Pengaruh inhibitor dan kondisi benih utuh dan terbuka sebelum disimpan terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit shorea seminis (de Vriese) slooten

PENGARUH INHIBITOR PADA KONDISI BENIH UTUM
DAN TERBUKA SEBELUM DISIMPAN TERHADAP
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN
BIBIT Shorea seminis (de Vriese) Slooten

OLEH
SUSILAWATI SOEYOED AS

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRACT

SUSLLAWATI SOEYOED AS.

Pengaruh lnhlbitor pada Ben~hUtuh dan

Terbuka Sebelum Disimpan terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Shoreu
seminls (de Vriese) Slooten, dibawah bimbingan SATRIYAS ILYAS sebagai ketua


FAIZA C. SUWARNO sebagai anggota.
Penelitian ini bertujuan : (1). Membandingkan hubungan antara kadar air benih
dan daya berkecambah pada dua kondisi benih yang berbeda (utuh dan terbuka) selama
penyimpanan. (2). Pemberian inhibitor dapat menghambat perkecambahan benih Slzoreu
seminrs V.SL selama periode penyimpanan. (3). Untuk mengetahui pengaruh pemberian

inhibitor (asam benzoat dan paclobutrazol) pada benih utuh dan terbuka sebelurn
disimpan terhadap viabilitas benih dan perturnbuhan bibit Shorea seminis V.SL.
Penelitian ini terdiri dua percobaan. Percobaan 1 Pengaruh kondisi benih dan
periode simpan terhadap daya berkecarnbah dan kadar air benih Shorea seminis V.SL.
Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial. Faktor pertama
kondisi benih yaitu benih utuh (&) dan benih terbuka (KI). Faktor kedua periode simpan,
terdiri dari 0, 1 , 2 , 3 , 4 dan 5 minggu. Banyaknya ulangan adalah tiga (3). Pengamatan
dilakukan terhadap p e n m a n kadar air benih dan daya berkecambah
Percobaan 2 merupakan percobaan faktorial dua faktor dengan rancangan splitplot. Petak utama adalah kondisi benih (K) yaitu &

=

terbuka, dan inhibitor sebagai anak petak terdiri dari I.


benih utuh, dan K1 = benih
=

tanpa inhibitor, I1 = asarn

benzoat 250 pprn ,I2 = asam benzoat 500 pprn , I3 = asam benzoat 750 pprn , 4
benzoat 1000 pprn , Is

=

= asarn

paclobutrazol 25 pprn , I6 = paclobutrazol 50 pprn , I7 =

pacloburtazol 75 pprn dan Is

=

paclobutrazol 100 ppm. Pengamatan dilakukan


terhadap parameter viabilitas (viabilitas potensial, viabilitas total dan vigor kekuatan
tumbuh).

Parameter viabilitas potensial (Vp) diamati berdasarkan tolok ukur daya

berkecambah (DB)

Viabilitas total berdasarkan potensi tumbuh maksimum sedangkan

vigor kekuatan tumbuh diamati berdasarkan kecepatan tumbuh.
Selain pengujian viabilitas dilakukan pengamatan terhadap kadar air benih.
Pengamatan vigor bibit dilaksanakan pada saat bibit berumur 3 bulan, dengan tolok ukur

tinggi tanarnan, diameter batang dan jumlah daun. Disamping itu dilakukan pengukuran
terhadap suhu minimum , maksimum clan kelembaban ruang simpan selama penelitian
Hasil percobaan 1, menunjukkan bahwa dua kondrsi benrh ya~tubenih utuh dan
benih terbuka, mengalami penurunan viabilitas dengan bertambahnya periode simpan.
Penyimpanan selama 5 minggu menurunkan daya berkecambah dari 100 % sampai 12%
untuk benih utuh dan 100% sampai 0 % benih terbuka.
Daya simpan benih Shorea seminis dengan daya berkecambah sebesar 50%

dicapai selama 3,l minggu untuk benih utuh, sedangkan untuk benih terbuka dicapai 2,9
minggu. Pada saat itu kadar air benih 15,8% pada benih utuh dan 13,7% pa& benih
terbuka.
Percobaan 2 menunjukkan adanya interaksi antara kondisi benih clan inhibitor
terhadap daya berkecambah, kecepataan tumbuh, potensi tumbuh dan vigor bibit (tinggi

tanaman, jumlah daun dan diameter batang) selama disimpan, kecuali daya berkecambah
dan potensi tumbuh pada periode 0 minggu.
Pemberian inhibitor asam benzoat dan paclobutrazol pada dua kondisi benih
Shorea seminis mampu menekan perkecambahan selama periode simpan tetapi
menurunkan viabilitas benih dan vigor bibit berumur 3 bulan.

Semakin tinggi

konsentrasi inhibitor yang diberikan semangkin rendah viabilitas dan vigor bibit.
Semakin lama periode simpan semakin cepat laju penurunan kadar air benih yang diikuti
oleh laju kemunduran benih Shorea seminis.

SURAT PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

PENGARUH

INHIBITOR PADA KONDISI BENIH UTUH DAN TERBUKA SEBELUM
DISIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT

Shorea seminis (de Vriese) Slooten adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri
dan belurn pernah di publikasikan. Semua surnber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor ; 28 Nopember 2002

SUSILAWATI SOEYOED AS
NRP.99062

PENGARUH INHIBITOR PADA KONDISI BENIH UTUH
DAN TERBUKA SEBELUM DISIMPAN TERHADAP
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN
BIBIT Shorea seminis (de Vriese) Slooten


SUSILAWATI SOEYOED AS

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Agronomi

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

JUDUL TESIS : PENGARUH INHIBITOR DAN KONDISI BENIB UTUH
DAN TERBUKA SEBELUM DISIMPAN TERHADAP
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT
Shorea seminis (de Vriese) Slooten.
Nama Mahasiswa : Susilawati Soeyoed AS
Nomor Pokok

: 99062


Menyetujui
1. Kornisi Pembimbing

Dr Ir Hj Satriyas Byas, MS
Ketua

DR Ir Faiza C. Suwarno, MS
Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi

Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc

Tanggal Lulus : 28 Nopember 2002

3. Direktur Program Pascasagana

frida ManuwotoJWSc


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat , pada tanggal 14
Nopember 1959 dari ibu Hj Yulia Binti H. Djafar A. Rachim dan ayah H. Muhammad
Soejoed Ahmad Soedjak.
Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
diselesaikan di Pontianak hingga tahun 1979. Pada tahun 1980 penulis diterima di
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dan lulus pada tanggal 15 Desember 1985.
Sejak tahun 1987 diterima sebagai Dosen Yayasan Panca Bhakti dan pada tahun
1989 hingga sekarang penulis diperbantukan Kopertis Wilayah XI Banjarmasin sebagai
staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhanti Pontianak. Pada tahun 1999
penulis diterima di Program Studi Agronomi, Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayatNya, sehingga
Penulis dapat menyelesaiakan tesis yang berjudul


