PENGARUH TAYANGAN KOMEDI PESBUKERS TERHADAP PERILAKU KEKERASAN VERBAL ANAK (Studi Pada Anak di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandarlampung Kelas 3 sampai dengan kelas 5)
ABSTRAK
PENGARUH TAYANGAN KOMEDI PESBUKERS TERHADAP
PERILAKU KEKERASAN VERBAL ANAK
(Studi Pada Anak di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana
Bandarlampung Kelas 3 s.d. kelas 5)
Oleh
Dina Ulia
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh tayangan Komedi
Pesbukers terhadap perilaku kekerasan verbal anak di SD Negeri 1 Kalibalau
Kencana kelas tiga sampai dengan kelas lima. Penelitian menggunakan teori SOR
(Stimulus Organism Respon) dalam membentuk kerangka pikir dan Social
Learning Theory dengan pendekatan modelling untuk meneliti proses perubahan
perilaku anak. Ada empat proses yang terlibat dalam pendekatan modelling, yaitu
perhatian, mengingat, reproduksi motorik dan motivasional. Kesimpulan
penelitian ini adalah: (1) Tayangan komedi Pesbukers berpengaruh langsung
terhadap proses perhatian dan mengingat anak akan adegan-adegan kekerasan
verbal dengan kontribusi sebesar 49,8%, sedangkan sisanya sebesar 50,2%
dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian. Nilai koefisien jalur sebesar 0,706,
signifikan dengan nilai Sig. sebesar 0,000 lebih kecil dibanding alfa 5%. Pengaruh
langsung ini memiliki tingkat korelasi yang kuat. (2) Proses perhatian dan
mengingat anak memiliki kontribusi sebesar 36,7% dalam menjelaskan perubahan
yang terjadi pada perilaku kekerasan verbal anak, sisanya sebesar 63,7%
dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian. Nilai koefisien jalur sebesar 0,606,
signifikan dengan nilai Sig. sebesar 0,000 lebih kecil dibanding alfa 5%. Pengaruh
langsung ini memiliki tingkat korelasi yang kuat. (3) Tayangan komedi Pesbukers
berpengaruh tidak langsung terhadap perilaku kekerasan verbal anak melalui
proses perhatian dan mengingat anak dengan koefisien jalur sebesar 0,428. Besar
pengaruh tersebut adalah sebesar 18,3% masuk dalam kategori sedang, sedangkan
sisanya sebesar 81,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.
Kata kunci: Pengaruh tayangan, kekerasan, perilaku anak
ABSTRACT
The Effect of Comedy Shows Pesbukers Towards Against Verbal
Behavior of Children
( Case Study in SD Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandarlampung
3rd-5th grade)
By
Dina Ulia
The purpose of this study was to determine the influence of Comedy Show
Pesbukers verbal violence against the child's behavior in SD Negeri 1 Kalibalau
Kencana third grade to fifth grade. This study uses the theory of SOR (Stimulus
Organism Response) in shaping mindsets and Social Learning Theory with
modeling approaches to examine the process of change in children's behavior.
There are four processes in modeling approaches, they are attention, retention,
motor reproduction and motivation. The conclusion of this study were: (1) comedy
shows Pesbukers directly influence the process of considering the child's attention
and will be verbally violent scenes with a contribution of 49.8%, while the
remaining 50.2% is explained by other faktors which exclude from this study.
Value of the path coefficient of 0.706, significant with the Sig. 0,000 less than 5%
alpha. The direct effect of this has a strong degree of correlation. (2) The process
of considering the child's attention and have a contribution of 36.7% in explaining
the changes in the child's verbal behavior, while the remaining 63.7% is
explained by other faktors beyond research. Value of the path coefficient of 0.606,
significant with the Sig. 0,000 less than 5% alpha. The direct effect of this has a
strong degree of correlation.(3) comedy shows Pesbukers indirect effect on the
behavior of verbal abuse and children through the process of considering the
child's attention with a path coefficient of 0.428. Great influence amounted to
18.3% in the category of being, while the remaining 81.7% is explained by other
variables outside of research.
Key words: shows effects, violence, children behavior
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Dina Ulia. Dilahirkan di
Krui, Pesisir Barat Lampung pada tanggal 11 Oktober
1993. Penulis merupakan putri bungsu dari lima bersaudara
buah hati pasangan Bapak H. Taufik H. Mahdan dan Ibu
Hj. Masnun. Penulis dibesarkan di Krui, Pesisir Barat
Lampung dengan Islam sebagai agama yang dianut dan
diyakini.
Mengawali pendidikan formal di usia 4 tahun, penulis belajar di Taman Kanakkanak (TK) AL-Quran Krui Pesisir Barat dan selesai pada tahun 1997. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Krui Pesisir
Barat dan selesai pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar
sebagai siswa di Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri 2 Krui Pesisir Barat
dan selesai pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar Bandarlampung dan dinyatakan lulus pada
tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan selesai pada tahun
2014.
PERSEMBAHAN
Seiring dengan ungkapan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Taufik H. Mahdan dan Ibunda Hj.
Masnun yang tidak pernah lelah memberikan cinta dan kasihsayang.
Pengorbanan yang begitu besar serta doa yang tidak pernah putus demi
keberhasilanku
Kakak – kakakku, Yesi Gusnita, Fitriani, Mery Sofia dan Nopenda Wati yang
sangat saya sayangi dan menyayangi saya
Almamater tercinta Universitas Lampung
Semoga karya sederhana ini menjadi tanda bakti dan cintaku kepada kalian
MOTO
IF YOU CAN DREAM IT, YOU CAN DO IT
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat, hidayah serta
petunjuk-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengaruh Tayangan Komedi Pesbukers terhadap Perilaku Kekerasan VerbalAnak
(Studi Pada Siswa-siswi SD Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandarlampung kelas 3
s.d kelas 5).
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan-kesalahan, baik pada teknik
penulisan maupun materi yang disajikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan pada skripsi ini.
Peran serta dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi sangat
berharga bagi penulis. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak
mungkin terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Kedua orangtua yang sangat aku sayangi, Ayahanda H. Taufik H. Mahdan
dan Ibunda Hj. Masnun. Terimakasih untuk segala doa, dukungan, nasehat
dan juga kepercayaan kepada anak bungsumu ini. Kalianlah motivasi
terbesarku untuk bangun dan terus maju ketika merasa kesulitan. Aku
sayang kalian.
2. Kakak-kakakku, Yesi Gusnita, Fitri Ani, Mery Sofia, Nopenda Wati,
Ponco Prasetyo, Iswandi Nurdiansyah, Ahmad Syukri dan Agus Ridwan.
Terimakasih untuk doa dan dukungannya. Dari kalian aku mendapatkan
semangat, senyum dan tawa mengurangi suntuk akibat berjam-jam di
depan laptop.
3. Adik-adikku, Azka Azlani, Varisha Dhania Aletea, Fahmi Nazhir Aufa,
Danesh Kamelia Maritza dan Jovita Anikha Fakhira yang nda sayangi.
Kalian selalu menjadi obat dari segala bad mood. Kalian dengan kelakuan
lucu pintar dan nakal kalian yang polos adalah kebahagian nda.
4. Bapak Ahmad Rudy Fardiyan, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
yang telah membimbing, meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan
banyak koreksi, masukan serta saran demi penelitian yang baik, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Sekali lagi saya sangat berterima
kasih.
5. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Penguji yang
telah
skripsi,
mengoreksi kesalahan maupun kekeliruan dalam penyusunan
sehingga
kesalahan-kesalahan
tersebut
dapat
diperbaiki
sebagaimana mestinya. Saya sangat berterima kasih karena dari sejumlah
kritikan beserta masukan yang Ibu berikan telah memotivasi saya untuk
memberikan yang terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepala sekolah, tata usaha dan para guru khususnya wali kelas kelas tiga
sampai dengan kelas lima SD Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandarlampung
yang sangat terbuka dan ramah menyambut kedatangan peneliti. Yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, memberikan
informasi-informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan dan sepermainan, teman yang lebih dari
sekedar teman, kalian adalah saudara bagi saya, Leni Destia Edward, Ani
Annisa Lasmah, Siti Fatimah, Fina Yulanda, Hesti Prihastuti, Amaliah
Nurdin, Emirullyta H., Beatrixc Banuarea, Putri Habiebah Baiq, M. Hafiz
Wiratama, Pratama Dio Ananto, Oemar Madri Bafadhal, Imam Mubarok,
Yunardi Hasan KS. Saya tidak dapat berpanjang-panjang cerita, juga tidak
mau “wacana”, singkat kata saya sampaikan bahwa saya sangat amat
sayang kalian.
Peneliti mengucapkan terima kasih banyak, semoga Allah SWT. selalu
melindungi, merekatkan, menjaga ikatan persahabatan dan persaudaraan kita.
