Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat
EVALUASI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP PERAN PENGURUS KELOMPOK DALAM PELAKSANAAN MUSYAWARAH
KELOMPOK TANI DI KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Oleh :
PURWATI SUGITO 050309019
PKP
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
ABSTRAK
PURWATI SUGITO (050309019) dengan judul skripsi ”Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat”.
Adapun penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE dan Ibu Ir. A.Tiurland Hutajulu, MS. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 di Kecamatan Babalan dan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara
Purposive sedangkan sampel ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 60 sampel.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1). Laju perkembangan kelompok tani di daerah Kelompok Tani Sedikit (KTS) Kecamatan Babalan dan daerah kelompok tani Banyak (KTB) Kecamatan Selesai tahun 2004-2008 dalam hal pertambahan jumlah anggota kelompok tani, jumlah kelompok tani dan jumlah penyuluh yang bertugas adalah relatip tetap, (2) Secara umum karakteristik petani sampel di daerah penelitian adalah berumur produktif 43 tahun, menempuh pendidikan sekolah menengah tingkat pertama, lamanya menjadi anggota adalah 6 tahun dengan luas lahan 0,72 ha. (3) Penilaian anggota kelompok tani terhadap peran pengurus dalam pelaksanaan musyawarah kelompok tani adalah sedang dan kurang baik. Anggota daerah KTS menilai “Sedang” pelaksanaan musyawarah kelompok tani sedangkan anggota daerah KTB menilai “Kurang Baik” pelaksanaan musyawarah kelompok tani, (4) Hubungan antara karakteristik petani (umur, pendidikan, masa keanggotaan dan luas lahan) dengan penilaian terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok. Namun namun hubungan tersebut tidak berlaku pada karakteristik luas lahan pada sampel daerah KTB, (5) Tidak terdapat perbedaan yang significan antara penilaian anggota kelompok tani terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok tani di dua kelompok sampel.
(3)
RIWAYAT HIDUP
PURWATI SUGITO, lahir pada 06 Januari 1987 di Pangkalan Berandan
Sumatera Utara. Anak kedua dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Bambang Sugito
dan Ibunda Kamisah.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: Tahun
1999, menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Swasta Dharma Patra Pkl.
Berandan. Tahun 2002, menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama di SLTP Negeri 1 Babalan. Tahun 2005, menyelesaikan pendidikan
Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Babalan. Tahun 2005, diterima di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian melalui jalur
SPMB. Tahun 2009, mengikuli Praktek Keja Lapangan (PKL) di Desa Mbinanga
Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten Dairi. Tahun 2009, melakukan penelitian
skripsi di Kecamatan Babalan dan Kecamtan Selesai di Kabupaten Langkat.
Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti berbagai organisasi
antara lain: Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin Fakultas Pertanian,
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim (KAMMI), Kelompok Aspirasi Mahasiswa
(KAM) Rabbani dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi
Perantanian (FSMM SEP) serta mengikuti berbagai pelatihan diantaranya tahun
2007 mengikuti Achievement Motivation Training di Bandung, Tahun 2007
mengikuti ESQ Training di Semarang, dan tahun 2008 mengikuti Dare to Be
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Anggota Kelompok Tani
Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah
Kelompok Tani di Kabupaten Langkat”. Skripsi merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Departemen Agribisnis Fakultas
Petanian Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
setulusnya pada Ayahanda tercinta Bambang Sugito dan Ibunda tersayang Ibunda
Kamisah, atas seluruh do’a dan dukungan yang tiada terganti bagi penulis, serta
Abangda dan adinda penulis yaitu Arie Widyaswara, ST dan Maulana Pratikto
atas semua dukungan dan motivasi yang telah diberikan.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis juga ingin berterima kasih dengan segenap
ketulusan hati kepada: Bapak Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE dan Ibu Ir. A.Tiurland Hutajulu, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah
membimbimbing penulis menyelesaikan skripsi ini. Bapak Ir. Luhut
Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Kepada seluruh responden penelitian yaitu 60 orang
(5)
kepada penulis dalam memenuhi keperluan penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Rekan-rekan Mahasiswa SEP ’05
khususnya “Sakinah”; Syari, Purnama, Laila, Cici, Emi, Lya, Sry, serta Maya” atas semua kebersamaan yang tak ternilai harganya serta motivasi dan bantuan
yang luar biasa bagi penulis begitu juga kepada rekan-rekan di BKM Al-
Mukhlisin yang telah menjadi inspirasi bagi penulis selama menempuh studi.
Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya serta menambah
pemberbendaharaan ilmu pengetahuan.
Medan, Februari 2010
(6)
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ...i
RIWAYAT HIDUP ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
PENDAHULUAN Latar Belakang ...1
Identifikasi Masalah ...5
Tujuan Penelitian ...5
Kegunaan Penelitian ...6
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ...7
Kelompok Tani ...7
Landasan Teori ...10
Kerangka Pemikiran ...13
Hipotesis Penelitian ...16
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian...17
Metode Pengambilan Sampel ...19
Metode Pengumpulan Data ...20
Metode Analisis Data ...20
Defenisi dan Batasan Operasional ...24
Defenisi ...24
Batasan Operasional ...26
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Daerah Penelitian...27
Kecamatan Babalan ...27
Keadaan Penduduk...28
Kecamatan Selesai ...30
(7)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Kelompok Tani di Daerah Penelitian ...34
Perkembangan berdasarkan Jumlah Kelompok dan Jumlah Anggota Kelompok tani ...34
Karakteristik Petani Anggota Kelompok Tani di Daerah Penelitian ...36
Umur...38
Pendidikan ...38
Masa Keanggotaan ...39
Luas Lahan ...39
Penilaian Anggota Kelompok tani terhadap Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani ...39
Hubungan antara Karakteristik Petani Anggota Kelompok tani terhadap Musyawarah Kelompok tani ...44
Perbedaan Penilaian Anggota Kelompok tani terhadap Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di dua Daerah Penelitian ...49
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...50
Saran ...51
DAFTAR PUSTAKA
(8)
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Distribusi Populasi Dan Sampel Kecamatan Berdasarkan Jumlah
Kelompok Tani Kecamatan Di Kabupaten Langkat ...17
2. Distribusi jumlah Sampel berdasarkan strata di Kabupaten Langkat ...18
3. Spesifikasi Pengumpulan Data ...20
4. Tolak Ukur Skala Penilaian Anggota Kelompok Tani (Berdasarkan Pada Peran Pengurus Dalam Mengelola Pelaksanaan Musyawarah Kelompok)...21
5. Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Desa/Kelurahan
Kecamatan Babalan ...27
6. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur Di Kecamatan Babalan ...28
7. Distribusi Penduduk Menurut Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja
Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Di Kecamatan Babalan ...29
8. Luas Panen Dan Produksi Rata-Rata Padi Sawah Di Kecamatan
Babalan Menurut Desa/Kelurahan ...29
9. Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Desa/Kelurahan
Kecamatan Selesai ...31
10.Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur Di Kecamatan Selesai ...31
11.Distribusi Penduduk Menurut Banyaknya Tenaga Kerja Yang Dirinci
(9)
12.Luas Panen Dan Produksi Rata-Rata Padi Sawah Di Kecamatan Selesai Menurut Desa/Kelurahan ...33
13.Jumlah Kelompok Tani Di Dua Daerah Penelitian Tahun 2004-2008 ...34
14.Jumlah Anggota Kelompok Tani Di Dua Daerah Penelitian Tahun 2004-2008 ...36
15.Jumlah Penyuluh Yang Bertugas Di Dua Daerah Penelitian Tahun 2004-2008 ...37
16. Karakteristik Sampel Penelitian ...38
17.Frekuensi Jumlah Anggota Kelompok Tani Menurut Skala
Penilaiannya Terhadap Pelaksanaan Musyawarah Kelompok ...40
18.Frekuensi anggota kelompok tani menurut jawaban tolak ukur
pelaksanaan musyawarah kelompok pada dua sampel penilitian ...42
19.Hasil Korelasi Antara Umur Dan Penilaian Terhadap Musyawarah
Kelompok ...44
20.Hasil Korelasi Antara Tingkat Pendidikan Dengan Penilaian Terhadap
Musyawarah Kelompok ...46
21.Hasil Korelasi Antara Masa Keanggotaan Dan Penilaian Terhadap
Musyawarah Kelompok ...47
22.Korelasi Antara Luas Lahan Dan Penilaian Terhadap Pelaksanaan
Musyawarah Kelompok ...48
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran...15 2. Grafik Perkembangan Jumlah Kelompok Tani Di Kecamatan Babalan
Dan Kecamatan Selesai ...35 3. Grafik Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Tani Di Kecamatan
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Luas Panen, Produksi dan produktifitas padi menurut kabupaten/ kota di
Sumatera Utara 2005-2006...52
2. Wilayah Kerja BPP, Jumlah Desa, Jumlah Kelompok Tani Dan Jumlah Penyuluh Pertanian Per Kecamatan Di Kabupaten Langkat ...53
3. Jumlah kelompok tani menurut Kecamtan di akbupaten Langkat ...54
4. Karakteristik Petani Sampel KTS ...55
5. Karakteristik Petani Sampel KTB ...56
6. Skor Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani Oleh Pengurus pada Dua Sampel Penelitian ...57
7. Hasil U-Mann Whitney Untuk Dua Sampel Penelitian Terhadap Penilaian Musyawarah Kelompok ...58
8. Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan Musyawarah Berdasarkan Tolak Ukur Penilaiannya pada Sampel KTS ...59
9. Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan Musyawarah Berdasarkan Tolak Ukur Penilaiannya Pada Sampel KTB ...60
10. Data Kolerasi Rank Sperman Antara Karakteristik Petani Terhadap Penilaian Pelaksanaan Musyawarah pada KTS ...61
11. Hasil Kolerasi Rank Sperman Antara Karakteristik Petani Terhadap Penilaian Pelaksanaan Musyawarah pada KTS ...62
12. Data Kolerasi Rank Sperman Antara Karakteristik Petani Terhadap Penilaian Pelaksanaan Musyawarah pada KTB ...63
13. Hasil Kolerasi Rank Sperman Antara Karakteristik Petani Terhadap Penilaian Pelaksanaan Musyawarah pada KTB ...64
14. Data Kelompok Tani Menurut Dinas Pertanaian dan Peternakan Kabupaten Langkat tahun 2008 ...65
(12)
ABSTRAK
PURWATI SUGITO (050309019) dengan judul skripsi ”Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat”.
