LKP : Penerapan Virtual Local Area Network (VLAN) dan Penghematan Host Dengan Metode Variable Length Subnet Mask (VLSM) di Jaringan Polrestabes Surabaya Dengan Menggunakan Simulasi Packet Tracer.

(1)

PENERAPAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN)

DAN PENGHEMATAN HOST DENGAN METODE VARIABLE

LENGTH SUBNET MASK (VLSM) DI JARINGAN

POLRESTABES SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN

SIMULASI PACKET TRACER

KERJA PRAKTIK

Program Studi S1 Sistem Komputer

Oleh:

TONI ABRIYANTO OKTAVIANO 13410200068

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Kontribusi ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM POLRI ... 4

2.1 Sejarah dan Perkembangan ... 4


(3)

xi

2.3 Visi dan Misi POLRI ... 21

2.4 Struktur Organisasi ... 22

BAB III LANDASAN TEORI ... 24

3.1 Virtual Local Area Network ... 24

3.1.1 Sejarah Perkembangan VLAN ... 24

3.1.2 Pengertian VLAN ... 25

3.1.3 Tipe-tipe VLAN ... 28

3.1.4 Perbedaan Mendasar Antara LAN dan VLAN ... 30

3.2 Variable Length Subnet Mask (VLSM) ... 37

BAB IV DISKRIPSI KERJA PRAKTEK ... 40

4.1 Instalasi dan penggunaan Packet Tracer 6.2 ... 40

4.2 Konfigurasi Pembuatan Topologi Pada Packet Tracer ... 43

4.3 Perancangan addressing table dan port assigment ... 44

4.4 Konfigurasi VLAN ... 45

4.5 Konfigurasi Alamat Interface Switch... 49

4.6 Konfigasi Switch Port di VLAN ... 50

4.7 Hasil Konfigurasi VLAN ... 51

BAB V PENUTUP ... 53

5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 54


(4)

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Polrestabes Surabaya merupakan salah satu instansi milik negara menjaga keamanan negara yang dimana telah menajaga keamanan negara dari serangan luar maupun dalam negeri sendiri, yang dimana didalam nya juga ada informasi yang sangat rahasia sehingga tidak bisa dipublikasikan.

Kemajuan teknologi telah memberikan jawaban akan kebutuhan informasi, komputer yang semakin canggih memungkinkan untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat. Hasil informasi yang canggih tersebut sudah mulai menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan serta pemanfaatan komputer secara optimal dapat memacu laju perkembangan pembangunan. Kesadaran tentang hal inilah yang menuntut pengadaan tenaga-tenaga ahli yang terampil untuk dapat mengelola informasi, dan pendidikan merupakan salah satu cara yang harus ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tenaga tersebut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan semakin pesatnya perkembangan aplikasi jaringan yang membutuhkan kecepatan yang tinggi didalam aliran informasi diantara server dengan klien, atau antara server dengan server lainnya maka dibutuhkan suatu infrastruktur jaringan yang bagus dan dapat menjawab kebutuhan itu.Suatu infrastruktur jaringan harus dapat melayani lebih banyak user, lebih banyak aplikasi serta banyak workstation. Virtual Local Area Network (VLAN) dapat menolong para pengelola jaringan didalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah disebutkan diatas, dengan meningkatkan kinerja jaringan secara keseluruhan.


(6)

VLAN menyediakan segmentasi suatu jaringan yang fleksibel dan dinamis yang meningkatkan perubahan mendasar suatu LAN dirancang,dijalankan dan dikelola. Selama menjalani Kerja Praktek di Polrestabes Surabaya, dimana diwajibkan

kepada mahasiswa untuk mempelajari sistem nyata dunia kerja sesungguhnya di suatu perusahaan / instansi atau institusi pada bagian atau divisi tertentu dalam kurun waktu yang telah di tentukan. Sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang sudah di peroleh dalam perkuliahan.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam perumusan masalah yang ada pada kerja praktik yang dilakukan oleh penulis terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan. Adapun masalah yang harus diselesaikan berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara membagi bagian-bagian yang berbeda jaringan agar tetap terhubung.

2. Bagaimana menerapkan VLAN pada jaringan yang berbeda-beda dengan menggunakan metode VLSM.

1.3 Batasan Masalah

Melihat permasalahan yang ada, maka penulis membatasi maslaah dari kerja praktik, yaitu:

a. Perancangan topologi dan desain menggunakan software Packet Tracer. b. Merancang jaringan Virtual Local Area Network.

c. Menggunakan penghematan host dengan menggunakan VLSM

d. Semua proses konfigurasi jaringan menggunakan program simulasi Packet Tracer.


(7)

1.4 Tujuan

Tujuan umum dari kerja praktik yang dilaksanakan mahasiswa adalah agar mahasiswa dapat melihat serta merasakan kondisi dan keadaan real yang ada pada dunia kerja sehingga mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi dan dapat memperdalam kemamapuan pada suatu bidang. Tujuan khusus adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari Teknik dan Konfigurasi Jaringan VLAN.

2. Mempelajari Penghematan Host Dengan Metode Variable Length Subnet Mask (VLSM).

1.5 Kontribusi

Adapun Kontribusi dari kerja praktik terhadap Polrestabes Surabaya adalah membantu menganalisa permasalahan tentang jaringan komputer pada Polrestabes Surabaya.


(8)

4

BAB II

GAMBARAN UMUM POLRI

Bab dua berisi sejarah dan perkembangan, lokasi, visi, misi, struktur organisasi, dan komitmen POLRI dalam hal ini Polrestabes Surabaya sebagai tempat kerja praktik.

2.1 Sejarah dan Perkembangan

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Sejak 13 Juli 2016, jabatan Kapolri dipegang oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D.

Pada zaman Kerajaan Majapahit patih Gajah Mada membentuk pasukan pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan kerajaan. Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali oleh pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi untuk menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang pribumi untuk menjaga keamanan mereka. Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang dibantu asisten residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan pada procureur generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi lapangan) , stands


(9)

politie (polisi kota), cultur politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong praja), dan lain-lain. Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi. Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia saat ini.

Pada masa pendudukan jepang, Jepang membagi wilayah kepolisian Indonesia menjadi Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta, Kepolisian Sumatera yang berpusat di Bukittinggi, Kepolisian wilayah Indonesia Timur berpusat di Makassar dan Kepolisian Kalimantan yang berpusat di Banjarmasin. Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat Jepang yang disebut sidookaan yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi.

Pada periode 1945– 1950 tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun, sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka. Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan Polisi di Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan Pasukan Polisi Republik Indonesia sebagai langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan


(10)

pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Sebelumnya pada tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29 September 1945 Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara (KKN). Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan masalah operasional bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946 dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D. Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Tanggal 1 Juli inilah yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini. Sebagai bangsa dan negara yang berjuang mempertahankan kemerdekaan maka Polri di samping bertugas sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah RI. Polri menyatakan dirinya “combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus untuk perjuangan bersenjata, seperti dikenal dalam pertempuran 10 November di Surabaya, di front Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-lain. Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4 Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan bahwa Polri dipimpin langsung oleh presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai perdana menteri/wakil perdana menteri. Pada masa revolusi fisik, Kapolri Jenderal Polisi R.S. Soekanto telah mulai menata organisasi kepolisian di seluruh wilayah


(11)

RI. Pada Pemerintahan Darurat RI (PDRI) yang diketuai Mr. Sjafrudin Prawiranegara berkedudukan di Sumatera Tengah, Jawatan Kepolisian dipimpin KBP Umar Said (tanggal 22 Desember 1948). Hasil Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S. Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R. Sumanto diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta. Dengan Keppres RIS No. 22 tahun 1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS dalam kebijaksanaan politik polisional berada di bawah perdana menteri dengan perantaraan jaksa agung, sedangkan dalam hal administrasi pembinaan, dipertanggungjawabkan pada menteri dalam negeri. Umur RIS hanya beberapa bulan. Sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950, pada tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150, organisasi-organisasi kepolisian negara-negara bagian disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia. Dalam peleburan tersebut disadari adanya kepolisian negara yang dipimpin secara sentral, baik di bidang kebijaksanaan siasat kepolisian maupun administratif, organisatoris.