"

Utuh

Terhadap

dan

Terbuka

Sebelum

Disimpan

Pengaruh Inhibitor pada Benih
Perkecambahan

dan

Pertumbuhan Bibit Shorea seminis (de Vriese) Slooten" dapat diselesaikan. Tesis ini

disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi
Agronomi. Program Pascasajana Institut Pertanian Bogor.
Tesis ini merupakan hail penelitian yang penulis lakukan pada bulan April 2001
sarnpai dengan bulan Oktober 2001, di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tesis ini tidak dapat
tenvujud tanpa bantuan dan dukungan dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dr Ir Hj Satriyas Ilyas, MS dan Dr Ir Hj Faiza C. Suwarno, MS sebagai dosen

pembimbing atas waktu, kesabaran dan perhatian yang telah diberikan dengan
tulus selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan tesis.

2. Rektor dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti, atas izin yang
diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Program Pascasarjana
Insitut Pertanian Bogor.
3. Ketua Yayasan Panca Bhakti Pontianak yang telah membantu biaya studi.

4. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Kepala Laboratoriurn


Agronoml Universitas Tanj~ngpura beserta staf atas bantuannya selama
penelitian.
5. Bapak Eksan Herbarium LIP1 Bogor membantu dalam pembuatan gambar buah

Shorea seminis V.SL.
6. Orang tua (H. Muhammad Soejoed Ahrnad Sudjad dan Hj Yulia), mbak Pur,

Mas Yok, adik-adik (Yayuk, Togi, Nomo, Totok, Yulis, Budi, Iin dan Desi),
keponakan (Ryo, Ryan, Tika dan Laras) atas doa, dukungan dan bantuannya
serta keceriaannya yang dapat menghilangkan kejenuhan, kelelahan,
membangkitkan semangat clan doa restunya.
7. Bapak dr Taufik Deradjat, MSc dan dr Agustin, MSc yang membantu dan

memberikan perawatan selama penulis sakit dalam proses penyelesaian tesis.
8. Teman baikku : Diana, Gusti Ayu, Ujang, mbak Yuli, Indra, Sudirman, Yuri,
Mely, Kisenjer, Eva, Wayan, mbak farida, mbak Kusdamayanti, bapak
Darmono, ibu Tatik, ibu Nina dan ibu Fadillah atas segala bantuan dan
dorongannya.
Hanya dengan doa yang tulus dapat penulis panjatkan kepada Allah SWT semoga
semua kebaikan dicatat dan dibalas pahala di sisiNya..
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan, tetapi
penulis berharap dapat bermanfaat bagi perkembangan di bidang perbenihan kehutanan.

Bogor, 20 Mei 2002
Penul i s

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR IS1

. . . . . . . . . . . . . . ..

DAFTAR GAMBAR

. . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR TABEL

... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... . .. ... . .. ... .. .

PENDAHULUAN ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... . .. ... ...
... . .. ... .. . ... . . . .. . ... .. . . .. . .. .. . . .. . .. . . . ...
Latar Belakang
... ... ... ... ... ... .. . .. . . . . . .. ... . . . .. . .. . . . . ... . .
Tujuan Penelitian
... ... . . . ... ... . .. . . . .. . ... . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . ... . . . . . . . .
Hipotesis

... ... ... ... ... ... ... .. . ... .. . ... ... ... ... ..
TINJAUAN PUSTAKA
Shorea seminis.V. SL ... ... .. . ... .. . ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... . .. ...
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Shorea spp
dalam Penyimpanan ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .....
Penggunaan Inhibitor pada Benih Rekalsitran selama Penyimpanan
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .....
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian.. . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Bahan dan Alat.. . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Metode penelitian ... ... ... ............... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ....
Rancangan Penelitian ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... .. . ... ...
Pelaksanaan Penelitian
... ......... ... ... ... ... ... ... ... ...... ....
Pengamatan ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ...
... ......... ... ... ... ... ... ... ... .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1. Pengaruh Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap
Daya Berkecambah dan kadar air Benih Shorea seminis

Percobaan 2. Pengaruh Inhibitor pada Benih Utuh dan Terbuka
Sebelurn disimpan terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Shorea seminis . .. ... ... ... ... .. . ... ...
KESIMPULAN DAN SARAN ... ... ... ... ... ... ... .. . . .. . .. .. . .. . ... ..
... ... ... ... ... ... ... .. . . . . ... . .. . . . . . . . . . . . . . ..
Kesimpulan
Saran .. . .. . ... ... . .. ... ... ... ... . . . ... ... . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . .
DAFTAR PUSTAKA

... . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

LAMPIRAN . .. ... . .. ... . .. . . ... . . . ... . .. ... . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
,

Vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kedudukan buah Shorea seminis.V. SL (a), buah utuh (b), dan buah
Terbuka 1 merekah (c) ..................................................

2. Daya berkecambah benih Shorea seminis selama periode simpan
pada benih utuh (KO ) dan terbuka (K1) .....................................
3. Hubungan antara kadar air dan daya berkecambah pada benih utuh (a)
benih terbuka (b) ..............................................................

4. Perkecambahan benih Shorea seminis yang abnormal akibat perlakuan
inhibitor ...............................................................................

5. Akar bibit Shorea seminis dari benih yang mendapat perlakuan inhibitor
paclobutrazol (a) dan asam benzoat (b) .......................................
6. Bibit Shorea seminis umur bibit 1,5 bulan (a), dan 3 bulan (b) tanpa
perlakuan inhibitor .........................................................
7. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
kecepatan tumbuh benih utuh (&) dan terbuka (K1)pa& minggu ke- 0.
8. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
kecepatan tumbuh benih utuh (&) dan terbuka (K1)pada minggu ke- 1

9. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
kecepatan tumbuh benih utuh (&) dan terbuka (K1)pada minggu ke- 2
10. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) clan paclobutrazol (b) terhadap
kecepatan tumbuh benih utuh (KO) dan terbuka (K1)pada minggu ke- 3
11. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
kecepatan tumbuh benih utuh (KO)dan terbuka (KI) pada minggu ke- 4

37

12. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (&) dan terbuka (K,)
pada minggu ke- 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

43

13. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (&) dan terbuka ( K I )
pada minggu ke- 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

44

14. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (I&,) dan terbuka (K1)
pada minggu ke- 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

45

15. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
tinggr bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (Ko) dan terbuka (K1)

pada minggu ke- 3 ............................................................
16. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (&) dan terbuka (K1)
pada minggu ke- 4 ............................................................