Adapun penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE dan Ibu Ir. A.Tiurland Hutajulu, MS. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 di Kecamatan Babalan dan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara
Purposive sedangkan sampel ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 60 sampel.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1). Laju perkembangan kelompok tani di daerah Kelompok Tani Sedikit (KTS) Kecamatan Babalan dan daerah kelompok tani Banyak (KTB) Kecamatan Selesai tahun 2004-2008 dalam hal pertambahan jumlah anggota kelompok tani, jumlah kelompok tani dan jumlah penyuluh yang bertugas adalah relatip tetap, (2) Secara umum karakteristik petani sampel di daerah penelitian adalah berumur produktif 43 tahun, menempuh pendidikan sekolah menengah tingkat pertama, lamanya menjadi anggota adalah 6 tahun dengan luas lahan 0,72 ha. (3) Penilaian anggota kelompok tani terhadap peran pengurus dalam pelaksanaan musyawarah kelompok tani adalah sedang dan kurang baik. Anggota daerah KTS menilai “Sedang” pelaksanaan musyawarah kelompok tani sedangkan anggota daerah KTB menilai “Kurang Baik” pelaksanaan musyawarah kelompok tani, (4) Hubungan antara karakteristik petani (umur, pendidikan, masa keanggotaan dan luas lahan) dengan penilaian terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok. Namun namun hubungan tersebut tidak berlaku pada karakteristik luas lahan pada sampel daerah KTB, (5) Tidak terdapat perbedaan yang significan antara penilaian anggota kelompok tani terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok tani di dua kelompok sampel.
(13)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampai saat ini kelompok tani masih digunakan sebagai pendekatan utama
dalam kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000). Pendekatan kelompok dipandang
lebih efesien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan
berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku
petani ke arah yang lebih baik atau berkualitas (Margono, 2001). Dengan
demikian kelompok tani memiliki kedudukan strategis dalam mewujudkan petani
yang berkualitas. Petani yang berkualitas antara lain dicirikan oleh adanya
kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani.
Untuk mencapai petani yang berkualitas tersebut, maka menjadi suatu
keharusan bahwa kelompok tani yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan
yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan
anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dengan kata lain kelompok
tersebut harus aktif melibatkan para anggotanya. Sastraadmadja (1993)
menjelaskan bahwa melalui pengintensifan aktivitas-aktiviatas kelompok tani
hendaknya dijadikan sebagai media partisipasi didalam mengambil suatu
keputusan mengenai kegiatan pembangunan pertanian.
Salah satu faktor penting untuk terwujudnya kelompok tani yang efektif
adalah berjalannya kepemimpinan dari pengurus kelompok yang berperan dalam
mengurusi kerja kelompok. Pengurus kelompok dapat dipandang sebagai agen
primer untuk tercapainya dinamika kelompok, karena peran strategisnya dalam
(14)
tujuan kelompok. Sesuai yang dijelaskan Suhardiyano (1992) agar kelompok tani
dapat berkembang dengan wajar, maka diarahkan agar perkembangan kelompok
dapat berlangsung secara dinamis dan diarahkan agar kelompok tani juga
mempersiapkan kader-kader pengurus kelompok yang akan menjadi penerus dari
generasi pengurus yang sekarang demi kesinambungan eksistensi kelompok tani
di masa yang akan datang.
Dalam kelompok selalu ada pemimpin yang dapat menampilkan berbagai
peranan, khususnya dalam menggerakan anggota agar melakukan berbagai
kegiatan untuk mencapai tujuan kelompok. Pengurus kelompok tani merupakan
pemimpin dalam kelompok memiliki peran yang penting dalam pengintensifan
kegiatan kelompok. Hubungan pemimpin dengan anggota berkaitan dengan
derajat kualitas emosi dari hubungan tersebut, yang mencakup tingkat keakaraban
dan penerimaan anggota terhadap peran pemimpinnya.
Keberlangsungan organisasi maupun kelompok bergantung pada
kemampuan manajemen untuk menerima, mengirimkan dan menindaklanjuti
informasi. Proses komunikasi menghubungakan orang-orang dalam kelompok
baik dari pemimpin ke anggota maupun sebaliknya. Musyawarah dalam kelompok
tani merupakan proses komunikasi timbal balik yang melibatkan seluruh anggota
kelompok. Dalam kelompok tani, komunikasi organisasi yang terjadi adalah
musyawarah kelompok. Tiap-tiap unsur kelompok mempunyai hak untuk
menyampaikan pendapat demi mencapai tujuan kelompok. Sedang kewajiban
yang harus dipenuhi tiap pengurus adalah berkewajiban mengadakan musyawarah
untuk mufakat dalam memecahkan permasalahan kegiatan kelompok secara aktif,
(15)
Musyawarah atau pertemuan kelompok adalah kegiatan yang mencirikan
tumbuh kembangnya kelompok tani, dimana pertemuan antar anggota kelompok
ini diharapkan dapat dilaksanakan secara berkala demi memupuk kebersamaan
para anggotanya.
Kelompok tani sebagai wadah anggota kelompok untuk berkembang,
berinteraksi dengan para anggotanya dan mengambil keputusan dalam proses
musyawarah merupakan suatu yang paling nyata dijumpai di masyarakat sosial.
Kelompok tani sebagai wahana kerjasama hendaknya memiliki kemampuan
merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai kesepakatan yang
bermanfaat bagi anggota. Dengan demikian perlu adanya evaluasi anggota
kelompok tani terhadap tugas pengurus dalam perannya merencanakan pertemuan
kelompok atau mengelola musyawarah kelompok agar berjalan dengan aktif dan
terpadu. Sebagaimana dikatakan Mardikanto (1993) evaluasi sebagai suatu
kegiatan, sebenarnya merupakan proses untuk mengetahui atau memahami dan
memberikan penilaian terhadap suatu keaadaan tertentu, melalui kegiatan
pengumpulan data atau fakta dengan ukuran serta cara pengukuran tertentu yang
telah diterapkan.
Di samping ketertarikan untuk mengevaluasi bagaimana petani anggota
kelompok tani menilai peran pengurus dalam mengelola pertemuan kelompok,
terdapat ketertarikan untuk membandingkan jawaban-jawaban dari anggota
kelompok tani di dua daerah atau kecamatan yang memiliki populasi yang
berbeda dalam jumlah kelompok tani. Fenomena banyaknya jumlah kelompok
tani di Kabupaten Langkat menjadi sebuah ketertarikan bagi peneliti untuk
(16)
menunjukkan bahwa Kabupaten Langkat memiliki jumlah kelompok tani
sejumlah 1772 kelompok tani yang tersebar di 20 kecamatan dan 17 BPP (Badan
Penyuluh Pertanian).
Sejumlah kelompok tani yang tersebar di 20 kecamatan di Kabupaten
Langkat tersebut dikelompokkan dengan cara-cara tersendiri yaitu masing-masing
berdasarkan laju berdiri, jumlah anggota, daerah jangkauan dan lainnya. Apakah
perbedaan jumlah populasi kelompok tani di suatu daerah dengan daerah yang lain
mempunyai evaluasi yang berbeda. Adanya daerah dengan banyak kelompok tani
(KTB) berbeda dengan daerah Kelompok Tani Sedikit (KTS) adalah satu
kerangka pikiran yang penulis ingin teliti lebih dalam. Evaluasi ini terbatas
terhadap penilaian anggota terhadap pelaksanan banyak tugas pengurus kelompok
tani yang mencakup POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controling)
yang dapat dinilai oleh anggota kelompok tani adalah pelaksanaan musyawarah
kelompok tani. Dari latar belakang inilah maka dapat dirumuskan beberapa
masalah penelitian.
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana perkembangan kelompok tani 5 tahun terakhir di daerah
penelitian (kecamatan yang memiliki jumlah kelompok tani besar dan
(17)
2. Bagaimana karakteristik petani anggota kelompok tani (umur, tingkat
pendidikan, masa keanggotaan dan luas lahan) di daerah penelitian ?
3. Bagaimana penilaian petani anggota kelompok tani terhadap peran pengurus
kelompok tani dalam musyawarah kelompok di daerah penelitian?
4. Apakah ada hubungan antara karakteristik (umur, tingkat pendidikan, masa
keanggotaan dan luas lahan) petani anggota kelompok tani terhadap peran
pengurus kelompok dalam musyawarah kelompok tani di daerah penelitian?
5. Bagaimana perbedaan penilaian anggota kelompok tani di dua daerah
penelitian?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan kelompok tani di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui karakteristik petani anggota kelompok tani di daerah
penelitian.
3. Untuk mengetahui penilaian petani anggota kelompok tani terhadap
peranaan pengurus kelompok dalam musyawarah kelompok tani di daerah
penelitian.
4. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik petani anggota kelompok
tani dengan penilaian terhadap peran pengurus dalam musyawarah
(18)
5. Untuk mengetahui perbedaan antara penilaian anggota kelompok tani di
dua daerah penelitian
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di
Fakultas Pertanian, Universitas Utara, Medan, dan diharapkan pula dapat berguna
untuk pihak-pihak akademik yang berkepentingan untuk mengadakan penelitian
tentang kelompok tani, serta sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi
terkait lainya dalam mengambil kebijakan atas pelaksanaan kegiatan penyuluhan
(19)
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Kelompok TaniPada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari
pengertian kelompok itu sendiri. Menurut Mulyana (2005) kelompok adalah
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat
relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu. Menurut Polak (1976) maksud
struktur sebuah kelompok adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang
agak stabil, yang terdiri atas: (1) suatu rangkaian status-status atau
kedudukan-kedudukan para anggotanya yang hirarkis; (2) peranan-peranan sosial yang
berkaitan dengan status-status itu; (3) unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai),
norma-norma, model) yang mempertahankan, membenarkan dan mengagungkan
struktur.
Menurut Sukanto (1986) ada beberapa hal yang harus menjadi ciri
kelompok yaitu; setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari
kelompok ada hubungan timbal balik antara sesama anggota, dan terdapat suatu
faktor yang dimiliki bersama oleh para anggota sehingga hubungan diantara
(20)
yang menjadi ciri-ciri suatu kelompok adalah: (1) ada interaksi antar anggota yang
berlangsung secara kontinyu untuk waktu yang relatif lama; (2) setiap anggota
menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompok, dan sebaliknya
kelompoknyapun mengakuinya sebagai anggota; (3) adanya kesepakatan bersama
antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-nilai yang dianut dan
tujuan atau kepentingan yang akan dicapai; (4) adanya struktur dalam kelompok,
dalam arti para anggota mengetahui adanya hubungan-hubungan antar peranan,
norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh di dalam kelompok itu.
Departemen pertanian RI (1980) memberi batasan bahwa kelompok tani
adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa
pria dan wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara
informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan
bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan kontak tani.
Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah
sebagai berikut:
- Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan
proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya.
- Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan
pembagian tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani
kelompok di hamparan kebun.
- Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di
lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang.
(21)
Pemilihan pengurus tiap kelompok tani dan anggotanya dilakukan secara
musyawarah sehingga diperoleh kesepakatan kelompok dan dukungan masyarakat
dan instansi terkait. Susunan kepengurusan kelompok tani minimal terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan kelompok.
Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Kelompok Tani
- Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan usahatani.
- Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan
petugas/penyuluh serta kesepakatan yang berlaku.
- Wajib bekerja sama dan akrab antar sesama anggota, penggurus maupun
dengan petugas/penyuluh.
- Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan
pendapat demi berhasilnya kegiatan usaha tani kelompok.
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Kelompok Tani.
- Membina kerjasama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan yang
berlaku dalam kelompok tani. Dalam hal ini pengurus melakukan
koordinasi terhadap anggota dengan mengidentifikasi jumlah anggota
kelompok tani yang bertambah atau berkurang.
- Wajib mengikuti petunjuk dan bimbingan dari petugas/penyuluh untuk
selanjutnya diteruskan pada anggota kelompok. Pengurus wajib
menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada
kelompok taninya.
- Bersama petugas/penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam
(22)
- Mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas dan inisiatif anggota.
Yakni dengan menumbuhkan swadaya dan swakarsa anggota.
- Secara berkala, minimal satu bulan sekali mengadakan pertemuan/
musyawarah dengan para anggota kelompok yang dihadiri oleh
petugas/penyuluh.
- Mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan kepada
anggota, selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan.
(Anonimous, 2007)
Landasan Teori
Penilaian mencakup suatu standar yang diinginkan, yang dipakai untuk
mengevaluasi akibat aktual atau yang mungkin terjadi tindakan kausal. Penilaian
juga memerlukan determinasi tentang apakah akibat–akibat itu benar ada atau
akan terjadi. Kemampuan organisasi juga penting bagi unsur lingkungan tugas
atau bagian dari unsur lingkungan lainnya yang berhubungan dengan organisasi.
Meskipun organisasi sendiri yakin akan kesiapsiagaanya di masa depannya agar
tiba pada kesimpulan yang sama. Hasil penilaian benar atau tidak adalah bagian
dari kenyataan yang harus dihadapi organisasi. Dalam hal ini kelompok acuan
sosial akan sangat menentukan (Thompson, 1990 : 80)
Jumlah anggota kelompok tani sangat bervariasi dan ada kecenderungan
bahwa makin banyak anggota kelompok makin rendah persentase keaktifannya
dalam pertemuan kelompok. Disimpulkan bahwa jumlah anggota kelompok yang
(23)
Karakteristik petani
Para petani yang berusia lanjut, berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik
terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat
mengubah cara berfikir, cara kerja dan hidupnya (Kartasapoetra, 1987). Begitu
juga dijelaskan oleh Sunarto (2004) bahwa persepsi seseorang yang berusia lanjut
mempunyai perasaan yang campur aduk. Mereka mampu melihat sejumlah
kualitas positif yang dibawa khususnya pengalaman, pertimbangan, etika kerja
dan komitmen terhadap mutu, namun para petani tua ini juga dianggap kurang
luwes dan menolak teknologi baru.
Pendidikan dimulai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan teknologi
yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya
diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju
praktek pertanian yang modern (Kartasapoetra, 1987). Sunarto (2004) juga
menyimpulkan bahwa proses belajar telah berlangsung jika seorang individu
berperilaku, bereaksi, menanggapi sebagai hasil pengalaman dalam suatu yang
berbeda dari cara perilakunya sebelumnya.
Jika masa keanggotaan dalam organisasi didefinisikan sebagai masa
seseorang menjalankan keterlibatan tertentu dalam organisasi, maka dapat
dikatakan bahwa bukti paling baru menunjukan suatu hubungan positif antara
masa keangotaannya dengan produktivitas dan kemangkirannya dalam organisasi
(Sunarto, 2004)
Musyawarah Kelompok Tani
Musyawarah kelompok tani adalah suatu kesepakatan bersama antara
(24)
kebutuhan usaha taninya atau mengatasi hal-hal yang dianggap perlu (Harahap,
1982). Berdasarkan hasil penelitian Sugito (2005) menyimpulkan bahwa sikap
petani terhadap musyawarah kelompok tani adalah positif.
Peran Pengurus
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila
seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka dia menjalankan suatu peranan (Soekanto 1984). Analisis terhadap perilaku
peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : (1) ketentuan peranan, (2)
gambaran peranan, dan (3) harapan peranan. Ketentuan peranan adalah adalah
pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh
seseorang dalam membawa perannya. Gambaran peranan adalah suatu gambaran
tentang perilaku yang sacara aktual ditampilkan sesorang dalam membawakan
perannya, sedangkan harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap
perilaku yang ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya (Berlo 1961).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peranan adalah perilaku pengurus
kelompok tani membawa perannya dalam pelaksanaan musyawarah kelompok
tani.
Menurut Golberg dan Larson (1985) tiap anggota dalam kelompok tentu
boleh memainkan lebih dari satu peranan dalam unit partisipasi maupun serta
sejumlah peranan dalam partisipasi kelompok. Salah satu atau semua peranan
dapat dimainkan setiap waktu oleh pemimpin kelompok maupun oleh anggota
lainnya. Pemimpin kelompok tani dengan kata lain pengurus dalam kelompok
memiliki peran sebagai coordinator, dimana mereka yang menjelaskan atau menunjukan hubungan antara berbagai pendapat dan saran, yang mencoba
(25)
mempersatukan pendapat dan saran-saran atau mencoba mengkoordinir kegiatan
anggota atau sub kelompok. Mereka yang mencoba menjaga agar saluran
komunikasi tetap terbuka dengan cara mengajak atau mendukung partisipasi orang
lain atau dengan mengusulkan peraturan bagi terjalinnya saluran komunikasi.
Golberg dan Larson (1985) juga menjelaskan bahwa pemimpin sebagai
penggerak (energizer) mereka yang menggerakan kelompok untuk bertindak atau mengambil keputusan, dan berusaha merangsang atau member semangat pada
kelompok agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan. Teori ini mendukung
indikator pelaksanan musyawarah kelompok yaitu komitmen pengurus dalam
melaksanakan hasil musyawarah.
Kerangka Pemikiran
Sebagai pangkal dari kerangka pemikiran penelitian ini adalah bahwa
penyuluh sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pendukung gerak usaha tani
merupakan titik sentral dalam memberikan penyuluhan kepada petani. PPL
menyediakan informasi bagi petani dan menyampaikannya melalui pendekatan
metode kelompok, namun pada teorinya PPL senantiasa memberi petunjuk dan
bimbingan kepada pengurus kelompok tani untuk selanjutnya diteruskan pada
anggota kelompok.
Pengurus kelompok wajib menyampaikan informasi tersebut kepada
petani anggota kelompok secara berkala dengan mengadakan
pertemuan/musyawarah dengan para anggota kelompok untuk membicarakan
berbagai kegiatan kelompok tani maupun untuk mempertanggungjawabakan tugas
tugas yang telah dilaksanakan pengurus kepada anggota demi membuat rencana
(26)
Kelompok tani yang terdiri dari anggota dan pengurus merupakan dua
pilar yang saling mendukung, dimana keduanya memiliki hubungan timbal balik.
Anggota kelompok tani melakukan evaluasi terhadap kewajiban dan tugas
pengurus kelompok dalam hal pelaksanaaan pertemuan anggota/ musyawarah
kelompok menjadi suatu perhatian dalam penelitian ini. Anggota melakukan
penilaian dan evaluasi terhadap peran pengurus dalam musyawarah kelompok tani
dimana penilaiannya dikaitkan dengan tolak ukur penilaian yang dirumuskan
berdasarkan kondisi teori komunikasi dalam kelompok dan relevansi keeadaan di
lapangan dimana indikator peran pengurus dalam pelaksanaan musyawarah
tersebut adalah sebagai berikut: (1) Intensitas pertemuan; (2) Waktu pertemuan;
(3) Kemampuan meningkatkan partisipatif anggota; dan (4) Komitmen dalam
pelaksanaan hasil musyawarah.
Perhatian utama dari penelitian adalah menggambarkan dan menjelaskan
gejala hubungan antara karakteristik petani yaitu (1) umur; (2) tingkat pendidikan;
(3) Masa Keanggotaaan dalam kelompok dan (4) Luas lahan yang dimiliki oleh
petani sampel dengan penilaiannya terhadap peran pengurus di kelompoknya
dalam tugas atau kewajiban mengadakan pertemuan/ musyawarah kelompok.
Menjadi bagian dari kerangka pikiran adalah mengenai teori akan adanya
perbedaan penilaian anggota kelompok tani yang berada pada kelompok tani
sedikit per kecamatan (KTS) dengan anggota kelompok tani yang berada pada
kecamtan dengan jumlah kelompok tani banyak (KTB) dimana diambil smapel
dari kedua daerah tersebut.
Kerangka alur penelitian ini disajikan pada gambar skema kerangka
(27)
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: : Hubungan : Penilaian PENYULUH
KELOMPOK TANI PETANI
Karakteristik petani ANGGOTA PENGURUS
RAPAT ANGGOTA/ MUSYAWARAH
KELOMPOK
1. Umur 2. Tingkat
Pendidikan 3. Masa
Keanggotaan 4. Luas Lahan Tolak Ukur Penilaian:
1. Intensitas Pertemuan 2. Waktu pertemuan
3. Kemamampuan mengelola partisipatif anggota rapat. 4. Komitmen pelaksanaan hasil
musyawarah TUGAS
(28)
Hipotesis Penelitian
1. Penilaian anggota kelompok tani terhadap peran pengurus dalam
musyawarah kelompok kelompok tani adalah baik
2. Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik petani dengan penilaian
terhadap musyawarah kelompok tani.
3. Tidak ada perbedaan antara penilaian anggota kelompok tani terhadap
(29)
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja dengan pertimbangan tertentu. Kabupaten Langkat adalah kabupaten di Sumatera Utara
yang memiliki produktivitas tanaman padi tertinggi ketiga setelah Kabupeten
Simalungun dan Deli Serdang (Data pada lampiran 1). Sehingga memilih
Kabupaten Langkat sebagai daerah penelitian karena menganggap bahwa kegiatan
penyuluhan pertanian dengan metode kelompok sudah berjalan intensif di
kabupaten ini mengingat sudah cukup tingginya produktivitas padi di kabupaten
ini.
