PERBEDAAN SISTEM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1427 H MASYARAKAT NAHDLIYYIN BANYUWANGI
PERBEDAAN SISTEM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1427 H MASYARAKAT NAHDLIYYIN BANYUWANGI
Qorinatul Husna
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Email: [email protected]
Abstrak
The issue which is discussed in this paper is the cause of dualism difference on determining the beginning of syawal 1427 within NU organization including its sociological impact towards Nu’s adherents in Banyu wangi. This research applies qualitative-naturalistic paradigm and sociological approach. Nu boards stated that the difference is caused by two factors. First, there is technical error in announcing the result of rukyat and the practice of rukyat itself. It shows that some of NU Board members already known in detail the situation and the main cause of determining the beginning of Syawal 1427 difference. As a result, there is a significant impact towards nahdliyyin that they believe in local religious figures in this matter. Another impact is that they are in doubt in performing iedul Fitri (first day of Syawal) as well as their fasting.
Permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah tentang penyebab terjadinya dualisme per-
be daan penentuan awal bulan Syawal 1427 H di organisasi keagamaan NU beserta dampak sosiologis yang ditimbulkan terhadap masyarakat nahdliyyin Kec. Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik kualitatif dan menggunakan pendekatan sosiologis. Kalangan pengurus orga- nisasi NU cabang Banyuwangi menganggap bahwa terdapat dua penyebab terjadinya perbedaan pe nentuan awal bulan Syawal 1427 H yang terjadi di organisasi keagamaan NU, yaitu: Adanya ke- salahan teknis dalam penyebaran berita hasil rukyat dan adanya kesalahan dalam praktek rukyat. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa pengurus organisasi keagamaan NU telah mengetahui secara rinci dan pasti mengenai runtutan peristiwa penyebab perbedaan penentuan awal bulan Syawal 1427 H yang terjadi di organisasi keagamaan NU. Tetapi terjadi dampak yang signifikan terhadap masyarakat nahdliyyin yang umumnya mereka hanya mampu bertaqlid kepada tokoh masyarakat setempat dan pengurus NU tanpa mengetahui dasar yang digunakan. Salah satu dampak tersebut antara lain: timbulnya keraguan dalam melaksanakan hari raya yang berdampak pada puasa mereka.
Kata Kunci: Perbedaan,Bulan, Nahdliyyin
Islam adalah ajaran sekaligus agama yang sem- agama Islam. Segala bentuk pelaksanaan ibadah sangat purna, membahas dan mengatur segala per masalahan
di pe nga ruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan bagi pemeluknya yang bersifat duniawi maupun
dan tek no logi, seperti ibadah fardhu – dalam hal ini ukhrawi beserta dengan solusi yang ditawarkannya.
sholat, zakat, puasa Ramadhan dan haji - dipengaruhi Ma nusia diciptakan tidak hanya sebagai kholîfah
dengan ada nya waktu pelaksanaan. fi al-ardh, melainkan juga dalam rangka beribadah
Waktu merupakan sesuatu hal yang sangat pen- kepada Allah. 1 Karena hidup ini tidak hanya di dunia,
ting dalam kehidupan manusia. Segala kegiatan ma- me lain kan kekekalan akan diperoleh ketika hidup di
nusia, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, duniawi akhirat.
mau pun ukhrawi, umum maupun keagamaan, se mu- Keterkaitan yang sangat erat antara pelaksanaan
a nya tidak dapat dilepaskan dengan konteks waktu. 2 iba dah dengan fenomena alam yang telah menjadi
Dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 5 dan 6 Allah SWT sun na tullah merupakan suatu kajian yang sangat
ber firman:
menarik, yang merupakan bukti akan kesempurnaan
2 Moh. Murtadho, Ilmu Hisab Praktis: Dasar-Dasar Falakiyah (Malang: 1 Q.S. al-Dzâriyat (51): 56.
Fakultas Syari’ah UIN Malang, 2004), 31.
146 ~ Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah , Volume 2, Nomor 2, Desember 2011, hlm 145-159
Dalam Islam, peredaran akan dua benda langit ter- sebut dapat dipelajari melalui ilmu falak.
Ilmu falak ditemukan dalam kurun waktu ribuan tahun, dimulai sejak kurang-lebih 3000 tahun se be- lum Masehi di Kerajaan Babilonia yang terletak di
antara Sungai Tigris dan Sungai Efrat (selatan Irak kini). 6 Ilmu falak merupakan ilmu astronomi, yang “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar
dasar perhitungannya berasal dari teori-teori ma te- dan bulan bercahaya, dan ditetapkannya manzilah- matika. Mempelajari ilmu falak pada dasarnya mem -
manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, punyai dua kepentingan yang saling berkaitan: per- supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan per hi- tama, untuk penguasaan dan pengembangan ilmu
tungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang de- pe nge tahuan dan teknologi; kedua, untuk keperluan mikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
yang berkaitan dengan masalah-masalah ibadah, se- tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
perti sholat, puasa dan haji. Keperluan ini bersifat
yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ﱠﻢُﻏ ْﻥِﺈَﻓ . ِﻪِﺘَﻳْﺅُﺮِﻟ ﺍﻭُﺮِﻄْﻓَﺃَﻭ ِﻪِﺘَﻳْﺅُﺮِﻟ ﺍﻮُﻣْﻮُﺻ
pragmatis dan turut menentukan sahnya amal ibadah. malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan
Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat َﻦْﻴِﺛَﻼَﺛ ُﻪَﻟ ﺍﻭُﺭُﺪْﻗﺎَﻓ
Ke per luan yang kedua ini meliputi: penentuan awal
bulan Qomariyah untuk puasa, haji, dan hari-hari besar Islam. tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang 7 yang bertaqwa”. 3 Penentuan awal bulan dalam kalender Qomariyah sangat lah menarik perhatian bagi umat Islam, ter-
Dari ayat di atas jelaslah bahwa Allah SWT utama kalau diprediksikan akan terjadi perbedaan men j adikan semua yang disebutkan itu tidaklah per-
dalam penetapannya. Perbedaan penetapan awal bulan cuma, tetapi dengan penuh hikmah. Allah juga me-
Qomariyah di Indonesia ternyata terjadi karena be be- ne rangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, termasuk
rapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain adalah ma t ahari dan bulan, siang dan malam serta peredaran
ada nya perbedaan sistem penetapan awal bulan antara benda langit lainnya yang dengannya dapat diketahui
hisab dan rukyat, juga karena adanya metode yang ber- bi langan tahun dan perhitungannya.
beda sebagai acuannya. Apabila dicermati, tidak ku rang Sejak awal peradaban, manusia sudah merasakan
dari 100 buah hadits – yang diriwayatkan oleh Buk hari, perlunya sistem pembagian waktu menjadi satuan-sa-
Muslim, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, at-Tirmidzi, tuan “bulan” dan “tahun” yang lazim disebut kalender.
