budidaya anggrek Phalaenopsis sp. di bal

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK BULAN (Phalaenopsis sp.) DI
BALAI PENELITIAN TANAMAN HIAS (BALITHI) CIANJUR, JAWA
BARAT

Oleh:
Dyah Estriana P
NIM A1L011099

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

1

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK BULAN (Phalaenopsis sp.) DI
BALAI PENELITIAN TANAMAN HIAS (BALITHI) CIANJUR, JAWA
BARAT


Oleh:
Dyah Estriana P
NIM A1L011099
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian/Teknologi Pertanian pada Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

2

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK BULAN (Phalaenopsis sp.)
DI BALAI PENELITIAN TANAMAN HIAS (BALITHI) CIANJUR,
JAWA BARAT


Oleh:
Dyah Estriana P
NIM A1L011099

Diterima dan disetujui
Tanggal:

Mengetahui:
Pembantu Dekan I,

Pembimbing

Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P.

Ir. Agus Sarjito, M. Sc.

NIP. 19601108 198601 1 001

NIP. 19601013 198703 1 007


3

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karuniaNya, sehingga penulisan laporan praktik kerja lapangan ini yang berjudul
“Teknik Budidaya Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis sp.) di Balai Penelitian
Tanaman Hias (BALITHI) Cianjur, Jawa Barat berhasil diselesaikan. Penulisan
laporan praktik kerja lapangan ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1.

Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto atas ijin praktik

2.

kerja lapangan.
Ir. Agus Sarjito, M. Sc., selaku pembimbing praktik kerja lapangan, yang

telah banyak memberikan saran dan bimbingan dalam penulisan laporan

3.

praktik kerja lapangan.
Dr. Ir. Suskandari Kartikaningrum., MP., selaku pembimbing di Balai
Penelitian Tanaman Hias, yang telah memberikan arahan dan bimbingan

4.

dalam melaksanakan praktik kerja lapangan.
Kedua orang tua, yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam

5.

pelaksanaan dan penulisan laporan praktik kerja lapangan.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan maupun
penulisan laporan praktik kerja lapangan.

4


Penulis menyadari bahwa laporan praktik kerja lapangan ini masih
kurang sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap agar laporan
praktik kerja lapangan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Purwokerto, 5 November 2014
Penulis

5

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
I.

II.

III.


IV.

V.

PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................... 4
C. Manfaat............................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 6
A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Anggrek Bulan....................... 6
B. Syarat Tumbuh Anggrek Bulan........................................................11
C. Teknik Budidaya Anggrek Bulan.....................................................14
D. Hama dan Penyakit Tanaman Anggrek Bulan..................................20
METODE PRAKTIK KERJA LAPANG................................................23
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan................23
B. Materi Praktik Kerja Lapangan........................................................23
C. Metode Pelsaksanaan Praktik Kerja Lapangan................................23
HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................25
A. Gambaran Umum Lokasi PKL.........................................................25

B. Budidaya Tanaman Anggrek Phalaenopsis di BALITHI.................34
C. Permasalahan dan Evaluasi di Lokasi PKL......................................66
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................67
A. Kesimpulan.......................................................................................67
B. Saran.................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................69
LAMPIRAN....................................................................................................72

6

DAFTAR TABEL

Tabel
1.
2.
3.
4.
5.


Halaman

Perbedaan Kebutuhan Pupuk Setiap Fase Pertumbuhan................................18
Struktur Organisasi BALITHI........................................................................29
Bahan Kimia untuk Larutan Stok Pembuatan Media Vacint and Went..........38
Bahan Kimia untuk Larutan Stok Pembuatan Media MS..............................39
Kategori Karakterisasi pada Bagian Bunga....................................................63

7

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.

Halaman

Tanaman Anggrek Bulan................................................................................ 7
Bunga Anggrek Bulan.................................................................................... 8
Buah Anggrek Bulan...................................................................................... 9
Daun Anggrek Bulan......................................................................................10
Diagram Data Pendidikan Sumber Daya Manusia di BALITHI....................30
Persilangan Anggrek Phalaenopsis................................................................36
Bahan-bahan untuk Pembuatan Media dan Campuran Semua Bahan...........41
Botol Media dan Alat Autoclave....................................................................42
Pensterilan Alat dan Pembelahan Buah Anggrek Phalaenopsis....................44
Pensterilan Tangkai Bunga dan Pencarian Mata Tunas..................................46

8

11.

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Jamur pada Pakis dan Proses Pembersihan Pakis..........................................49
Pengeluaran Planlet dari Botol Media dan Perendaman dalam Dithane........50
Planlet Tanaman Anggrek Phalaenopsis dan Proses Pengompotan...............51
Proses Pengompotan yang Telah Selesai dan Penempatan Kompotan..........52
Proses Individu Tanaman Anggrek Phalaenopsis..........................................53
Proses Penyiraman Tanaman..........................................................................55
Jenis Pupuk, Pencampuran Pupuk dan Pemasukan Pupuk dalam Tangki......56
Jenis Pestisida, Pemasukan Larutan dalam Tangki dan Pengaplikasian........57

Hama dan Penyakit Tanaman Anggrek Phalaenopsis....................................60
Peralatan Karakterisasi...................................................................................61
Tanaman Anggrek Phalaenopsis yang Dikarakterisasi..................................64
Buah Anggrek Phalaenopsis belum siap Panen dan Sudah Panen...............65

9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.

Halaman

Foto Kegiatan PKL....................................................................................... 73
Tabel Karakterisasi....................................................................................... 76
Tabel Kegiatan Laporan Harian PKL........................................................... 80
Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan PKL................................... 84
Tabel Daftar Nilai......................................................................................... 85

10

I.
A.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang
mempunyai lebih dari 4000 spesies anggrek yang tersebar di pulau-pulau
Indonesia. Hongkong, Singapura, dan Amerika Serikat merupakan negara yang
cukup banyak meminta anggrek dari Indonesia. Hal ini menimbulkan tingginya
minat masyarakat untuk memelihara dan mengelola tanaman anggrek sebagai
tanaman komersil, karena peluang pasar di dalam dan luar negeri yang masih
terbuka. Anggrek sebagai tanaman bunga potong yang mempunyai arti penting
dalam dunia perdagangan bunga, sehingga bunga anggrek merupakan sumber
devisa potensial bagi negara disamping dapat menjadi sumber penghasilan bagi
petani yang membudidayakannya (Sutater, 1996 dalam Kartikaningrum et al.,
2006).
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang
mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias. Warna
bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik serta fase hidup yang
panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri
dibandingkan tanaman hias lainnya sehingga banyak diminati oleh konsumen baik
dari dalam maupun luar negeri. Salah satu jenis anggrek yang paling banyak
digemari dan dikembangkan oleh banyak orang yaitu anggrek Phalaenopsis.
Anggrek Phalaenopsis secara alami tumbuh di Indonesia, Filipina, Thailand,

11

Taiwan, Malaysia dan lain sebagainya, dimana 65% diantaranya asli Indonesia
(Haryani dan Sayaka, 1993).