46

47

DAFTAR TABEL
Halaman
No
Teks
1 . Pengaruh Interaksi antara Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap
Daya Berkecambah dan Kadar Air Benih Shorea seminis .............

20

2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Percobaan 2 ..........................

25

3. Pengaruh Interaksi antara Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Daya
Berkecambah, Kecepatan turnbuh, Potensi tumbuh dan Kadar Air Benih

27

4. Pengaruh Interaksi antara Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Vigor
Bibit Berumur 3 Bulan .........................................................

38

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Teks
1. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap
Daya Berkecambah Benih Shorea seminis ...........................................

55

2. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap
Kadar Air Benih Shorea seminis ...................................................

55

3. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Kecepatan Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 0 ................

55

4. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Kecepatan Turnbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 1 ................

56

5. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Kecepatan Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 2 ................

56

6 . Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Kecepatan Tumbuh Shorea seminzs pada Minggu Ke- 3 ...... :. ........

56

7. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Kecepatan Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 4 ................

57

8. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Potensi Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 1 ................

57

9. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Potensi Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 2 ................

57

10. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Potensi Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 3 ................

58

11. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Potensi Turnbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 4.. ..............

58

12. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Daya Berkecambah Benih Shorea seminis pada Minggu Ke- 0 ........

58

13. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Daya Berkecambah Benih Shorea seminis pada Minggu Ke- 1 ........

59

14. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Daya Berkecambah Benih Shorea seminix pads Minggu Ke- 2 . . . . . . . .
15. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Daya Berkecambah Benih Shorea seminis pada Minggu Ke- 3 ........

16. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Daya Berkecambah Benih Shorea seminis pada Minggu Ke- 4 ........
17. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Minggu Ke- 0 ............

18. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Minggu Ke- 1 ............
19. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Minggu Ke- 2 ............
20. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Minggu Ke- 3 ............
2 1. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Wnggu Ke- 4 ............

22. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 0.. ..................
23. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 1....................
24. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 2.. ..................

25. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Konchsi Benih terhadap
Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Mmggu Ke- 3....................

26. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 4 . ...................
27. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Jumlah Daun Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 0 ...........
28. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Jumlah Daun Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 1 ...........

29 . Analisis Sidik Ragam Pen@
Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Jurnlah Daun Tanaman Shoreu seminis pada Minggu Ke- 2 . . . . . . . . . .

64

30. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Jumlah Daun Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 3 ...........

64

3 1. Analisis Sidik Ragarn Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Jurnlah Daun Tanarnan Shorea seminis pada Minggu Ke- 4 ...........

65

32. Pengaruh Inhibitor terhadap Viabilitas Benih Shorea seminis ..........

66

33. Pengaruh Kondisi Benih terhadap Viabilitas Benih Shorea seminis
Selama Penyimpanan .........................................................

67

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Shorea semrnrs V.SL merupakan salah satu jenis pohon hutan darl famlli

Dipterocarpaceae yang banyak terdapat di Kalimantan dan memiliki nilai ekonomis
sebagai penghasil kayu. Untuk memenuhi permintaan kayu oleh konsurnen dalam
negeri maupun luar negeri, maka banyak sekali terjadi penebangan pohon jenis ini
baik secara legal maupun ilegal. Penanaman pohon ini jarang dilakukan, disamping
itu dalam pelaksanaan penanamannya mengalami banyak kendala, diantaranya sulit
menyediakan benih bemutu dalam jumlah banyak. Hal ini sebabkan berbuahnya
serentak dalam interval 2

-

10 tahun sekali (Ashton,1988), disarnping bijinya

terrnasuk dalam kelompok benih rekalsitran yang cepat kehilangan viabilitasnya,
sehingga sulit disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Benih rekalsitran merupakan benih yang tidak tahan terhadap pengeringan,
peka terhadap suhu rendah dan kelembaban rendah serta viabilitasnya cepat menurun
selama penyimpanan (Bewley and Black, 1985).

Usaha penyimpanan konvensional telah banyak dilakukan, namun hasil yang
diperoleh merupakan penyimpanan jangka waktu pendek (Tompset, 1987).
Umumnya benih rekalsitran dapat disimpan dalam waktu beberapa minggu. Hasil
penelitian Purwaningsih (1999) pada benih S. stenoptera yang disimpan
menggunakan kain belacu pada ruang terbuka dan ruang bersuhu 20°C, RH 90%,
masing-masing dapat disimpan selama 4 minggu dan 8 minggu dengan daya
berkecambah 53.3% dan 56.0%. Viabilitas hilang setelah 6 minggu pada ruang

terbuka. Salah satu penyebab turunnya viabilitas benih adalah turunnya kadar air
benih.
Masalah lain yang berhubungan dengan benih rekalsitran selama
penyimpanan sering dijumpai benih

sudah berkecambah sebelum dilakukan

persemaian atau penanaman. Apabila kecambah tersebut disemaikan, maka bentuk
kecambah sudah tidak normal lagi akibat pertumbuhan selama didalam wadah dengan
posisi benih yang tidak beraturan. Perkecambahan juga dapat terjadi sewaktu buah
masih berada dipohon, saat dipanen atau dalam perjalanan selama pengangkutan.
Benih dikatakan berkecambah dengan ciri-ciri benih sudah k e l w radikulanya..
Sehubungan ha1 tersebut maka perlu dilakukan pendekatan lain sampai benih tidak
berkecambah dalam penyimpanan. Salah satu pendekatan dengan melakukan
penyimpanan yang dikombinasikan dengan penggunaan zat penghambat tumbuh
(inhibitor). Inhibitor yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam benzoat dan
paclobutrazol. Zat penghambat pertumbuhan tanaman yang diperdagangkan untuk
menghambat sitesis giberelin antara lain Phospon-0, Arno-165, CCC (Cycocel),
Ansimidol dan PacIobutrazoI (Salisbury dan Ross, 1995). Paclobutrazol memiliki
nama umum ICI-PP-133 (MC Daniel, 1983).

Mempunyai nama kimia [ (4-

chlorophenyl) methyl)( 1,1-dyrnethyllethyl)-1 H- 1,2,4-triazole-1- ethanol (Latimer,
1991). Sedangkan rumus empiris dari paclobutrazol adalah C 5H20CLN30(Hamada
et al, 1990).

