Phalaenopsis sp Growth Improvement through Nutrient Optimation

`

PENINGKATAN PERTUMBUHAN ANGGREK BULAN
(Phalaenopsis sp.) MELALUI OPTIMASI APLIKASI HARA

PARAMYTA NILA PERMANASARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peningkatan
Pertumbuhan Anggrek Bulan (Phalaenopsis sp.) melalui Optimasi Aplikasi Hara
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Paramyta Nila Permanasari
A252110161

RINGKASAN
PARAMYTA NILA PERMANASARI. Peningkatan Pertumbuhan Anggrek
Bulan (Phalaenopsis sp.) melalui Optimasi Aplikasi Hara. Dibimbing oleh ANAS
DINURROHMAN SUSILA dan SANDRA ARIFIN AZIZ.
Standar Operasional Prosedur (SOP) pemupukan anggrek berdasarkan
analisis jaringan tanaman belum dikembangkan di Indonesia. Pembangunan dasar
SOP tersebut dilakukan pada kedua penelitian berikut. Penelitian utama dilakukan
di green house Agropromo, Baranang Siang, Bogor dan dan penelitian pendukung
dilakukan digreen house Gunung Batu, Bogor. Tujuan kedua penelitian ini adalah
(1) menetapkan kategori status hara jaringan tanaman anggrek bulan,
(2) mempelajari optimasi konsentrasi hara (nitrogen, fosfor, dan kalium) yang
diaplikasikan melalui daun anggrek bulan, dan (3) mempelajari pertumbuhan
anggrek bulan dengan perlakuan pupuk konsentrasi tinggi unsur nitrogen, fosfor,
dan kalium dengan kondisi awal pemupukan pH rendah.

Pada penelitian utama dilakukan pembentukan kelas status hara dan
penentuan optimasi hara pada Phalaenopsis hibrida silangan (Casablanca JDX x
Diamond)#1 x (Casablanca dream x self)#1. Tanaman diberi pupuk N, P, dan K
pada tiga percobaan terpisah. Perlakuan adalah (1) 0, 65, 105, 157, 210 ppm
nitrogen, (2) 0, 20, 40, 60, 80 ppm fosfor, dan (3) 0, 115, 230, 345, 390 ppm
kalium.
Hasil penelitian utama menunjukkan tidak terdapat pengaruh perlakuan pada
kadar air daun, panjang tanaman, luas daun, kerapatan stomata, ketebalan daun,
kandungan klorofil total, kandungan antosianin, dan kandungan glukosa di ketiga
percobaan. Perlakuan nitrogen berpengaruh pada pertambahan jumlah daun 12
dan 16 MSP (Minggu Setelah Perlakuan), kehijauan daun 8 MSP, dan bobot daun
16 MSP. Perlakuan fosfor berpengaruh pada kehijauan daun 8 dan 16 MSP,
serapan hara 16 MSP, serta kadar hara di jaringan daun pada 8 dan 16 MSP.
Perlakuan kalium menghasilkan pengaruh nyata pada bobot kering daun 8 MSP,
kadar hara di jaringan daun 8 MSP, dan serapan hara 16 MSP. Setiap respon
tanaman yang berbeda nyata dianalisis dengan uji kontras polinomial. Kelas status
hara yang dapat disusun untuk nitrogen, fosfor, dan kalium adalah sangat rendah,
rendah, cukup, dan tinggi dengan batasan kadar hara di jaringan daun dan nilai
kehijauan daun tertentu. Hasil optimasi hara pada perlakuan nitrogen adalah
89.33 ppm untuk kehijauan daun 8 MSP. Hasil optimasi hara pada perlakuan

fosfor adalah 50.41 ppm untuk kehijauan daun 8 MSP. Optimasi hara tidak dapat
dilakukan di perlakuan kalium karena variabel produksi vegetatif (kehijauan daun)
tidak menunjukkan respon kuadratik. Hasil optimasi hara kemudian digunakan
untuk rekomendasi pemupukan.
Sebelum penelitian utama, penelitian pendukung dilakukan untuk
mengetahui batasan konsentrasi dan pH pupuk daun yang akan diberikan.
Penelitian pendukung mengamati respon Phalaenopsis amabilis aksesi
“Trenggalek” terhadap perlakuan konsentrasi tinggi dengan pH yang berbeda dari
pupuk N (nitrogen), P (fosfor), dan K (kalium) pada tiga percobaan terpisah.
Pupuk diberikan pada pH rendah (pH=2.5-4) dan dilanjutkan dengan pH netral
(pH=6), dengan konsentrasi tinggi yaitu (1) 431.417 ppm N (0-4 MSP);
(2) 398 ppm P (0-2 MSP), 199 ppm P (2-4 MSP); dan (3) 506 ppm K (0-4 MSP).

Hasil penelitian pendukung menunjukkan tidak terdapat pengaruh
perlakuan pada jumlah daun, panjang tanaman, luas daun, ketebalan daun, dan
kerapatan stomata di epidermis atas dan bawah daun. Serapan hara pada perlakuan
nitrogen menurun saat pemupukan dengan pH rendah di 0-2 MSP. Pada perlakuan
pemupukan fosfor tidak terdapat perubahan serapan hara. Sementara pada
pemupukan kalium, saat pH pupuk dinetralkan, terjadi kenaikan serapan hara dari
2 ke 4 MSP. Kadar air meningkat dari 0 ke 2 MSP. Pupuk dengan pH rendah juga

mengurangi bobot kering daun pada perlakuan nitrogen dan fosfor. Setelah pH
dinetralkan, bobot kering daun meningkat pada kedua perlakuan.
Secara umum, dari kedua penelitian ini diketahui bahwa (1) kurva status
hara nitrogen, fosfor, dan kalium menghasilkan status hara sangat rendah
(< 0.83% N, < 0.18% P, < 0.80% K), rendah (0.83-1.40% N, 0.18-0.21% P, 0.801.01% K), cukup (1.40-1.96% N, 0.21-0.23% P, 1.01-1.23% K), dan tinggi
(1.96% N, 0.23% P, 1.23% K), (2) hasil optimasi kehijauan daun 8 MSP untuk
perlakuan nitrogen dan fosfor masing-masing adalah 89.33 dan 50.41 ppm, (3)
pemupukan daun pada Phalaenopsis amabilis sebaiknya dilakukan dengan pH
larutan netral, dan (4) Phalaenopsis amabilis spesies tidak menunjukkan gejala
toksisitas terhadap pemupukan N, P, dan K konsentrasi tinggi.
Kata kunci: kehijauan daun, kemasaman, status hara

