Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil dan Tumbuhan Dikotil

LAMPIRAN
Data Pengukuran Akar Dikotil Tahunan
No

Nama
Tumbuhan

1
2
3
4
5

Gersap
Puspa
Rasamala
Sigadangdueng
Pinus

Tinggi
Diameter

Tumbuhan Tumbuhan
(m)
(cm)
13,2
53
16,8
62
11,04
41
20,16
44
16,8
56

Lebar
Tajuk
(m)
11,14
5,57
4,41

8,15
8,18

Dalam
Akar
(m)
1,26
1,38
1,01
1,21
1,11

Lebar
Akar
(m)
13,6
5,39
7,1
4,3
7,12


Data Pengukuran Akar Dikotil Semusim
No

Nama Tumbuhan

1
2
3
4
5

Cabe Rawit
Cabe Hijau
Terong
Tomat
Bunga Kertas

Tinggi
Tumbuhan

(cm)
48
66
68
91
66

Lebar
Tajuk
(cm)
59
65
81
43
112

Dalam
Akar
(cm)
14

25
20
12
38

Lebar
Akar
(cm)
43
62
48
62
44

Data Pengukuran Akar Monokotil Tahunan
No

Nama
Tumbuhan


1
2
3
4
5

Pepaya
Kelapa
Pinang
Kelapa Sawit
Pisang

Tinggi
Diameter
Tumbuhan Tumbuhan
(m)
(cm)
3,04
12
11

30
15
20
12
73
4
24

Lebar
Tajuk
(m)
1,58
2,1
1,8
2,25
2,16

Dalam
Akar
(m)

0,62
0,8
0,45
1,1
0,5

Lebar
Akar
(m)
2,76
3,72
2,32
3,9
1,92

Data Pengukuran Akar Monokotil Semusim
No

Nama Tumbuhan


1
2
3
4
5

Jagung
Bunga Matahari
Sansevieria aubrytiana
Bromelia chantinii
Sansevieria zeylanica

Tinggi
Tumbuhan
(cm)
186
191
25
75
81


Lebar
Tajuk
(cm)
126
82
39
10
33

Dalam
Akar
(cm)
19
14
13
9
3

Lebar

Akar
(cm)
13
32
11
11
23

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Aldi.2010. Sel dan Jaringan pada Tumbuhan .http://www.tentangbiologi.co.cc.
(diakses tanggal 14 September 2015).
Arlyulina dkk, 2006. Biologi SMA dan MA. Esis. Jakarta.
Atmojo S. W, 2008. Peran Agroforestry Dalam Mengurangi Banjir Dan Longsor
DAS. UNS. Solo.
Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
David. 2013. Anatomy Morphology. http://generalhorticulture.tamu.edu/Anatomy
Morphology.pdf (diakses tanggal 22 September 2015).
Hairiah, K., Utami, S.R., Suprayogo, D., Widiyanto., Sitompul, S.M., Sunaryo.,
Lusiana, B., Mulia, R., Van Noordwijk, M., and Cadisch, G. 2000.
Agroforestry pada Tanah Masam: Penglolaan Interaksi Antara PohonTanah-Tanaman Semusim. ISBN. 979-95537-5-X. ICRAF. Bogor.
Kimball, J.W. 1992. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Manalu, H. 2014. Perilaku Perakaran Beberapa Jenis Pohon Hutan Yang
Dominan di Hutan Lae Pondom. USU. Medan.
Nugroho, H. dkk. 2006. Stuktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Reinhardt, S.2008. Jaringan pada Tumbuhan. http://stevenvilan.frienster.com.
(diakses tanggal 22 September 2015).
Reksohadiprodjo, S., Brodjonegoro. 2000.
Yogyakarta. Edisi kedua. Yogyakarta.

Ekonomi Lingkungan.

BPFE

Rompas, Yulanda. Dkk. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun
Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurnal Biologos, Volume 1 nomor 1,
halaman 1.online from http://ejournal.unsrat.ac.id. (diakses tanggal 14
September 2015).
Saktiyono. 1989. Biologi 2. Bumi Aksara. Jakarta.
Soeprapto. 1994. Biologi Jilid 1. Universitas Diponegoro Press. Semarang.
Soerodikoesoemo, Wibisono, dkk, 1993, Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan,
Penerbit Universitas Terbuka, Depdikbud Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan, Taman Hutan Raya Bukit Barisan (TAHURA BB), Berastagi,
Padangsidimpuan, Sumatera Utara, pada bulang Oktober 2015 sampai dengan
Januari 2016.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa cangkul, meteran,
clinometer, linggis, alat tulis, kamera, dan tojok. Sedangkan bahan yang
digunakan berupa 5 jenis tumbuhan dikotil, 5 jenis tumbuhan dikotil semusim, 5
jenis tumbuhan monokotil tahunan dan 5 jenis tumbuhan monokotil semusim.
Pengambilan Data Tumbuhan Monokotil
Pengukuran pada tumbuhan monokotil tahunan dilakukan dengan cara
manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut
kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih
dahulu dengan jarak mulai 20 cm dari tajuk terjauh, dan dengan kedalaman
dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.
Pengukuran pada tumbuhan monokotil semusim dilakukan dengan cara
manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut
kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih
dahulu mengelilingi tumbuhan daengan jarak 1 m dari batang tumbuhan, dan
dengan kedalaman dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah. Diambil
dokumentasi yang dianggap perlu untuk penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Pengambilan Data Tumbuhan Dikotil
Pengukuran pada tumbuhan dikotil tahunan dilakukan dengan cara
manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut
kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih
dahulu dengan jarak mulai 20 cm dari tajuk terjauh, dan dengan kedalaman
dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.
Pengukuran pada tumbuhan dikotil semusim yakni dilakukan dengan cara
manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut
kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih
dahulu mengelilingi tumbuhan daengan jarak 1 m dari batang tumbuhan, dan
dengan kedalaman dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah. Diambil
dokumentasi yang dianggap perlu untuk penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Skema Pengambilan Data Tumbuhan Monokotil