Sebagai tanaman hias, anggrek Phalaenopsis

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Harga tanaman per pot berkisar antara Rp.
22.000,00 sampai dengan Rp. 60.000,00 untuk tanaman yang belum berbunga
(Widyas, 2009).
Plasma nutfah anggrek bulan di Indonesia tersebar dan tumbuh alami di
Maluku, Sulawesi, Ambon, Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Phalaenopsis
sekarang sangat langka, jarang dijumpai karena plasma nutfahnya sudah banyak
yang diambil untuk dijadikan indukan persilangan dengan jenis anggrek alam
lainnya (Iswanto, 2001). Menurut Sutater dan Irawati dalam Muhit (2010) luas
panen, produksi dan produktivitas anggrek di Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Pada kenyataannya Industri anggrek di Indonesia masih tertinggal jauh
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Thailand, Taiwan, Singapura dan
Australia. Penyebabnya antara lain adalah skala usaha yang relatif kecil,
kurangnya ketersediaan bibit unggul yang relatif mahal, serta kurangnya informasi
pasar dan permodalan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas anggrek adalah memproduksi
tanaman anggrek sesuai dengan standar mutu internasional. Menurut Dirjen
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2005) kriteria mutu tanaman anggrek
Phalaenopsis dalam pot untuk ekspor dilihat dari diameter daun (10-12 cm, 16-18
cm, dan 25-30 cm), jumlah daun (3 helai, 3.5 helai, dan 4 helai), perakaran yang
sehat, bentuk tanaman proporsional dengan daun tegak dan bebas OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) baik hama, penyakit maupun gulma. Kriteria

12

yang tercantum pada mutu tanaman anggrek disesuaikan dengan permintaan
tanaman pot pada anggrek Phalaenopsis dari ukuran pot 15 cm, 25 cm, dan 35
cm. Usaha untuk mempersiapkan anggrek Phalaenopsis kualitas ekspor dilakukan
melalui pemeliharaan dan penanganan khusus.
Phalaenopsis dapat dibudidayakan dengan mudah dan sederhana,
namun, diperlukan kesabaran, ketelatenan dan fokus. Point terpenting pada
penanaman anggrek adalah perakarannya tidak rusak, tanaman tidak
goyang dan drainase lancar. Penanaman yang benar dengan ditunjang
pemeliharaan serta perawatan yang baik dan penempatan pada daerah yang
sesuai dengan habitat hidup anggrek dipastikan akan memberikan
pertumbuhan tanaman yang bagus dan bunga yang indah. Pemeliharaan
dan perawatan yang baik dapat dilakukan dengan memperhatikan banyak
atau tidaknya penerimaan sinar matahari, sirkulasi udara, penyiraman,
pemupukan dan pengendalian hama penyakit pada tanaman anggrek.
Penanaman dapat dilakukan dengan cara ditanam dalam pot atau
ditempelkan pada batang pohon, lempengan pakis, maupun kepingan kayu.
Pot yang digunakan bisa berupa pot tanah liat atau pot plastik dengan
memodifikasi media tumbuhnya. Pada prinsipnya, anggrek memerlukan
kelembaban tinggi, namun tidak menyukai kadar air yang berlebihan.
Media yang digunakan dapat berupa pecahan genting, arang, serabut
kelapa, dan cacahan pakis. Media tersebut hanya digunakan untuk tempat
menempel dan membantu berdirinya tanaman (Purwanti, 2012).

13

Tujuan pembudidayaan bunga anggrek berorientasi untuk ekspor
sebagai sumber devisa negara, dan untuk memenuhi kebutuhan lokal.
Selain

itu,

terdapat

pula

penggemar-penggemar

anggrek

yang

membudidayakannya sebagai hobi atau kegemaran saja. Teknik budidaya
yang baik pada anggrek akan memperbaiki produktivitas dan hasil yang
diperoleh bagi petani anggrek.
Balai penelitian tanaman hias (Balithi) adalah instansi untuk
pengembangan dan penelitian tanaman hias bermutu. Balai penelitian
tanaman hias terletak di Cianjur, Jawa Barat. Balai Penelitian Tanaman
Hias dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai unit
pelaksana teknis berlokasi di Pasarminggu Jakarta, membawahi 2 (dua)
instalasi yaitu Instalasi Tanaman Hias Cipanas dan Instalasi Tanaman Hias
Segunung. Penelitian dan pengembangan tanaman hias didasarkan pada
komoditas yang menjadi prioritas Balithi saat ini adalah anggrek, mawar,
melati, sedap malam, tanaman hias pot, dan tanaman taman. Teknik-teknik
bioteknologi dalam bidang pemuliaan dan pembibitan merupakan prioritas
dalam penelitian. Anggrek Phalaenopsis merupakan salah satu tanaman
hias yang di kembangkan dan diteliti di Balithi dan merupakan varietas
unggul di Balithi.
B.
1.

Tujuan

Mempelajari kondisi lingkungan, sejarah, organisasi dan kegiatan utama di
Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Cianjur,

14

2.

Mempelajari teknik budidaya tanaman anggrek bulan di Balai Penelitian
Tanaman Hias (Balithi) Cianjur,

3.

Mempelajari permasalahan teknik budidaya tanaman anggrek bulan di Balai
Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Cianjur.

C.

Manfaat

Manfaat dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan ini antara lain:
1.

Mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknik budidaya tanaman
anggrek bulan di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Cianjur, Jawa

2.

Barat,
Mendapatkan permasalahan dalam pembudidayaan tanaman anggrek bulan,
agar dapat belajar untuk mengatasi permasalahan dalam pembudidayaan
tanaman anggrek bulan.

15

A.

II.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Anggrek Bulan

Phalaenopsis adalah salah satu genus anggrek yang memiliki kurang lebih
2000 spesies dengan jumlah varietasnya sekitar 140 jenis dan 60 diantaranya
terdapat di Indonesia. Nama Phalaenopsis berasal dari Yunani, yaitu Phalaenos
yang berarti ngengat atau kupu-kupu dan opsis bentuk atau penampakan. Anggrek
bulan merupakan tanaman anggrek yang termasuk dalam genus Phalaenopsis
(Djaafarer, 2003). Kedudukan tanaman anggrek bulan dalam sistematika
(taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Monocotyledonae

Bangsa

: Orchidales

Suku

: Orchidaceae

Marga

: Phalaenopsis

Jenis

: Phalaenopsis sp.

