49
49
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang mempunyai peranan sangat penting yaitu dapat meningkatkan devisa negara.
Pariwisata juga merupakan ajang ekspo bagi budaya yang sangat bermanfaat baik bagi intern bangsa Indonesia maupun ekstern untuk menjalin kerja sama dengan
bangsa lain. Indonesia yang kaya akan budaya dan daerah wisata harus mampu untuk mengembangkannya, sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara
disamping dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pariwisata sebagai suatu kegiatan usaha membutuhkan banyak hal yang
saling mengkait utamanya peran masyarakat baik “masyarakat” pengambil kebijakan, masyarakat akademisi, maupun masyarakat yang lain.
Minat wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk mengunjungi daerah wisata sangat dipengaruhi oleh keadaan
politik, keamanan, sosial dan budaya. Adanya gangguan dan situasi yang tidak menentu menyebabkan minat wisatawan untuk berkunjung menurun.
Di pertengahan tahun 2006, merupakan masa transisi bagi pemulihan recovery pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan destinasi
unggulan utama Indonesia setelah Bali. Berbagai musibah yang melanda Yogyakarta tentang isu tsunami dan yang lebih parah lagi setelah terjadinya
gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter, 27 Mei 2006 yang mengguncang Jawa
50
50 Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah pada bangunan-bangunan yang berada di sebagian besar Daerah Istimewa Yogyakarta http:wwwsuarakorbanbencana.org.
Sektor pariwisata menjadi unggulan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karena itu banyak masyarakat yang menggantungkan
kehidupannya dalam sektor pariwisata, mulai usaha akomodasi, rumah makan, transportasi, pemandu wisata dan kerajinan tangan. Maka, untuk mengembalikan
roda perekonomian dan pemberdayaan masyarakat lokal pasca gempa 27 Mei 2006 lalu, sektor pariwisata Yogyakarta harus segera bangkit.
Dampak gempa juga sangat mempengaruhi kehadiran wisatawan mancanegara yang membatalkan kunjungannya ke Yogyakarta seperti dari
Jepang, Belanda, Prancis, Korea, dan lain-lain. Tetapi sesungguhnya ketakutan itu bukan hanya karena gempa saja. Isu teror, flu burung yang telah marak sebelum
bencana gempa dan erupsi merapi, telah menyurutkan kedatangan wisatawan ke Indonesia. Namun, Jogja sebagai salah satu destinasi utama pariwisata di
Indonesia selama ini sudah memiliki kemampuan untuk bertahan karena memiliki potensi Sumber Daya Manusia SDM, keindahan alam dan seni budaya.
Kunjungan langsung wisatawan ke tempat wisata Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006 merupakan tahun yang sulit bagi perkembangan wisata
Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu kerusakan yang amat parah yaitu struktur Candi Prambanan bergeser dan sejumlah batu runtuh yang mengakibatkan jumlah
kunjungan langsung wisatawan ke Candi Prambanan mengalami penurunan. Pemerintah dan pelaku pariwisata di Yogyakarta sangat berharap kunjungan
51
51 langsung wisatawan khususnya untuk berkunjung ke Candi Prambanan dapat
meningkat lebih besar. Namun berbagai upaya serta usaha promosi yang dilakukan pemerintah
dan pelaku pariwisata untuk menarik kembali minat wisatawan agar berkunjung ke Taman Wisata Candi Prambanan diharapkan dapat membuahkan hasil yang
cukup baik. Tanda-tanda ke arah pemulihan sudah mulai nampak, setidaknya dari peningkatan arus kunjungan langsung wisatawan baik wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara ke Taman Wisata Candi Prambanan yang mulai berangsur-angsur membaik.
Untuk merebut kembali pangsa pasar yang sudah beralih tidaklah mudah karena memerlukan suatu perencanaan yang serius, sehingga diperlukan adanya
usaha-usaha dan promosi yang tepat. Tujuan dari pemulihan kegiatan wisata pasca gempa yakni untuk mengangkat kembali potensi-potensi wisata dalam
membangun image bahwa pariwisata di Yogyakarta dan sekitarnya masih tetap exist.
Program pemulihan pariwisata pasca gempa harus segera diwujudkan karena sektor pariwisata mempunyai kontribusi yang tidak kecil terhadap kondisi
perekonomian yang selanjutnya akan mendukung pemulihan-pemulihan yang lain pasca gempa. Namun demikian tindakan pemulihan yang sifatnya hanya fisik
tidak akan berguna tanpa sarana-sarana dan strategi pemasaran yang baik, benar, dan tepat untuk meraih kembali pasar yang hilang.
Dalam perencanaannya dapat melihat data-data periode sebelumnya atau data masa lalu, disamping harus memiliki kemampuan untuk melihat situasi atau
52
52 keadaan yang dapat menyebabkan penurunan jumlah pengunjung dan usaha untuk
meningkatkan kembali ke arah pemulihan yang lebih baik.
B. Perumusan Masalah