Universitas Sumatera Utara

Skema Pengambilan Data Tumbuhan Dikotil

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tumbuhan yang diteliti terdiri dari 5 jenis tumbuhan monokotil tahunan, 5
jenis tumbuhan dikotil tahunan, 5 jenis tumbuhan monokotil semusim dan 5 jenis
tumbuhan dikotil semusim. 20 jenis tumbuhan yang diteliti adalah sebagai
berikut:
Table 1. Nama Tumbuhan Monokotil dan Dikotil Yang Diteliti Dengan
Jenis Yang berbeda.
Jenis
No Nama Tumbuhan
Kelas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Gersap (Strombosia javanica)
Puspa (Schima wallichi)
Rasamala (Altingia excelsa)
Sigadangdueng (Symingtonia populena)
Pinus (Pinus merkusi)
Pepaya (Carica papaya)
Kelapa (Cocos nucifera)
Pinang (Areca catechu)
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
Pisang (Musa paradisiaca)
Cabe Rawit (Capsicum frutescens)
Cabe Hijau (Capsicum annum)
Terong (Solanum melongenae)
Tomat (Lycopersicon esculentum)
Bunga Kertas (Bougainvillea)
Jagung (Zea mays)
Bunga Matahari (Helianthus annus)
Sansevieria aubrytiana
Bromelia chantinii
Sansevieria zeylanica

Dikotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil

Tahunan
Tahunan
Tahunan
Tahunan
Tahunan
Tahunan
Tahunan
Tahunan
Tahunan
Tahunan
Semusim
Semusim
Semusim
Semusim
Semusim
Semusim
Semusim
Semusim
Semusim
Semusim

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Monokotil dan Dikotil Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, Lebar Tajuk,
Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan Perakaran Terhadap Bidang Horisontal.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Nama Tumbuhan
Gersap
Puspa
Rasamala
Sigadangdueng
Pinus
Pepaya
Kelapa
Pinang
Kelapa Sawit
Pisang
Cabe Rawit
Cabe Hijau
Terong
Tomat
Bunga Kertas
Jagung
Bunga Matahari
Sansevieria aubrytiana
Bromelia chantinii
Sansevieria zeylanica

Kelas

Tinggi

Dikotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Dikotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil
Monokotil

(m)
13.2
16.8
11.04
20.16
16.8
3.04
11
15
12
4
0.48
0.66
0.68
0.91
0.66
1.86
1.91
0.25
0.75
0.81

Diameter
Batang
(cm)
53
62
41
44
56
12
30
20
73
24
-

Lebar Tajuk

Jenis Akar

(m)
11.14
5.57
4.41
8.15
8.18
1.58
2.1
1.8
2.25
2.16
0.59
0.65
0.81
0.43
1.12
1.26
0.82
0.39
0.1
0.33

Tunggang
Tunggang
Tunggang
Tunggang
Tunggang
Serabut
Serabut
Serabut
Serabut
Serabut
Tunggang
Tunggang
Tunggang
Tunggang
Tunggang
Serabut
Serabut
Serabut
Serabut
Serabut

Dalam
Akar
(m)
1.26
1.38
1.01
1.21
1.11
0.62
0.8
0.45
1.1
0.5
0.14
0.25
0.2
0.12
0.38
0.19
0.14
0.13
0.9
0.3

Lebar
Akar
(m)
13.6
5.39
7.1
4.3
7.12
2.76
3.72
2.32
3.9
1.92
0.43
0.62
0.48
0.62
0.44
0.13
0.32
0.11
0.11
0.23

Sudut
Kemiringan
15°
35°
75°
25°
30°
15°
15°
45°
65°
75°
25°
25°
15°
10°
30°
45°
25°
10°
10°
10°

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Monokotil Tahunan
dengan Monokotil Semusim Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter,
Lebar Tajuk, Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan
Perakaran Terhadap Bidang Horisontal.
No Karateristik
Tahunan
Semusim
Cocos nucifera

Helianthus annus

1

Tinggi

11 meter

191 centimeter

2

Diameter

30 centimeter

6 centimeter

3

Lebar tajuk

210 centimeter

82 centimeter

4

Lebar akar

186 centimeter

32 centimeter

5

Dalam akar

80 centimeter

14 centimeter

6

Jenis perakaran

Akar Serabut

Akar Serabut

7

Sudut

kemiringan

perakaran 45°

30°

terhadap bidang horisontal
Pengukuran pada tumbuhan monokotil tahunan yakni Cocos nucifera dilakukan
dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan
sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian
terlebih dahulu dengan jarak mulai 20 cm dari tajuk terjauh, dan dengan
kedalaman 1 m, dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.
Pengukuran pada tumbuhan monokotil semusim yakni Helianthus annus
dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam
akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan
penggalian terlebih dahulu mengelilingi tumbuhan daengan jarak 1 m dari batang
tumbuhan, dan dengan kedalaman 50 cm, dimana tidak ditemui lagi akar pada
bidang tanah.
Dari proses pengukuran di dapat data tinggi, diameter, lebar tajuk, lebar
akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal
seperti yang tertera pada table 2.
Dari data penelitian dapat diperoleh perbandingan antara tumbuhan
monokotil tahunan dan semusim pada karateristik: tinggi 1100 cm : 191 cm;
diameter 30 cm : 6 cm; lebar tajuk 210 cm : 82 cm; lebar akar 186 cm : 32 cm;
dalam akar 80 cm : 14 cm; dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang
horizontal 45° : 30°.