Imam Malik, Imam Hambali, dan lain-lain - memberikan Ke butuhan manusia akan sistem kalender itu sangat
petunjuk bahwa untuk menentukan masuk nya bulan ber pengaruh terhadap kepentingan kehidupan sehari-
Qomariyah, dengan tiga cara, yaitu (1) rukyat al-hilâl, hari dan keagamaan. Acuan yang digunakan untuk
(2) istikmâl iddah al-syahr dan (3) men-takdir-kan me ny usun kalender tersebut adalah siklus pergerakan
(memperkirakan dengan ilmu hisab), hanya cara yang dua benda langit yang sangat besar pengaruhnya pada
ketiga ini masih diperselisihkan oleh fuqaha’. 8 kehidupan manusia, yaitu bulan dan matahari. Ka-
Dalam penentuan awal bulan Qomariyah di lender yang disusun berdasarkan siklus sinodik bulan
Indo nesia, hanya beberapa bulan tertentu yang men- dinamakan kalender bulan (Qomariyah, Lunar) dan
jadi perbedaan dalam penentuannya. Seperti pe nen- yang berdasarkan siklus tropik matahari di na ma kan
tuan awal bulan Ramadhan, awal bulan Syawal, dan awal bulan Dzulhijjah. Penentuan beberapa awal bulan
kalender matahari (Syamsiyah, Solar). 4
Satu tahun Syamsiyah lamanya 365 hari untuk tersebut sangat penting artinya bagi segenap umat tahun-tahun pendek dan 366 hari untuk tahun panjang,
Islam, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pe lak- se dangkan tahun Qomariyah lamanya 354 hari untuk
sanaannya dikaitkan dengan perhitungan awal bulan. 9 tahun pendek dan 355 hari untuk tahun panjang.
Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Banyu- Dengan demikian perhitungan tahun Qomariyah akan
wangi. Hal ini disebabkan ada dua organisasi ke- lebih cepat sekitar 10 sampai 11 hari setiap tahun, jika
dibandingkan dengan perhitungan tahun Syam siyah. 5 6 Abdul Aziz Dahlan (ed.) et. al., Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
van Hoeve), 136. 7 Abdul Aziz Dahlan (ed.) et. al., Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT.
3 Program al-Qur’an in word.
Ichtiar Baru van Hoeve, 2001), 306.
4 Abd. Salam Nawawi, Rukyat Hisab di Kalangan NU Muhammadiyah 8 Moh. Murtadho, Jurnal Ilmiah eL-Qisth, Volume 2, Nomor 1, September (Surabaya: Diantama dan Lajnah Falakiyah NU Jatim, 2004), 1-2.
2005 (Malang: Fakultas Syari’ah UIN Malang, 2005), 30. 5 Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah: Dengan Ilmu Ukur Bola
9 Almanak Hisab Rukyat (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan (Jakarta: Pembinaan Administrasi Hukum dan Peradilan Agama, 1983), 1.
Agama Islam, 1981), 98.
Qorinatul Husna, Perbedaan Sistem Penentuan Awal Bulan...... ~ 147
agamaan yang mendominasi dalam masyarakat Banyu- rakat khususnya mengenai masalah ibadah yang ber- wangi, yaitu organisasi keagamaan Muhammmadiyah
dampak pada ritual keagamaan maupun ukhuwah dan organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU).
Isla miah. Salah satu contoh fenomena yang terjadi di Da lam menentukan awal bulan Qomariyah khususnya
Ke lurahan Tukangkayu, salah seorang yang tinggal di awal Syawal, keduanya menggunakan metode yang
ka wasan basis NU tersebut menjalankan sholat Idul
be r beda. Sehingga kurang lebih selama lima belas Fitri pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2006, padahal tahun terakhir, terjadi perbedaan dalam melaksanakan
ma yoritas masyarakat sekitar masih menjalankan hari raya.
ibadah puasa di hari terakhir bulan Ramadhan. Karena Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada hari
per bedaannya dalam menjalankan shalat Idul Fitri, raya Idul Fitri tahun 1427 H kemarin juga terjadi
orang tersebut menjadi bahan gunjingan masyarakat pe r bedaan. Organisasi keagamaan Muhammadiyah
sekitar. 14
dengan menggunakan metode hisab menentukan Fenomena perbedaan tersebut bisa menjadi bahwa awal bulan Syawal 1427 H jatuh pada hari
faktor penyebab keraguan akan keabsahan ibadah senin tanggal 23 Oktober 2006. Akan tetapi ada hal
yang mereka laksanakan serta memungkinkan terjadi yang menarik dikalangan NU yang tidak pernah ter-
dampak yang signifikan, misalnya adanya keraguan jadi sebelumnya, hal ini disebabkan karena adanya
ke yakinan dalam diri seseorang terkait pelaksanaan dua lisme perbedaan penentuan awal Syawal 1427 H
hari raya. Hal ini karena letak Kecamatan Banyuwangi antara Pengurus Besar NU Pusat dengan Pengurus
berada di tengah kota Banyuwangi, sebagian besar wilayah NU Jawa Timur. Pengurus wilayah NU Jawa
mereka menganggap kurang penting pendidikan Timur, setelah menerima laporan bahwa hilâl berhasil
agama. Sehingga sangatlah wajar jika mereka awam
tentang masalah hisab dan rukyat. Ketidaktahuan Cakung Jakarta yang mengikhbarkan lebih awal se-
di rukyat di pantai Gebang 10 Bangkalan dan di pantai
mereka terhadap hisab dan rukyat yang menjadi belum datangnya berita itsbat dari pemerintah dan
metode penentuan awal bulan Syawal menyebabkan PBNU, mengatakan bahwa awal bulan Syawal 1427
ma yoritas dari mereka hanya mampu mengikuti or-
ga nisasi-organisasi keagamaan yang ada dan tokoh Se dang kan itsbat yang dikeluarkan dalam sidang yang
H jatuh pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2006 11 .
ma sya rakat di lingkungan sekitar tanpa mengetahui di a dakan oleh Menteri Agama yang datangnya 1 jam
dasar yang digunakan - dalam istilah Islam dikenal setelah ikhbar PWNU Jawa Timur tetap menggunakan
dengan taqlid -.
istikmâl 12 sebagai solusi terakhirnya. Dengan dasar Melihat fenomena sosiologis yang ada, maka pe nye lenggaraan rukyat di seluruh Indonesia tidak
pe nulis merasa tertarik untuk meneliti dan memahami ber hasil melihat hilâl dan didukung dengan data
lebih lanjut dampak sosiologis pada masyarakat hisab yang tinggi akurasinya dari mayoritas metode
nahdliyyin 15 akibat perbedaan sistem penentuan awal atau sistem hisab. Atas dasar tersebut maka Pengurus
bulan Syawal 1427 H. Untuk itu dalam kesempatan Besar NU menentukan awal bulan Syawal 1427 H
ini, judul yang diangkat dalam penelitian adalah
”Dampak Sosiologis Perbedaan Sistem Penentuan ini senada dilakukan oleh pemerintah yang secara ke-
jatuh pada hari selasa tanggal 24 Oktober 2006. 13 Hal
Awal Bulan Syawal 1427 H Terhadap Masyarakat
be tulan sesuai dengan kalender yang ada. Nah dliyyin Kecamatan Banyuwangi”. Dualisme keputusan yang terjadi di kalangan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, NU Kecamatan Banyuwangi inilah yang menjadi
maka permasalahan yang dibahas adalah (1) Apa pen- hal menarik untuk ditelaah lebih jauh. Hal ini karena
ye bab perbedaan penentuan awal bulan Syawal 1427 pe ristiwa semacam ini secara sosiologis cukup ber-
H dalam organisasi keagamaan NU di Kecamatan dampak pada keresahan kehidupan beragama, bahkan
Banyuwangi?, (2) Apa saja dampak sosiologis yang berimplikasi pada berbagai aktivitas sosial ke masya-
ter jadi terhadap masyarakat nahdliyyin Kecamatan ra katan di Kecamatan Banyuwangi dalam skala luas.