Bandarlampung, 27 November 2014
Penulis,
Dina Ulia
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……………………………………….…………………….……. i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….……… iv
PERNYATAAN ……………………………………………………….….…. v
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………. vi
PERSEMBAHAN …………………………………………………………… vii
MOTO ……………………………………………………………….………. viii
SAN WACANA ……………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..…. xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………...……… xv
DAFTAR BAGAN …………………………………………………...……… xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 6
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………. 6
1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN PENELITIAN
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu …………………………………………… 8
2.2 Tinjauan tentang Anak …………………………………………..……….. 11
2.2.1 Perkembangan Jiwa Masa Anak Sekolah …………………………. 13
2.2.2 Perkembangan Fantasi……………………………………………... 15
2.2.3 Perkembangan Pikiran dan Ingatan ……………………………….. 16
2.2.4 Kehidupan Perasaan ……………………………..………………… 17
2.3 Tinjauan Perilaku Kekerasan Verbal …………………………………….. 18
2.4 Tinjauan Televisi ………………………………………………………….21
2.5 Tinjauan Kekerasan di Televisi ………………………………………….. 26
2.6 Tinjauan Dampak Negatif Tayangan Kekerasan pada Anak …………..… 29
2.7 Tinjauan Model Teori S-O-R ……………………………………………. 33
2.8 Tinjauan Social Learning Theory ……………………………………….. 34
2.9 Kerangka Pikir …………………………………………………………… 37
2.10Hipotesis …………………………………………………………………. 45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian …………………………………………………………… 47
3.2 Metode Penelitian …………………………………………………….…. 47
3.3 Variabel Penelitian ………………………………………………………. 48
3.4 Definisi Konseptual ……………………………………………………… 49
3.5 Definisi Operasional ……………………………………………………... 50
3.6 Populasi ………………………………………………………………….. 55
3.7 Sampel …………………………………………………………………… 56
3.8 Jenis Data ………………………………………………………………… 58
3.9 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………. 59
3.10 TeknikPengolahan Data ……………………...………………………….. 60
3.11 Pengujian Instrumen Penelitian …………...…………………………….. 61
3.11.1 Uji Validitas …………………………………………………….. 61
3.11.2 Uji Reliabilitas …………………………………………………… 62
3.11.3 Uji Normalitas …………………………………………………… 64
3.12Teknik Analisis Data …………………………………………………….. 64
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1. Gambaran Mengenai Program Komedi Pesbukers di Televisi ……...…… 67
4.2. Gambaran Mengenai Objek Penelitian ……………………………...…… 71
4.2.1 Gambaran Mengenai SD Negeri 1 Kalibalau Kencana ……………. 71
4.2.2 Gambaran Mengenai Orang Tua Responden ……………………….72
4.2.3 Gambaran Mengenai Anak-Anak Sebagai Objek Penelitian ……… 73
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian …………………………………… 75
5.1.1 Uji Validitas ………………………………………………………. 75
5.1.2 Uji Reliabilitas ……………………………………………………. 78
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.1.3 Uji Normalitas …………………………………………………….. 80
Deskripsi Karakteristik Responden ……………………………………… 81
5.2.1 Jenis Kelamin ……………………………………………………… 81
5.2.2 Usia ……………………………………………………………….. 82
5.2.3 Tingkatan Kelas Sekolah …….……………………………………. 83
Pengolahan Data …………………………………………………………. 84
5.3.1 Tayangan Program Komedi Pesbukers……………………………. 84
5.3.1.1 Pesan Media ………………………………………………... 84
5.3.1.2Isi Pesan …………………………………………………….. 106
5.3.2 Proses Perhatian dan Mengingat Anak ……………………………. 114
5.3.2.1 Proses Perhatian Anak ……………………………………... 114
5.3.2.2 Proses Mengingat Anak ……………………………………. 117
5.3.3 Perubahan Perilaku Kekerasan Verbal Anak ……………………… 126
5.3.3.1Proses Reproduksi Motorik ………………………………… 126
5.3.3.2Motivasional ………………………………………………... 135
Analisis Hubungan Antarvariabel ………………………………………... 140
5.4.1 Analisis Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Z ………………. 142
5.4.2 Analisis Pengaruh Variabel Z terhadap Variabel Y ……………….. 145
5.4.3 Analisis Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y
Melalui Variabel Z…………………………………………………. 147
Hasil Analisis Data ………………………………………………………..148
Pembahasan ………………………………………………………………. 153
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ……………………………………………………………… 164
6.2. Saran …………………………………………………………………… 165
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Tinjauan Penelitian Terdahulu …………………………………………….. 9
2. Indikator Variabel Penelitian ……………………………………………… 54
3. Jumlah Sampel …………………………………………………………….. 58
4. Uji Validitas Variabel X …………………………………………………… 76
5. Uji Validitas Variabel Z …………………………………………………… 77
6. Uji Validitas Variabel Y …………………………………………………… 77
7. Uji Reliabilitas Variabel X ………………………………………………… 78
8. Uji Reliabilitas Variabel Z ………………………………………………… 79
9. Uji Reliabilitas Variabel Y ………………………………………………… 79
10. Tabel Hasil Uji Normalitas ………………………………………………. 80
11. Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………. 81
12. Karakteristik Responden Berdasar Usia …………………………………. 82
13. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Kelas Sekolah ……….. 83
14. Tingkat Ketertarikan terhadap Program Komedi Pesbukers …………….. 85
15. Kesesuaian Waktu Tayang Program Komedi Pesbukers ………………… 87
16. Kesesuaian Durasi Tayang Program Komedi Pesbukers ………………… 89
17. Ketertarikan Terhadap Cerita dalam Sketsa Komedi Pesbukers ………… 91
18. Ketertarikan dengan Tata Panggung Program Komedi Pesbukers ………. 92
19. Ketertarikan Terhadap Musik latar dalam Program Komedi Pesbukers … 93
20. Ketertarikan Terhadap Kostum Pemain
dalam Program Komedi Pesbukers ………………………………………. 95
21. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Olga Syahputra ………… 98
22. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Raffi Ahmad …………… 99
23. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Jessica Iskandar …………100
24. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Sapri ……………………. 101
25. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Oppie Kumis …………… 102
26. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Julia Perez…………….… 103
27. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Kartika Putri…………….. 104
28. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Tarra Budiman …………. 105
29. Tingkat Ketertarikan pada Guyonan dalam Komedi Pesbukers …………. 107
30. Tingkat Hiburan dari Guyonan-guyonan Pesbukers ……………………. 108
31. Ketertarikan pada Pantun dalam Tayangan Komedi Pesbukers …………. 110
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
Tingkat Hiburan dari Pantun dalam Tayangan Komedi Pesbukers ……… 112
Tingkat Kemudahan Bahasa untuk Dimengerti ……………………….…. 113
Frekuensi Menonton Tayangan Pesbukers dalam Satu Minggu …………. 115
Durasi Menonton Tayangan Komedi Pesbukers …………………………. 116
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Memanggil P dengan Ucap Negatif ……………………………………… 118
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Membanding-bandingkan Pemain Lainnya dengan Orang Lain ………… 120
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Menyebut Pemain Lainnya Dengan Ciri Fisik yang Dimilikinya ………...122
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Mengejek Selera Pribadi Pemain Lainnya …………………………….…. 123
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Merendahkan Pendapat dan Kemampuan Pemain Lainnya …………...… 124
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Berbicara dengan Nada Suara yang Keras atau Tinggi …………..……….125
Perilaku Memanggil dengan Ucapan Negatif ……………………………. 127
Perilaku Membanding-Bandingkan dengan Orang Lain ………………… 129
Perilaku Menyebut dengan Ciri Fisik ……………………………………. 130
Perilaku Memperolok Selera Pribadi Teman …………………………….. 131
Perilaku Merendahkan Pendapat dan Kemampuan ……………………... 133
Perilaku Berbicara dengan Nada Suara yang Tinggi …………………….. 134
Tingkat Kepuasan Setelah Melakukan Kekerasan Verbal ………………. 136
Kewajaran Melakukan Kekerasan Verbal…………………………………137
Hilangnya Rasa Takut dengan Teman-teman yang Mengganggu ……….. 139
Model Summary (Variabel X terhadap Z) ………………………………. 143
Anova (Uji F, variabel X terhadap Z) ……………………………………. 144
Coefficients (Uji t, variabel X terhadap Z) ………………………………. 144
Model Summary (Variabel Z terhadap Y) ……………………………….. 146
Anova (Uji F, variabel Z terhadap Y) ……………………………………. 147
Coefficients (Uji t, variabel Z terhadap Y) ………………………………. 147
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Halaman
Model Mediasi …………………….…….………………………………… 64
Model Path Analysis ………………………………………………………. 65
Model Path Analysis (2) …………………………………………………… 140
Substruktur 1 Model Path Analysis ……………………………...………… 143
Substruktur 2 Model Path Analysis …………………………...…………… 146
Besar Pengaruh Model Path Analysis ……………………………….…….. 149
DAFTAR BAGAN
Bagan
Halaman
1. Kerangka Pikir ……………………………………………………….……. 44
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Majid (2009: 14) mengatakan bahwa, televisi kini telah menjadi salah satu bagian
yang penting dalam keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak
jarang kegiatan lainnya pun dilakukan sambil menonton televisi. Bahkan, tidak
sedikit yang menjadikan televisi sebagai pengasuh, guru, penghibur atau bahkan
sarana promosi dagang. Selain peran televisi yang positif tersebut, televisi juga
memainkan peran besar dalam menyajikan informasi yang tidak layak dan terlalu
dini bagi anak-anak. Menurut para pakar masalah media dan psikologi, di balik
keunggulan yang dimilikinya, televisi berpotensi besar memberikan dampak yang
negatif di tengah berbagai lapisan masyarakat, khususnya anak-anak.
Dwyer (dalam Majid, 2009: 14) mengatakan, televisi mampu merebut 94%
saluran masuknya informasi kedalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga.
Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa
yang mereka tonton di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan.
Kebanyakan orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah
tiga jam kemudian dan 65% setelah tiga hari kemudian. Dengan demikian
terutama
bagi anak-anak yang pada umumnya meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup
kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan mengikuti acara televisi yang
mereka tonton. Pola pikir anak yang belum bisa membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, juga kondisi anak yang belum dapat memahami acara di
televisi secara benar. Mereka menganggap bahwa kejadian yang ditampilkan di
televisi merupakan hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
WHO juga menghimbau bahwa kebiasaan menonton siaran televisi yang kurang
bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk. Bahkan penelitian
oleh WHO ini menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang
dilakukan orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka terima dari media
semenjak usia anak-anak (Zubaedi, 2011: 13).
Hal ini menjadi kekhawatiran dengan adanya fakta tentang pertelevisian
Indonesia, yang mengatakan pada tahun 2007 bahwa jam tonton televisi anakanak 5 sampai 8 jam/hari atau 1.560 sampai 1.820 jam/tahun, sedangkan jam
belajar SD umumnya kurang dari 1.000 jam/tahun, 85% acara televisi tidak aman
untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasan, seks dan mistik yang
berlebihan dan terbuka (Majid, 2009: 15).
Adegan kekerasan merupakan adegan yang paling banyak ditemui dalam tayangan
televisi. Unsur kekerasan sudah menjadi bumbu dalam hampir setiap program
acara televisi yang terbukti ampuh menarik minat menonton masyarakat.
Kekerasan dalam program hiburan khususnya komedi menimbulkan kekhawatiran
tersendiri. Di mana penayangan komedi yang mengunakan unsur kekerasan
sebagai bahan lawakan dapat dikatakan bertentangan dengan asas penyiaran,
khusunya asas manfaat bagi masyarakat. Hal yang memperihatinkan bahwa
perilaku menyimpang tersebut seperti menjadi suatu yang dihalalkan atau
dibenarkan bahkan diberikan suatu keistimewaan dengan dibuatkannya suatu
acara komedi dengan tayang setiap hari di jam prime time (jam televisi banyak
ditonton). Hal ini kemudian berujung pada semakin banyaknya orang-orang yang
tidak lagi peka dengan kekerasan, secara sadar maupun tidak, melakukan
kekerasan verbal terhadap orang-orang di sekeliling mereka.
Salah satu program komedi yang banyak mengandung unsur kekerasan khususnya
kekerasan verbal adalah program komedi Pesbukers yang disiarkan oleh stasiun
televisi nasional ANTV. Ciri khas lawakan Pesbukers adalah lawakan-lawakan
yang dikemas dalam sebuah pantun. Lawakan-lawakan yang dilontarkan dalam
pantun tersebut tentunya tidak lepas dari ejekan-ejekan bagi para pemainnya.
Selain bentuk lawakan berupa pantun juga sering terlihat bentuk spontanitas yang
tidak jarang juga mengandung kekerasan verbal.
Dari bentuk lawakan tersebut, Pesbukers mendapat teguran dari KPI dan sempat
berhenti tayang sementara pada Juli 2012. Pada bulan Juli 2013 Pesbukers
kembali mendapat teguran dari KPI dengan pelanggaran yang termasuk kedalam
kategori pelanggaran terhadap norma kesopanan dan kesusilaan serta pelanggaran
terhadap perlindungan anak. Untuk ketiga kalinya pada Januari 2014, Pesbukers
mendapat teguran dan dikenai sanksi pengurangan durasi selama 30 menit selama
3 hari berturut-turut (www.kpi.go.id, diakses tanggal 26 Februari 2014).
Meskipun demikian, program acara Pesbukers ini mendapat respon yang positif
dari masyarakat. Program komedi yang tayang setiap hari ini berhasil
memenangkan piala Panasonic Gobel Awards sebagai program komedi terfavorit
dua tahun berturut-turut yakni pada tahun 2013 dan 2014 (m.kompas.com edisi
5/3/2013, diakses tanggal 6 Maret 2014).
