Analisis keragaan konsumsi ikan di Indonesia tahun 2005 - 2011

ANALISIS KERAGAAN KONSUMSI IKAN DI INDONESIA
TAHUN 2005 - 2011

YULMIARIS DWI OKTO PUTRI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRACT
YULMIARIS DWI OKTO PUTRI. Analysis of Fish Consumption in Indonesia
2005-2011. Under the guidance of YAYUK FARIDA BALIWATI
The objective of this study was to analyze fish consumption in Indonesia
2005–2011. The design of this study was the descriptive study. Data used in this
study was secondary data based on national social and economic survey
(SUSENAS). The study showed average national actual fish consumption 26,04
kg/capita/year, average rural actual fish consumption 25,69 kg/capita/year and
average urban actual fish consumption 26,51 kg/capita/year. Average growth
rate of national fish consumption is 0,05% per year. Average growth rate of rural

fish consumption is -0,05% per year. Average growth rate of urban fish
consumption is 0,37% per year. The group of fish that consumed the most is
fresh fish (62%) and the less is cooked food (10%). Average national fresh fish
consumption is 16,16 kg/capita/year. Average rural fresh fish consumption is
15,74 kg/capita/year. Average urban fresh fish consumption is 16,71
kg/capita/year. Fish consumption from prepared fish is higher in rural (32%)
tahunan urban area. Average national prepared fish consumption is 7,25
kg/capita/year. Average rural prepared fish consumption is 8,30 kg/capita/year.
Average urban prepared fish consumption is 6,39 kg/capita/year. Fish
consumption from cooked food is higher in urban (14%) than rural area. Average
national fish consumption from cooked food is 2,63 kg/capita/year. Average rural
fish consumption from cooked food is 1,65 kg/capita/year. Average urban fish
consumption from cooked food is 3,71 kg/capita/year. Low expenditure group
consumed fish lower than high expenditure group. Ideal fish consumption is 32,7
kg/capita/ year or 12,9 gram protein/capita/day.The sufficiency of fish is projected
8,10 million tons at 2015.
Keywords: actual fish consumption, expenditure group, ideal fish consumption,
rural, urban
.


RINGKASAN
YULMIARIS DWI OKTO PUTRI. Analisis Keragaan Konsumsi Ikan di Indonesia
Tahun 2005 – 2011. Dibimbing oleh YAYUK FARIDA BALIWATI
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis keragaan
konsumsi ikan di Indonesia tahun 2005 – 2011. Tujuan khusus penelitian ini
antara lain 1) menganalisis konsumsi ikan aktual masyarakat berdasarkan
wilayah, 2) menganalisis konsumsi ikan aktual masyarakat berdasarkan
golongan pengeluaran dan 3) menganalisis konsumsi ikan ideal masyarakat
Indonesia.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
deskriptif.Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampau September 2012 di
Bogor, Jawa Barat.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya
berupa data sekunder.Data yang dikumpulkan adalah data konsumsi ikan dari
SUSENAS berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran. Data yang diperoleh
diolah menggunakan program Microsoft Excell. Metode perhitungan angka
konsumsi ikan yang digunakan adalah hasil kajian bersama IPB dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan.Analisis dilakukan secara deskriptif untuk
menunjukkan keragaan konsumsi ikan, konsumsi ikan aktual berdasarkan
karakteristik wilayah (perkotaan atau pedesaan), serta konsumsi ikan aktual
berdasarkan kelompok pengeluaran.Analisis konsumsi ikan ideal dilakukan

secara deskriptif berdasarkan kontribusi konsumsi ikan aktual terhadap konsumsi
pangan hewani sesuai dengan AKE.Data konsumsi ikan SUSENAS diolah
berdasarkan faktor konversi ikan olahan.konversi ikan awetan ke ikan segar
yang digunakan adalah faktor konversi dari Neraca Bahan Makanan (NBM).
Selanjutnya, setelah dilakukan konversi ke bentuk ikan segar, dilakukan
perhitungan konsumsi tidak tercatat. Total konsumsi ikan dihitung berdasarkan
penjumlahan konsumsi setara ikan segar dan konsumsi tidak tercatat.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsumsi ikan aktual nasional
adalah 26,04 kg/kapita/tahun, rata-rata konsumsi ikan aktual wilayah pedesaan
adalah 25,69 kg/kapita/tahun dan rata-rata konsumsi ikan aktual wilayah
perkotaan adalah 26,51 kg/kapita/ tahun. Total konsumsi ikan di perkotaan lebih
banyak dibandingkan dengan total konsumsi ikan di pedesaan. Laju
pertumbuhan konsumsi ikan aktual nasional rata-rata adalah 0,05% per tahun.
Laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual adalah -0,05% per tahun di pedesaan
dan 0,37% per tahun di perkotaan. Rata-rata konsumsi energi dari ikan
mencapai 74 Kal/kapita/hari. Konsumsi energi dari ikan di pedesaan cenderung
lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Rata-rata konsumsi energi dari ikan di
pedesaan adalah 75 Kal/kapita/hari sedangkan di perkotaan adalah 74
Kal/kapita/hari. Konsumsi energi dari ikan telah dapat memenuhi 30% AKE
pangan hewani. Konsumsi protein dari ikan secara umum mencapai 13,37

gram/kapita/hari. Jumlah ini sudah dapat memenuhi 25% angka kecukupan
protein yang dianjurkan. Masyarakat di pedesaan dan perkotaan lebih banyak
mengonsumsi ikan dalam bentuk ikan segar. Rata-rata konsumsi ikan segar
nasional adalah 16,16 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar di
pedesaan adalah 15,74 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar di
perkotaan adalah 16,71 kg/kapita/tahun. Jenis ikan segar yang dikonsumsi lebih
dari 1 kg/kapita/tahun diataranya adalah ikan lainnya, ikan tongkol/tuna/
cakalang, ikan kembung, ikan mujair dan ikan bandeng. Jenis ikan segar yang
dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun adalah ikan ekor kuning, ikan teri,

cumi-cumi/sotong, ikan tenggiri, kerang/siput, ikan kakap, ikan baronang, serta
jenis udang dan hewan air lainnya.
Konsumsi ikan olahan lebih banyak di pedesaan daripada di perkotaan.
Rata-rata konsumsi ikan olahan nasional adalah 7,25 kg/kapita/tahun. Rata-rata
konsumsi ikan olahan di pedesaan adalah 8,30 kg/kapita/tahun. Rata-rata
konsumsi ikan olahan di perkotaan adalah 6,39 kg/kapita/tahun. Konsumsi ikan
dari terasi lebih banyak di pedesaan (1,12 kg/kapita/tahun) dibandingkan dengan
perkotaan (0,92 kg/kapita/tahun). Konsumsi ikan dari makanan jadi lebih banyak
di wilayah perkotaan dibandingkan pedesaan. Rata-rata konsumsi ikan dari
makanan jadi nasional adalah 2,63 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan dari