Universitas Sumatera Utara

Table 4. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Dikotil Tahunan dengan
Monokotil Semusim Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, Lebar
Tajuk, Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan Perakaran
Terhadap Bidang Horisontal.
No Karateristik
Tahunan
Semusim
Altingia excels

Capsicum frutescens

1

Tinggi

11,04 meter

48 centimeter

2

Diameter

41 centimeter

0,8 centimeter

3

Lebar tajuk

4,41 meter

59 centimeter

4

Lebar akar

7,10 meter

43 centimeter

5

Dalam akar

1,01 meter

14 centimeter

6

Jenis perakaran

Akar Tunjang

Akar Tunjang

7

Sudut

kemiringan

perakaran 75°

25°

terhadap bidang horisontal

Pengukuran pada tumbuhan dikotil tahunan yakni Altingia excels
dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam
akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan
penggalian terlebih dahulu dengan jarak mulai 20 cm dari tajuk terjauh, dan
dengan kedalaman 1,5 m, dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.
Pengukuran pada tumbuhan dikotil semusim yakni Capsicum frutescens
dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam
akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan
penggalian terlebih dahulu mengelilingi tumbuhan daengan jarak 1 m dari batang
tumbuhan, dan dengan kedalaman 50 cm, dimana tidak ditemui lagi akar pada
bidang tanah.
Dari proses pengukuran di dapat data tinggi, diameter, lebar tajuk, lebar
akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal
seperti yang tertera pada table 3.
Dari data penelitian dapat diperoleh perbandingan antara tumbuhan
monokotil tahunan dan semusim pada karateristik: tinggi 1104 cm : 48 cm;
diameter 41 cm : 0.8 cm; lebar tajuk 441 cm : 59 cm; lebar akar 710 cm : 43 cm;
dalam akar 101 cm : 14 cm; dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang
horizontal 75° : 25°.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Perbandingan Dalam Akar Dengan Tinggi Tumbuhan Monokotil
No
.

Monokotil
Tahunan
(a)

Monokotil
Semusim
(b)

Tinggi
Tajuk
(x)

Dalam
Akar
(y)

x:y

a

b

a

b

a

b

3,04m

186cm

0,62m

19 cm

5:1

10:1

11m

191cm

0,8m

14cm

14:1

13:1

15m

25cm

0,45m

13cm

33:1

2:1

12m

75cm

1,1m

9cm

11:1

8:1

4m

81cm

0,5m

3cm

8:1

27:1

1

Carica papaya

Zea mays

2

Cocos nucifera

Helianthus
annus

3

Areca catechu

Sansevieria
aubrytiana

4

Elaeis
guineensis

Bromelia
chantinii

5

Musa
paradisiaca

Sansevieria
zeylanica

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Perbandingan Dalam Akar Dengan Tinggi Tumbuhan Dikotil
No
.

Dikotil
Tahunan
(a)

Dikotil
Semusim
(b)

Tinggi
Tajuk
(x)

Dalam
Akar
(y)

x:y

a

b

A

b

a

b

13,2m

48cm

1,26m

14cm

19:1

3:1

16,8m

66cm

1,38m

25cm

12:1

3:1

11,0m

68cm

1,01m

20cm

11:1

3:1

20,2m

91cm

1,21m

12cm

17:1

8:1

16,8m

66cm

1,11m

38cm

15:1

1

Strombosia
javanica

Capsicum
frutescens

2

Schima wallichi

Capsicum
annum

3

Altingia excelsa

Solanum
melongenae

4

Symingtonia
populena

Lycopersicon
esculentum

5

Pinus merkusi

2:1

Bougainvillea

Universitas Sumatera Utara

1. Gersap (Strombosia javanica)
Bentuk akar sejajar dan bertindih dengan pola perakaran primer yang
tumbuh secara horizontal dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan
ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh vertical 75° dari bidang rata tanah pada
setiap akar primernya. Akar gersap memiliki warna coklat tua dengan kulit yang
licin yang tumbuh saling sejajar dan bertindih.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 20cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur karena
merupakan salah satu hutan alami.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 120 cm,
pada kedalaman ini posisi dari akar sekunder yang tumbuh vertical sudah tidak
ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan akar primer yang
tumbuh horizontal mencapai panjang 720 cm kearah kiri batang gersap dan 640
cm kearah kanan.

Gambar. 1

Gambar. 2

Universitas Sumatera Utara

2. Puspa (Schima wallichi)
Bentuk akar menjari diagonal kebawah dan bergelombang, pola perakaran
primer yang tumbuh secara horizontal kemudian bercabang dengan kemiringan
35° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus
dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar primernya. Akar puspa memiliki
warna coklat muda menuju orange dengan kulit bersisik yang tumbuh menjari dan
bergelombang.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 10cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur karena
merupakan salah satu hutan alami.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 138 cm,
pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut
menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang
320 cm kearah kiri batang gersap dan 219 cm kearah kanan.

Gambar. 3

Gambar. 4

Universitas Sumatera Utara

3. Rasamala (Altingia excelsa)
Bentuk akar menjari dan bercabang tidak teratur kearah bawah, pola
perakaran primer yang tumbuh secara horizontal kemudian bercabang dengan
kemiringan 75° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh
secara tidak teratur pada bagian bawah setiap akar primernya. Akar rasamala
memiliki warna coklat tua dengan kulit licin yang tumbuh menjari.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 30cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur karena
merupakan salah satu hutan alami.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 101 cm,
pada kedalaman ini akar primer dan sekunder sudah tidak ditutupi tanah lagi atau
bisa disebut menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal
mencapai panjang 448 cm kearah kiri batang gersap dan 262 cm kearah kanan.