Dalam penelitian ini, peneliti memilih program komedi Pesbukers karena dalam
program ini banyak ditemukan bentuk gurauan yang mengandung kekerasan
verbal. Hal tersebut dikarenakan Pesbukers ditayangkan secara langsung sehingga
kurangnya kontrol terhadap isi program, tidak melalui proses editing terhadap
gurauan kekerasan verbal tersebut. Beberapa faktor seperti kurangnya kontrol
orang tua dan jam tayang Pesbukers yang berada pada waktu prime time (jam
televisi yang banyak ditonton), menjadikan tayangan tersebut juga dapat ditonton
oleh anak-anak.
Di sisi lain, Oswold Kroh (dalam Zulkifli, 2006: 46) mengatakan, pada usia 8
sampai dengan 10 tahun merupakan masa realism naif, semua yang diamati
diterima begitu saja tanpa ada kecaman tau kritik, masa ini disebut juga masa
penyampaian ilmu pengetahuan. Dalam masa ini anak lebih cenderung
berperilaku seperti yang diperlihatkan di sekelilingnya juga dari tayangan televisi.
Disadari atau tidak, perilaku-perilaku negatif yang dilihat di televisi akan menjadi
suatu memori dalam diri anak, meniru apa yang ia lihat dan bisa berkembang
menjadi karakter pribadi anak tersebut. Hal ini semestinya dicegah sejak dini
karena dapat mengancam moral dan etika anak sebagai penerus bangsa.
Berdasarkan pada penjelasan Oswold Khroh tersebut, dapat dijelaskan bahwa
dampak negatif yang ada dalam suatu tayangan televisi akan sangat terasa pada
usia anak-anak yang dalam masa belajar (realisme naif) yakni umur 8 sampai
dengan 10 tahun, di mana semua diamati dan diterima begitu saja tanpa ada
kecaman atau kritikan. Dalam tingkatan sekolah, pada umumnya usia 8 sampai
dengan 10 tahun berada pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yakni kelas 3, 4 dan 5.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandarlampung
`Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada hasil pra-survey (2014). Dapat
dijelaskan bahwa SD Negeri 1 Kalibalau Kencana merupakan SD yang berada di
daerah Sukarame Bandarlampung. Sekolah ini merupakan SD yang kurang
dikenal dibandingkan dengan SD lain di sekitar wilayah Bandarlampung,
Lokasinya berada di pemukiman warga dengan penghasilan menengah kebawah,
dan kebanyakan anak-anak diseputaran SD itulah yang merupakan siswa-siswi di
SD tersebut. Hasil pra-survey (2014), di mana peneliti secara langsung
berinteraksi dengan anak-anak di SD tersebut, juga mengamati secara seksama
proses interaksi yang terjadi diantara anak-anak. Peneliti mendapati bahwa dalam
berinteraksi, anak-anak di sana sangat tidak segan untuk melontarkan kata-kata
yang tergolong ke dalam kekerasan verbal, yakni berkata-kata kasar, saling ejek,
menghina dan berbicara dengan nada yang tinggi. Korban biasanya merasa kesal
dan tidak menerima perkataan yang ditujukan kepadanya. Guru-guru wali kelas
juga mengakui bahwa ada beberapa siswa dan siswi yang menangis akibat hal
tersebut. Dalam pergaulan di luar sekolah, anak-anak sering berkumpul dan
bermain bersama, seringkali mereka mengucapkan kata-kata yang tidak pantas
diucapkan, seperti “Tolol lu, begok lu, lu jelek, pulang aja lu, gua ketok lu,” dan
lain-lain. Orang dewasa di sana juga jarang memberikan teguran apabila anakanak sedang adu mulut dengan kata-kata kasar.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
adanya pengaruh tayangan komedi Pesbukers di televisi terhadap perilaku
kekerasan verbal anak di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana kelas 3 sampai dengan
kelas 5. Lokasi penelitian dipilih karena di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana sering
didapati bentuk kekerasan verbal yang dilakukan anak-anak di lingkungan sekolah
maupun luar sekolah. Peneliti juga mempertimbangkan bahwa kelas 3 sampai
dengan kelas 5 sudah memiliki kemampuan membaca dan memahami isi
pertayaaan dalam kuesioner yang diberikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah, “Berapa besar pengaruh tayangan Komedi Pesbukers terhadap perilaku
kekerasan verbal anak di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana kelas 3 sampai dengan
kelas 5?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah, “Untuk mengetahui dan menganalisis besar pengaruh
tayangan Komedi Pesbukers terhadap perilaku kekerasan verbal anak di SD
Negeri 1 Kalibalau Kencana kelas 3 sampai dengan kelas 5”.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian mengenai masalah perilaku kekerasan verbal anak akibat tayangan
televisi akan memperkaya konsep-konsep ilmu sosial, khususnya ilmu
komunikasi yang mengkaji dampak dari media televisi.
2. Kegunaan Praktis
Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam upaya peningkatan kualitas
tayangan televisi dan bahan informasi bagi masyarakat khususnya orang tua
untuk lebih mengawasi tontonan anaknya agar dapat meminimalisir pengaruh
negatif yang mungkin terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini, merujuk kepada penelitian-penelitian terdahulu yang membahas
mengenai pengaruh tayangan yang memiliki unsur kekerasan. Penjelasan
mengenai tinjauan penelitian terdahulu dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Dengan merujuk penelitian terdahulu di atas, penulis mendapati bahwa pengaruh
tayangan yang memiliki unsur kekerasan merupakan hal yang perlu dikaji lebih
lanjut, terlebih lagi pengaruhnya terhadap anak-anak yang belum dapat memilih
dan memilah tayangan yang baik untuknya.
Peneliti juga melihat bahwa faktor usia dapat mempengaruhi besarnya pengaruh
tayangan televisi. Dapat dilihat dari perbedaan hasil penelitian terhadap anak
SMA (Sekolah Menengah Atas) dengan anak TK (Taman Kanak-kanak). Dimana
di kalangan anak SMA (SMA Triguna Utama Ciputat) tidak menemukan
hubungan yang signifikan antara tayangan kekerasan dengan perilaku kekerasan,
sedangkan hubungan positif ditunjukkan oleh tayangan kekerasan dengan perilaku
agresif anak pra sekolah (TK Islam Terpadu Al Akhyar Kabupaten Kudus).
Persepsi remaja di Kota Malang juga mengkhawatirkan dampak negatif tayangan
dengan kekerasan terhadap perilaku anak. Maka untuk melengkapi penelitian
yang telah dilakukan para peneliti perdahulu, penulis memilih anak dengan usia 8
sampai dengan 10 tahun sebagai responden untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh tayangan yang mengandung kekerasan verbal (Komedi Pesbukers)
terhadap perilaku kekerasan verbal anak.
2.2 Tinjauan Tentang Anak
Anak adalah mereka yang belum mengerti dan memiliki apa-apa sebagai bekal
dirinya untuk menghadapi kehidupan yang lebih luas, ia perlu mendapatkan
binaan dan bimbingan dari orang-orang yang lebih tua dalam lingkungan
keluarganya, di samping itu anak juga membutuhkan orang lain dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Orang lain yang paling utama dan pertama
bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Secara psikologis anak lebih
rentan dibandingkan orang dewasa dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang
mempengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia.
Menurut Suhartin (1986: 78) anak adalah mereka yang ditandai dengan fisik yang
terbagi dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
1. Umur 0-1 tahun, yaitu masa bayi
2. Umur 1-3 tahun, yaitu masa balita
3. Umur 3-6 tahun, yaitu masa pra-sekolah
4. Umur 6-12 tahun, yaitu masa sekolah
Menurut Erik Erikson (dalam Zulkifli, 2006: 68), umur 6 tahun sampai 10 tahun
berada dalam masa industry versus inferiority (berkarya/etos kerja versus minder),
yang merupakan masa paling kritis bagi anak-anak untuk mengembangkan
kepercayaan dirinya bahwa mereka mampu untuk berkarya dan bereksplorasi.
Menurut Erik, anak-anak adalah pribadi yang penuh kreativitas, antusias
melakukan sesuatu, aktif berekplorasi maka segala hal ingin dipraktekkannya.
Oswold Khroh (dalam Zulkifli, 2006: 72) menjelaskan, dari segi perkembangan
anak umur 8 sampai 10 tahun berada pada masa realisme naïf, semua diamati dan
diterima begitu saja tanpa ada kecaman atau kritikan, masa ini disebut juga
sebagai masa pengumpulan ilmu pengetahuan.
Merujuk beberapa pendapat tentang anak di atas, maka dalam penelitian ini yang
dimaksud anak adalah mereka yang belum mengerti dan memiliki apa-apa sebagai
bekal dirinya untuk menghadapi kehidupan yang lebih luas. Anak dengan ciri fisik
yang berada pada masa sekolah yang merupakan masa paling kritis, yaitu usia 8
sampai 10 tahun yang berada dalam masa realisme naif, semua diamati dan
diterima begitu saja tanpa ada kecaman atau kritikan. Pada tahap ini anak-anak
adalah pribadi yang penuh kreativitas, antusias melakukan sesuatu, aktif
berekplorasi maka segala hal ingin dipraktekkan.
2.2.1. Perkembangan Jiwa Masa Anak Sekolah
Masa anak sekolah pada umumnya ketika anak berusia 6 sampai 7 tahun,
karena pada usia ini secara umum kejiwaan anak sudah matang dan sudah siap
untuk masuk sekolah. Adapun perkembangan jiwa anak pada masa sekolah ini
menurut Zulkifli (2006: 70) yang menonjol antara lain:
1. Adanya keinginan yang cukup tinggi, terutama yang menyangkut
perkembangan intelektual anak, biasanya dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan, senang melakukan pengembaraan atau percobaan-percobaan.
2. Energi yang melimpah, sehingga kadangkala anak itu tidak memperdulikan
bahwa dirinya telah lelah atau capek. Dengan energi yang sangat cukup
inilah nantinya sebagai sumber potensi dan dorongan anak untuk belajar.
3. Perasaan kesosialan yang berkembang pesat, sehingga anak menyukai untuk
mematuhi grup teman sebayanya (peer group), malah terkadang anak lebih
mementingkan peer group nya dibanding orang tuanya. Hal itu disebabkan
karena anak sudah banyak temannya disekolah.
4. Sudah dapat berpikir secara abstrak, sehingga memungkinkan anak untuk
menerima hal-hal yang berupa teori atau norma-norma tertentu.
5. Minat istimewanya tertuju kepada kegemaran dirinya (misalnya gemar
bermain gitar, sepak bola, memelihara binatang atau yang lainnya) yang
mengakibatkan anak melalaikan tugas belajarnya.
6. Adanya kekejaman yaitu: “Perhatian anak ditujukan kepada dunia luar, akan
tetapi dirinya tidak mendapat perhatian, saat itu juga anak belum mengenal
jiwa orang lain.
Pada masa anak sekolah ini sebenarnya anak telah tumbuh sikap objektifnya,
yang menyangkut tentang:
a. Kenyataan: Anak mempunyai sikap yang serius kepada dunia nyata
(realistis).
b. Kesusilaan: Sikap anak terhadap norma susila sudah juga, meskipun
terkadang acuh tak acuh.
Proses tumbuh kembang anak terkadang hanya dipahami bahwa anak secara
naluri atau kodrati akan tumbuh dan berkembang secara sendirinya seiring
dengan perkembangan fisik maupun psikis anak. Dari segi perkembangan
pengamatan, Oswold Kroh (dalam Zulkifli, 2006: 72) membaginya ke dalam
empat taraf perkembangan, yaitu:
1. Sintesis Fantasi: 7 sampai 8 tahun
Pengamatan masih dipengaruhi oleh fantasi dan kenyataan berbaur dengan
fantasi.