Ba nyu wangi terkait dengan perbedaan penentuan Banyaknya sistem dan metode yang digunakan dalam
awal bulan Syawal 1427 H?
penetapan awal bulan Syawal sebagaimana di atas, Tujuan penelitian ini adalah (1) Memahami mempunyai pengaruh secara langsung pada ma sya-
pe n yebab perbedaan penentuan awal bulan Syawal
10 Pada pembahasan selanjutnya disingkat P. Gebang. 14 Informasi diperoleh melalui pengamatan terhadap aktifitas dan mengetahui 11 Ikhbar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, 22 Oktober 2006.
proses bagaimana terjadi reaksi masyarakat pada saat itu secara pasti karena 12 Menyempurnakan tiga puluh hari dalam satu bulan.
peneliti menyaksikan sendiri secara langsung. 13 Ikhbar Pemberitahuan Hasil Rukyatul Hilal bil Fi’li Awal Syawal 1427 H
15 Sebutan yang biasa ditujukan untuk orang-orang yang merasa mengikuti oleh PBNU, 22 Oktober 2006.
organisasi keagamaan NU.
148 ~ Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah , Volume 2, Nomor 2, Desember 2011, hlm 145-159 1427 H dalam organisasi keagamaan NU Kecamatan
awal Syawal 1427 H di Kecamatan Banyuwangi dan Banyu wangi, (2) Memahami dampak sosiologis yang
reaksi masyarakat pada saat itu secara pasti karena ter jadi terhadap masyarakat nahdliyyin Kecamatan
me nyak sikan sendiri secara langsung. Dengan meng- Ba nyu wangi terkait dengan perbedaan awal bulan
amati peristiwa, peneliti dapat melakukan cross check Syawal 1427 H.
ter hadap informan verbal yang diberikan oleh sebjek yang diteliti, (3) Tempat atau lokasi penelitian tentang
Metode Penelitian
dampak sosiologis perbedaan sistem penentuan awal Paradigma dalam penelitian ini adalah na tura lis-
Syawal 1427 H pada masyarakat nahdliyyin Kecamatan tik kualitatif. Paradigma ini menekankan hakikat ke-
Bany u wangi, sebagian informasinya dapat digali dari nyataan sosial yang didasarkan pada definisi subyektif
pengamatan langsung ke Kelurahan-kelurahan ter- dan penilaiannya. 16 Struktur sosial menunjuk pada
sebut dan organisasi keagamaan NU di Kecamatan definisi bersama yang dimiliki individu yang ber-
Banyu wangi, dan (4) Dokumen dalam penelitian ini hu bungan dengan bentuk-bentuk yang cocok yang
be rupa arsip dan catatan tentang daftar isian data dasar meng hubungkannya satu sama lain.
profil Kelurahan tahun 2006 Kecamatan Banyuwangi Pendekatan yang digunakan adalah sosiologis.
Kabu paten Banyuwangi, serta beberapa rekaman Objek penelitian agama dengan pendekatan sosiologis
yang diperoleh ketika penelitian. Selain itu data-data
atau arsip-arsip dan beberapa surat dari organisasi ke- lompok-kelompok dan lembaga keagamaan. Dalam hal
me nurut Keith A. Robert menfokuskan pada: 17 (1) ke-
agamaan NU di Kecamatan Banyuwangi tentang per- ini difokuskan pada organisasi keagamaan NU yang
be daan awal Syawal 1427 H.
ada di Kecamatan Banyuwangi; (2) perilaku indi vidu Dalam memperoleh informasi, diperlukan dalam kelompok-kelompok tersebut. Pe ne litian ini
sumber data berupa orang (informan), peristiwa dan difokuskan pada perilaku keseharian yang di lakukan
lokasi, benda, dokumen, atau arsip. 20 Teknik pen gum- oleh masyarakat nahdliyyin yang men do minasi di
pulan data penelitian ini adalah (1) Observasi dalam Kecamatan Banyuwangi; (3) konflik antar kelompok.
pe ne litian ini dilakukan di lingkungan Maksum, Abdul Sedangkan metode yang digunakan dalam pe-
Hadi, Abdul Nasir yang merupakan tokoh masyarakat. ne litian ini adalah studi kasus kontemporer atau
Wiyono, Sapuan, Suratmin, Abdurrahman, Ina, studi kasus observasi. Metode ini menekankan ke-
Masidah, Latifah, Apid, aminah, Masruroh yang me- adaan sekarang (saat penelitian dilangsungkan). 18 ru pakan masyarakat nahdliyyin yang ada di Ke lu-
Fokus studi dalam penelitian ini adalah organisasi rahan Tukangkayu, Kelurahan Karangrejo dan Ke lu- ke agamaan NU dan masyarakat nahdliyyin di
rahan Panderejo dan Ahmad Muslim, Ali Makki, Nur Kecamatan Banyuwangi.
Hariri, Amin Asy’ari, Masykur Ali sebagai pe ngu rus Dalam penelitian kualitatif, ketepatan memilih
organisasi keagamaan NU Kecamatan Banyu wangi, dan menentukan jenis sumber data akan menentukan
(2) Dalam penelitian ini, dilakukan wawan cara kekayaan data yang diperoleh. Jenis sumber data
dengan Ahmad Muslim, Ali Makki, Amin Asy’ari, terutama dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan
Nur Hariri, Masykur Ali pengurus organisasi keaga- sebagai berikut: 19 (1) Narasumber (informan) dalam
maan NU yang mengetahui penyebab terjadinya pe nelitian ini yaitu Ahmad Muslim, Ali Makki, Nur per bedaan di organisasi keagamaan NU. Maksum,
Hariri, Amin Asy’ari, Masykur Ali sebagai pengurus Abdul Hadi, Abdul Nasir sebagai tokoh masyarakat. or ganisasi keagamaan NU. Wiyono, Sapuan, Surat-
serta Wiyono, Sapuan, Suratmin, Abdurrahman, Ina, min, Abdurrahman, Ina, Masidah, Latifah, Apid,
Masidah, Latifah, Apid, Aminah, Masruroh sebagai Aminah, Masruroh sebagai masyarakat Kelurahan
ma sya rakat nahdliyyin yang ada di Kelurahan Tukang kayu, masyarakat Kelurahan Karangrejo, ma-
Tukang kayu, kelurahan Karangrejo, dan Kelurahan sya rakat Kelurahan Panderejo yang didominasi oleh
Pan de rejo Kecamatan Banyuwangi. ma sya rakat nahdliyyin. Serta Maksum, Abdul Hadi, Abdul Nasir sebagai tokoh masyarakat di Kecamatan
Pengolahan dan Analisis Data
Bany uwangi, (2) Peristiwa atau aktivitas ini, peneliti Data-data yang diperoleh di lapangan selama bisa mengetahui proses bagaimana terjadi perbedaan
pe ne litian diolah dengan tahapan-tahapan adalah editing (pemeriksaan ulang) dengan tujuan data
16 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama 21 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), 94.
