakak
Tabal beserta suamai, Kakak Basrani beserta istri dan Adik Titi beserta suami)
serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung setiap perjuangan
penulis;
10. Sukra M.Aُ., Suyutِi, Ismail Ja‟َar S.Aُ., dan Ir. Widodo serta seluruِ
pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Paser yang selalu
memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis baik dalam bentuk
materi maupun imateri;
11. Miftahul Hasanah dan Iva Elin Qorihayati yang telah membantu dan
mempermudaِ penulis mendapatkan buku “Almanak Hisab Rukyat” dan
referensi lain di Pengadilan Tinggi Agama Daerah Istimewa Yogyakarta;
12. Sahabat-sahabatku Mamo Suryanti, Harun Abd. Rasyied, Wahyu Priambodo
Situbondo yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian
dan wawancara skripsi ini serta senantiasa mendukung dan menghibur
penulis;
13. Teman-teman terbaikku “Keluarُa Es-Teller” Syari‟aِ B, yanُ selalu
memberi inspirasi dan motivasi bagi penulis, dimana kurang lebih empat
tahun penulis melewati hari-hari bersama keluarga Es-Teller dengan rasa suka
cita bersama dalam perjuangan menimba ilmu di Almamater tercinta
Universitas Muhammadiyah Malang.
14. Seluruh teman-teman angkatan 2011 Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Malang; dan
15. Seluruh warga masyarakat yang tak dapat penulis sebutkan namanya yang
turut andil dalam penelitian penulis serta pihak-pihak yang lain tak sempat
penulis sebutkan.
Meskipun ucapan itu tidak akan cukup untuk membalas semua yang telah
diberikan kepada penulis, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalasnya, Aamiin.
Malang, 20 April 2015
Penulis
Ahmad Bahriyanto
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi huruf Arab ke dalam huruf latin yang dipakai dalam
penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor:
158/1987 dan 05936/U/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf
Nama
Latin
ا
Alif
Tidak ada
Tidak ada
Ba‟
b
be
Ta‟
t
te
Tsa‟
s
es(titik di atas)
Jim
j
je
Ha‟
h
Kha
d
ka & ha
Dal
z
de
ذ
Dzal
r
zet(titik di atas)
ر
Ra‟
z
er
Zai
s
zet
Sin
sy
es
Syin
s
es & ye
Shod
d
es(titik di bawah)
Dhot
t
de(titik di bawah)
Tِo‟
z
te(titik di bawah)
ظ
Zِo‟
„
zet(titik di bawah)
ع
„Ain
g
koma terbalik atas
Ghain
f
ge
ج
س
ص
ha(titik di bawah)
ف
Fa‟
q
ef
Qaf
k
qi
Kaf
l
ka
Lam
m
„el
Mim
n
„em
Nun
w
„en
Waw
h
w
ه
Ha
„
ha
ء
Hamzah
y
apostrof
ي
Ya‟
ل
ye
II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
متع دة
ditulis
Muta’addidah
ع
ditulis
‘iddah
III. Ta’marbutah diakhir kata
1. Bila dimatikan tulis h
ح
ditulis
Hikmah
ج ي
ditulis
Jizyah
(ketentuan tersebut tidak berlaku untuk kata-kata arab yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecualai jika
dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila diikuti kata sandanُ „al‟ serta bacaan kedua itu terpisaِ, maka
ditulis h
ك ام اا و ياء
ditulis
Karamah al-auliya
3. Bila ta‟marbutaِ ِidup atau denُan ِarakat, َatِaِ, kasraِ, dammaِ
ditulis tatau h
كاةا فط
Zakah al-fitri
ditulis
IV. Vokal Pendek
____ _____
fathah
dibaca
a
____ _____
kasrah
dibaca
i
____ ____
dammah
dibaca
u
V. Vokal Panjang
1
Fathah+alif
جح ي
ditulis
jahiliyyah
2
Fathah+ya mati تنسي
ditulis
tansa
3
Kasrah+ya mati
ك يم
ditulis
karim
4
Dammah+wawmatiف ود
ditulis
furud
VI. Vokal Rangkap
1
ai
Fatahah ya mati
بين م
2
bainakum
au
Fathah waw mati
قو
VII.
qaul
Kata Sandang Alif+Lam
a. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis denُan menُُunakan “l”
اق ا
ditulis
Al-Qur’an
اق
ditulis
Al-Qamar
b. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf syamsiyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)nya.
ا س اء
ditulis
As-sama’
اش س
ditulis
Asy-Syams
VIII. Penyusunan kata-kata dalam rangkaian kalimat
وي ا ف وض
أه ا سن
dibaca
Zawi al-furud
dibaca
Ahl as-sunnah
IX. Pengecualian
Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:
1. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur‟an, ِadis, mazِab,
syariat, lafaz.
2.
Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh
penerbit, seperti judul buku al-Ḥijāb.
3. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negera
yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri
Soleh.