makanan jadi di pedesaan adalah 1,65 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan
dari makanan jadi di perkotaan adalah 3,71 kg/kapita/tahun.
Masyarakat dengan golongan pengeluaran rendah mengonsumsi ikan
dengan jumlah yang lebih sedikit daripada masyarakat golongan pengeluaran
tinggi. Semakin tinggi pengeluaran maka konsumsi ikan cenderung semakin
meningkat. Konsumsi ikan ideal adalah 32,70 kg/kapita/tahun setara dengan
12,9 gram protein per kapita per hari. Konsumsi ikan ideal sudah dapat
memenuhi 24,8% angka kecukupan protein. Tingkat konsumsi protein aktual dari
ikan sudah dapat memenuhi 100% konsumsi protein dari ikan ideal. Hal ini
menunjukkan potensi ikan yang sangat besar dalam upaya pemenuhan
kecukupan protein. Kebutuhan ikan untuk dikonsumsi tahun 2015 diproyeksikan
mencapai 8,10 juta ton.

Judul Skripsi : Analisis Keragaan Konsumsi Ikan di Indonesia Tahun 2005 2011
Nama

: Yulmiaris Dwi Okto Putri

NIM


: I14080030

Disetujui oleh :

Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS
Pembimbing

Mengetahui :

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

ANALISIS KERAGAAN KONSUMSI IKAN DI INDONESIA
TAHUN 2005 - 2011

YULMIARIS DWI OKTO PUTRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
Dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Analisis Keragaan Konsumsi Ikan di Indonesia Tahun 2005 – 2011” sebagai
salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. dr. Mira Dewi, S.ked, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.
2. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan arahan, saran, kritik dan masukan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Yayat Heryatno, SP, MPS sebagai dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan penulisan
skripsi ini.
4. Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang,
dukungan, semangat dan do’a kepada penulis.
5. Adikku Risty Sisvareza yang selalu memberikan dukungan dalam
setiap kesempatan.
6. Ibu Hj Dona Saskia yang telah berperan penting dalam kelancaran
proses kuliah penulis.
7. Pakdang dan Uda Yusra Maiza yang telah memberikan banyak
dukungan moril maupun materil selama penulis menjalani kegiatan
akademik.
8. Tante

Zulhaimiyati


sekeluarga

yang

selalu

ada

memberikan

perhatian dan do’a selama penulis berada jauh dari orangtua.
9. Novita Dayanti yang sangat membantu di saat-saat terakhir.
10. Seluruh keluarga dimanapun berada, atas segala perhatian dan do’a
yang diberikan.
11. Sahabat-sahabat terbaik, Nur Indah F Ibrahim, Puspa Ratih
Anggraeni dan Endah Sry Rahayu yang selalu memberi semangat
dari jauh.

12. Teman-teman seperjuangan; Sartika dan tim Merah Saga (Asep,

Dedes, Suci, dll) serta teman-teman seangkatan GM 45 yang
bersama-sama melalui suka dan duka mencapai cita-cita.
13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Yulmiaris Dwi Okto Putri

RIWAYAT HIDUP
Penulis, Yulmiaris Dwi Okto Putri, dilahirkan pada tanggal 2 Oktober
1990 di Balai Tangah. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan
Bapak Arismon dan Ibu Rahmayulis. Penulis menyelesaikan pendidikan TK
di TK Aisyah Balai Tangah pada tahun 1996. Pada tahun 2002, penulis
meyelesaikan pendidikan dasar di SDN 22 Balai Tangah dan MIS Masjid
Raya Balai Tangah. Selanjutnya, tahun 2005 penulis menyelesaikan
pendidikan di SMPN 3 Lintau. Pada tahun 2006, penulis mengikuti
Olimpiade Fisika tingkat SMA se-propinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi.
Tahun 2007 penulis mengikuti Olimpiade Matematika SMA se-kabupaten
Tanah Datar dan tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1
Lintau Buo.

Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI pada tahun 2008. Selama perkuliahan, penulis termasuk anggota
divisi

Infokom

Imaserempag

(Ikatan

Mahasiswa

Serambi

Mekkah

Pagaruyung) dan menjabat sebagai Bendahara MLB (Mahasiswa Lintau
Bogor) pada tahun 2009. Tahun 2010, penulis tergabung dalam divisi
produksi Eco-Agrifarma. Selain itu, penulis termasuk dalam kepanitiaan
Senzational (Seminar Gizi Nasional) 2011.
Tahun 2009-2010 penulis memperoleh beasiswa PPA. Selanjutnya,
pada periode 2010-2011 penulis memperoleh beasiswa reguler KSE (Karya
Salemba Empat) dan 2011-2012 penulis memperoleh beasiswa KSE-PGN.

x

DAFTAR ISI
No

Halaman

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani ...................................................... 3
Ikan sebagai Sumber Protein Hewani .............................................................. 4
Manfaat Ikan .................................................................................................... 5
Perhitungan Konsumsi Ikan.............................................................................. 7
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan ........................................... 8
Pengeluaran Pangan........................................................................................ 9
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 10
METODE PENELITIAN...................................................................................... 12
Desain, Tempat dan Waktu ........................................................................... 12
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................ 12
Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 12
Definisi Operasional ....................................................................................... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 20
Konsumsi Ikan Aktual berdasarkan Wilayah ................................................... 20
Konsumsi Ikan Aktual Berdasarkan Golongan Pengeluaran........................... 33
Konsumsi Ikan Ideal ....................................................................................... 37
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 40
Kesimpulan .................................................................................................... 40
Saran ............................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 41
LAMPIRAN ........................................................................................................ 45

