Kajian Hidromorfologi Danau Kelapa Gading di Kisaran Naga Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara

36

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

37

Lampiran 1. Alat Penelitian

1. GPS

2. Meteran berpemberat

3. Secchi disk

4. Alat tulis

5. Bola duga

6. Perahu


Universitas Sumatera Utara

38

Lampiran 2. Kegiatan Penelitian

1. Pengambilan titik koordinat keliling
Danau.

2. Pengukuran kedalaman (1).

3. Pengukuran kedalaman (2)

4. Pengukuran Debit

5. Pengukuran kecerahan

6. Pengambilan sampel air


Universitas Sumatera Utara

33

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S dan L.Subehi. 2012. Pengukuran dan Evaluasi Kualitas Air Dalam
Rangka Mendukung Pengelolaan Perikanan di Danau Limboto. Pusat
Penelitian Limnologi LIPI, Cibinong.
Amalia, F. J. 2010. Pendugaan Status Kesuburan Perairan DanauLido, Bogor,
Jawa Barat, Melalui BeberapaPendekatan. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Badjoeri, M dan Y. Mardiati. 2012. Laju Dekomposisi Padatan Tersuspensi di
Perairan Danau Toba, Studi Kasus: di Karamba Jaring Apung. Pusat
Penelitian Limnologi LIPI, Cibinong.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
USU Press, Medan.
Bohn, V. Y., G. M. E. Perillo and M. C. Picollo. 2011. Distribution and
Morphometry of Shallow Lakes in a Temprate Zone (Buenos Aires
Province, Argentine). Asociacio’n Ibe’rica de Limnolog’ai. Spain.

Limnetica. Vol 30 (1): 89 − 102.
Chandra, S., A. Singh dan P. K. Tomar. 2012. Assessment of Water Quality
Values in Porur Lake Chennai Hussain Sagar Hyderabad and Vihar Lake
Mumbai India. Chemical Science Transactions. Vol 1 (3).ISSN: 22783458/2278-3318
Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Fahmudin, A dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktik Konservasi Tanah Pertanian
Lahan Kering. Word Agroforestry Centre ICRAF Ssoutheast Asia.
Bogor, Indonesia.
Fauzi, M., Rispiningtati dan A.P. Hendrawan. 2014. Kajian Kemampuan
Maksimum Danau Sentani dalam Mereduksi Banjir di DAS Sentani.
Program Magister Teknik Pengairan. Universitas Brawijaya, Palembang.
Hakanson, L. 1981. A Manual of Lake Morphometry. National Swedish
Environment Protection Board, New York.
Indrayani, E., K. H. Nitimulyo., S. Hadisusanto dan Rustadi. 2015. Peta batimetri
Danau Sentani Papua. Depik. Vol 4 (3): 116-120.
Latifah, D., A. N. Anna dan A. A. Sigit. 2014. Analisis Daya Hantar Listrik
(DHL) Air Tanah Asin dan Dampak pada Peralatan Rumah Tangga di
Kecamatan Grogol. Publikasi Ilmiah. Fakultas Geografi. Universitas
Muhammadiyah Surakaarta, Surakarta.


Universitas Sumatera Utara

34

Lukman dan I. Ridwansyah. 2010. Kajian Kondisi Morfometri dan Beberapa
Parameter Stratifikasi Perairan Danau Toba. Jurnal LIMNOTEK. Vol
17 (2): 158-170.
Ma’rufi. M., Yunasfi dan A. Muhtadi.2015. Kajian Morfometri Danau Pondok
Lapan Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat.
Jurnal Aqua Coasmarine. Vol 9 (4): 23-33.
Muhtadi, A., Yunasfi., R. Leidonald., S. D. Sandy., A. Junaidy dan A. T. Daulay.
2016. Status Limnologis Danau Siombak, Medan, Sumatera Utara.
Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol 1 (1): 39-55.
Nasution, A. K. A. 2008. Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir di PDAM
Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri.
Fakultas Matetamatika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Nugroho. N. 2002. Analisis Beberapa AspekLimnologis Situ Cibuntu, Cibinong,
Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nurandani, P. 2014. Pengolahan Data Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Total
Suspended Solid (TSS) di Danau Rawa Pening Provinsi Jawa Tengah.
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh,
Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014.
Pratiwi, N. T. M., E. M. Adiwilaga., J. Basmi., M. Krisanti., O. Hadijah dan P. K.
Wulandari. 2007. Status Limnologi Situ Cilala Mengacu pada Kondisi
Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan. Jurnal Perikanan, Vol 9
(1): 82–94.
Rostianingsih, S dan K. Gunadi. 2004. Pemodelan Peta Topografi Ke Objek Tiga
Dimensi. Jurnal Informatika. Vol 5 (1): 14-21.
Santoso, A. D. 2008. Studi Penentuan Produktivitas Danau Buatan dengan MEI
(Morphoedaphic Index) Analysis. Jurnal Hidrosfir Indonesia. Vol 3 (2):
81-86.
Soeprobowati, T. R. 2012. Peta Batimetri Danau Rawapening. Jurnal BIOMA.
Vol 14 (2): 75-78.
Straskraba, M. dan J. G. Tundisi. 1999. Guidelines of Lake Management Vol. 9.
International Lake Environment Committee Foundation. Shiga, Jepang.
Stefanidis, K and E. Papastergiadou. 2012. Relationships Between Lake
Morphometry, Water Quality, and Aquatic Macrophytes, in Greek
Lakes. University of Patras. Greece. Fresenius Environmental Bulletin.

Vol 21 (10): 3018 – 3026.
Sumule, O. 1996.Studi Kualitas Air di Danau Rombebai-Irian Jaya. Jurnal
ALAMI. Vol 1 (1): 41-46.

Universitas Sumatera Utara

35

Tambunan, F. 2010. Daya Dukung Perairan Danau LidoBerkaitan dengan
Pemanfaatannya untuk Kegiatan Budidaya Perikanan Sistem Keramba
Jaring Apung. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tessema, A., A. Muhammed, T. Birhanu dan T. Negu. 2014. Assessment of
Physico-chemical Water Quality of Bira Dam Bati Wereda Amhara
Region Ethiopia. Jurnal Aquaculture Research and Development. Vol 5
(6).
Trisakti, B. 2012. Kajian Metode Penentuan Luas Permukaan Air Danau dan
Sebaran Vegetasi Air Berbasis Data Satelit Penginderaan Jauh. Seminar
Nasional Limnologi VI 2012. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh –
LAPAN, Jakarta.
Walukow, A. F., D. Djokosetyanto., Kholil dan D. Soedharma. 2008. Analysis the

Pollution Load and the Assimilation Capacity of Lake Sentani, Papua for
Conservation of Aquaculture Environment. News Biology. Vol 9 (3):
229−236
Wetzel, R. G. 1983. Limnology Second Edition. W. B Sounders Company,
Philadelphia.