Gambar. 5

Gambar. 6

Universitas Sumatera Utara

4. Sigadangdueng (Symingtonia populena)
Bentuk akar menjari dan bercabang kebawah, pola perakaran primer yang
tumbuh secara horizontal kemudian bercabang dengan kemiringan 25° dari bidang
rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh kearah bawah pada setiap
akar primernya. Akar sigadangdueng memiliki warna hitam menuju coklat dengan
kulit bersisik yang tumbuh menjari dan bergelombang.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 35cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur karena
merupakan salah satu hutan alami.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 121 cm,
pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut
menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang
216 cm kearah kiri batang gersap dan 214 cm kearah kanan.

Gambar. 7

Gambar. 8

Universitas Sumatera Utara

5. Pinus (Pinus merkusi)
Bentuk akar bergelombang dan bersilangan antara akar yang satu dengan
yang lain, pola perakaran primer yang tumbuh secara horizontal kemudian
bercabang dengan kemiringan 30° dari bidang rata tanah dan tidak terlalu banyak
ditumbuhi akar sekunder pada setiap akar primernya. Akar pinus memiliki warna
coklat muda menuju orange dengan kulit bersisik yang tumbuh bergelombang dan
bersilangan.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 20cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh gersap termasuk tanah yang subur dan gembur
karena merupakan salah satu hutan alami.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 111 cm,
pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut
menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang
312 cm kearah kiri batang gersap dan 399 cm kearah kanan.

Gambar. 9

Gambar. 10

Universitas Sumatera Utara

6. Pepaya (Carica papaya)
Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang
tumbuh dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar
primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar pepaya memiliki
warna kuning muda dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bertindih.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 1cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh papaya didominasi oleh top soil dengan warna hitam
menuju coklat.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 62 cm,
pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut
menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 276 cm.

Gambar. 11

Gambar. 12

Universitas Sumatera Utara

7. Kelapa (Cocos nucifera)
Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang
tumbuh dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar
primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar kelapa memiliki
warna coklat menuju orange dengan kulit licin

yang tumbuh menjari dan

bertindih.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 1cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh kelapa didominasi pasir dengan warna hitam menuju
abu-abu.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 80 cm,
pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut
menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 372 cm.

Gambar. 13

Gambar. 14

Universitas Sumatera Utara

8. Pinang (Areca catechu)
Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang
tumbuh dengan kemiringan 45° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar
primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar pinang memiliki
warna kuning orange dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bertindih.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 1cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh pinang didominasi pasir dengan warna hitam menuju
abu-abu.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 50 cm,
pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut
menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 232 cm.

Gambar. 15

Gambar. 16

Universitas Sumatera Utara

9. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang
tumbuh dengan kemiringan 65° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar
primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar kelapa sawit
memiliki warna coklat menuju abu-abu dengan kulit licin yang tumbuh menjari
dan bertindih.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 10 cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh kelapa sawit didominasi pasir dengan warna hitam
menuju abu-abu.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 110 cm,
pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut
menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 390 cm.

Gambar. 17

Gambar. 18

Universitas Sumatera Utara

10. Pisang (Musa paradisiaca)
Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang
tumbuh dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar
primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar pisang memiliki
warna kuning dan orange dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bertindih.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 6 cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh pisang didominasi pasir dengan warna hitam menuju
abu-abu.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 56 cm,
pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut
menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 192 cm.

Gambar. 19

Gambar. 20

Universitas Sumatera Utara

11. Cabe Rawit (Capsicum frutescens)
Bentuk akar menjari dan bercabang tidak teratur, pola perakaran primer
yang tumbuh dengan kemiringan 25° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar
primernya. Akar cabe rawit memiliki warna coklat dengan kulit kasar

yang

tumbuh menjari dan bercabang tidak teratur.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0.5cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 14 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 32 cm.

Gambar. 21

Gambar. 22

Universitas Sumatera Utara

12. Cabe Hijau (Capsicum annum)
Bentuk akar menjari dan bercabang tidak teratur, pola perakaran primer
yang tumbuh dengan kemiringan 25° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar
primernya. Akar cabe hijau memiliki warna coklat dengan kulit kasar

yang

tumbuh menjari dan bercabang tidak teratur.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0.5cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 25 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 62 cm.

Gambar. 23

Gambar. 24

Universitas Sumatera Utara

13. Terong (Solanum melongenae)
Bentuk akar menjari dengan percabangan yang jarang, pola perakaran
primer yang tumbuh dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi
akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap
akar primernya. Akar terong memiliki warna kuning dengan kulit bersisik yang
tumbuh menjari dengan percabangan yang jarang.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 1 cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 20 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 48 cm.

Gambar. 25

Gambar. 26

Universitas Sumatera Utara

14. Tomat (Lycopersicon esculentum)
Bentuk akar sejajar dan bercabang sedikit, pola perakaran primer yang
tumbuh dengan kemiringan 10° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar
primernya. Akar tomat memiliki warna kuning dengan kulit licin yang tumbuh
menjari dan bercabang sedikit.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0.5cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 12 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 62 cm.

Gambar. 27

Gambar. 28

Universitas Sumatera Utara

15. Bunga Kertas (Bougainvillea)
Bentuk akar menjari sejajar dan bercabang pada ujung akarnya, pola
perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 30° dari bidang rata tanah dan
ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur
pada setiap akar primernya. Akar bunga kertas memiliki warna kuning dengan
kulit licin yang tumbuh menjari dan sejajar.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 2 cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 38 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 44 cm.

