Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah Konservasi

 
 

DINAMIKA GULMA LAHAN PERTANIAN
PADA SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI

GATRA SATRIA PUTRA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

 

 
 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Gulma

Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah Konservasi adalah benar karya saya
dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber Informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013

Gatra Satria Putra
A24070054

 

ABSTRAK
GATRA SATRIA PUTRA. Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah
Tanah Konservasi. Dibimbing oleh DWI GUNTORO dan AHMAD JUNAEDI.
Penelitian dinamika gulma pada sistem olah tanah konservasi telah
dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor pada

bulan Agustus hingga September 2011. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh kombinasi herbisida glifosat dan dekomposer terhadap
gulma dan dinamika gulma pada sistem olah tanah konservasi. Penelitian
menggunakan rancangan acak kelompok dengan 9 perlakuan : glifosat 5.0 l/ha +
dekomposer 5.5 l/ha (P1), glifosat 5.0 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha (P2), glifosat 5.0
l/ha + dekomposer 0.0 l/ha (P3), glifosat 4.0 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha (P4),
glifosat 4.0 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha (P5), glifosat 4.0 l/ha + dekomposer 0.0
l/ha (P6), glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha (P7), glifosat 3.0 l/ha +
dekomposer 4.4 l/ha (P8), dan glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa gulma dominan yaitu spesies Paspalum
conjugatum (NJD 51.46 %), Mimosa pudica (NJD 15.75 %), dan Borerria alata
(NJD 9.03 %). Perlakuan herbisida glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha efektif
mengendalikan gulma dominan. Penambahan dekomposer tidak menunjukkan
peningkatan hasil pengendalian.
Gulma Paspalum conjugatum menurun
dominansinya pada akhir pengamatan.
Kata kunci : dekomposer, dinamika gulma, glifosat, olah tanah koservasi.

ABSTRACT
GATRA SATRIA PUTRA. Weed Dinamics on Land Preparation With

Conservation Tillage System. Supervised by DWI GUNTORO and AHMAD
JUNAEDI.
Research of weed dynamics on land preparation with conservation tillage
system has been conducted at experimental farm of Institut Pertanian Bogor,
Dramaga, Bogor, from August until September 2011. The research objective was
to study the effect of glyphosate herbicide and decomposer combination on weed
control in conservation tillage. The research used Completely Randomized Block
Design with nine treatments i.e. glyphosate 5.0 l/ha + decomposer 5.5 l/ha (P1),
glyphosate 5.0 l/ha + decomposer 4.4 l/ha (P2), glyphosate 5.0 l/ha + decomposer
0.0 l/ha (P3), glyphosate 4.0 l/ha + decomposer 5.5 l/ha (P4), glyphosate 4.0 l/ha +
decomposer 4.4 l/ha (P5), glyphosate 4.0 l/ha + decomposer 0.0 l/ha (P6),
glyphosate 3.0 l/ha + decomposer 5.5 l/ha (P7), glyphosate 3.0 l/ha + decomposer
4.4 l/ha (P8), dan glyphosate 3.0 l/ha + decomposer 0.0 l/ha. The result showed
that weed dominant were Paspalum conjugatum (51.46 %), Mimosa pudica (15.75
%), dan Borerria alata (9.03 %). Application glyphosate 3.0 l/ha + decomposer
0.0 l/ha could reduce weed dry weight biomass.
Key words: decomposer, weed dinamic, glyphosate, conservation tillage

 


© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
atau penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB


 

 

DINAMIKA GULMA LAHAN PERTANIAN
PADA SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI

GATRA SATRIA PUTRA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


 

 

Judul Skripsi : Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah
Konservasi
Nama
: Gatra Satria Putra

NIM
: A24070054

Disetujui Oleh

Dr Dwi Guntoro, SP.,MSi
Pembimbing I

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
Pembimbing II

Diketahui Oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr
Ketua Departemen

Tanggal lulus :


 


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan, rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah
Konservasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dwi Guntoro dan Bapak
Ahmad Junaedi selaku pembimbing, serta Ibu Sandra Arifin Aziz sebagai dosen
pembimbing akademik. Di samping itu, ungkapan terima kasih tak lupa penulis
ucapkan kepada alm. Bapak Is Hidayat Utomo selaku pembimbing awal dan
bimbingannya pada waktu penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Suwarto selaku dosen penguji. Tak lupa ungkapan terima kasih
kepada Ayah, Ibu, Adik, Kakak, Angela dan teman-teman AGH 44, serta keluarga
dan sahabat semasa kuliah, atas doa, nasihat dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013

Gatra Satria Putra


 

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Hipotesis

2

BAHAN DAN METODE

2

Tempat dan Waktu

2


Bahan dan alat

2

Metode Penelitian

2

Pelaksanaan Penelitian

3

Pengamatan

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4


Kondisi Umum

4

Koefisien Komunitas

5

Gulma Dominan

5

Persentase Penutupan Gulma

6

Bobot Kering Biomass Gulma Total

7

Bobot Kering Gulma Dominan

8

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

16


 