Universitas Sumatera Utara

14

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2016
di sekitar perairan Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera
Utara. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global

Positioning System), meteran berpemberat, alat tulis, perahu, bola duga, stop
watch, laptop, Software ArcMaap dan Software Surfer 8.

Universitas Sumatera Utara

15

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer. Data
primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dari lapangan (Observasi)
maupun hasil analisis di laboratorium untuk data analisis air. Data morfometri
yang diperoleh dari lapangan meliputi data kedalaman dan keliling danau.
Penentuan stasiun pengambilan data dengan menggunakan metode
purposive sampling dilakukan pada outlet danau, bagian pinggiran danau yang
bersudut, tengah danau dan keliling danau.
Langkah Kerja
Morfometri
Langkah kerja awal dalam pengambilan data morfometri

yaitu


menentukan stasiun untuk pengambilan data. Kemudian pengukuran dimensi
permukaan dilakukan dengan cara mengelilingi pinggiran danau dengan
menggunakan alat GPS (Global Positioning System). Pengukuran dimensi bawah
permukaan dilakukan dengan cara mengukur kedalaman dengan tali pemberat
berskala dibantu dengan menggunakan kapal kecil. Mengukur debit outlet dengan
menggunakan bola pelampung.

Universitas Sumatera Utara

16

Analisis Data
Morfometri
Aspek morfometri dibedakan atas dimensi permukaan dan dimensi bawah
permukaan.
Dimensi Permukaan
Pengukuran dimensi permukaan danau mengacu kepada Hakanson (1981)
sebagai berikut:
1. Panjang maksimum (Lmax dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan cara

mengukur jarak antara dua titik terjauh pada permukaan tepi danau.
2. Panjang maksimum efektif (Le dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan
mengukur jarak terjauh antara dua titik di tepi permukaan danau.
3. Lebar maksimum (Wmax dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan
mengukur jarak dua titik terjauh pada tepi permukaan danau yang ditarik tegak
lurus terhadap Lmax.
4. Lebar maksimum efektif (We dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan
mengukur jarak dua titik terjauh pada tepi permukaan danau ditarik tegak lurus
terhadap Le.
5. Luas permukaan (Ao dinyatakan dalam Ha, Km2 atau m2) merupakan luas
wilayah permukaan danau, nilainya kan bervariasi tergantung pada musim.
Pengukuran luas permukaan dari peta batimetri menghitung luas polygon
dengan menggunakan program Arc Map.
6. Lebar rata-rata (W dinyatakan dalam meter) merupakan rasio antara luas
permukaan danau (Ao dalam m2) dengan panjang maksimum (Lmax dalam

Universitas Sumatera Utara

17


meter). Perhitungan nilai lebar rata-rata (W) danau mengacu kepada Hakanson
(1981).
�=

��
����

7. Indeks perkembangan garis tepi (SDI, tanpa satuan) menggunakan hubungan
antara SL dengan luas permukaan. Perhitungan nilai SDI diperoleh melalui
persamaan (Hakanson, 1981)
��� =
Keterangan:

2

��

22

� ��
7

SDI>1 : bentuk badan perairan tidak beraturan
SDI≤1 : bentuk badan perairan beraturan
8. Panjang garis keliling danau (dinyatakan dalam meter)dapat di ukur dari peta
batimetri dengan menggunakan software Arc Map.
Dimensi Bawah Permukaan
Pengukuran dimensi bawah permukaan mengacu kepada Hakanson
(1981), sebagai berikut:
1. Kedalaman rata-rata (Z dinyatakan dalam meter), Volume dibagi dengan luas
permukaan.
Z=

V
A

2. Kedalaman maksimum (Zm dinyatakan dalam meter) merupakan kedalaman
suatu danau pada titik terdalam. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan
dengan menggunakan tali berskala dengan diberikan pemberat dibawahnya
dan secara tidak langsung dapat dibaca pada kontur kedalaman peta batimetri.

Universitas Sumatera Utara

18

3. Kedalaman relatif (Zr dinyatakan dalam meter) adalah rasio antara Zm dengan
diameter rata-rata permukaan danau. Perhitungan kedalaman relatif dalam
bentuk persamaan:
Zr =
Keterangan:

Zmax √n
2 × √��

× 100%

Zr1, maka dasar perairan relatif rata. Jika nilai VD
≤1, maka
dasar perairan berbentuk seperti kerucut.
5. Volume totala air danau (V dinyatakan dalam m3) merupakan perkalian antara
luas permukaan (m2) dengan kedalaman rata-rata (m). ditentukan oleh asumsi
bahwa pada umumnya danau berbentuk kerucut dengan volume total danau
merupakan penjumlahan dari setiap lapisan atau kontur. Diperoleh melalui
persamaan:
Vtot =

1 n
� hi − 1(Ai − 1 + Ai + �(Ai − 1) × Ao
3 i−1

Universitas Sumatera Utara

19

6. Debit (Discharge) dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang
waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m3/detik. Diperoleh melalui
persamaan:
Q=A×V
Keterangan:
Q
A
V

: Debit Air (m3/detik)
: Luas penampang saluran air (m2)
: Kecepatan arus (m/detik)

7. Redidence time atau waktu tinggal air (satuannya dalam jam atau hari).
Perhitungan Redidence time adalah sebagai berikut:
Rt =

Vtot
Qrat

Keterangan:
Rt : Waktu tinggal air (jam atau hari)
Vtot : Volume total (m3)
Qrat : Debit rata-rata (m3/detik)

8. Kemiringan rata-rata (Mean slope), dapat menggambarkan luas tidaknya
perairan yang dangkal, pada khirnya mempengaruhi nilai kekeruhan, aktivitas
biologi, kedalaman penetrasi cahaya, kelimpahan biota dan produktivitas
biologi.
�=

Keterangan:
S
L
n
Dm
Ao

1 1
1
��
� �� + �1 + ⋯ + �� − 1 + ���
× 100%
� 2
2
��

: Kemiringan rata-rata (%)
: Panjang garis keliling dari masing-masing kontur (m)
: Jumlah kontur pada peta
: Kedalaman maksimum (m)
: Luas permukaan (m2)

9. Morpho Edaphic Index (MEI) merupakan parameter yang umum dipakai untuk
memprediksi potensi hasil suatu perairan dengan rumus sebagai berikut:
��� =