Pada periode 1950 – 1959 dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17 Agustus 1950 dan diberlakukannya UUDS 1950 yang menganut sistem parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap dijabat R.S. Soekanto yang bertanggung jawab kepada perdana menteri/presiden. Waktu kedudukan Polri kembali ke Jakarta, karena belum ada kantor digunakan bekas kantor Hoofd van de Dienst der Algemene Politie di Gedung Departemen Dalam Negeri. Kemudian R.S. Soekanto merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan sebutan Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI


(12)

(DKN) yang menjadi Markas Besar Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi gedung perkantoran termegah setelah Istana Negara. Sampai periode ini kepolisian berstatus tersendiri antara sipil dan militer yang memiliki organisasi dan peraturan gaji tersendiri. Anggota Polri terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia (P3RI) tidak ikut dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak zaman revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan nama Bhayangkari tidak ikut dalam Dharma Wanita ataupun Dharma Pertiwi. Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini memiliki ketua dan pengurus secara demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante dan Parlemen. Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil melahirkan Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif lebih baik dibanding dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu standar PBB).

Pada Masa Orde lama dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan Konstituante, Indonesia kembali ke UUD 1945, namun dalam pelaksanaannya kemudian banyak menyimpang dari UUD 1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir. Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih tetap di bawah pada Menteri Pertama sampai keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli di mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara ex-officio. Pada tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959 Kapolri juga menjabat sebagai Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus 1959 dengan Surat Edaran Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan Kepala Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan Kepolisian


(13)

Negara). Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk ABRI yang terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karier Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember 1959. Dengan Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa ABRI terdiri atas Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960 sebutan Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan nasional. Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok kepolisian No. 13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu unsur ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU. Dengan Keppres No. 94/1962, Menteri Kapolri, Menteri/KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU, Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan. Dengan Keppres No. 134/1962 menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Kepolisian (Menkasak). Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi menjadi Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) dan langsung bertanggung jawab kepada presiden sebagai kepala pemerintahan negara. Dengan Keppres No. 290/1964 kedudukan, tugas, dan tanggung jawab Polri ditentukan sebagai berikut:

1. Alat Negara Penegak Hukum. 2. Koordinator Polsus.


(14)

4. Pembinaan Kamtibmas. 5. Kekaryaan.

6. Sebagai alat revolusi.

Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan AKABRI disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di Magelang. Sementara pada tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar karena politik NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai menyusupi memengaruhi sebagian anggota ABRI dari keempat angkatan.

Pada Masa Orde Baru dengan pengalaman yang pahit dari peristiwa G30S/PKI yang mencerminkan tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI, maka untuk meningkatkan integrasi ABRI, tahun 1967 dengan SK Presiden No. 132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Bidang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan bagian dari organisasi Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK yang masing-masing dipimpin oleh Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama. Setelah Soeharto dipilih sebagai presiden pada tahun 1968, jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada Jenderal M. Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi ini yang dampaknya sangat menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal memang bukan angkatan perang. Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan Panglima Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri. Pergantian sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969. Pada HUT ABRI


(15)

tanggal 5 Oktober 1969 sebutan Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi Kepala Staf Angkatan.

Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri); sedang organisasi Polri tingkat

kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) di

tingkat provinsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres) di tingkat kabupaten/kota, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor (Polsek) di wilayah kecamatan. Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kapolri berpangkat Jenderal Polisi, Sejak 16 Januari 2015, Jenderal Sutarman diberhentikan dengan hormat dan digantikan oleh Jenderal Pol Badrodin Haiti. Kemudian pada tanggal 16 Juli 2016 Kapolri digantikan oleh Jenderal Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D.

Unsur Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan terdiri dari:

1. Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan umum dan perbendaharaan dalam lingkungan Polri termasuk satuan-satuan organsiasi non struktural yang berada di bawah pengendalian Kapolri.

2. Asisten Kapolri Bidang Operasi (As Ops), bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang operasional dalam lingkungan Polri termasuk koordinasi dan kerjasama eksternal serta pemberdayaan masyarakat dan unsur-unsur pembantu Polri lainnya.


(16)

3. Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Pengembangan (Asrena), bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan umum dan pengembangan, termasuk pengembangan sistem organisasi dan manajemen serta penelitian dan pengembangan dalam lingkungan Polri.

4. Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS SDM), bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber daya manusia termasuk upaya perawatan dan peningkatan kesejahteraan personel dalam lingkungan Polri.

5. Asisten Kapolri Sarana dan Prasarana (Assarpras), bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi sarana dan prasarana dalam lingkungan Polri. 6. Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan Internal (Div Propam),

adalah unsur pelaksana staf khusus bidang pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal.

7. Divisi Hukum (Div Kum).

8. Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas)

9. Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter), adalah unsur pembantu pimpinan bidang hubungan internasional yang ada dibawah Kapolri. Bagian ini membawahi National Crime Bureau Interpol (NCB Interpol), untuk menangani kejahatan internasional.

10.Divisi Teknologi Informasi Kepolisian (Div TI Pol), adalah unsur pembantu pimpinan di bidang informatika yang meliputi teknologi informasi dan komunikasi elektronika.

11.Staf Pribadi Pimpinan (Spripim) 12.Sekretariat Umum (Kasetum)


(17)

13.Pelayanan Markas (Kayanma)

14.Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya

Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari:

1. Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri maupun guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

2. Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik, dalam rangka penegakan hukum. Dipimpin oleh seorang Komisaris Jenderal (Komjen).

3. Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan yang mencakup pemeliharaan dan upaya peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

4. Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan khususnya yang berkenaan dengan penanganan gangguan keamanan yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan dalam negeri. Korps ini dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal (Irjen).

5. Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan masyarakat, penegakan hukum, pengkajian


(18)

masalah lalu lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor, serta mengadakan patroli jalan raya.

6. Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan Brimob, Sabhara, Samapta, Satlantas, (Jihandak/Penjinak Bahan Peledak, bila diperlukan) serta sebuah tim intelijen jika ada demonstrasi, sidang pengadilan, pertemuan tingkat tinggi, perayaan hari besar oleh kelompok masyarakat, atau peresmian oleh kepala pemerintahan, kepala negara, ketua MPR, atau ketua DPR dengan mengirimkan surat tugas kepada Biro Operasi Polda setempat, Biro Operasi Polres setempat, dan Polsek setempat.

7. Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT), bertugas menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan, investigasi, penindakan, dan bantuan operasional dalam rangka penyelidikan dan penyidikan tindak pidana terorisme.

Unsur Pendukung terdiri dari :

1. Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol), bertugas merencanakan, mengembangkan, dan menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan dan pengembangan berdasarkan jenis pendidikan Polri meliputi pendidikan profesi, manajerial, akademis, dan vokasi. Lemdikpol membawahi:

a) Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah unsur pelaksana pendidikan dan staf khusus yang berkenaan dengan pengembangan manajemen Polri. Terdiri dari Sespinma (dahulu Selapa), Sespimmen (dahulu Sespim) dan Sespimti (dahulu Sespati).

b) Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana pendidikan pembentukan Perwira Polri.


(19)

c) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), adalah unsur pelaksana pendidikan dan staf khusus yang berkenaan dengan pendidikan tinggi dan pengembangan ilmu dan teknologi kepolisian

d) Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA)

e) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional

(Diklatsusjatrans)

f) Pusat Pendidikan (Pusdik)/Sekolah terdiri dari: 1) Pusdik Intelijen (Pusdikintel)

2) Pusdik Reserse Kriminal (Pusdikreskrim) 3) Pusdik Lalulintas (Pusdiklantas)

4) Pusdik Tugas Umum (Pusdikgasum) 5) Pusdik Brigade Mobil (Pusdikbrimob) 6) Pusdik Kepolisian Perairan (Pusdikpolair) 7) Pusdik Administrasi (Pusdikmin)

8) Sekolah Bahasa (Sebasa)

9) Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) 10)Pusdik Bina Masyarakat (PusdikBinmas)

2. Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).

3. Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri) yang dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen), termasuk didalamnya adalah Rumah Sakit Pusat Polri (Rumkit Puspol) yang juga dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).


(20)

4. Pusat Keuangan (Puskeu Polri) yang dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).

5. Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang Polri) yang akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal (Brigjen).

6. Pusat sejarah (Pusjarah Polri) yang akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal (Brigjen).

Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana utama Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda (Wakapolda).

1. Polda membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres). Ada tiga tipe Polda, yakni Tipe A-K, Tipe A dan Tipe B. Polda Tipe A-K saat ini hanya terdapat 1 Polda, yaitu Polda Metro Jaya. Polda Tipe A-K dan Tipe A dipimpin seorang perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal Polisi (Irjen), sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat Brigadir Jenderal Polisi (Brigjen). Setiap Polda menjaga keamanan sebuah Provinsi.

2. Polres, membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor. Untuk kota - kota besar, Polres dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. Polres memiliki satuan tugas kepolisian yang lengkap, layaknya Polda, dan dipimpin oleh seorang Komisaris Besar Polisi (Kombes) (untuk Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (untuk Polres) Setiap Polres menjaga keamanan sebuah Kotamadya atau Kabupaten.


(21)

3. Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (khusus untuk Polda Metro Jaya) atau Komisaris Polisi (Kompol) (untuk tipe urban), sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) (tipe rural). Di sejumlah daerah di Papua sebuah Polsek dapat dipimpin oleh Inspektur Polisi Dua (Ipda). Setiap Polsek menjaga keamanan sebuah Kecamatan.

Setiap Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) memiliki sejumlah Direktorat dalam menangani tugas melayani dan melindungi, yaitu:

1. Direktorat Reserse Kriminal a) Subdit Kriminal Umum

b) Subdit Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras) c) Subdit Remaja Anak dan Wanita

d) Unit Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) / Identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara)

2. Direktorat Reserse Kriminal Khusus a) Subdit Tindak Pidana Korupsi

b) Subdit Harta Benda Bangunan Tanah (Hardabangtah) c) Subdit Cyber Crime

3. Direktorat Reserse Narkoba a) Subdit Narkotika b) Subdit Psikotropika

4. Direktorat Intelijen dan Keamanan 5. Direktorat Lalu Lintas


(22)

b)Subdit Registrasi dan Identifikasi (Regident) c) Subdit Penegakan Hukum (Gakkum)

d)Subdit Keamanan dan Keselamatan (Kamsel) e) Subdit Patroli Pengawalan (Patwal)

f) Subdit Patroli Jalan Raya (PJR)

6. Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimmas, dulu Bina Mitra) 7. Direktorat Sabhara

8. Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit) 9. Direktorat Polisi Air (Polair)

10.Direktorat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti)

11. Biro Operasi 12.Biro SDM

13.Biro Sarana Prasarana (Sarpras, dulu Logistik) 14.Bidang Keuangan

15.Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) 16.Bidang Hukum

17.Bidang Hubungan Masyarakat 18.Bidang Kedokteran Kesehatan

Pembagian wilayah Kepolisian Republik Indonesia pada dasarnya didasarkan dan disesuaikan atas wilayah administrasi pemerintahan sipil. Komando pusat berada di Markas Besar Polri (Mabes) di Jakarta. Pada umumnya, struktur komando Polri dari pusat ke daerah adalah:

1. Pusat markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) 2. Wilayah Provinsi Kepolisian Daerah (Polda)


(23)

3. Wilayah Kabupaten dan Kota Kepolisian Resort a) Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) b) Kepolisian Resort Kota (Polresta)

c) Kepolisian Resort Kabupaten (Polres) 4. Tingkat kecamatan Kepolisian sektor

a) Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) b) Kepolisian Sektor (Polsek)

Wilayah hukum dari Kepolisian Wilayah (Polwil) adalah kawasan yang pada masa kolonial merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya hanya ada di Pulau Jawa, maka di luar Jawa tidak dikenal adanya satuan berupa Polwil kecuali untuk wilayah perkotaan seperti ibukota provinsi seperti misalnya Polwiltabes Makassar di Sulawesi Selatan. Mulai awal tahun 2010 seluruh Kepolisian Wilayah (Polwil) di Pulau Jawa sudah dihapus. Di beberapa daerah terpencil, ada pula pos-pos polisi yang merupakan perpanjangan tangan dari Kepolisian Sektor.

2.2 Logo dan Arti Logo POLRI

2.2.1 Logo

Sebuah logo akan menjadi suatu Brand Images dimana dari suatu Instansi. Sudah banyak Instansi – Instansi yang melakukan transformasi visi dan misi melalui logo. Logo juga bersifat persepsi kuat terhadap perusahaan.Logo POLRI dapat dilihat pada Gambar 2.1


(24)

Gambar 2.1 Logo POLRI

2.2.2 Arti Logo

Arti Logo POLRI

1. Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.

2. Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, di samping memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi keamanan ketertiban masyarakat yang mantap.

3. Pancoran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945 hari Proklamasi Kemerdekaan yang berarti Polri berperan langsung pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.

4. Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri


(25)

pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

5. Tiga bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup Polri.

6. Warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.

7. Warna kuning keemasan perlambang kebesaran dan keagungan hati nurani segenap personil Polri.

8. Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang

bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun, tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir jernih,bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.

2.3 Visi dan Misi POLRI

Visi

Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya sinergi polisional yang proaktif.

Misi

1. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan;

2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, responsif dan tidak diskriminatif;


(26)

3. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang;

4. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri;

5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum;

6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan; 7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh

sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas Polri;

8. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga internasional

maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan jejaring kerja (partnership building/networking).

2.4 Struktur Organisasi

Pada tempat kerja praktik terdapat stuktur organasasi yang terdiri atas beberapa bagian yaitu sebagai berikut :


(27)

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polrestabes Surabaya

KAPOLRESTABES SURABAYA Drs. IMAN SUMANTRI, M, Si

KOMBESPOL / 66070510

WAKAPOLRESTABES SURABAYA AKBP DENY SN NASUTION, S.I.K., M.H

KASITIPOL

MASDAWATI SARAGIH, S.H., M.H KOMPOL / 71120476

BAUR TEKINFO KASUBSI TEKINFO JOKO SUJARWO, ST PENATA TK 1 / 1970010620021210001

PAURSUBSI TEKINFO SUDARNO IPDA / 66090215

BAUR TEKINFO ANTON BRIPKA / 80051338

BAUR TEKINFO ERRY YUDHA P. BRIGADIR / 84061233

BAURMIN PS PAURMIN EKO HARIYANTO

AIPTU / 65020588

BAURMIN YONATHAN F. BRIGADIR / 88090347

BAURMIN JULIANINGSIH PENGDA / 19830707201412203

BAUR TEKKOM KASUBSI TEKKOM

SUGIARTO, S.H AKP / 76110318

PAURSUBSI TEKKOM IWAN DWI MULYA PENATA / 1964042419850301005

BAUR TEKKOM FATKHUL KIROM BRIPKA / 83060698 BAUR TEKKOM

M. HASAN AIPTU / 6110334

BAUR TEKKOM YAYAN S. BRIGADIR NRP / 80041307


(28)

24

3.1 Virtual Local Area Network

3.1.1 Sejarah Perkembangan VLAN (Virtual Local Area Network)

Pemanfaatan teknologi jaringan komputer sebagai media komunikasi data hingga saat ini semakin meningkat. Kebutuhan atas penggunaan bersama resources yang ada dalam jaringan baik software maupun hardware telah mengakibatkan timbulnya berbagai pengembangan teknologi jaringan itu sendiri.Seiring dengan semakin tingginya tingkat kebutuhan dan semakin banyaknya pengguna jaringan yang menginginkan suatu bentuk jaringan yang dapat memberikan hasil maksimal baik dari segi efisiensi maupun peningkatan keamanan jaringan itu sendiri.