2. Masa Realisme Naif: 8 sampai 10 tahun
Semua diamati dan diterima begitu saja tanpa ada kecaman atau kritikan,
masa ini disebut juga sebagai masa pengumpulan ilmu pengetahuan.
3. Masa Realisme Kritis: 10 sampai 12 tahun
Dalam masa ini, anak mulai berfikir kritis, ia mulai mencapai tingkat
berfikir abstrak.
4. Masa Subjektif: 12 sampai 14 tahun
Pada masa ini anak berpaling pada dunianya sendiri. Perhatiannya ditujukan
pada dirinya sendiri. Hidupnya mulai gelisah, ragu-ragu, timbul rasa malu
dan hidup perasaan tidak nyaman.
Dalam masa anak sekolah perkembangan pengamatan merupakan peralihan
dari keseluruhan menuju pada bagian-bagiannya, menerima tanpa kritik
menuju kearah pengertian dari alam khayal (fantasi) menuju alam kenyataan.
2.2.2. Perkembangan Fantasi
Zulkifli (2006: 74) menjelaskan, sejak anak berumur lima atau enam tahun,
perhatiannya mulai ditujukan ke dunia luar, ke alam kenyataan. Tetapi bukan
berarti fantasinya menjadi lenyap, fantasi itu masih terus hidup. Fantasi yang
senantiasa hidup itu akan mencari lapangan penyaluran lain, misalnya
membuat hiburan seperti membaca buku-buku, mendengarkan cerita, membuat
sesuatu dan sebagainya. Beberapa masa fantasi, yaitu:
1. Masa dongeng: 4 sampai 8 tahun.
Masa ini bertepatan waktunya dengan perkembangan anak ke arah
kenyataan. Anak suka mendengarkan cerita kehidupan seperti anak yang
lucu, anak yang rajin, anak yang durhaka dan lain sebagainya. Termasuk
cerita raja-raja yang arif bijaksana dan sebagainya.
2. Masa robinson crusoe: 8 sampai 12 tahun.
Pada masa ini anak mengalami realisme naif, kemudian memasuki masa
realisme krisis. Anak sudah tidak lagi menyukai cerita atau dongeng yang
fantastis (tidak masuk akal). Sekarang ia lebih menyukai cerita yang
sebenarnya, cerita yang masuk akal seperti: cerita perjalanan, cerita roman
dan sebagainya.
3. Masa pahlawan: 12 sampai 15 tahun.
Anak lebih suka membaca cerita atau buku perjuangan yang benar-benar
pernah terjadi.
2.2.3 Perkembangan pikiran dan ingatan
Zulkifli (2006: 58-59) menjelaskan bahwa, dalam keadaan normal, pikiran
anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-angsur dan tenang. Di
samping keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap
pembentukan akal budi anak. Pola pikir dan perkembangannya berubah, dari
iklim yang egosentris memasuki realitas benda dan dunia pikiran orang lain.
Dari kehidupan fantasi (dengan menyukai cerita atau dongeng) berubah
menjadi menyukai kehidupan yang nyata. Ingatan anak pada usia 8 sampai 12
tahun mencapai insensitas tinggi dan paling kuat, daya menghafal (memorisasi)
paling kuat.
2.2.4 Kehidupan perasaan
Pada umumnya anak lebih emosional dibanding dengan orang dewasa. Sifatnya
optimistis dan kurang dirisaukan oleh rasa penyesalan. Kesengsaraan,
kepedihan dan kegembiraan orang lain kurang dipahami dan dihayati oleh
anak. Perasaan intelektuan anak pada periode ini sangat besar, sehingga
menyukai sesuatu yang menantang, misalnya soal-soal matematika, fisika dan
perhitungan yang sulit terutama yang berkaitan dengan angka.
Pada masa ini perasaan religiusnya menipis seiring dengan berubahnya tidak
lagi menyukai cerita fantasi. Hal ini bukan berarti perasaan religius anak hilang
sama sekali, tetapi tidak menonjol. Untuk mengatasi hal tersebut, hendaknya
pendidikan agama pada anak usia 6 sampai 12 tahun mendapat perhatian yang
serius dari orang tuanya. Namun metode yang digunakan tidak dilaksanakan
dengan kekerasan dan ancaman, akan tetapi diberikannya untuk melakukan
perkembangan psikis, kebutuhan dan keinginan anak. Di samping itu juga
diperlukan sikap orang dewasa atau orang tua yang arif dan bijaksana.
Tuntunan dan pemberian keyakinan akan tuangan kasih sayang orang tua akan
menguatkan kepercayaan pada diri anak.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini memfokuskan pada anak-anak usia
sekolah dasar, khususnya yang berada di usia 8 sampai 10 tahun. Di mana umur 8
sampai 10 tahun merupakan masa realisme naïf yang berarti anak masih dalam
masa belajar sehingga anak dapat menerima dengan mudah hal-hal bersifat positif
maupun negatif yang dilihat atau diberikan kepadanya, baik yang disampaikan
secara langsung dari seseorang maupun melalui media, termasuk media televisi.
Pada masa ini juga, anak sudah tidak lagi menyukai cerita atau dongeng yang
fantastis (tidak masuk akal), ia lebih menyukai cerita yang sebenarnya. Ingatan
anak pada usia ini pun mencapai insensitas tinggi dan paling kuat. Daya
menghafal (memorisasi) paling kuat, sehingga anak dapat secara cepat belajar dari
apa yang didapatnya. Sifatnya optimistis dan kurang dirisaukan oleh rasa
penyesalan. Kesengsaraan, kepedihan dan kegembiraan orang lain kurang
dipahami dan dihayati oleh anak yang berada pada masa ini.
2.3 Tinjauan Periaku Kekerasan Verbal
Perilaku kekerasan adalah keadaan di mana seseorang menunjukkan sikap yang
bermusuhan yang ditujukan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
secara verbal maupun non verbal yang dapat menyebabkan kerusakan. Perilaku
kekerasan dapat dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah peniruan tindak
kekerasan di berbagai media pemberitaan. Pada anak, perilaku kekerasan dicirikan
dengan menganggap remeh, serta bertingkah superior yang sering kali menyakiti
hati orang lain melalui tindakan maupun kata-katanya (Anantasari, 2006: 11).
Perilaku kekerasan yang dilakukan anak biasanya bertujuan untuk menyakiti hati
atau merusak barang orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, perilaku kekerasan bersifat verbal dan
nonverbal. Namun, kekerasan verbal seringkali dianggap remeh, selain karena
dampaknya tidak terlihat secara fisik, orang-orang yang melakukannya pun
seringkali tidak sadar telah melakukan kekerasan verbal. Padahal, kekerasan
verbal dapat menimbulkan dampak buruk yang cukup besar terhadap kesehatan
mental dan perkembangan psikologis seseorang.
Waruwu (2010: 29) mendefinisikan kekerasan verbal secara umum berupa
penghinaan dengan kata-kata, fitnah, menjelek-jelekkan orang lain, dan
pembunuhan karakter. Sementara menurut Baryadi (dalam Azma, 2012: 122)
kekerasan verbal adalah perilaku berbahasa kasar seperti memaki, mengancam,
mengusir, memfitnah, memaksa, menghasut, membuat orang malu, menghina dan
sebagainya. Menurut Dr. Jay Grady (dalam Azma, 2012: 122), seorang yang telah
bergelut selama lebih dari 30 tahun dalam bidang konseling dan menangani
berbagai macam kasus kekerasan dalam hubungan antar manusia, kekerasan
verbal adalah penggunaan kata-kata yang secara sengaja ataupun tidak sengaja
menyakiti seseorang, kata-kata yang menyerang jati diri dan kemampuan
seseorang atau kata-kata yang membuat seseorang mempercayai pernyataan yang
tidak benar mengenai dirinya. Merujuk definisi-definisi mengenai perilaku
kekerasan verbal di atas, maka perilaku kekerasan verbal dalam penelitian ini
diartikan sebagai: Perilaku berbahasa kasar yang secara sengaja ataupun tidak
sengaja menyakiti seseorang.
Tanpa kita ketahui, perkataan yang seringkali dianggap sepele atau sekedar
candaan dan lelucon, juga merupakan bentuk kekerasan verbal. Berikut kata-kata
yang dapat digolongkan sebagai kekerasan verbal:
1. Memberi cap negatif dengan kata-kata seperti: “Pemalas; Bodoh; Ceroboh;
Jorok; Jelek; Tidak bisa diharapkan; Tidak punya masa depan”.
2. Membanding-bandingkan dengan orang lain: “Masa gak dapet rangking, lihat
tuh kakak kamu, rangking satu terus”.
3. Menyebut berdasarkan ciri fisik tertentu: “Ceking; Gendut; Pendek; Tiang
Listrik; Raksasa; Hitam; Peyang; Badak”.
4. Memperolok selera pribadi, misalnya cara berpakaian, selera musik, potongan
rambut, hobi: “Kutubuku”.
5. Merendahkan pendapat dan kemampuan: “Sok tau lu; Malu-maluin aja; Gitu
aja ngga bisa”.
6. Berbicara dengan nada suara yang keras atau tinggi, membentak.
Kekerasan verbal bahkan memiliki dampak yang lebih besar dan buruk
dibandingkan dengan kekerasan fisik, karena sifatnya yang tersembunyi dan
melukai aspek mental dan psikologis seseorang yang lebih sulit disembuhkan
daripada luka fisik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah, orang yang mengalami
kekerasan verbal seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban,
sehingga mereka merasa bahwa semua hal-hal buruk yang dikatakan terhadap
mereka adalah benar dan merekalah yang salah. Mereka juga mulai percaya
bahwa semua hal buruk yang terjadi kepada mereka adalah sepenuhnya karena
kesalahan mereka. Ini membuat mereka tumbuh menjadi pribadi dengan
kepercayaan diri dan konsep diri yang rendah.
Dampak lain dari kekerasan verbal (pada korban) adalah terhambatnya
perkembangan anak secara sosial dan emosional. Anak-anak yang sering
mengalami kekerasan verbal juga dapat tumbuh dengan rasa rendah diri dan
konsep diri yang rendah.
Saat mereka dewasa nanti, mereka pun memiliki kemungkinan lebih besar untuk
terus menjadi korban kekerasan verbal, atau justru berbalik menjadi pelaku
kekerasan verbal. Mereka juga memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk
berperilaku agresif dan terlibat dalam tindak kenakalan dan perilaku yang bersifat
merusak terhadap diri sendiri, seperti penggunaan narkoba, penyalahgunaan
alkohol dan zat adiktif sampai percobaan bunuh diri. Korban kekerasan verbal
juga dapat tumbuh menjadi pribadi dengan berbagai macam gangguan psikologis,
seperti gangguan kecemasan, depresi dan ketidakstabilan emosional.
2.4 Tinjauan Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani)
yang berarti jauh, dan visi (videre, bahasa Latin) yang berarti penglihatan Dengan
demikian televisi diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh maksudnya gambar
dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain
melalui sebuah perangkat penerima. Televisi memiliki daya tarik tersendiri,
televisi menggabungkan unsur audio (pendengaran) dengan unsur visual
(penglihatan) karena menampilkan gambar hidup dan warna. Kedua aspek ini
membuat televisi menarik perhatian masyarakat dan menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk menonton.
