Analisis Determinan Daya Saing Ekonomi Kabupaten Batu Bara

SKRIPSI ANALISIS DETERMINAN DAYA SAING EKONOMI KABUPATEN
BATU BARA OLEH
SUCI ANA WINTA RITONGA 110501056
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
1
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penentu daya saing ekonomi Kabupaten Batu Bara pada tahun 2014 dengan menggunakan metode Analisis Hierarki Proses (AHP). Metode yang di gunakan adalah metode purposive sampling, dan menggunakan data primer dengan kuisioner dan wawancara terhadap 50 responden yang terdiri dari mahasiswa, pengajar, tokoh masyarakat, birokrasi, perbankan, non perbankan, dan pengusaha. Hasil dari penelitian ini yaitu faktor infrastruktur menjadi faktor yang paling penting dalam meningkatkan daya saing ekonomi Kabupaten Batu Bara dengan bobot sebesar 0,353, diikuti dengan faktor tenaga kerja dan produktivitas dengan bobot sebesar 0,328, kemudian faktor perekonomian daerah dengan bobot sebesar 0,171, faktor kelembagaan dengan bobot sebesar 0,085, dan yang terakhir faktor sosial politik dengan bobot sebesar 0,063.
Kata Kunci : Daya Saing Ekonomi, Analisis Hierarki Proses
i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT Therefore this research for analyze the factors that affect and the economic competitivenessmakers at Batu Bara in 2014 by using the method of Analytical Hierarchy Process (AHP). By using purposive sampling method, andthis study used primary data with quetionaires and interviews with 50 respondent, consisting of student, teachers, community leaders, bureaucracy, banking, nonbanking, and entrepreneurs. Results from this research that the infrastructure factor becomes the most important factor in improving economic competitiveness Batu Bara city with a weight of 0,353, followed by a factor of labor and productivity a weight of 0,328, then the regional economy factors a weight of 0,171, institutional factors a weight of 0,085, and the final is socio political factor a weight of 0,063. Keywords : Economic Competitiveness, Analytical Hierarchy Process
ii
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul “ Analisis Determinan Daya Saing Ekonomi Kabupaten Batu Bara”.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.Tentunya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, terutama kepada : 1. Kedua orang tua tercinta Eddi Mora Ritonga dan Ratna Sari Siregar atas

cinta, kasih, sayang, doa dan seluruh dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, SE., M.Ec., Ac. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec.selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si. selaku Sekretaris Departemen
iii
Universitas Sumatera Utara

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen penguji yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini, dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution,S.E., M.Si.selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan 7. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi pembangunan 2011 serta kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.
Medan, Februari 2015
Penulis
iv
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................... ABSTRACT ............................................................................................. KATA PENGANTAR............................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR GAMBAR............................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

BAB I

PENDAHULUAN................................................................. 1.1 Latar Belakang ................................................................ 1.2 Perumusan Masalah ........................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 1.4 Manfaat Penelitian...........................................................


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1 Teori Daya Saing............................................................. 2.2 Konsep Daya Saing .........................................................
2.2.1 Daya Saing Global ................................................. 2.2.2 Daya Saing Daerah................................................. 2.3 Indikator Utama Daya Saing Ekonomi Daerah............... 2.4 Penelitian Sebelumnya .................................................... 2.5 Kerangka Konseptual ......................................................

BAB III

METODE PENELITIAN .................................................... 3.1 Ruang Lingkup Penelitian............................................... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 3.3 Batasan Oprasional........................................................... 3.4 Defenisi Oprasional.......................................................... 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 3.6 Metode Pengambilan Sampel.......................................... 3.7 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .............................. 3.8 Metode Analisis Data......................................................

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara.......................... 4.2 Gambaran Demografi Kabupaten Batu Bara ...................

i ii iii v vii viii ix
1 1 5 5 5
6 6 7 8 10 14 21 24
25 25 25 25 25 26 27 27 29
39 39 39


v
Universitas Sumatera Utara

4.3 Kondisi Perekonomian Batu Bara .................................... 4.4 Profil Responden............................................................. . 4.5 Pembobotan dan Pemeringkatan Faktor
Daya Saing Ekonomi........................................................ 4.5.1 Faktor Infrastruktur Fisik .................................... 4.5.2 Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas............... 4.5.3 Faktor Perekonomian Daerah.............................. 4.5.4 Faktor Kelembagaan ........................................... 4.5.5 Faktor Sosial Politik ............................................

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 5.1 Kesimpulan ..................................................................... 5.2 Saran .............................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. LAMPIRAN .........................................................................................