���
��������� ���� − ����
Universitas Sumatera Utara

20

Insulosity
Insulosity (%), didefinisikan sebagai persentase dari total luas danau (A)
yang ditempati oleh pulau-pulau, dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Hakanson (1981).
In =

Ai × 100
A

Keterangan:
In
Ai
A

: Insulosity
: Jumlah total luas pulau atau daratan yang ada di tengah danau ( Ha)
: Luas total permukaan perairan danau (Ha)

Kedalaman Kompensasi
Kompensasi merupakan kedalaman yang memiliki intensitas cahaya
sebesar 1% dari intensitas cahaya di permukaan. Perhitungan menggunakan rumus
(Amalia, 2010):

Keterangan:
Kd
Zc

�� =

4,6
��

= Koefisien peredupan cahaya matahari
= Kedalaman kompensasi

Penentuan koefisien peredupan dipengaruhi oleh suatu nilai konstanta.
Nilai konstanta tersebut didapatkan dari hubungan antara kedalaman Secchi disk
dengan koefisien peredupan, dapat di hitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
Kd
Zs

�� =

= Koefisien peredupan cahaya matahari
= Kadalaman Secchi disk

1,7
��

Universitas Sumatera Utara

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Dimensi Permukaan
Hasil pengukuran di lapangan secara langsung didapatkan bahwa Danau
Kelapa Gading memiliki luas 11.931,37 m2, dengan panjang maksimum 161,14
m, Lebar maksimum 124,72 m, dan panjang keliling danau 688,50 m. Data yang
lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Dimensi Permukaan
No. Parameter
1.
Panjang Maksimum (Lmax)
2.
Panjang Efektik (Le)
3.
Lebar Maksimum (Wmax)
4.
Lebar Efektif (Le)
5.
Luas Permukaan (Ao)
6.
Lebar Rata-Rata (W)
7.
Indeks Perkembangan Danau
(SDI)
8.
Panjang Keliling Danau (Sl)
9.
Luas Pulau

Satuan
m
m
m
m
m2
m

m
m2

Nilai
161,14
141,76
124,72
110,30
11.931,37
74,04
3,55
688,50
178,60

Dimensi Bawah Permukaan
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan secara langsung didapatkan
bahwa kedalaman rata-rata danau 1,26 m dengan kedalaman maksimum 2,15 m.
Volume air danau 15.033,52 m3 dengan masa tinggal air (Residence Time) selama
225 – 226 hari, dan memiliki kemiringan rata-rata 1,38 % dengan kedalaman
kompensasi dari bulan Februari hingga April secara berturut-turut adalah 1,07m,
0,98 m, 0,86 m. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

22

Tabel 2. Data Dimensi Bawah Permukaan
No. Parameter
Bulan

Satuan

1. Kedalaman Rata-Rata (Z)
2. Kedalaman Maksimum (Zm)
3. Kedalaman Relatif (Zr)
Perkembangan Volume Danau
4.
(VD)
5. Volume Total (Vtot)

m
m
%

6. Debit Air (Q)
7. Residence Time (RT)
8. Kemiringan Rata-Rata
9. Morpho Edaphic Index (MEI)
10. Kedalaman Kompensasi (Zc)

Februari
Maret
April
Februari
Maret
April

1,26
2,15
0,17
1,76

m3
liter/det

Februari
Maret
April

Hari
%
µmhos/cm2

m

11. Insulosity

Nilai

%

15.033,52
0,74
0,92
0,96
225 – 226
1,38
20,79
28,68
27,14
1,07
0,98
0,86
1,49

Parameter Fisika
Hasil pengukuran nilai TDS yang di dapat secara berturut-turut mulai dari
bulan Februari sampai April adalah 26,2 mg/L; 31,6 mg/L; 34,2 mg/L, nilai TSS
adalah 34, mg/L; 54,2 mg/L; 101,8 mg/L, nilai kecerahan cahaya adalah 0,48,m;
0,37 m; 0,34 m, dan nilai konduktifitas (DHL) secara berturut-turut adalah 80,74
µmhos; 91,92 µmhos; 98,54 µmhos. Data parameter fisika yang diperoleh dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Parameter Fisika
No
Parameter
Satuan
1. TDS
2. TSS
3. Kecerahan

mg/L
mg/L
m

Februari
26,2
34
0,48

4. Konduktifitas

µmhos

80,74

Nilai
Maret
31,6
54,2
0,37

April
34,2
101,8
0,34

91,92

98,54

Universitas Sumatera Utara

23

Peta Batimetri
Hasil pengolahan data batimetri Danau Kelapa Gading yang diolah dengan
menggunakan Software ArcMap dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Batimetri Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan
Layout peta kontur Danau Kelapa Gading yang diolah dengan
menggunakan Software Surfer 8 dapat dilihat pada Gambar 4. Lay out kedalaman
batimetri secara 3D dapat dilihat pada Gambar 5.

Universitas Sumatera Utara

24

Gambar 4. Lay out Peta Kontur Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan

Gambar 5. Lay out Batimetri 3D Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan

Universitas Sumatera Utara

25

Pembahasan
Dimensi Permukaan
Berdasarkan hasil pengukuran morfometri Danau Kelapa Gading
menggunakan Software ArcMap diperoleh luas permukaan (Ao) sebesar
11.931,37 m2 dangan garis tepi (Sl) sebesar 688,5 m sehingga diperoleh Indeks
perkembangan Danau (SDI) sebesar 3,55. Nilai SDI Danau Kelapa Gading lebih
besar dari 2. Menurut Cole (1983) nilai SDI yang lebih besar dari 2
menggambarkan suatu bentuk badan perairan yang tidak beraturan. Berdasarkan
nilai SDI maka bentuk badan perairan Danau Kelapa Gading tidak beraturan,
sehingga berpotensi terhadap peningkatan nutrien. Pada umumnya, perairan danau
memiliki SDI yang lebih besar dari 2, seperti Danau Pondok Lapan memiliki SDI
sebesar 4,93 (Ma’rufi., dkk. 2015), Danau Siombak memiliki SDI sebesar 2,48
(Muhtadi, dkk., 2016), Situ Cilala sebesar 2,55 (Pratiwi, dkk., 2007), dan Danau
Toba sebesar 3,61 (Lukman dan Ridwansyah, 2010).
Danau Kelapa Gading memiliki panjang keliling danau (Sl) 688,5 m
dengan nilai Indeks Perkembangan Danau (SDI) sebesar 3,55. Nilai SDI danau ini
lebih rendah dibandingkan Danau Pondok Lapan yang memiliki panjang keliling
danau dengan nilai SDI 4,93 (Ma’rufi, dkk., 2015) dan lebih tinggi dibandingkan
Danau Siombak dengan SDI 2,48 (Muhtadi, dkk., 2016). Menurut Lukman dan
Ridwansyah (2010) pengembangan garis pantai (Sl) adalah gambaran potensi dan
peranan wilayah tepian dalam hubungannya dengan kesuburan danau, semakin
panjang garis pantainya semakin besar nilai Sl. Dengan demikian potensi dan
peranan wilayah tepian dalam hubungannya dengan kesuburan danau Kelapa