Mengingat cakupannya yang terbuka, maka cakupan pemirsanya tidak mengenal
usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat. Luas jangkauan dan cakupan
pemirsanya, menjadikan media televisi sebagai media pembawa informasi yang
besar dan cepat pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anggota
masyarakat, serta sistem dan tata nilai yang telah ada.
Menurut Ardianto (2005:128), fungsi televisi tidak jauh berbeda dengan media
massa lainnya seperti surat kabar maupun radio, yaitu memberi informasi,
mendidik, menghibur dan membujuk. Akan tetapi fungsi menghibur lebih
dominan pada media televisi.
Pesan yang disampaikan melalui televisi juga memerlukan pertimbangan lain agar
pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran (Ardianto, 2007: 140). Faktor
tersebut adalah:
1. Pemirsa
Pemirsa adalah khalayak yang menonton tayangan tersebut. Sasaran khalayak
perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan pesan yang disampaikan agar
maksud pesan tersebut sampai kepada khalayak sasaran.
2. Waktu
Setelah mengetahui minat dan kebiasaan setiap kategori pemirsa, langkah
selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan kebiasaan
pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara
ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak yang dituju.
3. Durasi
Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan
acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan
naskah. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat
atau terlalu lama.
4. Metode Penyajian
Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk
menghibur dan informasi. Tetapi, tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk
dapat diabaikan. Hal yang perlu diperhatikan untuk memadukan fungsi televisi
adalah cara mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan metode
penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsur hiburan.
Keempat faktor tersebut satu dengan lainnya saling berhubungan. Penonton
televisi sebagai komunikan yang heterogen terbagi menjadi beberapa kelompok di
mana tiap kelompoknya mempunyai minat dan kebiasaan yang berbeda, termasuk
kebiasaannya dalam menonton televisi. Oleh karenanya acara-acara televisi akan
disesuaikan dengan kebiasaan menonton televisi khalayaknya, sedangkan faktor
durasi mempertimbangkan kesesuaian naskah dan tujuan yang akan dicapai.
Faktor metode penyajian lebih mempertimbangkan sasaran khalayak serta fungsi
utama siaran televisi sebagai media hiburan dan informasi.
Media televisi pun dapat menjadi penangkap ampuh yang mampu membuat anakanak duduk pasif selama berjam-jam setiap hari, ia bisa menjadi “penganti baby
sitter” yang handal tanpa perlu digaji. Televisi juga bisa membuat mata anak-anak
kelelahan karena kurang istirahat akibat terus-menerus digunakan untuk
menonton. Dengan demikian televisi mampu mengendalikan jika tidak mampu
mengenda
PENGARUH TAYANGAN KOMEDI PESBUKERS TERHADAP
PERILAKU KEKERASAN VERBAL ANAK
(Studi Pada Anak di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana
Bandarlampung Kelas 3 s.d. kelas 5)
Oleh
Dina Ulia
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh tayangan Komedi
Pesbukers terhadap perilaku kekerasan verbal anak di SD Negeri 1 Kalibalau
Kencana kelas tiga sampai dengan kelas lima. Penelitian menggunakan teori SOR
(Stimulus Organism Respon) dalam membentuk kerangka pikir dan Social
Learning Theory dengan pendekatan modelling untuk meneliti proses perubahan
perilaku anak. Ada empat proses yang terlibat dalam pendekatan modelling, yaitu
perhatian, mengingat, reproduksi motorik dan motivasional. Kesimpulan
penelitian ini adalah: (1) Tayangan komedi Pesbukers berpengaruh langsung
terhadap proses perhatian dan mengingat anak akan adegan-adegan kekerasan
verbal dengan kontribusi sebesar 49,8%, sedangkan sisanya sebesar 50,2%
dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian. Nilai koefisien jalur sebesar 0,706,
signifikan dengan nilai Sig. sebesar 0,000 lebih kecil dibanding alfa 5%. Pengaruh
langsung ini memiliki tingkat korelasi yang kuat. (2) Proses perhatian dan
mengingat anak memiliki kontribusi sebesar 36,7% dalam menjelaskan perubahan
yang terjadi pada perilaku kekerasan verbal anak, sisanya sebesar 63,7%
dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian. Nilai koefisien jalur sebesar 0,606,
signifikan dengan nilai Sig. sebesar 0,000 lebih kecil dibanding alfa 5%. Pengaruh
langsung ini memiliki tingkat korelasi yang kuat. (3) Tayangan komedi Pesbukers
berpengaruh tidak langsung terhadap perilaku kekerasan verbal anak melalui
proses perhatian dan mengingat anak dengan koefisien jalur sebesar 0,428. Besar
pengaruh tersebut adalah sebesar 18,3% masuk dalam kategori sedang, sedangkan
sisanya sebesar 81,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.
Kata kunci: Pengaruh tayangan, kekerasan, perilaku anak
ABSTRACT
The Effect of Comedy Shows Pesbukers Towards Against Verbal
Behavior of Children
( Case Study in SD Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandarlampung
3rd-5th grade)
By
Dina Ulia
The purpose of this study was to determine the influence of Comedy Show
Pesbukers verbal violence against the child's behavior in SD Negeri 1 Kalibalau
Kencana third grade to fifth grade. This study uses the theory of SOR (Stimulus
Organism Response) in shaping mindsets and Social Learning Theory with
modeling approaches to examine the process of change in children's behavior.
There are four processes in modeling approaches, they are attention, retention,
motor reproduction and motivation. The conclusion of this study were: (1) comedy
shows Pesbukers directly influence the process of considering the child's attention
and will be verbally violent scenes with a contribution of 49.8%, while the
remaining 50.2% is explained by other faktors which exclude from this study.
Value of the path coefficient of 0.706, significant with the Sig. 0,000 less than 5%
alpha. The direct effect of this has a strong degree of correlation. (2) The process
of considering the child's attention and have a contribution of 36.7% in explaining
the changes in the child's verbal behavior, while the remaining 63.7% is
explained by other faktors beyond research. Value of the path coefficient of 0.606,
significant with the Sig. 0,000 less than 5% alpha. The direct effect of this has a
strong degree of correlation.(3) comedy shows Pesbukers indirect effect on the
behavior of verbal abuse and children through the process of considering the
child's attention with a path coefficient of 0.428. Great influence amounted to
18.3% in the category of being, while the remaining 81.7% is explained by other
variables outside of research.
Key words: shows effects, violence, children behavior
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Dina Ulia. Dilahirkan di
Krui, Pesisir Barat Lampung pada tanggal 11 Oktober
1993. Penulis merupakan putri bungsu dari lima bersaudara
buah hati pasangan Bapak H. Taufik H. Mahdan dan Ibu
Hj. Masnun. Penulis dibesarkan di Krui, Pesisir Barat
Lampung dengan Islam sebagai agama yang dianut dan
diyakini.
Mengawali pendidikan formal di usia 4 tahun, penulis belajar di Taman Kanakkanak (TK) AL-Quran Krui Pesisir Barat dan selesai pada tahun 1997. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Krui Pesisir
Barat dan selesai pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar
sebagai siswa di Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri 2 Krui Pesisir Barat
dan selesai pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar Bandarlampung dan dinyatakan lulus pada
tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan selesai pada tahun
2014.
PERSEMBAHAN
Seiring dengan ungkapan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Taufik H. Mahdan dan Ibunda Hj.
Masnun yang tidak pernah lelah memberikan cinta dan kasihsayang.
Pengorbanan yang begitu besar serta doa yang tidak pernah putus demi
keberhasilanku
Kakak – kakakku, Yesi Gusnita, Fitriani, Mery Sofia dan Nopenda Wati yang
sangat saya sayangi dan menyayangi saya
Almamater tercinta Universitas Lampung
Semoga karya sederhana ini menjadi tanda bakti dan cintaku kepada kalian
MOTO
IF YOU CAN DREAM IT, YOU CAN DO IT
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat, hidayah serta
petunjuk-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengaruh Tayangan Komedi Pesbukers terhadap Perilaku Kekerasan VerbalAnak
(Studi Pada Siswa-siswi SD Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandarlampung kelas 3
s.d kelas 5).
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan-kesalahan, baik pada teknik
penulisan maupun materi yang disajikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan pada skripsi ini.
Peran serta dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi sangat
berharga bagi penulis. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak
mungkin terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Kedua orangtua yang sangat aku sayangi, Ayahanda H. Taufik H. Mahdan
dan Ibunda Hj. Masnun. Terimakasih untuk segala doa, dukungan, nasehat
dan juga kepercayaan kepada anak bungsumu ini. Kalianlah motivasi
terbesarku untuk bangun dan terus maju ketika merasa kesulitan. Aku
sayang kalian.
2. Kakak-kakakku, Yesi Gusnita, Fitri Ani, Mery Sofia, Nopenda Wati,
Ponco Prasetyo, Iswandi Nurdiansyah, Ahmad Syukri dan Agus Ridwan.
Terimakasih untuk doa dan dukungannya. Dari kalian aku mendapatkan
semangat, senyum dan tawa mengurangi suntuk akibat berjam-jam di
depan laptop.
3. Adik-adikku, Azka Azlani, Varisha Dhania Aletea, Fahmi Nazhir Aufa,
Danesh Kamelia Maritza dan Jovita Anikha Fakhira yang nda sayangi.
Kalian selalu menjadi obat dari segala bad mood. Kalian dengan kelakuan
lucu pintar dan nakal kalian yang polos adalah kebahagian nda.
4. Bapak Ahmad Rudy Fardiyan, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
yang telah membimbing, meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan
banyak koreksi, masukan serta saran demi penelitian yang baik, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Sekali lagi saya sangat berterima
kasih.
5. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Penguji yang
telah
skripsi,
mengoreksi kesalahan maupun kekeliruan dalam penyusunan
sehingga
kesalahan-kesalahan
tersebut
dapat
diperbaiki
sebagaimana mestinya. Saya sangat berterima kasih karena dari sejumlah
kritikan beserta masukan yang Ibu berikan telah memotivasi saya untuk
memberikan yang terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepala sekolah, tata usaha dan para guru khususnya wali kelas kelas tiga
sampai dengan kelas lima SD Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandarlampung
yang sangat terbuka dan ramah menyambut kedatangan peneliti. Yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, memberikan
informasi-informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan dan sepermainan, teman yang lebih dari
sekedar teman, kalian adalah saudara bagi saya, Leni Destia Edward, Ani
Annisa Lasmah, Siti Fatimah, Fina Yulanda, Hesti Prihastuti, Amaliah
Nurdin, Emirullyta H., Beatrixc Banuarea, Putri Habiebah Baiq, M. Hafiz
Wiratama, Pratama Dio Ananto, Oemar Madri Bafadhal, Imam Mubarok,
Yunardi Hasan KS. Saya tidak dapat berpanjang-panjang cerita, juga tidak
mau “wacana”, singkat kata saya sampaikan bahwa saya sangat amat
sayang kalian.
Peneliti mengucapkan terima kasih banyak, semoga Allah SWT. selalu
melindungi, merekatkan, menjaga ikatan persahabatan dan persaudaraan kita.