SUMMARY
PARAMYTA NILA PERMANASARI. Phalaenopsis sp. Growth Improvement
through Nutrient Optimation. Supervised by ANAS DINURROHMAN SUSILA
and SANDRA ARIFIN AZIZ.
Standard Operating Procedure (SOP) of Phalaenopsis sp. fertilization
based on plant tissue analysis has not been developed in Indonesia. The basis
development of SOP was executed on the two following research. The main
research was conducted in the green house of Agropromo, Baranang Siang, Bogor

and the supporting research was conducted in the green house in Gunung Batu,
Bogor. The objectives of this study were (1) to establish the class of nutrient
status of Phalaenopsis sp. (2) to study the optimation of nutrient concentrations
(nitrogen, phosphorus, and potassium) applied through the leaves of Phalaenopsis
sp., and (3) to study the Phalaenopsis sp. growth in the treatment of high
concentrations of nitrogen, phosphorus, and potassium fertilizer with initial low
pH conditions.
The main research was aimed to find the class of nutrient status and
optimize the nutrient of Phalaenopsis hybrid (Casablanca JDX x Diamond) # 1 x
(Casablanca dream x self) #1. Plants were fertilized with N, P, and K in three
separated experiments. The treatment were (1) 0, 65, 105, 157, 210 ppm nitrogen,
(2) 0, 20, 40, 60, 80 ppm phosphorus, and (3) 0, 115, 230, 345, 390 ppm
potassium.
The results showed no effect of treatments on leaf water content, plant
length, leaf area, stomatal density, leaf thickness, total chlorophyll content,
anthocyanin content, and glucose content in all experiment. Nitrogen treatment
produced significant effect on the increase in the number of leaves on 12 and
16 WAT (Weeks After Treatment), leaf greenness on 8 WAT, and leaf weight on
16 WAT. Phosphorus treatment produced significant effect on leaf greenness on 8
and 16 WAT, nutrient uptake on 16 WAT, and nutrient content in leaf tissue on 8

and 16 WAT. Potassium treatment produced significant effect on leaf dry weight
on 8 WAT, nutrient content in leaf tissue on 8 WAT, and nutrient uptake on
16 WAT. Significant plant response was analyzed by polynomial contrast test.
The class of nutrient status that could be set for nitrogen, phosphorus, and
potassium treatment were very low, low, adequate, and high with the limit of
nutrient content in the leaf tissue and leaf greenness in certain value. Nutrient
optimation in nitrogen treatment was 89.33 ppm for leaf greenness on 8 WAT.
Nutrient optimation in phosphorus treatment was 50.41 ppm for leaf greenness on
8 WAT. Nutrient optimation in potassium treatment could not be done because
the variable of vegetative production (leaf greenness) was not significant in
quadratic response. These results would be used as fertilizer recommendation.
Before the main research, supporting research conducted to determine the
limits of concentration and pH of the foliar fertilizer will be given. In the
supporting research, we examined Phalenopsis amabilis accession “Trenggalek”
responses at different pH of high concentration N (nitrogen), P (phosphorus), and
K (potassium) fertilizer, in three separated experiments. Fertilizer was given at
low pH (pH=2.5-4) and continued with neutral pH (pH=6.6), in high

concentration which were (1) 431.417 ppm N (0-4 WAT); (2) 398 ppm P
(0-2 WAT), 199 ppm P (2-4 WAT); and (3) 506 ppm K (0-4 WAT).

No effect of treatments on number of leaves, length of plant, leaf area, leaf
thickness, and stomatal density in the upper and lower leaf epidermis. Nutrient
uptake in nitrogen treatment decreased in low pH condition on the 0-2 WAT. In
phosphorus treatment there was not significant effect in nutrient uptake. While in
potassium treatment, when the pH was neutralized, nutrient uptake increased from
2 to 4 WAT. The water content increased from 0 to 2 WAT. Low pH of fertilizer
caused reduction of leaf dry weight in nitrogen and phosphorus treatment. After
the pH was neutralized, leaf dry weight increased in both treatments.
In general, from these two studies it was known that (1) the curves of plant
nutrient status in this study produce very low (< 0.83% N, < 0.18% P, < 0.80% K),
low (0.83-1.40% N, 0.18-0.21% P, 0.80-1.01% K), adequate (1.40-1.96% N, 0.210.23% P, 1.01-1.23% K), and high (1.96% N, 0.23% P, 1.23% K) classes for
nitrogen, phosphorus, and potassium treatment, (2) nutrient optimation in nitrogen
treatment was 89.33 ppm for leaf greenness on 8 WAT and in phosphorus
treatment was 50.41 ppm for leaf greenness on 8 WAT, (3) foliar fertilization on
Phalaenopsis amabilis should be done with a neutral pH, and (4) no toxicity
symptom was found in Phalenopsis amabilis species with high concentration of N,
P, and K fertilizer.
Keywords: acidity, leaf greenness, nutrient status

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PENINGKATAN PERTUMBUHAN ANGGREK BULAN
(Phalaenopsis sp.) MELALUI OPTIMASI APLIKASI HARA

PARAMYTA NILA PERMANASARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji: Dr Ir Maya Melati MS, MSc

Judul Tesis : Peningkatan Pertumbuhan Anggrek Bulan (Phalaenopsis sp.)
melalui Optimasi Hara
Nama
: Paramyta Nila Permanasari
NIM
: A252110161

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Anas D. Susila, MSi
Ketua


Prof Dr Ir Sandra A. Aziz, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Maya Melati MS, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 7 Februari 2014

Tanggal Lulus:

Judul Tesis : Peningkatan Pertumbuhan Anggrek Bulan (Phaiaenopsis sp.)
melalui Optimasi Hara

Nama
: Paramyta Nila Pennanasari
: A25211 0161
NIM

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Anas D. Susila, MSi
Ketua

Prof Dr Ir Sandra A. Aziz, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikul tura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Maya Melati MS, MSc

Tanggal Ujian: 7 Februari 2014

Tanggal Lulus :

2 2 APR 20 14

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012-Juni 2013
ini ialah pemupukan, dengan judul Peningkatan Pertumbuhan Anggrek Bulan
(Phalaenopsis sp.) melalui Optimasi Aplikasi Hara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anas D. Susila, MSi dan
Prof Dr Ir Sandra A. Aziz, MS selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan, motivasi, dan doa selama berlangsungnya penelitian. Penghargaan juga
penulis sampaikan kepada segenap pihak Pusat Kajian Hortikultura Tropika yang
telah berkenan memberikan dukungan dana dan fasilitas penelitian serta kepada
segenap pihak Agropromo yang berkenan membantu dalam pelaksanaan
penelitian di lapangan. Terima kasih disampaikan juga kepada staf Molecular
Marker and Spectrophotometry UV-VIS Laboratory, Micro Technique
Laboratory, Plant Analysis and Chromatography Laboratory, dan Laboratorium
Kesuburan Tanah yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan temanteman atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014
Paramyta Nila Permanasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
1
3
3
3

2 OPTIMASI KONSENTRASI APLIKASI HARA BERDASARKAN KELAS
STATUS HARA DAUN Phalaenopsis sp.
4
Pendahuluan
5
Metode
6
Bahan
6
Alat
6
Prosedur Analisis Data
6
Hasil dan Pembahasan
8
Simpulan
26
3 PENENTUAN pH OPTIMAL PADA APLIKASI PUPUK DAUN
KONSENTRASI TINGGI PADA Phalaenopsis amabilis AKSESI
“TRENGGALEK”
27
Pendahuluan
28
Metode
28
Bahan
28
Alat
29
Prosedur Analisis Data
29
Hasil dan Pembahasan
29
Simpulan
37
4 PEMBAHASAN UMUM

38

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

40
40
40

DAFTAR PUSTAKA

40

LAMPIRAN

46

RIWAYAT HIDUP

59

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

21
22
23
24
25
26
27

Konsentrasi pupuk pada ketiga percobaan
Pertambahan jumlah daun pada ketiga perlakuan pemupukan
Data klimatologi lokasi penelitian
Kehijauan daun pada ketiga perlakuan pemupukan
Bobot kering daun pada pemupukan N dan P
Bobot kering daun pada pemupukan K
Kadar dan serapan hara daun pada ketiga perlakuan pemupukan
Kadar air daun pada pemupukan N dan P
Kadar air daun pada pemupukan K
Panjang tanaman pada ketiga perlakuan pemupukan
Luas daun pada ketiga perlakuan pemupukan
Jumlah kloroplas 8 MSP pada pemupukan N dan P
Jumlah kloroplas 8 MSP pada pemupukan K
Kerapatan stomata pada ketiga perlakuan pemupukan
Ketebalan daun pada pemupukan N dan P
Ketebalan daun pada pemupukan K
Klorofil total dan antosianin pada ketiga perlakuan pemupukan
Kandungan glukosa pada pemupukan N dan P
Kandungan glukosa pada pemupukan K
Kelas status hara nitrogen, fosfor, dan kalium Phalaenopsis hibrida
(Casablanca JDX x Diamond)#1 x (Casablanca dream x self)#1 usia 16
bulan (8 MSP)
Konsentrasi pupuk pada ketiga percobaan
Ketebalan daun (mm) pada keempat perlakuan
Kerapatan stomata epidermis atas pada keempat perlakuan
Kerapatan stomata epidermis bawah pada keempat perlakuan
Jumlah daun (helai) pada keempat perlakuan
Panjang tanaman (cm) pada keempat perlakuan
Luas daun (cm2) pada keempat perlakuan

6
8
9
10
11
11
12
14
14
15
16
17
17
18
19
19
20
22
22

23
29
34
34
35
36
36
37

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Diagram alir penelitian
Pola serapan kalium pada 16 MSP
Kurva status hara kehijauan daun 8 MSP perlakuan nitrogen
Kurva status hara kehijauan daun 8 MSP perlakuan fosfor
Kurva status hara kehijauan daun 8 MSP perlakuan kalium
Optimasi nitrogen pada kehijauan daun relatif 8 MSP
Optimasi fosfor pada kehijauan daun relatif 8 MSP
Kadar air daun pada pemupukan nitrogen, fosfor, dan kalium
Serapan hara pada pemupukan nitrogen
Serapan hara pada pemupukan fosfor
Serapan hara pada pemupukan kalium
Bobot kering daun pada pemupukan nitrogen, fosfor, dan kalium
Morfologi epidermis daun

2
14
22
23
23
25
25
30
31
31
32
33
38

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Komposisi hara perlakuan nitrogen 210 ppm
Komposisi hara perlakuan nitrogen 157 ppm
Komposisi hara perlakuan nitrogen 105 ppm
Komposisi hara perlakuan nitrogen 65 ppm
Komposisi hara perlakuan nitrogen 0 ppm
Komposisi hara perlakuan fosfor 80 ppm
Komposisi hara perlakuan fosfor 60 ppm
Komposisi hara perlakuan fosfor 40 ppm
Komposisi hara perlakuan fosfor 20 ppm
Komposisi hara perlakuan fosfor 0 ppm
Komposisi hara perlakuann kalium 390 ppm
Komposisi hara perlakuan kalium 345 ppm
Komposisi hara perlakuan kalium 230 ppm
Komposisi hara perlakuan kalium 115 ppm
Komposisi hara perlakuan kalium 0 ppm
Metode pengamatan penelitian pertama dan kedua
Komposisi hara perlakuan nitrogen
Komposisi hara perlakuan fosfor
Komposisi hara perlakuan kalium
Komposisi hara perlakuan kontrol