Gambar. 29

Gambar. 30

Universitas Sumatera Utara

16. Jagung (Zea mays)
Bentuk akar sejajar dan bertindih, pola perakaran primer yang tumbuh
dengan kemiringan 45° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang
rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar
primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar jagung memiliki
warna kuning dengan kulit licin yang tumbuh sejajar dan bertindih.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0 cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 19 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 13 cm.

Gambar. 31

Gambar. 30

Universitas Sumatera Utara

17. Bunga Matahari (Helianthus annus)
Bentuk akar sejajar dan mengikat, pola perakaran primer yang tumbuh
dengan kemiringan 25° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang
rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar
primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar bunga matahari
memiliki warna kuning dengan kulit licin yang tumbuh sejajar dan mengikat.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0 cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 14 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 32 cm.

Gambar. 33

Gambar. 34

Universitas Sumatera Utara

18. Sansevieria aubrytiana
Bentuk akar sejajar dan bercabang tidak teratur, pola perakaran yang
tumbuh dengan kemiringan 10° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada
setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar
Sansevieria aubrytiana memiliki warna coklat dan merah dengan kulit licin yang
tumbuh sejajar dan bercabang tidak teratur.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0 cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 13 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 11 cm.

Gambar. 35

Gambar. 36

Universitas Sumatera Utara

19. Bromelia chantinii
Bentuk akar berkumpul dan mengikat, pola perakaran yang tumbuh
dengan kemiringan 10° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang
rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar
primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar Bromelia chantinii
memiliki warna coklat dan hitam dengan kulit licin yang tumbuh berkumpul dan
mengikat.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0 cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 9 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 11 cm.

Gambar. 37

Gambar. 38

Universitas Sumatera Utara

20. Sansevieria zeylanica
Bentuk akar mengikat dan bercabang tidak teratur, pola perakaran yang
tumbuh dengan kemiringan 10° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada
setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar
Sansevieria aubrytiana memiliki warna kuning dan merah dengan kulit licin yang
tumbuh mengikat dan bercabang tidak teratur.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 2 cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 3 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 23 cm.

Gambar. 39

Gambar. 40

Perilaku perakaran pohon yang tumbuh kurang dari 10 cm di bagian atas
permukaan tanah lebih cocok diaplikasikan dalam kegiatan rehabilitasi lahan pada
kondisi lahan horizontal. Perilaku perakaran yang tumbuh pada kedalaman kurang
dari 30 cm diatas permukaan tanah dan menembus hambatan fisik jauh ke bawah
maupun kesamping lebih cocok untuk tujuan rehabilitasi lahan pada kondisi lahan
yang miring atau bertebing (Atmojo, 2008) menyatakan bahwa akar pohon dapat
berfungsi dalam mempertahankan stabilitas tebing melalui dua mekanisme yaitu,

Universitas Sumatera Utara

mencengkram tanah lapisan atas (0-5 cm), dan mengurangi daya dorong masa
tanah akibat pecahnya gumpalan tanah. Peran perakaran pohon dalam
meningkatkan ketahanan geser tanah ditentukan oleh umur pohon, total panjang
akar dan diameter akar. Pohon yang berperakaran intensif di lapisan atas sangat
efektif membantu mengurangi hanyutnya lapisan atas.
Hairiah et al., (2007) menyatakan bahwa strategi yang paling tepat untuk
meningkatkan stabilitas tebing adalah dengan meningkatkan diversitas pohon
yang ditanam dalam suatu lahan untuk meningkatkan jaringan akar yang kuat baik
pada lapisan tanah atas maupun bawah. Oleh karena itu untuk konservasi daerah
tebing rawan longsor sebaiknya penghijauan dengan tanaman yang system
perakarannya dalam.
Perilaku perakaran yang terdapat pada kedalaman lebih dari 30 cm dari
permukaan tanah dan tidak membelok kearah permukaan tanah lebih cocok
digunakan untuk tujuan agroforestry. (Atmojo, 2008) menyatakan bahwa
masuknya tanaman tahuan (hutan) dalam system agroforestry mempunyai potensi
mampu mengeksploitasi hara yang tidak terjangkau oleh perakaran tumbuhan
semusim, menangkap hara yang bergerak turun maupun yang bergerak lateral
dalam profil tanah, dan melarutkan bentuk hara yang tidak tersedia bagi tanaman.
Manalu, 2014 menyatakan bahwa Perubahan warna akar tidak terjadi pada
setiap akar pohon. Akar yang mengalami perubahan warna tidak berdasarkan
kedalaman tanah, tetapi perakaran pohon memiliki warna sesuai dengan jenis
pohon yang diteliti. Hal tersebut terbentuk secara alami tanpa dipengaruhi oleh
tempat tumbuh dari tumbuhan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Dari 20 jenis tumbuhan yang diteliti pertumbuhan akar tumbuhan dikotil lebih
cenderung tumbuh kearah bawah sehingga kedalaman perakarannya lebih besar
jika dibandingkan dengan perakaran tumbuhan monokotil yang pertumbuhan
akarnya cenderung sama besar dengan panjang hampir sama pada setiap akarnya.
2. Perbandingan tinggi, lebar perakaran, dan dalam perakaran tumbuhan
monokotil setahun dengan semusim adalah tinggi 11m : 1,91m; lebar perakaran
1,86m : 0,32m; dan dalam perakaran 0,8m : 0,14m. Dan pada tumbuhan dikotil
setahun dan semusim adalah tinggi 11,04m : 0.48m; lebar perakaran 7,1m : 0,43m
;dan dalam perakaran 1,01m : 0,14m.