Susunan tubuh tanaman anggrek bulan terdiri dari bunga, buah, biji, daun,
batang, dan akar. Tanaman anggrek bulan secara keseluruhan dapat dilihat pada
Gambar 1.

16

Gambar 1. Tanaman Anggrek Bulan.
Sumber : Dokumen Pribadi
1.

Bunga Anggrek Bulan
Bunga anggrek bulan tersusun dalam tandan dan kadang-kadang bercabang

dengan panjang karangan bunga mencapai 50 cm yang tumbuh menjuntai. Setiap
tangkai mendukung 10-12 kuntum bunga dengan daun penumpu 5 mm berbentuk
segitiga, bunganya cukup harum dan waktu mekarnya lama. Perhiasan bunga
tersusun membulat dengan diameter 6-10 cm atau lebih dan mahkotanya
bertumpang tindih dengan kelopak tersusun membundar (Puspitaningtyas, 2010).
Bentuk bunga anggrek Phalaenopsis ada dua, yaitu bulat (round shape) dan
bintang (star). Bunga anggrek terdiri dari kelopak (sepal), mahkota (petal), dan
lidah (labelum). Sepal yang dimiliki anggrek terdiri atas tiga helai dan tiga helai
petal yang salah satu petal berubah menjadi bibir bunga atau labelum. Selain itu,

17

terdapat bagian lain yang disebut tugu, yaitu perpanjangan gagang bunga (bakal
buah), dibentuk oleh penyatuan putik dan benang sari (Kencana, 2007).
Warna bunga putih bersih dengan sedikit variasi kuning dan bintik
kemerahan di bibir bunga. Bunga anggrek Phalaenopsis juga memiliki motif yang
beragam diantaranya motif titik-titik, garis-garis, blok dan sembur (splash).
Susunan bunganya sangat artistik, tersusun rapi, menjuntai ke bawah, dan
berselang-seling (Setiawan, 2005). Bibir kedua cuping samping tegak melebar dan
bagian tepi depannya berwarna kuning dengan garis kemerahan. Buah berbentuk
bulat lonjong, berukuran 7,5 x 1,3 cm (Puspitaningtyas, 2010). Bunga anggrek
bulan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bunga Anggrek Bulan.
Sumber : Dokumen Pribadi

18

2.

Buah dan Biji Anggrek Bulan
Bentuk buah anggrek merupakan lentera atau capsular yang memiliki 6

rusuk. Tiga diantaranya merupakan rusuk sejati dan tiga rusuk yang lain
merupakan tempat melekatnya dua tepi daun buah yang berlainan. Buah anggrek
yang mencapai besarnya jari kelingking memiliki ratusan ribu bahkan jutaan biji
anggrek yang sangat lembut dalam ukuran yang sangat kecil di dalamnya. Biji-biji
anggrek tidak memiliki endosperm sebagai cadangan makanan, sehingga untuk
perkecambahannya dibutuhkan nutrisi yang berfungsi membantu pertumbuhan
biji. Buah anggrek dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Buah Anggrek Phalaenopsis
Sumber : dokumen pribadi
3.

Daun dan Batang Anggrek Bulan
Anggrek bulan termasuk anggrek epifit monopodial yang tumbuh menjuntai.

Batangnya sangat pendek dan terbungkus oleh seludang daun. Daunnya berjumlah
kurang dari lima helai, berwarna hijau, tebal, berdaging, berbentuk lonjong bulat
telur sungsang atau jorong, melebar di bagian ujungnya, berujung tumpul, atau

19

sedikit meruncing, dengan panjang 20-30 cm dan lebar 5-8 cm. Daun anggrek
bulan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Daun Anggrek Bulan.
Sumber : Dokumen Pribadi
4.

Akar Anggrek Bulan
Akar anggrek bulan berbentuk bulat memanjang serta berdaging, bercabang,

berwarna putih dan hijau di bagian ujungnya (Puspitaningtyas, 2010). Menurut
Rukmana (2008), akar tanaman anggrek bulan terdiri dari dua macam yaitu akar
lekat dan akar udara (aerial). Akar lekat berfungsi untuk melekat dan menahan
keseluruhan tanaman agar tetap berada pada posisinya. Bagian ujung akar
meruncing dan sedikit lengket, dalam keadaan kering, akar tampak berwarna putih
keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja berwarna hijau atau tampak
keunguan. Akar yang sudah tua akan berwarna coklat tua dan kering. Akar udara

20

atau akar aerial merupakan akar yang keluar dari batang atas. Akar udara atau akar
aerial yang tidak melekat pada batang pohon tidak ditumbuhi rambut akar. Akar
aerial yang masih aktif ujungnya berwarna hijau, hijau keputihan atau kuning
kecoklatan, licin dan mengkilat. Akar aerial ini mempunyai lapisan sel atau
jaringan yang disebut velamen yang bersifat spongy (berongga). Jaringan tersebut
berfungsi untuk memudahkan akar menyerap air hujan yang jatuh pada kulit
pohon inang dan membasahi akar udara. Akar udara berperan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena berkemampuan menyerap unsur
hara dan sebagai alat pernafasan anggrek (Utami dkk, 2007).
Anggrek bulan memiliki karakter tumbuh monopodial, sehingga tidak
menghasilkan anakan ke samping. Dalam hal ini, perbanyakan Phalaenopsis akan
lebih efektif dilakukan secara generatif daripada vegetatif. Proses perkecambahan
biji dilakukan di laboratorium, yaitu dalam medium agar buatan yang dilakukan
secara steril (Puspitaningtyas, 2010).

1.

B.
Syarat Tumbuh Anggrek Bulan
Ketinggian Tempat dan Curah Hujan
Anggrek bulan dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dan

umumnya hidup pada ketinggian 50-600 m dpl, juga dapat berkembang dengan
baik pada ketinggian 700-1.100 m dpl. Anggrek ini tumbuh epifit atau menempel
di pohon yang cukup rindang dan menyukai tempat yang teduh serta lembab,
terutama di hutan basah dengan curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.

2.