Universitas Sumatera Utara

26

Gading lebih kecil jika di bandingkan dengan danau Pondok Lapan dan lebih
besar jika dibandingkan Danau Siombak.
Menurut Straskraba dan Tundisi (1999), penggolongan danau (berdasarkan
luas dan volume) yaitu, sangat kecil ( 300 ar us air lambat. Berdasarkan nilai RT
yang di dapat, maka debit air yang keluar dari dalam danau termasuk kedalam
kategori arus air sedang.
Waktu tinggal air (RT) Danau Kelapa Gading adalah 225 – 226 hari.
Waktu tinggal air Danau Kelapa Gading lebih lama dibandingkan Danau Siombak
yang hanya 15,65 jam (Muhtadi, dkk., 2016). Pratiwi , dkk., (2007) menyatakan
bahwa semakin lama waktu tinggal air dalam suatu danau, kesempatan bahan
organik atau nutrien berada di danau tersebut akan semakin besar. Hal ini berarti
bahwa kesempatan pengendapan bahan organik di Danau Kelapa Gading lebih
tinggi dibandingkan danau Siombak.
Parameter Fisika
Nilai TDS yang dihasilkan pada bulan Februari hingga April berturut-turut
adalah 26,2 mg/L; 31,6 mg/L; dan 34,2 mg/L, ini berarti bahwa dalam penelitian
ini telah terjadi peningkatan nilai TDS. Effendi (2003) menyatakan bahwa nilai

Universitas Sumatera Utara

28

TDS sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh
antropogenik (berupa limbah domestik dan industri). Hal ini sesuai juga dengan
Chandra dkk, (2012) yang menyatakan bahwa dalam air alami, padatan terlarut
berasal dari pembubaran atau pelapukan batuan dan tanah, termasuk pembubaran
kapur, gipsum dan tanah mineral lainnya perlahan terlarut di dalam air.
Hasil pengukuran nilai TSS yang diperoleh pada bulan Februari adalah 34;
Maret 54,2 mg/L; dan April 101,8 mg/L. Peningkatan nilai TSS ini dapat
disebabkan oleh meningkatnya kadar bahan organik yang bersifat koloid.
Pengaruh kekeruhan yangutama adalah penurunan penetrasi cahaya, sehingga
aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alga menurun, akibatnya produktifitas
perairan menjadi turun. Menurut Walukow dkk, (2008) bahan-bahan tersuspensi
dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika jumlahnya
berlebihan, terutama TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh
pada proses fotosintesis di perairan. Kondisi ini dapat mengakibatkan punahnya
kehidupan di ekosistem danau.
Nilai konduktivitas yang dihasilkan pada bulan Februari adalah 80,74
µmhos; bulan Maret 91,92 µmhos; dan bulan april 98,54 µmhos. Peningkatan
nilai konduktivitas ini seiring dengan meningkatnya nilai TDS yang dihasilkan,
hal ini disebabkan karena nilai konduktivitas erat kaitannya dengan nilai TDS,
semakin tinggi TDS maka daya hantar listrik/konduktivitas dari air tersebut juga
semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Tessema dkk, (2014) menyatakan
Jumlah konduktivitas terlarut terkait dengan konsentrasi total padatan terlarut dan

Universitas Sumatera Utara

29

ion utama. Konduktivitas untuk air tawar berkisar antara 10 sampai 1000
μmhos/cm, tetapi dapat melebihi 1.000 μmhos/cm, terutama di perairan tercemar.
Danau Kelapa Gading memiliki nilai konduktivitas yang berkisar antara
80,74 – 98,54. Nilai kisaran tersebut masih berada pada kisaran yang tidak begitu
mempengaruhi tekanan fisiologis pada ikan. Menurut Wardoyo (1981) diacu oleh
Nugroho (2002), nilai DHL diatas 500 µmhos/cm ikan mulai mengalami tekanan
fisiologis, dan bila niali DHL 1000 µmhos/cm atau lebih maka ikan tidak dapat
bertahan lagi. Batas-batas tersebut hanya berlaku bagi ikan-ikan yang dapat hidup
di perairan tawar.
Status Trofik Danau
Berdasarkan hasil pengukuran nilai kecerahan secara langsung dilapangan
berturut-turut selama penelitian yang dihasilkan adalah 0,48 m, 0,37 m dan 0,34m.
nilai kecerahan yang dihasilkan masih berada dibawah 1 m. Amalia (2010), yang
menyatakan bahwa kecerahan merupakan salah satu metode yang dipakai untuk
mengetahui status kesuburan suatu danau. Teknik ini dapat menduga produktivitas
primer dari suatu perairan yang berhubungan dengan status kesuburan perairan.
Perairan yang memiliki status kesuburan oligotrof memiliki kedalaman Secchi
disk sebesar lebih dari 6 m, kesuburan mesotrof berkisar antara 3-6 m, dan
kesuburan eutrof kurang dari 3 m. Berdasarkan nilai kecerahan yang dihasilkan
menunjukkan bahwa Danau Kelapa Gading termasuk kedalam golongan danau
yang memiliki kesuburan eutrofik.
Nilai kedalaman kompensasi perairan Danau Kelapa Gading

yang

dihasilkan pada bulan Februari adalah 1,07 m, pada bulan Maret 0,98 m,
sedangkan pada bulan April 0,86 m. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