Saran
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai karateristik perakaran,
khususnya perakaran tumbuhan dikotil tahunan guna dimanfaatkan dalam
pengelolaan lahan baik untuk kegiatan rehabilitasi maupun optimalisasi
penggunaan lahan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Dikotil dan Monokotil
Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal
(protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan
epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan
kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm.
Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain dari meristem
apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari
jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang
monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu
tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan
pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang besar
karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan
monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang.
Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral.
Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral
tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi
akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi
akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem
jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut. Di
ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi
melindungi promeristem akar.

Universitas Sumatera Utara

Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati slide awetan
akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat preparat segar
dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada disekitar kampus
atau disekitar laboratorium pendidikan biologi (David, 2013 ).

Monokotil

Tumbuhan monokotil memiliki ciri-ciri batang tidak bercabang, tidak
berkambium, akar serabut, pertulangan daun sejajar dan mempunyai ikatan
pembuluh koklea (Mukhtar, 1992). Tumbuhan monokotil tidak memiliki cabang,
ikatan pembuluh tertutup, tidak berkambium, mempunyai akar serabut, biji
berkeping satu, dan jumlah biji tiga atau berkelipatan tiga (Saktiyono, 1989).
Tumbuhan berkeping biji tunggal (atau monokotil) adalah salah satu dari
dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena
hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai takson dalam
berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat berbagai nama, seperti
Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae.

Universitas Sumatera Utara

Dikotil

Tumbuhan dikotil yaitu tumbuhan yang memiliki biji berkeping dua yang
merupakan cabang dari tumbuhan Angiospermae. Ciri tumbuhan dikotil adalah
bercabang-cabang, berkambium, akar tunggang, pertulangan daun menyirip dan
mempunyai ikatan pembuluh kolateral terbuka (Kimball, 1992).
Tumbuhan dikotil merupakn tumbuhan berkeping dua yang memiliki
lembaga, dua daaun lembaga dan akar serta pucuk lembaga yang tidak memiliki
pelindung khusus. Batang bagian bawah tanaman dikotil lebih besar daripada
ujungnya, hal ini dikarenakan tumbuhan dikotil mempunyai kambium (Suprapto,
1994). Tumbuhan dikotil mempunyai cabang ikatan pembuluh kolateral
berkambium, mempunyai akar tunggang dan pembuluh akut tersusun dalam
lingkaran (Saktiyono, 1989).
Tumbuhan berbiji belah atau tumbuhan berkeping biji dua adalah
segolongan tumbuhan berbunga yang memiliki ciri khas yang sama dengan
memiliki sepasang daun lembaga (kotiledon:daun yang terbentuk pada embrio)
berbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat
mudah

terbelah

dua

dan

sistem

Crouquist mengakui

kelompok

ini

Universitas Sumatera Utara

sebagai takson dan menamakannya kelas Magnoliopsida. Nama ini dibentuk
dengan menggantikan akhiran -aceae dalam nama Magnoliopsida dengan
akhiran -opsida . Kelas Magnoliopsida dipakai sebagai nama takson bagi semua
tumbuhan berbunga bukan monokotil.
Magnoliopsida adalah nama yang dipakai untuk menggantikan nama yang
dipakai sistem klasifikasi yang lebih lama, kelas Dicotyledoneae(kelas “tumbuhan
berdaun lembaga dua atau tumbuhan dikotil.
Akar
Dalam pertumbuhannya akar merupakan bagian penting bagi tumbuhan
untuk dapat mempertahankan hidupnya. Akar memiliki tugas untuk memperkuat
berdirinya tumbuhan, menyerap air dan unsur hara yang terlarut di dalamnya dari
dalam tanah, serta terkadang sebagai tempat untuk menimbun makanan. Saat biji
berkecambah, akar lembaga atau calon akar mempelihatkan system perakaran
yang berbeda antara tumbuhan dikotil dan monokotil. Akar pada tumbuhan dikotil
merupakan akar tunggang. Sedangkan akar pada tumbuhan monokotil merupakan
akar serabut (Aryulina dkk, 2006).
Akar pada tumbuhan tumbuh kearah pusat bumi (goetrop) atau menuju air
(hidrotrop). Badan akar tidak memiliki buku (node) dan ruas (internode) sehingga
tidak mendukun daun atau bagian lain untuk tumbuh. Warna akar tidak hijau,
melaikan dengan pola warna putih hingga kekuningan. Pertumbuhan ujung akar
lebih lambat dibandingkan dengan batang tumbuhan. Ujung akar berbentuk
runcing sehingga mudah menembus tanah baik secara mekanik maupun kimiawi
(Nugroho dkk, 2006).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan paru-paru bumi tempat berbagai satwa hidup, pohonpohon, hasil tambang dan berbagai sumberdaya lainnya yang bisa kita dapatkan
dari hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga merupakan
sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia,
baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang
dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu,
satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat
rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi.
Keberadaan hutan, dalam hal ini daya dukung hutan terhadap segala aspek
kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnya
kesadaran manusia akan arti penting hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan
hutan. Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk
hidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan
merupakan