yang dihasilkan berkualitas baik, classifying
17 Ibid., 61. 18 Ibid., 139.
20 Ibid., 167.
19 Ibid., 163. 21 LKP2M, Research Book For LKP2M (Malang: UIN-Malang, 2005), 60.
Qorinatul Husna, Perbedaan Sistem Penentuan Awal Bulan...... ~ 149
(pengelompokan) dimana data hasil wawancara di kla- ber asal dari beberapa pengurus organisasi keagamaan sifikasikan berdasarkan kategori tertentu, analisying
NU yang sedikit banyak mengetahui tentang hisab (analisis) akan dilakukan dengan menggunakan teori-
dan rukyat. Bahkan ada beberapa diantara mereka teori yang telah dipaparkan diantaranya menggunakan
sudah memiliki jabatan yang berkompeten dalam teori falak tentang sistem yang digunakan dalam me-
bidang tersebut di organisasi keagamaan NU. Peneliti nen tukan awal bulan Qomariyah khususnya Syawal
meng kla sifikasikan penyebab terjadinya dualisme dan menjelaskan itsbat dan ikhbar yang terdapat di
per bedaan penentuan awal bulan Syawal 1427 H di or ga nisasi keagamaan NU, dan concluding (penarikan
or ga nisasi keagamaan NU menjadi dua, yaitu: ke sim pulan) dari data-data yang telah diolah untuk
22 men da patkan jawaban. Adanya Kesalahan Teknis Dalam Penyebaran Dalam proses ini penulis men yim pulkan hasil temuan-temuan dari lapangan
Berita Hasil Rukyat
untuk menjawab permasalahan dalam rumusan ma- Menurut beberapa pengurus organisasi ke- salah.
agam aan NU penyebab dari dualisme perbedaan pe- nentuan awal bulan Syawal 1427 H karena adanya
Hasil dan Pembahasan
ke salahan teknis dalam penyebaran hasil rukyat yang
Penyebab Perbedaan Penentuan Awal Bulan
dilaksanakan di P. Gebang. Sebagaimana Ahmad me-
Syawal 1427 H Dalam Organisasi Keagamaan Nu
nga takan,” Niki kesalahan teknis, niki wontene wilayah
Di Kecamatan Banyuwangi
ngikhbaraken niku semua tempat tidak berhasil, tapi Suasana pada waktu hari raya 1427 H di Indonesia
beliau merasa berhasil di Gebang Madura yaitu terasa kurang “kompak”. Hal ini disebabkan terdapat
pak KH. Ghozali. Padahal hasil rukyat kulo tidak per bedaan dalam menentukan tanggal 1 Syawal 1427
bisa dilihat.” (Ini kesalahan teknis, padahal wilayah
H diantara beberapa organisasi keagamaan di Indo nesia. meng ikhbarkan bahwa semua tempat tidak berhasil, Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Ba nyuwangi.
tapi beliau merasa berhasil di Gebang Madura yaitu Ada dua organisasi keagamaan yang men dominasi dalam
pak KH. Ghozali. Padahal hasil rukyat saya tidak bisa di lihat). ma syarakat Banyuwangi, yaitu organisasi keagamaan 24
Muhammmadiyah dan orga nisasi keagamaan Nahdlatul Hal senada juga dikatakan oleh Ali dalam pe- Ulama (NU). Dalam me nen tukan awal bulan Qomariyah
nu turannya:
khu s usnya awal Syawal, keduanya menggunakan me- “Pada waktu itu tim PWNU yang ada tode yang ber beda. Sehingga kurang lebih selama lima
di Bangkalan bersaksi bahwa ia melihat belas tahun terakhir, terjadi perbedaan dalam me lak-
bulan. Kalo pada waktu itu hitungan sanakan hari raya.
semua metode ya tidak mungkin dirukyat Dalam penentuan awal bulan Syawal 1427
karena sangat rendah di bawah 2 derajat
H, terjadi dualisme perbedaan penentuan di dalam ke tinggian hilalnya dari ufuk. Karena di orga nisasi keagamaan NU yang menyebabkan ber-
NU hisab itu karena wong penuntun untuk beda pula dalam melaksanakan hari raya Idul Fitri.
rukyat, karena di hisab itu kan di hitung Dengan adanya dualisme perbedaan keputusan di
posisi hilal dimana, lintang se latannya, dalam organisasi NU, kantor NU terpaksa harus
lintang utaranya, itu kan pe nuntun buka sampai pagi karena banyak masyarakat nahdli-
semua itu. Sekedar penuntun maka disini yyin yang mencari kejelasan tentang kapan ke pastian
kalo ada kenyataan yang ber beda, baru mereka diperbolehkan melaksanakan hari raya. Hal
disini terjadi perbedaan. Pe nuntunnya ini mengakibatkan banyak pengurus or ga nisasi
mengatakan A semua tapi kenyataannya keagamaan NU cabang Banyuwangi yang “meng-
di Bangkalan itu ter nyata B, lah disini hindari” dengan berbagai cara karena mereka tidak
terjadi perbedaan, lah perbedaan itu sanggup menanggung akibatnya. 23 akhirnya kan kalo ruk yat seperti itu kan
Berdasarkan data-data yang ditemukan di la pa- yang dipegang rukyatnya. Sementara ngan, terdapat beberapa pendapat penyebab dua lisme
hasil rukyat ini oleh PB masuknya juga per bedaan penentuan awal Syawal 1427 H yang ter-
telat, yang saya tahu begitu. Akhirnya jadi dalam organisasi keagamaan NU. Pendapat ini