46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
57
57
58
58

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek merupakan tanaman hias bernilai estetika tinggi dan memiliki nilai
penting dalam perdagangan tanaman hias. Permintaan pasar yang terus meningkat
diiringi dengan peningkatan budidaya angrek di Indonesia. Luas panen anggrek
pada tahun 2013 adalah 734 732 m2 (BPS 2014).
Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang baik untuk rekomendasi pemupukan anggrek khususnya anggrek
bulan yang dibangun berdasarkan analisis jaringan tanaman. Akibatnya
rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi, sehingga tidak dapat dijadikan
acuan untuk memacu produksi optimum anggrek bulan. Apabila dirinci tentang
permasalahan rekomendasi pemupukan tanaman anggrek bulan di Indonesia
adalah pemupukan hanya didasarkan pada rekomendasi pupuk majemuk tanaman
hias yang tidak spesifik pada anggrek bulan, belum tersedianya data interpretasi
kelas kategori status hara jaringan anggrek bulan, serta belum tersedianya
konsentrasi pemupukan optimum pada berbagai kondisi hara jaringan anggrek
bulan.
Mengingat pentingnya masalah tersebut, maka diperlukan penelitian untuk
meletakkan dasar program pemupukan anggrek bulan di Indonesia. Fokus utama
penelitian ini adalah pembangunan kelas kategori status hara jaringan dan
optimasi hara pada anggrek bulan. Melalui penelitian ini akan dihasilkan data
interpretasi kelas kategori status hara jaringan khususnya hara nitrogen, fosfor,
dan kalium serta konsentrasi pupuk optimum.
Tahapan penelitian diawali dengan penentuan daun analisis. Penentuan
daun analisis seharusnya dilakukan dengan uji korelasi. Pada penelitian ini,
penentuan daun analisis berdasarkan hasil penelusuran informasi di jurnal terkait.
Setelah itu dilakukan penentuan level konsentrasi hara yang akan diaplikasikan
(dosis pemupukan dapat ditentukan dengan kalibrasi volume semprot), dimana
sebelumnya dilakukan penentuan pH pupuk daun yang sesuai bagi pertumbuhan
Phalaenopsis. Kegiatan dilanjutkan dengan pengamatan variabel pertumbuhan
vegetatif. Kemudian dilakukan uji kalibrasi untuk mengetahui kelas status hara
dan dilanjutkan dengan optimasi hara.

Perumusan Masalah
Pemupukan yang diaplikasikan pada tanaman anggrek bulan Indonesia
hingga saat ini belum memiliki pedoman yang tepat. Pemupukan yang dilakukan
masih berlandaskan pada pedoman pemupukan untuk tanaman hias, sehingga
tidak spesifik untuk tanaman anggrek bulan. Penelitian dilakukan di green house
Agropromo IPB Baranang Siang untuk menjawab pertanyaan bagaimana kategori
status hara dan berapakah konsentrasi hara optimum untuk pertumbuhan anggrek
bulan hibrida. Sebelum melaksanakan penelitian tersebut dilakukan kegiatan
pendahuluan untuk menggetahui respon anggrek bulan saat diberikan pemupukan
dengan konsentrasi tinggi dengan pH berbeda (masam dan netral). Kegiatan ini

2

dilakukan di Gunung Batu, Bogor. Perumusan masalah disampaikan juga dalam
bentuk bagan alir Gambar 1.

Belum terdapat rekomendasi
pemupukan anggrek bulan
di Indonesia

Uji korelasi

Penentuan pH optimal untuk
pupuk daun

Uji kalibrasi

Optimasi hara N, P, K

Penetapan rekomendasi pemupukan

Hasil

Gambar 1 Diagram alir penelitian

Mendapatkan daun ke-2
akropetal sebagai daun analisis

pH optimal untuk pupuk daun

Selang status hara N, P, K (sangat
rendah, rendah, cukup, tinggi)

Mendapatkan konsentrasi optimum
N, P, K

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menetapkan kategori status hara jaringan tanaman anggrek bulan.
2. Mempelajari optimasi konsentrasi hara (nitrogen, fosfor, dan kalium) yang
diaplikasikan melalui daun anggrek bulan.
3. Mendapatkan pH optimal untuk pupuk daun.

Manfaat Penelitian
1. Tersedianya tabel kelas kategori status hara anggrek yang dapat dijadikan
pedoman bagi pemupukan anggrek bulan.
2. Terdapat konsentrasi hara optimum melalui teknik aplikasi melalui daun.
3. Terdapatnya pH optimal untuk pupuk daun.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempelajari penentuan kategori status hara dan optimasi
konsentrasi hara (nitrogen, fosfor, dan kalium) dengan lokasi penelitian di green
house Baranang Siang dan Gunung Batu, Bogor.