Intensitas Cahaya

21

Cahaya optimum yang diperlukan oleh tiap tanaman berbeda-beda
tergantung kebutuhan tiap tanaman, namun hal ini harus dipertahankan untuk
menghasilkan tanaman yang mempunyai masa penampilan yang lebih baik,
jumlah bunga maksimum, pembentukan daun yang sempurna, warna bunga indah,
dan tinggi tanaman yang memadai. Umumnya tanaman pot berbunga indah akan
membentuk bunga dalam jumlah maksimum dengan warna yang indah pada
kondisi ruang bercahaya tinggi, meskipun cahaya matahari langsung dihindari.
Cahaya berperan penting dalam proses metabolisme tubuh tumbuhan.
Menurut Fitter dan Hay (1981), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh
terhadap anggrek baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara
langsung yaitu pada proses fotosintesis dan pengaruh secara tidak langsung yaitu
pada proses respirasi. Cahaya matahari secara tidak langsung mempengaruhi
proses respirasi karena tinggi rendahnya jumlah cahaya sangat berpengaruh
terhadap suhu lingkungan tumbuh anggrek. Hal ini berpengaruh terhadap
pertumbuhan, perkecambahan dan pembungaan anggrek. Walau tumbuh di daerah
tropis, anggrek ini membutuhkan sedikit cahaya matahari (12.000-20.000 lux)
sebagai penunjang hidupnya karena tidak tahan terhadap sengatan matahari
langsung. Kebutuhan cahaya untuk genus anggrek Phalaenopsis adalah cahaya
teduh sampai sedang antara 20-25%. Apabila cahaya yang didapat anggrek lebih
besar 25%, akan timbul kerusakan pada sebagian atau seluruh jaringan tanaman.

3.

Suhu dan Kelembaban Udara

22

Tanaman anggrek umumnya membutuhkan kelembaban udara yang tinggi
yang disertai dengan kelancaran sirkulasi udara. Kelembaban nisbi (RH) yang
dibutuhkan tanaman anggrek rata-rata 70-80% dengan suhu udara hangat di
bawah 29oC. Fungsi kelembaban yang tinggi antara lain untuk menghindari proses
transpirasi atau penguapan yang berlebihan (Puspitaningtyas, 2010).
Sirkulasi udara harus baik, yakni udara yang berhembus lembut secara terus
menerus sepanjang kehidupan anggrek. Sirkulasi atau aliran udara yang terusmenerus ini berguna untuk pergantian udara di permukaan daun dan akar.
Ketidakadaan hembusan udara dapat membuat anggrek mudah terserang berbagai
jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri (Siregar, 2009). Pot yang
digunakan untuk penanaman anggrek harus diberi lubang pada bagian bawah dan
samping agar tidak ada air yang tersimpan.
4.

pH
Menurut Gunawan (2007), penyebaran anggrek pada umumnya terdapat

pada kisaran pH 4-7, dimana idealnya adalah 5,5 – 5,6. Angka kemasaman tanah
kadang-kadang di pengaruhi oleh kelembaban tanah. Tanah yang basah cenderung
menunjukkan pH yang rendah, sedangkan tanah yang kering pHnya agak tinggi.
Kemasaman tanah juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik, mineral, dan kapur
yang terkandung di dalamnya.

C.

Teknik Budidaya Anggrek Bulan

23

Teknik budidaya anggrek bulan menurut Gunawan (2008) meliputi
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen anggrek.
1.

Pembibitan
Phalaenopsis sp. tidak dikembangbiakkan menggunakan biji secara alamiah

tetapi harus menggunakan mikoriza karena biji anggrek tidak mempunyai
cadangan makanan. Perbanyakan anggrek secara alami menghasilkan persentase
perkecambahan yang kurang memenuhi permintaan petani anggrek, hal tersebut
dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode kultur jaringan. Metode ini dapat
menghasilkan perkecambahan anggrek dalam jumlah dan waktu yang relatif
singkat (Khasanah, 2011; Gunawan, 2007). Kutur jaringan adalah suatu teknik
isolasi bagian-bagian tanaman seperti jaringan, organ, embrio yang dipelihara dan
ditumbuhkan pada medium buatan yang steril, agar mempu beregenerasi dan
berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap (Zulkarnaen, 2009). Teknik kultur
jaringan dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman yang steril, seragam, dan
sehat.
Menurut Kuswandi (2012), alasan untuk mengecambahkan biji anggrek
dengan cara in vitro yaitu :
1)

Biji anggrek sangat kecil dan mengandung cadangan makanan yang sangat
sedikit atau bahkan tidak ada. Jika dikecambahkan secara in vivo
kemungkinan besar bisa hilang atau cadangan makanan yang terkandung

2)

tidak mencukupi.
Perkecambahan dan perkembangan bibit sangat tergantung pada simbiosis
dengan fungi. Jika ditumbuhkan tanpa fungi maka disebut perkecambahan
asimbiotik.

24

3)

Jika biji dihasilkan dari persilangan tertentu, maka perkecambhan secara

4)

invitro akan meningkatkan persentase keberhasilannya.
Perkecambahan secara in vitro dapat membantu perkecambahan embrio
anggrek

yang

belum

berkembang

atau

belum

matang

sehingga

memperpendek siklus pemuliannya atau budidayanya.
Pembibitan dilakukan dengan menanam bibit dari botol ke dalam kompot.
Proses ini dikenal sebagai aklimatisasi yaitu proses adaptasi tanaman dari
lingkungan aseptik ke lingkungan non aseptik. Pertumbuhan akar didalam kompot
terus berkembang, hal ini membuat tanaman berkompetisi dalam penyerapan air
dan hara selama masih di dalam kompot sehingga pertumbuhan menjadi
terhambat. Pamungkas (2006) menyatakan bahwa tanaman yang sudah agak
dewasa atau tanaman remaja selama masih dalam kompot, harus segera
dipindahkan ke dalam pot individu. Hal ini bertujuan agar tanaman memiliki
ruang tumbuh yang lebih baik.
Pertumbuhan dan perkembangan anggrek sangat dipengaruhi oleh media
tanamnya mulai dari pembibitan hingga ke pembungaan tanaman. Secara umum,
media tumbuh harus dapat menjaga kelembaban di sekitar akar, menyediakan
cukup udara dan dapat menahan hara yang diberikan. Jenis media yang digunakan
tidaklah sama di setiap daerah. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940
menggunakan media tumbuh berupa pecahan batu bata, moss, arang, sabut kelapa,
atau batang pakis. Selain itu ada juga yang menggunakan serutan kayu (Purwanti,
2012). Media tanam anggrek yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan

25

drainase baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara, mudah didapat dalam jumlah
yang diinginkan, mudah ditangani dan relative murah harganya (Kencana, 2007).
2.

Penanaman
Sarana penanaman untuk menanam anggrek berupa pot dan penopang.