Universitas Sumatera Utara

30

penurunan nilai kedalaman kompensasi dari bulan Februari hingga April,
penurunan nilai ini terjadi sehubungan dengan menurunnya nilai kecerahan dari
Perairan Danau. Penurunan nilai kecerahan ini juga memiliki hubungan yang erat
dengan peningkatan nilai TDS dan TSS. Karena tinggi rendahnya nilai TDS dan
TSS akan mempengaruhi nilai kecerahan suatu perairan. Menurut Boyd (1982)
yang di acu oleh Amalia (2010), kecerahan memiliki korelasi dengan kekeruhan
yang dapat diakibatkan oleh bahan organik dan anorganik. Semakin tinggi
kekeruhan, semakin rendah penetrasi cahaya yang masuk ke perairan, sehingga
akan berpengaruh terhadap kecerahan suatu perairan.
Danau Kelapa Gading memiliki kandungan Fosfat yang berkisar antara
0,096 – 0,2 mg/L dan Nitrat sebesar 0,5 mg/L (Zaharuddin, 2016). Menurut
Wetzel (2001) yang diacu oleh Amalia (2010), hubungan antara produktivitas
perairan dengan konsentrasi fosfat total dibaagi menjadi: Oligotrof (FT < 5
μg/liter dan NT < 250 µg/l), Mesotrofik (FT 5 – 10 μg/liter dan NT 250 – 600
µg/l), Eutrof (FT 10 – 30 μg/liter dan NT 500 – 1100 µg/l), Hypertrof (FT 30 –
100 μg/liter dan NT 500 – 15000 µg/l). Berdasarkan kandungan Fosfat dan Nitrat
tersebut, danau Kelapa Gading tergolong kedalam danau yang memiliki status
Oligotrof.
10% biomassa dari fitoplankton adalah klorofil-a. Status kesuburan
berdasarkan konsentrasi klorofil a yaitu untuk perairan oligotrof 0 – 4 mg/m3,
mesotrof 4 – 10 mg/m3, dan eutrof 10 – 100 mg/m3 (Wetzel, 1983). Kisaran
Klorofil a yang terdapat di Danau Kelapa Gading adalah berkisar antara 0,61 –
0,64 mg/m3 (Sihaloho, 2016). Berdasarkan kandungan Klorofil Danau Kelapa
Gading termasuk kedalam danau Oligotrof.

Universitas Sumatera Utara

31

Berdasarkan pengukuran nilai kecerahan Danau Kelapa Gading termasuk
kedalam golongan danae Eutrof, sedangkan berdasarkan nilai Fosfat, Nitrat dan
Klorofil a yang dapat juga dijadikan sebagai penentuan status trofik perairan,
Danau Kelapa Gading termasuk kedalam danau Oligotrof. Hal ini dapat
disebabkan karena Danau Kelapa Gading yang dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai tempat wisata sepeda air secara terus menerus sehingga memungkinkan
terjadinya pengadukan yang terus menerus dan juga tidak terdapat inlet dari danau
yang menyebabkan waktu tinggal air yang cukup lama sehingga memberikan
kesempatan yang lebih tinggi terjadinya pengendapan dan akan mempengaruhi
nilai kecerahan perairan danau tersebut.

Universitas Sumatera Utara

32

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Aspek morfometri Danau Kelapa Gading adalah memiliki luas 11.931,37 m2
panjang maksimum 161,14. Lebar maksimum 124,72 m, dan panjang keliling
danau 688,50 m. Kedalaman rata-rata danau 1,26 m, kedalaman maksimum
2,15 m, dengan kemiringan rata-rata 1,38 %.
2. Kapasitas air di Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan yang dapat
dimanfaatkan adalah volume air danau 15.033,52 m3 dengan waktu tinggal air
sekitar 225-226 hari.

Saran
Sebaiknya

dilakukan

penelitian

lebih lanjut

mengenai

penyebab

pendangkalan di beberapa bagian pada danau Kelapa Gading agar dapat di
manfaatkan secara berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

4

TINJAUAN PUSTAKA

Danau
Danau adalah cekungan di permukaan bumi yang digenangi oleh air.
Tipologi danau di Indonesia bervariasi tergantung dari faktor klasifikasinya.
Menurut asal usul terbentuknya ada tiga tipe danau utama di Indonesia, yaitu
danau tektonik, danau vulkanik, dan danau paparan banjir. Disamping ketiga tipe
utama tersebut terdapat juga beberapa tipe danau karst serta danau-danau buatan
atau bendungan. Danau juga dapat diklasifikasikan dari tingkat kesuburan airnya,
yaitu mulai dari danau dengan tingkat kesuburan rendah (oligotrofik), danau
dengan tingkat kesuburan sedang (mesotrofik), danau yang subur (eutrofik) dan
danau yang sangat subur (hipertrofik) (Chrismadha, dkk., 2011).
Berdasarkan perbedaan temperatur, suatu ekosistem danau dapat dibagi
menjadi 3 lapisan yaitu lapisan permukaan yang disebut sebagai lapisan
epilimnion, lapisan dibawah epilimnion yang disebut sebagai metalimnion serta
lapisan pada bagian dasar yang disebut sebagai lapisan hypolimnion. Lapisan
epilimnion mempunyai temperatur yang paling tinggi dibandingkan dengan
lapisan yang lainnya, kecuali pada saat musim dingin di danau-danau yang
terdapat di wilayah yang beriklim sedang (Barus, 2004).
Pada dasarnya danau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologi dan
fungsi sosial-ekonomi-budaya. Fungsi ekologi danau adalah sebagai pengatur tata
air, pengendali banjir, habitat hidupan liar atau spesies yang dilindungi atau
endemik serta penambat sedimen, unsur hara dan bahan pencemar. Fungsisosialekonomi-budaya danau adalah memenuhi keperluan hidup manusia, antara lain

Universitas Sumatera Utara

5

untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari, sarana transportasi, keperluan
pertanian, tempat sumber protein, industri, pembangkit tenaga listrik, estetika,
olahraga, rekreasi, industri pariwisata (Fauzi, dkk., 2014).
Kedalaman rata-rata merupakan faktor penting untuk melihat produktivitas
suatu danau, sedangkan ukuran kedalaman berhubungan dengan terjadinya
penurunan suhu. Selain itu bentuk danau dapat terkait dengan kondisi dinamis
bawah. Kemiringan zona litoral memiliki pengaruh yang besar pada biomassa dan
distribusi macrophyta terendam (Stefanidis dan Papastergiadou, 2012).
Fahmudin dan Widianto (2004) menjelaskan beberapa akibat dari
degradasi danau adalah: pendangkalan dan penyempitan danau, penurunan
volume air, penurunan kualitas air, dan penurunan produktivitas perikanan. Halhal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan ancaman bahaya dan
penurunan pendapatan masyarakat di sekitar danau.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa danau mempunyai potensi untuk
digunakan untuk berbagai keperluan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Di satu
sisi kegiatan ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar, tetapi di sisi
lain kegiatan ini apabila tidak terkontrol dapat menyebabkan penurunan kualitas
air danau (Aisyah dan Subehi, 2012).
Batimetri
Danau merupakan cekungan pada permukaan bumi yang berisi air.
Kedalaman bawah air dan studi tiga dimensi danau dikenal sebagai batimetri. Peta
batimetri menunjukkan relief dasar atau dataran danau dengan garis-garis kontur
kedalaman, sehingga memberikan informasi tambahan untuk navigasi permukaan
(Soeprobowati, 2012).