Bandarlampung, 27 November 2014
Penulis,
Dina Ulia
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……………………………………….…………………….……. i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….……… iv
PERNYATAAN ……………………………………………………….….…. v
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………. vi
PERSEMBAHAN …………………………………………………………… vii
MOTO ……………………………………………………………….………. viii
SAN WACANA ……………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..…. xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………...……… xv
DAFTAR BAGAN …………………………………………………...……… xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 6
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………. 6
1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN PENELITIAN
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu …………………………………………… 8
2.2 Tinjauan tentang Anak …………………………………………..……….. 11
2.2.1 Perkembangan Jiwa Masa Anak Sekolah …………………………. 13
2.2.2 Perkembangan Fantasi……………………………………………... 15
2.2.3 Perkembangan Pikiran dan Ingatan ……………………………….. 16
2.2.4 Kehidupan Perasaan ……………………………..………………… 17
2.3 Tinjauan Perilaku Kekerasan Verbal …………………………………….. 18
2.4 Tinjauan Televisi ………………………………………………………….21
2.5 Tinjauan Kekerasan di Televisi ………………………………………….. 26
2.6 Tinjauan Dampak Negatif Tayangan Kekerasan pada Anak …………..… 29
2.7 Tinjauan Model Teori S-O-R ……………………………………………. 33
2.8 Tinjauan Social Learning Theory ……………………………………….. 34
2.9 Kerangka Pikir …………………………………………………………… 37
2.10Hipotesis …………………………………………………………………. 45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian …………………………………………………………… 47
3.2 Metode Penelitian …………………………………………………….…. 47
3.3 Variabel Penelitian ………………………………………………………. 48
3.4 Definisi Konseptual ……………………………………………………… 49
3.5 Definisi Operasional ……………………………………………………... 50
3.6 Populasi ………………………………………………………………….. 55
3.7 Sampel …………………………………………………………………… 56
3.8 Jenis Data ………………………………………………………………… 58
3.9 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………. 59
3.10 TeknikPengolahan Data ……………………...………………………….. 60
3.11 Pengujian Instrumen Penelitian …………...…………………………….. 61
3.11.1 Uji Validitas …………………………………………………….. 61
3.11.2 Uji Reliabilitas …………………………………………………… 62
3.11.3 Uji Normalitas …………………………………………………… 64
3.12Teknik Analisis Data …………………………………………………….. 64
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1. Gambaran Mengenai Program Komedi Pesbukers di Televisi ……...…… 67
4.2. Gambaran Mengenai Objek Penelitian ……………………………...…… 71
4.2.1 Gambaran Mengenai SD Negeri 1 Kalibalau Kencana ……………. 71
4.2.2 Gambaran Mengenai Orang Tua Responden ……………………….72
4.2.3 Gambaran Mengenai Anak-Anak Sebagai Objek Penelitian ……… 73
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian …………………………………… 75
5.1.1 Uji Validitas ………………………………………………………. 75
5.1.2 Uji Reliabilitas ……………………………………………………. 78
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.1.3 Uji Normalitas …………………………………………………….. 80
Deskripsi Karakteristik Responden ……………………………………… 81
5.2.1 Jenis Kelamin ……………………………………………………… 81
5.2.2 Usia ……………………………………………………………….. 82
5.2.3 Tingkatan Kelas Sekolah …….……………………………………. 83
Pengolahan Data …………………………………………………………. 84
5.3.1 Tayangan Program Komedi Pesbukers……………………………. 84
5.3.1.1 Pesan Media ………………………………………………... 84
5.3.1.2Isi Pesan …………………………………………………….. 106
5.3.2 Proses Perhatian dan Mengingat Anak ……………………………. 114
5.3.2.1 Proses Perhatian Anak ……………………………………... 114
5.3.2.2 Proses Mengingat Anak ……………………………………. 117
5.3.3 Perubahan Perilaku Kekerasan Verbal Anak ……………………… 126
5.3.3.1Proses Reproduksi Motorik ………………………………… 126
5.3.3.2Motivasional ………………………………………………... 135
Analisis Hubungan Antarvariabel ………………………………………... 140
5.4.1 Analisis Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Z ………………. 142
5.4.2 Analisis Pengaruh Variabel Z terhadap Variabel Y ……………….. 145
5.4.3 Analisis Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y
Melalui Variabel Z…………………………………………………. 147
Hasil Analisis Data ………………………………………………………..148
Pembahasan ………………………………………………………………. 153
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ……………………………………………………………… 164
6.2. Saran …………………………………………………………………… 165
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Tinjauan Penelitian Terdahulu …………………………………………….. 9
2. Indikator Variabel Penelitian ……………………………………………… 54
3. Jumlah Sampel …………………………………………………………….. 58
4. Uji Validitas Variabel X …………………………………………………… 76
5. Uji Validitas Variabel Z …………………………………………………… 77
6. Uji Validitas Variabel Y …………………………………………………… 77
7. Uji Reliabilitas Variabel X ………………………………………………… 78
8. Uji Reliabilitas Variabel Z ………………………………………………… 79
9. Uji Reliabilitas Variabel Y ………………………………………………… 79
10. Tabel Hasil Uji Normalitas ………………………………………………. 80
11. Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………. 81
12. Karakteristik Responden Berdasar Usia …………………………………. 82
13. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Kelas Sekolah ……….. 83
14. Tingkat Ketertarikan terhadap Program Komedi Pesbukers …………….. 85
15. Kesesuaian Waktu Tayang Program Komedi Pesbukers ………………… 87
16. Kesesuaian Durasi Tayang Program Komedi Pesbukers ………………… 89
17. Ketertarikan Terhadap Cerita dalam Sketsa Komedi Pesbukers ………… 91
18. Ketertarikan dengan Tata Panggung Program Komedi Pesbukers ………. 92
19. Ketertarikan Terhadap Musik latar dalam Program Komedi Pesbukers … 93
20. Ketertarikan Terhadap Kostum Pemain
dalam Program Komedi Pesbukers ………………………………………. 95
21. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Olga Syahputra ………… 98
22. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Raffi Ahmad …………… 99
23. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Jessica Iskandar …………100
24. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Sapri ……………………. 101
25. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Oppie Kumis …………… 102
26. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Julia Perez…………….… 103
27. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Kartika Putri…………….. 104
28. Tingkat Kesukaan terhadap Pemain Pesbukers Tarra Budiman …………. 105
29. Tingkat Ketertarikan pada Guyonan dalam Komedi Pesbukers …………. 107
30. Tingkat Hiburan dari Guyonan-guyonan Pesbukers ……………………. 108
31. Ketertarikan pada Pantun dalam Tayangan Komedi Pesbukers …………. 110
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
Tingkat Hiburan dari Pantun dalam Tayangan Komedi Pesbukers ……… 112
Tingkat Kemudahan Bahasa untuk Dimengerti ……………………….…. 113
Frekuensi Menonton Tayangan Pesbukers dalam Satu Minggu …………. 115
Durasi Menonton Tayangan Komedi Pesbukers …………………………. 116
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Memanggil P dengan Ucap Negatif ……………………………………… 118
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Membanding-bandingkan Pemain Lainnya dengan Orang Lain ………… 120
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Menyebut Pemain Lainnya Dengan Ciri Fisik yang Dimilikinya ………...122
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Mengejek Selera Pribadi Pemain Lainnya …………………………….…. 123
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Merendahkan Pendapat dan Kemampuan Pemain Lainnya …………...… 124
Tingkat Mengingat Adegan Ketika Pemain
Berbicara dengan Nada Suara yang Keras atau Tinggi …………..……….125
Perilaku Memanggil dengan Ucapan Negatif ……………………………. 127
Perilaku Membanding-Bandingkan dengan Orang Lain ………………… 129
Perilaku Menyebut dengan Ciri Fisik ……………………………………. 130
Perilaku Memperolok Selera Pribadi Teman …………………………….. 131
Perilaku Merendahkan Pendapat dan Kemampuan ……………………... 133
Perilaku Berbicara dengan Nada Suara yang Tinggi …………………….. 134
Tingkat Kepuasan Setelah Melakukan Kekerasan Verbal ………………. 136
Kewajaran Melakukan Kekerasan Verbal…………………………………137
Hilangnya Rasa Takut dengan Teman-teman yang Mengganggu ……….. 139
Model Summary (Variabel X terhadap Z) ………………………………. 143
Anova (Uji F, variabel X terhadap Z) ……………………………………. 144
Coefficients (Uji t, variabel X terhadap Z) ………………………………. 144
Model Summary (Variabel Z terhadap Y) ……………………………….. 146
Anova (Uji F, variabel Z terhadap Y) ……………………………………. 147
Coefficients (Uji t, variabel Z terhadap Y) ………………………………. 147
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Halaman
Model Mediasi …………………….…….………………………………… 64
Model Path Analysis ………………………………………………………. 65
Model Path Analysis (2) …………………………………………………… 140
Substruktur 1 Model Path Analysis ……………………………...………… 143
Substruktur 2 Model Path Analysis …………………………...…………… 146
Besar Pengaruh Model Path Analysis ……………………………….…….. 149
DAFTAR BAGAN
Bagan
Halaman
1. Kerangka Pikir ……………………………………………………….……. 44
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Majid (2009: 14) mengatakan bahwa, televisi kini telah menjadi salah satu bagian
yang penting dalam keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak
jarang kegiatan lainnya pun dilakukan sambil menonton televisi. Bahkan, tidak
sedikit yang menjadikan televisi sebagai pengasuh, guru, penghibur atau bahkan
sarana promosi dagang. Selain peran televisi yang positif tersebut, televisi juga
memainkan peran besar dalam menyajikan informasi yang tidak layak dan terlalu
dini bagi anak-anak. Menurut para pakar masalah media dan psikologi, di balik
keunggulan yang dimilikinya, televisi berpotensi besar memberikan dampak yang
negatif di tengah berbagai lapisan masyarakat, khususnya anak-anak.
Dwyer (dalam Majid, 2009: 14) mengatakan, televisi mampu merebut 94%
saluran masuknya informasi kedalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga.
Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa
yang mereka tonton di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan.
Kebanyakan orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah
tiga jam kemudian dan 65% setelah tiga hari kemudian. Dengan demikian
terutama
bagi anak-anak yang pada umumnya meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup
kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan mengikuti acara televisi yang
mereka tonton. Pola pikir anak yang belum bisa membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, juga kondisi anak yang belum dapat memahami acara di
televisi secara benar. Mereka menganggap bahwa kejadian yang ditampilkan di
televisi merupakan hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
WHO juga menghimbau bahwa kebiasaan menonton siaran televisi yang kurang
bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk. Bahkan penelitian
oleh WHO ini menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang
dilakukan orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka terima dari media
semenjak usia anak-anak (Zubaedi, 2011: 13).
Hal ini menjadi kekhawatiran dengan adanya fakta tentang pertelevisian
Indonesia, yang mengatakan pada tahun 2007 bahwa jam tonton televisi anakanak 5 sampai 8 jam/hari atau 1.560 sampai 1.820 jam/tahun, sedangkan jam
belajar SD umumnya kurang dari 1.000 jam/tahun, 85% acara televisi tidak aman
untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasan, seks dan mistik yang
berlebihan dan terbuka (Majid, 2009: 15).
Adegan kekerasan merupakan adegan yang paling banyak ditemui dalam tayangan
televisi. Unsur kekerasan sudah menjadi bumbu dalam hampir setiap program
acara televisi yang terbukti ampuh menarik minat menonton masyarakat.
Kekerasan dalam program hiburan khususnya komedi menimbulkan kekhawatiran
tersendiri. Di mana penayangan komedi yang mengunakan unsur kekerasan
sebagai bahan lawakan dapat dikatakan bertentangan dengan asas penyiaran,
khusunya asas manfaat bagi masyarakat. Hal yang memperihatinkan bahwa
perilaku menyimpang tersebut seperti menjadi suatu yang dihalalkan atau
dibenarkan bahkan diberikan suatu keistimewaan dengan dibuatkannya suatu
acara komedi dengan tayang setiap hari di jam prime time (jam televisi banyak
ditonton). Hal ini kemudian berujung pada semakin banyaknya orang-orang yang
tidak lagi peka dengan kekerasan, secara sadar maupun tidak, melakukan
kekerasan verbal terhadap orang-orang di sekeliling mereka.
