Kajian Kelembagaan Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam dalam Pembangunan Wilayah Pedesaan (Studi Kasus Kelompok Tani Penghijauan di Kabuputen Cilacap )

KAJIAN KELEMBAGAAN KELOMPOK PELESTARI
SUMBERDAYA ALAM DALAM PEMBANGUNAN
W I L A Y PERDESAAN
~~
( Studi K a . Kelompok Tani Penghijauan di Kabupaten CUaccrp )

OLEH

P A W A N A

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
PAWANA, 2002. Kajian Kelembagaan Kelompok Pelestari Sumberdaya
Alam dalam Pembangunan Wilayah Perdesaan ( S d i Kasus Kelompok Tani
Penajauan di Kabupaten Cilacap). Dibimbing oleh AFFENDI ANWAR,
H E W 0 SHEGAR dan ERNAN RUSTIADI.
Sumberdaya lahan selain sebagai prrvate goods juga merupakan publrcs
goods. Oleh sebab itu pelestarian dari sumberdaya lahan tidak hanya menjadi

tanggung jawab pemilik semata, namun juga menjadi tanggung jawab seluruh
stakes holders khususnya pemerintah. Guna pelestarian sumberdaya lahan tersebut
telah diupyakan dengan kegiatan penajauan yang berlangsung sejak jarnan orde
lama, jarnan orde baru dan jaman reformasi sekarang ini. Namun dalam
pelaksanaan di lapangan banyak mengalami kegagalan yang diindikasikan semakin
meluasnya lahan kritis. Akar permasalahan dari kegagalan tersebut adalah tidak
adanya peran petani sebagai pemilik lahan dalam mengelola kegiatan penglujauan
dan hanya dijadikan obyek dari kegiatan penghijauan tersebut. Olah sebab itu
bersamaan degan berlakunya UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah mulai
melibatkan masyarakat langsung dalam kegiatan penajauan sejak dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan membentuk Kelompok Tani
Penghijauan (KTP).
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji 1) apakah lembaga KTP
memang kebutuhan petam, 2) fungi pemerintah dan LSM bagi KTP, 3) keterkaitan
KTP dengan lembaga tradisionil, 4) kelayakan usaha penghiajuan yang dilakukan
KTP dan 5) m w a a t penglujauan bagi pengelolaan DAS.
Dari hasil kajian diperoleh bahwa kelembagaan KTP yang melibatkan
petam dalam pengelolaannya temyata memang sesuai dengan yang dibutuhkan
petam, fungsi dan peran pemerintah LSM perlu redefinisi, terjadi interaksi yang
baik antara KTP dengan lembaga tradisionil, kegiatan yang dilakukan KTP

menguntungkan baik secara privat maupun ekonomi namun masih perlu dilakukan
pembahan strategi kombi&i tanam& tumpang sari agar mema-@ pendapatan
optimal serta dilihat dari dimensi spatial, dimensi temporal maupun dimensi sosial
budaya dan lingkungan bermanfaat.
Upaya yang harm dilakukan agar tujuan kegiatan p e w j a u a n lebih
berhasil adalah dengan pemberian insentif tidak hanya kepada lembaga KTP,
penerapan sanksi dan pahala serta norma-norma dalam kelompok sehingga tidak
terjadi moral hazard, pee riding dan selJish, pemberian insentif kepada petani
bagian hulu, perbaikan insentif tenaga penyuluh lapangan atau pemberian bantuan
tenaga ahli kepada petani sesuai dengan karakteristik wilayah, penguatan
kelembagaan KTP dengan peningkatan SDM petani dan pemberian bantuan kredit
lunak kepada petam sehingga dapat mengur&gi distorsi pasar antara harga privat
yang diterima petani dengan harga sosial yang semestinya. Disamping itu perlu
diberikan alternatif tanaman lain sehingga dalam pelaksanaan usaha pertanian
memberikan hasil optunal yang diterima petani.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
Kajian Kelembagaan Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam dalam

Pembangunan Wilayah Perdesaan (Studi Kasus Kelompok Tani
Penghljauan di Kabupaten Cilacap)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas

dan dapat dperiksa kebenarannya.

Bogor,

Agustus 2002

PAWANA
W . P 15500009

KAJIAN KELEMBAGAAN KELOMPOK PELESTARI
SUMBERDAYA ALAM DALAM PEMBANGUNAN
WILAYAH PEDESAAN
( Studi Kasus KelompoR Tani Penghijauan di Kubupaen Cilacap )


P A W A N A

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Kajian Kelembagaan Kelompok Pelestari Sumberdaya
(Studi
Alam dalam Pembangman Wilayah Pedesaan
Karm Kelompok Tani Penghijamn di Kabuputen
Cilacap )

Nama Mahasiswa


: PAWANA

Program Studi

: Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, MSc.
Ketua

Dr. Ir. Hermanto S i r e m MEc.
m3zota
Mengetahui,
2. Ketua Program
Studi Ilmu
Perencanaan Pembangunan Wil
dan Perdesaan


-

Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, MSc. &&a4fida

2 9 AUG 2002
Tanggal lulus : 5 Agustus 2002

I

/

Manuwoto. MSC.

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara, lahir di Desa
Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten pada tanggal 9 September
1965 dari Ibu bernama Sri Suharti dan Ayah bernama Supanto Wijoyoharsono .


Penulis tamat pendidikan dari SD Negeri Keputran Tahun 1977, SMP
Negeri I1 Klaten Tahun 1981 dan SMA Negeri I Klaten tahun 1984. Lulus Jurusan
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jendral
Soedirman (UNSOED) tahun 1990. Tahun 2000 penulis mendapat kesempatan
tugas belajar pada Program S2 Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan (PWD) Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
dengan beasiswa OTO-Bappenas.
Penulis pernah bekerja pa& PTP XV-XVI PG Gondang Baru Klaten
tahun 1994 sarnpai dengan tahun 1996. Pada tahun 1996 diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil Departemen Dalam Negeri Propinsi J a w Tengah
diperbantukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap pada Bagian
Lingkungan Hidup, hingga berangkat tugas belajar ke PWD PPs IPB Tahun 2000.
Penulis menikah dengan istri tercinta Rini pada tahun 1996 dan telah

dkmmiai dua orang putra, Hafidz Pangaribowo dan Dharmadika Pralampito

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Kajian
Kelembagaan Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam Dalam Pembangunan