suatu

kesatuan

siklus

yang

dapat

mendukung

kehidupan

(Reksohadiprojo, 2000).
Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan
organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan,
seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan
jaringan pengangkut Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan
menutupi permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar . Berdasarkan
ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm .
Epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi
seperti stomata dan trikomata (Rompas, 2011).
Bagian dari aksis tumbuhan yang menopang daun dan organ reproduktif,
dan biasanya terletak di atas permukaan tanah dan brdiri tegak disebut batang.
Secara umum, batang danakar mempunya struktur yang relatif sama, keduannya
memiliki stele dngan xilem dan floem, perisikel, endodermis, korteks dan
epidermis. Perbedaannya adalah dalam hal struktur berkas pengankutnya. Pada
akar, berkas xilem dan floem primer terletak dalam radius yang berbedadan
terpisah satu dengan yang lainnya, sedang pada batang berkas xilem dan floem
terletak bersebelahan dan dalam radius yang sama. Dalam perkembangan
sekundernya, batang danakar memiliki struktur yang relatif sama (Nugroho. dkk;
2006).
Salah satu bagian dari tumbuhan adalah akar. Akar pada tumbuhan
memiliki peranan penting bagi tumbuhan. Akar merupakan bagian tubuh
tumbuhan sebelah bawah, biasanya berkembang dibawah permukaan tanah
meskipun adapula akar yang tumbuh di udara (seperti halnya batang ada pula
yang tumbuh dibawah permukaan tanah). Susunan dan perkembangan jaringan
primer akar dan batang dapat dibedakan dengan jelas misalnya perkembangan
epidermisnya. Pada tumbuhan berbiji, xylem akar primer bersifat eksarch dan
xilem batang bersifat endarch. Xilem dan floem diakar muda membentuk berkas
pengangkut yang tersusun berseling, sedang pada batang membentuk berkas
pengangkut yang tersusun secara kolateral, bikolateral, atau konsentris. Pada akar
tidak dijumpai bangunan yang serupa daun, cabang-cabangnya terbentuk dari
bagian yang telah dewasa (bukan dikuncup sperti pada batang),tidak mempunyai

Universitas Sumatera Utara

stomata tetapi mempunyai tudung akar yang tidak ada persamaannya pada batang.
Berdasarkan asal pembentukannya, ada dua tipe akar yaitu akar primer dan
akar adventif. Akar primer terbentuk dari bagian ujung embrio (koleoriza) dan
dari perisikel,sedang akar adventif berkembang dari bagian akar yang telah
dewasa selain perisikel atau dari bagian tubuh yang lain misalnya dari batang atau
daun (Soerodikoesoemo,1993).
Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus
tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada monokotil, akar lembaga mati, kemudian
pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama
sehingga membentuk akar serabut.Akar monokotil dan dikotil ujungnya
dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar
sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang mengandung butirbutir amilum, dinamakan kolumela (Reinhardt, 2008).
Pada tumbuhan kelas tingkat tinggi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu tumbuh-tumbuhan berbiji keping satu atau yang disebut dengan monokotil
monocotyledonae dan tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan
dikotil dicotyledonae. Tubuh tumbuhan dibagi ke dalam system akar dan system
tunas yang ada di atas permukaan tanahyang terdiri dari batang, daun dan bunga.,
yang dihubungkan oleh jaringan vaskuler yang kontinu di seluruh tubuh
tumbuhan, mengangkut zat-zat antara akar dan tunas. Jenis jaringan vaskuler
adalah xilem, yang mengirim air dan mineral terlarut ke atas dari akar ke tunas,
dan floem, yang mengangkut makanan yang dibuat di daun yang sudah dewasa ke
akar dan ke bagian-bagian system tunas (Campbell.dkk,2003).

Universitas Sumatera Utara

Kelompok sel tumbuhan tertentu membentuk suatu kelompok sel yang
memiliki struktur dan fungsi yang sama dan disebut jaringan. jaringan pada
tumbuhan berasal dari pembelahan sel embrional yang berdiferensiasi menjadi
bermacam-macam bentuk yang memiliki fungsi khusus. Berdasarkan aktivitas
pembelahan sel selama fase pertumbuhan dan perkembangan sel/jaringan
tumbuhan, maka jenis jaringan pada tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu jaringan
meristem dan jaringan dewasa (permanen) (Aldi, 2010).
Hingga kini belum banyak ditemukan penelitian yang membahas
mengenai perbedaan bentuk dan pertumbuhan pada akar tanaman. Maka saya
merasa perlu diadakan penelitian mengenai perbandingan akar tanaman dikotil
dan monokotil sebagai bahan acuan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai
pertumbuhan akar.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan akar tumbuhan monokoltil dan
dikotil.
2. Untuk mengetahui perbandingan antara tinggi, lebar akar dan dalam
perakaran pada tumbuhan dikotil dan monokotil
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak
yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

DANY ROY PUTRA STG : Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan
Monokotil Dan Tumbuhan Dikotil. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan
AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Perakaran pada pohon merupakan landasan yang sangat penting pada
pertumbuhan dan perkembangan pohon. Tidak hanya memberikan penguat
mekanis untuk memelihara struktur lurus keatas suatu pohon, tetapi juga esensial
untuk penyerapan air dan mineral. Pada tumbuhan terdapat dua jenis perakaran
yakni akar tunggang pada tumbuhan dikotil dan akar serabut pada tumbuhan
monokotil. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait perilaku perakaran
pada tumbuhan baik dikotil maupun monokotil serta beberapa perbandingan
pertumbuhan akar antara tumbuhan dikotil setahun dengan semusim dan
tumbuhan monokotil setahun dan semusim. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober 2015 sampai Februari 2016 dengan mengamati secara langsung
dilapangan. Ada dua puluh jenis tumbuhan yang di teliti yang terbagi atas 5
tumbuhan dikotil setahun, 5 tumbuhan dikotil semusin, 5 tumbuhan monokotil
setahun dan 5 tumbuhan monokotil semusim. Hasil penelitian menunjukan
perilaku perakaran tumbuhan, karateristik akar dan perbadingan pertumbuhan akar
tumbuhan setahun dan semusim.