Penopang sangat diperlukan agar anggrek tidak mudah rebah. Pot yang digunakan
adalah pot tanah, pot plastik atau kotak kayu, sedangkan untuk penopang yang
digunakan biasanya kawat atau bambu.
Penanaman anggrek pada umumnya menggunakan pot yang berbahan dasar
tanah liat. Pot tanah memiliki keunggulan yakni tidak panas dan dapat
merembeskan air siraman anggrek, sedangkan pot plastik mudah panas jika hawa
udara sedang panas, tidak bisa merembeskan air siraman kecuali diberi lubang.
Dalam melakukan penanaman anggrek, media tanamnya bisa menggunakan arang
kayu, pakis ataupun pecahan bata dan genting. Untuk penanaman bibit anggrek
yang baru keluar dari botol, maka harus menggunakan pakis lembut dan arang
kayu yang terlebih dulu dipanaskan biar steril dari bakteri dan hewan lainnya.
Bibit anggrek botolan yang telah berusia 1 tahun atau daunnya sudah
mencapai 1 cm dan sudah muncul 2-3 buah akar dikeluarkan secara perlahan dari
botol menggunakan kawat yang dibengkokkan ujungnya. Anggrek yang baru
dikeluarkan di tanam dalam kompot dengan menggunakan media tanam bagian
bawah arang kayu dan bagian atas pakis lembut. Tiga bulan kemudian, tanaman
dipindahkan ke single pot yang lebih kecil yaitu ukuran 8 cm atau 10 cm dan
ditanami 3-5 tanaman. Pot diisi media 2/3 bagian, kemudian dimasukkan larutan
fungisida 2 ml/l dan larutan pupuk organik 2 ml/l. Setelah 3 bulan dilakukan

26

pemindahan tanaman (repotting), ke dalam pot yang lebih besar yaitu ukuran 18
cm dan ditanami 1 tanaman saja. Setiap 6-8 bulan sekali media diganti dengan
yang baru (Risa, 2007).
3.

Pemeliharan
Pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman dan pengendalian hama

penyakit. Selain itu, agar anggrek dapat tumbuh dan berbunga memuaskan,
cahaya dan lingkungannya juga harus diperhatikan.
a.

Pemupukan

Pemupukan yang banyak dilakukan pada tanaman anggrek yaitu pemupukan
lewat daun, karena lebih efektif dibandingkan cara lain. Alasan logisnya adalah
daun mampu menyerap pupuk sekitar 90%, sedangkan akar hanya mampu
menyerap 10% (Iswanto, 2001). Pemupukan yang dilakukan melalui daun,
kandungan unsure hara dalam pupuk akan masuk ke dalam jaringan tubuh
tanaman melalui pembuluh daun atau kutikula. Alat yang biasa digunakan untuk
pemupukan melalui daun yaitu alat semprot. Umumnya konsentrasi larutan pupuk
daun yang digunakan untuk tanaman anggrek sebanyak 2 g/liter air, namun
keadaan tersebut bisa berubah tergantung kondisi tanaman (Fatmawati dan
Susiyanti, 2004). Pemupukan dilakukan satu kali per minggu, waktu yang baik
untuk menyemprotkan pupuk adalah antara pukul 07.00-09.00 atau pukul 15.0017.00, sebab pada jam-jam tersebut penguapan yang terjadi sangatlah sedikit
sehingga bahan makanan dapat lebih banyak diserap oleh daun (Iswanto, 2001).
Jenis pupuk yang dipakai untuk anggrek umumnya berupa pupuk majemuk,
yaitu pupuk yang mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur

27

hara makro adalah unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman contohnya C, H,
K, N, P, S, Mg, dan Ca. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang sedikit
dibutuhkan tanaman contohnya Cu, Zn, Mo, Cl, dan Fe. Aplikasi pemberian
pupuk harus menyesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman. Untuk
membedakan kebutuhan pupuk dari setiap fase pertumbuhan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 1. Perbedaan Kebutuhan Pupuk Setiap Fase Pertumbuhan.
Fase Pertumbuhan

N

P

K

Dosis Per Minggu

Seedling

60%

30%

10%

1 g/liter air

Tanaman muda

30%

30%

30%

2 g/liter air

Tanaman dewasa

10%

10%

10%

2 g/liter air

Sumber : Sandra, 2001
b.

Penyiraman

Penyiraman merupakan hal yang sangat penting untuk segala jenis tanaman
termasuk anggrek. Kebutuhan air sangat tergantung pada jenis tanaman, ukuran
tanaman, jenis media, jenis pot, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan
angin. Pemberian air yang berlebihan sering merugikan anggrek terutama di
daerah yang lembab, kelebihan air adalah faktor utama penyebab kematian. Cara
pemberian yang baik adalah melalui nozzle penyemprot. Penyiraman dengan alat
ini dapat mempermudah pengaturan butiran air, sehingga tidak menghanyutkan
media tumbuh atau merusak batang dan bunga. Penyiraman anggrek
Phalaenopsis dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca, jika matahari sedang terik
sekali, maka penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, tetapi
jika musim hujan, anggrek tidak perlu disiram.

28

c.

Pengendalian Hama Penyakit

Kerusakan tanaman anggrek yang disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar. Pengendalian yang tidak
optimal, dapat menyebabkan kerusakan akar, batang, daun dan bunga tidak dapat
dihindari lagi. Tindakan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit dapat
ditempuh dengan menjaga kebersihan area dan tanamannya, serta memeriksa
tanaman setiap hari untuk mengetahui secara dini adanya tanda-tanda serangan
hama atau penyakit (Deptan, 2005).
4.

Panen Anggrek
a. Ciri dan Umur Tanaman Berbunga,
Umur tanaman anggrek berbunga, tergantung jenisnya. Umumnya
tanaman anggrek dewasa berbunga setelah 1-2 bulan ditanam. Tangkai
bunga yang dihasilkan kira-kira 2 tangkai dengan jumlah kuntum
b.

sebanyak 20-25 kuntum pertangkai.
Cara Pemetikan Bunga,
Panen bunga anggrek perlu diperhatikan cara pemotongan. Pemotongan
dilakukan pada jarak 2 cm dari pangkal tangkai bunga dengan
menggunakan alat potong yang bersih.
D.

Hama dan Penyakit Tanaman Anggrek Bulan

Budidaya tanaman anggrek bulan tidak terlepas dari adanya
kemungkinan serangan hama dan penyakit. Beberapa hama dan penyakit
yang sering menyerang tanaman anggrek, khususnya anggrek bulan,
adalah kutu wol, keong atau bekicot, kumbang penggerek bunga, kumbang
penggerek akar, tungau merah, dan kumbang penggerek batang.

29

1.

Kutu Wol (Pseudococcus sp.) sering disebut pula sebagai kutu sisik. Tubuh
kutu ditutupi bahan semacam lilin yang berwarna putih. Stadium nimfa
biasanya hidup secara bergerombol dan mampu bergerak dengan cepat.
Kutu wol biasanya hidup di ketiak daun dan ujung akar tanaman anggrek
bulan. Serangan hama ini menyebabkan tanaman menjadi kurus dan kering,
karena hama ini mengisap cairan tanaman dan mengganggu proses
fotosintesis tanaman. Gejala visual yang dapat diamati akibat serangan kutu
wol adalah tanaman menguning, kemudian berubah menjadi cokelat dan
akhirnya mati.