Wilayah Perdesaan (Studi Kasus Keompok Tani Penajauan di Kabupaten
Cilacap). Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan (PWD) Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih Bapak Prof. Dr.
Ir. H. Affendi Anwar, M.Sc. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan sekaligus
Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangumm Wilayah dan Perdesaan
(PWD) Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bapak Dr. Ir. Hermanto
Siregar, M.Ec. dan Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, MAgr. sebagai anggota
Komisi Pembimbing. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Perencanaan Pembangunan (OTO BAPPENAS), Pemda Kabupaten
Cilacap yang telah memberikan Surat Tugas Belajar dan bantuan dana untuk
kelancaran studi hingga selesai dan kepada semua pihak yang membantu dalam
penyelesaian tesis ini. Ucapan serupa juga penulis sampaikan kepada seluruh
mahasiswa PWD khususnya angkatan tahun 2000, rekan-rekan seperjmgan di
Melati-5, Pak Agus Cs., Mustopha, Syafkil, Ocen, Aris.
Tidak lupa terima kasih untuk istriku Rini dan kedua anakku tercinta
Hafidz dan Dhika atas dedikasi dan dukungannya sekalipun sering ditinggalkan
tanpa mengenal waktu. Terima kasih pula kepada keluarga Klaten, Cilawp dan
Depok.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhlran.

Bogor, Agustus 2002
Penulis

DAFTAR IS1
Halaman

KATA PENGANTAR ...............................................................

vi

DAFTAR TABEL ....................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................

ix


DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................

xi

Latar Belakang ..............................................................
Penunusan Masalah .......................................................
Tujuan Penelitian .........................................................
Manfaat Penelitian ..........................................................

1
6
7
8

1.1
1.2
1.3
1.4


11. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.9.1
2.9.2
2.9.3
2.10

9

Konsep Pembangunan Berkelanjutan ............................................
Pemanfaatan lahan dengan Konsep Pembangunan Berkelanjutan..
Konsep Pemberdayaan Masyarakat ....................................
Kaitan Kelembagaan dengan Kepastian Hak-Hak Atas Sumberdaya
Konservasi Hutan ,Tanah dan Air ........................................
Ekonomi Konservasi.........................................................
Kelompok Tani Penghijauan (KTP)....................................
Surat Perjanjian Kerjasama (SPKS)..........................................
Tanaman Pilihan Utama Petani..................................................
Mahoni Daun Lebar (Sweitenia Macrophylla KING)..................
Jeruk Keprok Siarn (Citrus reticulata B.). .................................
Kacang Tanah ( Arachis hyphogaea L.). .........................................
Teori Permainan (Game Theory) ......................................................

111. METODE PENELITIAN .............................................................

47

3.1

Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian ..........................

47

3.4

Metode clan Model Analisis .....................................................

59

3.4.1

Analisis Permasalahan yang Dihadapi KTP di lapangan ...............

59

3.4.2

Analisis Persepsi Petani tentang Kelembagaan KTP. Bentuk
59
Keterlibatan Pemerintah dan LSM, Interaksi antara lembaga KTP
dengan Lembaga Lain .................................................................
Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi (Model Policy Analysis 62
MatrWPAM) ....................................................................................
Optimasi Pemanfaatan Lahan .........................................................
71

3.4.3
3.4.4

3.4.5

3.6

Analisis
Pengembangan Usaha Kebun Campuran dalam 73
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai @AS) ......................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 76
Metode Pengambilan Data .........................................................
77

3.7

Difinisi Operasional ................................................................

82

3.8

Bagan Alur Pendekatan Studi ......................................................

83

3.5

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN CILACAP..............
4.1

Letak, Luas dan Topografi Wilayah.......................................

4.2

Pola Penggunaan Lahan ....................................................

4.3

Penguasaan dan Pemilikan Lahan ...........................................

4.4

Hirarki Sosial Kepemilikan Lahan .................................................

4.5

Hubungan Antara Evolusi. Administrasi dan Institusi Lokal ..........

4.6

Peranan Institusi Lokal dalam Konteks Otonomi Daerah dan
Pengaturan Penguasaan Surnberdaya Lahan ....................................
Perkembangan Institusi Konservasi Surnberdaya Alam ................

4.7

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................
5.1

Permasalahan yang Dihadapi Anggota KTP...................................

5.2

Pilihan Kelembagaan Kelompok Tani Penghijauan........................

5.2.1

Pemilihan Model ........................................................................

5.2.2

Analisis Hasil Penelitian ...............................................................

5.2.2.1

Pilihan Kelembagaan KTP.......................................................

5.2.2.2

Fungsi Penyuluh dan LSM .............................................................

5.2.2.3

Keterkaitan KTP dengan Lembaga Lain.......................................

5.3

Pernasaran Hasil Pertanian ..............................................................

5.4

Manfaat Finansial clan Ekonomi Pengelolaan Kebun Campuran ....

5.5

Pengembangan Kebun Campuran dan Pengelolaan DAS................

5.6

Analisis Konflik KTP dan Pemanfaatan Sumberdaya Lahan.........

5.7

Implikasi Kebijakan ......................................................................

5.7.1

Perbaikan Pengelolaan Sumberdaya Lahan ..................................

5.7.2

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Serta Sistem Pemeliharaan
Tata Air ............................................................................................

5.7.3

Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat Petani Lahan Kering ...

154

5.7.4

Status Kepemilikan dan Luas Kepemilikan Sumberdaya Lahan ..

155

5.7.5

Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola Tanarn yang Ideal ...............

156

5.7.6

Optimasi Pernanfaatan Lahan dengan Tanaman Utama Pilihan 158
Petani

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
6.1
Kesimpulan ................................................................
6.2
Saran ......................................................................

161
161
164

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................

166
170

DAFTAR TABEL

1

Konsekuensi Pahala dari Permainan ........................................

40

2

Formulasi Model Policy Analysis Matrix (PAM) .....................

64

3

Tujuan, Indikator dan Perurnusan Variabel ...............................

78

4

Jenis, Surnber dan Cara Pengurnpulan Data/Infonnasi
Penelitian ....................................................................................

81

5

Kemiringan LahanILereng di Kabupaten Cilacap .....................

86

6

Luas Lahan Kritis Kabupaten Cilacap Tahun 1994 - 2002 .......

86

7

Luas dan Penggunaan Lahan Kering ........................................

87

8

Permasalahan Petani Lahan Kering di Kabupaten Cilacap .....

101

9

Nama dan Latar Belakang Pendidikan LSM Yayasan 87 .........

105

10

Rekapitulasi Data Hasil Penelitian .............................................

108

11

Hasil Olahan Pemilihan Kelembagaan KTP ............................

109

12

Daftar Harga yang Dipergunakan Dalam Perhtungan PAM......

123

13

Hasil Perhitungan Tumpangsari Mahoni, Jeruk dan Kacang
tanah ..........................................................................................