4

2 OPTIMASI KONSENTRASI APLIKASI HARA
BERDASARKAN KELAS STATUS HARA DAUN
Phalaenopsis sp.
OPTIMUM NUTRIENT CONCENTRATION BASE ON LEAF
NUTRIENT LEVEL OF Phalaenopsis sp.
Abstrak
Pembangunan data kelas status hara jaringan dan optimasi hara pada
Phalaenopsis hibrida belum dikembangkan. Penelitian ini menguji pembentukan
kelas status hara dan optimasi hara Phalaenopsis hibrida silangan (Casablanca
JDX x Diamond)#1 x (Casablanca dream x self)#1. Tanaman diberi pupuk
nitrogen, fosfor, dan kalium pada tiga percobaan terpisah. Perlakuan adalah (1) 0,
65, 105, 157, 210 ppm nitrogen, (2) 0, 20, 40, 60, 80 ppm fosfor, dan (3) 0, 115,
230, 345, 390 ppm kalium. Variabel produksi fase vegetatif adalah kehijauan daun.
Kelas status hara yang dapat disusun untuk nitrogen, fosfor, dan kalium adalah
kelas sangat rendah (< 0.83% N, < 0.18% P, < 0.80% K), rendah (0.83-1.40% N,
0.18-0.21% P, 0.80-1.01% K), cukup (1.40-1.96% N, 0.21-0.23% P,1.011.23% K), dan tinggi (1.96% N, 0.23% P, 1.23% K). Hasil optimasi hara pada
perlakuan nitrogen adalah 89.33 ppm untuk kehijauan daun 8 MSP. Hasil
optimasi hara pada perlakuan fosfor adalah 50.41 ppm untuk kehijauan daun
8 MSP.
Kata kunci: kehijauan daun, optimasi, status hara
Abstract
Development of nutrient status class and nutrient optimation in
Phalaenopsis hybrid has not been developed. This research carried out nutrient
status class formation and optimation of nutrient in Phalaenopsis hybrid
(Casablanca JDX x Diamond) # 1 x (Casablanca dream x self ) # 1. Plants were
fertilized with nitrogen, phosphorus, and potassium in three separated experiments.
The treatments were (1) 0, 65, 105, 157, 210 ppm nitrogen, (2) 0, 20, 40, 60, 80
ppm phosphorus, and (3) 0, 115, 230, 345, 390 ppm potassium. The variable of
vegetative production was the leaf greenness. The classes of nutrient status that
could be set for nitrogen, phosphorus, and potassium treatment were very low
(< 0.83% N, < 0.18% P, < 0.80% K), low (0.83-1.40% N, 0.18-0.21% P, 0.801.01% K), adequate (1.40-1.96% N, 0.21-0.23% P, 1.01-1.23% K), and high
(1.96% N, 0.23% P, 1.23% K). Nutrient optimation in nitrogen treatment was
89.33 ppm for leaf greenness on 8 WAT. Nutrient optimation in phosphorus
treatment was 50.41 ppm for leaf greenness on 8 WAT.
Keywords: leaf greenness, nutrient status, optimation

5

Pendahuluan
Anggrek merupakan tanaman hias bernilai estetika tinggi. Keistimewaan
anggrek terletak pada struktur dan warna bunga yang menarik. Terutama anggrek
bulan, memiliki keistimewaan lebih yaitu daya pajang yang lama, sekitar
1-1.5 bulan. Daya pajang (vase life) yang lama sangat menguntungkan bagi
pengguna tanaman ini seperti hotel, rumah sakit, perkantoran, pedagang, petani,
dan lainnya. Selain itu anggrek juga memiliki nilai penting dalam perdagangan
tanaman hias. Produksi anggrek pada 2013 sebesar 15 456 959 tangkai (BPS
2014).
Daya pajang yang lama juga diimbangi dengan waktu berbunga yang
panjang. Anggrek bulan merupakan tanaman hias tahunan yang pertumbuhannya
lambat dan berbunga lazimnya satu tahun sekali. Salah satu faktor yang dapat
mempercepat pembungaannya adalah pemupukan. Pemupukan di musim
berbunga tahun kedua dapat meningkatkan jumlah dan ukuran daun, diameter
batang, kecepatan dan jumlah bunga (Hew dan Young 2004), kualitas bunga,
waktu yang lebih singkat untuk masuk ke fase generatif serta ketahanan terhadap
hama dan patogen (Rodrigues et al. 2010).
Indonesia saat ini belum memiliki Standar Operasional Baku (SOP) yang
baik untuk rekomendasi pemupukan anggrek bulan yang dibangun berdasarkan
analisis jaringan tanaman. Rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi,
sehingga tidak dapat dijadikan acuan untuk memacu produksi optimum anggrek
bulan. Permasalahan rekomendasi pemupukan tanaman anggrek di Indonesia
adalah belum tersedianya data interpretasi kelas kategori status hara jaringan
anggrek bulan dan optimasi hara pada berbagai kondisi hara jaringan anggrek
bulan.
Penelitian untuk meletakkan dasar program pemupukan anggrek bulan di
Indonesia perlu dilakukan. Informasi pemupukan pada anggrek bulan bervariasi.
Konsentrasi 200 ppm N, 20 ppm P, dan 160 ppm K di Phalaenopsis "Atien
Kaala" (Wang dan Konow 2002); 100 atau 200 ppm nitrogen, 25-50 ppm fosfor
(Wang et al. 2007), dan 300 ppm kalium di Phalaenopsis Taisuco Kochdian
(Wang 2007) dianggap cukup untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan
bunga yang terbaik di Phalaenopsis. Sementara menurut Trelka et al. (2010) hara
yang diberikan untuk pertumbuhan bibit Phalaenopsis “Zagreb” dan “Springfield”
umur 8.5 bulan adalah 100 ppm nitrogen (NH4), 120 ppm nitrogen (NO-3), 40 ppm
fosfor, 230 ppm kalium, 30 ppm kalsium, 20 ppm magnesium, 10 ppm natrium,
20 ppm klorin, 40 ppm sulfur (SO4), 0.8 ppm besi, 0.4 ppm mangan, 0.2 ppm zinc,
0.07 ppm tembaga, dan 0.2 ppm boron.
Fokus utama penelitian ini adalah pembangunan kelas kategori status hara
jaringan dan optimasi hara pada anggrek bulan hibrida. Anggrek bulan hibrida
dipilih dengan pertimbangan ketersediaannya mencukupi untuk dilaksanakan
penelitian ini. Anggrek bulan hibrida yang digunakan berwarna putih dengan lidah
berwarna putih dengan pertimbangan warnanya serupa dengan anggrek bulan
yang menjadi puspa pesona dan banyaknya penggunaan anggrek warna ini di
acara atau tempat penting.
Tahapan penentuan kelas kategori status hara diawali dengan penentuan
daun analisis kemudian dilanjutkan penentuan level konsentrasi hara yang
diaplikasikan. Teknik pemupukan yang digunakan adalah pemupukan melalui

6

daun, seperti yang lazim digunakan oleh petani. Serapan dan transpor fosfor di
Phalaenopsis menunjukkan bahwa saat 32P diberikan di akar maka 13% diangkut
ke daun, sebaliknya saat diaplikasikan di daun, 19% diangkut ke akar (Hew dan
Young 2004). Pemupukan melalui daun dianggap dapat langsung mengenai target
(Fernández dan Eichert 2009). Selanjutnya dilakukan pengamatan variabel
pertumbuhan vegetatif dan dilanjutkan dengan penyusunan data interpretasi kelas
kategori status hara jaringan anggrek dan optimasi hara.