Inhibitor atau zat penghambat ABA (asam absisat) merupakan jenis

inhibitor penyebab dormansi yang secara alami terdapat di dalam benih. Akan tetapi
penggunaan ABA sebagai inhibitor untuk penyimpanan benih harganya mahal.
Asam benzoat merupakan suatu zat pengawet yang biasanya dipakai sebagai bahan

pengawet makanan, ternyata asam benzoat juga terdapat di dalam tanaman. Menurut
Weaver dulum Abidin (1993), beberapa inhibitor di dalam tanaman merupakan
senyawa fenil, yang tennasuk di dalamnya fenol, asam benzoat, asam sinimat, dan
asam kafeat. Penelitian Murti (2000) pada benih Agatis loranthifolia yang direndarn
dalam asam benzoat konsentrasi 0.5 g/l dan 1.0 g/l sebelum disimpan pada suhu 4 6°C hingga periode 12 minggu, hays berkecambahnya masing-masing 46.7% dan
52.4% dibandingkan dengan kontrol yang hanya 26.2%. Sedangkan penelitian
Kusdarnayanti (2000), pemberian asam benzoat (500 ppm dan 1000 ppm) dan
paclobutrazol (20 ppm dan 40 ppm) pada benih Shorea selanica dapat
mempertahankan veabilitas benih selama 8 minggu pada suhu 2 0 ' ~dan RH 70%.
Daya berkecambah masing-masing perlakuan (81.5% dan 70.5%) dan (70.5% dan
70.0%),

dan perlakuan ini menunjukkan beda nyata dengan kontrol (direndarn

dalam aquades dengan daya berkecambah 56.0%).
Shorea seminis di Kalimantan Barat disebut dengan nama tengkawang telenak

atau tengkawang rambai.

Kendala yang sering dihadapi oleh petani maupun

perusahaan adalah selama 2 hari transportasi dari tempat pemetikan sampai tempat
persemaian atau pembibitan benih tersebut telah terbuka (merekah) dan bahkan
berkecambah.

Oleh karena itu diperlukan inhibitor seperti asarn benzoat atau

paclobutrazol untuk mencegah terjadinya perkecambahan benih selama masa
transportasi maupun

pada saat

media pembibitan belum

tersedia, sehingga

diharapkan dapat memecahkan masalah yang terjadi di Kalimantan Barat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Membandingkan hubungan antara kadar air benih dan daya berkecarnbah

pada dua kondisi benih yang berbeda (utuh dan terbuka) selama penyimpanan.

2. Pemberian inhibitor dapat menghambat perkecambahan benih Shorea seminis
selama periode penyimpanan.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian inhibitor (asam benzoat dan
paclobutrazol ) pada benih utuh dan terbuka selarna penyimpanan terhadap
veabilitas benih perturnbuhan bibit Shorea seminis.
Hipotesis

1. Kadar air benih utuh akan lebih tinggi daya berkecarnbahnya bila
dibandingkan dengan kadar air benih terbuka.

2.

Pemberian inhibitor pada benih terbuka (merekah), sebelum disimpan
dapat menekan laju pertumbuhan kecambah selarna penyimpanan.

3. Pemberian inhibitor pada dua kondisi benih (utuh dan terbuka) selama

penyimpanan dapat mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi dan
meningkatkan perturnbuhan bibit Shorea seminis.

TINJAUAN PUSTAKA
Shorea serninis (de Vriese) Slooten

Shorea

spp merupakan salah satu genus yang terbesar dari famili

Dipterocarpaceae yang mempunyai arti penting, karena kayunya mempunyai nilai
ekonomi di pasaran dunia maupun &lam negeri. Di Indonesia terdapat 114 jenis, dengan
daerah penyebarannya Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Maluku (A1 Rasyid, Marfuah,
Wijayakusuma dan Hendarsyah, 1991).
Slzorea seminis merupakan pohon besar yang mempunyai diameter hingga lebih

dari satu meter, dengan batang agak bersisik pada umumnya berdamar. Kayu yang
diambil umumnya digunakan untuk bahan bangunan baik berupa papan, kayau lapis dan
rangka ,balok kasau, pintu, jendela untuk pasaran lokal maupun ekspor. Umur pohon ini
hampir sarna dengan umur Shorea yang lain, yaitu dapat mencapai 40 tahun (Anonimus,
1987). Di Kalimantan Barat buah atau biji S. seminis merupakan salah satu dari 13jenis
tengkawang yang diambil lemaknya untuk dijadikan minyak tengkawang dan dikenal
dengan nama tengkawang telenak (Sunarcia, 1991).
Shorea berproduksi sekali dalam setahun, biasanya berbunga pada bulan Agustus,

September, Oktober. Dari pembungaan hingga berbuah matang memerlukan waktu lebih
kurang 6 bulan, produksi buah dipengaruhi oleh musim. Buahlbiji S. seminis berbentuk
bulat seperti buah manggis berukuran panjang 1.5 cm dan lebar 1.5 cm, setelah masak
fisiologis buah benvarna hujau tua kekuningan dan mempunyai lima sayap benvarna
,

coklat dengan panjang 0.5 cm (Sunarcia, 1991). Berat I kg buahl biji S seminis
jurnlahnya sekitar 150 buah. Kedudukan buah S. srn1ini.v pada ranting, buah/ benih utuh
dan terbuka disajikan pada Gambar 1 .

Gambar . 1 . Kedudukan buah Si1ore.s sentinis (a), buah utuh (b), dan buah
terbukal merekah (c).
Faktor-faktor yang klempengaruhi Viabilitas Benih Shorea spp dalam
Penyimpanan.
SI7or~u. S ~ I ? I I I I I . S merupakan salah satu jenis benih yang terrnasuk dalam kelompok

benih rekalsitran. Kelompok ini mempunyai kadar air yang tinggi pada saat dipetik atau
jatuh dari pohon induknya.

S. scminis merupakan benih rekalsitran sangat rilenurun

viabilitasnya dan daya hidup benih rekalsitran umumnya pendek, khusus untuk spesies
yang berasal dari daerah tropika hanya berurnur beberapa hari sampai beberapa bulan saja
(King dan Robeerts, 1980). Menurut Hong dan Ellts (1996) belum ada metode yang
memuaskan untuk mempertahankan viabilitas benih rekalsitran dalarn waktu lama,
karena benih tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan pada suhu O'C. Selain itu
benih rekalsitran berkadar air tinggi, cepat berkecambah serta cepat hilang viabilitasnya.
Kehilangan viabilitas pada benih rekalsitran terjadi pada kadar air kritis antara 20% 40% tergantung spesiesnya.