123

Analisis Dampak Hutan Tanaman Industri dan Hutan Rakyat
terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan Lingkungan .................
Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS Cikawung DAS Segara
Anakan .......................................................................................
Realisasi RLKT Kabupaten Cilacap Tahun 1994-2000 ............

128

Hasil Perhitungan Optmasi Pemanfaatan Lahan Kering dengan
Pola Kebun Carnpuran ..............................................................

159

4
5
16
17

153
154

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Dimensi Pembangunan Berkelanjutan....................................

11

Unsur-Unsur Pendukung Pembangunan Kenberlanjutan... .......

12

Kerangka Berpikir Tiga Dimensi Tentang Keberlanjutan..........

14

Keberlanjutan Dalam Arti Peningkatan Modal Perkapita Dalarn
Perubahan Komposisi Dari Keempat Jenis Modal. .....................

16

Dampak kesejahteraan (Welfare Efect) dari Keberlanjutan
Kualitas Lahan dengan Penggunaan Input (Wsalnya Pupuk N)
Penilaian Kerusakan L a h n Karena Erosi clan Perubahan
Teknologi ....................................................................................
Kerangka Pikir Pelaksanaan Penelitian.. .....................................

28

Bagan Alur Pendekatan Studi.....................................................

84

Pemegang Kekuasaan Atas Manajemen Konflik Sumberdaya
Hutan oleh Pemerintah Sebelum Desentralisassi ..... ... ... ... .....

94

Altematif Desentralisasi Teritorial Dengan Asas Kekolektifan ..

94

30
57

DAFTAR LAMPIRAN

1

2
3

4
5

6
7
8

Hasil Perhitungan Analisis Binary Choice Model Logit,
Probit dan Tobit ..................................................................
Biaya Penanaman Tumpangsari Mahoni, Jeruk dan
Kacangtanah per ha di Kabupaten Cilacap .............................
Penerimaan Hasil Tumpangsari Kayu Mahoni, Jeruk dan
Kacangtanah di Kabupaten Cilacap per ha ............................
Hasil Perhitungan Kelayakan Finansial dan Ekonomi dengan
PAM .......................................................................................
Tujuan dan Kendala Optimisasi Tumpangsari Kacangtanah,
Jeruk dan Mahoni ...................................................................
Hasil Perhitungan Optimasi Tumpangsari Kacangtanah, Jeruk
dan Mahoni Selma 5 Tahun .................................................
Hasil Perhitungan Opmasi Tumpangsari Kacangtanah, Jeruk
dan Mahoni Selma 10 Tahun .................................................
Hail Perhitungan Optimasi Turnpangsari Kacangtanah, Jeruk
dan Mahoni Selma 15 Tahun .................................................

170
185
187
188
190
191
192
193

L PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan perkmian dan kehutanan sebagai bagian integral dari
pembangunan

nasional

pada

hakekatnya

dilaksanakan

dalam

rangka

pendayagunaan sumberdaya secara menyeluruh, terencana, rasional, optimal,
bertanggung jawab dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya Dengan
demikian diharapkan mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyat secara
berkelanjutan. Sejalan dengan itu rnaka pembangunan kehutanan dan pertanian

diarahkan untuk memberikan manfaat bag^ sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
dengan tetap menjaga kelestarian dan kelangsungan fbngsi sumberdaya alam dan
fungsi lingkungan hidup. Pemanfaatan sumberdaya diatur agar dapat menjamin
peningkatan kesejahteraan masyarakat, (sebaga~penyangga kehidupan), dan juga

ham dapat menjamin kelestarian lingkungan hidup (mengatur tata air, mencegah
dan membatasi banjir, erosi, dan memelihara kesuburan tanah serta mampu
memperkhnkan keanekaragaman hayati ( biodiversity).
Begitu strategisnya peranan sumberdaya alam bagi kehidupan rnanusia,
maka pengelolaan dan pemadaabmya hams memerlukan penanganan yang tepat,
sehingga pembangunan berkelanjutan dapat tercapai. Namun dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan peninglqtan kualitas dan
kuantitas kebutuhan hidup akan semakin memperbesar tekam terhadap daya
dukung sumberdaya yang bersangkutan.
Kondisi

sumberdaya

semakin lama akan semakin berat mengalami

tekanan. Kondisi tersebut selain karena adanya kondisi telcnis juga diakibatkan
adanya laju pembangunan

di semua sektor

ditambah dengan tantangan

globalisasi ekonomi yang menekankan pada persaingan bebas

tanpa batas

wilayah negara, peningkatan tuntutan masyarakat terhadap akses sumberdaya
hutan dan lahan, penerapan desentralisasi dan otonomi daerah yang ingin
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar-besamya serta adanya
krisis multidimensional yang belum membaik. Hal tersebut merupakan tantangan
terhadap kelestarian h g s i hutan dan lahan karena penggunaannya melampaui
daya dukungnya. Kondisi ini selanjutnya dari pemanfaatan lahan adalah timbul

dan makin luasnya lahan kritis, tidak terkecuali di Kabupaten Cilacap Jawa
Tengah. Akibat

dari timbulnya lahan kritis tersebut akan menurunkan

produktivitas dan kualitas lingkungan yang semakin besar.
Melihat dampaknya yang sedemikian besar maka orientasi pengelolaan
sumberdaya lahan dan hutan hams diubah dari eksploitasi kepada peningkatan
upaya rehabilitasi hutan dan lahan melalui peningkatan menanam serta perbaikan
kualitas lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal melalui
pemberdayaan dan proses partisipasi yang bersifat interaktif Disamping
pengelolaan yang sebelumya bersifat sentralistik harus diubah paradigmanya
menuju desentralisasi dan berkeadilan.
Sejalan dengan tuntutan masyarakat serta diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 22/1999 tentang Pemerintahm Daerah, upaya pengelolaan sumberdaya
alam di Kabupaten Cilacap meandapatkan porsi tersendiri. Hal ini dituangkan
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 1/2002 tentang Program
Pembangunan Daerah (Properda) Kabupaten Cilacap 2002-2006 (Pemda Cilacap,
2002).