40 41
42 44 47 50 52 54
58 58 59
60 62

vi
Universitas Sumatera Utara


No. Tabel

DAFTAR TABEL Judul

Halaman

3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat ..................................................................... 27
3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan ............................... 34 3.3 Skala Penilaian Perbandingan ........................................ 35 3.4 Pembangkit Random (RI) ............................................... 38 4.1 Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha atas
Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Batu Bara (%) Tahun 2013 ...................................................... 40 4.2 Karakteristik Responden ................................................. 42

vii
Universitas Sumatera Utara

No. Gambar

DAFTAR GAMBAR Judul

Halaman

2.1 Indikator Utama Penentu Daya Saing di Kabupaten Batu Bara....................................................................... 24

4.1 Nilai Bobot dari Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Batu Bara .................................................... 43
4.2 Presentase Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Batu Bara .................................................... 44
4.3 Presentase Pembobotan Faktor Infrastruktur Fisik Kabupaten Batu Bara .................................................... 45
4.4 Presentase Pembobotan Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas Kabupaten Batu Bara .............................. 48
4.5 Presentase Pembobotan Faktor Perekonomian daerah Kabupaten Batu Bara .................................................... 50
4.6 Presentase Pembobotan Faktor Kelembagaan Kabupaten Batu Bara .................................................... 52
4.7 Presentase Pembobotan Faktor Sosial Politik Kabupaten Batu Bara .................................................... 54

viii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

Judul

Halaman

1 Identitas Responden ........................................................ 67 2 Kuisioner penelitian ........................................................ 68


ix
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal ini menandai
dimulainnya sebuah babak baru dalam pembangunan daerah. Terlepas dari perdebatan mengenai ketidaksiapan pemerintah di berbagai bidang untuk melaksanakan kedua UU tersebut, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka mendorong pembangunan daerah , menggantikan konsep pembangunan terpusat yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai penyebab lambannya pembangunan di daerah dan semakin membesarrnya ketimpangan antar daerah. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yang berarti adanya keleluasaan bagi daerah untuk mengembangkan potensi penerimaan daerah pada satu sisi, dan keleluasaan untuk menyusun daftar prioritas pembangunan di sisi lainnya, akan dapat mendorong percepatan pembanguna daerah.
Tantangan utama dari pemberdayaan otonomi daerah adalah pemahaman akan potensi daya saing daerah. Dengan pemahaman yang akurat dan lengkap akan potensi daya saing yang dimiliki oleh daerahnya, suatu pemerintah daerah akan dapat dengan mudah menyusun suatu kebijakan yang benar-benar baik dan pada gilirannya akan menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha di daerah yang bersangkutan (Abdullah, 2002:3-5).
1
Universitas Sumatera Utara

Otonomi daerah harus dapat menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan otonomi nasional didaerah, dan dilain pihak terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakn regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi didaerahnya. Dalam konteks ini, otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses perijinan usaha, dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di daerahnya. Dengan demikian otonomi daerah akan membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang lebh tinggi dari waktu ke waktu (Haris, 2005:10).
Laporan World Economic Forum ( WEF) dalam “ Global Competitiveness Report” tahun 2014-2015 menunjukkan bahwa posisi daya saing Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 144 atau naik empat tingkat dari posisi sebelumnya di peringkat 38 (tahun 2013-2014), dan posisi ke-50 (tahun 2012-2013). Meski menunjukkan kenaikan peringkat, Indonesia dinilai masih tetap menduduki posisi daya saing terendah dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Daya saing Indonesia masih tetap berada di bawah negara Singapura (urutan ke-2), Jepang (ke-6), Malaysia (ke-20), Thailand (ke-31), Taiwan (ke-14), Korsel (ke-26), dan China (ke-28).
The Global Competitiveness Report's didasarkan pada Global Competitiveness Index (GCI), yang diperkenalkan WEF pada 2004. Laporan ini mendefinisikan daya saing sebagai seperangkat institusi, kebijakan dan faktorfaktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu negara. Skor GCI dihitung berdasarkan 12 kategori yakni institusi atau lembaga, infrastruktur,
2
Universitas Sumatera Utara

makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi. Dari ke-12 kategori itu, total skor yang diraih Indonesia adalah 4,57, mengungguli sejumlah negara di Eropa seperti Spanyol (35), Portugal (36), dan Italia (49); negara-negara Timur Tengah seperti Kuwait (40), Bahrain (44), atau Oman (46); juga negara-negara Asia seperti Filipina (52), Vietnam (68), dan India (71).
Tingkat persaingan antar negara dari waktu ke waktu semakin tinggi sebagai dampak dari munculnya fenomena globalisasi ekonomi. Globalisasi ini tidak hanya akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga akan berdampak langsung pada perekonomian daerah terlebih lagi setelah era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Di lain pihak, daya saing negara merupakan cermin dari posisi daya saing di tingkat daerah. Suatu daerah akan memiliki reaksi yang berbeda dalam menyikapi dampak dari adanya fenomena globalisasi ini, hal tersebut akan sangat menentukan posisi tawar masing-masing daerah dalam kancah persaingan global yang semakin ketat (Horvarth, 2004 dalam PPSK BI, 2008).
Kabupaten Batu Bara memiliki potensi daerah yang cukup menonjol di sektor perindustrian, pertanian, perikanan dan perkebunan khususnya di sektor industri dengan keberadaan PT.INALUM, PT.Multimas Nabati dan PT. Domba Mas. Kabupaten Batubara merupakan daerah yang berpotensial tinggi untuk berkembang menjadi sebuah kawasan daerah industri, hal ini dikarenakan salah satu desa di Kabupaten Batu Bara yaitu Kuala tanjung, telah ditetapkan menjadi