xi

DAFTAR TABEL
No

Halaman

1 Kandungan protein beberapa pangan sumber protein ....................................5
2 Jenis data yang digunakan, tahun dan sumber data penelitian .......................12
3 Pengolahan dan analisis data .........................................................................12
4 Kategori jenis ikan ..........................................................................................14
5 Faktor konversi ikan olahan dan makanan jadi ke bentuk ikan segar ..............14
6 Golongan pengeluaran berdasarkan SUSENAS .............................................16
7 Garis kemiskinan berdasarkan wilayah (2005-2011) .......................................16
8 Perkembangan konsumsi energi dari ikan per wilayah tahun 2005-2011
berdasarkan kelompok ikan (Kal/kap/hari) .......................................................20
9 Perkembangan konsumsi protein dari ikan per wilayah tahun 2005-2011
berdasarkan kelompok ikan (g/kap/hari) ..........................................................22
10 Perkembangan konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah tahun 20052011 (kg/kapita/tahun)...................................................................................23
11 Laju pertumbuhan konsumsi ikan berdasarkan wilayah (%) ..........................25
12 Perkembangan konsumsi ikan segar berdasarkan jenis ikan segar yang
dikonsumsi lebih dari 1 kg/kapita/tahun .........................................................29
13 Perkembangan konsumsi ikan segar berdasarkan jenis ikan segar yang
dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun...................................................30
14 Perkembangan konsumsi ikan olahan berdasarkan wilayah
(kg/kapita/tahun) ...........................................................................................31
15 Perkembangan konsumsi ikan aktual dari makanan jadi (kg/kapita/tahun) ....33
16 Perkembangan konsumsi ikan ikan aktual berdasarkan golongan
pengeluaran tahun 2005-2011 (kg/kapita/tahun) ...........................................34
17 Rata-rata konsumsi ikan berdasarkan golongan pengeluaran kategori
miskin dan tidak miskin di pedesaan dan perkotaan (kg/kapita/tahun) ..........35
18 Laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual berdasarkan golongan
pengeluaran tahun 2005-2011 ......................................................................36
19 Komposisi konsumsi pangan hewani ideal berdasarkan 12% AKE (Angka
Kecukupan Energi) 2000 Kal .........................................................................37
20 Tingkat kecukupan protein berdasarkan konsumsi protein ikan ideal (12,9
gram/kapita/hari) ...........................................................................................38
21 Perbandingan konsumsi ikan aktual terhadap konsumsi ikan ideal 12%
AKE (Angka Kecukupan Energi) 2000 Kal.....................................................38
22 Sasaran/proyeksi angka konsumsi ikan nasional (kg/kapita/tahun) ...............39
23 Sasaran kebutuhan konsumsi ika nasional (juta ton/tahun)...........................39

xii

DAFTAR GAMBAR
No

Halaman

1 Kerangka pemikiran keragaan konsumsi ikan di Indonesia tahun 20052011 .............................................................................................................. 11
2 Komposisi konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah .................................. 24
3 Konsumsi berbagai jenis ikan segar (kg/kapita/tahun) ................................... 28

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
No

Halaman

1 Jenis ikan dalam SUSENAS ........................................................................... 46
2 Konsumsi energi (Kal/kap/hari) dan protein (g/kap/hari) dari ikan aktual
nasional ........................................................................................................... 47
3 Konsumsi energi (Kal/kap/hari) dan protein (g/kap/hari) dari ikan aktual
pedesaan ........................................................................................................ 49
4 Konsumsi energi (Kal/kap/hari) dan protein (g/kap/hari) dari ikan aktual
perkotaan ........................................................................................................ 51
5 Konsumsi ikan aktual nasional per jenis ikan (kg/kapita/tahun) ....................... 53
6 Konsumsi ikan aktual pedesaan per jenis ikan (kg/kapita/tahun) .................... 54
7 Konsumsi ikan aktual perkotaan per jenis ikan (kg/kapita/tahun) .................... 55
8 Konsumsi ikan aktual dari ikan segar berdasarkan wilayah (kg/kapita/tahun) . 56
9 Konsumsi ikan aktual nasional berdasarkan golongan pengeluaran
(kg/kapita/tahun) .............................................................................................. 57
10 Konsumsi ikan aktual pedesaan berdasarkan golongan pengeluaran
(kg/kapita/tahun) ........................................................................................... 58
11 Konsumsi ikan aktual perkotaan berdasarkan golongan pengeluaran
(kg/kapita/tahun) ........................................................................................... 59

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kekurangan gizi adalah masalah yang kronis dan berdampak bagi
pembangunan.Gizi kurang menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan
menjadi rendah, miskin, dan pangan yang tersedia tidak cukup (Suhardjo
2005).Salah satu masalah kurang gizi yang terjadi di negara berkembang adalah
KEP (Kurang Energi Protein). Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010
menunjukkan bahwa masih ada 37% penduduk yang mengonsumsi protein di
bawah kebutuhan minimal yaitu 52 gram/kapita/hari. Pada masalah kekurangan
protein, banyak kasus yang disebabkan oleh kekurangan protein hewani.
Termasuk ke dalam bahan pangan sumber protein hewani adalah telur, daging,
susu dan ikan.
Pengembangan

subsektor

peternakan

selama

10

tahun

terakhir

menunjukkan hasil yang cukup nyata dalam berbagai aspek, di antaranya
produksi daging meningkat dari 1.508.200 ton menjadi 2.613.200 ton atau naik
4,01% per tahun, telur meningkat dari 736.000 ton menjadi 1.149.000 ton atau
naik 5,6% per tahun, dan susu meningkat dari 433.400 ton menjadi 550.000 ton
atau naik 2,69% per tahun. Dengan tingkat pencapaian produksi tersebut maka
tingkat konsumsi masyarakat, khususnya protein hewani asal ternak, meningkat
dari 4,19 g menjadi 5,46 g/kapita/hari atau naik 3,08% per tahun (Kusnadi 2008).
Potensi sumber daya pangan hewani di Indonesia yang terbesar di
Insonesia berasal dari perikanan. Menurut Dahuri (2003), Indonesia merupakan
negara yang memiliki sumberdaya perikanan dengan keanekaragaman spesies
tertinggi di dunia. Pengkajian stok ikan di perairan Indonesia menunjukkan bahwa
potensi lestari sumberdaya perikanan Indonesia mencapai 6,4 juta ton/tahun.
Dengan sumberdaya tersebut, seharusnya bahan pangan khususnya protein
hewani dapat tersedia dan dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak

terjadi

masalah kekurangan gizi.
Konsumsi ikan per kapita secara global meningkat dari sekitar 9,9 kg pada
tahun1960-an menjadi 17 kg pada tahun 2000-an dan mencapai 18,4 kg pada
tahun 2009. Pertumbuhan konsumsi ikan global mencerminkan tren konsumsi
ikan secara umum. Pasar pangan global, termasuk pasar ikan, telah mengalami
perluasan dan perubahan pola menjadi lebih homogen dan terglobalisasi.
Perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya peningkatan

2

standar hidup, pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan kesempatan perdagangan
serta transformasi distribusi pangan (FAO 2012). Sementara di Asia pada 2003
konsumsi ikan perkapita tercatat 18,1 kg, dengan persentase terhadap konsumsi
protein hewani 22% dan 7% terhadap konsumsi protein total (FAO 2007).
Departemen