Menurut Yap (198 I), pada benih Dipterocarpaceae terdapat hubungan antara
kelompok taksonomi benih dengan daya simpannya, misalnya untuk spesies Mutica clan
Pachycarpa penyimpana benih pada suhu dibawah lo°C mengakibatkan kemunduranl
kematian benih Benih akan bertahan pada suhu diantara 22 - 2 8 ' ~(pada suhu ruang ber
AC). Sebaliknya benih dari kelompok Anthoshorea dapat bertahan pada suhu

~OC,

namun penyimpanan terbaik pada suhu 1 4 ' ~ . Viabilitas benih S. roxburghii mencapai
69% setelah disimpan 6 bulan pada suhu

~OC,

sedangkan benih S. stenoptora dapat

bertahan hanya 4 minggu pada ruang terbuka, dan 8 minggu pada suhu

~o'c,
RH 90% (

Purwaningsih, 1999).
Kadar air merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kemunduran
benih yang diakluri oleh hilangnya kemampuan benih untuk berkecambah. Proses ini
diikuti dengan menurunnya vigor yang lebih cepat dibandingkan dengan viabilitas
potensialnya (Sadjad, 1993).

Menurut Roberts dan King (1980), benih rekalsitran

menghendalu kadar air yang tinggi dalarn lingkungan yang iembab selama penyimpanan.
Media simpan digunakan untuk menciptakan kelembaban dalam wadah simpan agar

kadar air benih tetap tingg. Kadar air benih rekalsitran pada saat penyimpanan berkisar
antara 30% - 90% (Hong dan Ellis, 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa tidak ada
metode yang memuaskan untuk mempertahankan viabilitas benih rekalsitran dalam
waktu yang lama, karena benih tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan pada
suhu O'C.

Penyimpanan benih dengan kadar air yang tinggi pada suhu O'C akan

mematikan benih karena terjadi freezing injury atau kerusakan karena pembekuanl
h s t a l es di dalam benih. Benih rekalsitran dari daerah tropika akan terjadi kerusakan
karena chilling injury jika disimpan pada suhu 1 0 ' ~- 1 5 ' ~ . Menurut Ruhl (1995)
penyimpanan menyebabkan perubahan ultrastrukural pada benih rekalsitran. Dijelaskan
oleh Suzuka dalam Hong dan Ellis (1996) bahwa benih rekalsitran dari daerah temperate
dapat lebih lama disimpan, karena tahan disimpan pada suhu rendah seperti oak (
Querqus spp) dapat disimpan pada suhu -3'~.
Menurut Luprince, Hendry dan McKersie (1993)- perbedaan mendasar antara benih
rekalsitran dengan benih ortodoks pada ketahanannya terhadap desikasi. Benih ortodoks
mengandung gula (sukrosa dan raffinosa) yang tinggi, yang fungsinya dapat
menggantikan air pada permukaan molekul makro selama desikasi. Benih ortodoks juga
mengandung late embryogenesis abundant (LEA) protein yang dapat menarnbah
ketahanan terhadap desikasi. Sebaliknya pada benih rekalsitran tidak demikian, misalnya
benih Aesculus indica (Uniyal dan Nautiyal, 1996).
Beberapa penelitian penyimpanan benih Shorea spp telah dilakukan di Indonesia,
akan tetapi hasilnya masih belurn memuaskan. Penelitian Erizal dan Komar (1988),
menunjukkan benih S. pinaga

yang disimpan dengan media serbuk gergaji

(perbandingan 4: 1) dalarn kaleng pada ruang simpan ber AC (suhu 1 8 ' ~- 2 2 ' ~ ,RH 60%

- 70%), daya kecambah menurun dan 86,7% menjadi 74,7% setelah disimpan selama 2
minggu. Benih S. compre.tr.o yacg dlslmpan dengan medla serbuk gergajI (25 butir benih
+ 500 gram serbuk gergajl

60%

)

dalam wadah kaleng tertutup pada suhu 1 8 " -~2 2 " ~, RH

- 70%, daya berkecambahnya dan 77% menjadi 46% setelah disimpan selama 1

minggu dan menjadi 29% setelah disimpan 4 minggu (Sagala dan Suprapti, 1990).
Benih S. seminis yang disimpan dalam kantong blacu terbuka ( tanpa kotak kayu)
dan kantong blacu dalam kotak kayu dengan suhu 2 5 ° ~ - 3 0 dan
0 ~ RH 80%-90%, daya
berkecambahnya 68,3% setelah disimpan selama 3 hari dan menurun menjadi 33,4%
setelah disimpan selama 18 hari. Sedangkan pada suhu 1 5 ° ~ - 2 0 0RH
~ , 45%-70%. daya
berkecambahnya sebesar 66,5% setelah disimpan 3 hari dan menurun menjadi 18,79%
setelah disimpan 18 hari. Selarna penyimpanan benih mengalami penurunan kadar air
karena melakukan keseimbangan dengan kelebaban ruang simpan (Zanzibar dan
Supriyanto, 1993).
Benih S. selanica yang disimpan dalarn wadah plastik tertutup dapat
mempertahankan daya berkecambahnya selama 5 minggu pada kondisi kamar. Benih
hanya sedikit mengalami penunuran daya berkecarnbah yaitu dari 94,6% menjadi 92,0%
yang secara statistika tidak berbeda nyata. Akan tetapi bila disimpan dalam wadah
plastik terbuka, daya berkecambahnya menurun secara nyata sebesar 53,3% setelah
disimpan 5 minggu ( Masano dan Mawazin, 1997).
Hasil penelitian Purwaningsih (1999), penurunan daya berkecarnbah benih
Shorea stenoptera sebesar 50% pada kondisi simpan ruang terbuka, dicapai selama 3,5

minggu, sedangkan bila disimpan pada suhu 2 0 ' ~ dan RH 90% selama 7,7 mmggu.
Setelah disimpan selama 4 minggu, daya berkecambah benih pada ruang terbuka

menurun menjadi 53,3% dan kehilangan viabilitas (daya berkecambah 0% setelah 6
mlnggu)

Sedangkan pada kondisi simpan 20"

C n RH 90%. benlh yang disimpan

selama 4 minggu maslh mempunyai daya berkzcambah 94,7%, kemudian turun menjadl
78,7% setelah 6 minggu dan 56,0% setelah 8 minggu penyimpanan.

Penggunaan Inhibitor pada Benih Rekalsitran selama Penyimpanan
Beberapa benih rekalsitran mempunyai sifat dormansi primer yang disebabkan
oleh kulit benih yang tebal, embrio .yang belum masak, atau adanya inhibitor pada kulit
benih. Pada benih rekalsitran yang tidak dorman, perkecarnbanan segera terjadi jika
benih berada dalam keadaan yang sesuai untuk perkecambahan.