Berlandaskan pada keinginan-keinginan tersebut, maka upaya-upaya penyempurnaan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Dengan memanfaatkan berbagai teknik khususnya teknik subnetting dan penggunaan hardware yang lebih baik (antara lain switch) maka muncullah konsep Virtual Local Area Network (VLAN) yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik dibanding Local area Network (LAN).

Jumlah IP Address Versi 4 sangat terbatas (Onno W Purbo, 1998), apalagi jika harus memberikan alamat semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan IP Address tersebut supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin host yang ada dalam satu jaringan.


(29)

Konsep subnetting dari IP Address merupakan teknik yang umum digunakan di internet untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address. Subnetting merupakan proses memecah satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit, dan untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet, digunakan subnet mask. Seperti yang telah diketahui, bahwa selain menggunakan metode classfull untuk pembagian IP address, kita juga dapat menggunakan metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas), menggunakan notasi penulisan singkat dengan prefix. Metode ini merupakan metode pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, muncul karena ada ke-khawatiran persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan, sehingga diciptakan metode lain untuk memperbanyak persediaan IP address.

Metode VLSM pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi kekerungan IP Address tersebut. Network Address yang telah diberikan oleh lembaga IANA jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah, swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memilik Network ID tidak lebih dari 5 – 7 Network ID (IP Public).

3.1.2 Pengertian VLAN

Sebuah Local Area Network (LAN) pada dasarnya diartikan sebaagai sebuah network dari kumpulan komputer yang berada pada lokasi yang sama. Sebuah LAN diartikan sebagai single broadcast domain, artinya ada sebuah broadcasting formasi dari seorang user dalam LAN, broadcast akan diterima oleh


(30)

setiap user lain dalam LAN tersebut. Broadcast yang keluar dari LAN bisa difilter dengan router. Susunan dari broadcast domain tergantung juga dari jenis koneksi fisik perangkat networknya. Virtual Local Area Network (VLAN) dikembangkan sebagai pilihan alternatif untuk mengurangi broadcast traffic.

Sebuah Virtual LAN merupakan fungsi logik dari sebuah switch. Fungsi logik ini mampu membagi jaringan LAN ke dalam beberapa jaringan virtual. Jaringan virtual ini tersambung ke dalam perangkat fisik yang sama. Implementasi VLAN dalam jaringan memudahkan seorang administrator dalam membagi secara logik group-group workstation secara fungsional dan tidak dibatasi oleh lokasi. (Muammar, 2002) Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen yang bergantung pada organisasi atau departemen,tanpa bergantung pada lokasi workstation seperti pada gambar 3.1:


(31)

Berikut ini diberikan beberapa terminologi di dalam VLAN. a. VLAN Data

VLAN Data adalah VLAN yang dikonfigurasi hanya untuk membawa data-data yang digunakan oleh user. Dipisahkan dengan lalu lintas data-data suara atau pun manajemen switch. Seringkali disebut dengan VLAN pengguna (User VLAN).

b. VLAN Default

Semua port switch pada awalnya menjadi anggota VLAN default. VLAN Default untuk switch cisco adalah VLAN 1. VLAN 1 tidak dapat diberi nama dan tidak dapat dihapus.

c. Native VLAN

Native VLAN dikeluarkan untuk port trunking 802.1Q. port trunking 802.1Q mendukung lalu lintas jaringan yang datang dari banyak VLAN (tagged traffic) sama baiknya dengan yang datang dari sebuah VLAN (untagged traffic). Port trunking 802.1Q menempatkan untagged traffic pada Native VLAN.

d. VLAN Manajemen

VLAN Manajemen adalah VLAN yang dikonfigurasi untuk memanajemen switch. VLAN 1 akan bekerja sebagai Managemen VLAN jika kita tidak mendefinisikan VLAN khusus sebagai VLAN Manajemen. Kita dapat memberi IP address dan subnet mask pada VLAN Manajemen, sehingga switch dapat dikelola melalui HTTP, Telnet, SSH, atau SNMP.


(32)

e. VLAN Voice

VLAN yang dapat mendukung Voice over IP (VoIP). VLAN yang dikhususkan untuk komunikasi data suara. VLAN diklasifikasikan berdasarkan metode (tipe) yang digunakan untuk mengklasifikasikannya, baik menggunakan port, MAC address dan sebagainya. Semua informasi yang mengandung penandaan/pengalamatan suatu VLAN(tagging) di simpan dalam suatu database (tabel), jika penandaannya berdasarkan port yang digunakan maka database harus mengindikasikan port-port yang digunakan oleh VLAN.

Untuk mengaturnya maka biasanya digunakan switch atau bridge yang manageable atau yang bisa diatur. Switch atau bridge inilah yang bertanggung jawab menyimpan semua informasi dan konfigurasi suatu VLAN dan dipastikan semua switch atau bridge memiliki informasi yang sama. Switch akan menentukan kemana data-data akan diteruskan dan sebagainya atau dapat pula digunakan suatu software pengalamatan (bridging software) yang berfungsi mencatat/menandai suatu VLAN beserta workstation yang didalamnya, untuk menghubungkan antar VLAN dibutuhkan router.

3.1.3 Tipe-tipe VLAN

Keanggotaan dalam suatu VLAN dapat di klasifikasikan berdasarkan port yang di gunakan , MAC address, tipe protokol.

1. Berdasarkan Port

Keanggotaan pada suatu VLAN dapat di dasarkan pada port yang di gunakan oleh VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch dengan 4 port, port 1,2, dan 4 merupakan VLAN 1 sedang port 3 dimiliki oleh VLAN 2, Port 1 2


(33)

3 4 . VLAN 2 2 1 2 Kelemahannya adalah user tidak bisa untuk berpindah pindah, apabila harus berpindah maka Network Administrator harus mengkonfigurasikan ulang.

2. Berdasarkan MAC Address

Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari setiap workstation/komputer yang dimiliki oleh user. Switch mendeteksi/mencatat semua MAC address yang dimiliki oleh setiap Virtual LAN. MAC address merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC (Network Interface Card) di setiap workstation. Kelebihannya apabila user berpindah pindah maka dia akan tetap terkonfigurasi sebagai anggota dari VLAN tersebut. Sedangkan kekurangannya bahwa setiap mesin harus di konfigurasikan secara manual, dan untuk jaringan yang memiliki ratusan workstation maka tipe ini kurang efissien untuk dilakukan.

MAC address 132516617738 272389579355 536666337777 24444125556

VLAN 1 2 2 1

3. Berdasarkan tipe protokol yang digunakan

Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protocol yang digunakan, Protokol IP IPX

VLAN 1 2

4. Berdasarkan Alamat Subnet IP

Subnet IP address pada suatu jaringan juga dapat digunakan untuk mengklasifikasi suatu VLAN.

IP subnet 22.3.24 46.20.45 VLAN 1 2


(34)

Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan dan juga tidak mempermasalahkan funggsi router. IP address digunakan untuk memetakan keanggotaan VLAN.Keuntungannya seorang user tidak perlu mengkonfigurasikan ulang alamatnya di jaringan apabila berpindah tempat,hanya saja karena bekerja di layer yang lebih tinggi maka akan sedikit lebih lambat untuk meneruskan paket di banding menggunakan MAC addresses.

5. Berdasarkan aplikasi atau kombinasi lain

Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan aplikasi yang dijalankan, atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk diterapkan pada suatu jaringan. Misalkan: aplikasi FTP (file transfer protocol) hanya bias digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet hanya bisa digunakan pada VLAN 2.