Kelautan

dan

Perikanan

pada

tahun

2007

telah

mempublikasikan tingkat konsumsi ikan Indonesia adalah 26,00 kg/kapita/tahun.
Penghitungan konsumsi ikan yang dilakukan adalah berdasarkan data SUSENAS
(Survey Sosial Ekonomi Nasional) yang terdiri dari kelompok ikan segar, udang
dan hewan air lainnya segar, ikan asin/awetan, serta udang dan hewan air
lainnya awetan. Selain kelompok ikan tersebut, perhitungan konsumsi ikan dari
kelompok makanan/minuman jadi dilakukan berdasarkan data pengeluaran.
Akan tetapi, perhitungan konsumsi ikan yang dilakukan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan masih belum memperhitungkan beberapa bahan pangan
yang tercatat dalam SUSENAS yang dapat berkontribusi terhadap tingkat
konsumsi ikan secara keseluruhan sebagai salah satu pangan sumber protein
hewani. Bahan pangan tersebut diantaranya terasi dari kelompok bumbubumbuan, kerupuk dari kelompok konsumsi lainnya, serta nasi campur/nasi
rames dan ikan (goreng, bakar, pindang, pepes, dsb) dari kelompok makanan
jadi.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji angka
konsumsi ikan di Indonesia dengan menambahkan bahan pangan yang belum
diperhitungkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu, dengan
mengkaji angka konsumsi ikan di Indonesia diharapkan dapat diketahui pula
angka konsumsi ikan ideal bagi masyarakat.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis keragaan konsumsi ikan
di Indonesia tahun 2005 – 2011.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain adalah :
1. Menganalisis konsumsi ikan tahun 2005-2011 berdasarkan wilayah.
2. Menganalisis konsumsi ikan tahun 2005-2011 berdasarkan golongan
pengeluaran.
3. Menganalisis kebutuhan konsumsi ikan ideal tahun 2013-2015.

3

Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang penting
serta meningkatkan pengetahuan mengenai keragaan konsumsi ikan di Indonesia
tahun 2005-2011 serta peranannya dalam diversifikasi konsumsi pangan sumber
protein hewani Indonesia.Selain itu, bagi perguruan tinggi diharapkan sebagai
perwujudan realisasi Tridharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan,
pengembangan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani
Konsumsi pangan merupakan jumlah pangan (tunggal atau beragam)
yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu.Dalam
aspek gizi, tujuan mengkonsumsi pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat
gizi yang diperlukan tubuh (Suyastrini 2008).Pangan hewani terdiri dari pangan
yang berasal dari ikan, daging, telur dan susu. Pengembangan subsektor
peternakan selama 10 tahun terakhir menunjukkan hasil yang cukup nyata dalam
berbagai aspek, di antaranya produksi daging meningkat dari 1.508.200 ton
menjadi 2.613.200 ton atau naik 4,01% per tahun, telur meningkat dari 736.000
ton menjadi 1.149.000 ton atau naik 5,6% per tahun, dan susu meningkat dari
433.400 ton menjadi 550.000 ton atau naik 2,69% per tahun. Dengan tingkat
pencapaian produksi tersebut maka tingkat konsumsi masyarakat, khususnya
protein hewani asal ternak, meningkat dari 4,19 g menjadi 5,46 g/kapita/hari atau
naik 3,08% per tahun (Kusnadi 2008).
Konsumsi pangan hewani sangat berkaitan erat dengan kemampuan atau
daya beli konsumen karena daging, telur, susu dan ikan merupakan komoditas
pangan hewani yang harganya relatif lebih tinggi dibandingkan komoditas
pangan

lainnya.

Berdasarkan

hasil

penelitian

Budiar

(2000)

mengenai

permintaan dan konsumsi sumber protein hewani rumah tangga di pulau Jawa
diketahui bahwa ikan mendominasi pengeluaran rumah tangga dibandingkan
sumber protein hewani lainnya. Konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani
pada suatu rumah tangga rata-rata sekitar 53,11 persen dari total konsumsi
pangan hewani. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan telah terjadi
pergeseran selera rumah tangga dalam mengalokasikan pengeluarannya untuk
mengonsumsi pangan hewani.
Hasil

penelitian

Setiawan

(2006)

menggunakan

data

SUSENAS

menunjukkan bahwa sumber protein hewani yang dikonsumsi masyarakat
Indonesia

sebagian

besar

berasal

dari

produk

perikanan,

tetapi

ada

kecenderungan konsumsi protein dari ikan semakin berkurang sementara
konsumsi protein yang berasal dari produk peternakan semakin meningkat.
Sementara, hasil penelitian Ariningsih (2004) mengenai konsumsi protein hewani
penduduk Jawa pada masa krisis ekonomi dengan menggunakan metode
analisis deskriptif menggunakan tabulasi silang dan grafis data SUSENAS 1999
menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pangan hewani dipengaruhi oleh faktor

4

daya beli, dimana semakin tinggi tingkat pengeluaran, maka semakin tinggi
tingkat konsumsi protein hewani. Selain itu, terdapat perbedaan tingkat konsumsi
protein hewani di perkotaan dan pedesaan. Konsumsi protein hewani lebih tinggi
di daerah perkotaan terkait dengan tingkat pendapatan penduduk perkotaan
yang lebih tinggi.
Konsumsi pangan hewani yang dianjurkan sesuai dengan Pola Pangan
Harapan (PPH) adalah 12 persen dari angka kecukupan energi. PPH merupakan
susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi
dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam
jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan
pangan, ekonomi, budaya dan agama (Baliwati 2008).
Ikan sebagai Sumber Protein Hewani
Definisi ikan menurut UU No 45 tahun 2009 pasal 1 adalah segala jenis
organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan. Menurut Baliwati (2008) ikan adalah komoditas yang berupa
binatang air dan biota perairan lainnya. Komoditas ikan adalah yang berasal dari
kegiatan penangkapan di laut maupun di perairan umum ( waduk, sungai dan
rawa) dan hasil dari kegiatan budidaya (tambak, kolam, keramba dan sawah)
yang dapat diolah menjadi bahan makanan yang lazim/umum dikonsumsi
masyarakat.
Menurut Nurjanah dan Abdullah (2010) definisi ikan sampai saat ini masih
terus diperdebatkan oleh lembaga-lembaga yang berwenang. Definisi ikan yang
dapat dikutip dari FAO adalah makhluk hidup yang menghabiskan seluruh atau
sebagian dari fase hidupnya di dalam air. Ikan dapat dikelompokkan berdasarkan
tempat hidupnya, yaitu ikan air tawar dan laut.Perbedaan ikan air tawar dan air
laut yang paling nyata adalah faktor salinitas.Pada ikan air tawar, jumlah
kandungan garamnya rendah (salinitas rendah), sedangkan pada ikan air laut
kandungan garamnya tinggi (salinitas tinggi).Ikan air tawar sendiri dapat
dikelompokkan berdasarkan ikan budidaya dan perairan umum. Ikan laut
dikelompokkan menjadi ikan pelagis besar (tuna), pelagis kecil (teri dan lemuru),
ikan demersal (pari dan cucut), ikan karang (kerapu, baronang, dan kakap).
Dalam UU No 45 tahun 2009, jenis ikan terdiri dari ikan bersirip (pisces); udang,
rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea); kerang, tiram, cumi-cumi,
gurita, siput dan sebangsanya (mollusca); ubur-ubur dan sebangsanya
(coelenterata); tripang, bulu babi dan sebangsanya (echinodermata); kodok dan