PB sudah ngirim fax mengumumkan hari rayanya adalah hari selasa.” 25
22 Nana Sudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi (Bandung: Sinar Baru Algasindo, 2001), 89.
24 Ahmad, wawancara, 22 September 2007. 23 Masykur, wawancara, 22 September 2007.
25 Ali, wawancara, 22 September 2007.
150 ~ Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah , Volume 2, Nomor 2, Desember 2011, hlm 145-159
Statemen-statemen di atas mengatakan bahwa lebih berhati-hati dan teliti dalam melaporkan hasil mereka menganggap sebuah kesalahan proses untuk
rukyat. 26 26
mem beritahukan hasil rukyat yang menyebabkan Pelaksanaan rukyat pada umumnya berjalan per bedaan penentuan tersebut, menunjukkan bahwa
dengan baik. Terbukti dengan adanya laporan dari
be be rapa pengurus organisasi keagamaan NU telah daerah-daerah yang lancar dan menyatakan tidak me nge tahui secara rinci dan pasti mengenai runtutan
ber hasil melihat hilal. Sementara laporan dari Jawa pe ristiwa penyebab perbedaan penentuan awal bulan
Timur sangat terlambat dibandingkan biasanya. La- Syawal 1427 H yang terjadi di organisasi keagamaan
poran pertama, datang 20 menit setelah laporan dari NU. Disini menunjukkan bahwa mereka tidak dengan
Lampung, menyatakan bahwa 11 lokasi rukyat tidak mudah nya taqlid begitu saja tanpa mengetahui
berhasil. Menyusul kemudian laporan dari KH. Hasan alasan yang kuat. Dengan mereka membuktikan dan
Basri yang menyatakan Gresik tidak berhasil. Se- mengetahui secara langsung, mereka dapat men -
lanjutnya di tengah sidang itsbat, masuk kembali la- jelaskan kepada masyarakat nahdliyyin. Sebab ma-
poran susulan dari Jawa Timur yang menyatakan Bang- sya rakat nahdliyyin pasti akan menanyakan dan taqlid
kalan berhasil melihat hilal. Terlepas dari salah atau kepada mereka. Hal ini terlihat adanya pemahaman
benarnya informasi tersebut, terpaksa laporan diabaikan yang terinternalisasi dengan baik bahwa sebagai
oleh PBNU dengan alasan karena ter lambat. 27 pengurus NU dan sebagai tauladan masyarakat
Hal lain juga mereka katakan bahwa yang ber- nahdliyyin khususnya dan masyarakat lain umumnya,
hak memberikan keputusan terkait hal tersebut adalah sudah bukan saatnya untuk taqlid dan pasrah terhadap
PBNU selaku pengurus pusat. Hal ini sesuai dengan ke putusan dari NU pusat. Akan tetapi justru mereka
apa yang diungkapkan Ali:
harus berijtihad dengan kemampuan keilmuan yang “Di NU ini, kalo hirarki organisasinya mereka miliki.
pe nen tuan awal Syawal itu sesuai de- Mereka juga meragukan kevalidan hasil rukyat
ngan keputusan muktamar, yang ber hak yang dilaksanakan di P. Gebang. Tentunya keraguan
mem berikan keputusan ikhbar sesuai AD mereka ini dengan berdasarkan pembuktian yang
ART adalah PBNU”. mereka lakukan bahwa dengan menggunakan semua
metode hisab tidak mungkin di rukyat dan rukyat Dan dikuatkan oleh penuturan Ahmad: yang mereka lakukan pun tidak berhasil. Karena
“Menurut aturan itsbat niku pihak pe- hasil nya ketinggian hilal dari ufuk masih di bawah
me rintah PB terus permasalahannya 2º (derajat).
ke salahan teknis PW membuat ikhbar Sebagaimana ditulis oleh Lajnah Falakiyah Pe-
se belum ikhbar dari PB. Kalo secara ngurus Besar Nahdlatul Ulama dalam bukunya, al-
orga nisasi ya menyalahi aturan.” (me- manak PBNU tahun 2006 yang diterbitkan oleh LFNU
nurut aturan itsbat itu hak pemerintah PB telah menginformasikan bahwa tanggal 29 malam
lalu permasalahannya adalah kesalahan
30 Ramadhan 1427 H bertepatan dengan tanggal 22 teknis dari PW yang membuat ikhbar Oktober 2006 ketika matahari terbenam, tinggi hilal
sebelum ikhbar dari PB. Kalau secara 0° 54’, ijtimak pukul 12:07:30, letak matahari ter-
organisasi menyalahi aturan) benam 11°15’STB, kedudukan hilal 3°38’ SM, lama
Hal senada tertulis dalam buku Lajnah Fala- hilal 3’13”. Ini artinya belum memenuhi imkân al- kiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang me-
rukyat. Sedangkan pelaksanaan rukyat di seluruh nga takan bahwa itsbat adalah hak dan wewenang Indo nesia dikendalikan oleh Pengurus Pusat Lajnah
pe merintah c.q. Menteri Agama untuk menetapkan Fala kiyah Nahdlatul Ulama (PP LFNU). Sebelum
awal Ramadhan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah. Su ra baya Maghrib, PP LFNU menginformasikan ke- Se dang kan ikhbar adalah hak dan wewenang PBNU pada koordinator rukyat Jawa Timur bahwa posisi untuk memastikan dan menyiarkan ke seluruh Indo- hilal di Indonesia yang paling tinggi di Pelabuhan nesia tentang awal Ramadhan, awal Syawal, dan awal Ratu, yaitu 0°38’, sementara di sekitar bulan terdapat Dzulhijjah sesudah sidang itsbat dan setelah mem- benda angkasa lain (Jupiter dan Merkurius) dan
cahaya matahari 25 juta kali lebih kuat dari pada
26 cahaya bulan yang lemah, sehingga hilal sulit dilihat. Laporan Lajnah Falakiyah Kepada PBNU Tentang Penyelenggaraan
Rukyat Untuk Idul Fitri 1427 H (Lajnah Falakiyah Pengurus Besar
Infor masi tersebut bertujuan agar PWNU Jawa Timur
Nahdlatul Ulama, 2006), 2.
27 Ibid., 4.
Qorinatul Husna, Perbedaan Sistem Penentuan Awal Bulan...... ~ 151
peroleh laporan dari Lajnah Falakiyah Nahdlatul tidak di terus kan. Padahal disana sudah Ulama mengenai hasil rukyat dan sidang itsbat. 28 disumpah oleh Pengadilan Agama ”. 30
Berdasarkan SK PBNU Nomor: 311/A.II.04.d/ Dasar hukum yang menjadi doktrin yang sudah
I/1994: melekat pada beberapa pengurus NU yang mem- Pasal I ayat c: punyai pendapat di atas adalah sebuah hadits 31 yang “Bila penyelenggaraan rukyat tidak di- memerintahkan puasa dan berbuka dengan me lak- mung kin kan karena satu dan lain hal, maka
sanakan melihat hilâl (rukyat). Selain itu, yang mereka agar supaya Itsbatul Hakim dilakukan atas
ke tahui bahwa sejak dulu hingga sekarang organisasi dasar aasil rukyat atau Istikmal, maka hasil
ke aga maan NU menggunakan rukyat sebagai metode rukyat yang telah dilakukan di kalangan
dalam menentukan awal bulan Syawal. Oleh karena Nahdlatul Ulama supaya sesegera
itu menurut mereka ketika ada orang yang berhasil mungkin dilaporkan kepada pemerintah
me lak sanakan rukyat maka haruslah diikuti. c.q Departemen Agama RI untuk di itsbat.
Menanggapi hal di atas, secara garis besar ter- Pelaporannya bisa lewat PA (Pengadilan
dapat 2 macam sistem atau metode penentuan awal Agama) setempat atau lang sung kepada
bulan Qomariyah (awal Syawal khususnya), yaitu: 32 Departemen Agama Pusat (Ba dan Hisab
(1) Sistem rukyat bil fi’li, (2) Sistem hisab. Dan ada dan Rukyat)”.