Benih rekalsitran

setelah dipanen menurut Parnmenter et al. (1994), melakukan aktivitas metabolisme
tanpa memerlukan fase istirahat. Penyimpanan pada kondisi lembab dapat menimbulkan
pernasalahan yaitu terjadinya perkecarnbahan selama penyimpanan. Biasanya benih
rekalsitran mempunyai kadar air yang sama dengan keadaan berimbibisi penuh pada saat
jatuh dari pohon induknya, sehingga benih &an segera berkecambah bila disimpan dalam
kondisi lembab. Keadaan ini &an menyebabkan penurunan viabilitas benih selama
penyimpanan dan kesullitan dalam penanaman.
Menurut Roberts dm King (1980), pada beberapa benih rekalsitran ditemukan
inhibitor perkecambahan alarni (endogen). Penggunaan inhibitor alami, untuk menekan
pertumbuhan akar telah banyak diteliti, seperti ekstrak pulp kakao atau kulit kopi, clan

asarn dari jeruk, narnun

hasilnya

kimiawi, seperti ABA dan cumarin.

hang

baik, sehingga

digunakan

inhibitor

Dalam proses perkecambahan dibutuhkan keseimbangan zat mengatur tumbuh
tanaman dalam benih. Pada ben~hyang belurn masak kandungan glibrell~nnyat~nggl,
akan tetapi laju perkecambahannya rendah, karena asam absisatnya (ABAnya) tlnggl. Hal
ini bermanfaat bagi mencegah perkecambahan dini (Quatrano dalam Kusdamayanti,
2000). ABA merupakan inhibitor yang secara alami terdapat dl dalam benih, akan tetapi
bahan ini jarang digunakan sebagai inhbitor exogen selama penyimpanan mengingat
harganya relatif mahal.
Menurut Bonner (1976), coumarin dan derivatnya, serta derivat dan asam sinamat dan

asam benzoat, seperti halnya beberapa senyawa fenol, cukup banyak terdapat pada
tanaman dan diketahui dapat mencegah perkecambahan. Akan tetepi seberapa lama
fungsi dan penganrhnya belum diketahui secara jelas. Penggunaan asarn benzoat sebagai
zat pengharnbat perkecambahannya dalarn penyimpanan benih belum dapat diketahui
bagaimana mekanisme pengaruh asam benzoat dalam menghambat perkecambahan
benih.

Asam benzoat adalah asam karboksilat yang termasuk ke dalam golongan
senyawa organik dengan dicirikan oleh adanya gugus karboksil (-COOH) dan merupakan
asam aromatik yang paling sederhana. Rumus empirik asam benzoat adalah C7H602.
Asam benzoat tergolong asam, karena senyawa ini terurai menjadi ion dalam larutan,
menghasilkan ion karboksilat dan proton. Sebagaimana kebanyakan asam karbohilat,
asam benszoat adalah asam lemah karena hanya mengurai sedikit dalam larutan berair
Wilbraham dan Matta dalarn Kusdarnayanti (2000). Asam benzoat merupakan asam
organik yang terkenal sebagai bahan pengawet makanan tingkat racun sangat rendah.
Asam benzoat lebih efektif sebagai anti kamir dan jamur.

Berdasarkan hasil penelitian Murti (2000) pada benih A.. loranthfoliu yang
direndam dalam larutan asam benzoat dengan konsentrasi 0.5 g/l dan 1 0 g/l sebelum
penyimpanan tidak mengalami perkecambahan selama penyimpanan 12 minggu, dan
setelah dikecambahkan selesai penyimpanan ternyata dapat meningkatkan daya
berkecambah dan keserempakan perkecambahan benih secara nyata dibandingkan
kontrol.
Penggunaan inhibitor menimbulkan induced dormancy pada benih. Induced
dormancy dapat timbul oleh perlakuan pelembaban, suhu, sub-optimum, kekurangan
oksigen, kondisi anaerobik, perlakuan cahaya, dan perendaman benih dalam larutan
berpotensial osmotik tinggi. Dormansi tersebut terjadi karena timbulnya penghambat
metabolisme perkecambahan atau timbulnya ketidak seimbangan antara promotor dan
inhibitor di dalam benih, sehingga tidak terjadi perkecambahan (Copeland, 1987). Benih
yang mengalami induced dormancy tidak dapat langsung berkecambah dalarn kondisi
optimum, walaupun faktor penyebab dormasi dihilangkan. Benih tersebut memerlukan
perlakuan tertentu agar dapat berkecambah dan tumbuh normal.
Paclobutrazol merupakan salah satu zat penghambat pertumbuhan yang
mempunyai rumus empirik ClsHzoC1N30(Davis et al., 1997). Zat ini menghambat
produksi gberellin endogen, sehingga aktivitas enzim hidrolisis lipid juga terhambat.
Pengaruh fisiologis yang dapat ditimbulkan antara lain adalah menghambat perpanjangan
sel pada meristem apical, memperpendek ruas tanaman, mempertebal batang, mencegah
kerebahan, menghambat etiolasi dan Senescence (Wattimena, 1988).

Giberelin

merupakan zat pengatur turnbuh (ZPT) yang mendorong perkecambahan dan pembelahan
sel

ZPT ini mengaktifkan enzim-enzim perkecambahan terutama enzim hldrolisis

seperti amilase, protease, fofatase, ribonuklease dan beberapa enzim lainnya ( Jones dan
McMillan, 1985).
Penggunaan paclobutrazol 250, 500, 750, dan 1000 ppm dapat mengurang
pertumbuhan akar benih Theobroma cacao selama masa periode konservasi tetapi
menyebabkan pertumbuhan bibit sangat lambat dan bahkan bibit menjad abnormal
(Shalahudin, 1987). Pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 100 ppm yang diberikan
pada benih kakao sebelum disimpan, selama periode konservasi 5 minggu juga
menurunkan tinggi bibit, panjang hipokotil dan epikotil secara nyata (Budiarti, 1992).

BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini hlaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak, dimulai pada tanggal 10 April 200 1 sampai
dengan 10 Oktober 200 1.

Bahan dan Alat
Benih S. seminis dipanen dari Kebun rakyat Kabupaten Pontianak Kalimantan
Barat pada tanggal 9 April 2001. Bahan lain yang digunakan adalah asam benzoat,
paclobutrazol, air destilasi, sekam padi dan media tanam.
Alat-alat yang &gunakan wadah perendarn benih, gelas ukur, timbangan analitlk,
oven listrik, polybag, bak plastik, gembor, jangka sorong, mistar, pisau, hygrometer
dan termometer dan alat tulis.

Metode Penelitian
Rancangan Perrcobaan
Percobaan 1. Pengaruh kondisi benih dan periode simpan terhadap daya
berkecambah dan kadar air benih Shorea seminis.
Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor.
Faktor pertama adalah kondisi benih yaitu benih utuh (&) dan terbuka (K]). Faktor
kedua adalah periode simpan terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, clan 5 minggu.
kombinasi percobaan diulang tiga kali.