3.1.4 Perbedaan Mendasar Antara LAN dan VLAN

Perbedaan yang sangat jelas dari model jaringan Local Area Network dengan Virtual Local Area Network adalah bahwa bentuk jaringan dengan model Local Area Network sangat bergantung pada letak atau fisik dari workstation, serta penggunaan hub dan repeater sebagai perangkat jaringan yang memiliki beberapa kelemahan. Sedangkan yang menjadi salah satu kelebihan dari model jaringan dengan VLAN adalah bahwa tiap-tiap workstation atau user yang tergabung dalam satu VLAN atau bagian (organisasi, kelompok, dan sebagainya) dapat tetap saling berhubungan walaupun terpisah secara fisik.

Adapun beberapa perbandingan dalam jaringan LAN dengan VLAN, diantaranya sebagai berikut:


(35)

A. Perbandingan Tingkat Keamanan

Penggunaan LAN telah memungkinkan semua komputer yang terhubung dalam jaringan dapat bertukar data atau dengan kata lain berhubungan. Kerjasama ini semakin berkembang dari hanya pertukaran data hingga penggunaan peralatan secara bersama (resource sharing atau disebut juga hardware sharing). 10 LAN memungkinkan data tersebar secara broadcast keseluruh jaringan, hal ini akan mengakibatkan mudahnya penggunayang tidak dikenal (unauthorized user) untuk dapat mengakses semua bagian dari broadcast. Semakin besar broadcast, maka semakin besar akses yang didapat, kecuali hub yang dipakai diberi fungsi kontrol keamanan.

VLAN yang merupakan hasil konfigurasi switch menyebabkan setiap port switch diterapkan menjadi milik suatu VLAN. Oleh karena berada dalam satu segmen, port-port yang bernaung dibawah suatu VLAN dapat saling berkomunikasi langsung (Muammar, 2002). Sedangkan port-port yang berada di luar VLAN tersebut atau berada dalam naungan VLAN lain, tidak dapat saling berkomunikasi langsung karena VLAN tidak meneruskan broadcast.

VLAN yang memiliki kemampuan untuk memberikan keuntungan tambahan dalam hal keamanan, jaringan tidak menyediakan penggunaan media/data dalam suatu jaringan secara keseluruhan. Switch pada jaringan menciptakan batas-batas yang hanya dapat digunakan oleh komputer yang termasuk dalam VLAN tersebut. Hal ini mengakibatkan administrator dapat dengan mudah mensegmentasi pengguna, terutama dalam hal penggunaan media/data yang bersifat rahasia (sensitive information) kepada seluruh pengguna jaringan yang tergabung secara fisik.


(36)

Keamanan yang diberikan oleh VLAN meskipun lebih baik dari LAN,belum menjamin keamanan jaringan secara keseluruhan dan juga belum dapat dianggap cukup untuk menanggulangi seluruh masalah keamanan. VLAN masih sangat memerlukan berbagai tambahan untuk meningkatkan keamanan jaringan itu sendiri seperti firewall, pembatasan pengguna secara akses perindividu,intrusion detection, pengendalian jumlah dan besarnya broadcast domain, enkripsi jaringan, dan sebagainya.

Dukungan Tingkat keamanan yang lebih baik dari LAN inilah yang dapat dijadikan suatu nilai tambah dari penggunaan VLAN sebagai sistem jaringan.Salah satu kelebihan yang diberikan oleh penggunaan VLAN adalah kontrol administrasi secara terpusat, artinya aplikasi dari manajemen VLAN dapat dikonfigurasikan, diatur dan diawasi secara terpusat, pengendalian broadcast jaringan, rencana perpindahan, penambahan, perubahan dan pengaturan akses khusus ke dalam jaringan serta mendapatkan media atau data yang memiliki fungsi penting dalam perencanaan dan administrasi di dalam grup tersebut semuanya dapat dilakukan secara terpusat. Dengan adanya pengontrolan manajemen secara terpusat maka administrator jaringan juga dapat mengelompokkan grup-grup VLAN secara spesifik berdasarkan penggunadan port dari switch yang digunakan,mengatur tingkat keamanan, mengambil dan menyebar data melewati jalur yang ada, mengkonfigurasi komunikasi yang melewati switch, dan memonitor lalu lintas data serta penggunaan bandwidth dari VLAN saat melalui tempat-tempat yang rawan di dalam jaringan.


(37)

B. Perbandingan Tingkat Efisiensi

Untuk dapat mengetahui perbandingan tingkat efisiensinya maka perlu di ketahui kelebihan yang diberikan oleh VLAN itu sendiri diantaranya:

a. Meningkatkan Performa Jaringan

LAN yang menggunakan hub dan repeater untuk menghubungkan peralatan komputer satu dengan lain yang bekerja dilapisan physical memiliki kelemahan, peralatan ini hanya meneruskan sinyal tanpa memiliki pengetahuan mengenai alamat-alamat yang dituju. Peralatan ini juga hanya memiliki satu domain collision sehingga bila salah satu port sibuk maka port-port yang lain harus menunggu. Walaupun peralatan dihubungkan ke port-port-port-port yang berlainan dari hub. Protokol ethernet atau IEEE 802.3 (biasa digunakan pada LAN) menggunakan mekanisme yang disebut Carrier Sense Multiple Accsess Collision Detection (CSMA/CD) yaitu suatu cara dimana peralatan memeriksa jaringan terlebih dahulu apakah ada pengiriman data oleh pihak lain. Jika tidak ada pengiriman data oleh pihak lain yang dideteksi, baru pengiriman data dilakukan. Bila terdapat dua data yang dikirimkan dalam waktu bersamaan, maka terjadilah tabrakan (collision) data pada jaringan. Oleh sebab itu jaringan ethernet dipakai hanya untuk transmisi half duplex, yaitu pada suatu saat hanya dapat mengirim atau menerima saja. Berbeda dari hub yang digunakan pada jaringan ethernet (LAN), switch yang bekerja pada lapisan datalink memiliki keunggulan dimana setiap port didalam switch memiliki domain collision sendiri-sendiri. Oleh sebab itu sebab itu switch sering disebut juga multiport bridge. Switch mempunyai table penterjemah pusat yang memiliki daftar penterjemah untuk semua port. Switch


(38)

menciptakan jalur yang aman dari port pengirim dan port penerima sehingga jika dua host sedang berkomunikasi lewat jalur tersebut, mereka tidak mengganggu segmen lainnya. Jadi jika satu port sibuk, port-port lainnya tetap dapat berfungsi. Switch memungkinkan transmisi full-duplex untuk hubungan ke port dimana pengiriman dan penerimaan dapat dilakukan bersamaan dengan penggunakan jalur tersebut diatas. Persyaratan untuk dapat mengadakan hubungan fullduplex adalah hanya satu komputer atau server saja yang dapat dihubungkan ke satu port dari switch. Komputer tersebut harus memiliki network card yang mampu mengadakan hubungan full-duflex, serta collision detection dan loopback harus disable. Switch pula yang memungkinkan terjadinya segmentasi pada jaringan atau dengan kata lain switch-lah yang membentuk VLAN. Dengan adanya segmentasi yang membatasi jalur broadcast akan mengakibatkan suatu VLAN tidak dapat menerima dan mengirimkan jalur broadcast ke VLAN lainnya. Hal ini secara nyata akan mengurangi penggunaan jalur broadcast secara keseluruhan, mengurangi penggunaan bandwidth bagi pengguna, mengurangi kemungkinan terjadinya broadcast storms (badai siaran) yang dapat menyebabkan kemacetan total di jaringan komputer. Administrator jaringan dapat dengan mudah mengontrol ukuran dari jalur broadcast dengan cara mengurangi besarnya broadcast secara keseluruhan,membatasi jumlah port switch yang digunakan dalam satu VLAN serta jumlah pengguna yang tergabung dalam suatu VLAN.

b. Terlepas dari Topologi Secara Fisik Jika jumlah server dan workstation berjumlah banyak dan berada di lantai dan gedung yang berlainan, serta