5

sebangsanya (amphibia); buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan
sebangsanya (reptilia); paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya
(mammalia); rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam
air (algae); dan biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis
tersebut di atas; semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi.
Ikan sebagai sumber protein hewani memiliki kandungan protein yang
baik. Kandungan protein ikan segar lebih banyak dibandingkan telur ayam, susu
dan tahu (Tabel 1). Meskipun kandungan protein dalam ikan lebih rendah
daripada daging sapi, ikan sebagai sumber protein hewani memiliki potensi yang
besar dalam pemenuhan kebutuhan protein.
Tabel 1 Kandungan protein beberapa pangan sumber protein
Bahan pangan
Kandungan protein (g/100 g pangan)
Ikan segar
17
Udang, segar
21
Daging sapi
18,8
Ayam
18,2
Telur ayam
12,8
Susu sapi
3,2
Tahu
7,8
Tempe kedelai murni
18,3
Oncom
13
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (2004)

Terkait pemantapan ketahanan pangan serta peningkatan mutu dan
keamanan pangan, dari sembilan jenis bahan pangan, ikan termasuk dalam
kelompok pangan hewani yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan pangan
bergizi tinggi, alami, aman dan menyehatkan.Di tengah krisis impor kedelai
sebagai sumber protein, misalnya, ikan sebagai sumber protein hewani dapat
menjadi solusi ketahanan pangan dan pemenuhan gizi.Dalam konteks ketahanan
pangan, ikan merupakan produk strategis, pertama karena ikan memiliki
keunggulan dibandingkan sumber protein hewani lainnya. 100 gram daging ikan
mengandung 210 gram Omega-3, sedangkan Omega-3 pada 100 gram daging
sapi hanya 22 gram. Kedua, potensi produksi ikan sangat besar mengingat
wilayah perairan Indonesia demikian luas.Ketiga, keragaman jenis ikan sangat
tinggi dan tersedia sepanjang masa.Keempat, hemat energi sekaligus sumber
energi.Kelima, harganya sebagian lebih murah (Hutagalung 2012).
Manfaat Ikan
Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan
mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu
nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga

6

mudah dicerna. Hal paling penting adalah harganya jauh lebih murah
dibandingkan dengan sumber protein lain. Ikan juga dapat digunakan sebagai
bahan obat-obatan, pakan ternak, dan lainnya. Kandungan kimia, ukuran, dan
nilai gizinya tergantung pada jenis kelamin, umur, tingkat kematangan, dan
kondisi tempat hidupnya (Adawyah 2007).
Ikan, seperti bahan pangan hewani lainnya, mengandung protein dalam
jumlah yang lebih tinggi dibandingkan bahan pangan nabati sekitar 14 – 20 g/100
g mentah. Sementara pangan nabati seperti nasi hanya mengandung 2,7 g
protein/100 g. Dengan kata lain, ikan merupakan sumber protein yang lebih
efisien dibandingkan bahan pangan nabati. Selain itu, daya cerna dan
konsentrasi asam amino dalam pangan sumber protein adalah determinan dari
efekasi penyerapan protein dalam tubuh. Dalam hal ini, protein dari bahan
pangan hewani superior dibandingkan pangan nabati. Daya cerna ikan
mendekati 5 – 15% lebih tinggi dibandingkan pangan nabati (Kawarazuka 2010).
Ikan menyediakan kombinasi yang baik dari asam amino yang sesuai
dengan kebutuhan gizi manusia. Ikan mengandung lisin yang tinggi (yang rendah
protein nabati) dan asam amino sulfur; inilah yang menyebabkan ikan efisien
dalam suplementasi diet tinggi karbohidrat yang rendah protein pada banyak
negara. Ikan dalam jumlah kecil jika dikombinasikan dengan diet padi-padian
dapat meningkatkan kualitas gizi dari protein nabati dan meningkatkan kualitas
gizi dalam diet secara keseluruhan. Selain itu, ikan mengandung banyak vitamin
(khususnya A, D dan B) beberapa mineral (khususnya fosfor, kalsium dan zat
besi), mineral mikro dan yodium. Kandungan asam lemak tak jenuh rantai
panjang pada ikan juga berperan signifikan pada kebutuhan asam lemak
esensial pada beberapa kasus dalam menurunkan tingkat kolesterol darah (FAO
2002).
Ikan adalah sumber alami asam lemak omega-3 yang mempunyai fungsi
mencegah terjadinya penyakit aterosklerosis (Suriawiria 2009). Ikan merupakan
sumber utama asam lemak tak jenuh rantai panjang omega-3, eicosapentaenoic
acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA), yang sangat penting bagi fungsi
dan struktur otak (Devore et al 2009). Sebagai sumber penting asam lemak EPA
dan DHA, konsumsi ikan juga dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Untuk mencegah kematian akibat penyakit kardiovaskuler, American Heart
Association merekomendasikan konsumsi ikan kurang lebih dua kali seminggu
(Van Gelder et al 2007).