DAFTAR TABEL

1. Koefisien komunitas gulma sebelum perlakuan

5

2. Bobot kering gulma total pada berbagai perlakuan

7

3. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies
Paspalum conjugatum

8

4. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies
Mimosa pudica

9

5. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies
Borerria alata

10

6. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies
10

Axonopus compressus
7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies

11

Paspalum comersonii
8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies

12

Ottochloa nodosa

DAFTAR GAMBAR

1. a) Petak percobaan sebelum perlakuan, b) Petak percobaan setelah perlakuan 4
2. Nisbah jumlah dominansi sebelum dan setelah perlakuan

5

3. Pengaruh perlakuan terhadap persentase penutupan gulma

6

DAFTAR LAMPIRAN

1. Contoh denah pengambilan gulma pada setiap minggu

15

2. a) Petak percobaan sebelum perlakuan, b) Petak percobaan
setelah perlakuan

15

3. Petak contoh (0.5 m2)

15

4. Gulma Paspalum conjugatum tidak mati setelah perlakuan

16


 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Olah tanah konservasi merupakan suatu teknik budidaya konvensional
ditiadakan atau dikurangi. Sistem tersebut dikenal dengan istilah budidaya olah
tanah minimum dan tanpa olah tanah. Budidaya tanpa olah tanah pada
pengendalian gulma dapat menggunakan herbisida. Olah tanah konservasi
memanfaatkan hasil pelapukan gulma sebagai bahan organik. Tjitrosemito et al.
(1987) menyatakan bahwa prinsip olah tanah konservasi adalah menjaga serasah
(tanaman maupun gulma) tetap di lapangan dan memanfaatkannya untuk
melindungi tanah dari erosi serta menjaga kelembaban tanah.
Dalam usaha mempertahankan dan menaikkan produksi tanaman pertanian,
banyak dijumpai bermacam-macam masalah yang menentukan keberhasilan
produksi tanaman tersebut. Salah satu masalah yang perlu diperhatikan adalah
keberadaan gulma yang mengganggu tanaman utama dalam masa pertumbuhan
dan perkembangannya. Masalah gulma pada umumnya, lebih dirasakan pada saat
pengolahan tanah, karena ada keterkaitannya dengan faktor sumber daya manusia
yaitu tenaga kerja dan biaya (Sukman dan Yakup, 2002).
Salah satu dalam mengendalikan gulma pada saat pengolahan tanah dengan
menggunakan herbisida yang bersifat sistemik, karena dapat mematikan gulma
berbahaya hingga ke akar rimpangnya dalam tanah, terutama alang-alang
(Koswara, 2005). Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat menghentikan
pertumbuhan gulma sementara atau seterusnya bila digunakan pada ukuran tepat,
karena bahan kimia suatu herbisida menentukan kegunaan herbisida tersebut
(Nufus, 2007).
Proses pembentukan bahan organik dibutuhkan dekomposer yang berfungsi
meningkatkan mikroorganisme dalam tanah. Unsur anorganik baik makro maupun
mikro hasil penguraian bahan organik oleh mikroorganisme akan mudah diserap
oleh perakaran tanaman. Penggunaan mikroorganisme tanah yang dilakukan
dengan memanfaatkan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan
bagi pertumbuhan tanaman ini dikenal dengan Effective mikroorganisme 4 (EM4).
Perpaduan antara pengendalian kimia (herbisida) dengan dekomposer sangat
cocok dilakukan di Negara berkembang (Moenandir, 1990). Perpaduan ini
menggunakan EM4 dan herbisida glifosat. Kombinasi tersebut mengacu pada nilai
konservasi dan pemanfaatan gulma sebagai penghasil bahan organik. Hal ini akan
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan gulma pada persiapan lahan.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan kombinasi herbisida
glifosat dan dekomposer untuk mengendalikan gulma dan dinamika gulma pada
lahan pertanian sistem olah tanah konservasi.


 

Hipotesis

1. Perbedaan dosis herbisida glifosat berpengaruh terhadap keefektivan
penekanan bobot kering biomass gulma dan persentase penutupan gulma.
2. Penambahan dekomposer berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian
gulma.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Tempat penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut
Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor, dengan ketinggian tempat sekitar 300 m dpl.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2011.
Bahan dan Alat
Bahan herbisida yang digunakan adalah herbisida glifosat dengan formulasi
Round Up 486 SL. Bahan dekomposer yang digunakan yaitu EM4. Alat-alat yang
digunakan adalah knapsack sprayer Solo, nozle biru, oven, hand sprayer,
timbangan dan kuadran.

Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan ukuran petak penelitian 3 m x 3 m. Terdapat satu faktor yaitu
kombinasi glifosat dengan EM4. Kombinasi faktor tersebut terdapat 9 perlakuan
dengan 3 ulangan, yaitu :
P1
= Glifosat 5.0 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
P2
= Glifosat 5.0 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
P3
= Glifosat 5.0 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha
P4
= Glifosat 4.0 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
P5
= Glifosat 4.0 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
P6
= Glifosat 4.0 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha
P7
= Glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
P8
= Glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
P9
= Glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha
Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis ragam dan apabila
hasil analisis ragam berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan BNJ pada
taraf α 5 %.