tiga jenis sistem hisab yang dipergunakan, yaitu: (1) Hal ini tentu saja berbeda dengan fakta yang
Hisab urfi, (2), Hisab istilahi¸(3) Hisab haqiqi. ter jadi, ketika itsbat pemerintah dan PBNU mulai
Dalam perkembangannya sistem hisab haqiqi di kirim ke daerah, ternyata ikhbar PWNU Jawa
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu Timur sudah beredar sekitar 1 jam sebelumnya
(1) Hisab haqiqi bit-taqrib; Adapun yang dapat di- bahkan sampai di luar pulau Jawa, terbukti banyak
ke lompokkan dalam sistem hisab haqiqi bit-taqrib ma sy arakat nahdliyyin menanyakannya langsung ke
ini adalah kitab Sullamun al-Nayyiroin, Tadzkirah al- PBNU. Inilah yang menyebabkan adanya dualisme
Ikhwan, al-Qowaidul Falakiyah dan beberapa kitab ter sebut. Oleh karena itu sangatlah wajar jika mereka
yang membahas hisab, (2) Hisab haqiqi bit-tahqiq; me nga takan bahwa terjadi kesalahan teknik dalam Metode hisab Badi’atul Mitsal, Khulashatul Wafiyah,
pe nye baran berita hasil rukyat terkait penentuan awal Nurul Anwar dan sejenisnya dihitung masuk dalam
Syawal 1427 H. ka te gori ini, dan (3) Hisab kontemporer; Beberapa Pendapat yang berseberangan juga muncul di
metode yang masuk dalam kelompok ini adalah Ephi- ka langan pengurus NU yang lain. Amin salah satunya, meris, Neutical Almanac dan sejenisnya.
be liau berpendapat,”Nabi sudah bersabda: Sedangkan mengenai metode yang digunakan oleh mereka sebagai pengurus organisasi keagamaan NU adalah sebagaimana yang biasa dijadikan pe- doman oleh organisasi keagamaan NU sendiri dalam
menentukan awal bulan Qomariyah. Yaitu lebih mengedepankan metode rukyat bil fi’li dan men-
Sejak dulu sampai sekarang NU selalu meng gu- fung sikan metode hisab sebagai pendukung dalam nakan rukyat sebagai metodenya, dan dengan adanya
bukti bahwa bisa di rukyat di Gebang, berarti kita se- ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ﱠﻢُﻏ ْﻥِﺈَﻓ . ِﻪِﺘَﻳْﺅُﺮِﻟ ﺍﻭُﺮِﻄْﻓَﺃَﻭ ِﻪِﺘَﻳْﺅُﺮِﻟ ﺍﻮُﻣْﻮُﺻ oleh organisasi keagamaan NU pun tidak semua bagai orang nahdliyyin wajib mengikutinya. Tidak
me lak sanakan rukyat. Metode hisab yang digunakan
di lihat dari PBNU atau PWNU, terus kenapa ko’ pas َﻦْﻴِﺛَﻼَﺛ ُﻪَﻟ ﺍﻭُﺭُﺪْﻗﺎَﻓ
yang digunakan. Hanya hisab haqiqi bit-taqrib,
hisab haqiqi bit-tahqiq, hisab kontemporer yang di- ada laporan dari PWNU tidak ditanggapi PBNU? ”. 29 gu nakan. Kemudian jika rukyat tidak berhasil, maka
Hal senada dikatakan oleh Hariri: meng gunakan metode istikmâl. Adapun dasar yang ”Karena pada waktu itu di Gebang sudah
di gu nakan oleh organisasi keagamaan NU terkait pe- me lak sanakan rukyat, jadi saya selaku
ne n tuan awal bulan Qomariyah (khususnya Syawal) warga nahdliyyin mengikuti hasil rukyat
adalah sabda Nabi yang berbunyi: itu yang sudah diajarkan Nabi. Waktu itu sudah me lapor ke PBNU tapi prosesnya
30 Hariri, wawancara, 22 September 2007. 31 Diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.
32 Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah: Dengan Ilmu Ukur Bola 28 Ibid., 5 dan 7.
(Jakarta: Bagian Proyek Pembinaan Administrasi Hukum Dan Peradilan 29 Amin, wawancara, 23 September 2007.
Agama, 1983), 6-9.
152 ~ Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah , Volume 2, Nomor 2, Desember 2011, hlm 145-159
dalam sebuah haditsnya menyebutkan bahwa segala
be ntuk perbedaan akan membawa keberkahan bagi umat nya.
Adanya Kesalahan Dalam Praktek Rukyat
Alasan mereka memilih hasil rukyat di P. Gebang Mengenai penyebab yang kedua ini tidak semua harus diikuti karena dikuatkan oleh SK PBNU Nomor:
pengurus organisasi keagamaan NU mengetahui.
311/A.II.04.d/I/1994 ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ﱠﻢُﻏ ْﻥِﺈَﻓ . ِﻪِﺘَﻳْﺅُﺮِﻟ ﺍﻭُﺮِﻄْﻓَﺃَﻭ ِﻪِﺘَﻳْﺅُﺮِﻟ ﺍﻮُﻣْﻮُﺻ
Hal ini karena mereka menganggap bahwa jika hasil Pasal I ayat b:
َﻦْﻴِﺛَﻼَﺛ ُﻪَﻟ ﺍﻭُﺭُﺪْﻗﺎَﻓ rukyat disumpah oleh Pengadilan Agama, maka vali-
“Bahwa penetapan awal Ramadhan, ditas hasilnya tidak diragukan lagi. Karena dengan di- awal Sya wal dan awal Dzulhijjah yang
sumpah oleh Pengadilan Agama, maka hasil tersebut berlaku umum bagi segenap lapisan
me miliki bukti yang kuat dan kekuatan hukum. Tetapi kaum muslimin di Indonesia dilakukan
ada juga beberapa pengurus organisasi NU yang me- oleh pemerintah (Its batul Hakim). Oleh
nge tahui adanya kesalahan dalam praktek rukyat sebab itu agar di upa yakan semaksimal
yang dilaksanakan di P. Gebang. Seperti Ahmad yang mungkin
adanya
Pe nye lenggaraan
me nga takan:
Rukyat yang disaksikan oleh pe tugas “Setelah kulo nderek halaqoh wonten pemerintah (Dep. Agama)”. 33 Malang kale pertemuan Internasional teng Se ma rang, pemateri ngendikaaken
Beberapa pengurus NU ini juga kecewa dengan setelah hari raya pimpinan Lajnah sikap dari PBNU yang tidak mempertimbangkan Falakiyah Jawa Timur dan sekretaris hasil rukyat di P. Gebang. Padahal menurut mereka ngecek praktek kembali tentang rukyat orang yang melakukan rukyat tersebut telah di sum- di Gebang. Setelah itu setelah datang pah oleh Pengadilan Agama setempat. Terkait dalam dilokasi, dimana bapak berdiri? Di menerima rukyat, ada beberapa syarat yang harus
34 dipenuhi. Yaitu sebagai berikut: sini, sekarang arah hilalnya dimana? pertama, pe laku Di sana, loh nunjuknya itu keliru.