Salah satu program komedi yang banyak mengandung unsur kekerasan khususnya
kekerasan verbal adalah program komedi Pesbukers yang disiarkan oleh stasiun
televisi nasional ANTV. Ciri khas lawakan Pesbukers adalah lawakan-lawakan
yang dikemas dalam sebuah pantun. Lawakan-lawakan yang dilontarkan dalam
pantun tersebut tentunya tidak lepas dari ejekan-ejekan bagi para pemainnya.
Selain bentuk lawakan berupa pantun juga sering terlihat bentuk spontanitas yang
tidak jarang juga mengandung kekerasan verbal.
Dari bentuk lawakan tersebut, Pesbukers mendapat teguran dari KPI dan sempat
berhenti tayang sementara pada Juli 2012. Pada bulan Juli 2013 Pesbukers
kembali mendapat teguran dari KPI dengan pelanggaran yang termasuk kedalam
kategori pelanggaran terhadap norma kesopanan dan kesusilaan serta pelanggaran
terhadap perlindungan anak. Untuk ketiga kalinya pada Januari 2014, Pesbukers
mendapat teguran dan dikenai sanksi pengurangan durasi selama 30 menit selama
3 hari berturut-turut (www.kpi.go.id, diakses tanggal 26 Februari 2014).
Meskipun demikian, program acara Pesbukers ini mendapat respon yang positif
dari masyarakat. Program komedi yang tayang setiap hari ini berhasil
memenangkan piala Panasonic Gobel Awards sebagai program komedi terfavorit
dua tahun berturut-turut yakni pada tahun 2013 dan 2014 (m.kompas.com edisi
5/3/2013, diakses tanggal 6 Maret 2014).
Dalam penelitian ini, peneliti memilih program komedi Pesbukers karena dalam
program ini banyak ditemukan bentuk gurauan yang mengandung kekerasan
verbal. Hal tersebut dikarenakan Pesbukers ditayangkan secara langsung sehingga
kurangnya kontrol terhadap isi program, tidak melalui proses editing terhadap
gurauan kekerasan verbal tersebut. Beberapa faktor seperti kurangnya kontrol
orang tua dan jam tayang Pesbukers yang berada pada waktu prime time (jam
televisi yang banyak ditonton), menjadikan tayangan tersebut juga dapat ditonton
oleh anak-anak.
Di sisi lain, Oswold Kroh (dalam Zulkifli, 2006: 46) mengatakan, pada usia 8
sampai dengan 10 tahun merupakan masa realism naif, semua yang diamati
diterima begitu saja tanpa ada kecaman tau kritik, masa ini disebut juga masa
penyampaian ilmu pengetahuan. Dalam masa ini anak lebih cenderung
berperilaku seperti yang diperlihatkan di sekelilingnya juga dari tayangan televisi.
Disadari atau tidak, perilaku-perilaku negatif yang dilihat di televisi akan menjadi
suatu memori dalam diri anak, meniru apa yang ia lihat dan bisa berkembang
menjadi karakter pribadi anak tersebut. Hal ini semestinya dicegah sejak dini
karena dapat mengancam moral dan etika anak sebagai penerus bangsa.
Berdasarkan pada penjelasan Oswold Khroh tersebut, dapat dijelaskan bahwa
dampak negatif yang ada dalam suatu tayangan televisi akan sangat terasa pada
usia anak-anak yang dalam masa belajar (realisme naif) yakni umur 8 sampai
dengan 10 tahun, di mana semua diamati dan diterima begitu saja tanpa ada
kecaman atau kritikan. Dalam tingkatan sekolah, pada umumnya usia 8 sampai
dengan 10 tahun berada pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yakni kelas 3, 4 dan 5.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandarlampung
`Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada hasil pra-survey (2014). Dapat
dijelaskan bahwa SD Negeri 1 Kalibalau Kencana merupakan SD yang berada di
daerah Sukarame Bandarlampung. Sekolah ini merupakan SD yang kurang
dikenal dibandingkan dengan SD lain di sekitar wilayah Bandarlampung,
Lokasinya berada di pemukiman warga dengan penghasilan menengah kebawah,
dan kebanyakan anak-anak diseputaran SD itulah yang merupakan siswa-siswi di
SD tersebut. Hasil pra-survey (2014), di mana peneliti secara langsung
berinteraksi dengan anak-anak di SD tersebut, juga mengamati secara seksama
proses interaksi yang terjadi diantara anak-anak. Peneliti mendapati bahwa dalam
berinteraksi, anak-anak di sana sangat tidak segan untuk melontarkan kata-kata
yang tergolong ke dalam kekerasan verbal, yakni berkata-kata kasar, saling ejek,
menghina dan berbicara dengan nada yang tinggi. Korban biasanya merasa kesal
dan tidak menerima perkataan yang ditujukan kepadanya. Guru-guru wali kelas
juga mengakui bahwa ada beberapa siswa dan siswi yang menangis akibat hal
tersebut. Dalam pergaulan di luar sekolah, anak-anak sering berkumpul dan
bermain bersama, seringkali mereka mengucapkan kata-kata yang tidak pantas
diucapkan, seperti “Tolol lu, begok lu, lu jelek, pulang aja lu, gua ketok lu,” dan
lain-lain. Orang dewasa di sana juga jarang memberikan teguran apabila anakanak sedang adu mulut dengan kata-kata kasar.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
adanya pengaruh tayangan komedi Pesbukers di televisi terhadap perilaku
kekerasan verbal anak di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana kelas 3 sampai dengan
kelas 5. Lokasi penelitian dipilih karena di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana sering
didapati bentuk kekerasan verbal yang dilakukan anak-anak di lingkungan sekolah
maupun luar sekolah. Peneliti juga mempertimbangkan bahwa kelas 3 sampai
dengan kelas 5 sudah memiliki kemampuan membaca dan memahami isi
pertayaaan dalam kuesioner yang diberikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah, “Berapa besar pengaruh tayangan Komedi Pesbukers terhadap perilaku
kekerasan verbal anak di SD Negeri 1 Kalibalau Kencana kelas 3 sampai dengan
kelas 5?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah, “Untuk mengetahui dan menganalisis besar pengaruh
tayangan Komedi Pesbukers terhadap perilaku kekerasan verbal anak di SD
Negeri 1 Kalibalau Kencana kelas 3 sampai dengan kelas 5”.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian mengenai masalah perilaku kekerasan verbal anak akibat tayangan
televisi akan memperkaya konsep-konsep ilmu sosial, khususnya ilmu
komunikasi yang mengkaji dampak dari media televisi.
2. Kegunaan Praktis
Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam upaya peningkatan kualitas
tayangan televisi dan bahan informasi bagi masyarakat khususnya orang tua
untuk lebih mengawasi tontonan anaknya agar dapat meminimalisir pengaruh
negatif yang mungkin terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini, merujuk kepada penelitian-penelitian terdahulu yang membahas
mengenai pengaruh tayangan yang memiliki unsur kekerasan. Penjelasan
mengenai tinjauan penelitian terdahulu dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Dengan merujuk penelitian terdahulu di atas, penulis mendapati bahwa pengaruh
tayangan yang memiliki unsur kekerasan merupakan hal yang perlu dikaji lebih
lanjut, terlebih lagi pengaruhnya terhadap anak-anak yang belum dapat memilih
dan memilah tayangan yang baik untuknya.
Peneliti juga melihat bahwa faktor usia dapat mempengaruhi besarnya pengaruh
tayangan televisi. Dapat dilihat dari perbedaan hasil penelitian terhadap anak
SMA (Sekolah Menengah Atas) dengan anak TK (Taman Kanak-kanak). Dimana
di kalangan anak SMA (SMA Triguna Utama Ciputat) tidak menemukan
hubungan yang signifikan antara tayangan kekerasan dengan perilaku kekerasan,
sedangkan hubungan positif ditunjukkan oleh tayangan kekerasan dengan perilaku
agresif anak pra sekolah (TK Islam Terpadu Al Akhyar Kabupaten Kudus).
Persepsi remaja di Kota Malang juga mengkhawatirkan dampak negatif tayangan
dengan kekerasan terhadap perilaku anak. Maka untuk melengkapi penelitian
yang telah dilakukan para peneliti perdahulu, penulis memilih anak dengan usia 8
sampai dengan 10 tahun sebagai responden untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh tayangan yang mengandung kekerasan verbal (Komedi Pesbukers)
terhadap perilaku kekerasan verbal anak.
2.2 Tinjauan Tentang Anak
Anak adalah mereka yang belum mengerti dan memiliki apa-apa sebagai bekal
dirinya untuk menghadapi kehidupan yang lebih luas, ia perlu mendapatkan
binaan dan bimbingan dari orang-orang yang lebih tua dalam lingkungan
keluarganya, di samping itu anak juga membutuhkan orang lain dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Orang lain yang paling utama dan pertama
bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Secara psikologis anak lebih
rentan dibandingkan orang dewasa dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang
mempengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia.
Menurut Suhartin (1986: 78) anak adalah mereka yang ditandai dengan fisik yang
terbagi dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
1. Umur 0-1 tahun, yaitu masa bayi
2. Umur 1-3 tahun, yaitu masa balita
3. Umur 3-6 tahun, yaitu masa pra-sekolah
4. Umur 6-12 tahun, yaitu masa sekolah
Menurut Erik Erikson (dalam Zulkifli, 2006: 68), umur 6 tahun sampai 10 tahun
berada dalam masa industry versus inferiority (berkarya/etos kerja versus minder),
yang merupakan masa paling kritis bagi anak-anak untuk mengembangkan
kepercayaan dirinya bahwa mereka mampu untuk berkarya dan bereksplorasi.
Menurut Erik, anak-anak adalah pribadi yang penuh kreativitas, antusias
melakukan sesuatu, aktif berekplorasi maka segala hal ingin dipraktekkannya.
Oswold Khroh (dalam Zulkifli, 2006: 72) menjelaskan, dari segi perkembangan
anak umur 8 sampai 10 tahun berada pada masa realisme naïf, semua diamati dan
diterima begitu saja tanpa ada kecaman atau kritikan, masa ini disebut juga
sebagai masa pengumpulan ilmu pengetahuan.
Merujuk beberapa pendapat tentang anak di atas, maka dalam penelitian ini yang
dimaksud anak adalah mereka yang belum mengerti dan memiliki apa-apa sebagai
bekal dirinya untuk menghadapi kehidupan yang lebih luas. Anak dengan ciri fisik
yang berada pada masa sekolah yang merupakan masa paling kritis, yaitu usia 8
sampai 10 tahun yang berada dalam masa realisme naif, semua diamati dan
diterima begitu saja tanpa ada kecaman atau kritikan. Pada tahap ini anak-anak
adalah pribadi yang penuh kreativitas, antusias melakukan sesuatu, aktif
berekplorasi maka segala hal ingin dipraktekkan.