Salah satu butir dalam dalam Properda tersebut adalah pengembangan
pengelolaan sumberdaya yang berbwis masyarakat (community based) dengan
tujuan antara lain :
1. Mewujudkan kelangsungan keberadaan dan ketersediaan

ekosistem dan

sumbadaya hutan untuk mendukung keandalan ekonomi, kelestxian b g s i
lingkungan hidup dan ketahanan sosial budaya.
2. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan dan kawasan konservasi guna

mendukung asas kelestarian clan optmalisasi manfaat.
3. M e n d a n laju degradasi sumberdaya hutan melalui

pengawasan dan

pengambilan hasil hutan.
4. Meningkatkan kontribusi

hutan terhadap perkembangan perekonomian

daerah, masyarakat dan pendapatan daerah (PAD).
5. Memberikan jaminan usaha bidang kehutanan di luar kawasan hutan bag^

masyarakat.
6. Mendorong usaha pengelolaan kayu untuk tujuan ekspor.

Penggumm kawasan lahan kering untuk kegiatan ekoMnni dan pemukman,
yang kecenderungannya semakin meningkat, sangatlah mengkawatirkan apabila
ditirijau dari perspektif kelestarian lingkungan hidup. Sebagai konsekuensi dari
pemanfaatan lahan kering yang dilaksanakan masyarakat petani serta tekanan
ekonomi yang h a n g memperhatikan kelestarian lingkungan muncullah lahanlahan kritis baru.
Salah satu upaya konservasi rehabilitasi l a b kering yang diterapkan di
Kabupaten Cilacap adalah dengan penghijauan baik yang dilakukan pemerintah,
BUMN maupun oleh masyarakat.

Upaya rehabilitasi lahan kritis melalui penglujauan merupakan bagian dari
pembangunm daerah, tetap menggunakan pendekatan Daerah Aliran Sungai
Prioritas sebagai satuan wilayah pengelolaan yang diarahkan untuk rnampu
mengurangi laju pertambahan lahan kritis. Gerakan penglujauan di Kabupaten
Cilacap dimulai pada tahun 1976 melalui Proyek Inpres Bantuan Penghtjauan
dengan sasaran kelompok tani yang mel-

kegiatan penglujauan.

Keberhasilan kegiatan pen&jauan keberhasilannya sangat ditentukan oleh besar
kecilnya partsipasi masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam penglujauan harus
dimulai sejak proses perencanaan , pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Salah
satu upaya umtuk merangsang masyarakat dalam kegiatan pen&jauan adalah

dengan pemberian bantuan stimulan kepada petani.
Bantuan penghijauan pada dasarnya adalah stimulan yang diberikan kepada
masyarakat petam peserta penglujauan. Bafltuan ini dimaksudkan untuk untuk
mendorong kemampuan clan tanggungjawab masyarakat dalam upaya rehabilitasi
lahan kritis serta konservasi tanah dan air melalui peningkatan kesadaran,
kemauan dana kemampuan masyarakat. Penekanan kegiatan pen&jauan kepada
masyarakat tersebut karena merekalah yang setiap harinya berhadapan dengan
1

h mereka. Sebagaimana diketahui bahwa

semakin jauh terhadap lokasi

Sumberdaya maka kepentingan serta kepedulian mereka terhadap kelestarian
sumberdaya akan semakin kecil. Atau dengan lain kata petanilah yang paling
memperhatikan kelestarian lingkungan mereka.
Pelaksanaan penglujauan yang dilakukan masyarakat yang berpartisipasi
secara penuh sejak tahap perenCanaan, pelaksanaan dan evaluasi agar pelaksanaan
setiap tahapan kegiatan menjadi lebih transparan. Untuk menumbuhkm rasa

memiliki dan terjadi pemupukan modal di desa diperlukan perubahan kebijakan
yang mendasar antara lain yang berkaitan sistem pengelolaan dana bantuan
pen@jauan pada tingkat desa.

Oleh sebab itu metode partisipasif dengan

pemberian dana langsung kepada petam dirasa paling efektif, karena mereka
mempunyai otoritas untuk mengelola dana tersebut sejak perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Sejalan dengan peningkatan peran serta aktif masyarakat dan kegagalan
pemerintah dalam pelaksanaan penghijauan terbukti dengan semakin meluasnya
lahan kritis, dalam kegiatan penghjauan sejak tahun 1999f2000 di Kabupaten
Cilacap mulai diterapkan sistem pendaman yang diberikan langsung kepada
Kelompok Tani Penajauan (KTP). Sistem pemberian dana langsung kepada
kelompok tani tersebut dalam implementasinya dikenal dengan istilah Swat
Perjanjian Kerja Sama (SPKS) (Ditjen RRL, 1999). Sistem ini mengharuskan
kelompok tani menjadi mandiri sejak adminisrasi keuangan maupun pengelolaan
penggunaan dana untuk pelaksanaan penghijauan yang mereka lakukan.
Agar pelaksanaan pemberian dana tersebut terlaksana dengan baik pada

tahap awal dilakukan pelatihan tentang administrasi keuangan, pencairan dana,

perencanaan pengelolaan dana serta pelatihan perencanaan penghijauan pada
wnurnnya.
Narnun demikian dengan pelaksanaan sistem barn tersebut tidak semua KTP

tanggap dan dapat menangkap peluang yang diberikan dengan baik berkait
dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya serta kemampuan intelektual para petani.

1.2 Perurnusan Masalah
Permasalahan utama dalam kegiatan pengh?jauan yang telah sekian lama
dilaksanakan adalah masih tingginyafbanyaknya lahan kritis di Kabupaten
Cilacap. Disamping untuk tujuan konservasi kegiatan penajauan juga
dimaksudkan peningkatan pendapatan

pet an^ dan keberlanjutan kelembagaan

yang dibentuk. Kurang berhasilnya tujuan tersebut dapat terjadi karena metode
pelaksanaan yang keliru atau karena kurang pahamnya peran apa yang harus
dilakukan oleh masing-masing stake holders pada pelaksanaan kegatan
penghljauan. Pada saat proses pelaksanaan penajauan dilaksanakan oleh petani
dengan bimbingan teknis dari Dinas terkait di Pemda Cilacap clan LSM
pendarnping sebagai tenaga yang mendampingi dalam operasional di lapangan.
Salah satu cara pelaksanaan kegiatan yang dianggap paling efektif sampai
dengan saat ini adalah dengan menggunakan metode partisipatif dengan
melibatkan seluruh stakeholders. Namun hambatan yang dijumpai dengan sistem
tersebut adalah kesiapan petatu dalam peremaman, pelaksanaan dan evaluasi
karena mereka belum terbiasa. Disamping itu agar KTP dapat memperoleh dana

dan diharapkan terjadi revobinglkeberlanjutan dana bantuan yang diberikan
pemerintah mensyaratkan membentuk KTP. Yang perlu dikaji lebih lanjut adalah
apakah KTP tersebut memang kebutuhan petani atau mereka membutuhkan
institusi dalam bentuk lain. Hal ini berkaitan dengan keharusan membentuk KTP