 

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan pembuatan petakan berukuran 3 m x 3 m
(luas 9 m2). Jarak antar petak 40 cm dan jarak antar kelompok sekitar 50 cm.
Identifikasi gulma
Identifikasi vegetasi gulma pada awal percobaan dilakukan dengan
menggunakan metode kuadrat. Pengambilan contoh gulma pada setiap petak
perlakuan dilakukan dengan menggunakan kuadran berukuran 0.5 m x 0.5 m
dengan metode purposive sampling (Lampiran 1).
Aplikasi herbisida glifosat
Aplikasi herbisida glifosat dilakukan sebelum aplikasi dekomposer.
Aplikasi herbisida herbisida dilakukan menggunakan sprayer punggung Solo
dengan nozzle biru pada volume semprot 400 l/ha. Aplikasi dilakukan pada saat
kondisi cerah dan tidak ada hujan selama lebih dari 5 jam setelah aplikasi
herbisida.
Aplikasi dekomposer
Dekomposer EM4 diaplikasikan di atas permukaan gulma secara merata
dengan menggunakan sprayer tangan pada saat 2 minggu setelah aplikasi (MSA)
herbisida. Aplikasi dekomposer EM4 dilakukan dengan dosis sesuai perlakuan
pada volume semprot 400 l/ha.
Pengamatan

1.

Peubah yang diamati antara lain :
Nilai koefisien komunitas
Nilai koefisien komunitas gulma dibandingkan antar petak perlakuan
berdasarkan data contoh gulma yang diambil dengan metode kuadrat. Nilai
koefisien komunitas dihitung dengan menggunakan rumus :

C=
C
w
a
b

2.

2 w x 100 %
a+b
: Nilai koefisien komunitas
: Jumlah dari dua kuantitas gulma terendah pada tiap komunitas
: Jumlah seluruh kuantitas gulma pada komunitas pertama
: Jumlah seluruh kuantitas gulma pada komunitas kedua

Nisbah jumlah dominansi (NJD)
NJD sebelum dan sesudah perlakuan dihitung berdasarkan contoh gulma yang
diambil dari setiap petak percobaan. Pengambilan contoh gulma dilakukan
dengan metode purposive sampling (Lampiran 1). NJD merupakan nilai ratarata dari frekuensi nisbi, kerapatan nisbi, dan bobot kering biomassa nisbi per
spesies.


 

3.

Persentase penutupan gulma (PPG)
PPG dihitung dari luasan gulma yang masih hidup dalam kuadran 0.5 mx 0.5
m dibagi dengan luas kuadrat contoh.

4.

Bobot kering biomassa gulma total dan gulma per spesies
Gulma yang masih hidup pada kuadrat contoh dipotong tepat permukaan
tanah, selanjutnya dikeringkan pada oven dengan suhu 105 ºC selama 24 jam,
kemudian ditimbang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Lahan percobaan yang digunakan sebelumnya merupakan rotasi tanaman
pangan. Gulma yang tumbuh merupakan gulma semusim (annual). Petak
percobaan ditumbuhi oleh gulma dengan penutupan lebih dari 70 % (Gambar 1a)
dengan nilai koefisien komunitas di atas 70 %. Gulma mengalami degradasi
setelah aplikasi herbisida (Gambar 1b). Setelah aplikasi tidak terjadi hujan hingga
pengamatan 5 HSA (hari setelah aplikasi). Kondisi tersebut sangat mendukung
kerja herbisida glifosat yang bersifat sistemik, sehingga herbisida dapat
ditranslokasikan ke seluruh bagian tubuh gulma dengan sempurna. Menurut
Asthon dan Monaco (1991) herbisida glifosat memiliki rainfastness sekitar 5 hari
(120 jam) setelah aplikasi.

a)

b)

Gambar 1. a) Petak percobaan sebelum perlakuan
b) Petak pecobaan setelah perlakuan
Terdapat perubahan yang terjadi akibat aplikasi glifosat pada bagian gulma
(Gambar 1b). Kondisi tajuk gulma yang mengalami keracunan yakni adanya
klorosis pada tajuk, dan nekrosis. Klorosis dan nekrosis tersebut dapat
menurunkan berat kering tajuk gulma. Perubahan terjadi pada bagian gulma yang
mengalami kekurangan hara pada suatu bagian tanaman (Soerjani, 1978;
Tjitrosemito et al., 1987). Proses tersebut berpengaruh terhadap proses fisiologi
gulma yakni fotosintesis dan respirasi (Asthon dan Monaco, 1991).