Kecamatan Babalan dan Kecamatan Selesai dipilih sebagai dua daerah
penelitian di Kabupaten Langkat setelah dikategorikan berdasarkan rata-rata
jumlah kelompok tani tiap kecamatan di Kabupaten Langkat dengan cara
membagi 20 kecamatan menjadi 2 strata. Berikut adalah hasil pembagian strata
berdasarkan jumlah kelompok tani tiap kecamatan.
Tabel 1. Distribusi Populasi dan Sampel Kecamatan Berdasarkan jumlah kelompok tani kecamatan di Kabupaten Langkat.
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Strata Jumlah kelompok
tani tiap kecamatan
Jumlah
Kecamatan
Sampel
I
II
17 – 88
89 - 179
8
12
1
1
(30)
Berdasarkan strata atas rata-rata jumlah kelompok tani-tiap kecamatan di
atas maka ditentukan daerah pengambilan sampel. Dari tabel di atas diketahui
bahwa untuk strata 1 merupakan strata dengan kecamatan yang memiliki jumlah
kelompok tani dibawah rata–rata dari populasi kecamatan di Kabupaten Langkat.
Strata 1 terdiri dari 8 kecamatan yang memiliki rentang jumlah kelompok tani 17
kelompok sampai 88 kelompok. Sedangkan strata II terdiri dari 12 kecamatan
yang merupakan strata dengan kelompok tani di atas rata-rata, dengan rentang
jumlah kelompok tani 89 sampai 179 kelompok. Daerah sampel diambil
masing-masing 1 kecamatan setiap strata.
Berdasarkan kedua strata tersebut maka yang dapat dijadikan daerah
penelitian pada setiap strata adalah 1 kecamatan yang berada diatas rata-rata
dalam hal jumlah kelompok tani. Sehingga untuk strata pertama dipilih
Kecamatan Babalan dan untuk strata kedua dipilih Kecamatan Selesai sebagai
daerah penelitian di Kabupaten Langkat. Berikut adalah data jumlah kelompok
tani menurut strata di Kabupaten Langkat
Tabel 2. Distribusi jumlah Sampel berdasarkan strata di Kabupaten Langkat
No Keterangan Strata 1
(KTS)
Strata 2 (KTB)
1. Jumlah kecamatan 8 12
2. Kelompok tani kecamatan Rentang Rata-rata
27- 88 56
89-179 111 3. Kecamatan sampel Babalan Selesai 4. Desa Kecamatan sampel Securai Selatan Nambiki 5. Jumlah sampel Anggota
(orang) 30 30
(31)
Untuk memenuhi keperluan peneliti yang ingin membandingkan 2 sampel
kelompok tani yang berada pada daerah kelompok tani banyak (KTB) dengan
daerah kelompok tani sedikit (KTS) maka ditentukan kategori pengambilan
sampel di daerah tersebut berdasarkan jumlah anggota yang dimiliki tiap-tiap
kelompok tani di daerah penelitiaan yaitu Kelompok Tani Sedikit (KTS) dan
Kelompok Tani Banyak (KTB)
Metode Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani dari daerah
Kelompok Tani Banyak (KTB) dan daerah Kelompok Tani Sedikit (KTS).
Sampel diambil dari dua daerah penelitian yang telah dikategorikan sebelumnya.
Penentuan jumlah sampel yang diambil berdasarkan atas pernyataaan
Sumanto dalam Wirartha (2006) bahwa untuk penelitian kausal komparatif,
ukuran sampel minimum adalah 30 subjek per kelompok. Maka atas dasar
pernyataan tersebut ditentukan 30 orang petani sampel untuk daerah Kelompok
Tani Banyak (KTB) dan 30 orang petani sampel untuk daerah Kelompok Tani
Sedikit (KTS). Pengambilan sampel anggota kelompok tani dari dua kelompok
tersebut dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau
sengaja. Pertimbangannya adalah bahwa sampel/responden tersebut bersifat
spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu responden/ sampel adalah anggota kelompok tani yang pernah mengikuti
(32)
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah metode survey dan observasi langsung,
dengan mengunakan instrumen penelitian daftar pertanyaan dan pedoman
wawancara yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari keterangan petani anggota kelompok
tani selaku responden dan PPL yang bertugas pada kelompok tani tersebut. Data
sekunder diperoleh dari informasi lembaga atau instansi terkait serta literatur yang
mendukung penelitian. Berikut adalah spesifikasi pengumpulan data berdasarkan
jenis data beserta instrumen penelitiannya.
Tabel 3. Spesifikasi pengumpulan data
Jenis data Intrumen Penelitian
Sumber Wawancara Kuesioner Observasi Pencatatan Dokumen Populasi Sampel
(Kelompok Tani)
Dinas Pertanian
- - √
Karakteristik anggota kelompok tani
Petani - √ -
Pelaksanaan Musyawarah kelompok
Pengurus Kelompok
√ √ √ √
Evaluasi pelaksanaan musyawarah kelompok
Petani √ √ -
Metode Analisis Data
Data primer yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan, kemudian
dianalisa dengan uji statistik yang sesuai :
- Analisis data untuk tujuan 1 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan
(33)
keanggotaan kelompok tani di daerah penelitian selama tahun 2004 hingga
tahun 2008.
- Analisis data untuk tujuan 2 yaitu untuk melihat karakteristik petani anggota
kelompok tani di daerah penelitian maka dianalisis secara deskriptif dengan
melihat data umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan luas lahan yang
dimiliki petani sampel.
- Hipotesis 1 diuji dengan metode scoring dengan menggunkan metode
analisis skala kumulatif Skalogram Guttman dengan point positif dan negatif
terhadap indikator yang dapat dinilai dan dijawab oleh anggota kelompok tani
sebagai responden berdasarkan tolak ukur penilaian pelaksanaan
pertemuan/musyawarah kelompok yang melibatkan peran pengurus
kelompok tani, yang telah dijelaskan pada kerangka pemikiran.
Tabel 4. Tolak ukur skala penilaian anggota kelompok tani (berdasarkan pada peran pengurus dalam mengelola pelaksanaan musyawarah
kelompok)
Komponen pertemuan/musyawarah Jawaban responden Positif (+) / negatif(-) 1. Intensitas pelaksanaan musyawarah kelompok
2. Pemilihan waktu rapat/ musyawah kelompok 3. Kemampuan dalam meningkatkan partisipatif
anggota rapat/ musyawarah.
4. Komitmen pelaksanaan hasil musyawarah
+/- +/- +/- +/-
Dengan memberikan bobot pada jawaban dari responden sebagai berikut :
Sangat baik = 5 (4 jawaban positif )
Baik = 4 (3 jawaban positif)
Sedang = 3 (2 jawaban positif)
Kurang Baik = 2 (1 jawaban positif)
(34)
Berdasarkan komponen di atas maka dilakukan wawancara kepada
responden dengan kriteria penilaian dan bobot sebagai berikut : Kriteria “Sangat
baik” yaitu penilaian atau jawaban positif dari seluruh komponen musyawarah
kelompok di atas. Kriteria ‘Baik” yaitu penilaian atau jawaban positif 3 komponen
musyawarah kelompok; Kriteria ‘Sedang” yaitu penilaian atau jawaban positif
terhadap 2 komponen musyawarah kelompok; Kriteria ‘Kurang Baik” yaitu
penilaian atau jawaban positif hanya 1 komponen musyawarah kelompok; Kriteria
‘Sangat Tidak Baik” yaitu sama sekali tidak ada penilaian atau jawaban positif
dari komponen musyawarah kelompok.
Berdasarkan score tersebut maka ditentukan rataan skor dengan rumus :
rentang skor = skor tertinggi – skor terendah
Jumlah skala
Sangat Baik : 4.3 – 5
Baik : 3.5 – 4.2
Sedang : 2.7 – 3.4
Kurang Baik : 1.9 – 2.6
Sangat Tidak Baik : 1 - 1.8
- Hipotesis 2 dianalisis dengan uji Korelasi Rank Sperman. Metode ini mengukur keeratan hubungan berdasarkan rangking dari masing-masing data. Berikut
(35)
rs = 1 –
N 3 - N Dimana ;
rs = Koefisien Korelasi Spearmen
∑di 2 = Jumlah Kuadran perbedaan antara kedua ranking
N = Menunjukan jumlah pasangan ranking
Kemudian diuji dengan menggunakan uji t dengan rumus :
t = rs
dengan kriteria uji sebagai berikut :
Hipotesis diterima apabila t hitung Hipotesis ditolak apabila t hitung
- Hipotesis 3 diuji dengan Uji statistik U-Mann Whitney yang digunakan untuk
menguji apakah ada perbedaan antara kelompok sampel di dua daerah penelitian.
Adapun rumus U-Mann Whitney adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2009) :
n
1 (n
1 – 1)U1 =
n
1n
2 + - R1 dan2
n
2 (n
2 – 1)U2 =
n
1n
2 + - R2 2Dimana : n1 = Jumlah sampel 1
n2 = Jumlah sampel 2
U1 = Jumlah peringkat 1
(36)
R1 = Jumlah rangking pada sampel n1
R2 = Jumlah rangking pada sampel n2
Pengambilan keputusan ;
Jika probabilitas ≤ 0.05 maka Hipotesisditerima Jika probabilitas > 0.05 maka Hipotesis ditolak
Definisi dan Batasan Operasional
Definisi
1. Evaluasi adalah penilaian terhadap tugas pengurus kelompok tani di daerah
penelitian.
2. Penilaian adalah pandangan yang positif tentang keuntungan relatif bagi
kemajuan kehidupan.
3. Pengurus kelompok tani adalah kontak tani dan pengurus harian kelompok tani
yang diserahi tanggung jawab jawab oleh anggota kelompok untuk mengurusi
kerja kelompok.
4. Peranan pengurus kelompok dalam musyawarah kelompok adalah perangkat
perilaku dari pengurus sebagai pemimpin kelompok yang diharapkan melalui
tolak ukur penilaian musyawarah kelompok.
5. Tugas atau kewajiban pengurus kelompok adalah kewajiban pengurus kelompok
tani dalam pelaksanaan musyawarah kelompok yang tertuang dalam AD/ART
kelompok tani.
6. Musyawarah kelompok tani adalah suatu kesepakatan bersama antara anggota
kelompok tani untuk membicarakan ha-hal yang berhubungan dengan kebutuhan
(37)
7. Karakteristik petani adalah faktor-faktor yang dimiliki oleh setiap individu
petani di daerah penelitian.
8. Karakteristik petani meliputi umur, tingkat pendidikan, lama menjadi anggota
kelompok tani dan luas lahan yang dimiliki oleh petani responden serta
intensitas mengikuti penyuluhan.