(39)

dengan para personel yang juga tersebar di berbagai tempat, maka akan lebih sulit bagi administrator jaringan yang menggunakan sistem LAN untuk mengaturnya, dikarenakan akan banyak sekali diperlukan peralatan untuk menghubungkannya. Belum lagi apabila terjadi perubahan stuktur organisasi yang artinya akan terjadi banyak perubahan letak personil akibat hal tersebut. Permasalahan juga timbul dengan jaringan yang penggunanya tersebar di berbagai tempat artinya tidak terletak dalam satu lokasi tertentu secara fisik. LAN yang dapat didefinisikan sebagai network atau jaringan sejumlah system komputer yang lokasinya terbatas secara fisik, misalnya dalam satu gedung,satu komplek, dan bahkan ada yang menentukan LAN berdasarkan jaraknya sangat sulit untuk dapat mengatasi masalah ini. Sedangkan VLAN yang memberikan kebebasan terhadap batasan lokasi secara fisik dengan mengijinkan workgroup yang terpisah lokasinya atau berlainan gedung, atau tersebar untuk dapat terhubung secara logik ke jaringan meskipun hanya satu pengguna. Jika infrastuktur secara fisik telah terinstalasi, maka hal ini tidak menjadi masalah untuk menambah port bagi VLAN yang baru jika organisasi atau departemen diperluas dan tiap bagian dipindah. Hal ini memberikan kemudahan dalam hal pemindahan personel, dan tidak terlalu sulit untuk memindahkan peralatan yang ada serta konfigurasinya dari satu tempat ke tempat lain. Untuk para pengguna yang terletak berlainan lokasi maka administrator jaringan hanya perlu menkofigurasikannya saja dalam satu port yang tergabung dalam satu VLAN yang dialokasikan untuk bagiannya sehingga pengguna tersebut dapat bekerja dalam bidangnya tanpa memikirkan apakah ia harus dalam ruangan yang sama dengan rekan-rekannya. Hal ini


(40)

juga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu jaringan baru apabila terjadi restrukturisasi pada suatu perusahaan, karena pada LAN semakin banyak terjadi perpindahan makin banyak pula kebutuhan akan pengkabelan ulang, hampir keseluruhan perpindahan dan perubahan membutuhkan konfigurasi ulang hub dan router. VLAN memberikan mekanisme secara efektif untuk mengontrol perubahan ini serta mengurangi banyak biaya untuk kebutuhan akan mengkonfigurasi ulang hub dan router. Pengguna VLAN dapat tetap berbagi dalam satu network address yang sama apabila ia tetap terhubung dalam satu swith port yang sama meskipun tidak dalam satu lokasi. Permasalahan dalam hal perubahan lokasi dapat diselesaikan dengan membuat komputer pengguna tergabung kedalam port pada VLAN tersebut dan mengkonfigurasikan switch pada VLAN tersebut. c. Mengembangkan Manajemen Jaringan VLAN memberikan kemudahan,

fleksibilitas, serta sedikitnya biaya yang dikeluarkan untuk membangunnya. VLAN membuat jaringan yang besar lebih mudah untuk diatur manajemennya karena VLAN mampu untuk melakukan konfigurasi secara terpusat terhadap peralatan yang ada pada lokasi yang terpisah. Dengan kemampuan VLAN untuk melakukan konfigurasi secara terpusat, maka sangat menguntungkan bagi pengembangan manajemen jaringan. Dengan keunggulan yang diberikan oleh VLAN maka ada baiknya bagi setiap pengguna LAN untuk mulai beralih ke VLAN. VLAN yang merupakan pengembangan dari teknologi LAN ini tidak terlalu banyak melakukan perubahan, tetapi telah dapat memberikan berbagai tambahan pelayanan pada teknologi jaringan.


(41)

VLSM adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah alamat terbuang. Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan bagi suatu admin. Kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih lanjut membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh karena lebar dari subnet akan diperkecil, maka disebut dengan variable length subnet mask. Jaringan yang berkaitan dengan router serial interface hanya mempunyai dua alamat, oleh karena itu jika kita memberi suatu subnet mungkin paling kecil adalah (/30).

Untuk itu perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask saja. Perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok, pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si pemilik Network Address yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet seperti telihat pada Gambar 3.2. Namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP Address berkelas.


(42)

Gambar 3.2 Penggunaan IP Address

Subnet adalah salah satu cara untuk memecah jaringan komputer menjadi jaringan-jaringan yang lebih kecil dibawahnya. Tujuan pemecahan ini adalah untuk menghindari Collision dibuat dengan mengorbankan satu tadinya diperuntukkan buat indentifikasi host maka dijadikan menjadi bit jaringan. Permasalahan yang muncul dengan adanya subnet ini adalah munculnya subneting yang diambil dari kelipatan bit host tadi, akibatnya pengenal jaringan yang secara default dinyatakan dengan bit-bit nol dengan adanya subnet maka pengenal jaringan tidak lagi bit-bit nol melainkan bit-bit kelipatan subnet yang dimasking. IP dengan bit-bit nol dan bit-bit satu misalnya 192.168.0.0 atau 255.255.255.255 tidak dapat dipakai, bit-bit ini subnetmask zeros dan subnetmask ones. Kondisi ini akan berbeda dengan ditemukannya sistem VLSM (Variabel Length Subnet Mask), membantu dan dapat membuat subnet ones dan zeros di


(43)

kenali jaringan seperti terlihat pada Gambar 3.3.


(44)

40

Bab ini membahas tentang proses instalasi dan konfigurasi jaringan yang telah dibuat.

4.1 INSTALASI DAN PENGGUNAAN PACKET TRACER 6.2

1. Buka Installer Packet Tracer 6.2 kemudian akan muncul gambar seperti dibawah ini.

Gambar 4.1 Tampilan Setup Cisco Packet Tracer 6.2

2. Setelah itu tekan tombol Next, kemudian akan muncul gambar seperti dibawah ini.


(45)

Gambar 4.2 Tampilan License Agreement

3. Untuk Proses selanjutnya pilih “I accept the agreement” setelah itu pilih tombol Next, Kemudian akan muncul gambar seperti dibawah ini.

Gambar 4.3 Tampilan pemilihan lokasi program

4. Setelah memilih lokasi program setelah itu pilih tombol Next, dan sampai muncul gambar seperti dibawah ini.


(46)

Gambar 4.4 Tampilan persiapan instalasi program

5. Setelah itu pilih tombol Install setelah itu proses instalasi program akan berjalan.


(47)

6. Setelah itu proses instalasi selesai.

Gambar 4.6 Tampilan proses instalasi selesai

4.2 KONFIGURASI PEMBUATAN TOPOLOGI PADA PACKET TRACER

Topologi yang digunakan sesuai topologi yang di terapkan pada jaringan Polrestabes Surabaya.


(48)

Pada komputer sitipol yang berjumlah 8 unit akan di jadikan sebagai VLAN 10, pada komputer sumda yang berjumlah 8 unit akan dijadikan VLAN 20, pada komputer bag.ops dan komputer spkt akan dijadikan sebagai VLAN 30, pada komputer ka akan dijadikan VLAN 40, dan pada komputer vicon akan dijadikan VLAN 50.

4.3 PERANCANGAN ADDRESSING TABLE DAN PORT ASSIGMENT

Tabel 4.1 Perancangan IP pada setiap switch dan PC client pada jaringan.

No Device Interface IP address Subnet mask

1 SW SITIPOL 1 VLAN 55 192.168.99.1 255.255.255.0

2 SW SITIPOL 2 VLAN 55 192.168.99.2 255.255.255.0

3 SW R.YASIN VLAN 55 192.168.99.3 255.255.255.0

4 SW SAMPING

POLRESTABES

VLAN 55 192.168.99.4 255.255.255.0

5 SW R.LORONG KASIUM VLAN 55 192.168.99.5 255.255.255.0

6 SW R.SUMDA VLAN 55 192.168.99.6 255.255.255.0

7 SW R.BELAKANG BANSAT VLAN 55 192.168.99.7 255.255.255.0

8 SW R.SPKT VLAN 55 192.168.99.8 255.255.255.0

9 SW URBIN OPS VLAN 55 192.168.99.9 255.255.255.0

1 PC SITIPOL 1 - 8 NIC 192.168.1.49 - 192.168.1.54 255.255.255.0

2 PC SUMDA 1 – 8 NIC 192.168.20.1 -

92.168.10.10

255.255.255.0

3 PC BAG OPS 1 – 8 NIC 192.168.30.1 -

92.168.30.10

255.255.255.0

4 PC SPKT 1 – 4 NIC 192.168.30.11 –

92.168.30.20

255.255.255.0

5 PC VICON NIC 192.168.50.1 255.255.255.0


(49)

Tabel 4.2Perencanaan Port Assigment yang akan di terapkan pada jaringan.