Kata kunci : Akar, Perilaku akar, Monokotil, Dikotil

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

DANY ROY PUTRA STG : Comparison Of Growth Roots Monocots Plant And
Dicots Plant. supervision of BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Rooting on the tree is a very important base in growth and development of
trees. Not only provide mechanical reinforcement to maintain the structure a tree
straight up, but also essential for the absorption of water and minerals. In plants,
there are two types of rooting that is tap root on dicots plants and fiber roots in
monocots plants. This research can provide information related to the behavior of
plant roots on both dicots and monocotyledons and some comparisons root
growth between year plant dicots with seasonal and year monocot plants and
seasonal. This research was conducted in October 2015 through February 2016
by observe directly in the field. There are twenty species of plants accurate
divided into 5 year dicots plants, 5 seasonal dicots plants, 5 year monocot plants
and 5 monocot plants seasonal. The results showed the behavior of plant root,
root characteristics and a comparison growth of year plant roots and seasonal.

Keyword : Root, Root Behavior, Monocot, Dicots

Universitas Sumatera Utara

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN AKAR
TUMBUHAN MONOKOTIL DAN TUMBUHAN DIKOTIL

SKRIPSI

Oleh:
DANY ROY PUTRA SITANGGANG
101201159/ BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil Dan
Tumbuhan Dikotil

Nama

: Dany Roy Putra Sitanggang

NIM

: 101201159

Departemen

: Kehutanan

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing I

Komisi Pembimbing II

Dr. Budi Utomo, S.P., M.P.
NIP. 197008202003121002

Afifuddin Dalimunte, S.P., M.P.
NIP. 197311052002121001

Mengetahui,
Ketua Program StudiKehutanan

SitiLatifah, S.Hut, M.Si, Ph.D
NIP. 197104162001122001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

DANY ROY PUTRA STG : Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan
Monokotil Dan Tumbuhan Dikotil. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan
AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Perakaran pada pohon merupakan landasan yang sangat penting pada
pertumbuhan dan perkembangan pohon. Tidak hanya memberikan penguat
mekanis untuk memelihara struktur lurus keatas suatu pohon, tetapi juga esensial
untuk penyerapan air dan mineral. Pada tumbuhan terdapat dua jenis perakaran
yakni akar tunggang pada tumbuhan dikotil dan akar serabut pada tumbuhan
monokotil. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait perilaku perakaran
pada tumbuhan baik dikotil maupun monokotil serta beberapa perbandingan
pertumbuhan akar antara tumbuhan dikotil setahun dengan semusim dan
tumbuhan monokotil setahun dan semusim. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober 2015 sampai Februari 2016 dengan mengamati secara langsung
dilapangan. Ada dua puluh jenis tumbuhan yang di teliti yang terbagi atas 5
tumbuhan dikotil setahun, 5 tumbuhan dikotil semusin, 5 tumbuhan monokotil
setahun dan 5 tumbuhan monokotil semusim. Hasil penelitian menunjukan
perilaku perakaran tumbuhan, karateristik akar dan perbadingan pertumbuhan akar
tumbuhan setahun dan semusim.

Kata kunci : Akar, Perilaku akar, Monokotil, Dikotil

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

DANY ROY PUTRA STG : Comparison Of Growth Roots Monocots Plant And
Dicots Plant. supervision of BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Rooting on the tree is a very important base in growth and development of
trees. Not only provide mechanical reinforcement to maintain the structure a tree
straight up, but also essential for the absorption of water and minerals. In plants,
there are two types of rooting that is tap root on dicots plants and fiber roots in
monocots plants. This research can provide information related to the behavior of
plant roots on both dicots and monocotyledons and some comparisons root
growth between year plant dicots with seasonal and year monocot plants and
seasonal. This research was conducted in October 2015 through February 2016
by observe directly in the field. There are twenty species of plants accurate
divided into 5 year dicots plants, 5 seasonal dicots plants, 5 year monocot plants
and 5 monocot plants seasonal. The results showed the behavior of plant root,
root characteristics and a comparison growth of year plant roots and seasonal.

Keyword : Root, Root Behavior, Monocot, Dicots

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Muarasipongi pada 27 Januari 1993 dari Ayah P.
Sitanggang dan R. Br. Sitohang. Menamatkan Sekolah Dasar dari SD Swasta
HKBP Padangsidimpuan pada Tahun 2004. Kemudian melanjutkan sekolah di
SMP N 5 Padangsidimpuan lulus tahun 2007. Melanjutkan ke SMA Negeri 3
Padangsidimpuan lulus tahun 2010.
Tahun 2010 melanjutkan ke Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara
melalui jalur SNMPTN dengan jurusan Kehutanan. Penulis melakukan penelitian
dengan judul “Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil Dan
Tumbuhan Dikotil”.
Penulis masuk organisasi Himpunan Mahasiswa Silva tahun 2010,
mengikuti kegiatan P2EH (Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan) tahun 2012 di
Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Tongkoh selama 10 hari. Penulis melakukan
PKL (Praktik Kerja Lapang) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Tanggamus, Lampung pada tanggal 24 Januari sampai 3 Maret 2015.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan
penelitian yang berjudul “Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil
Dan Tumbuhan Dikotil”.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Budi Utomo, S.P,
M.P selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi saran
dalam penulisa usulan penelitian ini. Juga kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penulisan usulan peenelitian ini.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
kelancaran penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan
ilmu pengetahuan, khusus bidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk ayahanda P. Sitanggang, ibunda
R. Br. Sitohang, abangda Freddy Julisky Sitanggang dan adinda Deny Roy Putra
Sitanggang. Penulis juga berterima kasih kepada kemurahan hati rekan rekan
seperjuangan mahasiswa yang turut membantu penulis dalam menyiapkan skripsi
ini terkhusus kepada saudara Riston Sitindaon beserta keluarga, Josua Martin
Sitangga