rukyat itu harus adil dalam persaksiannya, ke dua, Setelah dicek ngangge kompas itu pelaku rukyat mengucapkan kalimat syahadat ter- angsal ler, padahal Ok tober sebelah lebih dahulu sebelum melakukan rukyat, dan ketiga, selatan dari titik barat. Nanging pe nge- dalam memberi syahadat, pelaku rukyat harus di- cekan setelah hari raya dados mboten dam pingi oleh dua orang saksi yang adil pula. Oleh mampu ngeceknya. Menurut ilmu de’e sebab itu wajarlah jika mereka sangat percaya dan tasih 0°30’, berarti ½° paling 2 menit taqlid terhadap hasil rukyat dari PWNU Jawa Timur. umpomo ketho’, niki mboten kengeng Ka rena pendapat mereka juga mempunyai dasar dan dilihat sebab sorot matahari lebih kuat alasan yang kuat. dari pantulan sorot hilal, berarti nggeh Dengan adanya dualisme perbedaan penentuan mboten mungkin di rukyat ”. (Setelah awal bulan Syawal 1427 H di organisasi NU, mereka saya mengikuti halaqah di Malang dan agak menyayangkan hal tersebut terjadi. Hal ini ter- pertemuan internasional di Se marang, lihat dari yang dipaparkan oleh Hariri dan Amin yang pemateri mengatakan setelah hari raya mengatakan bahwa hasil rukyat tersebut sudah di- pimpinana Lajnah Falakiyah Jawa Timur lapor kan ke PBNU akan tetapi tidak ditindaklanjuti dan sekretaris ngecek praktek kembali oleh PBNU. Dengan adanya fakta dan alasan-alasan tentang rukyat di Gebang. Setelah itu ter sebut, mengindikasikan bahwa belum adanya rasa setelah datang dilokasi, dimana bapak ke so lidan antar pengurus organisasi NU. Seringkali berdiri? Di sini, sekarang arah hilalnya konsep syari’ah yang terbangun dan diperjelas dimana? Di sana, loh nunjuknya itu dalam al-Qur’an menjadi perdebatan keras oleh para keliru. Setelah dicek meng gunakan pemeluknya. Dan kontroversi selalu mengiringi ke hi- kompas itu ternyata arah utara, padahal dupan umat manusia didunia. Tapi sabda Rasulullah Oktober sebelah selatan dari titik barat.
Tetapi pengecekan setelah hari raya jadi
33 Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tentang Pedoman
Penyelenggaraan Rukyat Bil Fi’li. 34
tidak mampu ngeceknya. Me nurut ilmu
Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama (Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006), 30.
beliau masih 0°30’, berarti ½° paling
Qorinatul Husna, Perbedaan Sistem Penentuan Awal Bulan...... ~ 153
2 menit apabila terlihat, ini tidak bisa teng gelam, maka sekitar pukul 17:30 hilâl sudah dilihat sebab sorot matahari lebih kuat
tidak bisa dilihat. Adapun hisab tertinggi adalah hi- dari pantulan sorot hilal, berarti ya tidak
tungan Sullam al-Nayyirain yang menyatakan bahwa mung kin dirukyat). 35 hilâl berada di atas ufuk selama sekitar 14 menit. Jika berdasarkan Sullam al-Nayyirain, maka se harus nya
Adanya pernyataan diatas menunjukkan bahwa hilâl terbenam pukul 17:36 WIB. Akan te tapi ke-
terdapat kesalahan dalam menentukan arah ke be- sak sian hilâl tersebut terlihatnya pukul 17:38 WIB radaan hilal. Padahal inilah yang sangat urgen dalam di mana pada saat tersebut berdasarkan semua per hi- meng awali proses rukyat. Dari sini sudah terlihat tungan menyatakan hilâl sudah terbenam. ada nya sebuah kesalahan yang fatal dan kecerobohan Hal ini juga tertulis dalam buku Lajnah Fala kiyah yang berdampak pada terjadinya perbedaan penentuan Pe ngurus Besar Nahdlatul Ulama yeng me nge mu ka- awal bulan Syawal 1427 H kemarin. Sehingga dapat kan adanya beberapa masalah yaitu: 38 (1) Di la por kan dipastikan rukyat al-hilâl yang dilaksanakan di oleh perukyat, KH. M. Djaelani Chudlori dan Prof. Dr. Gebang Madura adalah rukyat yang sangat diragukan KH. Hasanuddin, SH., MM., MBA., bahwa waktu me- ke be narannya. lihat hilâl pukul 17:38 WIB atau 17:35 WIB selama Hal ini senada dengan keterangan dari Lajnah 10-30 detik dan sebagai pendukung rukyat ter se but Fala kiyah Jawa Timur yang menerangkan bahwa ter- pe rukyat menggunakan data hisab metode dapat dua hal pokok terjadinya kesalahan dalam proses
Sullam an-
36 Nayyirain, yang menyebutkan rukyat tersebut. Yaitu: ghurûb as-syams pukul (1) Dilihat dari posisi hilâl, 17:24:08 WIB. Padahal menurut metode ini tidak
semua perhitungan sepakat bahwa letak posisi hilâl di me ng enal ghurûb as-syams dan selalu mengatakan bulan Oktober berada di sebelah se latan khatulitiwa, ma ghrib pukul 18:00 WIB. Jadi kalau melihat pukul tepatnya berada sekitar 14º LS. Akan tetapi menurut KH.
17:38 WIB, berarti hilâl belum waktu nya dilihat, tetapi Jaelani sebagai saksi yang melihat hilâl mengatakan di laporkan melihat. (2) Para astro nom mengatakan, bahwa letak hilâl ber ada bukan di sebelah selatan.
bahwa menurut penelitian saat ini di sekitar bulan Berdasarkan hal itulah Lajnah Falakiyah Wilayah ter dapat benda angkasa lain (Jupiter dan Merkurius) Jawa Timur 37 me la kukan reka ulang untuk mengecek
dan cahaya matahri 25 juta kali lebih kuat dari pada kebenaran dari ke sak siannya. Perwakilan LF JATIM cahaya bulan yang lemah, se hingga hilâl sulit dilihat. mengajak beliau ke tempat lokasi rukyat dan meminta
Kalau pun ada yang melapor melihat hilâl, hal itu ke- tolong untuk menunjukkan arah beliau melihat hilal, mung kinan melihat cahaya benda langit lain atau bias ke mu dian beliau menunjukkan posisi hilal. Setelah
pan dangan, dan (3) Secara astronomi keadaan hilâl di itu, perwakilan LF JATIM mengukur garis arah utara, Bang kalan pada waktu itu belum memenuhi kriteria selatan, barat dan timur dengan menggunakan kompas.
imkan ar-rukyat menurut metode hisab yang tingkat Berdasarkan pengukuran tersebut ternyata letak
hilâl sesuai yang ditunjukkan oleh KH. Jaelani ber- Mawaqit.
aku rasinya tinggi seperti
Menurut metode Mawaqit karya Dr. Ing. H. ada di sebelah utara khatulistiwa, tepatnya sekitar 2º
(derajat). Padahal semua perhitungan menunjukkan Khafid anggota Litbang Lajnah Falakiyah Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama, tinggi hilâl di Gebang letak hilâl berada 14º (derajat) di sebelah selatan, be r- Bangkalan pada waktu itu baru mencapai 0º14’58,4”. arti terpaut 16º (derajat). Hal ini sangat tidak mungkin
Ke s e pakatan MABIMS tahun 1992, kriteria imkan karena di dalam kitab Tuhfat al-Muhtâj disebutkan jika lau seorang saksi yang melihat hilâl menerangkan
ar-rukyat yang dapat diterima minimal tinggi hilâl 2º (derajat), umur bulan pukul 8, jarak matahari ke bulan
bah wa posisi hilâl dihari pertama 14º LS kemudian 3º (derajat), menurut data hisab yang tingkat aku rasi- di hari kedua berpindah menjadi 2º LU. Oleh karena nya tinggi bukan menurut data hisab yang tingkat itu kesaksian tersebut kurang cermat, (2) Dari ter-
lihat nya hilâl, hampir semua perhitungan sepakat Sullam an-Nayyirain dan
aku rasinya rendah seperti
se je nisnya.