2.

Keong atau bekicot (Achantina fulica F.). Hama ini menyerang tanaman
anggrek bulan dengan cara memakan tunas atau daunnya sehingga
menyebabkan bagian tanaman menjadi rusak tidak beraturan. Misalnya,
daun menjadi bolong-bolong atau tunasnya habis dimangsa.

3.

Kumbang penggerek bunga (Lema sp.). Stadium hama yang merusak
tanaman adalah larva. Larva bersembunyi pada daun atau kuntum bunga.
Hama ini biasanya menyerang kuntum bunga, sehingga menyebabkan
kuntum bunga menjadi rusak berlubang-lubang dan ditutupi dangan kotoran
hama.

4.

Kumbang penggerek akar (Diaxenes phalaenopsidis). Stadium hama yang
merusak tanaman anggrek bulan adalah larva dan kumbang. Larva dan
kumbang menyerang tanaman dengan membuat lorong pada akar udara,
atau kadang-kadang dengan menggerek daun. Gejala serangan yang dapat

30

diamati secara visual adalah adanya bekas gerekan tidak merata pada akar
atau daun tanaman anggrek bulan.
5.

Tungau merah (Tenuipalpus orchidarum). Tungau menyerang tanaman
dengan cara mengisap cairan permukaan daun bagian bawah. pada awal
serangan, timbul bercak-bercak kecil, yang kemudian berubah menjadi
kemerah-merahan dan akhirnya kering.

6.

Kumbang

penggerek

batang

(Orchidophilus

aterrimus). Kumbang

penggerek batang yang memiliki panjang 3,5 mm – 7 mm, pada umumnya
hidup bersembunyi di ketiak daun. Pada stadium larva, biasanya membuat
lubang-lubang atau gerekan. Hama ini pada umumnya mengerek batang
tanaman, walaupun kadang-kadang menggerek daun dan tangkai bunganya
juga. Serangan hama ini menyebabkan batang atau tangkai bunga rusak,
yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian tanaman.
Penyakit yang banyak menyerang tanaman anggrek bulan (Phalaenopsis
sp.) yaitu bercak daun dan busuk daun.
1.

Penyakit Bercak Daun. Kecambah tanaman anggrek Phalaenopsis sangat
peka terhadap bakteri penyebab bercak daun, terutama pada cuaca sangat
lembab. Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat bercak kecil bening pada
pucuk daun. Bercak ini dalam beberapa hari dapat meluas ke seluruh

2.

kompot, kemudian daun kecambah anggrek menjadi rusak dan mati.
Penyakit Busuk Daun. Gejala penyakit busuk daun ini ditandai dengan
timbulnya bercak yang berwarna lebih gelap dibandingkan dengan daun
yang sehat. Daun menjadi lunak dan berair, turgornya hilang, dan

31

mengeluarkan bau yang khas. Penyakit ini akan menjalar ke bagian pucuk
tanaman (titik tumbuh) sehingga dalam waktu singkat tanaman akan mati.

III.
METODE PRAKTIK KERJA LAPANG
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Praktik kerja lapangan dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias
(Balithi) Cianjur Jawa Barat dimulai pada tanggal 4 Agustus 2014 sampai dengan
tanggal 4 September 2014.
B.
Materi Praktik Kerja Lapangan
Materi dalam praktik kerja lapangan adalah teknik budidaya tanaman
anggrek bulan.

32

C.

Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Metode yang digunakan adalah observasi partisipatif, yakni wawancara langsung,
pengamatan dan pencatatan, serta partisipasi aktif.
1.

Wawancara Langsung
Informasi diperoleh secara langsung dari karyawan dan petugas lapangan
Balai Penelitian Tanaman Hias, khususnya informasi tanaman anggrek

2.

bulan.
Pengamatan dan Pencatatan
Memperoleh data primer dan data sekunder yang berhubungan dengan
kajian praktik kerja lapangan. Data primer adalah data yang diambil melalui
pengamatan langsung di lapangan tentang budidaya tanaman anggrek bulan,
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen Balai
Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Cianjur mengenai struktur organisasi,

3.

serta mengenai informasi atau data dari Balai setempat.
Partisipasi Aktif
Ikut serta secara aktif dalam kegiatan budidaya tanaman anggrek bulan di
lokasi budidaya tanaman anggrek Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi)
Cianjur.

33

1.

IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Praktik Kerja Lapangan
Sejarah Balai Penelitian Tanaman Hias
Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) merupakan lembaga yang dibentuk

dan difungsikan oleh pemerintah pada tahun 1939 dengan aspek penelitian di
bidang tanaman hias, umbi-umbian, obat-obatan dan tanaman industri. Pada masa
pendudukan Jepang (1942-1945) terjadi pengalihan hak milik, dengan tetap
melanjutkan aspek penelitian yang sebelumnya dilakukan pada jaman
pemerintahan Hindia-Belanda.
Pada tahun 1950-1960 didirikan Instansi Penelitian Tanaman Hias Cipanas
di bawah pengawasan Perkebunan Rakyat Pasar Minggu. Mulai tahun 1963
sampai 1980 status tersebut diganti menjadi Kebun Percobaan Cipanas di bawah
koordinasi Balai Penelitian Tanaman Pangan. Pada tanggal 16 Agustus 1984

34

terjadi perubahan menjadi Sub Balai Penelitian Hortikultura (Sub Balithor)
Cipanas

berdasarkan

Surat

Keputusan

menteri

Pertanian

Nomor

:

613/Kpts/OT.210/81/1984. Sub Balithor berfungsi sebagai unit pelaksana teknis
Bidang Penelitian dan Pengembangan Khusus Tanaman Hias. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 796/Kpts/OT/210/12/1994 tanggal 13
Desember 1994, Sub Balithor Cipanas, Segunung, dan Pasar Minggu bergabung
menjadi Balai Penelitian Tanaman Hias.
Balai Penelitian Tanaman Hias merupakan unit pelaksana teknis bidang
penelitian tanaman hias di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian
Tanaman Hias sebagai unit pelaksana teknis berlokasi di Pasar Minggu, Jakarta
dan membawahi dua instansi kebun percobaan yaitu Instasi Kebun Percobaan
Tanaman Hias Cipanas dan Instansi Kebun Percobaan Tanaman Hias Segunung.
Kurun waktu tujuh tahun terhitung pada tahun 1995 sampai dengan 2001,
Balai Penelitian Tanaman Hias telah menghasilkan varietas unggul tanaman hias
antara lain krisan, mawar, dan gladiol. Tahun 2001 Balai Penelitian Tanaman Hias
berpindah tempat dari Pasarminggu Jakarta ke Segunung, yaitu Jalan Raya
Ciherang Pacet, Cianjur. Pada bulan Januari 2002 sesuai Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor : 63/Kpts/OT.210/2002 tanggal 22 Januari 2002 ditetapkan
kembali tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian Tanaman Hias yaitu sebagai unit
pelaksana teknis di bidang penelitian dan pengembangan di bawah tanggung
jawab langsung Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
2.