 

Koefisien Komunitas
Koefisien komunitas atau indeks kesamaan digunakan untuk
membandingkan komunitas vegetasi dari petak percobaan yang berbeda. Data
tersebut menentukan tingkat homogenitas petak percobaan. Hasil pengamatan
nilai koefisien komunitas petak perlakuan memiliki tingkat kehomogenan tinggi
(Tabel 1). Data pengamatan menunjukkan bahwa nilai koefisien komunitas gulma
yang terendah yakni 77.6 % dan nilai paling tinggi yaitu 99.2 %. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa petak percobaan memiliki tingkat homogenitas yang tinggi.
Nilai koefisien komunitas diatas 70 % menunjukkan tingkat komunitas gulma
dalam petak percobaan homogen (Tjitrosemito et al., 1987).
Tabel 1. Koefisien komunitas gulma sebelum perlakuan
Perlakuan

1

2

3

4

Petak Perlakuan
5
6

7

8

9

91.1
91.1
90.5
96.1
92.6
90.5

91.6
91.6
92.6
91.1
91.8
92.6
87.4

94.3
94.3
77.6
91.6
87.8
77.6
96.1
80.4

Koefisien Komunitas (%)
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9

90.5

98.0
99.2

77.6
77.6
96.1

87.4
87.4
94.3
87.4

96.1
96.1
96.1
96.1
96.1

Gulma Dominan
Berdasarkan data identifikasi gulma sebelum aplikasi perlakuan
didapatkan beberapa gulma dominan pada lahan percobaan. Gulma dominan pada
lahan percobaan dapat dilihat dari persentase nisbah jumlah dominansi (NJD).

Gambar 2. Nisbah jumlah dominansi gulma sebelum dan setelah
perlakuan


 

Hasil perhitungan NJD (Gambar 2) terlihat bahwa gulma dominan di lahan
percobaan yakni Paspalum conjugatum (NJD 51.46 %), Mimosa pudica (NJD
15.75 %), Borreria alata (NJD 9.03 %), Axonopus compressus (NJD 6.69 %),
Paspalum comersonii (NJD 6.11 %), Ottochloa nodosa (NJD 5.73 %), Imperata
cylindrica (NJD 1.06 %), dan Pennisetum polystachion (NJD 1.35 %).
Berdasarkan nilai NJD, gulma spesies Paspalum conjugatum merupakan gulma
yang paling dominan sebelum perlakuan percobaan, yakni sebesar 51.5 %
(Lampiran 4).
Nilai NJD setelah aplikasi mengalami penurunan. Gulma spesies Paspalum
conjugatum yang dikenal sebagai rumput pahit ini tetap memiliki nilai NJD
tertinggi pada 6 MSA yakni sebesar 2.32 %. Cara hidup gulma ini yang
mempengaruhi tingkat pertumbuhan kembali. Periodisitas (masa hidup) gulma
rumput Paspalum conjugatum dapat mencapai 3 tahun (Sukman dan Yakup,
2002).
Persentase Penutupan Gulma (PPG)
Persentase penutupan gulma (PPG) dilihat dari persentase gulma yang
masih hidup dalam petak percobaan setelah aplikasi herbisida. Persentase
penutupan gulma sebelum aplikasi herbisida dan dekomposer mencapai
penutupan 95 % (Gambar 3).

Gambar 3. Pengaruh perlakuan terhadap persentase penutupan gulma
Aplikasi herbisida glifosat berpengaruh terhadap persentase penutupan
gulma setelah aplikasi. Aplikasi herbisida glifosat dosis 3.0 l/ha dapat
menurunkan persentase penutupan gulma hingga dibawah 10% (Lampiran 2).
Menurut Koswara (2005) gulma mengalami kerusakan biologi dan kimia akibat
aplikasi herbisida dapat mengalami nekrosis dan klorosis seperti kekurangan hara
dan mineral sehingga gulma mati dan persentase penutupan gulma menurun.


 

Penambahan dekomposer EM4 setelah aplikasi herbisida glifosat tidak
menunjukkan penurunan persentase penutupan gulma yang nyata (Gambar 3).
Hal tersebut diduga disebabkan oleh cara kerja dekomposer EM4 yang bekerja
mendekomposisi bahan organik sehingga tidak terlihat pengaruhnya dalam
meningkatkan hasil pengendalian. Dekomposisi oleh mikroorganisme tanah dapat
terlihat setelah 2-3 minggu setelah aplikasi EM4 (Sumiyatun, 1998).
Persentase penutupan gulma pada semua perlakuan mengalami peningkatan
pada minggu-minggu berikutnya sampai pengamatan 5 MSA. Peningkatan
persentase penutupan gulma ini dipengaruhi oleh pertumbuhan kembali beberapa
spesies gulma. Gulma spesies Paspalum comersonii, Paspalum conjugatum dan
Mimosa pudica mengalami pertumbuhan kembali (regrowth). Peningkatan
persentase penutupan gulma setelah aplikasi juga disebabkan oleh adanya
pertumbuhan gulma baru di petak percobaan (new growth).