3
Universitas Sumatera Utara

Daerah Ekonomi Khusus. Ini merupakan pengembangan wilayah industri dari KIM ( Kawasan Industri Medan).
Untuk itu Pemerintah Kabupaten Batu Bara diharapkan dapat memasarkan daerahnya dengan baik. KKPOD dalam penelitiaanya pada tahun 2013 menjelaskan bahwa pemasaran daerah menjadi suatu pendekatan yang populer sebagai instrument penting untuk memperkuat perekonomian daerah dan daya saing global. Pemasaran daerah dijadikan instrumen dalam bidang pembangunan ekonomi lokal dan ekonomi regional (Local dan Regional Economic Development/ LRED) dalam rangka menghadapi tantangan globalisasi yang menghasilkan persaingan yang semakin ketat antara wilayah dan masingmasing daerah.
KKPOD (2013) Kemampuan daerah menjual potensi yang dimiliki suatu daerah adalah faktor penting keberhasilan pemasaran daerah. Kemampuan untuk menjual tersebut juga harus didukung oleh terciptanya iklim yang kondusif dan mendukung investasi di daerah seperti adanya jaminan keamanan dan kepastian hukum bagi investasi di daerah. Pemda hendaknya mampu melahirkan regulasi yang dapat memacu pertumbuhan perekonomian dengan merebut investor PMA dan PMDN sekaligus memberdayakan investor lokal. Keberhasilan Pemda mengelola faktor-faktor tersebut akan dapat mendorong peningkatan daya saing daerah dalam merebut investor.
Latar belakang diatas menunjukkan betapa pentingnya kemampuan daerah dalam meningkatkan daya saing daerah sebagai penentu keberhasilan pembangunan di daerah tersebut. Kemampuan yang di miliki oleh Kabupaten
4
Universitas Sumatera Utara

Batu Bara untuk meningkatkan daya saing daerah ini akan sangat tergantung pada kemampuan Kabupaten Batu Bara sendiri dalam mengidentifikasi faktor-faktor penentu daya saing daerah tersebut, maka dari pemaparan diatas penulis dapat membuat judul penelitian mengenai “Analisis Determinan Daya Saing Ekonomi di Kabupaten Batu Bara”. I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pokok permasalah dalam penelitian ini ialah: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Daya saing ekonomi di Kabupaten
Batu Bara? I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor utama yang mempengaruhi daya saing ekonomi di Kabupaten Batu Bara. I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan dan pengetahuan bagi
pembaca mengenai daya saing ekonomi. 2. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi penulis lainnya. 3. Dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca. 4. Sebagai penambah dan pembanding hasil-hasil penelitian dengan topik yang
sama.
5
Universitas Sumatera Utara


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori daya saing Daya saing merupakan salah satu kriteria untuk menentukan keberhasilan
dan pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara dalam peningkatan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Daya saing diidentifikasikan dengan masalah produktifitas, yakni dengan melihat tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Meningkatnya produktifitas ini disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik modal dan tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi (Porter, 1990 dalam Abdullah, 2002).
Pendekatan yang sering digunakan untuk megukur daya saing dilihat dari beberapa indikator yaitu keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif, ada juga keunggulan absolut. Menurut Tarigan (2005:75). Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengmbangan daerah. Lebih lanjut menurut tarigan (2005:75) istilah comparative adventage (keunggulan komparatif) mula-mula dikemukakanoleh David Ricardo (1917) sewaktu membahas perdagangan antara dua negara(Tarigan, 2005 dalam Sitorus, 2013).
Dalam teori tersebut, Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua negara saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengeksport barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan yang komperatif maka kedua negara tersebut akan beruntung. Teryata ide tersebut
6
Universitas Sumatera Utara

bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting di perhatikan dalam ekonomi regional.
Keunggulan kompetitif adalah suatu keunggulan yang dapat diciptakan dan dikembangkan. Ini merupakan ukuran daya saing suatu aktifitas kemampuan suatu negara atau suatu daerah untuk memasarkan produknya di luar daerah atau luar negeri. Maka dari itu, menurut Tarigan (2005:75) seorang perencana wilayah harus memiliki kemampuan untuk menganalisa potensi ekonomi wilayahnya. Dalam hal ini kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor inimemilik keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. 2.2 Konsep Daya Saing
Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan untuk perusahaan dan negara. Selanjutnya konsep tersebut di kembangkan untuk tingkat negara sebagai daya saing global, khususnya melalui lembaga World Economic Forum (Global Comvetitiveness Report) dan International Institute for management Development ( World Competitiveness Yearbook). Daya saing ekonomi suatu negara seringkali merupakan cerminan dari daya siang ekonomi daerah secara keseluruhan. Disamping itu, dengan adanya tren desentralisasi, maka makin kuat kebutuhan untuk mengetahui daya saing pada tingkat daerah (PPSK BI, 2008).
7
Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Daya saing global Michael Porter (1990) menyatakan bahwa konsep daya saing yang dapat
diterapkan pada level nasional adalah “produktivitas” yang didefinisikannya sebagai nilai output yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja. Bank dunia menyatakan hal yang relatif sama di mana “daya saing mengacu kepada besaran serta laju perubahan nilai tambah perunit input yang dicapai oleh perusahaan”. Akan tetapi, baik Bank Dunia, Porter, serta literatur-literatur lain mengenai daya saing nasional memandang bahwa daya saing tidak secara sempit mencakup hanya sebatas tingkat efisiensi suatu perusahaan. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas, tidak berkutat hanya pada level mikro perusahaan, tetapi juga mencakup aspek diluar perusahaan seperti iklim berusaha yang jelas diluar kendali perusahaan. (Abdullah dkk, 2002 : 11). Secara lebih rinci, Porter mendefinisikan daya saing nasional sebagai: “luaran dari kemampuan suatu negara untuk berinovasi dalam rangka mencapai, atau mempertahankan posisi yang menguntungkan dibandingkan dengan negara lain dalam sejumlah sektorsektor kuncinya”.
Menurut Cho (2003), definisi daya saing yang paling populer pada tingkat nasional juga dapat ditemukan dalam Laporan Komisi Kemampuan Bersaing Presiden yang ditulis untuk pemerintahan Reagan pada tahun 1984 yaitu sebagai berikut:“Kemampuan bersaing sebuah negara adalah derajat di mana negara itu dapat, di bawah keadaan pasar yang bebas dan adil, menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi uji pasar internasional sementara secara simultan melakukan perluasan pendapatan riil dari para warga negaranya. Kemampuan
8
Universitas Sumatera Utara


bersaing pada tingkat nasional didasarkan pada kinerja produktivitas superior”( Cho, 2003 dalam Millah, 2013:15).
World Economic Forum (WEF), suatu lembaga yang menerbitkan “Global Competitiveness Report” mendefenisikan daya saing nasional secara lebih luas maknaya dengan kalimat yang sangat sederhana. WEF mendefenisikan daya saing nasional sebagai “kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan”. Fokusnya adalah pada kebijakan-kebijakan yang tepat, institusi-institusi yang sesuai, serta karakteristikkarakteristik ekonomi lain yang mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan (Abdullah, 2002).
Lembaga lain seperti yang dikenal luas seperti Institute of Management Development (IMD) dalam buku “Daya Saing Daerah” Abdullah (2002) dengan publikasinya “World Competitiveness Yearbook”, secara lengkap mendefenisikan daya saing nasional sebagai “ kemampuan suatu negara dalam menciptakan nilai tambah dalam rangka menambah kekayaan nasional dengan cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan agresivitas, globality dan proximity, serta dengan mengintegrasikan hubungan-hubungan tersebut kedakam suatu model ekonomi dan sosial”. Dengan arti bahwa daya saing nasional adalah suatu konsep yang mengukur dan membandingkan seberapa baik suatu negara dalam menyediakan suatu iklim tertentu yang kondusif untuk mempertahankan daya saing domestik maupun global kepada perusahaan-perusahaan yang berada di wilayahnya.
9
Universitas Sumatera Utara

Martin (2003) menyatakan konsep dan definisi daya saing suatu negara atau daerah mencakup beberapa elemen utama sebagai berikut: 1. Meningkatkan taraf hidup masyarakat; 2. Mampu berkompetisi dengan daerah maupun negara lain; 3. Mampu memenuhi kewajibannya baik domestik maupun internasional; 4. Dapat menyediakan lapangan kerja; dan 5. Pembangunan yang berkesinambungan dan tidak membebani generasi yang
akan datang. (Martin, 2003, dalam PPSK-BI, 2008) Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
konsensus yang secara tegas mendefinisikan daya saing. Setidaknya walau dengan definisi yang tidak begitu seragam, hampir semua ahli mempunyai kesamaan pendapat tentang apa saja yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing (Sachs dkk, 2000, dalam PPSK BI, 2008). Dengan demikian, definisi yang pasti dan disepakati semua pihak tidak lagi menjadi syarat mutlak dalam rangka mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menentukan daya saing suatu negara. 2.2.2 Daya saing daerah
Sedangkan untuk tingkat wilayah (region) konsep daya saing ekonomi dapat didefenisikan oleh Departemen Pedagangan dan Industri Inggris (UK-DTI) yang menerbitkan “Regional Competitiveness Indicators”, serta Centre for Urban and Regional Studies (CURDS), Inggris, dengan publikasi “The Competitiveness Project: 1998 Regional Bench-marking Report”. Daya saing daerah menurut defenisi yang dibuat UK-DTI ialah kemempuan suatu daerah dalam
10
Universitas Sumatera Utara

menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik maupun internasional. Sedangkan pengertian konsep daya saing wilayah menurut CURDS ialah sebagai kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya.
Studi mengenai daya saing daerah juga dilakukan oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi daerah. Studi KPPOD (2005) ini di fokuskan pada daya saing investasi untuk tingkat kabupaten/kota. Pada tahun 2005, studi yang dilakukan oleh KPPOD ini melibatkan 228 kabupaten di Indonesia. KPPOD (2005) ini menyatakan bahwa investasi yang akan masuk ke suatu daerah akan bergantung pada daya saing investasi yang di miliki oleh daerah yang bersangkutan.
Hasil temuan KPPOD menyebutkan bahwa ada dua karakteristik yang umumnya dimiliki oleh daerah-daerah yang mempunyai daya saing tinggi. Pertama, daerah-daerah tersebut memiliki kondisi perekonomian yang baik. Kedua, adalah daerah-daerah dengan kondisi keamanan, politik, sosial dan budaya yang kondusif. Kondisi perekonomian daerah yang baik dan ditunjang oleh kondisi keamanan, politik, sosial budaya dan birokrasi yang ramah terhadap kegiatan usaha, akan menciptakan daya saing investasi daerah. Kondisi yang baik pada faktor-faktor tersebut akan semakin mempengaruhi daya saing investasi daerah jika didukung oleh ketersediaan tenaga kerja yang cukup dengan kualitas
11
Universitas Sumatera Utara

yang baik dan infrastruktur fisik pendukung kegiatan usaha yang memadai (KKPOD, 2005).

The European Commission mendefenisikan daya saing sebagai “kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan pasar internasional, diiringi dengan kemempuan mempertahankan pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, lebih umumnya adalah kemampuan (regions) untuk menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif tingg isementara terekspos pada daya saing eksternal” (European Commission, 1999 p.4. dalam PPSK-BI 2008).
Huggins (2007) dalam publikasi “UK Competitiveness Index” mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan dari perekonomian untuk menarik dan mempertahankan perusahaan-perusahaan dengan kondisi yang stabil atau dengan pangsa pasar yang meningkat dalam aktivitasnya, dengan tetap mempertahankan atau meningkatkan standar kehidupan bagi semua yang telibat di dalamnya (Huggins, 2007 dalam PPSK BI, 2008)
Abdullah (2002) dalam penelitiannya mendefenisikan daya saing daerah “Kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional.”
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI (PPSK BI, 2008) dalam penelitiannya mendefenisikan daya saing daerah adalah kemampuan daerah untuk mensinergikan antara input, dan output dan outcome yang ada di daerahnya secara bekelanjutan, dengan tetap memperhatikan perubahan
12
Universitas Sumatera Utara

teknologi dan institusi yang ada didaerah tersebut, agar dapat bersaing baik di tingkat nasional maupun internasional, sehingga dapat mampu meningkatkan standart kehidupan masyarakat dan tingkat pertumbuhan kesejateraan yang tinggi.
Martin dan Tyler (2003) menyebutkan argumen mengapa daerah maupun negara saling berkompetisi: 1. Untuk investasi, melalui kemampuan daerah untuk menarik masuknya modal
asing, swasta, dan modal publik 2. Untuk tenaga kerja, dengan kemampuan untuk menarik masuknya tenaga kerja
yang terampil, entrepreneur-entrepreneur dan tenaga kerja yang kreatif, dengan cara menyediakan lingkungan yang kondusif dan pasar tenaga kerja bomestik. 3. Untuk teknologi, melalui kemampuan daerah untuk menarik aktivitas inovasi dan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi (Martin dan Tyler 2003, dalam PPSK BI,2008).
PPSK BI menjelaskan bahwa konsep mengenai daya saing terdapat kesamaan esensi yang cukup jelas antara daya saing daerah dan daya saing nasional. Kesamaan pandangan tersebut adalah bahwa tujuan akhir dari upanya untuk meningkatkan daya siang dari suatu perekonomian adalah untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan (standart of living) dari masyarakat yang ada di dalam perekonomian tersebut. Sementara itu, konsep dan tujuan kesejahteraan memiliki makna yang sangat luas yang tidak hanya dapat diwakili oleh kinerja pertumbuhan ekonomi saja, tetapi oleh banyak indikator-indikator ekonomi dan
13
Universitas Sumatera Utara

non ekonomi yang menpengaruhinya. Sedangkan perbedaanya adalah terpusat pada wilayah, dimana daya saing daerah mencakup daerah (bagian dari suatu negara), sedangkan daya saing nasional mencakup negara. Dalam berbagai pembahasan tentang daya saing nasional pun, baik secara eksplisit maupun implisit, terangkum relevansi pengadopsian konsep daya saing nasional ke dalam konsep daya saing daerah. 2.3 Indikator Utama Daya Saing Ekonomi Daerah
Penentuan indikator utama daya saing daerah merupakan bagian yang penting dalam analisis daya saing ekonomi daerah. Pemahaman indikator utama daya saing ekonomi daerah yang terbatas dan tidak secara komprehensif menjadikan tidak adanya keseragaman pemahaman yang benar oleh Stakeholders di tingkat pemerintah daerah dan pada gilirannya akan dapat menyebabkan adanya perbedaan analisis dan kesimpulan terhadap tingkat daya saing yang dimiliki oleh suatu daerah (Hidayat,2012).
Irawati, dkk (2008) dalam penelitiannya yang mengukur tingkat daya saing daerah menggunakan variabel perekonomian daerah, variabel infrastruktur, sumber daya alam, dan variabel sumber daya manusia di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sementara Santoso (2009) dalam penelitiannya yang mengukur daya saing kota-kota besar di Indonesia menyebutkan faktor utama pembentuk daya saing terdiri dari 5 indikator utama, yaitu: (1) lingkungan usaha produktif, (2) perekonomian daerah, (3) ketenagakerjaan dan sumber daya manusia, (4)
14