7

Konsumsi ikan telah diketahui memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat lain dari konsumsi
ikan. Hasil penelitian Larsson et al (2011) menunjukkan bahwa konsumsi ikan,
khususnya daging ikan, dapat menurunkan risiko stroke pada wanita. Selain itu,
konsumsi ikan pada populasi dengan intake ikan dan seafood tinggi
berhubungan dengan penurunan risiko diabetes tipe 2 pada laki-laki (Nanri et al
2011). Konsumsi makan siang yang kaya protein dari ikan menurunkan
pertambahan intake energi dibandingkan makan siang dengan protein dari
daging sapi pada laki-laki dengan berat badan normal (Borzoei et al 2006). Asam
lemak omega-3 dan omega-6 yang terdapat dalam ikan dan produk olahannya
berperan dalam peningkatan kecerdasan anak (Khomsan 2004). Pada kelompok
lanjut usia, diet tinggi ikan dan produk olahannya berhubungan dengan kinerja
kognitif yang lebih baik (Nurk et al 2007)
Selain

dikonsumsi

langsung,

ikan

dapat

digunakan

sebagai

perisa.Dibandingkan dengan kaldu daging (sapi atau ayam), ikan secara luas
dipakai sebagai perisa (flavoring agent) dalam hampir semua masakan
Jepang.Perisa atau yang dalam bahasa Jepang disebut sebagai dashi, umumnya
disiapkan

dari katsuo

bushi.Katsuo

bushi

bahkan

sering

mendapat

julukan tahune flavor of Japan.Pembuatan katsuo bushi diawali dengan
penghilangan usus, tulang, dan kepala ikan tuna segar. Ikan masih beserta
kulitnya kemudian direbus, dan akhirnya diasapi 8-9 jam setiap hari berulang
sebanyak 10-15 kali. Setelah pengasapan berakhir, sering diinokulasikan
kapang Eurotium

herbarium untuk

menghilangkan

bau

asap

dan

anyir.

Komponen flavor utama dalam katsuo bushi adalah asam inosinat, yang mampu
memberikan rasa gurih (Setyorini 2006).
Perhitungan Konsumsi Ikan
Berdasarkan Direktorat Pemasaran dalam Negeri-Ditjen P2HP (2010),
penghitungan konsumsi ikan yang dilakukan adalah dengan menjumlahkan data
konsumsi ikan segar dengan konsumsi ikan asin/awetan yang tertera dalam
SUSENAS. Formula matematis adalah sebagai berikut:
TKI = ∑KIDS + ∑ KIDA + ∑ KIMJ
Keterangan:
TKI
= Total Konsumsi Ikan Indonesia
KIDS
= Konsumsi Ikan dan Udang Segar
KIDA
= Konsumsi Ikan dan Udang Asin/Awetan

8

KIMJ

= Konsumsi ikan yang dibeli dalam bentuk olahan/matang dalam
kelompok makanan/minuman jadi.
Untuk mengetahui kuantitas konsumsi ikan dari kelompok

makanan/minuman jadi digunakan pendekatan “ad hoc”. Formula untuk
menghitung konsumsi ikan dan udang dari kelompok makanan/minuman jadi
sebagai berikut:
KIMJ = ((PIMJ : PIS) x 0,8) x KIDS
Keterangan:
KIMJ
PIMJ
PIS
0,8
KIDS

= Konsumsi ikan dari kelompok makanan/minuman jadi
= Pengeluaran ikan dari kelompok makanan/minuman jadi
= Pengeluaran dari kelompok ikan dan udang segar
= Nilai yang digunakan setelah dikurangi faktor jasa dan bumbu, minyak
goreng dan lainnya sebesar 20%
= Konsumsi ikan dan udang segar
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan
Selama setengah abad terakhir, konsumsi ikan global dapat dilihat sukses

besar, rata-rata konsumsi ikan per kapita meningkat dari 9,9 kg (setara berat ikan
segar) pada tahun 1960-an menjadi 18,4 kg tahun 2009. Meskipun demikian,
terdapat perbedaan antar wilayah; konsumsi terendah adalah di Afrika (9,1
kg/kapita), diikuti oleh Amerika Latin dan Karibia 9,9 kg, Asia 20,7 kg, Eropa 22,0
kg, Amerika Utara 24,1 kg dan Oseania 24,6 kg. Walaupun konsumsi ikan
meningkat di negara-negara berkembang dan negara LIFDC (low-income food
deficit countries), tingkat konsumsi ikan masih di bawah negara maju. Konsisten
dengan kelompok pangan lain, jika harga meningkat, konsumsi ikan akan
terpengaruh kuat oleh pertumbuhan ekonomi regional (Muir 2013).
.Jumlah

ikan yang dikonsumsi dan jenisnya yang bervariasi antar wilayah

dan negara, mencerminkan tingkat perbedan ketersediaan ikan dan bahan
pangan lainnya, termasuk aksesibilitas sumber perikanan sebagai interaksi dari
beberapa faktor sosial ekonomi dan budaya.Faktor-faktor tersebut diantaranya
tradisi, cita rasa, permintaan, tingkat pendapatan, musim, harga, serta fasilitas
dan infrastruktur kesehatan dan komunikasi. Selain itu, perubahan pola konsumsi
ikan merupakan hasil dari faktor-faktor berikut, peningkatan standar hidup,
pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan kesempatan perdagangan serta
transformasi distribusi pangan (FAO 2012).
Jumlah dan jenis konsumsi ikan terkait dengan berbagai faktor yaitu:
pengetahuan gizi dan teknik pengolahan ikan yang masih terbatas, kemudahan
mendapatkan ikan yang bervariasi, harga ikan yang dinilai bergengsi (udang,

9

cumi, kakap merah) cukup mahal dibandingkan daya beli masyarakat pada
umumnya, citra/image/gengsi ikan sebagai makanan acara khusus belum
berkembang, masih terdapatnya nilai budaya, tabu, mitos, dan pantangan
sekelompok masyarakat mengenai dampak negatif konsumsi ikan, dan promosi
konsumsi ikan yang belum optimal (Sulistyo et al. 2004).
Pengeluaran Pangan
Kelompok pengeluaran menurut Badan Pusat Statistik dibagi menjadi dua
yaitu pengeluaran untuk pangan dan bukan pangan. Pengetahuan tentang
pengeluaran digunakan sebagai indikator untuk menggambarkan tingkat
pendapatan rumah tangga karena pengukuran dan pengumpulan data
pendapatan lebih sulit. Proporsi antara pengeluaran pangan dan bukan pangan
juga digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau
ketahanan pangan rumah tangga atau masyarakat. Pengeluaran pangan meliputi
sembilan kelompok pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani
yangterdiri dari ikan dan produk peternakan, kacang-kacangan, sayur dan buah,
minyak dan lemak, makanan/minuman jadi, tembakau dan sirih dan kelompok
lain-lain terutama berupa bumbu-bumbuan dan bahan minuman. Hasil penelitian
Ariani (2004) menunjukkan terjadi peningkatan proporsi pengeluaran untuk ikan
segar dari tahun 1993 sampai tahun 2002.
Penelitian yang dilakukan Dey et al (2008) mengenai permintaan ikan di
Asia dengan menggunakan tahunree-stage budgeting framework menunjukkan
bahwa proporsi pengeluaran untuk ikan lebih banyak pada konsumen yang
tergolong berpendapatan tinggi dibandingkan dengan kelompok berpendapatan
rendah. Selain itu, kontribusi pengeluaran untuk ikan lebih tinggi di wilayah
perkotaan dibandingkan dengan wilayah pedesaan.