Bobot Kering Biomass Gulma Total
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi kombinas herbisida
glifosat dan dekomposer berpengaruh terhadap bobot kering biomassa gulma
total. Gulma total tertekan setelah aplikasi herbisida glifosat. Aplikasi herbisida
glifosat dosis 3.0 l/ha tanpa dekomposer dapat menurunkan bobot kering gulma
total yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada saat
pengamatan 2 MSA. Hasil ini juga terlihat konsisten sampai dengan pengamatan
(Tabel 2).
Tabel 2. Bobot kering gulma total pada berbagai perlakuan
Bobot Kering Biomass Gulma Totala
Perlakuan
2 MSA 3 MSA
4 MSA 5 MSA
----------------- g/0.25 m2----------------Glifosat 5 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha 14.43 a 1.83 bc 0.23 ab 0.06 b
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha 12.37 a 1.57 bc 0.20 ab 0.06 b
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha 15.36 a 3.18 a
0.70 a
0.26 a
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha 12.39 a 1.57 bc 0.20 ab 0.06 b
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha 12.47 a 1.57 bc 0.20 ab 0.05 b
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha 12.11 a 2.48 abc 0.54 ab 0.18 ab
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha 12.11 a 1.53 c
0.19 ab 0.05 b
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha 12.50 a 1.58 bc 0.20 ab 0.05 b
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha 14.01 a 2.85 ab 0.62 a
0.21 ab
a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji BNJ taraf 5 %.

Data bobot kering gulma total pada setiap perlakuan menunjukkan
penurunan bobot kering hingga 5 MSA (Tabel 2). Penurunan diakibatkan oleh
aplikasi herbisida glifosat yang bersifat sistemik yang menyerang pada titik peka
gulma. Titik peka gulma merupakan bagian tumbuhan yang menjadi pusat
aktifitas biologi dan kimia. Aktifitas biologi dan kimia yang terganggu
menyebabkan kerusakan pada bagian tumbuhan seperti tajuk. Tajuk merupakan
tempat untuk melakukan aktifitas fotosintesis.


 

Bobot Kering Gulma Dominan
Bobot kering spesies Paspalum conjugatum
Gulma spesies P.
conjugatum termasuk gulma rumput dan hidup
berkelompok (Nasution, 1981). Jumlah individu dan hidup berkelompok
mempengaruhi tingkat dominasi dan bobot kering biomass gulma. Gulma
tersebut memiliki tingkat dominasi paling tinggi yakni 51,5 % (Gambar 2).
Bobot kering gulma spesies P. conjugatum setelah perlakuan mengalami
penurunan menjadi 9.21 g/0.25 m2 pada 2 MSA. Perlakuan herbisida glifosat
dosis 3 l/ha dapat menekan pertumbuhan gulma spesies P. conjugatum.
Perlakuan glifosat 3 l/ha + EM4 4.4 l/ha menunjukkan tidak berbeda nyata hingga
pengamatan 5 MSA (Tabel 3). Gulma P. conjugatum merupakan gulma golongan
rumput yang lunak, sehingga dengan dosis glifosat 3 l/ha sudah terkendalikan
dengan baik. Koswara (2005) menyatakan bahwa perlakuan dosis rendah dan
aplikasi herbisida dengan tepat, dapat mengendalikan gulma semusim yaitu alangalang.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomas gulma spesies
Paspalum conjugatum
Bobot Kering Spesies P. conjugatuma
2 MSA 3 MSA 4 MSA 5 MSA
------------------ g/0.25 m2-----------------Glifosat 5 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
12.69 a 7.56 ab
6.07 ab 5.84 ab
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
10.76 bc 9.69 a
9.48 a
9.51 a
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha
10.83 bc 8.27 ab
8.10 ab 7.95 ab
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
10.45 bc 8.18 ab
7.86 ab 7.89 ab
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
9.90 bc 8.38 ab
8.44 ab 8.31 ab
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha
9.74 bc 7.79 ab
7.32 ab 7.35 ab
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
9.54 bc 7.87 ab
7.75 ab 8.13 ab
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
9.21 c 5.62 b
5.37 b
5.29 b
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha
10.58 bc 9.16 ab
9.15 a
8.88 ab
Perlakuan

a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji BNJ taraf 5 %.

Penambahan EM4 tidak berpengaruh tehadap penurunan bobot kering
gulma. Penurunan bobot kering hanya disebabkan oleh aplikasi herbisida.
Penurunan bobot kering setiap pengamatan yang dilakukan diakibatkan oleh
aktifitas biologi dan kimia gulma yang terhambat dan mengalami kematian.
Perlakuan glifosat 4 l/ha dengan EM4 terjadi peningkatan bobot kering pada 5
MSA. Peningkatan bobot kering gulma tersebut diakibatkan oleh adanya
pertumbuhan kembali (regrowth) gulma P. conjugatum.
Bobot kering spesies Mimosa pudica
Gulma M. pudica (putri malu) termasuk dalam golongan gulma berdaun
lebar dan berbatang lunak. Gulma ini mampu hidup di lingkungan kering dan
terbuka. Karakter botani M. pudica adalah batang berkayu yang sulit dikendalikan


 

(Asthon and Monaco, 1991). Gulma tersebut hidup berkelompok dan memiliki
tingkat produktivitas tinggi. Karakteristik gulma berkayu memiliki bobot kering
gulma perspesies lebih tinggi.
Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Mimosa
pudica
Perlakuan
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 0 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 0 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 0 l/ha
a