Universitas Sumatera Utara

6

Peta topografi merupakan peta yang memuat informasi umum tentang
keadaan permukaan tanah beserta informasi ketinggiannya menggunakan garis
kontur. Garis ini menunjukkan garis pembatas bidang yang merupakan tempat
kedudukan titik-titik dengan ketinggian sama terhadap bidang referensi
(pedoman/acuan) tertentu (Rostianingsih, dkk., 2004).
Soeprobowati (2012) menyebutkan bahwa peta batimetri menunjukkan
relief dasar danau dengan garis-garis kontur kedalaman, sehingga memberikan
informasi tambahan untuk navigasi permukaan. Selain itu, data batimetri juga
sangat penting untuk pengelolaan dan pemanfaatan berkelanjutan suatu perairan.
Peta batimetri diperoleh dengan teknik interpolasi

untuk pendugaan data

kedalaman untuk daerah-daerah yang tidak terdeteksi merupakan hal mutlak yang
harus diperhatikan.
Morfometri
Mengetahui bentuk morfometri dan batimetri danau sangat penting untuk
pengelolaan fungsi danau yang berkelanjutan karena kondisi topografi dan relief
danau yang memiliki perbedaan kedalaman ekstrim. Penelitian morfometri danau
dilakukan terkait dengan pentingnya peran dari ciri fisik tersebut terhadap sifat
perairan danau.(Indrayani, dkk., 2015)
Morfometri danau memainkan peran kunci atas peubah-peubah yang
mengendap atau cara lain di dalam proses biologis dan kimia danau.
Dikemukakan pula bahwa morfometri danau mengatur muatan hara, selanjutnya
produksi primer dan produksi sekunder dari zooplankton, zoobentos dan ikan.
Dengan demikian morfometri dapat menggambarkan berbagai potensi produksi

Universitas Sumatera Utara

7

hayati, serta menentukan tingkat kepekaan terhadap pengaruh beban material dari
daerah tangkapannya (Lukman dan Ridwansyah, 2010).
Morfometri danau mengacu pada bentuk cekungan bawah air. Struktur
fisik danau ditentukan oleh distribusi cahaya, panas, gelombang, arus dan variasi
musiman. Struktur kimia merupakan hasil dari penyebaran senyawa seperti nutrisi
dan oksigen terlarut. Sementara interaksi biologis berhubungan erat dengan
interaksi organisme didalam perairan, baik dengan faktor kimia atau diantara
organisme (Indrayani, dkk., 2015).
Variasi

dalam

distribusi

dan

morfometri

sangat

mempengaruhi

produktivitas dan eutrofik keadaan danau. Variabilitas ini, akibat dari tindakan
antropogenik dan di zona beriklim sedang, peristiwa iklim musiman, memiliki
pengaruh juga. Pentingnya ekologi morfometri ditunjukkan pengaruh morfometri
badan air pada distribusi beberapa speies zooplankton. Karena morfometri dan
distribusi

danau

dangkal

mempengaruhi

banyak

aspek

yang

beragam

(Bohn, dkk., 2011).
Morfometri danau diukur berdasarkan strukturnya, seperti kedalaman dan
elevasi. Dengan kata lain, morfometri danau merupakan bentuk badan air danau
yang meliputi luas permukaan (A), volume (V), kedalaman rata-rata (Z).
Topografi wilayah sekitar danau juga mempengaruhi morfometrinya. Struktur
dasar danau dapat disusun membentuk relief dasar perairan, disebut batimetri
(Indrayani, dkk., 2015).
Dimensi Permukaan (Surface Dimension)
Air adalah kehidupan, boleh dikatakan semua kehidupan dijagad raya ini
bergantung pada ketersediaan air. Oleh karena itu air menjadi indikasi utama

Universitas Sumatera Utara

8

adanya kehidupan disuatu tempat dijagad raya. Air merupakan sumberdaya alam
yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk
hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup yang lainnya (Nasution, 2008).
Menurut Hakanson (1981), aspek dimensi permukaan terdiri dari:
1. Panjang maksimum (Lmax dinyatakan dalam meter) merupakan jarak antara
dua titik terjauh pada permukaan tepi danau.
2. Panjang maksimum efektif (Le dinyatakan dalam meter) merupakan panjang
permukaan danau maksimum tanpa melintasi danau atau daratan yang mungkin
terdapat di danau.
3. Lebar maksimum (Wmax dinyatakan dalam meter) merupakan jarak
maksimum dua titik terjauh pada permukaan tepi danau yang ditarik secara
tegak lurus terhadap panjang maksimum. Penentuan lebar maksimum bisa saja
melintasi pulau-pulau di danau jika ada.
4. Lebar maksimum efektif (We dinyatakan dalam meter) merupakan lebar
maksimum danau tanpa melintasi pulau atau daratan yang mungkin terdapat di
danau.
5. Luas permukaan (Ao dinyatakan dalam Ha, Km2 atau m2) merupakan luas
wilayah permukaan danau, nilainya akan bervariasi tergantung pada musim.
Pengukuran luas permukaan dari peta bathymetric dengan skala yang telah
diketahui, dapat dilakukan dengan kertas grafik atau penimbang.
6. Lebar rata-rata (W dinyatakan dalam meter) merupakan rasio antara luas
permukaan danau (Ao dalam m2) dengan panjang maksimum (Lmax dalam
meter).

Universitas Sumatera Utara

9

7. Indeks perkembangan garis tepi (SDI, tanpa satuan) menggunakan hubungan
antara SL dengan luas permukaan.
8. Panjang garis keliling danau (dinyatakan dalam meter)dapat di ukur dari peta
batimetri dengan memperhatikan skalanya, dengan alat curvimeter atau cara
sederhana dengan seutas benang yang diplotkan pada garis tepi danau.
Dimensi Bawah Permukaan (Subsurface Dimension)
Peran tidak langsung danau terutama dalam hal menyediakan jasa-jasa
ekologis, meliputi fungsi habitat yang mendukung keragaman hayati dan
produktivitas perairan, fungsi retensi air yang mengendalikan kontinuitas
ketersediaan air serta penyeimbang kondisi iklim mikro di kawasan sekitarnya,
meskipun tidak secara langsung memberikan manfaat kepada manusia, namun
sangat menentukan keberlanjutan fungsi danau (Chrismadha, dkk., 2011).
Aturan-aturan kebijkan air eropa saat ini mendefinisikan kualitas air
sebagai tingkat penyimpangan dari kondisi referensi jenis tertentu. Antara
deskripsi tipologi wajib adalah (Ecoregion atau lintang dan bujur) dan ukuran
(area dan kedalaman) dari danau. Beberapa parameter dapat dijadikan gambaran
danau-danau. Data kedalaman (Z) dan volume (V) adalah data yang sangat
sederhana. Data yang lebih kompleks adalah dengan menghitung kedalaman
relative (Zr), dihitung dengan hasil rasio persen dari kedalaman danau dengan
diameter rata-rata (Noges, 2009).
Menurut Hakanson (1981), aspek dimensi bawah permukaan danau terdiri
dari:
1. Kedalaman rata-rata (Z dinyatakan dalam meter) bersifat lebih informatif dari
kedalaman maksimum.