pada waktu-waktu yang lalu agar dapat mendapatkan dana bantuan penajauan
dari pemerintah.
Keberhasilan penghijauan selain karena keberhasilan kelompok juga
dipen-

oleh tata nilai

atau institusi yang dijadikan patokan. Dengan

demikian tingkat keberhasilan penghijauan akan sangat dipengaruhi oleh
batasanldefisnisi yang ditetapkan untuk menilai suatu keberhasilan. Penilaian
keberhasilan penglujauan sampai saat ini lebih menonjolkan pada keberbasilan
fisik saja dimana

kaidah-kaidah yang disyaratkan oleh pemerintah kurang

mengikuti kaidah yang dipakai secara urnurn. Misalnya penilaian pen@jauan
dianggap berhasil-hang bila tingkat keberhasilannya lebih dari 42,s %.
Sisi lain dari keberhasilan penghijauan juga sangat dipengandu oleh nilainilai budaya setempat terutama nilai-nilai kearifan pada jaman dahulu yang
selama ini kurang diperhatikan, padahal nilai-nilai tersebut secara nyata telah
terbukti sangat bermanfaat seperti misalnya pola bertanam yang mengikuti
"pranata mangsa7'.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut diatas tujuan dari penelitian ini
adalah :
a. Mengkaji apakah lembaga KTP memang sesuai yang dibutuhkan petani
b. Mengkaji bentuk keterlibatan pemerintah dan LSM yang diinginkan KTP.
c. Mengkaji interaksi antara kelembagaan KTP dengan lembaga lain sejenis,
kelembagaan sosial dan tradisional yang mampu meningkatkan kinerja
kegiatan konservasi.
d. Mengkaji seberapajauh kelayakan kinerja lembaga KTP dalam melaksanakan
kegatan penghijauan dilihat secara finansial maupun secara ekonomi.

e. Menganalisis bagaimana pengembangan usaha hutan rakyat khususnya pola
kebun campuran d i l h a k a n dalam lraitannya dengan pengelolaan Daerah
Aliran Sungai @AS).
Berdasar uraian tersebut hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Bagi kelompok tani Penghljauan dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan
kinerja serta sebagai bahan untuk pengarnbilan kebijakan kelompok serta
penguatan posisi t a m .
b. Ba@ aparat pemerinWemda dapat hjadikan bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan mengenai kegiatan penghljauan.
c. Bagi LSM pendamping dapat dijadikan

pedoman dalam

menentukan

kebijakan pola pendampingan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

11. TLNJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan mempakan upaya yang terkoordinasi untuk menciptakan
keadaan yang lebih baik bagi setiap warga negara untuk mencapai aspirasinya
yang paling humanis. Banyak pakar menyampaikan bahwa terdapat tiga nilai inti

dari pembangunan yaitu kecukupan (sustenance), jati diri (self esteem) dan
kebebasan dalarn memilih (freedom) (Todaro, 1999).
Pemaharnan tentang pembangunan berkelanjutan menjadi pentmg
disebabkan k a n a selama ini &lam menerapkan konsep pembangunan kurang
memperhatikan unsur keberlanjutan (sustainable).Hal ini telah berakibat pada
terjadinya ketimpangan dalam memperoleh pendapatan dan kerusakan
sumberdaya alam.
Adanya keterbatasan sumberdaya alam di satu sisi dan kebutuhan manusia
yang tern meningkat di sisi lain membutuhkan suatu strategi pemanfaatan
sumberdaya alam yang efisien; sehingga tidak mengorbankan hak pemenuhan
kebutuhan generasi yang alum datang (intragenerational equity). Sehingga suatu
konsep pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang &pat
memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kepentingan generasi
yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) mulai
digunakan secara umum oleh World Commision on Environment and
Development (The Brundtla*

Commision Report of Our Future) pada tahun

1987. Konsep ini memunglunkan generasi sekarang untuk meningkatkan

kesejahteraannya tanpa mengurangi kesempatan generasi yang a k a datang untuk
meningkatkan kesejahteraannya pula (Serageldin, 1996). Lebih jauh Palunsu
(1996) mengemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan mengandung tiga
pengertian yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang
akan datang.
2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem (lingkungan).

3. Mengowmalkan

&aat

dari sumberdaya darn dan sumberdaya manusia

dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.
Pearce dan Turner (1990) mengatakm bahwa pembangunan berkelanjutan
mencakup upaya memaksimumkan net benefzt dari pembanpnan ekonomi,
berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas sumberdaya alam setiap
waktu.
Pembangunan ekonomi tidak hanya mencakup peningkatan penclapatan
perkapita riil, tetapi juga eleman-elemen lain
Selanjutnya Toman

dalam kesejahteraan sosial.

dalam Bromley (1996) melihat bahwa penekanan

keberlanjutan terletak pada dua ha1 yaitu :
(i). Perhatian pada kesejahteraan generasi yang akan datang dalam menghadapi
pertumbuhan tekanan pada lingkungan alam untuk menyedialcan suatu selang
pelayanan yang bernilai (valued sewice),
(ii). Kapasitas sistem
I1

ekonomi untuk mensubstitusi bentuk bentuk lain dari

weald untuk memelihara kesejahtersan generasi yang akan datang.
Lebih jauh Serageldin (\996) mengemukakan bahwa tujuan pembangunan
berkelanjutan adalah untuk selalu memperbaiki kualitas hidup manusia atas

berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian, maka konsep pembangunan
berkelanjutan adalah upaya untuk mengintegrasikan tiga aspek kehidupan
(ekonomi, sosial dan ekologi) dalam satu hubungan yang sinergis. Ketiga aspek
frameworkn dan

kehidupan tersebut dapat digambarkan sebagai ua
didefinisikan

sebagai

keberlanjutan ekonomi,

sosial

dan

lingkungan.

Economic :
Sustainable grouth

Social

4

Equity

Ecological
Ecosistem Integrity

Social Cohession

Natural Resources

ParticQation

Biodiversity

Empowerment

Carrying Capacity

Garnbar 1. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan(Seragaldin, 1996).