Metode
Bahan
Bahan yang digunakan adalah anggrek Phalaenopsis hibrida yang
merupakan hasil silangan (Casablanca JDX x Diamond)#1 x (Casablanca dream x
self)#1 berusia 8 bulan berwarna putih lidah kuning, pupuk nitrogen (NH4NO3),
pupuk fosfor (H3PO4), pupuk kalium (KOH, KH2PO4, KNO3, dan K2SO4), unsur
makro (selain nitrogen, fosfor, dan kalium) dan unsur mikro (Lampiran 1-15),
pestisida (insektisida, fungisida, bakterisida), media tanam sphagnum moss, pot
plastik transparan diameter 10 cm, serta tray pot anggrek.

Alat
Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital, hand sprayer,
termohigrometer, pH-EC meter, lux meter, LI-COR 250 A, SPAD HI9811-5, oven,
mikroskop BX41/51, mikroskop BX51SP, dan peralatan budi daya lain.
Prosedur Analisis Data
Penelitian terdiri atas tiga percobaan terpisah untuk pemupukan nitrogen,
fosfor, dan kalium dengan masing-masing lima taraf (Tabel 1). Trelka et al.
(2010) menyatakan bahwa hara yang diperlukan untuk pertumbuhan bibit
Phalaenopsis “Zagreb” dan “Springfield” umur 8.5 bulan adalah 100 ppm
nitrogen (NH4), 120 ppm nitrogen (NO-3), 40 ppm fosfor, dan 230 ppm kalium.
Konsentrasi hara pada Trelka et al. ini digunakan sebagai konsentrasi acuan pada
penelitian ini. Frekuensi pemupukan adalah dua kali seminggu dilaksanakan pada
pukul 06.00-07.30 WIB.
Tabel 1 Konsentrasi pupuk pada ketiga percobaana
Nitrogen (ppm)

Fosfor (ppm)

Kalium (ppm)

0
65
105 (KA-N)
157
210

Percobaan nitrogen
(KA-P)
(KA-P)
(KA-P)
(KA-P)
(KA-P)

(KA-K)
(KA-K)
(KA-K)
(KA-K)
(KA-K)

7

Nitrogen (ppm)

Fosfor (ppm)

Kalium (ppm)

(KA-N)
(KA-N)
(KA-N)
(KA-N)
(KA-N)

Percobaan fosfor
0
20
40 (KA-P)
60
80

(KA-K)
(KA-K)
(KA-K)
(KA-K)
(KA-K)

(KA-N)
(KA-N)
(KA-N)
(KA-N)
(KA-N)

Percobaan kalium
(KA-P)
(KA-P)
(KA-P)
(KA-P)
(KA-P)

0
115
230 (KA-K)
345
390

a

KA-N (Konsentrasi Acuan-Nitrogen), KA-P (Konsentrasi Acuan-Fosfor), KA-K (Konsentrasi
Acuan-Kalium). Konsentrasi acuan berdasarkan informasi kebutuhan hara anggrek bulan (Trelka
et al. 2010)

Setiap percobaan terdiri atas empat ulangan. Satu satuan percobaan terdiri
dari dua tanaman, sehingga terdapat 40 tanaman. Kebutuhan tanaman untuk
analisis jaringan tanaman, kandungan klorofil, kerapatan stomata, ketebalan daun,
dan kandungan glukosa adalah 45 tanaman untuk setiap percobaan (9 tanaman
untuk setiap perlakuan). Jumlah tanaman yang dibutuhkan untuk setiap percobaan
adalah 85 tanaman. Jumlah tanaman total pada ketiga percobaan adalah
255 tanaman.
Model matematika yang digunakan untuk analisis statistika dalam
percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor (Mattjik dan
Sumertajaya 2006) :
Yij = μ + Ai + Bj + εij
Keterangan:
i = 1, 2, 3, 4, 5; j = 1, 2, 3, 4
Yij
= nilai pengamatan pada konsentrasi pemupukan taraf ke-i dan blok ke-j
μ
= rataan umum
Ai
= pengaruh konsentrasi pemupukan taraf ke-i
Bj
= pengaruh blok ke-j
εij
= pengaruh acak pada konsentrasi pemupukan taraf ke-i dan blok ke-j
Pada perlakuan yang berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut kontras
polinomial. Variabel pengamatan penelitian ini adalah pertambahan jumlah daun,
panjang tanaman, luas daun, kehijauan daun, kadar air daun, bobot daun, jumlah
kloroplas, kerapatan stomata, ketebalan daun, kandungan klorofil total daun,
kandungan antosianin daun, kandungan glukosa daun, kadar hara daun, serapan
hara, status hara tanaman, optimasi hara, dan rekomendasi pemupukan. Metode
pengambilan data variabel pengamatan disertakan pada Lampiran 16.

8

Hasil dan Pembahasan
Pertambahan dan Jumlah Total Daun
Pemupukan nitrogen menghasilkan pertambahan jumlah daun dengan
respon kuadratik di 12 MSP (Tabel 2).
Tabel 2 Pertambahan dan jumlah total daun pada ketiga perlakuan pemupukan
Konsentrasi
pupuk (ppm)

Pertambahan jumlah daun (helai)
pada MSP ke- a
10
12
14

Nitrogen
0
65
105
157
210

0.3
0.0
0.3
0.0
0.3

0.0
0.0
0.8
0.5
0.0

0.3
0.5
0.0
0.3
0.3

4.4
4.6
3.9
4.4
4.3

4.3
4.3
4.1
4.3
4.0

4.4
4.3
4.0
4.3
4.1

Pr
Notasi

0.785
tn

0.013
*

0.636
tn

0.6272
tn

0.9462
tn

0.8611
tn

Pr
Pola respon
Fosfor
0
20
40
60
80
Pr
Notasi
Kalium
0
115
230
345
390
Pr
Notasi
a