9. Umur responden adalah lama waktu hidup responden (tahun) dari lahir hingga
saat dilakukan penelitian.
10.Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh
responden.
11.Lama menjadi anggota kelompok tani adalah lamanya responden telah menjadi
anggota dalam kelompok tani (tahun).
12.Luas lahan adalah luasnya areal pertanaman yang diusahakan oleh responden
saat dilakukan penelitian.
13.Intensitas pertemuan adalah banyaknya pertemuan/musyawarah yang
dilakasanakan oleh kelompok tani yang dijembatani oleh pengurus kelompok
tani.
14.Waktu pelaksanaan musyawarah adalah tepat tidaknya pemilihan waktu oleh
pengurus kelompok tani demi melaksanakan musyawarah kelompok.
15.Meningkatkan partisipatif anggota kelompok adalah peran pengurus dalam
menjadi koordinator dan pendorong para anggota kelompok dalam
menyampaikan pendapat atau saran di dalam forum musyawarah kelompok tani.
16.Komitmen melaksanakan hasil musyawarah didefenisikan sebagai peran
(38)
komitmen mereka untuk melaksanakan hasil keputusan bersama berdasarkan
musyawarah kelompok.
17.KTB adalah Kelompok Tani Banyak per kecamatan
18.KTS adalah Kelompok Tani Sedikit per kecamatan
Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Babalan dan Kecamatan Selesai.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2009
3. Sampel penelitian adalah petani anggota kelompok tani padi sawah di daerah
(39)
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
Deskripsi Daerah Penelitian
Kecamatan Babalan
Kecamatan Babalan berada di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera
Utara dengan luas wilayah 11.099 Ha, (110,99 km2). Jumlah penduduk
Kecamatan Babalan sebanyak 63.830 jiwa.
Kecamatan ini memiliki jarak 40 km ke ibukota Kabupaten Langkat
dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Brandan Barat
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gebang
- Sebelah Barat berbatasan Kecamatan Sei Lepan
- Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka
Berikut adalah tabel distribusi Kecamatan Babalan berdasarkan desa/
Kelurahan beserta luas wilayah dan jumlah penduduknya.
Tabel 5. Luas wilayah dan jumlah penduduk dirinci menurut desa/kelurahan
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2008
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Babalan terbagi
atas 8 desa/kelurahan. Desa Securai Selatan memiliki wilayah terluas yaitu 35,11
No
Desa/kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (Jiwa)
1 Pelawi Utara 5,85 10.650
2 Securai Utara 27,68 9.360
3 Securai Selatan 35,11 7.606
4 Pelawi Selatan 7,25 7.896
5 Brandan Timur Baru 0,59 5.838
6 Brandan Barat 0,24 7.004
7 Brandan Timur 0,27 6.187
8 Teluk Meku 34,00 9.289
(40)
km2 diikuti Desa Teluk Meku 34,00 km2. Berbeda dengan luas wilayah, jumlah
penduduk terbanyak terdapat di Desa Pelawi Utara yang memiliki penduduk
terbanyak yaitu 10.650 jiwa kemudian diikuti Desa Securai Utara sebesar 9.360
jiwa.
Keadaan Penduduk
Kecamatan Babalan memiliki penduduk sebanyak 63.830 jiwa dengan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 31.820 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 32.010 jiwa. Berdasarkan golongan umur distribusi penduduk di
Kecamatan Babalan dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Babalan
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2008
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa persentase penduduk kelompok
umur yang kurang dari 15 tahun terdapat 31,21% dan kelompok umur 15 sampai
60 tahun adalah 62,90%. Dengan demikian di daerah penelitian kelompok umur
usia produktif tersedia dalam jumlah yang cukup besar. Berikut adalah keadaan
penduduk menurut banyaknya tenaga kerja yang bekerja berdasarkan lapangan
pekerjaan.
Umur (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
0-14 19.927 31,21
15-60 40.155 62,90
> 60 3.748 5,87
(41)
Tabel 7. Distribusi penduduk menurut banyaknya tenaga kerja yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan di Kecamatan Babalan
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2008
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di
Kecamatan Babalan bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 6.381 jiwa atau
37,78% dari total tenaga kerja. Selanjutnya diikuti pekerjaan buruh 3.382 jiwa
atau 20,23% selebihnya di sektor perdagangan, industry, PNS dan pekerjaan
lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah ini memiliki potensi dalam
bidang pertanian karena besarnya tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian.
Untuk melihat sub sektor pertanian pangan berikut adalah tabel luas
panen dan produksi rata-rata padi sawah di Kecamatan Babalan menurut
desa/Kelurahan tahun 2008.
Tabel 8. Luas panen dan produksi rata-rata padi sawah di Kecamatan Babalan menurut desa/kelurahan
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2008
Lapangan pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Pertanian 6.318 37,78
Industri/ Kerajinan 233 1,39
PNS dan TNI POLRI 989 5,91
Perdagangan 2.454 14,68
Angkutan 2.061 12,33
Buruh 3.382 20,23
Lainnya 1.284 7,68
Jumlah 16.409 100
Desa/kelurahan Luas Panen (ha) Produksi Padi (Ton)
Rata-rata Produksi (ton/ha)
Pelawi Utara 9 45 5
Securai Utara 484 2.420 5
Securai Selatan 1.900 10.450 5,5
Pelawi Selatan 415 2.075 5
Brandan Timur Baru 0 0 0
Brandan Barat 0 0 0
Brandan Timur 0 0 0
Teluk Meku 1.800 9.000 5
(42)
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa luas panen di Kecamatan
Babalan adalah 4.608 ha dan produksi padinya mencapai 23.990 ton, dengan
rata-rata produksi 25,5 ton/ha. Areal luas sawah di Kecamatan Babalan keseluruhanya
mengandalkan pengairan sawah tadah hujan.
Kecamatan Selesai
Kecamatan Selesai berada di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara
dengan luas wilayah 14.860 Ha (148.60 km2). Jumlah penduduk Kecamatan
Selesai sebanyak 67.226 jiwa.
Kecamatan ini memiliki jarak 22 km ke ibukota Kabupaten Langkat
dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Stabat
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Sei Binge dan Kec. Kuala
- Sebelah Barat berbatasan Kec. Wampu dan Kecamatan Bahorok
- Sebelah timur berbatasan dengan Kec. Binjai dan Kota Binjai.
Berikut adalah tabel distribusi Kecamatan Selesai berdasarkan desa/
(43)
Tabel 9. Luas wilayah dan jumlah penduduk dirinci menurut desa/kelurahan
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2008
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Selesai terbagi
atas 13 desa/Kelurahan. Desa Padang Cermin memiliki wilayah terluas yaitu
17,12 km2 diikuti Desa Perhiasan 15,45 km2. Sama halnya dengan luas wilayah,
jumlah penduduk terbanyak juga terdapat di desa Padang Cermin yang memiliki
penduduk yang paling banyak yaitu 11.091 jiwa kemudian diikuti Desa Pekan
Selesai sebesar 10.051 jiwa.
Keadaan Penduduk
Kecamatan Selesai memiliki jumlah penduduk sebanyak 68.215 jiwa
dengan jumlah penduduk lak-laki sebanyak 33.627 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 33.559 jiwa. Berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Kecamatan Selesai
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2007
Desa/kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (Jiwa)
Nambiki 8,47 1.255
Tg Merahe 5,64 2.228
Pd. Brahrang 5,10 9.656
Laut Mulgap 5,63 2.987
Kuta Parit 8,32 2.296
Pekan Selesai 14,60 10.051
Bekulap 14,01 4.323
Perhiasan 15,45 3.925
Selayang 14,25 4.203
Sei Limbat 10,15 5.775
Mancang 5,60 3.343
Kw Air Hitam 9,76 2.757
Pd Cermin 17,12 11.091
Selayang Baru 14,50 4.325
Jumlah 148,60 68.215
umur Jumlah (Jiwa) Persentase %
0-14 21.810 31,97
15-60 42.360 62,09
> 60 4.045 5,92
(44)
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa persentase penduduk
kelompok umur kurang dari 15 tahun sebanyak 31,97% dan kelompok umur lebih
dari 15 tahun hingga 60 tahun sebanyak 62,09%. Dengan demikian di daerah
penelitian kelompok umur produktif tersedia dalam jumlah yang besar. Kemudian,
keadaan penduduk menurut banyaknya tenaga kerja yang bekerja berdasarkan
lapangan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel. 11. Distribusi penduduk menurut banyaknya tenaga kerja yang dirinci berdasarkan lapangan pekerjaan di Kecamatan Selesai.
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2008
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di
Kecamatan Selesai bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 10.344 jiwa atau
64,01% dari total tenaga kerja. Selanjutnya diikuti sektor perdagangan sebanyak
1.884 jiwa atau 11,66% selebihnya tenaga kerja buruh, industri, PNS, dan
pekerjaan lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah ini juga memiliki
kontibusi yang baik dalam penyediaan tenaga kerja di bidang pertanian. Untuk
melihat sub sektor pertanian pangan berikut adalah tabel luas panen dan produksi
rata-rata padi sawah berikut.
Lapangan pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase %
Pertanian 10.344 64,01
Industri/ Kerajinan 499 3,09
PNS dan TNI POLRI 711 4,40
Perdagangan 1.884 11,66
Angkutan 784 4,85
Buruh 1.500 9,28
Lainnya 437 2,70
(45)
Tabel 12. Luas panen dan produksi rata-rata padi sawah di Kecamatan Selesai menurut desa/kelurahan
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa luas panen di Kecamatan Selesai
adalah 2.039 ha dan produksi padi mencapai 8.910 ton, dengan rata-rata produksi
65,9 ton/ha.
Desa/kelurahan Luas Panen (ha) Produksi padi (Ton)
Rata-rata Produksi (ton/ha)
Nambiki 148 804 5,43
Tg Merahe 33 138 4,20
Pd. Brahrang 32 144 4,51
Laut Mulgap 146 702 4,81
Kuta Parit 0 0 0
Pekan Selesai 98 504 5,14
Bekulap 396 2.220 5,60
Perhiasan 28 144 5,13
Selayang 56 303 5,41
Sei Limbat 71 334 4,71
Mancang 63 290 4,61
Kw Air Hitam 66 318 4,81
Pd Cermin 591 3.483 5,89
Selayang Baru 311 1.746 5,61
(46)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Kelompok tani di Daerah Penelitian
Kecamatan Babalan (KTS) dan Kecamatan Selesai (KTB) merupakan dua
kecamatan yang memiliki populasi kelompok tani yang berbeda masing-masing.