Universitas Sumatera Utara

10

2. Kedalaman maksimum (Zm dinyatakan dalam meter) merupakan kedalaman
suatu danau pada titik terdalam. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan
dengan menggunakan tali berskala dengan diberikan pemberat dibawahnya dan
secara tidak langsung dapat dibaca pada kontur kedalaman peta batimetri.
3. Kedalaman relative (Zr dinyatakan dalam meter) adalah rasio antara Zm
dengan diameter rata-rata permukaan danau.
4. Perkembanagan volume danau (tanpa satuan) merupakan ukuran yang
menggambarkan bentuk dasar danau secara umum.
5. Volume total air danau (V dinyatakan dalam m3) merupakan perkalian antara
luas permukaan (m2) dengan kedalaman rata-rata (m).
6. Debit (Discharge) dinyatakan sebagi volume yang mengalir pada selang waktu
tertentu.
7. Redidence time adalah lamanya waktu yang dibutuhkan badan air untuk
terbilas secara keseluruhan, sejak mulai masuk kedalam suatu perairan sampai
keseluruhan air tersebut.
8. Kemiringan rata-rata (Mean slope), dapat menggambarkan luas tidaknya
perairan yang dangkal, pada akhirnya mempengaruhi nilai kekeruhan, aktivitas
biologi, kedalaman penetrasi cahaya, kelimpahan biota dan produktivitas
biologi.
9. Morpho Edaphic Index (MEI) merupakan hasil bagi antara nilai daya hantar
listrik perairan dengan kedalaman rata-rata.
Kecerahan, Kekeruhan dan TSS
Kecerahan merupakan ukuran transparansi suatu perairan, yang ditentukan
secara visual dengan menggunakan sechi disk. Kecerahan menggambarkan sifat

Universitas Sumatera Utara

11

optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam badan air (Santoso, 2008).
Kecerahan air dapat di pantau dengan menggunakan piringan Secci pada
kedalaman antara 20 samapai 40 cm. Kekeruhan air dapat disebabkan oleh
plankton yang berlebihan seperti fitoplankton. Sebagai ganti piringan Secci dapat
menggunakan CD bekas dengan bagian kilap atau cermin ke atas. Jika dalam
kedalaman 20 sampai 40 cm kita masih dapat melihat CD tersebut, maka
kekeruhan ini masih dalam batas yang baik (Nasution, 2008).
Kekeruhan terjadi karena adanya bahan tersuspensi seperti tanah liat, pasir,
bahan organik termasuk bakteri, plankton dan jasad-jasad renik lainnya.
Kekeruhan yang tinggi akan memperkecil penetrasi cahaya matahari kedalam air
yang berarti memperkecil produktivitas perairan karena fotosintesis terhambat.
Selain itu kekeruhan dapat pula merusak alat pernafasan atau alat penyaringan
makanan dari jasad-jasad air, daerah pemijahan dan pembesaran dari berbagai
spesies ikan, telur telur ikan dan hewan hewan dasar (Sumule, 1996).
Bahan organik juga berpotensi dapat meningkatkan laju sedimentasi,
hipoksida, perubahan kondisi trofik, perubahan pruduktivitas serta struktur
komunitas bentik. Bahan organik umumnya tersusun oleh karbon, hidrokarbon,
nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya, sebagian akan mengendap dan
terakumulasi di dasar perairan dan sebagian lainnya terlarut di air. Bahan organik
tersebut akan didekomposisi oleh mikroba aerobik maupun anaerobik baik di
kolom maupun di sedimen dasar danau (Sitorus, 2005).
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi
nilai padatan tersuspensi suatu perairan akan menaikkan kekeruhan perairan

Universitas Sumatera Utara

12

tersebut, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan padatan terlarut total. Padatan
total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi
dan pengeringan pada suhu tertentu tanpa memperhitungkan karbonat-karbonat
yang mengalami transformasi menjadi gas karbondioksida dan gas-gas lain
(Santoso, 2008).
TSS adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan
pada saringan miliopore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri dari lumpur
dan pasir halus serta jasad-jasad renik. Penyebab TSS di perairan yang utama
adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Konsentrasi TSS
apabila terlalu tinggi akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan
mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis (Effendi, 2003).
Daya Hantar Listrik (DHL)
Daya hantar listrik erat kaitannya dengan kandungan unsur terionisasi
dalam air. Nilai DHL pada perairan yang turbiditasnya rendah, dapat digunakan
untuk menduga nilai padatan terlarut dan padatan tersuspensi (Sumule, 1996).
DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau suatu zat dan
kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik. Hantaran listrik adalah
merupakan kebalikan dari tahanan, tetapi karena besarnya DHL ini sangat kecil
maka biasanya dinyatakan dalam µmhos yang besarnya sama dengan 10-6 mhos
(Alik 1989 diacu oleh Latifah dkk., 2014).
Kedalaman Kompensasi
Berdasarkan pada daya tembus cahaya matahari kedalam lapisan air, dapat
dibedakan antara zona fotik (photic zone) di bagian atas, yaitu zona yang ditembus

Universitas Sumatera Utara

13

cahaya matahari dan zona afotik (aphotic zone) di bagian bawah, yaitu zona yang
tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari (Barus, 2004).
Umumnya fotosintesis bertambah sejalan dengan bertambahnya intensitas
cahaya sampai pada suatu nilai optimum tertentu (cahaya saturasi), diatas nilai
tersebut cahaya merupakan penghambat bagi fotosintesis (cahaya inhibisi).
Semakin ke dalam perairan intensitas cahaya akan semakin berkurang dan
merupakan faktor pembatas sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis
sama dengan respirasi. Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama
dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi (Effendi, 2003).