Jumlah total daun (helai) pada
MSP ke- a
14
10
12

0.0055
Kuadratik**
0.3
0.3
0.5
0.5
0.0

0.3
0.5
0.5
0.0
0.3

0.3
0.5
0.3
0.3
1.0

4.3
4.3
4.4
4.4
4.0

4.3
4.4
4.1
4.1
4.1

4.0
4.4
4.0
4.1
4.5

0.526
tn

0.646
tn

0.227
tn

0.9050
tn

0.9863
tn

0.8211
tn

0.5
0.3
0.3
0.0
0.0

0.0
0.0
0.0
0.5
0.3

0.3
0.5
0.5
0.5
0.5

4.4
4.8
4.6
4.0
4.1

4.3
4.3
4.4
3.9
4.0

4.0
4.4
4.3
4.0
4.0

0.445
tn

0.159
tn

0.890
tn

0.2411
tn

0.7166
tn

0.8642
tn

tn= tidak nyata, * = nyata pada taraf 5%, **= nyata pada taraf 1 %

Pertambahan jumlah daun pada perlakuan pemupukan nitrogen
menghasilkan respon kuadratik pada 12 MSP. Pemupukan fosfor tidak
mempengaruhi pertambahan jumlah daun. Wang (2000) menyatakan bahwa
perlakuan 100 ppm nitrogen menghasilkan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan
perlakuan 390 ppm fosfor dan 506 ppm kalium pada Phalaenopsis TAM Butterfly
Blume. Pertambahan jumlah daun tidak dipengaruhi oleh perlakuan kalium. Pada
penelitian Wang (2007) di Phalaenopsis Taisuco Kochdian yang diberi perlakuan
0, 50, 100, 200, 300, 400, atau 500 ppm kalium selama 8 bulan tidak

9

menunjukkan terdapatnya pertambahan daun baru. Jumlah daun Phalaenopsis
Taisuco Kochdian yang ditanam di sphagnum moss berkisar antara 4-5 daun.
Kisaran jumlah daun pada penelitian ini dengan penelitian Wang (2007) serupa
namun jika di Wang (2007) tidak menghasilkan daun baru, di penelitian ini masih
menunjukkan pertambahan daun baru walaupun tidak berbeda nyata. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nitrogen lebih berpengaruh pada pertambahan
jumlah daun dibandingkan fosfor dan kalium.
Pertambahan jumlah daun pada perlakuan nitrogen, selain karena faktor
perlakuan, diduga juga karena kondisi iklim yang mendukung. Lokasi penelitian
adalah di green house Agropromo yang terletak di depan Kebun Raya Bogor.
Data klimatologi (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2013) selama
berlangsungnya penelitian adalah:
Tabel 3 Data klimatologi lokasi penelitian
Bulan (MSP)
Februari (0)
Maret (4)
April (8)
Mei (12)
Juni (16)

Curah hujan
Kebun Raya (mm)
507
371
528
583
49

Temperatur
rata-rata (0C)
25.8
26.2
26.4
26.2
26.3

Kelembaban udara ratarata (%)
85
84
85
85
82

Data klimatologi menunjukkan bahwa pada 12 MSP (Mei), curah hujan
rata-rata merupakan yang tertinggi dari 4 bulan dengan temperatur dan
kelembaban rata-rata yang tergolong tinggi. Anggrek bulan fase vegetatif suka
lingkungan dengan temperatur ideal 28±20C (Blanchard et al. 2007) dan
kelembaban 60-85% (Kebun Raya Purwodadi-LIPI 2011). Noviyanti et al. (2012)
menyatakan bahwa kenaikan temperatur menyebabkan aktivitas enzim meningkat,
karena temperatur yang semakin tinggi akan meningkatkan energi kinetik yang
mempercepat gerak vibrasi, translasi dan rotasi enzim dan substrat, sehingga
menambah intensitas tumbukan antara substrat dan enzim. Tumbukan yang sering
terjadi akan mempermudah pembentukan kompleks enzim substrat, sehingga
produk yang terbentuk semakin banyak. Pada temperatur optimum, tumbukan
antara enzim dan substrat sangat efektif, sehingga pembentukan kompleks enzim
substrat makin mudah dan produk yang terbentuk meningkat.

10

Kehijauan Daun
Kehijauan daun anggrek bulan menghasilkan respon kuadratik di 8 MSP
(pemupukan nitrogen dan fosfor) serta di 16 MSP (pemupukan fosfor) (Tabel 4).
Tabel 4 Kehijauan daun pada ketiga perlakuan pemupukan
Konsentrasi
pupuk (ppm)

4

16

Nitrogen
0
65
105
157
210

54.78
60.33
57.83
55.90
55.49

50.27
60.46
56.05
50.60
50.74

60.07
56.06
61.26
55.58
56.83

47.65
54.87
61.49
53.76
54.84

Pr
Notasi

0.5423
tn

0.0273
*

0.4686
tn

0.2590
tn

Pr
Pola respon
Fosfor
0
20
40
60
80
Pr
Notasi

0.0242
Kuadratik*
52.11
54.38
51.03
53.90
52.52

43.57
51.85
46.87
53.57
48.29

47.65
51.83
51.86
47.85
52.30

53.99
54.69
55.10
59.35
50.04

0.6351
tn

0.0182
*

0.7288
tn

0.0201
*

Pr
Pola respon
Kalium
0
115
230
345
390
Pr
Notasi
a

Kehijauan daun (MSP)a
8
12

0.0385
Kuadratik*

0.0157
Kuadratik*

56.07
51.71
55.43
53.96
53.89

51.04
44.18
49.33
46.50
47.64

47.95
49.91
44.98
50.42
48.39

53.94
55.93
54.07
54.04
50.89

0.6275
tn

0.1053
tn

0.5620
tn

0.7236
tn

tn= tidak nyata, * = nyata pada taraf 5%, **= nyata pada taraf 1 %

Kehijauan daun anggrek bulan membentuk pola respon kuadratik di
8 MSP (pemupukan nitrogen dan fosfor) serta di 16 MSP (pemupukan fosfor).
Pada perlakuan kalium tidak terdapat perubahan kehijauan daun yang nyata.
Kehijauan daun merupakan salah satu indikator kecukupan hara tanaman.
Kultivar gandum (KG 100, Lazarica, dan KG 56) dengan kandungan nitrogen
yang tinggi, berdaun hijau tua sedangkan kultivar (Knjaz dan Matica) dengan
kandungan nitrogen yang lebih rendah, berdaun hijau muda (Bojović dan
Marković 2009). Pengaruh fosfor terhadap pembentukan pigmen hijau daun
tergantung pada konsentrasinya (Bojović dan Stojanović 2005). Sesuai dengan