Kecamatan Babalan memiliki 65 kelompok tani dengan jumlah petani yang
menjadi anggota adalah 4.844 orang. Dan Kecamatan Selesai yang memiliki
kelompok tani sebanyak 153 kelompok dengan jumlah anggota kelompok taninya
adalah 5.242 orang.
Perkembangan Berdasarkan Jumlah Kelompok dan Anggota Kelompok Tani.
Perkembangan kelompok tani pada dua daerah penelitian ini dapat dilihat
dari perkembangan populasi jumlah kelompok tani, anggota kelompok tani dan
jumlah penyuluh yang ada dari data 5 tahun terakhir. Berikut adalah data jumlah
kelompok tani, anggota kelompok tani dan jumlah penyuluh yang bertugas di dua
daerah penelitian.
Tabel 13. Jumlah kelompok tani di dua daerah penelitian tahun 2004-2008
Sumber : BPP Kec. Babalan dan Kec Selesai
Tahun Kecamatan
Babalan Perubahan % Selesai Perubahan %
2004 62 - 146 -
2005 62 0 137 -6,5
2006 65 4,6 137 0
2007 65 0 153 10,4
2008 65 0 153 0
Indeks
(47)
Gambar 2. Grafik Perkembangan jumlah kelompok tani di Kecamatan Babalan dan Kecamatan Selesai
Berdasarkan tabel 13 dan grafik perkembangan jumlah kelompok tani di
atas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah kelompok tani di dua daerah
penelitian yaitu Kecamatan Babalan dan Kecamatan Selesai tidak begitu besar.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah kelompok tani 5 tahun
terakhir di daerah pertama yaitu Kecamatan Babalan mengalami kenaikan 4,8%
berdasarkan nilai indeks yang diperoleh yaitu 104,8. Dan untuk Kecamatan
Selesai jumlah kelompok taninya mengalami kenaikan sebesar 4,7 % yang
diperoleh berdasarkan nilai indeks tahun 2008 dengan tahun 2004 sebagai tahun
dasar. Maka jika dibandingkan nilai indeks perkembangan keduanya maka
diperoleh nilai yang hampir sama. Salah satu alasan rendahnya pertambahan
jumlah kelompok tani adalah semenjak Revitalisasi pertanian tahun 2007 yaitu
diberlakukannya kebijakan dari Dinas Pertanian bahwa tidak diizinkan adanya
pembentukan kelompok–kelompok tani baru mengingat fokus pengembangan
yang dijalankan adalah penintensifan kembali kelompok tani yang sudah ada.
Berikut adalah data jumlah petani anggota yang tergabung dalam
kelompok tani di dua daerah penelitian.
0 50 100 150 200
2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Kelompok Tani
(48)
Tabel 14. Jumlah anggota kelompok tani di dua daerah penelitian tahun 2004-2008
Sumber : BPP Kec. Babalan dan Kec Selesai
Gambar 3. Grafik Perkembangan Jumlah anggota kelompok tani di Kecamatan Babalan dan Kecamatan Selesai
Jumlah anggota kelompok tani di dua kecamatan mengalami
perkembangan yang tidak begitu besar selama 5 tahun terakhir, berdasarkan nilai
indeks tahun 2008 diketahui bahwa perkembangan jumlah anggota kelompok tani
di daerah pertama yaitu Kecamatan Babalan adalah 102,6 yang berarti kenaikan
sebesar 2,6% berdasarkan tahun 2004, sedangkan jumlah anggota kelompok tani
di daerah penelitian kedua yaitu Kecamatan Selesai yang mengalami
perkembangan sebesar 8,5% berdasarkan nilai indeks 108,5. Berdasarkan
observasi di lapangan diketahui bahwa meningkatnya jumlah anggota kelompok
tani disebabkan adanya kesadaran petani untuk bergabung dengan kelompok agar
4400 4600 4800 5000 5200 5400
2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah anggota kelompok tani
Kecamatan Babalan Kecamatan Selesai
Tahun Kecamatan
Babalan Perubahan % Selesai Perubahan %
2004 4.720 - 4.827 -
2005 4.720 0 4.827 0
2006 4.720 0 4.939 2,2
2007 4.776 1,2 5.162 4,3
2008 4.844 1,4 5.242 1,5
Indeks
(49)
mereka mendapatkan kemudahan dan keuntungan dalam menerima bantuan dari
pemerintah.
Berikut adalah data jumlah penyuluh yang bertugas di dua daerah
penelitian.
Tabel 15. Jumlah penyuluh yang bertugas di dua daerah penelitian tahun 2004-2008
Sumber : BPP Kec. Babalan dan Kec Selesai
Jumlah penyuluh yang bertugas di Kecamatan Babalan (KTS) pada tahun
2004 adalah 4 orang dimana hanya terjadi penambahan 1 orang penyuluh pada
tahun 2006, hingga tahun 2008 tidak ada penambahan tenaga penyuluh.
Sedangkan Kecamatan Selesai (KTB), jumlah penyuluh yang bertugas pada tahun
2004 hanya 5 orang penyuluh namun tahun 2006 bertambah menjadi 6 orang
penyuluh hingga tahun 2008 menjadi 8 orang penyuluh. Bertambahnya jumlah
penyuluh hingga 60% di Kecamatan Selesai ini terjadi karena pemisahan Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan Kecamatan Kuala pada tahun 2006, yang
dulunya hanya satu BPP. Dan sejak BPP dimekarkan maka wilayah kerja
penyuluh menjadi lebih kecil karena bertambahnya tenaga penyuluh yang
bertugas di Kecamatan selesai (KTB).
Karakteristik Petani Anggota Kelompok Tani di Daerah Penelitian
Karakteristik petani yaitu umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaandalam kelompok dan luas lahan yang dimiliki merupakan faktor-faktor yang
Tahun Kecamatan
Babalan Perubahan % Selesai Perubahan %
2004 4 - 5 -
2005 4 0 5 0
2006 5 20 6 16,7
2007 5 0 6 0
2008 5 0 8 25
Indeks
(50)
dimiliki petani di daerah penelitian. Berikut adalah karakteristik petani anggota
kelompok tani yang menjadi sampel dalam penelitian.
Tabel 16. Karakteristik sampel penelitian
Karakteristik
Kelompok Tani Total
KTS N = 30
KTB
N = 30 N = 60
1. Umur (tahun) 45,4 41 43,2
2. Tingkat Pendidikan 8,77 9,97 9,36
3. Masa Keanggotaan 6,93 5,73 6,33
4. Luas Lahan 0,73 0,68 0,72
Sumber : Lampiran 1. Umur
Data di atas menunjukan bahwa rata-rata diperoleh karakteristik umur di
dua daerah penelitian cenderung sama. Secara total rata-rata umur sampel berada
pada umur 43,2 tahun.
Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel pertama yaitu Kelompok Tani
Sedikit (KTS) memiliki umur rata-rata petani anggota adalah 45,4 tahun
sedangkan sampel kedua yaitu Kelompok Tani Banyak (KTB) diperoleh umur
rata-rata petani anggota adalah 41 tahun. Perolehan rataan umur tersebut
mengindikasikan bahwa para anggota kelompok tani di dua daerah ini adalah
berada pada usia produktif.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan anggota kelompok tani dari dua sampel yaitu rata-rata
berada pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun jika dilihat dari
perolehan rata-rata lamanya petani menempuh pendidikan maka dapat diketahui
bahwa KTB lebih tinggi jika dibandingkan dengan KTS dikarenakan kebanyakan
petani sampel KTB telah menamatkan Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan
(51)
keseluruhan yaitu tingkat SMP dapat diindikasikan bahwa rata-rata petani anggota
kelompok tani di daerah penelitian sudah baik dalam membaca, menulis dan
menghitung sederhana.
3. Masa Keanggotan
Masa keanggotaan petani anggota kelompok tani sampel di dua daerah
penelitian berkisar antara 1-20 tahun dimana untuk daerah KTS yaitu rata-rata
petani sudah 7 tahun tergabung dalam kelompok tani. Sedangkan KTB rata-rata
masa keanggotaanya dalam kelompok adalah 6 tahun. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata petani anggota kelompok tani di kabupaten Langkat
telah memiliki masa keanggotaan dalam kelompok lebih dari 5 tahun yang berarti
telah menyesuaikan diri dengan iklim kelompok.
4. Luas Lahan
Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani anggota kelompok tani pada dua
kelompok sampel penelitian adalah 0,72 ha. KTS memiliki rata-rata luas lahan
yang dimiliki anggotanya adalah 0,73 ha sedangkan KTB 0,68 ha. Hal ini berarti
bahwa rata-rata kepemilikan lahan KTS sedikit lebih luas jika dibandingkan
dengan luas lahan rata-rata yang dimiliki KTB. Perbedaan tersebut disebabkan
oleh banyaknya jumlah anggota kelompok tani KTS sehingga ada banyak variasi
kepemilikan lahan jika dibandingkan dengan KTB yang anggotanya lebih sedikit.
Penilaian Anggota Kelompok Tani Terhadap Pelaksanaan
Musyawarah Kelompok Tani
Anggota kelompok tani sebagai subjek yang menilai objek (pengurus
kelompok) dengan tugasnya sebagai fasilitator dalam pelaksanaan musyawarah
(52)
ini anggota kelompok tani diajak untuk melakukan penilaian terhadap peran
pengurus dalam melaksanakan musyawarah kelompok, ada 4 indikator yang
dijadikan tolak ukur untuk menentukan skala penilaian anggota kelompok
terhadap pengurusnya yang telah dijelaskan pada bab metode analisis data.
Berikut adalah tabel frekuensi jumlah anggota kelompok tani menurut
skala penilaian terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok pada dua kelompok
sampel penelitian setelah dianalisis sesuai dengan komponen penilaian yang telah
dijelaskan di sub bab metode analisis data.
Tabel 17. Frekuensi jumlah anggota kelompok tani menurut skala penilaiannya terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok
Sumber : Data diolah lampiran 3 dan 4
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 orang anggota kelompok
tani pada masing-masing sampel penelitian ternyata penilaiannya terhadap
musyawarah kelompok tani adalah sama secara keseluruhan. Anggota kelompok
tani daerah KTS menilai pelaksanaan musyawarah kelompok tani termasuk
kategori sedang, sementara daerah KTB menilai kurang baik. Sehingga dari
perolehan data di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa penilaian anggota kelompok tani terhadap peran pengurus
dalam pelaksanaan musyawarah adalah baik ditolak.