bahwa batas maksimal hilâl bisa terlihat yaitu pukul Hal ini sangat bertentangan dengan fakta yang 17:36 WIB. Ketika itu maghrib di daerah Bangkalan ter jadi, rukyat yang dilaksanakan di Gebang Bangkalan se kitar pukul 17:26 WIB. Berdasarkan hisab tahkiki pada pukul 17:38 WIB. Padahal hasil semua hisab yang digunakan oleh LFNU menyatakan hilâl bisa me nun jukkan bahwa ghurûb as-syams sekitar pada dilihat sekitar selama 4 menit, jika pukul 17:26 WIB pukul 17:24 WIB. Sangat disadari bahwa melakukan
35 Ahmad, wawancara, 22 September 2007. 36 Shofiyullah, wawancara, 4 Oktober 2007.
38 Laporan Lajnah Falakiyah Kepada PBNU Tentang Penyelenggaraan 37 Pada pembahasan selanjutnya disingkat menjadi LF JATIM
Rukyat Untuk Idul Fitri 1427 H., Op. Cit., 11.
154 ~ Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah , Volume 2, Nomor 2, Desember 2011, hlm 145-159 rukyat bukan suatu pekerjaan yang mudah. Akan tetapi
nilai lebih di masyarakat. Mereka menganggap bahwa sangat lah disayangkan jika seorang yang melakukan
apapun yang dilakukan oleh tokoh masyarakat adalah rukyat tanpa mempertimbangkan hasil hisab sebagai
benar dan harus dilaksanakan. Sehingga berawal dari pem bantu dalam melaksanakan rukyat. Padahal jika
rasa kepercayaan yang tinggi menimbulkan rasa ke- ber dasarkan tingkat keilmuan yang mereka miliki,
pa tuhan terhadap tokoh masyarakat tersebut. Ada- kecil kemungkinan terjadi kesalahan dalam prktek
nya rasa solidaritas sosial sangat kuat antara sesama rukyat dan tentu mereka akan mempertimbangkan hal
golongan nahdliyyin yang didasarkan pada perasaan ter sebut untuk validitas hasilnya.
moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang di perkuat oleh pengalaman emosional bersama juga
Dampak Sosiologis Masyarakat Nahdliyyin Keca-
ter lihat disini.
matan Banyuwangi Terkait dengan Per be da an
Selain mereka ber- taqlid kepada tokoh ma sya-
Pe nentuan Awal Bulan Syawal 1427 H
rakat setempat, mereka juga menggunakan langgar Melihat beberapa alasan tentang penyebab per-
se tem pat sebagai patokan untuk mereka dalam me lak- bedaan penentuan awal bulan Syawal 1427 H maka
sanakan hari raya. Jika langgar/musholla dan warga ber dasarkan data-data yang ditemukan, terdapat
se kitar melaksanakan hari raya pada hari Senin, maka banyak perbedaan dampak yang mereka rasakan. Hal
mereka langsung mengikutinya. Bila langgar/musholla ini karena adanya pengelompokan sosial di kalangan
dan warga sekitar melaksanakan hari raya pada hari ma sya rakat nahdliyyin Kecamatan Banyuwangi secara
Selasa, maka mereka pun langsung mengikutinya. tidak langsung. Peneliti mengklasifikasikan men-
Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan agama jadi dua golongan berdasarkan pengetahuan mereka
me reka serta ilmu mengenai sistem penentuan awal ter kait penyebab perbedaan penentuan awal Syawal
Syawal. Bapak Sapuan sebagai salah satu masyarakat 1427 H yang menimbulkan beberapa dampak berbeda
nahdliyyin yang tidak masuk dalam struktur ke- yang mereka rasakan. Yaitu antara kelompok awam
pengurusan organisasi keagamaan NU yang ketika (kelompok masyarakat nahdliyyin) dan kelompok elit
di tanya alasan mengikuti hari raya Selasa, beliau agama 39 (tokoh masyarakat dan pengurus organisasi
men jawab: “kulo pokoke nderek sareng-sareng tiang- ke agamaan NU).
tiang mriki pun teng Langgar”. 41 (saya pokoknya ikut Mayoritas kelompok masyarakat nahdliyyin
bersama-sama dengan orang-orang disini di Musholla). yang tidak masuk dalam struktur kepengurusan or ga-
Hal ini senada yang diungkapkan oleh bapak Wiyono: nisasi keagamaan NU hanya mampu mengikuti tokoh
“aku ambe’ wong-wong kene melok Langgar ae”. 42 ma sya rakat nahdliyyin dan langgar/musholla setempat
(saya dan orang-orang disini ikut Mushola aja). Begitu tanpa mengetahui dasar yang digunakan ( taqlid).
juga dengan ibu Masidah yang me nyatakan: “waktu Mereka menjadikan salah satu tokoh masyarakat se-
itu saya ikut langgar sini”. 43
tempat sebagai patokan mereka dalam melaksanakan Menurut Robert Bierstedt, kelompok jenis per- hari raya. Apa yang menjadi keputusan dan ketetapan
tama ini dinamakan kelompok kemasyarakatan yang tokoh masyarakat tersebut, maka mereka langsung
merupakan kelompok yang hanya memenuhi satu mengikutinya tanpa mempertimbangkan validitas
persyaratan, yaitu kesadaran akan persamaan di an- hasilnya. Seperti ibu Aminah yang mengatakan:
tara mereka. 44 Adanya beberapa jawaban di atas me- “Saya kan ngga’ ngerti dengan begituan
nun jukkan bahwa mereka termasuk dalam anggota (rukyat-hisab), jadi ya saya pokoknya
tipe masyarakat yang bersama-sama mempunyai ke- meng ikuti apa kata pak kyai. Pak kyai
sa daran menganut agama yang sama, oleh karena itu ngomong senin, ya saya ikut senin, pak
ke anggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kyai ngomong selasa, ya saya ikut selasa.
ke lompok keagamaan adalah sama. Masyarakat ini Rata-rata orang-orang disini juga ikut
ber pendapat bahwa agama memasukkan pengaruhnya pak kyai”. 40 yang sakral ke dalam sistem nilai masyarakat secara mutlak, hal ini terlihat dari kekuatan pengaruh
Dari sini terlihat bahwa adanya rasa kepercayaan Musholla/Langgar yang besar bagi keyakinan yang sangat tinggi terhadap seseorang yang mempunyai mereka. Sehingga dari sini terlihat bahwa bagi ke-
39 Elit adalah orang-orang terbaik atau golongan orang yang terpilih atau
41 Sapuan, wawancara, 22 Agustus 2007.
terpelajar atau terpandang dalam masyarakat. Dalam penelitian ini yang
42 Wiyono, wawancara, 20 agustus 2007.
tertulis adalah di kalangan elite agama, maka yang dimaksud adalah
43 Masidah, wawancara, 19 agustus 2007.
golongan terpelajar dalam bidang agama di suatu masyarakat. 44 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit 40 Aminah, wawancara, 25 Agustus 2007.