Lokasi Balai Penelitian Tanaman Hias

35

Balai Penelitian dibagi menjadi 2 bagian yaitu Balai Penelitian Tanaman
Hias Segunung dan Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas. Sejak 2 tahun yang
lalu, telah dibentuk pembagian kerja pada kedua balai ini. Balai Penelitian
Tanaman Hias Segunung lebih di khususkan pada kegiatan administrasi, jasa
penelitian serta kegiatan agronomi dan koleksi plasma nutfah. Kegiatan pemuliaan
tanaman dan penelitian difokuskan di kebun percobaan Cipanas.
Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung terletak di desa Ciherang
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Balai Penelitian Tanaman Hias
berada sekitar 600 meter dari jalur propinsi yang menghubungkan Bogor dengan
Cianjur tepatnya berjarak ± 15 kilometer dari kota Cianjur dan 3 kilometer dari
Cipanas. Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung memiliki luas areal 10,6 ha
yang meliputi areal perkantoran, perumahan dinas, laboratorium, guest house dan
kebun percobaan. Luas kebun Balai Penelitian Tanaman Hias yaitu sekitar 7 ha.
Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas berlokasi di desa Sindanglaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang terletak 18 km dari kota
Cianjur. Batas Wilayah Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas yaitu :

3.

Sebelah Utara

: Kampung Landbow

Sebelah Selatan

: Kampung Sindanglaya

Sebelah Barat

: Kampung Pasir Haur

Sebalah Timur

: Kampung Sukasari.

Keadaan Tanah dan Iklim
Tinggi tempat

: 1100 m dpl (sebelum proyek cirata)
900 m dpl (setelah proyek cirata)

36

Jenis tanah

: Andosol

pH

: 5,5 – 6

Suhu tanah

: 21oC sampai 23oC

Struktur tanah

: Remah dan gembur

Warna tanah

: Hitam kelabu kecoklatan

Tekstur tanah

: Debu atau lempung berdebu

Topografi

: Berbukit

Tipe iklim

: A C Alfa (Schmidt dan Ferguson)

Curah hujan rata-rata

: 3042 mm/tahun

Suhu udara harian minimum

: 16,2oC

Suhu udara harian maksimum : 24,9oC
Kelengasan udara

: 88%

Penguapan

: 3,2 mm/hari

Radiasi matahari

: 246 kal/cm/hari

Keadaan iklim dan tanah diatas diambil dari dokumen-dokumen yang
berada pada perpustakaan di Balai Penelitian Tanaman Hias.
4.

Visi, Misi dan Struktur Organisasi Balai Penelitian Tanaman Hias
Visi
Balithi tahun 2010-2014 adalah ”Menjadi lembaga penelitian tanaman hias

berkelas dunia (2014) dalam menghasilkan teknologi inovatif mendukung industri
florikultura yang berdaya saing, berkelanjutan, dan berbasis sumberdaya lokal”.
Misi

37

Dalam upaya pencapaian Visi dan pelaksanaan tupoksi, Balithi menetapkan
Misi sebagai berikut :
a. Menghasilkan,

mendiseminasikan,

dan

merekomendasikan

pengembangan teknologi inovatif yang berwawasan lingkungan dan
berbasis sumberdaya lokal guna mendukung terwujudnya industri
florikultura berkelas dunia,
b. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya penelitian serta
memanfaatkannya secara efisien dan efektif,
c. Mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional melalui
pola kemitraan menuju kemandirian IPTEK florikultura.
Struktur Organisasi
Berdasarkan

surat

Keputusan

Menteri

Pertanian

Nomor

:

63/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002 Struktur Organisasi Balai
Penelitian Tanaman Hias yaitu :
Tabel 2. Struktur Organisasi BALITHI

38

39

Berdasarkan data Sub Bag Tata Usaha Balithi, data pendidikan sumber daya
manusia yang ada di Balai Penelitian Tanaman Hias per tanggal 31 Desember
2013 dapat dilihat pada Gambar 5.

40

Gambar 5. Diagram data pendidikan sumber daya manusia di BALITHI
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI)
Sumber daya manusia di BALITHI terbagi dalam beberapa tugas fungsional,
diantaranya sebagai berikut :
Fungsional Peneliti






Peneliti Utama
Peneliti Madya
Peneliti Muda
Peneliti Pertama
Peneliti non Klas

: 04 orang
: 11 orang
: 8 orang
: 13 orang
: 1 orang

Fungsional Teknisi Litkayasa





5.

Teknisi Litkayasa Penyelia
: 9 orang
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan : 8 orang
Teknisi Litkayasa Pelaksana
: 8 orang
Teknisi Litkayasa Pemula
: 1 orang
Teknisi Litkayasa non Klas
: 12 orang
Tugas Pokok, Fungsi, Program dan Fasilitas Balai Penelitian Tanaman Hias
a. Tugas Pokok
Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No.63/Kptc/OT.210/1/2002, Balai

Penelitian Tanaman Hias merupakan unit pelaksana teknis bidang penelitian dan
pengembangan tanaman hias, di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian.
b. Fungsi Balai Penelitian Tanaman Hias

41

1) Penelitian tanaman hias di bidang pemuliaan, fisiologi, agronomi,
proteksi, agroekosistem, agroekonomi, pascapanen, mekanisasi
untuk pengembangan produksi, lingkungan pola tanam, analisis
komoditas, analisis residu pestisida dan pupuk
2) Penelitian komponen teknologi sistem usahatani tanaman hias.
3) Penelitian eksplorasi, evaluasi, pelestarian dan pemanfaatan plasma
nutfah tanaman hias.
4) Pelayanan teknik, kerjasama dan penyebaran hasil penelitian.
5) Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hias didasarkan pada
komoditas yang menjadi prioritas Balithi saat ini adalah Anggrek,
Mawar, Melati, Sedap Malam, Tanaman Hias Pot, dan Tanaman
Taman. Komoditas penting lainnya adalah Gladiol dan Krisan.
Program penelitian diarahkan untuk memecahkan berbagai masalah
terutama peningkatan produktivitas, pengendalian hama dan penyakit,
pembibitan, tata niaga dan faktor-faktor lain yang turut menentukan
pencapaian sistem produksi yang berkelanjut.
Penelitian dan pengembangan teknik-teknik bioteknologi dalam
bidang pemuliaan dan pembibitan merupakan prioritas dalam penelitian.
Hasil-hasil

penelitian

disalurkan

melalui

seminar-seminar

ilmiah,

simposium, jurnal hortikultura, forum komunikasi penelitian dan lain-lain.
(sumber informasi Sub Bagian Tata Usaha Balithi)
c. Program Utama dan Prioritas Penelitian
1) Pengelolaan Plasma Nutfah
2) Perbaikan Potensi Genetik
3) Perbaikan Sistem Produksi Tanaman