Bobot Kering Spesies M. pudicaa
2 MSA 3 MSA 4 MSA
5 MSA
2
---------------- g/0.25 m -----------------0.72 a
0.06 b
0.76 a
0.70 a
0.90 a 0.25 ab
0.24 a
0.23 a
1.33 a 0.31 ab
0.30 a
0.25 a
1.19 a
0.69 a
0.68 a
0.59 a
1.25 a 0.34 ab
0.38 a
0.36 a
1.33 a 0.38 ab
0.35 a
0.28 a
0.64 a 0.51 ab
0.51 a
0.48 a
1.04 a 0.52 ab
0.75 a
0.55 a
1.19 a 0.48 ab
0.25 a
0.23 a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji BNJ taraf 5 %.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi herbisida glifosat
dosis 3 l/ha sudah dapat mengendalikan gulma M. pudica. Peningkatan dosis
glifosat menunjukkan hasil pengendalian yang tidak berbeda nyata. Pemberian
dekomposer setelah aplikasi herbisida glifosat tidak menunjukkan peningkatan
hasil pengendalian yang ditunjukkan dengan bobot kering biomass yang tida
berbeda nyata antar perlakuan (Tabel 4).
Bobot kering spesies Borreria alata
Gulma spesies B. alata termasuk dalam gulma berdaun lebar. Gulma
berdaun lebar pada umumnya tumbuh di daerah lahan tertutup dan memiliki
jumlah individu yang sedikit dalam setiap populasi (Sukman dan Yakup, 2002).
Karakteristik gulma ini adalah memiliki batang lunak dan mampu tumbuh hingga
30 cm dari permukaan tanah.
Hasil percobaan didapatkan bahwa aplikasi herbisida dan dekomposer dapat
menekan pertumbuhan gulma B. alata mulai 2 MSA hingga 5 MSA (Tabel 5).
Pada akhir pengamatan terlihat bahwa aplikasi herbisida glifosat dosis 3 l/ha tanpa
dekomposer menunjukkan hasil pengendalian yang tidak berbeda nyata
dibandingkan terhadap perlakuan glifosat dosis 5 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Peningkatan dosis glifosat yang diberikan tidak mempengaruhi bobot kering yang
dihasilkan pada 3 MSA, 4 MSA dan 5 MSA. Efektivitas penurunan bobot kering
gulma merupakan keberhasilan aplikasi glifosat dengan benar (Suminah, 2003).

10 
 

Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Borreria alata
Perlakuan
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 0 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 0 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 0 l/ha
a

Bobot kering spesies B. alataa
2 MSA 3 MSA 4 MSA 5 MSA
-------------- g/0.25 m2---------------3.33 a 0.05 ab 0.04 cd
0.01 b
1.97 a 0.26 ab 0.25 bc
0.28 a
1.77 a 0.53 a
0.49 a
0.47 a
2.77 a 0.00 b
0.00 d
0.00 b
1.84 a 0.00 b
0.00 d
0.00 b
3.55 a 0.00 b
0.00 d
0.00 b
2.20 a 0.00 b
0.00 d
0.00 b
2.06 a 0.00 b
0.00 d
0.00 b
3.57 a 0.53 a
0.45 ab
0.44 a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji BNJ taraf 5 %.

Bobot kering spesies Axonopus compressus
Perlakuan aplikasi herbisida glifosat berpengaruh terhadap bobot kering
biomass gulma spesies A. compressus. Aplikasi herbisida glifosat dosis 3 l/ha
dapat mengendalikan gulma A. compressus mulai pengamatan 2 MSA hingga 5
MSA.
Penambahan dekomposer tidak menunjukkan peningkatan hasil
pengendalian. Demikian juga dengan peningkatan dosis herbisida glifosat, hasil
pengendalian menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 6). Hasil ini menunjukkan
bahwa dengan dosis rendah, gulma A. compressus sudah dapat terkendalikan
dengan baik tanpa harus dengan penambahan dekomposer. Dosis semakin tinggi
maka bobot kering yang dihasilkan lebih sedikit (Sidabutar, 2003).
Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Axonopus
compressus
Perlakuan
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 0 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 0 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 0 l/ha
a

Bobot Kering Spesies A. compressusa
2 MSA 3 MSA 4 MSA
5 MSA
2
---------------- g/0.5 m ---------------2.56 ab 1.00 ab 1.00 ab
1.00 ab
2.00 ab 0.00 b
0.00 b
0.00 b
1.03 b
0.00 b
0.00 b
0.00 b
1.94 ab 0.00 b
0.00 b
0.00 b
3.00 ab 0.00 b
0.00 b
0.00 b
1.50 ab 0.00 b
0.00 b
0.00 b
3.00 ab 0.00 b
0.00 b
0.00 b
1.61 ab 0.00 b
0.00 b
0.00 b
3.24 a
0.00 b
0.00 b
0.00 b

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji BNJ taraf 5 %.