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dimensi pembangunm

yang

berkelanjutan meliputi aspek ekonomi yang mencakup pertumbuhan yang
berkelanjutan dan efisiensi, aspek sosial mencakup keadilan, keterpaduan
kehidupan sosial, parhsipasi dan pemberdayaan masyarakat; sedangkan aspek
ekologi mencakup keutuhan, ekosistem, sumberdaya alam, daya dukung
lingkungan, keanekaragaman hayati.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan kemajuan
pembangunan tidak hanya dapat diukur dengan satu kriteria saja (ekonomi)
namun hams ada kriteria lain seperti kriteria sosial dan lingkungan.
Kemudian apabila dilihat dari unsur-unsur pendukung pembangunan
berkelanjutan, maka ada tiga tujuan yang harus diperhatikan seperb terlihat pada
Gambar 2 berikut :
Economic Objective

- Growth

- EjYiciency

- Income Distribution
- Employment
- TargettedAssistence

/ \

Subsidies
Social Objective
- poverty levat ti on
- Equity

Gambar 2. Unsur
1999).

-Participation
-Consultation
-Pluralism

- Evironmental Assesment
- Resources Valuation
- Internalization

Ecological Objective
Natural Resources
Management

- unsur Pendukung Pembangunan Berkelanjutan (Anwar,

2.2 Pemanfaatsn Lahan Dengan Konsep Pembangunan Berkelsnjntan

Kerusakan lahan yang selama ini terjadi dikarenakan pmkt~keksploitasi
yang tidak berpegang pada prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development). Pengertian pembangumn berkelanjutan (sustainable development)
dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Pengertian pertama
memandang dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan (overal growth of the
economy).

1

Menurut pandangan ini pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai
sustainable macro economic growth, yaitu likuidasi suatu modal aset
pembangunan, seperti hutan, dan kemudian menanam yang diakibatkan oleh
kegiatan eksploitasi tersebut kedalam suatu investasi memberikan keuntungan
(rate ofreturn) yang lebih besar, dapat dianggap sebagai suatu kebijakan ekonomi
yang tepat. Secara umum pandangan ini tidak dapat diterima karena (a)
pernusnahan lahan akan menyebabkan masalah sosial dan lingkungan yang sangat

besar ,(b) kerusakan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan eksploitasi hutan
telah dibuktikan secara empiris akan merusak produktivitas sumberdaya dalam
menghasilkan hasil hutan kayu dan non kayu untuk masa yang akan datang,
termasuk keanekaragaman hayati. Pengertian kedua, dilihat dari sudut pandang
sektor, karenanya likuidasi suatu sektor seperti hutan tidak dapat diterima sebagai
suatu kebijakan dalam pembangunan. Pandangan ini merupakan pandangan umum
dalam melihat sektor kehutanan. Ini sekaligus menunjukkan suatu masalah dalam
eksploitasi hutan, karena banyak penelitian yang dilakukan maupun kajian-kajian
ilmiah menunjukkan bahwa sebagian besar pengelolaan hutan di n e w - n e w
tropika tidak dapat dikatakan menerapkan jxinsip-prinsip kelestarian hutan.
Konsep keberlanjutan akan terus berkembang melalui proses perkembangan

secara evolusi dengan berjalan melintas waktu yang ditentukan oleh perubahan
1

tata nilai dalam masyarakat, perubahan keadan sosial ekonomi serta perubahan

dalam realitas

politik yang terjadi dan lain-lain. Agar supaya pengelolaan

sumberdaya dapat mencapai tujuan untuk mernperbaiki kesejahteraan manusia,
maka memerlukan perhatian kepada semua aspek-aspek tentang kesejahteraan
manusia menurut lintas waktu dan skala spasial yang dapat diarahkan kepada

sistem atau cara pemanfaatanlpenggunaan sumberdaya yang berkelanjutan. Hal
ini dapat dilukiskan oleh matriks sederhana dalam indikator-indikator yang
ditetapkan dipergunakan untuk mengevaluasi keberhasilan dalam mencapai
tujuan-tujuan yang luas tersebut, menurut segugus nilai-nilai untuk wilayah
geografi tertentu (seperti unit managemen, pulau dan wilayah hutan) dan dalam
rentang waktu jangka pendek, jangka menengah serta jangka panjang (Anwar,
2001b). Secara sederhana hubungan ketiga dimensi kerangka berfikir tentang

keberlanjutan dapat digambarkan sebagai berikut :
spatial

memerlukan terjadinya pro
ses yang berkembang secara
evolutif yang mempenga

Skala spatial yang padengin hierarkhi adrni
nistratifdm ekologi
Internati
tional
wondl
rial

I

-

/

Aspek-Aspek yang perlu di
pertimbangkan agar tinda kan kebijakan mengarah kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat

Aspek-Aspek

ekonomi

Sosial

Lingknngm

Garnbar 3. Kerangka berfikir tiga dimensi tentang keberlanjutan (Anwar, 2001b)
Keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan lahan mernbutuhkan konsep
yang mendekati operasional agar sasaran pokok pemanfaatan hutan senantiasa
mengarah kepada terwujuwa optimalis&i fungsi ekologis serta fungsi sosial
ekonomi hutan bagi masyarakat yang berada disekitar kawasm hutan. Untuk itu
diperlukan pengakuan (recognition) tentang jenis kapital yang membentuk

kekayaan dari suatu wilayah. Oleh karena itu Serageldin (1996) mengemukakan
bahwa paling sedikit diperlukan ernpat jenis modal yaitu:
a. Modal manusia (human capital),
b. Modal alam (natural capital),

c. Modal buatan (man-made capital) dan
d. Modal sosial (social capital), yang dapat meningkatkan ketersediaan modal
perkapita.
Penghargaan terhadap modal tersebut biasanya dengan mempertimbangkan nilai
ekonomi dan finansial untuk buatan manusia (man-made), kegiatan &lam
ekonomi lingkungan untuk dam (natwal), investasi dalam pendidikan, kesehatan
dan gizi masyarakat untuk manusia (human) dan kelembagaan dan budaya sebagai
fungsi sosial (social).
Modal alam dan buatan manusia akan mengalami degradasi melalui
depresiasi karena pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Bertambahnya jurnlah penduduk akan memperbesar
permhtaan terhadap sumberdaya yang tersedia, terlebih dengm sifat keserakahan
manusia terhadap sumberdaya tersebut yang akan mempercepat penunman
kapasitasnya.
Degradasi melalui depresiasi yang berlangsung cepat atau lambat terhadap
terhadap modal dam dan modal buatan manusia tidak dapat dihdari karena
6

modal

tersebut terkena hukum Entropy (Anwar,1997a). Oleh karena itu

penurunan kapasitas kedua modal tersebut hams dapat diimbangi dengan
meningkatkan kedua modal manusia dan modal sosial menyangkut masyarakat
yang dituju agar mampu meningkatkan 'kesejahteraan mereka guna mengatasi

masalah kemiskinan masyarakat, sehingga modal manusia dan modal sosial harus
mengalami apresiasi.
Pengelolaan hutan dapat tercapai apabila modal manusia dan modal sosial
dapat berkembang lebih besar sehingga secara dinarnik peningkatannya hams jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan modal yang relatif tetap dan cenderung
berkurang (natural capital) clan modal yang cenderung terkena depresiasi (manmade capital), yang oleh Serageldin dalam Anwar(1997b) diilustrasikan seperti

gambar dibawah ini.