42

4) Perbaikan Teknologi Benih Bebas Penyakit dan Konsep Standarisasi
5)
6)
7)
8)

Mutu
Perbaikan Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit
Fisiologi Hasil dan Biokimia
Aplikasi Bioteknologi dalam Perbaikan Genetik dan Kualitas Benih
Analisis Komoditas dan Identifikasi Masalah Pelaku Bisnis Tanaman

Hias
d. Fasilitas
Balai Penelitian Tanaman Hias mempunyai tiga Kebun Percobaan (KP)
yaitu :
1) Kebun Percobaan Segunung, berlokasi di Balai Penelitian Tanaman
Hias, Segunung – Pacet.
Kegiatan penelitian yang dilakukan di KP Segunung lebih
diutamakan untuk koleksi plasma nutfah, hama dan penyakit
tanaman serta pengembangan teknologi agronomi. Fasilitas yang
tersedia yaitu rumah kaca, rumah sere, rumah paranet, dan rumah
plastik.
2) Kebun Percobaan Cipanas, berlokasi di Cipanas sekitar 3 km dari
kantor utama BALITHI.
Kegiatan penelitian yang dilakukan di KP Cipanas lebih diutamakan
untuk

pengembangan

teknologi

benih

(perbenihan)

dan

pengembangan teknologi pemuliaan. KP Cipanas dilengkapi dengan
fasilitas rumah kaca, rumah sere, laboratorium kultur jaringan.
3) Kebun Percobaan Pasarminggu, berlokasi di Pasarminggu, Jakarta.
Kegiatan yang dilakukan di KP Pasarminggu diutamakan untuk
penelitian teknologi pascapanen dan tanaman hias dataran rendah.
KP Pasarminggu dilengkapi dengan fasilitas rumah kaca, rumah sere,
laboratorium kultur jaringan dan laboratorium pasca panen.

43

Fasilitas untuk kegiatan penelitian di BALITHI yaitu rumah kaca, rumah
sere, laboratorium Ekofisiologi, Entomologi, Virologi, Biokontrol, Micologi,
Nematologi dan Kultur Jaringan. Fasilitas pendukung yang ada di BALITHI yaitu
ruang pertemuan (aula), guest house, mushola, dan perpustakaan. Fasilitas
pendukung yang ada telah direnovasi dan diperbaharui pada tahun 2001.

B. Budidaya Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis sp.) di Balai
Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Cianjur, Jawa Barat
Kegiatan

budidaya

anggrek

Phalaenopsis

di

BALITHI

meliputi

perbanyakan anggrek Phalaenopsis, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
1.

Perbanyakan Anggrek Phalaenopsis
Cara perbanyakan anggrek Phalaenopsis di BALITHI terbagi menjadi dua

yaitu secara in vivo dan in vitro.
a.

Perbanyakan secara in vivo

In vivo menurut Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan (2013)
merupakan suatu percobaan-percobaan yang mengetahui proses-proses biologi
yang dilakukan di dalam organisme hidup. Perbanyakan secara in vivo dengan
berpedoman pengertian menurut Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan
(2013) merupakan suatu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan oleh tanaman
itu sendiri atau dengan bantuan manusia.
Perbanyakan tanaman anggrek Phalaenopsis di BALITHI dilakukan dengan
menggunakan

biji.

Biji

Phalaenopsis

44

didapat

dengan

cara

melakukan

penyerbukan dua induk tanaman anggrek Phalaenopsis yang berbeda.
Penyerbukan dilakukan dengan bantuan manusia melalui teknik persilangan.
Teknik persilangan anggrek Phalaenopsis yaitu dengan memindahkan pollinaria
(tepung sari / pejantan) ke dalam kepala putik (stigma / betina). Dua induk
tanaman anggrek Phalaenopsis yang disilangkan pada saat praktik kerja lapangan
yaitu Phal. violacea x celebensis dan R903 yang berperan sebagai induk jantan
atau yang diambil pollinarianya dan yang berperan sebagai induk betina atau
stigma yaitu KHM 2230, KHM 2234, KHM 2157, KH42182, Phal. I. Hsin Gold
Fancy, dan Phal. I. Hsin Venice. Persilangan yang dilakukan ini menggunakan
tanaman anggrek Phalaenopsis dengan tipe bunga standar sebagai induk betina
dan tipe premier sebagai induk jantan. Tujuan penyilangan kedua tetua anggrek
Phalaenopsis bunga standar dengan bunga premier yaitu untuk mendapatkan
varietas tanaman anggrek Phalaenopsis yang bunganya tidak terlalu besar dan
memiliki corak warna yang bagus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan persilangan anggrek
menurut Wagiman dan Maloedyn Sitanggang yaitu :
1) Mengetahui sifat induk kedua tanaman yang akan disilangkan, agar
memberikan hasil yang diharapkan.
2) Sebagai induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat dan tidak
cepat layu.
3) Untuk induk jantan, pilih anggrek yang benang sarinya berwarna kuning
tua, bunganya tebal dan berwarna cerah.
4) Pilih kuntum bunga yang masih segar dan telah membuka penuh.
5) Penyilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman.

45

Teknik

yang

dilakukan

dalam

menyilangkan

dua

tetua

anggrek

Phalaenopsis dengan tipe bunga yang berbeda di BALITHI adalah sebagai
berikut:
1) Tetua tanaman anggrek Phalaenopsis disiapkan.
2) Dilakukan pengecekan reprensif atau tidaknya pada putik, dengan
menggunakan pinset atau pakis kecil disentuhkan ke dalam putik, bila
didalam putik masih terdapat cairan dan terasa lengket maka artinya
induk betina tersebut masih reprensif.
3) Pollen pada bunga jantan dipilih dan diambil secara hati-hati seperti
yang terlihat pada Gambar 6a.
4) Pollen dimasukkan kedalam putik secara hati-hati (Gambar 6b),
kemudian bunga yang telah disilangkan diberi tanda atau kode untuk
mempermudah pengenalan penyilang.
5) Tetua-tetua yang telah disilangkan dicatat dan diberi tanggal persilangan,
untuk mempermudah pengamatan dan pengecekan hasil.

(a)
(b)
Gambar 6. (a) Pengambilan pollen pada indukan anggrek Phalaenopsis jantan.
(b) Pemasukkan pollen dalam putik induk