KERANGKA PEMIKIRAN
Indonesia adalah negara dengan wilayah perairan yang luas dan memiliki
potensi sumberdaya perairan yang besar. Setiap daerah di Indonesia memiliki
potensi sumberdaya ikan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi
geografis suatu daerah yang menentukan luas wilayah perairan yang dapat
dimanfaatkan. Sektor perikanan juga tergantung pada musim yang akan
mempengaruhi produksi. Produksi, ekspor dan impor ikan akan berpengaruh
pada ketersediaan ikan untuk dikonsumsi dan jumlah konsumsi aktual di
masyarakat.
Konsumsi pangan, dalam hal ini adalah konsumsi ikan, dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan pola konsumsi pangan. Tingginya pendapatan menunjukkan daya
beli dan aksesibilitas terhadap pangan semakin meningkat. Faktor pendapatan
dapat dilihat melalui pendekatan pengeluaran pangan. Pengeluaran pangan
dapat dipengaruhi oleh harga sebagai hasil dari sistem distribusi, sistem
penyimpanan dan industri pengolahan. Masyarakat dengan tingkat pengeluaran
yang besar dan tinggal di wilayah dengan sumberdaya ikan yang tinggi akan
berbeda jumlah konsumsi ikannya dengan masyarakat dengan tingkat
pengeluaran yang rendah atau masyarakat yang tinggal di wilayah dengan
sumberdaya ikan sedikit. Pembagian wilayah yang digunakan dalam penelitian
ini adalah wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan.
Selain konsumsi aktual, konsumsi ideal perlu diperhitungkan agar dapat
menentukan apakah konsumsi ikan aktual sudah dapat mencukupi kebutuhan
protein atau belum mencukupi. Konsumsi ikan ideal akan dapat menentukan
jumlah ikan yang seharusnya tersedia untuk dikonsumsi masyarakat. Dari
konsumsi ikan ideal dapat ditentukan kebutuhan ikan secara nasional sesuai
dengan jumlah penduduk.Secara ringkas, kerangka pemikiran keragaan
konsumsi ikan di Indonesia disajikan dalam gambar berikut.

11

- Sistem
distribusi
- Sistem

-

Produksi

-

Ekspor

-

Impor

Harga

penyimpanan
- Industri
pengolahan

Ketersediaan Ikan

Konsumsi ikan
Pengeluaran

-

Aktual

-

Ideal

Kebutuhan ikan
ideal

Penduduk
Wilayah
-

Pedesaan

-

Perkotaan

Keterangan:
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang diteliti
= hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keragaan Konsumsi Ikan di Indonesia tahun
2005-2011

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu
Desain

studi

penelitian

ini

adalah

studi

deskriptif.Penelitian

ini

menggunakan data sekunder yang berkaitan dengan konsumsi ikan di
Indonesia.Penelitian dilakukan bulan Juni sampai September 2012 di Bogor,
Jawa Barat.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya berupa data
sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Tabel 2 Jenis data yang digunakan, tahun dan sumber data penelitian
No
1
2

3
4

Jenis Data
Konsumsi ikan berdasarkan
kelompok ikan segar
Konsumsi Ikan ikan
berdasarkan kelompok ikan
olahan
Konsumsi ikan
berdasarkan kelompok
makanan jadi
Penduduk

Tahun

Sumber

2005-2011

SUSENAS, BPS

2005-2011

SUSENAS, BPS

2005-2011

SUSENAS, BPS

2005-2011
2013-2015

BPS
BAPPENAS

Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program
Microsoft Excell. Analisis dilakukan secara deskriptif untuk menunjukkan
keragaan konsumsi ikan, konsumsi ikan aktual berdasarkan karakteristik wilayah
(perkotaan atau pedesaan), serta konsumsi ikan aktual berdasarkan kelompok
pengeluaran.Analisis

konsumsi

ikan

ideal

dilakukan

secara

deskriptif

berdasarkan kontribusi konsumsi ikan aktual terhadap konsumsi pangan hewani
sesuai dengan AKE. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
Tabel 3 Pengolahan dan analisis data
Tujuan
1

Pengolahan Data
a. Menghitung konsumsi energi dan
protein aktual dari ikan sesuai
dengan kelompok ikan berdasarkan
wilayah pedesaan, perkotaan dan
nasional

Analisis Data
a. Analisis konsumsi energi dari
ikan berdasarkan wilayah
pedesaan, perkotaan dan
nasional (Kal/kap/hari).
b. Analisis konsumsi protein dari
ikan berdasarkan wilayah
pedesaan, perkotaan dan
nasional (g/kap/hari).

13

Tabel 3 (lanjutan)
Tujuan

2

3

Pengolahan Data
b. Menghitung konsumsi ikan aktual
sesuai dengan kelompok ikan
berdasarkan wilayah pedesaan,
perkotaan dan nasional

a. Menghitung konsumsi ikan aktual
sesuai dengan kelompok ikan
berdasarkan wilayah dan golongan
pengeluaran.

a.

Menghitung kebutuhan konsumsi
ikan ideal.

Analisis Data
a. Analisis konsumsi ikan aktual
berdasarkan
wilayah
pedesaan, perkotaan dan
nasional (kg/kapita/tahun)
b. Analisis laju pertumbuhan
konsumsi ikan berdasarkan
wilayah Analisis konsumsi
ikan
aktual
berdasarkan
wilayah pedesaan, perkotaan
dan
nasional
(kg/kapita/tahun).
a. Analisis konsumsi ikan aktual
berdasarkan
wilayah
dan
golongan
pengeluaran
(kg/kapita/tahun)
b. Analisis laju pertumbuhan
konsumsi ikan berdasarkan
wilayah
dan
golongan
pengeluaran (kg/kapita/tahun).
a. Analisis sasaran konsumsi
ikan
tahun
2013-2015
(kg/kapita/tahun).
b. Analisis sasaran kebutuhan
ikan untuk dikonsumsi tahun
2013-2015 (ton/tahun).