Natural
Capital

Social
Capital

Man-made
Capital

Human
Capital

Gambar 4. Keberlanjutan Dalam Arti Peningkatan Modal Perkapita dan Perubahan
Komposisi dari Keempat Jenis Modal (Anwar, 199%).
2.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Dalam proses pengembangan masyarakat, maka unsur pemberdayaan
masyarakat merupakan salah satu ha1 yang sangat penting untuk diperhatikan.
Pengembangan sumberdaya manusia dalam masyarakat baik secara teoritis
konsepsional dan praktis operasional merupakan realita yang telah teruji dalam
sejarah pernbangunan baik ditingkat regional, nasional bahkan internasional. Hal
ini berarti bahwa sebagai suatu m g r n a pernbangunan, maka pengembangan

masyarakat dibangun atas dasar realita-realita kehidupan masyarakat yang dapat
menjamin terwujudnya pemberdayaan masyarakat itu senhri, peningkatan
kapasitas masyarakat untuk dapat berkembang dan untuk menghadapi perubahanperibahan yang senantiasa terjadi, dan untuk meningkatkan ikatan dan jalinan
masyarakat sebagai suatu sistem. Oleh karena itu, maka pemberdayaan
masyarakat itu sendiri berintikan premis bahwa masyarakat yang menjadi
intended beneficieries memiliki potensi untuk berkembang dan mandiri didalam

menghadapi berbagai tantangan dan berbagai perubahan yang terjadi dalam
kehidupannya.
Dengan demikian maka pemberdayaan masyarakat adalah merupakan suatu
proses peningkatan kapasitas masyarakat melalui pningkatan pengetahuan dan
keterampilan (baik secara formal maupun informal), dengan menyediakan fasilitas
yang diperlukan untuk dapat menghadapi kehidupan sehari-hari.
Menurut Winoto (1997), pemberdayaan masyarakat harus dibangun atas
premis kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang meliputi :
a Premis mengenai sifat dan tingkah laku manusia dalam rnasyarakat.
Di dalam proses interaksi sosial, manusia umumnya berusaha unhk bisa
memperoleh

manfaat

bagi

kehidupannya

dan

sekaligus

mengurangi

ketidakmenentuan dan resiko kehidupan yang dihadapi walaupun banyak juga
b

anggota masyarakat yang bersifat phyeantrophic.
b. Premis tentang kehidupan organisasi
Pengelompokan

sosial

pada

umumnya

dilakukan

untuk

mengurangi

ketidakmenentuan dan resiko kehidupan serta didalam proses untuk mendapatkan
akses terhadap sumberdaya masyarakat.

c. Premis tentang kebutuhan manusia dan masyarakat.
Manusia mencari dan berinteraksi dangan manusia lainnya melalui sistem
masyarakat (community system), oleh karena didorong sifat alamiahnya.
Pengelompokan yang bersifat alamiah dan interaktif ini akan lebih penting dari
pada pengelompokan berdasarkan batasan geografis. Atas dasar ini masyarakat
dipaharm sebagi suatu sistem yang terjalin oleh karena adanya ikatan-ikatan nilai
dan kepentingan akan kebutuhan ekspresi diri dalam masyarakat dan kebutuhan
akan pemenuhan aspirasi-aspirasi kehidupamya.

d. Premis tentang partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang perubahan.
Pengembangan masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
dibangun diatas premis bahwa setiap anggota masyarakat memiliki h a . untuk
berpartisipasi didalarn proses pengarnbilan keputusan yang secara langsung atau
tidak langsung akan mempengaruhi kehidupannya.
e. Premis tentang keberhasilan dan kegagalan program dan proyek pemberdayaan
4

masyarakat.
Kegagalan dan keberhasilan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
ditentukan oleh kemampuan sernua pihak yang terlibat dalam proses
pengembangan masyarakat untuk memahami realitas dan langkungannya, sistem
nilai masyarakat tentang arti penting perubahan dan arti penting dari masa depan,
dan mindscape masyardcat dalam bersikap dan berperilaku serta faktor-faktor

yang mempengaruhi perubahan budaya masyarakat dalam bersikap dan
berperilaku serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan budaya masyarakat

akan menentukan keberhasilan suatu program atau proyek pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat terdapat beberapa prinsip
yang harm diperhatikan agar usaha pemberdayaan tersebut dapat berhasil (Ditjen

RRL, 1999 ) ,yaitu :
a. Prinsip Pendekatan Kelompok.
Bimbingan dan pembinaan dilakukan melalui pendekatan kelompok, sehingga
dapat menumbuhkan kekuatan gerak dari masyarakat. Kelompok ditumbuhkan
dari dan oleh serta untuk kepentingan masyarakat itu sendiri dan bukan untuk

kepentingan pembina atau pihak lainnya.
b. Prinsip Keserasian.
Anggota kelompok haruslah berasal dari orang-orang yang saling mengenal satu
dengan lainnya, sehingga saling percaya dan mempunyai kepentingan yang
sama dan akan menumbuhkan kerjasarna yang kompak dan serasi
c. Prinsip Pendekatan Kemitraan.
Memperlakukan masyarakat kecil sebagai mitra kerja pembangunan yang
1

berperan aktif dalam pengambilan keputusan. Dalam ha1 ini masyarakat tidak

hanya dijadikan objek dari prayek pembangunan ,tetapi merupakan subjek dari
upaya pembangunan itu sendiri.
d. Prinsip Kepemimpinan Masyarakat itu sendiri.
Memberikan

kesempatan

seluas-luasnya

kepada

masyarakat

untuk

mengembangkan kepemimpinan dari kalangan mereka sendiri.
e. Prinsip Swadaya.
Bimbingan dan dukungan kemudahan yang diberikan haruslah yang mampu
untuk menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian. Disamping itu
pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat makin tergantung pada

berbagai program, karena apa yang dinikrnati harus dihasilkan dari usaha
sendiri.
f Prinsip Belajar sambil Bekerja.
Masyarakat dibimbing dm dibina melalui proses bekerja sendiri dan mengalami
serta menemukan sendiri tujuan yang ingin dicapainya. Dengan kata lain bahwa
masyarakat yang dibina mampu belajar dari pengalaman yang pernah dilaluinya
(learning by doing).
g. Prinsip Pendekatan Keluarga.
Bimbingan yang dilakukan tidak hanya bapak saja, tetapi ibu dan anaknya serta
anggota keluarga lainnya ikut serta dalam pembimbingan.