Setiap

Model matematika yang digunakan :

YiiL

=

p + 0,+ pj + Kk + E,)

Dimana :
Yijk

=

p

=
=

01

pj

=

Kk
Ei,

=

=

nilai pengamatan periode simpan ke-i dan kondisi benih ke-j
nilai rata-rata umum
pengaruh periode simpan ke-i
pengaruh kondisi benih ke-j
pengaruh kelompok ke-k
pengaruh galat

Percobaan 1 dilakukan analisis ragam dan di uji lanjut dengan Duncan multiple range
test (DMRT), jika dari hasil analisis ragam Fhitung> Ftabeldisamping itu dilakukan
analisis regresi.

Percobaan 2. Pengaruh inhibitor pada benih utuh dan terbuka sebelum
disimpan terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit Shorea seminis
Percobaan

ini menggunakan rancangan petak terbagi. Kondisi benih (K)

merupakan petak utama terdiri dari IG-,

=

benih utuh dan K1 = benih terbuka,

sedangkan inhibitor (I) merupakan anak petak, terdiri dan b = tanpa inhibitor, 1,

=

pemberian asam benzoat 250 ppm, I2 = pemberian asam benzoat 500 ppm, Ig =
pemberian asam benzoat 750 ppm,

I4 =

pemberian asam benzoat 1000 ppm, Is =

=

pemberian paclobutrazol 50 ppm, I7 =

pemberian paclobutrazol 25 ppm,

k

pemberian paclobutrazol 75 ppm,

Is =

pemberian paclobutrazol 100 ppm.

kombinasi perlakuan diulang tiga kali.
Model matematik d m rancangan ini adalah :

dimana,
Yij
CL

nilai pengamatan dari perlakuan inhibitor ke- i dan ulangan ke-j
= rata-rata umum

=

Setiap

Bi
K,
6,

=
=
=

=
Ii
(m)jk=

Eijk

=

pengaruh ulangan ke-i
pengaruh aditif dm taraf ke- j faktor petak utarna
pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-j faktor petak utama dan
ulangan ke- i (galat a).
pengaruh aditif dari taraf ke- i faktor anak petak.
Pengaruh interaksi antara taraf ke-j dari faktor petak utama dan taraf kek dari faktor anak petak.
Pengaruh galat pada ulangan ke-i yang memperoleh taraf ke-j dari faktor
petak utama dan taraf ke-j faktor anak petak (galat b)

Pada percobaan 2 dilakukan analisis ragarn dengan uji beda Duncan multiple range
test (DMRT) jika dari hasil analisis ragam Fh,,,

> Fhkl, disamping itu dilakukan

analisis regresi.

Pelaksanaan Penelitian
Percobaan 1
a. Persiapan Benih
Benih diambil dari tegakan yang ada di kebun rakyat Kabupaten Pontianak
Kalimantan Barat. Benih yang digunakan adalah benih yang telah mencapai masak
fisiologi, dengan ciri-ciri buah berwarna hijau kekuningan dengan pangkal buah
kecoklatan dan sayap berwarna kecoklatan. Benih dibuang sayapnya, kemudian
diseleksi agar benih yang digunakan berukuran seragam, benih yang utuh dan terbuka
dipisahkan. Benih terbuka secara alami selama satu hari transportasi menggunakan
kendaraan darat ( truk), dari lokasi pengunduhan ke lokasi penelitian. Benih terbuka
adalah benih yang bagian atasnya merekah sebesar f 0.6 cm.

b. Penyimpanan Benih
Benih disimpan pada ruang terbuka, suhu dan kelembabamya mengkut~
suhu antara 2 9 ' ~ -3 3 ' ~clan kelembaban udara 80% - 90%. Benih diletakkan dalarn
bak plastik berukuran 40 cm x 25 cm x 8 cm, yang telah diisi dengan sekam padi
yang telah dibasahi ( kadar air sekam 40.12%). Letak atau posisi benih yaitu bagian
pangkal benih menghadap keatas. Penyimpanan dilakukan selama 0, 1,2,3,4 dan 5
minggu.
c. Perkecarnbahan
Perkecambahan menggunakan polybag berukuran 40 cm x 20 cm, dengan
media tanah alluvial bercampur kotoran cacing tanah (casting) dengan perbandingan

2 : 1. Setiap tolok ukur pengamatan dalarn setiap ulangan terdiri 25 benih.

Percobaan 2
a. Persiapan benih
Persiapan benih percobaan 2 sama seperti pada percobaan 1.
b. Perlakuan Inhibitor
Perlakuan inhibitor diberikan pada
perlakuan,

benih dengan konsentrasi sesuai

dengan cara direndam selama 1 jam, kemudian ditiriskanl

dikeringanginkan selama 1 jam. Inhibitor yang digunakan adalah asam benzoat dan
paclobutrazol, paclobutrazol yang digunakan bermerek dagang Cultar.
c. Penyimpanan benih
Penyimpanan benih pada percobaan 2 sama seperti percobaan 1, tetapi
periode simpan hanya sampai 4 minggu.

d. Perkecambahan dan pembibitan

Pelaksanaan perkecarnbahan dan pemb~b~tan
sama sepert~pada percobaan 1
Pengamatan
Pada percobaan 1 pengamatan dilakukan terhadap kadar air benih dan daya
berkecambah, sedangkan percobaan 2 terhadap kadar air benih, parameter viabilitas
(viabilitas potensial, viabilitas total dan vigor kekuatan tumbuh). Parameter viabilitas
potensial (Vp) diamati berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB). Viabilitas
total berdasarkan potensi turnbuh maksimum, sedangkan vigor kekuatan tumbuh
diamati berdasarkan kecepatan tumbuh. Pengamatan vigor bibit dilakukan saat bibit
berurnur 3 bulan, dengan pengukuran tinggi bibit, diameter batang dan jumlah daun.

a. Daya berkecambah (%)
Daya berkecambah dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal
pada saat hitungan pertama 14 hari setelah tanam (HST) dan hitungan kedua 28
HST. Kriteria kecambah normal yang digunakan adalah apabila panjang hipokotil
dua kali panjang benih serta kotiledon telah terbuka sehingga terlihat bakal daun
pertamanya.

Daya berkecambah merupakan persentase kecambah normal dari

seluruh benih yang ditanam.

C. kecambah normal hitungan I + 11

Days berkecambah

=

---------------------....................
C benih yang ditanam

x 100%

b. Potensi tumbuh maksimum (%)

Potensl tumbuh maksimum merupakan persentase kecambah normal clan
abnormal dari seluruh benih yang ditanam. Penghitungan dilakukan pada 20 HST.
C kecambah normal + abnormal

Potensi tumbuh

=

......................................

x 100%

C benih yang ditanam
c. Kecepatan tumbuh (%/hari)

Kecepatan tumbuh diukur berdasarkan total tarnbahan kecambah normal
setiap hari. Pengamatan dilakukan sejak waktu htungan pertarna hingga kurun

waktu perkecambahan 28 hari.