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut.
1. Data konsumsi ikan SUSENAS diolah berdasarkan faktor konversi ikan
menjadi bentuk ikan segar. Jenis ikan yang dihitung pada SUSENAS adalah
32 jenis (lampiran 1) dan berdasarkan hasil kajian tim IPB-KKP jenis ikan
yang dihitung ditambahkan dengan konsumsi ikan dari terasi, kerupuk, ikan
(goreng, bakar, pindang, pepes, dsb), dan nasi rames. Jenis ikan yang
dihitung dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi ikan segar, ikan olahan
dan makanan jadi (Tabel 4). Kelompok ikan segar adalah kelompok ikan hasil
produksi perikanan dalam bentuk mentah, terdiri dari berbagai jenis ikan yang
tercatat dalam SUSENAS. Kelompok ikan olahan adalah kelompok ikan yang
telah mengalami pengolahan baik dalam skala rumah tangga maupun
industry, terdiri dari berbagai jenis ikan awetan serta terasi dan kerupuk.
Kelompok makanan jadi adalah kelompok ikan yang dapat langsung
dikonsumsi, berupa ikan segar maupun ikan olahan yang telah siap saji,
terdiri dari ikan (goreng, bakar, pindang, dsb) dan nasi campur/rames.

14

Tabel4 Kategori jenis ikan
Kelompok ikan
1. Ikan segar

2. Ikan olahan

3. Makanan jadi

Jenis ikan
Ekor kuning
Tongkol/tuna/cakalang
Tenggiri
Selar
Kembung
Teri
Bandeng
Gabus
Mujair
Mas
Lele
Kakap
Baronang
Ikan segar lainnya
Udang
Cumi-cumi/sotong
Ketam/kepiting/rajungan
Kerang/siput
Udang dan hewan air segar lainnya
Kembung/peda awetan
Tenggiri awetan
Tongkol/tuna/cakalang awetan
Teri awetan
Selar awetan
Sepat awetan
Bandeng awetan
Gabus awetan
Ikan dalam kaleng
Ikan awetan lainnya
Udang (ebi)
Cumi-cumi/sotong awetan
Udang dan hewan air awetan lainnya
Terasi
Kerupuk
Ikan (goreng, bakar, pindang, dsb)
Nasi campur/rames

Pengolahan data konsumsi ikan dari berdasarkan SUSENAS menjadi
konsumsi setara ikan segar dilakukan menggunakan faktor konversi. Faktor
konversi yang digunakan adalah faktor konversi untuk ikan olahan dan makanan
jadi (Tabel 5).
Tabel 5 Faktor konversi ikan olahan dan makanan jadi ke bentuk ikan segar
No
1
2
3
4
5

Jenis Ikan
Kembung/peda awetan
Tenggiri awetan
Tongkol/tuna/cakalang awetan
Teri awetan
Selar awetan

Faktor Konversi ke Ikan Segar
2.0
2.0
2.0
2.0
2.0

15

6
7
8
9
10

Sepat awetan
Bandeng awetan
Gabus awetan
Ikan dalam kaleng
Ikan awetan lainnya

2.0
2.0
1.7
1.7
2.0

Tabel 5 (lanjutan)
No
Jenis Ikan
11
Udang (ebi)
12
Cumi-cumi/sotong awetan
13
Udang dan hewan air awetan lainnya
14
Terasi
15
Kerupuk
16
Ikan (goreng, bakar, pindang, dsb)
17
Nasi campur/rames
Sumber : NBM, Tim IPB-KKP

Faktor Konversi ke Ikan Segar
1.7
2.5
1.7
1)
2.0
2)
0.1
3)
1.59
4)
0.12

Keterangan:
1)
konversi berdasarkan perbandingan hasil olahan dengan bahan mentah
2)
konversi berdasarkan perbandingan hasil olahan dengan bahan mentah x %
penduduk pulau Jawa
3)
konversi berdasarkan Daftar Mentah Masak (DMM) 1.24 x Berat Dapat
Dimakan (BDD) 78%
4)
konversi berdasarkan asumsi ikan =1/5 dari lauk dalam nasi campur x 1/3 dari
total nasi campur X konversi DMM (1.24) x BDD (78%)

Perhitungan konsumsi ikan aktual dalam penelitian ini menggunakan
metode perhitungan

hasil
KTt = 17% x KsIS

Kementerian

kajian

bersama

Kelautan

dan

Perikanan. Setelah dilakukan konversi ke bentuk ikan segar, dilakukan
perhitungan

konsumsi

tidak

tercatat.

Konsumsi

tidak

tercatat

dihitung

berdasarkan rumus sebagai berikut:
Konsumsi tidak tercatat diperlukan karena angka konsumsi yang
tercantum dalam SUSENAS diduga belum mencakup konsumsi keseluruhan.
Angka konversi tak tercatat 17% diperoleh dari persentase penggunaan ikan
pada

industri

pengolahan

ikan

terhadap

konsumsi

setara

ikan

segar

dibandingkan dengan persentase konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk terhadap
konsumsi setara ikan segar. Konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk digunakan
sebagai pembanding karena keduanya mewakili jenis ikan hasil olahan industri.
Penggunaan ikan pada industri rata-rata mencapai 4,63 kg/kapita/tahun (20,81%
dari konsumsi setara ikan segar) sedangkan konsumsi ikan dari terasi dan
kerupuk rata-rata adalah 0,95 kg/kapita/tahun (4,28% dari konsumsi setara ikan
segar). Terdapat selisih yang cukup besar antara penggunaan ikan untuk industri
dengan konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk sehingga diperoleh angka koreksi
konsumsi tidak tercatat sebesar 17%. Angka koreksi ini dapat digunakan untuk
perhitungan konsumsi ikan pada tahun-tahun berikutnya. Total konsumsi ikan

16

dihitung berdasarkan penjumlahan konsumsi setara ikan segar dan konsumsi
tidak tercatat dengan rumus sebagai berikut.
KIA = KsIS + KTt
Keterangan:
KIA
= Konsumsi ikan aktual (kg/kap/tahun)
KsIS = Konsumsi setara ikan segar (kg/kap/tahun)
KTt
= Konsumsi tidak tercatat (kg/kap/tahun)
2. Konsumsi ikan aktual masyarakat diolah berdasarkan wilayah pedesaan dan
perkotaan serta berdasarkan golongan pengeluaran. Data konsumsi yang
digunakan adalah data konsumsi ikan hasil koreksi pada langkah pertama.
Golongan pengeluaran yang digunakan adalah golongan pengeluaran
berdasarkan data SUSENAS tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan
2011 seperti Tabel 6.
Tabel 6 Golongan pengeluaran berdasarkan SUSENAS
Gol

2005

Jumlah pengeluaran (ribu rupiah/kap/bulan )
2006
2007
2008
2009
2010

1
< 60
< 60
< 100
< 100
< 100
2
6