11 
 

Bobot kering spesies Paspalum comersonii
Gulma spesies P. comersonii termasuk dalam gulma rumput yang hidup
berkelompok. Gulma tersebut rentan terhadap kekeringan dan herbisida baik
sistemik maupun kontak.
Karakteristik yang rentan terhadap herbisida
menyebabkan bobot kering gulma spesies P. comersonii mengalami penurunan
yang signifikan pada 2 MSA hingga 5 MSA. Aplikasi herbisida glifosat
berpengaruh terhadap penurunan bobot kering gulma. Penurunan disebabkan oleh
penurunan berat kering tajuk gulma tersebut. Peningkatan dosis menurunkan
persentase penutupan gulma dan berat kering akar maupun tajuk gulma
(Kusnanto, 1991).
Pada pengamatan 2 MSA, aplikasi herbisida glifosat mulai dosis 3 l/ha
sudah dapat mengendalikan gulma P. comersonii. Penigkatan dosis herbisida
yang lebih tinggi dari dosis 3 l/ha menunjukkan hasil pengendalian yang tidak
berbeda nyata dengan dosis 3 l/ha. Penambahan dekomposer EM4 tidak
menunjukkan peningkatan hasil pengendalian gulma P. comersonii (Tabel 7).
Tabel 7.

Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Paspalum
comersonii

Perlakuan
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha
a

Bobot Kering Spesies P. comersoniia
2 MSA 3 MSA
4 MSA 5 MSA
------------------ g/0.25 m2--------------0.03 ab 0.00 b 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 b 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 b 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 b 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 b 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 b 0.00 b
0.00 b
0.03 ab 0.00 b 0.00 b
0.00 b
0.26 a
0.06 b 0.01 ab
0.00 b
0.03 ab 0.01 ab 0.00 b
0.00 b

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji BNJ taraf 5 %.

Bobot kering spesies Ottochloa nodosa
Gulma spesies O. nodosa termasuk dalam golongan gulma rumput yang
rentan terhadap aplikasi herbisida. Gulma ini mempunyai identitas yakni hidup
berkelompok dalam populasi yang sedikit. Gulma tersebut dapat hidup di lahan
pertanian dan perkebunan. Setelah perlakuan terjadi penurunan bobot kering yang
dihasilkan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi glifosat dosis 3 l/ha
dapat menekan pertumbuhan dan bobot kering gulma spesies O. nodosa hingga
0.0 g/0.25 m2 pada 3 MSA. Peningkatan dosis aplikasi herbisida glifosat tidak
berpengaruh terhadap bobot kering biomass spesies O. nodosa. Penambahan
dekomposer EM4 tida nyata meningkatkan hasil pengendalian. Hasil ini

12 
 

menunjukkan bahwa aplikasi herbisida glifosat dengan dosis 3 l/ha tanpa
pemberian dekomposer EM4 sudah mampu mengendalikan gulma spesies O.
nodosa di lahan percobaan.
Pemberian dekomposer diharapkan dapat mempercepat dekomposisi rumput
yang telah mati akibat aplikasi herbisida. Rumput yang mati diharapkan
menambah bahan bahan organik ke dalam tanah yang sangat diperlukan untuk
kelangsungan hidup mikroorganisme di dalam tanah (Wirawan, 2005).
Tabel 8.

Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Ottochloa
nodosa

Bobot Kering Spesies O. nodosaa
2 MSA
3 MSA 4 MSA 5 MSA
-------------------- g/0.5 m2-----------------Glifosat 5 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 ab
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha 0.03 ab 0.00 b
0.00 b
0.00 ab
Glifosat 5 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 ab
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 ab
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 ab
Glifosat 4 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha 0.03 ab 0.04 ab 0.01 ab 0.00 ab
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha 0.00 b
0.00 b
0.00 b
0.00 ab
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha 0.26 ab 0.06 ab 0.01 ab 0.00 ab
Glifosat 3 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha 0.29 a
0.04 ab 0.00 b
0.00 ab
Perlakuan

a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji BNJ taraf 5 %.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Gulma dominan di lokasi percobaan berdasarkan nilai NJD adalah gulma
spesies Paspalum conjugatum, diikuti oleh gulma spesies Mimosa pudica dan
Borreria alata.
Aplikasi herbisida glifosat yang dikombinasikan dengan
dekomposer dapat mempengaruhi pertumbuhan gulma dominan dan dinamika
gulma dominan pada lahan pertanian pada sistem olah tanah konservasi. Aplikasi
herbisida dan dekomposer dapat mengubah dominansi gulma spesies Paspalum
conjugatum dan spesies gulma dominan lainnya yang dijumpai di lokasi
percobaan.
Aplikasi herbisida glifosat dosis 3.0 l/ha efektif mengendalikan gulma total
dan spesies gulma dominan serta menurunkan penutupan gulma di lokasi
percobaan. Persentase penutupan gulma setelah aplikasi semakin meningkat yang
disebabkan oleh pertumbuhan kembali (regrowth) gulma dominan maupun oleh
adanya pertumbuhan gulma baru (newgrowth).
Pemberian dekomposer pada lahan percobaan setelah aplikasi herbisida
tidak menyebabkan peningkatan hasil pengendalian oleh aplikasi herbisida

13 
 

glifosat. Pemberian dekomposer ini diharapkan dapat mempercepat laju
dekomposisi gulma yang mati akibat herbisida, namun pada penelitian ini laju
dekomposisi tidak teramati.
Persiapan lahan pada sistem olah tanah konservasi dapat dilakukan dengan
aplikasi herbisida glifosat dengan dosis rendah yaitu 3 l/ha. Penambahan
dekomposer tidak meningkatkan hasil pengendalian terhadap gulma sasaran.