Universitas Sumatera Utara

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Danau merupakan suatu badan air yang tergenang sepanjang tahun yang
dapat terbentuk baik secara alami maupun buatan. Penelitian tentang
hidromorfometri danau dilakukan terkait dengan perannya terhadap perairan
danau. Morfometri danau memainkan peran atas faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan-perubahan yang mengendap dalam proses biologis dan kimia danau.
Morfometri danau mengatur muatan hara, produksi primer dan produksi sekunder
dari zooplankton, zoobentos dan ikan. Dengan demikian morfometri dapat
menggambarkan potensi produksi hayati, serta menentukan tingkat kepekaan
terhadap pengaruh beban material dari daerah sekitarnya.
Data morfometri sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat kesuburan
perairan, dan dapat memberikan informasi berupa kedalaman perairan, bentuk
danau, penetrasi cahaya, perkembangan danau, dan lain-lain. Gambaran
morfometri dan kualitas air merupakan data awal dalam mengetahui potensi
danau, dari informasi tersebut akan didapatkan data mengenai keadaan suatu
danau sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pengelolaan suatu danau untuk
dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Tingginya aktivitas manusia di sekitar danau dan pembangunan daerah,
maka diprediksikan luas danau akan semakin berkurang. Dengan adanya peta
batimetri ini, diharapkan dapat menjadi gambaran untuk pemerintah setempat dan
masyarakat

untuk

melaksanakan

pembangunan

dengan

memperhatikan

pemanfaatan dan pengelolaan danau yang berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

2

Danau Kelapa Gading adalah sebuah danau buatan yang terdapat di
Kabupaten Asahan. Danau Kelapa Gading dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
untuk kegiatan memancing dan juga sebagai tempat wisata. Namun data mengenai
morfologi danau tersebut belum ada sehingga perlu dilakukan penelitian ini untuk
mengetahui asfek morfologi dan batimetri Danau Kelapa Gading.
Perumusan Masalah
Danau Kelapa Gading merupakan danau yang dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk melakukan aktivitas memancing dan juga sebagai tempat
wisata, dari kegiatan tersebut tentunya akan didukung oleh bentuk dan kedalaman
danau. Dalam pemanfaatan Danau Kelapa Gading juga harus melihat bagaimana
ketersediaan air di danau tersebut. Air yang ada menjadi sangat penting karena air
yang tersedia sepanjang tahun akan mendukung semua aktivitas yang ada. Dari
uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana aspek morfometri Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan?
2. Bagaimana ketersediaan air di Danau Kalapa Gading Kabupaten Asahan
sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui asfek morfometri Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan,
Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui kapasitas air di Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan,
Provinsi Sumatera Utara untuk dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

3

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dilakukan adalah dapat berguna sebagai
informasi dasar untuk pengelolaan dan pemanfaatan Danau Kelapa Gading
sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Kerangka Pemikiran
Danau Kelapa Gading merupakan salah satu danau buatan yang terdapat di
Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara yang terletak tidak jauh dari
perkotaan, sehingga terdapat aktivitas masyarakat di sekitar danau seperti
memancing dan kegiatan wisata. Data mengenai Morfologi Danau Kelapa Gading,
baik dari segi kedalaman, luas, volume maupun bentuk batimetrinya belum
tersedia. Maka perlu dilakukan penelitian mengenai aspek morfologi untuk
penentuan status tropik Danau Kelapa Gading berdasarkan ketiga parameter
tersebut. Sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi
pengelolaan danau agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Secara ringkas
kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Danau Kelapa Gading

Morfologi Danau
Kedalaman Danau

Batimetri

Luas dan Volume Danau
Status Tropik Danau

Rekomendasi
Pengelolaan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RIZKI RIDOAN. Kajian Hidromorfologi Danau Kelapa Gading di Kisaran Naga
Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.
Dibimbing oleh PINDI PATANA dan AHMAD MUHTADI.
Danau merupakan suatu badan air yang tergenang sepanjang tahun. Danau
dapat terbentuk baik secara alami maupun buatan. Danau Kelapa Gading
merupakan danau buatan yang berada di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara Data
mengenai morfometri danau sangat diperlukan dalam menentukan tingkat
kesuburan perairan, dan juga mengetahui seberapa besar kemampuan danau dalam
menerima beban pencemar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aspek
morfometri danau Kelapa Gading. Penelitian ini dilaksanakan dari Februari-April
2016. Pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data
kedalaman, debit air, lebar danau, dan keliling danau. Data-data tersebut diolah
dengan menggunaka Arc Map. Hasil penelitian didapatkan Danau Kelapa Gading
memiliki luas danau sekitar 11.931,37 m2, dengan panjang maksimum 161,14 m,
lebar maksimum 124,72 m, keliling 688,50 m. Kedalaman maksimum 2,15 m,
dengan bentuk dasar danau yang rata. Volume Danau Kelapa Gading adalah
15.033,52 m3, debit air sekitar 0,74-0,92 L/s, dengan masa tinggal air danau ±225226 hari, kecerahan air berkisar 0,37-0,48 m dengan kedalaman kompensasi
sekitar 0,98-1,07 m, dan Danau Kelapa Gading memiliki stabilitas yang rendah.
Kata Kunci : Danau Kelapa Gading, Morfometri danau, status danau.

i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RIZKI RIDOAN. Hydromorfology Study of Lake Kelapa Gading at Kisaran
Naga, Kisaran Timur Sub District, District of Asahan, North Sumatera Province.
Supervised by PINDI PATANA and AHMAD MUHTADI.
Lake is a body of stagnant water throughout the year. The lake can be
formed naturally and artificially. Kelapa Gading Lake is an artificial lake located
in Asahan of North Sumatera. Data on the lake morphometry is needed to
determin the level of water’s fertility, and to know ability of lake in accepting the
pollutant load. The purpose of the study is to examine aspects of the lake
morphometry of Kelapa Gading. The research was conducted from February to
April 2016. Data was collected in this research were depth, water flow, the width
of the lake and around the lake. The data processed by using ArcMap. Output of
research is Kelapa Gading lake has an area about 11931.37 m2, with maximum
length of 161.14 m, a maximum width of 124.72 m, and the circumference of
688.50 m. The maximum depth of 2.15 m, with the shape of the lake bottom is
flat. Volume Lake Kelapa Gading is 15033.52 m3, the water discharge of about
0.74 to 0.92 L / s, with a stay of lake water ± 225-226 days, the brightness of the
water ranges from 0.37 to 0.48 m with a depth of about compensation 0.98 to 1.07
m, and Lake Kelapa Gading has low stability.

Keywords: Lake Kelapa Gading, Morphometry lake, the status of the lake.

ii
Universitas Sumatera Utara

KAJIAN HIDROMORFOLOGI DANAU KELAPA GADING
DI KISARAN NAGA KECAMATAN KISARAN TIMUR
KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

RIZKI RIDOAN
120302002

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
1
Universitas Sumatera Utara

2

KAJIAN HIDROMORFOLOGI DANAU KELAPA GADING
DI KISARAN NAGA KECAMATAN KISARAN TIMUR
KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

RIZKI