4. Nama penerbit di Indonesia yang mengguanakan kata Arab, misalnya
Toko Hidayah, Mizan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI……………………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...…….iii
MOTTO……………………………………………………………………..……iv
PERSEMBAHAN……………………………………………………………..…..v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………..……vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN…………………………………xi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..……xviii
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………..xix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................8
D. Manَaat Penelitian…………………………………………………….…..9
E. Tlaah Pustaka Terdaِulu……………………………………………..……9
F. Metode Penelitian………………………………………...………………13
G. Sitematika Penulisan………………………………………………..……15
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. METODE PENENTUAN BULAN KAMARIAH....................................17
1. Metode Rukyat……………………………………………………….17
a. Pengertian Rukyat………………………………………………..17
b. Cara Melakukan Rukyatul Hilal dalam Menentukan Awal Bulan
Kamariah……………………………………………………...….18
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Rukyat……………...……….19
2. Metode Hisab………………………………………………...………19
a. Penُertian Hisab…………………………………………..……..19
b. Sejarah dan Perkembangan Metode Hisab…………….…………21
c. Macam-Macam Hisab yang Digunakan dalam Menentukan Awal
Bulan Kamariah………………………………………….………22
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Hisab……………………..…24
3. Tinjauan Syar‟i dan Astronomi dalam Penentuan Awal Bulan
Kamariah..............................................................................................25
4. Macam-macam Kriteria Hilal………………………..………………31
a. Rukyatul Hilal……………………………………...…………….31
b. Wujudul Hilal…………………………………………………….32
c. Imkanur Rukyat………………………………………….……….33
d. Rukyat Global……………………………………………………35
e. Kriteria LAPAN………………………………………….………35
5. Macam-macam Aliran Ijtimak Rukyatul Hilal………………...…….36
a. Aliran Ijtimak Semata……………………………………………38
b. Ijtimak dan Posisi Hilal di Atas Ufuk………………...………….41
B. TEKNIK ASTROFOTOGRAFI
1. Penُertian……………………………………………………...……..44
2. Teknik Astrofotograَi Dalam Penentuan Bulan………………..….…46
a. Penerapan Teknik Astrofotografi………………………...………46
b. Kelebihan Metode Rukyat Qablal Gurub…………………...……51
3. Perbedaan Rukyat Astrofotografi Dengan Rukyat Biasa…………….53
BAB III. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Metode Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Dalam Penentuan Awal
Bulan Kamariah……………………………………….……………..…..55
1. Metode Muhammadiyah Dalam Penetuan Awal Bulan Kamariaِ…..55
2. Metode Nahdlatul Ulama Dalam Penetuan Awal Bulan Kamariah....59
B. Pandangan Ulama Muhammadiyah Dan NU Tentang Penentuan Awal
Bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah…………………………….…63
1. Pemahaman Ulama Muhammadiyah Terkait Dalil-dalil Dalam
Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah................63
a. Pemahaman Terkait Ayat-ayat Tentang Penentuan Awal Bulan
Kamariah........................................................................................63
b. Pemahaman
Ulama
Muhammadiyah
Tentang
Hadis
Estimasikanlah dan Istikmalkanlah................................................67
c. Pandangan Ulama Muhammadiyah Tentang Penerapan Sains dan
Teknologi Dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah.....................68
2. Pemahaman Ulama Nahdlatul Ulama Terkait Dalil-dalil Dalam
Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah................70
a. Pemahaman
Nahdlatul
Ulama
Terkait
Ayat-ayat
Tentang
Penentuan Awal Bulan Kamariah..................................................70
b. Pemahaman
Ulama
Nahdlatul
Ulama
Tentang
Hadis
Estimasikanlah dan Istikmalkanlah................................................73
c. Pandangan Ulama Nahdlatul Ulama Tentang Penerapan Sains dan
Teknologi Dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah.....................75
C. Pandangan Ulama Muhammadiyah Dan NU Tentang Penggunaan
Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah…………………………………………………………….…..76
1. Pandangan
Ulama
Muhammadiyah
Tentang
Penggunaan
Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah………………………………………………………….....77
a. Penggunaan Astrofotografi Dengan Metode Rukyat Qablal Gurub
Sebagai Jalan Tengah…………………………………………….77
b. Rukyat
Qablal
Gurub
Dengan
Teknik
Astrofotografi
Menggabungkan Antara Metode Rukyat Dan Hisab...…………..79
2. Pandangan Ulama Nahdlatul Ulama Tentang Penggunaan Astrofotografi
Dalam
Penentuan
Awal
Bulan
Ramadhan,
Syawal,
dan
Dzulhijjah…………………………………………………………….......80
a. Penggunaan Astrofotografi Dengan Metode Rukyat Qablal Gurub
Sebagai Jalan Tengah…………………………………………….80
b. Rukyat
Qablal
Gurub
Dengan
Teknik
Astrofotografi
Menggabungkan Antara Metode Rukyat Dan Hisab……...……..81
D. Problematika Dalam Penyatuan Rukyat Dan Hisab Dengan Teknik
Astroftografi...............................................................................................82
1. Problem Dalam Penyatuan Rukyat Dan Hisab Dengan Teknik
Astroftografi Menurut Ulama Muhammadiyah...................................82
2. Problem Dalam Penyatuan Rukyat Dan Hisab Dengan Teknik
Astroftografi Menurut Ulama Nahdlatul Ulama..................................84
E. Analisis Hasil Penelitian………………………..………………………..85
1. Metode Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Dalam Penentuan Awal
Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah............................................85
2. Pemahaman Ulama Muhammadiyah dan NU Terkait Dalil-dalil Dalam
Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.................86
3. Tentang Penggunaan Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.....................................................92
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran-saran....................................................................100
B. Saran-saran...............................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................103
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Visibilitas ِilal kriteria wujudul ِilal………..……………………….32
Gambar 2. Visibilitas ِilal kriteria imkanur rukyat…………..……...…………..34
Gambar 3. Kriteria rukyat ُlobal…………………..…...………………………..35
Gambar 4. Peristiwa Ijtimak (konjungsi)…………………...……………………38
Gambar 5. Teleskop Legault, Thierry Legault berburu bulan sabit muda pada
sianُ ِari……………………..…………………………………………………..47
Gambar 6. Teleskop Elsasser, Elsasser pemburu bulan sabit muda siang hari..…48
Gambar 7. Bulan sabit sebelum ijtimak bulan Dzulqaidah 1433 Hijriyah. Bulan
sabit tua yanُ dipotret sianُ ِari oleِ Observatorium Bosscِa…………………49
Gambar 8.