Universitas Sumatera Utara

infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan, (5) perbankan dan lembaga keuangan.
Hidayat (2012) dalam penelitiannya yang mengukur daya saing ekonomi Kota Medan, menyebutkan beberapa indikator utama penentu daya saing ekonomi Kota Medan yaitu: ekonomi daerah, infrastruktur, sistem keuangan, kelembagaan, dan sosial politik.
Potret daya saing daerah kabupaten/kota di indonesia secara keseluruhan merupakan representasi dari kinerja-kinerja indikator-indikator pembentuknya, semakin baik kinerja indikator-indikator tersebut, maka semakin tinggi pula daya saing daerah suatu kabupaten/kota, sebaliknya apabila kinerja indikator-indikator tersebut rendah, maka semakin rendah pula daya saing kabupaten/kota tersebut (PPSK BI, 2008:44).
Penelitian yang dilakukan Abdullah, dkk (2002 : 15) menyebutkan indikator-indikator utama yang dianggap menentukan daya saing daerah adalah (1) Perekonomian daerah, (2) Keterbukaan, (3) Sistem Keuangan, (4) Infrastruktur dan sumber daya alam, (5) Ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) Sumber daya manusia, (7) Kelembagaan, (8) Governance dan Kebijakan pemerintah, dan (9) Manajemen dan ekonomi mikro. Masing-masing indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Perekonomian Daerah
Perekonomian daerah merupakan ukuran kerja secara umum dari perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta tingkat biaya
15
Universitas Sumatera Utara

hidup. Indikator kinerja ekonomi makro mempenaruhi mempengaruhi daya saing daerah melaui prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam
jangka pendek. 2. Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing dalam
jangka panjang. 3. Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu. 4. Kompetisi yang di dorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja
ekonomi suatu daerah. 2. Keterbukaan
Indiktor kerbukaan merupakan ukuran seberapa jauh perekonomian suatu daerah berhubungan dengan daerah lain yang tercermin dari perdagangan daerah tersebut dengan daerah lain dalam mencakup nasional dan internasional. Indikator ini menentukan daya saing melalui prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Keberhasilan suatu daerah dalam perdagan internasional merefleksikan daya
saing perekonomian daerah tersebut. 2. Keterbukaan suatu daerah baik dalam perdagangan domestik maupun
internasional meningkatkan kinerja perekonomiannya. 3. Investasi internasional mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien
keseluh penjuru dunia. 4. Daya saing yang di dorong oleh ekspor terkait dengan orientasi pertumbuhan
ekonomi daerah.
16
Universitas Sumatera Utara

5. Mempertahankan standart hidup yang tinggi mengharuskan integrasi dengan ekonomi internasinal.
3. Sistem Keuangan Indikator sistem keuangan merefleksikan kemampuan sistem finansial
perbankan dan non-perbankan didaerah untuk memfasilitas aktivitas perekonomian yang memberikan nilai tambah. Indikator sistem keuangan ini mempengarui daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Sistem keuangan yang baik mutlak diperlukan dalam memfasilitasi aktivitas
perekonomin daerah. 2. Sektor keuangan yang efesien dan terintegrasi secara internasional mendukung
daya saing daerah. 4. Infrastuktur dan Sumber Daya Alam\
Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber daya seperti modal fisik, geografi, dan sumber daya alam dapat mendukung aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah. Indikator ini mendukung daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya
aktivitas ekonomi daerah. 2. Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah. 3. Teknologi informasi yang maju merupakan infrastuktur yang mendukung
berjalannya aktivitas bisnis di daerah yang berdaya saing.
17
Universitas Sumatera Utara

5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ilmu Pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang meningkatkan nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah melalui bebarapa prinsip di bawah ini: 1. Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah
ada secara efesien dan inovatif. 2. Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif yang menciptakan
pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju. 3. Investasi jangka panjang berupa R&D akan meningkatkan daya saing sektor bisnis. 6. Sumber Daya Manusia
Indikator Sumber Daya Manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengukur ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor SDM ini mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut: 1. Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya
saing suatu daerah. 2. Pelatihan dan Pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningkatkan
tenaga kerja yang berkualitas. 3. Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing
suatu daerah.
18
Universitas Sumatera Utara

4. Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah tersebut begitu juga sebaliknya.
7. Kelembagaan Kelemgaan merupakan Indikator yang mengukur sebeapa jauh iklim
sosial, politik, hukum dan aspek keamanan mampu mempengruhi secara positif aktivitas perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya saing daerah di dasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan
baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi daerah yang berdaya saing. 2. Peningkatan daya sain ekonomi suatu daerah tidak akan dapat tercapai tanpa adaya sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang independen. 3. Aktivitas perekonomian suatu daerah tidak akan berjalan secara optimal tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif. 8. Governance dan Kebijakan Pemerintah
Indikator Governance dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran dari kualitas administrasi pemerintahan daerah, khususnya dalam rangka menyediakan infrastruktur fisik dan peratuaran-peraturan daerah. Secara umum pengaruh faktor governance dan kebijakan pemerintah bagi daya saing daerah dapat didasarkan pada prinsip-prinsip sebaga berikut: 1. Dengan tujuan menciptakan iklim persaingan yang sehat intervensi
pemerintah dalam perekonomian sebaiknya diminimalkan.
19
Universitas Sumatera Utara

2. Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi serta berperan pula dalam meminimalkan resiko bisnis.
3. Efektivitas administrasi pemerintah daerah dalam menyediakan infrastruktur dan aturan-aturan berpengaruh terhadap daya saing ekonomi suatu daerah.
4. Efektivitas pemerintah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan informasi tertentu pada sektor swasta mendukung daya saing ekonomi suatu daerah.
5. Fleksibilitas pemerintah daerah dalam meyesuaikan kebijakan ekonomi merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung peningkatan daya saing daerah.
9. Manajemen dan Ekonomi Mikro Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikropengukuran yang
dilakukan dikaitkan dengan pertayaan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola secara inovatif , menguntungkan dan bertanggung jawab. Prinsip-prinsip yang relevan terhadap daya saing daerah diantaranya adalah: 1. Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan
kemampuan managenerial perusahaan-perusahaan yang berada disuatu daerah. 2. Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya
saing daerah dimana perusahaan tersebut berada. 3. Efesiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang kompetitif. 4. Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pada masa-masa awal.
20
Universitas Sumatera Utara

5. Dalam usaha yang sudah mapan, menejemen perusahaan memerlukan keahlian dalam mengintegrasikan serta menbedakan kegiatan-kegiatan usaha.
2.4 Penelitian Sebelumnya. Jurnal penelitian yang ditulis oleh Santoso (2009) dalam penelitiannya
yang berjudul “Daya Saing Kota-Kota Besar di Indonesia”. Hasil dari penelitiaanya menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kota melalui penguatan daya saing kota menjadi salah satu strategi kota untuk mampu berkompetisi dengan kota-kota lainnya. Penentuan peringkat dan pemetaan daya saing kota akan membantu kota-kota besar dalam menentukan arah pembangunannya ke depan. Kota-kota dapat secara obyektif mengetahui kekuatan dan kelemahannya baik berdasarkan indikator input maupun outputnya. Karena peringkat daya saing yang disusun bersifat dinamis, maka kota-kota harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan posisinya secara terus menerus.
Hidayat (2012) yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Medan”. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa dari hasil pembobotan dan pemeringkatan diperoleh tiga faktor utama penentu daya saing ekonomi kota medan, yaitu faktor infrastruktur dengan nilai bobot tertinggi. Skala prioritas untuk faktor infrastuktur yang harus diperhatikan adalah ketersediaan energi alternatf dan kualitas infrastruktur fisik, sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan usaha yang terjadi didaerah. Selanjutnya diikuti oleh skala prioritas faktor ekonomi daerah yang merupakan indikasi dari potensi ekonomi dan struktur ekonomi suatu daerah yang merupakan pertimbangan penting dalam mendukung daya saing ekonomi daerah. Diikuti, faktor sistem keuangan, adapun
21
Universitas Sumatera Utara

variabel yang menjadi penentu daya saing ekonomi untuk faktor sistem keuangan adalah variabel kinerja lembaga keuangan, variabel infrastruktur perbankan dan infrastruktur non perbankan. Keberadaan lembaga keuangan di suatu daerah baik lembaga perbankan maupun non perbankan dinyakini mampu mempercepat proses pembangunan dan kemajuan ekonomi. Faktor berikutnya adalah faktor kelembagaan yang menjadi skala prioritas untuk diperhatikan adalah kepastian hukum melalui konsistensi peraturan dan penegakkan hukum yang masih dirasakan distorsif. Sedangkan faktor sosial politik yang menjadi prioritas utama adalah tingkat keamanan guna menjamin kelangsungan berusaha dan gangguan dari masyarakat disekitar tempat kegiatan usaha dilakukan.
Dalam jurnal penelitiannya yang ditulis oleh Ira Irawati,dkk (2012) yang berjudul “Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastuktur, dan Sumber Daya Alam, serta Variabel Sumber Daya Manusia di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara” di jelaskan bahwa daya saing wilayah menunjukkan kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai tambah untuk mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. Dalam Pengembangan wilayah di kota-kota dan kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing tersebut, walaupun dalam pengembangannya menghadapi permasalahan-permasalahan yang antara lain disebabkan oleh kurang berkembangnya sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya kualitas hidup
22
Universitas Sumatera Utara