No Device Ports Vtp

Mode

Vlan Nama Network

1 SW SITIPOL 1 Fa0/1-

Fa3/1

Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

2 SW SITIPOL 2 Fa0/1 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

Fa0/2 Access Vlan 10 Sitipol 192.168.10.0/24

3 SW R.YASIN Fa0/1-3 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

Fa0/4 Access Vlan 50 Vicon 192.168.50.0/24

4 SW R.SAMPING

POLRESTABES

Fa0/1-2 Trunk Vlan 55 cisco 192.168.55.0/24

Fa0/3 Access Vlan 40 Ka 192.168.40.0/24

5 SW R.LORONG

KASIUM

Fa0/1-2 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

6 SW BELAKANG

BANSAT

Fa0/1-3 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

7 SW R.SPKT Fa0/1 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0/24

Fa0/2 Access Vlan 30 SPKT 192.168.55.0/24

8 SW R.URBIN

OPS

Fa0/1 Trunk Vlan 55 Cisco 192.168.55.0 /24 Fa0/2 Access Vlan 30 SPKT 192.168.30.0/24

9 SW R.SUMDA Fa0/1 Trunk Vlan 99 Cisco 192.168.55.0/24

Fa0/2 Access Vlan 20 Sumda 192.168.20.0/24

4.4 KONFIGURASI VLAN

Konfigurasi VLAN cukup di lakukan di switch server (SITIPOL 1),karena jika kita mengkonfigurasi di switch server maka secara otomatis terdistribusi ke switch client yang mempunyai domain yang sama, inilah kelebihan dari VTP kita tidak perlu mengkonfigurasi VLAN pada setiap Switch yang ada , cukup di switch server.

Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SITIPOL_1 :

SITIPOL_1>en SITIPOL_1#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SITIPOL_1(config)#vlan 99

SITIPOL_1(config-vlan)#name cisco SITIPOL_1(config-vlan)#exit

SITIPOL_1(config)#vlan 10


(50)

SITIPOL_1(config-vlan)#exit SITIPOL_1(config)#vlan 20 SITIPOL_1(config-vlan)#name sumda SITIPOL_1(config-vlan)#exit SITIPOL_1(config)#vlan 30 SITIPOL_1(config-vlan)#name SPKT SITIPOL_1(config-vlan)#exit SITIPOL_1(config)#vlan 40 SITIPOL_1(config-vlan)#name KA SITIPOL_1(config-vlan)#exit SITIPOL_1(config)#vlvvlan 50 SITIPOL_1(config-vlan)#name Vicon SITIPOL_1(config-vlan)#exit

Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SPKT :

SPKT>en SPKT#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SPKT(config)#vlan 99 SPKT(config-vlan)#name cisco SPKT(config-vlan)#exit SPKT(config)#vlan 10 SPKT(config-vlan)#name sitipol SPKT(config-vlan)#exit SPKT(config)#vlan 20 SPKT(config-vlan)#name sumda SPKT(config-vlan)#exit SPKT(config)#vlan 30 SPKT(config-vlan)#name SPKT SPKT(config-vlan)#exit SPKT(config)#vlan 40 SPKT(config-vlan)#name KA SPKT(config-vlan)#exit SPKT(config)#vlvvlan 50 SPKT(config-vlan)#name Vicon SPKT(config-vlan)#exit


(51)

Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SUMDA : SUMDA>en

SPKT#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SUMDA(config)#vlan 99 SUMDA(config-vlan)#name cisco SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlan 10 SUMDA(config-vlan)#name sitipol SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlan 20 SUMDA(config-vlan)#name sumda SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlan 30 SUMDA(config-vlan)#name SPKT SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlan 40 SUMDA(config-vlan)#name KA SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlvvlan 50 SUMDA(config-vlan)#name Vicon SUMDA(config-vlan)#exit

Berikut List konfigurasi VLAN di Switch SUMDA : SUMDA>en

SPKT#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. SUMDA(config)#vlan 99 SUMDA(config-vlan)#name cisco SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlan 10 SUMDA(config-vlan)#name sitipol SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlan 20 SUMDA(config-vlan)#name sumda SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlan 30 SUMDA(config-vlan)#name SPKT


(52)

SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlan 40 SUMDA(config-vlan)#name KA SUMDA(config-vlan)#exit SUMDA(config)#vlvvlan 50 SUMDA(config-vlan)#name Vicon SUMDA(config-vlan)#exit

Cek apakah VLAN yang sudah dibuat sudah masuk database dari masing masing tiap switch. Cara mengecek dengan memasukan perintah ‘show vlan brief’.

Gambar 4.8 VLAN yang telah di buat di Switch SITIPOL


(53)

Gambar 4.10 VLAN yang telah terdistribusi ke Switch SUMDA

4.5 KONFIGURASI ALAMAT INTERFACE SWITCH

Digunakan untuk memberi ip pada pada switch yang akan digunakan pada VLAN 99 (Native VLAN) supaya setiap switch dapat memiliki ip.

SITIPOL_1(config)#interface vlan 55

SITIPOL_1(config-if)#ip address 192.168.55.1 255.255.255.0 SITIPOL_1(config-if)#no sh

SITIPOL2(config)#Interface vlan 55

SITIPOL2(config-if)#ip address 192.168.55.2 255.255.255.0 SITIPOL2(config-if)#no sh

R.YASIN(config)#interface vlan 55

R.YASIN(config-if)#ip address 192.168.55.3 255.255.255.0 R.YASIN(config-if)#no sh

R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface vlan 55

R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#ip address 192.168.55.4 255.255.255.0

R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#no sh


(54)

R.LORONG.KASIUM(config-if)#ip address 192.168.55.5 255.255.255.0

R.LORONG.KASIUM(config-if)#no sh

R.sumda(config)#interface vlan 55

R.sumda(config-if)#ip address 192.168.55.6 255.255.255.0 R.sumda(config-if)#no sh

R.BELAKANG_BANSAT(config)#interface vlan 55

R.BELAKANG_BANSAT(config-if)#ip address 192.168.55.7 255.255.255.0

R.BELAKANG_BANSAT(config-if)#no sh

R.SPKT(config)#interface vlan 55

R.SPKT(config-if)#ip address 192.168.55.8 255.255.255.0 R.SPKT(config-if)#no sh

R.URBIN_OPS(config)#interface vlan 55

R.URBIN_OPS(config-if)#ip address 192.168.55.9 255.255.255.0 R.URBIN_OPS(config-if)#no sh

4.6 KONFIGURASI SWITCH PORT DI VLAN

Bertujuan untuk mengenalkan port pada switch dengan VLAN yang digunakan pada tiap subnetwork.

SITIPOL2(config)#interface fastEthernet 0/2 SITIPOL2(config-if)#switchport access vlan 10

R.YASIN(config)#interface fastEthernet 0/4 R.YASIN(config-if)#switchport access vlan 50

R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface fastEthernet 0/3 R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#switchport access vlan 40

R.SPKT(config)#interface fastEthernet 0/2 R.SPKT(config-if)#switchport access vlan 30


(55)

R.URBIN_OPS(config)#interface fastEthernet 0/2 R.URBIN_OPS(config-if)#switchport access vlan 30

R.sumda(config)#interface fastEthernet 0/2 R.sumda(config-if)#switchport access vlan 20

4.7 HASIL KONFIGURASI VLAN

Setelah melakukan berbagai konfigurasi pada switch dan router, untuk menguji keberhasilan dari konfigurasi yang telah dilakukan sebelumnya maka perlu mengetikkan perintah ping pada command prompt(cmd) di setiap VLAN. Seperti pada Gambar 4.11 sampai pada Gambar 4.16.