Saran
Persiapan lahan pada sistem olah tanah konservasi dengan aplikasi herbisida
glifosat dapat dilakukan dengan menggunakan dosis aplikasi 3.0 l/ha. Perlu
penelitian lanjutan tentang pengaruh dekomposer terhadap laju dekomposisi
gulma yang mati akibat aplikasi herbisida glifosat dan perannya dalam
memberikan tambahan bahan organik ke dalam tanah pada sistem olah tanah
konservasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asthon, F. M. and T. J. Monaco. 1991. Weed Science : Principles and Practice.
Third edition. John Wiley and Sons, Inc. Canada. 466 p.
Djuarni, N. Kristian, Budi, S.S. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia.
Depok. 51 hal.
Gomez, KA., dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian (diterjemahkan dari Statistical Prosedures for Agricultural
Research, penerjemah : E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah). Universitas
Indonesia Press. Jakarta. 698 hal.
Koswara, E. 2005. Pengaruh penambahan pupuk nitrogen terhadap efektifitas dan
efisiensi herbisida glifosat untuk mengendalikan gulma alang-alang
(Imperata cylindrica (L.) Beauv.). Skripsi. Program Budidaya Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 39 hal.
Kusnanto, U. 1991. Pengendalian gulma secara manual dan kimiawi di
perkebunan kelapa sawit ; studi tentang efikasi, frekuensi aplikasi dan
analisis biaya. Buletin Perkebunan 22(3). Medan. Hal. 163-182.
Moenandir, J. 1990. Herbisida (Ilmu Gulma –Buku II). Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 143 hal.
Nasution, U. 1981. Inventarisasi Gulma di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan
Hubungannya dengan Pengelolaan Gulma. Konferensi ke-enam Himpunan
Ilmu Gulma Indonesia. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia Komisariat
Sumatera Utara. 193 – 210.
Nufus, S. Z. 2007. Respon beberapa gulma penting pada beberapa komoditi
perkebunan terhadap aplikasi glifosat 480 AS. Skripsi. Program studi
Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 hal.

14 
 

Sanusi, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta. 93
hal.
Sidabutar, L. P. 2003. Evaluasi beberapa herbisida untuk pengendalian gulma
pada piringan kelapa sawit muda. Prosiding. Konferensi Nasional XVI
Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). SEAMEO BIOTROP. Bogor.
Hal. 160-170.
Soerjani, M. 1978. Mencegah kehilangan produksi dengan pengendalian gulma
secara tepat. Menara Perkebunan 46(4):175-180
Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali
Pers. Jakarta. 159 hal.
Suminah, N. 2003.Studi aplikasi glifosat dengan menggunakan beberapa aplikator
untuk mengendalikan gulma Borerria alata (Aubl.) DC. Skripsi. Program
Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 54
hal.
Sumiyatun. 1998. Pengaruh effective mikroorganisme 4 (EM4) dan pupuk N, P,
K, Mg terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
di pembibitan utama. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakrta. 198 hal.
Tjitrosemito, S. J. Wiroatmodjo. dan I. H. Utomo. 1987. Pertanian dengan olah
tanah konservasi pada alang-alang. Makalah Seminar Budidaya Pertanian
Tanpa Olah Tanah. Bogor. Hal 1-17.
Wirawan, W. 2005. Aplikasi kombinasi dua jenis kompos sebagai mulsa dan dua
metode penyiangan untuk pengendalian gulma dan pertumbuhan lada
perdu (Piper nigrum Linn.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakutas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 79 hal.

15 
 

LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh denah pengambilan gulma pada setiap minggu

 

     a)

b)
Lampiran 2. a) Petak percobaan sebelum perlakuan, b) Petak percobaan
setelah perlakuan

Lampiran 3. Petak contoh (0.5 m2)

16 
 

a)

b)

Lampiran 4. Gulma Paspalum conjugatum tidak mati setelah perlakuan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Sribhawono, Lampung Timur, Lampung, pada
tanggal 01 Oktober 1989. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara,
putra dari Bapak Setiawan dan Ibu Sumarmi.
Tahun 1995 penulis lulus pendidikan TK Al Istiqomah. Tahun 2001 penulis
lulus dari MI Nurul Huda Sadar Sriwijaya, Lampung Timur, Lampung. Kemudian
penulis menyelesaikan studi di MTs SRIWIJAYA, Sadar Sriwijaya, Lampung
Timur, Lampung. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bandar
Sribhawono, Lampung Timur, Lampung.
Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB melalui jalur USMI. Semasa dalam proses
akademik, penulis pernah mengikuti beberapa kepanitiaan. Penulis juga menjadi
salah satu anggota Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Keluarga Mahasiswa
Lampung (KEMALA). Penulis juga termasuk dalam finalis lomba ITB
Entrepreneurship Challenge 2011. Penulis juga sudah mendapatkan pengalaman
kerja sebagai teknisi PLTS.