masyarakat serta kurangnya prasarana dan sarana untuk menunjang kesejahteraan masyarakat.
Soebagyo, dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Regional Competitiveness and Its Implications for Development”. Hasil dari penelitiannya menjelaskan bahwa Daya saing daerah menjadi salah satu isu dalam pembangunan daerah semenjak diberlakukan kebijakan otonomi daerah. Pengukuran daya saing daerah selama ini banyak dilakukan melalui pemeringkatan sebagai benchmark daya saing daerah. Pemetaan daya saing daerah di Indonesia telah dilakukan terhadap semua kabupaten dan kota, yang menunjukkan peringkat daya saing masing-masing daerah. Peringkat daya saing daerah dinilai berdasarkan karakteristik daya saing input dan daya saing outputnya.
Huda dan Eko (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengembangan Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan Potensi Daerahnya”. Hasil dari penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kemampuan daya saing antara wilayah perkotaan dan kabupaten. Terdapat 17 kabupaten yang masuk dalam kategori kemampuan daya saing rendah. Dari hasil pemetaan, menunjukkan bahwa daerah yang memiliki daya saing tinggi secara umum didominasi oleh daerah yang unggul di indikator Perekonomian dan Keuangan Daerah serta Lingkungan Usaha Produktif.
23
Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konseptual Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
FAKTOR PENENTU DAYA SAING EKONOMI DAERAH

KELEMBAGAAN
Regulation & Government services

SOSIAL POLITIK
Socio-Political Factors

EKONOMI DAERAH
Regional Economic Dynamism

TENAGA KERJA & PRODUKTIVITAS
Labor& productivity

INFRASTRUKTUR FISIK
Physical Infrastructure

Kepastian Hukum
Legal Certainty

Sosial Politik Socio Political

Potensi Ekonomi Economic Potential

Keuangan Daerah
Regional Finance
Aparatur Quality Of Civil
Service

Keamanan security
Budaya Cultural

Struktur Ekonomi
Economic Structure

Perda / Indikator
Perda Region Policy /
Regulation

Biaya Tenaga Kerja
Labor Cost
Ketersediaan Tenaga Kerja Availability of
Manpower
Produktivitas Tenaga Kerja Productivity of
Labor

Ketersediaan Infrastruktur
Fisik Availability of
Physical Infrastructure
Kualitas Infrastruktur
Fisik Quality of Physical Infrastructure

Gambar 2.1 Indikator Utama Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Batu Bara

24
Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini adalah menganalisis tentang Determinan
daya saing ekonomi kabupaten/kota di Kabupaten Batu Bara pada tahun 2014 dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara. Penelitian dilakukan dengan kurun waktu penelitian pada bulan Oktober sampai dengan selesai. 3.3 Batasan Operasional
Adapun Batasan Operasional dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kelembagaan 2. Sosial Politik 3. Ekonomi Daerah 4. Tenaga Kerja dan produkvitas 5. Infrastruktur Fisik 3.4 Defenisi Operasional 1. Kelembagaan adalah pola hubungan antara anggota masyarakat Kabupaten
batu Bara yang saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan non formal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan.
25
Universitas Sumatera Utara

2. Sosial Politik, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dan wewenang dalam pelaksanaan kegiatan sistem politik di Kabupaten Batu Bara, yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor sossial budaya.
3. Ekonomi Daerah, yaitu ukuran kinerja secara umum dari perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral, perekonomian, serta tingkat biaya hidup di Kabupaten Batu Bara.
4. Tenaga kerja, yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat yang ada di Kabupaten Batu Bara.
5. Infarastruktur fisik, yaitu sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik, dan sektor privat di Kabuapten Batu Bara sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian di mana elemen
adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang di perlukan (Kuncoro,2009). Populasi yang dipilih oleh penulis yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di Kabupaten Batu Bara.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian dan proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan (Kuncoro, 2009). Adapun sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Batu Bara sebayak 50
26
Universitas Sumatera Utara

responden yang dianggap mewakili segmen kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai pengaruh dan merasakan dampak besar terkait daya saing daerah yang sudah dianggap repsentatif, yang terdiri dari beberapa kelompok masyarakat. Adapun sampel berdasarkan kelompok masyarakat adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat

No Kelompok Masyarakat Responden

1 Mahasiswa/Pelajar

6

2 Staf Pengajar/Dosen/Guru

6

3 Masyarakat Umum

6

4 Birokrasi

6

5 Perbankan

3

6 Non Perbankkan

3

7 Pengusaha

20

Jumlah

50

3.6 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel atau responden pada penelitian ini dilakukan

secara purposive sampling, yakni dengan menentukan sampel atau responden

yang dianggap dapat mewakili segmen kelompok masyarakat yang dinilai

mempunyai pengaruh atau merasakan dampak besar terkait daya saing daerah.

3.7 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang di perlukan dalam penelitian ini maka jenis
data yang digunakan adalah: 1. Data Primer
Data primer adalah data yang biasa diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data orisinal (Kuncoro, 2009).

27
Universitas Sumatera Utara

2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data skunder tidak terbatas kepada instansi pemerintahan saja tetapi juga dapat di peroleh dari pihak swasta dan instansi-instansi yang terkait yang berhubungan dengan penelitian (Kuncoro, 2009). Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah: 1. Kuisoner
Kuesioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan suatu daftar pertanyaan (angket) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian( S