Gambar 4.11 ping vlan 10 ke vlan 20

Karena memang berbeda VLAN, jika Request time out memang konfigurasi kita benar karena yang diharapkan client hanya bisa saling terhubung pada VLAN yang sama denganya saja seperti pada Gambar 4.16 jika berbeda VLAN maka tidak saling terhubung seperti pada Gambar 4.11 sampai dengan Gambar 4.15. .


(56)

Gambar 4.13ping vlan 10 ke vlan 40

Gambar 4.14ping vlan 10 ke vlan 60

Gambar 4.15 ping vlan 10 ke vlan 50


(57)

53

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari penerapan VLAN pada jaringan Polrestabes Surabaya dengan simulasi packet tracer.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh selama penerapan VLAN dengan metode VLSM pada jaringan Polrestabes Surabaya dengan simulasi packet tracer adalah :

1. Jadi dengan menggunakan konsep jaringan VLAN, jaringan dapat dibagi-bagiberdasarkan grup.

2. Jaringan bisa lebih aman dan bisa dikelola dengan mudah oleh seorang administrator jaringan.

3. Mempermudah bagi pekerjaan seorang administrator jaringan dalam melakukan pengecekan dan monitoring clientnya.

4. Sebuah Virtual LAN merupakan fungsi logik dari sebuah switch. Fungsi logik ini mampu membagi jaringan LAN ke dalam beberapa jaringan virtual. Jaringan virtual ini tersambung ke dalam perangkat fisik yang sama.

5. VLSM adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah alamat terbuang. Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan bagi suatu Admin, kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih lanjut membagi lebih lanjut membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh karena lebar dari subnet akan diperkecil, maka disebut dengan variable subnet length mask


(58)

5.2 Saran

Sebaiknya untuk sistem jaringan yang ada pada perkantoran, gedung perkuliahan, dan sekolah hendaknya menerapkan jaringan VLAN. Hal ini untuk memudahkan dalam monitoring terhadap client.


(59)

55

Muamar, A. W. (2002). Virtual Local Area Network sebagai alternatif model jaringan guna peningkatan keamanan dan efisiensi dalam sebuah local area network. Bogor.

Purbo, Ono, W., Basmalah, Adnan, Fahmi, & Thamrin, A. H. (1998). Buku Pintar Internet TCP/IP. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sudibyono, I. A. (1992). Instalasi dan Aplikasi Netware Novell. Andi Offser.

Teknik dan Jaringan Komputer VLAN. (n.d.). Retrieved from Fery.junaedi@jetcoms.net - VLAN.pdf

Tutang, & Kodarsyah. (2001). Belajar Jaringan Sendiri. Jakarta: Medikom Mandiri.

VLAN dan VLSM. (n.d.). Retrieved from www.ilmukomputer.com


(1)

50

R.LORONG.KASIUM(config-if)#ip address 192.168.55.5 255.255.255.0

R.LORONG.KASIUM(config-if)#no sh

R.sumda(config)#interface vlan 55

R.sumda(config-if)#ip address 192.168.55.6 255.255.255.0 R.sumda(config-if)#no sh

R.BELAKANG_BANSAT(config)#interface vlan 55

R.BELAKANG_BANSAT(config-if)#ip address 192.168.55.7 255.255.255.0

R.BELAKANG_BANSAT(config-if)#no sh

R.SPKT(config)#interface vlan 55

R.SPKT(config-if)#ip address 192.168.55.8 255.255.255.0 R.SPKT(config-if)#no sh

R.URBIN_OPS(config)#interface vlan 55

R.URBIN_OPS(config-if)#ip address 192.168.55.9 255.255.255.0 R.URBIN_OPS(config-if)#no sh

4.6 KONFIGURASI SWITCH PORT DI VLAN

Bertujuan untuk mengenalkan port pada switch dengan VLAN yang digunakan pada tiap subnetwork.

SITIPOL2(config)#interface fastEthernet 0/2 SITIPOL2(config-if)#switchport access vlan 10

R.YASIN(config)#interface fastEthernet 0/4 R.YASIN(config-if)#switchport access vlan 50

R.SAMPING_POLRESTABES(config)#interface fastEthernet 0/3 R.SAMPING_POLRESTABES(config-if)#switchport access vlan 40

R.SPKT(config)#interface fastEthernet 0/2 R.SPKT(config-if)#switchport access vlan 30


(2)

R.URBIN_OPS(config)#interface fastEthernet 0/2 R.URBIN_OPS(config-if)#switchport access vlan 30

R.sumda(config)#interface fastEthernet 0/2 R.sumda(config-if)#switchport access vlan 20

4.7 HASIL KONFIGURASI VLAN

Setelah melakukan berbagai konfigurasi pada switch dan router, untuk menguji keberhasilan dari konfigurasi yang telah dilakukan sebelumnya maka perlu mengetikkan perintah ping pada command prompt(cmd) di setiap VLAN. Seperti pada Gambar 4.11 sampai pada Gambar 4.16.

Gambar 4.11 ping vlan 10 ke vlan 20

Karena memang berbeda VLAN, jika Request time out memang konfigurasi kita benar karena yang diharapkan client hanya bisa saling terhubung pada VLAN yang sama denganya saja seperti pada Gambar 4.16 jika berbeda VLAN maka tidak saling terhubung seperti pada Gambar 4.11 sampai dengan Gambar 4.15. .


(3)

52

Gambar 4.13 ping vlan 10 ke vlan 40

Gambar 4.14 ping vlan 10 ke vlan 60

Gambar 4.15 ping vlan 10 ke vlan 50


(4)

53 BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari penerapan VLAN pada jaringan Polrestabes Surabaya dengan simulasi packet tracer.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh selama penerapan VLAN dengan metode VLSM pada jaringan Polrestabes Surabaya dengan simulasi packet tracer adalah : 1. Jadi dengan menggunakan konsep jaringan VLAN, jaringan dapat

dibagi-bagiberdasarkan grup.

2. Jaringan bisa lebih aman dan bisa dikelola dengan mudah oleh seorang administrator jaringan.

3. Mempermudah bagi pekerjaan seorang administrator jaringan dalam melakukan pengecekan dan monitoring clientnya.

4. Sebuah Virtual LAN merupakan fungsi logik dari sebuah switch. Fungsi logik ini mampu membagi jaringan LAN ke dalam beberapa jaringan virtual. Jaringan virtual ini tersambung ke dalam perangkat fisik yang sama.

5. VLSM adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah alamat terbuang. Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan bagi suatu Admin, kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih lanjut membagi lebih lanjut membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh karena lebar dari subnet akan diperkecil, maka disebut dengan variable subnet length mask


(5)

54

5.2 Saran

Sebaiknya untuk sistem jaringan yang ada pada perkantoran, gedung perkuliahan, dan sekolah hendaknya menerapkan jaringan VLAN. Hal ini untuk memudahkan dalam monitoring terhadap client.


(6)

55

Muamar, A. W. (2002). Virtual Local Area Network sebagai alternatif model jaringan guna peningkatan keamanan dan efisiensi dalam sebuah local area network. Bogor.

Purbo, Ono, W., Basmalah, Adnan, Fahmi, & Thamrin, A. H. (1998). Buku Pintar Internet TCP/IP. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sudibyono, I. A. (1992). Instalasi dan Aplikasi Netware Novell. Andi Offser.

Teknik dan Jaringan Komputer VLAN. (n.d.). Retrieved from

Fery.junaedi@jetcoms.net - VLAN.pdf

Tutang, & Kodarsyah. (2001). Belajar Jaringan Sendiri. Jakarta: Medikom Mandiri.

VLAN dan VLSM. (n.d.). Retrieved from www.ilmukomputer.com