11

hasil penelitian ini, nitrogen dan fosfor berpengaruh terhadap kehijauan daun
Phalaenopsis hibrida. Kalium tidak berpengaruh terhadap kehijauan daun
anggrek. Hanya saja jumlah daun yang mengalami klorosis menurun dengan
adanya peningkatan konsentrasi kalium (Chao-Yi dan Der-Ming 2008).
Kehijauan daun juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Daun yang
berada di bawah naungan (intensitas cahaya rendah) cenderung berwarna lebih
gelap dibandingkan daun yang terpapar intensitas cahaya tinggi. Kondisi
lingkungan penelitian saat dilakukan pengukuran kehijauan daun adalah
temperatur ± 230C (pukul 06.30 WIB), kelembaban ± 83% (pukul 06.30 WIB),
dan intensitas cahaya dalam greenhouse berkisar ± 676 lux atau 62.8 ft-cd (pukul
11 WIB). Blanchard et al. (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif
anggrek bulan memerlukan intensitas cahaya < 1000 ft-cd (200 μmolm-2s-1).
Bobot Kering Daun
Pemupukan nitrogen dan kalium menghasilkan respon linier pada bobot
kering daun16 MSP (nitrogen) dan pada 8 MSP (kalium) (Tabel 5 dan 6).
Tabel 5 Bobot kering daun
pada pemupukan N dan P
Konsentrasi pupuk
(ppm)

Bobot kering daun
(g/g)a
8 MSP 16 MSP

Nitrogen
0
65
105
157
210

0.3123
0.2874
0.3265
0.3395
0.3156

0.3409
0.2756
0.2474
0.2516
0.2530

Pr
Notasi

0.9037
tn

0.0346
*

Pr
Pola respon
Fosfor
0
20
40
60
80
Pr
Notasi
a

0.0087
Linier**
0.2950
0.3116
0.2714
0.2840
0.3275
0.0965
tn

Tabel 6 Bobot kering daun
pada pemupukan K
Konsentrasi pupuk
(ppm)
Kalium
0
115
230
345
390
Pr
Notasi
Pr
Pola respon

Bobot kering daun
(g/g)a
8 MSP 16 MSP
0.2422
0.2775
0.3038
0.3386
0.3430
0.0050
**
0.0004
Linier**

0.2367
0.2050
0.2378
0.2257
0.2802
0.1815
tn

0.2651
0.2860
0.3111
0.2514
0.3147
0.7846
tn

tn= tidak nyata, * = nyata pada taraf 5%, **= nyata pada taraf 1 %

Pengamatan variabel bobot kering daun bertujuan untuk mengetahui rasio
alokasi asimilat ke daun analisis dibandingkan alokasi asimilat ke daun secara
keseluruhan. Peningkatan konsentrasi nitrogen menyebabkan bobot kering daun
menurun secara linier di 16 MSP. Hal ini diduga karena peningkatan nitrogen
menyebabkan peningkatan kadar air (Berg et al. 2002), maka daun lebih banyak

12

mengandung air dibandingkan asimilat (bahan kering). Hal ini ditunjukkan
dengan tingginya kadar air daun yaitu berkisar 95%.
Bobot kering daun tidak dipengaruhi oleh perlakuan fosfor. Peng et al.
(2010) menyatakan bahwa setelah aplikasi nitrogen dan fosfor, biomasa pada
spesies semak dialokasikan lebih banyak ke akar dan batang dibandingkan daun
sementara untuk spesies herba, tidak terdapat pola alokasi biomasa yang
konsisten. Alokasi fosfor pada penelitian ini diduga tidak secara konsisten menuju
daun atau jumlah fosfor yang dialokasikan ke daun pada semua taraf perlakuan
fosfor tidak berbeda nyata.
Peningkatan konsentrasi kalium menyebabkan bobot kering daun
meningkat secara linier di 8 MSP. Hal ini diduga terkait pengaruh kalium terhadap
buka tutup stomata dan pengangkutan asimilat. Kandungan kalium yang cukup
akan meningkatkan efektivitas pembukaan stomata sehingga fotosintesis berjalan
efisien dan menghasilkan asimilat dalam jumlah cukup. Selain itu partisi asimilat
ke jaringan tanaman termasuk daun, berlangsung baik dengan kalium yang cukup,
seperti halnya hasil penelitian pengaruh kalium terhadap translokasi asimilat di
kapas (Zhao et al. 2001).
Kadar dan Serapan Hara Daun
Kadar hara menghasilkan respon linier di 8 dan 16 MSP (fosfor).
Sementara pada perlakuan kalium, terjadi respon kuadratik di 8 MSP (Tabel 7).
Serapan hara, menghasilkan respon yang linier di 16 MSP (fosfor) dan. respon
kuadratik di 16 MSP (kalium) (Tabel 7).
Tabel 7 Kadar dan serapan hara daun pada ketiga perlakuan pemupukan
Konsentrasi pupuk
(ppm)
Nitrogen
0
65
105
157
210

Kadar hara daun (%)a
8 MSP
16 MSP

Serapan hara (mg)a
8 MSP
16 MSP

2.07
1.95
1.93
1.76
1.92

1.47
1.45
1.85
1.75
1.82

22.61
25.77
21.04
21.72
22.04

18.01
21.78
28.63
23.76
26.97

Pr
Notasi
Fosfor
0
20
40
60
80

0.5456
tn

0.2459
tn

0.3134
tn

0.2532
tn

0.27
0.27
0.25
0.24
0.23

0.32
0.31
0.29
0.27
0.24

2.97
3.15
3.02
3.17
2.60

4.10
3.82
3.85
3.66
3.13

Pr
Notasi

0.0015
**