Penilaian KTS KTB
Frekuensi Skor Frekuensi Skor
Sangat Baik 2 (6,6%) 10 0 (0%) 0
Baik 7 (23,3%) 28 7 (23,3%) 28
Sedang 12 (40%) 36 10 (33,3%) 30
Kurang Baik 8 (6,6%) 16 10 (33,3%) 20
Sangat Tidak Baik 1 (3,3%) 1 3 (10%) 3
Jumlah 30 (100%) 91 30(100%) 79
Rata-rata 3,03 2,63
Penilaian Sedang Kurang
(53)
Adanya perbedaan kriteria skala pada dua sampel yaitu daerah KTS dan
daerah KTB secara skoring masih belum dapat menunjukan perbedaan tersebut
signifikan atau tidak. Gejala di lapangan menjawab bahwa secara umum anggota
daerah KTS menilai baik beberapa komponen pelaksanaan musyawarah karena
mereka menganggap musyawarah kelompok cukup penting untuk menjalin
hubungan yang baik antara sesama anggota dan anggota dengan pengurus.
Adanya anggapan baik akan pentingnya musyawarah ini disebabkan para anggota
kelompok tani di daerah KTS sadar akan keterikatannya dalam kelompok. Salah
satu hal utama yang paling mendukung adalah giatnya peran pengurus dalam
kelompok tani di daerah KTS dalam mengurusi kegiatan kelompok, beserta peran
penyuluh pertanian dalam mengintensifkan kelompok tani.
Petani anggota daerah KTB menjawab beberapa komponen peran
pengurus dalam pelaksanaan musyawarah yaitu kemampuan pengurus dalam
meningkatkan partisipasi anggota dan komitmen pengurus dalam melaksanakan
hasil musyawarah dinilai tidak terlalu baik. Ternyata observasi di lapangan
membuktikan bahwa pengurus kelompok tani daerah KTB tidak terlalu aktif
dalam menggerakan anggota kelompok. Hal ini diakui pengurus karena kurangnya
keterikatan dalam kelompok yang hanya terdiri dari 20-30 orang anggota
menyebabkan pengurus tidak terlalu intensif dan fokus dalam mengadakan
musyawarah atau pertemuan kelompok.
Untuk keterangan lebih jelas mengenai tolak ukur penilaian dalam
penelitian ini, berikut pemaparan tentang 4 komponen peran pengurus dalam
(54)
Tabel 18. Frekuensi anggota kelompok tani menurut jawaban tolak ukur pelaksanaan musyawarah kelompok pada dua sampel penilitian.
Tolak ukur penilaian Perbedaan KTS (N=30) KTB (N=30) TOTAL (N=60) 1. Intensitas Pelaksanaan
Musyawarah
Positif N (%) Negatif N (%)
10 (33.3%) 20 (66,7%) 15 (50%) 15(50%) 25 (41,7%) 35 (58,3%) 2. Waktu Musyawarah
Positif N (%)
Negatif N (%) 17(56,7%) 13(43,3%) 15(50%) 15(50%)
32(53,3%) 28(46,7%) 3. Meningkatkan Partisipasif
anggota
Positif N (%)
Negatif N (%) 15(50) 15(50) 22(73,3) 8 (26,7) 23(38,3%) 37(61,6%) 4. Komitmen melaksanakan
hasil musyawarah
Positif N (%) Negatif N (%)
19(63,3)
11(26,7) 12(63,3) 18 (60) 31(51,6%) 29(48,3%) Sumber : data diolah pada lampiran 7 dan 8
1. Intensitas pelaksanaaan musyawarah
Dalam Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani
seyogiyanya pengurus melakukan musyawarah rutin minimal 1 bulan sekali,
namun pada prakteknya hal tersebut sulit untuk dilaksanakan. Fakta di lapangan
menunjukan bahwa keterikatan petani dalam sebuah kelompok tani belum begitu
erat hal ini dikarenakan tujuan petani bergabung dalam kelompok tani adalah
cenderung untuk memupuk kepentingan ekonomi dari pada memupuk
kepentingan sosial. Fakta ini juga diperjelas oleh pengurus kelompok tani dalam
masalah-masalah yang dihadapi oleh pengurus dalam menjalankan tugasnya.
Sehingga secara standar pengurus di dua daerah penelitian hanya melakukan
musyawarah 2-3 kali pertahun.
Pada anggota daerah KTS menilai bahwa intensitas pelaksanaan
(55)
besarnya persentase jawaban negatif terhadap komponen ini. Umumnya anggota
menyatakan bahwa intensitas pelaksanaan musyawarah harus lebih dari 2-3 kali
setahun agar rasa kebersamaan para anggota dapat dijalin dengan baik dan
harmonis.
Namun anggota daerah KTB menilai intensitas tersebut sudah cukup
sesuai untuk kelompoknya anggapan ini muncul akibat sedikitnya kegiatan
kelompok sehingga kurang membutuhkan banyak pertemuan.
2. Waktu Pelaksanaan Musyawarah
Pemilihan waktu oleh pengurus dalam melaksanakan musyawarah yang
dilakukan oleh pengurus dinilai tidak terlalu berbeda oleh dua kelompok sampel
dimana jawaban dari responden disesuaikan dengan waktu yang dianggapnya
sesuai dengan waktu senggangnya. Umumnya waktu untuk pertemuan
musyawarah adalah siang atau sore hari pada saat awal musim tanam atau
sebelum turun sawah.
3. Kemampuan meningkatkan partisipatif anggota
Pengurus pada dua kelompok umumnya menyatakan hal yang cukup
berbeda dalam menilai kemampuan pengurus meningkatkan partisipatif anggota,
dimana pada daerah KTS cenderung menilai pengurus baik dalam meningkatkan
partisipasi anggota musyawarah dimana pengurus menyerahkan sepenuhnya
pendapat dan saran dari anggota hingga akhirnya dikumulasikan dan diambil
keputusan yang paling tepat. Derajat pengalaman dan sosok karismatik pemimpin
musyawarah juga dinilai baik oleh anggota. Berbeda dengan daearah KTS,
(56)
partisipasi dalam musyawarah, hal ini dapat terjadi karena di mata anggota
musyawarah yang berlangsung tidak begitu formal.
4. Komitmen dalam melaksanakan hasil musyawarah
Petani anggota daerah KTS umumnya menilai baik komitmen pengurus
dalam melaksanakan dan menggerakkan anggota dalam hasil musyawarah.
Pengurus dinilai mampu menjaga komitmennya dalam setiap keputusan yang
telah diambil bersama. Sedangkan pengurus pada daerah KTB dinilai agak kurang
cekatan dalam melaksanakan dan menggerakan anggota dalam melaksanakan
hasil musyawarah.
Hubungan Antara Karakteristik Petani Anggota Kelompok Tani
Terhadap Musyawarah Kelompok Tani
a. Hubungan antara umur petani dengan penilaiannya terhadap pengurus
Umur dalam penelitian ini adalah umur petani sampel yang merupakan
anggota dari kelompok tani pada saat penelitian dilaksanakan. Umur tersebut
diduga berhubungan dengan penilaian terhadap peran pengurus dalam
pelaksanaan musyawarah kelompok tani.
Tabel 19. Hasil korelasi antara umur dan penilaian terhadap musyawarah kelompok
KTS KTB
Rs -0,717 -0,579
Probabilitas (Sig) 0,000 0,001
t-hitung 5,442 3,757
Signifikan pada α = 0,05 t-tabel = 2,048
Sumber : lampiran 8 dan lampiran 9
Berdasarkan hasil statistik diperoleh bahwa kelompok tani daerah (KTS)
(57)
umur dan penilaian, dengan nilai t-hitung 5.442 yang berarti lebih besar dari t
tabel 2.048, maka hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antar umur
dengan penilaian anggota daerah KTS terhadap musyawarah kelompok. Sehingga
hipotesis yang menyatakan hubungan signifikan antara umur dan penilaian
diterima. Nilai koefesien korelasi (rs) negatif (-) menunjukan bahwa semakin
tinggi umur maka penilaian responden semakin tidak baik.
Sama halnya dengan KTS, hasil korelasi untuk daerah KTB juga
menyatakan terdapat hubungan antara umur dengan musyawarah kelompok. Nilai
t hitung yang diperoleh adalah 3,757 yang lebih besar dari t tabel yaitu 2,048. Hal
ini berarti bahwa terdapat hubungan antara umur dengan penilaian terhadap
pelaksanaan musyawarah kelompok.
Hasil dari wawancara di lapangan diketahui bahwa petani yang berumur
lebih tua cenderung menilai negatif atau menilai tidak baik terhadap peran
pengurus kelompok dalam pelaksanaan musyawarah. Petani berumur lebih tua
menilai bahwa pengurus di kelompok taninya belum mempunyai cukup
pengalaman dalam melaksanakan musyawarah ataupun pertemuan kelompok
sehingga pelaksanaannya dinilai kurang baik.
b. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pelaksanaan musyawarah kelompok tani
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah lamanya petani sampel
menempuh pendidikan. Tingkat pendidikan tersebut diduga memiliki hubungan
dengan penilaian terhadap musyawarah kelompok tani. Untuk melihat hubungan
(58)
Tabel 20. Hasil Korelasi antara tingkat pendidikan dengan penilaian terhadap musyawarah kelompok
KTS KTB
Rs 0,633 0,409
Probabilitas (Sig) 0,000 0,025
t-hitung 4,326 2,371
Signifikan pada α = 0,05 t-tabel = 2,048
Sumber : lampiran 8 dan lampiran 9
Berdasarkan hasil analisis statistik dapat dilihat bahwa untuk daerah KTS
memperoleh nilai rs = 0,633 dengan t hitung 4,326 sehingga lebih besar dari t-
tabel 2,048 maka hipotesis diterima, yaitu ada hubungan signifikan positif antara
tingkat pendidikan dengan penilaian musyawarah kelompok. Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin baik penilaiannya
terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok.
Demikian juga untuk KTB yang memiliki nilai rs = 0,409 dan nilai t
hitung lebih besar dari t tabel sehingga menerima hipotesis yaitu 2,371 sehingga
ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan penilaian
musyawarah kelompok tani. Responden yang telah menempuh pendidikan cukup
tinggi akan menilai dengan lebih realistis dibandingkan dengan responden yang
hanya menempuh pendidikan Sekolah Dasar.
c. Hubungan antara masa keanggotaan dengan pelaksanaan musyawarah kelompok tani.