Kecepatan tumbuh dinyatakan dalam persen

kecambah normal per hari. Kecepatan tumbuh dihitung menggunakan persamaan
Maguire dalam AOSA (1983) yaitu :
28

KCT

=

C NiIDi
i= 1

KCT

Kecepatantumbuh
Ni, = Persentase kecambah normal pada hari ke, 1,2,. .. ... ...,i
Di,. ..= Jumlah hari setelah tanam.
=

d. Kadar air (%)
Pengukuran kadar air benih dilakukan sebelum clan sesudah benih disimpan,
diulang dua kali, tiga benih per ulangan. Benih dibelah dua, kemudian dioven pada
suhu

+ 1 0 5 ~ selama
~,
1 x 24 jam.

jam sebelum ditimbang.

Benih didinginkan di dalam desikator selama 3

Kadar air dihtung dengan rumus :
Berat basah

Kadar air

=

-

berat kering

...................................

x 100%

Berat basah
e. Pertumbuhan bibit
Pengamatan pertumbuhan bibit dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam,
dengan mengukur rata-rata dari 5 bibit sebagai sample yang diambil secara acak,
untuk setiap ulangan. Pengukuran dilakukan terhadap tinggi bibit, diameter batang
dan jurnlah daun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1. Pengaruh Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap Daya
Berkecambah dan Kadar Air Benih Shorea seminis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua macam kondisi benih yaitu utuh (KO)
dan terbuka (KI), mengalami penurunan daya berkecambah dan kadar air dengan
bertambahnya periode simpan atau waktu pengamatan. Penyimpanan selama 5 minggu
menurunkan daya berkecambah hingga sebesar 88,00% pada kondisi benih utuh,
sedangkan pada kondisi benih yang terbuka daya berkecambah turun hingga sebesar
100%. Penurunan daya berkecambah lebih cepat terjadi pada benih terbuka sehingga
pada periode pengamatan 5 minggu daya berkecambah sebesar 0% ( Tabel 1)
Tabel 1. Pengaruh Interaksi antara Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap Daya
Berkecambah dan Kadar h r Benih Shorea seminis

I Periode simpan

I Daya berkecambah

( Daya berkecambah

1

I

1

I

1

Kadarair-benih

Kadarairbenih

Keterangan : Data dianalisis setelah ditranspormasi dalam bentuk
d x + 112

Setelah periode simpan sampai dengan 2 minggu, daya berkecambah benih utuh
lebih tingg dari pada benih terbuka. l'etapi setelah disimpan 3 minggu atau lebih lama
tidak terdapslt perbedaail nyata antara daya berkecambah benih utuh dan terbuka, masingmasing 50,7% dan 49,3% setelah 3 minggu disimpan, 37,3% dan 36 % setelah 4
minggu. Semakin lama periode simpan, daya berkecambah semakin menurun seiring
dengan menurunnya kadar air benih menurun. Sampai 4 minggu periode simpan kadar
air benih utuh selalu lebih besar dari kadar air benih terbuka. Kadar air benih utuh telah
menurun dan 25,9% menjadi 18,9% setelah 2 minggu disimpan, yang tidak berbeda
nyata dengan kadar air terbuka setelah 1 minggu disimpan. Tingkat kadar air benih
yang setara selalu tejadi 1 minggu lebih cepat pada benih terbuka dibandingkan benih
utuh. Pada akhir periode simpan ( 5 minggu) kadar air benih sudah sangat rendah 9,3%

dan 8,3% masing-masing pada benih utuh dan benih terbuka.
Menunurnya daya berkecambah pada benih utuh maupun benih terbuka
disebabkan oleh faktor suhu ruang simpan yang cukup tinggi. Selama penelitian suhu
rata-rata berkisar antara 2 7 ' ~- ~o'c,msamping faktor suhu, faktor lain adalah adanya
pertambahan waktu atau periode simpan. Benih diduga mengalami dehidrasi dan ini
dapat ditunjukkan dengan adanya penurunan kadar air benih. Hal serupa juga terjadi
pada penelitian Sasaki (1980), pada benih S. talura yang disimpan pada suhu 2 5 ' ~
selama 30 hari, daya berkecambah hanya 10% dengan kadar air 22,5%, sedangkan jika
disimpan pada suhu 2 1°c, daya berkecambah bertahan 85% dan kadar air 443%.

Untuk rnengetahui hubungan antara periode simpan dengan daya berkecambah

pada dua kondrsi benih (&, dan K , ) dapat di lihat pada ( Gambar 2).
Daya berkecambah S. sc.171ini.v sebesar 50 % dicapai selama 3,l minggu untuk
benih utuh (b),
dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9896. Sedangkan untuk benih
yang terbuka ( K I ) hanya selama 2.9 minggu dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9808.

t

0

- -

.1-

1

,

. .. -..--.. .

2

3

.

.

,

-- .--.- .--- - ---

..

4

5

---1
6

WAKTU PB4GAMATAN(flMINGGU)

Gambar 2. Daya berkecambah benih Sltoreu .seminis selama periode simpan pada benih
utuh (KO), dan terbuka (K1)
Tidak dapat bertahannya benih S. senzinis disimpan lama disebabkan faktor kadar
air pada masing-masing kondisi benih.. Hal ini tercermin dari keeratan hubungan antara
kadar air dengan daya berkecambah pada kondisi benih utuh (KO)sebesar 0,9786.
.Sedangkan pada benih terbuka ( K I ) koefisien korelasi antara kadar air dengan daya
berkecambah sebesar 0.9977 (Gambar 3).

Pada saat daya berkecambah 50%, kadar air benih utuh 15,8% (Garnbar 3a),
sedangkan pada benih terbuka kadar airnya 13,70% (Gambar 3b)

Penurunan daya

berkecambah baik pada benih utuh, maupun pada benih terbuka dlsebabkan kadar alr
benih yang terus menurun selama periode simpan, walaupun benih S. semrnis telah
disimpan pada sekam padi yang telah dibasahi air (kadar air sekam 40,1%), narnun pada
kenyataannya dengan bertambahnya periode simpan, sekam padi juga mengalami
kekeringan.
(a)

KADAR AIR (%)

Gambar 3. Hubungan antara kadar air dan daya berkecambah pada benih utuh (a) dan
benih terbuka (b)

Setelah periode simpan 5 minggu kadar air sekam menjadi 11,3%. Penunman kadar
air sekam pad^ yang begtu bear disebablcan oleh suhu yang cukup tin@. Suhu ruang
rata-rata se