2.4 Kititan Kelembagaan dengan Kepastian Hak-hak Atas Sumberdaya

Hak-hak kepemilikan atas lahan merupakan hak yang sangat penting dalam
kontek struktur kelembagaan sosial, ekonomi secara keseluruhan. Menurut Feder
1

dan Fenny (1993), terdapat tiga kategori dasar kelembagaan, yaitu aturan
perundangan-uudangan, tatanan kelembagaan dan perilaku normatif
Aturan perundangan mengacu pada hukum pokok tentang bagaimana

masyarakat mengorganisir aturan dalam membuat aturan/hukum. Tatanan
kelembagaan dibentuk dalam aturan yang khusus dari perundangan, yang meliputi
hukum-hukurn, peraturan, asosiasi, kontrak, dan hak-hak kepernilikan atas lahan.
Sedangkan perilaku normatif meliputi nilai budaya yang melegitimasi tatanantatanan yang ada dan menjadi kendala perilaku masyarakat
Dalam kenyataannya aturan perundangan dan perilaku normatif berubah
secara perlahan, sementara susunan kelembagaan lebih mudah dimodifikasi.

Dengan demikian hak kepemilikan merupakan suatu bentuk institusi yang
merupakan kelembagaan sosial yang menyatakan sistem hubungan antar individu.
Termasuk didalamnya adalah mengenai pengaturan hak dm kewajiban, kekuatan
hak istimewa serta kepastiannya (hak perburuan, perladangan, penambangan
mineral, menggunakan tanaman yang ada diatasnya dan juga hak untuk
merusaknya). Sedangkan menurut Anwar (1999) suatu hak kepemilikan
menetapkan hak-hak secara legal mengenai kepemilikan dari suatu sumberdaya
yang disertai dengan keterbatasan cara memanfaatkannya. Apabila hak-hak itu
ada, maka hams memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Hak-hak (rights) harus dispesifikasikan secara penuh. Hal ini berarti bahwa

pemiliknya harus dapat dibeda&-bedakan secam jelas. Demikian juga bahwa
pembatasan-pembatasan terhadap hak-hak kepemilikan dan sanksi-sanksi
(hukuman)

dalam

pelanggaran

terhadap

hak-hak

tersebut

harus

dispesifikasikan. Pembatasan terhadap kepemilikan, harus disertai dengan
hak-hak yang jelas agar kerancuan dapat dihindari, dirnana sebenarnya
1

kerancuan tersebut tidak boleh terjadi pada keadaan apapun. Apabila semua
orang menggunakan barang-barang yang dimilikinya, maka dalam keadaan
apapun barang tersebut dapat &@an

menurut sesuka hatinya.

2. Suatu property right mengandung arti tentang kepernilikan yang eksklusif
Hak-hak ini menentukan siapa-siapa, jika ada, yang boleh menggunakan
barang yang dimilikinya dan pada persyaratan apa barang tersebut dapat
dipergunakan. Tetapi semua ganjaran dan sanksi didalam melaksanakan hak
tersebut didapatkan oleh pemiliknya.
3. Pemilik barang mempunyai hak untuk mentransfer barang miliknya.

Pembatasan kepada transfer suatu barang yang dimiliki akan mengarah pada
inefisiensi atau mengarah kepada keadaan pasar yang nyaris lumpuh. Dalam
ha1 ini, penting untuk disadari bahwa hak-hak yang bersangkutan menyangkut
proses perpindahan tangan sebagai lawan dari hanya memiliki suatu barang.
Misalnya apabila kita membeli sebidang lahan, sebenarnya yang dibeli itu

adalah hak-haknya untuk menggunakan lahan tersebut, tetapi lahannya sendiri
secara fisik ti*

bergerak. Pergerakan pindah tangan m e r u m suatu

transfer hak kepemillkan, dan bukannya kepemilikan itu dilanggar.
4. Property right tersebut juga harus secara efektif dapat dipaksakan
(enfoceable). Tanpa adanya enforcement, suatu sistem p r o p e v rights tidak
dapat dianggap bermanfaat. Jika enforcement tidak sempurna, sebagaimana
sering terjadi didunia nyata, maka nilai harapan dari sanksi hukuman hams
melebihi setiap kemungkinan keuntungan yang diperoleh para pelanggar yang
munglun melakukannya.
Ada empat kategori dasar dari hak-hak kepemilikan lahan (Feder dan
1

Feeny,1993), yaitu tidak ada hak kepemilikan atau h

s terbuka (none or open

access), hak-hak kepemilikan komunal (communal property), hak-hak
kepemilikan individu (private property), dan kepemilikan negara (state or crown
property).
Dalam keadaan akses terbuka, hak-hak kepemilikan tidak diatur. Hal ini
menyebabkan tidak ada insentif untuk menjaga dan akibatnya sering mengarah
kepada degradasi sumberdaya. Dibawah hak-hak kepemilikan komunal, hak-hak
eksklusif diatur dalam suatu kelompok individu. Sedangkan kepemilikan oleh
negara, pengelolaan lahan dtatur oleh otoritas sektor publik dan dalam

kepemilikan individu, hak-hak perorangan diberikan. Jika suatu kelompok
eksklusif memiliki hak-hak komunal yang cukup besar, perbedaan antara hak-hak
komunal dan akses terbuka menjadi kompleks dan dapat menjadi perdebatan. Di
sisi lain, jika hak-hak milik individu tidak dilihat secara legal atau tidak sesuai
untuk dipaksakan, maka hak-hak milik tersebut secara hukum akan menjadi akses
terbuka.

2.5 Konservasi Hutan Tanah Dan Air

Indonesia pada saat ini memiliki sumberdaya hutan seluas 120 juta hektar
dengan fhgsi produksi, konservasi dan fhgsi lindung

dengan tingkat

keanekaragaman yang tinggi. Besarnya fhgsi hutan sumberdaya hutan tersebut
memiliki nilai strategis untuk d i m d t k a n

guna mendukung proses

pembangunan nasional untuk mencapai peningkatan kesejahtmaan rnasyarakat.
Dalam tiga puluh tahun terakhir

potensi sumberdaya hutan tersebut telah

dimanfaatkan sekaligus menjadi tumpuan

serta modal dasar pembangunan
4

ekonomi nasional, yang memberikan dampak peningkatan devisa, penyerapan
tenaga kerja, pertumbuha