Masa keanggotaan dalam hal ini adalah lamanya petani sampel tergabung
dalam kelompok tani. Masa keanggotaan diduga memiliki hubungan yang
signifikan dengan penilaian petani sampel terhadap pelaksanaan musyawarah
kelompok. Untuk melihat hubungan masa keanggotan dengan penilaian terhadap
(59)
Tabel 21. Hasil korelasi antara masa keanggotaan dan penilaian terhadap musyawarah kelompok
KTS KTB
Rs -0,543 -0,720
Probabilitas (Sig) 0,002 0,000
t- hitung 3,421 5,489
Signifikan pada α = 0,05 t-tabel = 2,048
Sumber : lampiran 8 dan lampiran 9
Berdasarkan analisis korelasi di atas diketahui bahwa masa keanggotaan
anggota kelompok tani pada daerah KTS memiliki hubungan yang signifikan
dengan musyawarah kelompok, dengan nilai rs -0,543 yang berarti semakin lama
masa keanggotaanya maka semakin tidak baik penilaiannya. Sedangkan nilai t
hitung 3,421 lebih besar dari t tabel 2,048 sehingga hipotesis diterima.
Hasil korelasi pada derah KTB juga menyatakan ada hubungan antara
masa keanggotan anggota kelompok tani dengan musyawarah kelompok, dengan
nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel yaitu 5,489 sehinga hipotesis yang
menyatakan hubungan antara karakteristik masa keanggotan dengan pelaksanaan
musyawarah kelompok diterima. Petani responden yang telah lama bergabung
dalam kelompok tani telah memiliki pengalaman dalam dinamika kelompok
tersebut, sehingga dapat membandingkan performance setiap generasi pengurus. Petani responden cenderung menilai negatif terhadap peran pengurus dalam
pelaksanaan musyawarah saat ini karena mereka dianggap kurang berpengalaman
dalam melaksanakan roda kepengurusan dan musyawarah kelompok. Hal ini juga
berkaitan dengan umur responden dimana responden yang telah lama bergabung
(1)
Lampiran 14.
Data Kelompok Tani
Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten
Langkat tahun 2008
Kecamatan Babalan
Nama Desa Nama Kelompok
tani
Tahun pembentukan
Total anggota
Total Luas ha
Tingkat kemampuan (*)
Teluk Meku Rumpun Tani 1979 74 55 M
Mekar 1979 73 65 M
Jadi tani 1978 134 75 U
Berbakti 1982 70 60 M
Pemula 1982 73 55 M
Subur 1979 100 85 M
Sadar 1979 72 60 M
Budi mulia 1982 86 60 M
Serasi 1979 122 60 M
Tani Harapan 1978 147 200 U
Tani Jaya 1978 131 150 M
Mupakat 1979 76 55 M
Suka Maju 1979 100 65 M
Makmur 1979 155 200 M
Tani Mulia 1982 122 70 M
Baharu 1979 104 75 M
Securai Selatan Baja 1983 35 80 M
Tani Maju 1977 51 95 U
Tani Jaya 1977 95 165 U
Rimni Tani 1982 85 165 U
Gotong Royong 1977 45 95 U
Tekun 1982 40 80 M
Taruna 1981 42 80 M
Sumber Tani 1981 52 85 M
Giat 1982 48 50 M
Sembada 1983 52 70 M
Ingin Maju 1998 52 45 P
Harapan Maju 1981 30 45 M
Dos Roha 1997 50 50 P
M. Sentosa 1997 47 45 P
Sekata 1983 25 40 M
Bersama 1998 20 - P
Securai Utara Cuaca 1983 45 28 U
Tuah Johar 1978 30 21 M
Bina Baru 1984 56 25 M
Gotong Royong 1977 35 25 M
Amal Tani 1997 25 34 P
Paya Luas 1997 25 28 P
Paya Bedi 1996 22 33 P
Paya Galong 1997 25 32 P
Sukarame 1997 20 23 P
Saroha 1997 45 23 P
Semangat Tani 1998 25 23 P
Pajak Kopi 1998 20 16 P
Tani Baru 1998 32 22 P
Tani Utama 1998 25 49 P
Tani Muda 1998 25 17 P
(2)
Kecamatan Selesai
Nama Desa Nama Kelompok
tani
Tahun pembentukan
Total anggota
Total Luas ha
Tingkat kemampuan (*)
Mancang Cempaka 1982 18 2 M
Harapan Jaya 1981 20 - U
Setia Tani 1981 21 2 M
Damai 1987 17 3 M
Veteran II 1981 22 2 M
Persatuan 1982 18 1 M
Pebita 1997 22 3 M
Adil 1979 22 6 M
Sejoli 1998 28 10 P
Waduk 1998 19 2 P
Batu Gajah 1998 18 2 P
Sei Benang 1998 20 4 P
Bakti 1998 25 3 P
Saudara 1998 29 9 P
Gurame 1998 23 1 P
Sawita 1998 27 - P
Kw Air Hitam Sido Muncul 1982 20 6 M
Veteran 1989 27 20 L
Sentosa Asem 1989 22 6 L
Harapan Jaya 1989 26 12 M
Suka Maju 1989 28 11 M
Tunas Tani 1989 25 5 L
Sidodadi 1995 18 6 P
Bakti 1997 20 7 P
Bima 1997 21 5 P
Tunas baru 1997 21 7 L
Sentosa Jaya 1997 21 7 BD
Harapan Maju 1997 19 4 BD
Bahagia 1997 28 10 BD
Ingin Makmur 1997 20 6 BD
Tani Makmur 1997 19 5 BD
Sejahtera 1997 18 8 BD
Kuta Parit Sinar Maju 1977 25 - BD
Sumber 1977 50 - BD
Pelawi Utara Pelita 1982 71 52 M
Serasi 1980 90 55 U
Ingin Maju 1980 89 51 M
Sido Dadi 1980 128 58 U
Muda 1982 75 52 M
Melati 1982 106 48 M
Pelawi Selatan Mekar 1982 97 48 M
Harapan 1983 149 41 U
Giat 1983 150 47 M
Suka Mulia 1982 130 46 M
Palapa 1982 156 43 M
Sepakat 1980 88 56 M
Setia tani 1980 134 46 M
Makmur 1980 165 43 U
Murni 1980 176 40 M
(3)
Harapan 1977 55 - BD
Mekar 1977 47 - BD
Giat 1977 46 - BD
Sederhana 1977 51 - BD
Sepakat 1977 45 - BD
Mulya 1977 49 - BD
Nika Jaya 1977 37 - BD
Sampe Arih 1977 30 - BD
Resada 1977 34 - BD
Bahagia 1977 49 - BD
Tani Sadar 1977 48 - BD
Karya Tani 1977 22 - BD
Jaya Tani 1977 37 - BD
Murni 1977 35 - BD
Bekulap Giat Tani 1982 60 30 M
Harapan 1989 68 28 M
Perintis 1989 75 20 M
Sepakat 1989 50 20 U
Mekar jaya 1989 80 50 L
Suka tani 1982 90 40 M
Tani makmur 1987 110 60 U
Sumber 1987 70 30 L
Perhiasan Maju 1987 90 50 M
Wonogiri 1998 100 40 U
Murni 1987 150 5 L
Warga Tani 1987 70 - L
Karia Tani 1987 80 - L
Segar 1998 70 5 L
Oriza 1987 110 15 L
Kuta Parit Bahagia 1982 250 5 L
Tj Merahe Tani Maju 1982 35 20 M
Tani makmur 1982 30 16 M
Murni 1982 35 22 M
Sejahtera 1982 30 16 M
Kesuma 1982 26 12 M
Bermutu 1982 30 14 M
Harapan 1982 25 15 M
Sukses 1987 25 18 M
Karya tani 1982 35 20 M
Adil 1997 26 12 BD
Sari Murni 1997 15 14 BD
Sepakat 1997 20 16 BD
Tuahta 1997 20 14 BD
Nambiki Serba Jadi 1997 26 20 BD
Mupakat 1997 32 16 BD
Mawar 1997 18 12 BD
Sentosa 1997 20 12 BD
Harum 1997 22 14 BD
Sepakat 1997 25 6 BD
Pd Cermin Tunas Mekar 1978 40 33 L
Fuji Mulyo 1997 40 26 BD
Subur tani 1997 51 41 BD
Tani Murni 1978 40 20 U
Lestari Jaya 1978 28 15 M
(4)
S. Harapan 1997 35 20 BD
Melati 1997 25 10 BD
Mujair 1997 22 15 BD
Sekar Wangi 1978 32 20 M
Pd. Brahrang Tani Maju 1978 44 20 M
Wanita Maju 1979 20 12 M
Tani Jaya 1979 21 15 M
Unggas tani 1979 25 15 M
Margana 1979 30 16 M
Sei Limbat Lestari jaya 1990 25 18 M
M. Sejati 1981 35 17 P
Palapa A 1982 22 10 U
Terpadu 1982 30 10 U
Kesuma 1981 15 5 M
Limau manis 1997 25 8 BD
Palapa B 1997 20 5 BD
Selayang Pelita 1979 43 50 U
Tani Jaya 1983 38 25 M
Proteksi 1987 34 25 L
Makmur 1978 36 30 L
Bandar Tani 1987 32 11 M
Sedar Tani 1982 41 45 M
Setia tani 1982 41 50 U
Sehat 1986 27 14 M
Sahata 1971 34 80 M
Sederhana 1981 30 17 M
Suka Maju 1983 42 50 U
Subur tani 1981 31 17 L
Maju 1981 33 11 M
Sepakat 1987 20 15 L
Ampera 1981 39 40 M
Karya tani 1986 29 20 L
Pecan Selesai Sederhana 1993 50 20 M
Rudang Mayang 1998 40 8 P
Tani Sedar 1987 20 15 M
Sentosa 1998 20 13 P
Ladang Kapas 1997 20 7 P
Melati 1998 20 5 BD
Karya Tani 1998 30 7 L
Sinar tani 1997 50 20 P
Tunas tani 1998 20 5 P
Mekar Jaya 1998 30 8 P
Tunas Mekar 1997 20 5 P
Sejahtera 1998 20 3 P
Subur tani 1998 20 3 P
Tani jaya 1998 20 7 P
Harapan Jaya 1998 20 4 P
Pelita Jaya 1998 30 3 P
Lau Mulgap Tani Sedar 1978 45 12 M
Durian 1985 35 17 M
Gurami 1978 30 15 M
Sederhana 1982 30 13 L
Nangka 1982 30 11 L
Melati 1998 30 7 BD
(5)
Dewi Sri 1982 40 20 M
Tani Sepakat 1978 20 3 M
Sempurna 1998 25 11 BD
Tani jaya 1998 30 8 BD
Gembira 1998 30 10 BD
Harapan 1998 25 7 BD
Sentosa 1998 22 10 BD
Cempedak 1998 20 12 BD
Merak 1998 30 8 BD
Keterangan (*) BD : Belum Dikukuhkan
P
: Pemula
M
: Madya
L
: Lanjut
(6)