2.2.1. Perkembangan Jiwa Masa Anak Sekolah
Masa anak sekolah pada umumnya ketika anak berusia 6 sampai 7 tahun,
karena pada usia ini secara umum kejiwaan anak sudah matang dan sudah siap
untuk masuk sekolah. Adapun perkembangan jiwa anak pada masa sekolah ini
menurut Zulkifli (2006: 70) yang menonjol antara lain:
1. Adanya keinginan yang cukup tinggi, terutama yang menyangkut
perkembangan intelektual anak, biasanya dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan, senang melakukan pengembaraan atau percobaan-percobaan.
2. Energi yang melimpah, sehingga kadangkala anak itu tidak memperdulikan
bahwa dirinya telah lelah atau capek. Dengan energi yang sangat cukup
inilah nantinya sebagai sumber potensi dan dorongan anak untuk belajar.
3. Perasaan kesosialan yang berkembang pesat, sehingga anak menyukai untuk
mematuhi grup teman sebayanya (peer group), malah terkadang anak lebih
mementingkan peer group nya dibanding orang tuanya. Hal itu disebabkan
karena anak sudah banyak temannya disekolah.
4. Sudah dapat berpikir secara abstrak, sehingga memungkinkan anak untuk
menerima hal-hal yang berupa teori atau norma-norma tertentu.
5. Minat istimewanya tertuju kepada kegemaran dirinya (misalnya gemar
bermain gitar, sepak bola, memelihara binatang atau yang lainnya) yang
mengakibatkan anak melalaikan tugas belajarnya.
6. Adanya kekejaman yaitu: “Perhatian anak ditujukan kepada dunia luar, akan
tetapi dirinya tidak mendapat perhatian, saat itu juga anak belum mengenal
jiwa orang lain.
Pada masa anak sekolah ini sebenarnya anak telah tumbuh sikap objektifnya,
yang menyangkut tentang:
a. Kenyataan: Anak mempunyai sikap yang serius kepada dunia nyata
(realistis).
b. Kesusilaan: Sikap anak terhadap norma susila sudah juga, meskipun
terkadang acuh tak acuh.
Proses tumbuh kembang anak terkadang hanya dipahami bahwa anak secara
naluri atau kodrati akan tumbuh dan berkembang secara sendirinya seiring
dengan perkembangan fisik maupun psikis anak. Dari segi perkembangan
pengamatan, Oswold Kroh (dalam Zulkifli, 2006: 72) membaginya ke dalam
empat taraf perkembangan, yaitu:
1. Sintesis Fantasi: 7 sampai 8 tahun
Pengamatan masih dipengaruhi oleh fantasi dan kenyataan berbaur dengan
fantasi.
2. Masa Realisme Naif: 8 sampai 10 tahun
Semua diamati dan diterima begitu saja tanpa ada kecaman atau kritikan,
masa ini disebut juga sebagai masa pengumpulan ilmu pengetahuan.
3. Masa Realisme Kritis: 10 sampai 12 tahun
Dalam masa ini, anak mulai berfikir kritis, ia mulai mencapai tingkat
berfikir abstrak.
4. Masa Subjektif: 12 sampai 14 tahun
Pada masa ini anak berpaling pada dunianya sendiri. Perhatiannya ditujukan
pada dirinya sendiri. Hidupnya mulai gelisah, ragu-ragu, timbul rasa malu
dan hidup perasaan tidak nyaman.
Dalam masa anak sekolah perkembangan pengamatan merupakan peralihan
dari keseluruhan menuju pada bagian-bagiannya, menerima tanpa kritik
menuju kearah pengertian dari alam khayal (fantasi) menuju alam kenyataan.
2.2.2. Perkembangan Fantasi
Zulkifli (2006: 74) menjelaskan, sejak anak berumur lima atau enam tahun,
perhatiannya mulai ditujukan ke dunia luar, ke alam kenyataan. Tetapi bukan
berarti fantasinya menjadi lenyap, fantasi itu masih terus hidup. Fantasi yang
senantiasa hidup itu akan mencari lapangan penyaluran lain, misalnya
membuat hiburan seperti membaca buku-buku, mendengarkan cerita, membuat
sesuatu dan sebagainya. Beberapa masa fantasi, yaitu:
1. Masa dongeng: 4 sampai 8 tahun.
Masa ini bertepatan waktunya dengan perkembangan anak ke arah
kenyataan. Anak suka mendengarkan cerita kehidupan seperti anak yang
lucu, anak yang rajin, anak yang durhaka dan lain sebagainya. Termasuk
cerita raja-raja yang arif bijaksana dan sebagainya.
2. Masa robinson crusoe: 8 sampai 12 tahun.
Pada masa ini anak mengalami realisme naif, kemudian memasuki masa
realisme krisis. Anak sudah tidak lagi menyukai cerita atau dongeng yang
fantastis (tidak masuk akal). Sekarang ia lebih menyukai cerita yang
sebenarnya, cerita yang masuk akal seperti: cerita perjalanan, cerita roman
dan sebagainya.
3. Masa pahlawan: 12 sampai 15 tahun.
Anak lebih suka membaca cerita atau buku perjuangan yang benar-benar
pernah terjadi.
2.2.3 Perkembangan pikiran dan ingatan
Zulkifli (2006: 58-59) menjelaskan bahwa, dalam keadaan normal, pikiran
anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-angsur dan tenang. Di
samping keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap
pembentukan akal budi anak. Pola pikir dan perkembangannya berubah, dari
iklim yang egosentris memasuki realitas benda dan dunia pikiran orang lain.
Dari kehidupan fantasi (dengan menyukai cerita atau dongeng) berubah
menjadi menyukai kehidupan yang nyata. Ingatan anak pada usia 8 sampai 12
tahun mencapai insensitas tinggi dan paling kuat, daya menghafal (memorisasi)
paling kuat.
2.2.4 Kehidupan perasaan
Pada umumnya anak lebih emosional dibanding dengan orang dewasa. Sifatnya
optimistis dan kurang dirisaukan oleh rasa penyesalan. Kesengsaraan,
kepedihan dan kegembiraan orang lain kurang dipahami dan dihayati oleh
anak. Perasaan intelektuan anak pada periode ini sangat besar, sehingga
menyukai sesuatu yang menantang, misalnya soal-soal matematika, fisika dan
perhitungan yang sulit terutama yang berkaitan dengan angka.
Pada masa ini perasaan religiusnya menipis seiring dengan berubahnya tidak
lagi menyukai cerita fantasi. Hal ini bukan berarti perasaan religius anak hilang
sama sekali, tetapi tidak menonjol. Untuk mengatasi hal tersebut, hendaknya
pendidikan agama pada anak usia 6 sampai 12 tahun mendapat perhatian yang
serius dari orang tuanya. Namun metode yang digunakan tidak dilaksanakan
dengan kekerasan dan ancaman, akan tetapi diberikannya untuk melakukan
perkembangan psikis, kebutuhan dan keinginan anak. Di samping itu juga
diperlukan sikap orang dewasa atau orang tua yang arif dan bijaksana.
Tuntunan dan pemberian keyakinan akan tuangan kasih sayang orang tua akan
menguatkan kepercayaan pada diri anak.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini memfokuskan pada anak-anak usia
sekolah dasar, khususnya yang berada di usia 8 sampai 10 tahun. Di mana umur 8
sampai 10 tahun merupakan masa realisme naïf yang berarti anak masih dalam
masa belajar sehingga anak dapat menerima dengan mudah hal-hal bersifat positif
maupun negatif yang dilihat atau diberikan kepadanya, baik yang disampaikan
secara langsung dari seseorang maupun melalui media, termasuk media televisi.
Pada masa ini juga, anak sudah tidak lagi menyukai cerita atau dongeng yang
fantastis (tidak masuk akal), ia lebih menyukai cerita yang sebenarnya. Ingatan
anak pada usia ini pun mencapai insensitas tinggi dan paling kuat. Daya
menghafal (memorisasi) paling kuat, sehingga anak dapat secara cepat belajar dari
apa yang didapatnya. Sifatnya optimistis dan kurang dirisaukan oleh rasa
penyesalan. Kesengsaraan, kepedihan dan kegembiraan orang lain kurang
dipahami dan dihayati oleh anak yang berada pada masa ini.
2.3 Tinjauan Periaku Kekerasan Verbal
Perilaku kekerasan adalah keadaan di mana seseorang menunjukkan sikap yang
bermusuhan yang ditujukan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
secara verbal maupun non verbal yang dapat menyebabkan kerusakan. Perilaku
kekerasan dapat dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah peniruan tindak
kekerasan di berbagai media pemberitaan. Pada anak, perilaku kekerasan dicirikan
dengan menganggap remeh, serta bertingkah superior yang sering kali menyakiti
hati orang lain melalui tindakan maupun kata-katanya (Anantasari, 2006: 11).
Perilaku kekerasan yang dilakukan anak biasanya bertujuan untuk menyakiti hati
atau merusak barang orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, perilaku kekerasan bersifat verbal dan
nonverbal. Namun, kekerasan verbal seringkali dianggap remeh, selain karena
dampaknya tidak terlihat secara fisik, orang-orang yang melakukannya pun
seringkali tidak sadar telah melakukan kekerasan verbal. Padahal, kekerasan
verbal dapat menimbulkan dampak buruk yang cukup besar terhadap kesehatan
mental dan perkembangan psikologis seseorang.
Waruwu (2010: 29) mendefinisikan kekerasan verbal secara umum berupa
penghinaan dengan kata-kata, fitnah, menjelek-jelekkan orang lain, dan
pembunuhan karakter. Sementara menurut Baryadi (dalam Azma, 2012: 122)
kekerasan verbal adalah perilaku berbahasa kasar seperti memaki, mengancam,
mengusir, memfitnah, memaksa, menghasut, membuat orang malu, menghina dan
sebagainya. Menurut Dr. Jay Grady (dalam Azma, 2012: 122), seorang yang telah
bergelut selama lebih dari 30 tahun dalam bidang konseling dan menangani
berbagai macam kasus kekerasan dalam hubungan antar manusia, kekerasan
verbal adalah penggunaan kata-kata yang secara sengaja ataupun tidak sengaja
menyakiti seseorang, kata-kata yang menyerang jati diri dan kemampuan
seseorang atau kata-kata yang membuat seseorang mempercayai pernyataan yang
tidak benar mengenai dirinya. Merujuk definisi-definisi mengenai perilaku
kekerasan verbal di atas, maka perilaku kekerasan verbal dalam penelitian ini
diartikan sebagai: Perilaku berbahasa kasar yang secara sengaja ataupun tidak
sengaja menyakiti seseorang.
Tanpa kita ketahui, perkataan yang seringkali dianggap sepele atau sekedar
candaan dan lelucon, juga merupakan bentuk kekerasan verbal. Berikut kata-kata
yang dapat digolongkan sebagai kekerasan verbal:
1. Memberi cap negatif dengan kata-kata seperti: “Pemalas; Bodoh; Ceroboh;
Jorok; Jelek; Tidak bisa diharapkan; Tidak punya masa depan”.
2. Membanding-bandingkan dengan orang lain: “Masa gak dapet rangking, lihat
tuh kakak kamu, rangking satu terus”.
3. Menyebut berdasarkan ciri fisik tertentu: “Ceking; Gendut; Pendek; Tiang
Listrik; Raksasa; Hitam; Peyang; Badak”.
4. Memperolok selera pribadi, misalnya cara berpakaian, selera musik, potongan
rambut, hobi: “Kutubuku”.
5. Merendahkan pendapat dan kemampuan: “Sok tau lu; Malu-maluin aja; Gitu
aja ngga bisa”.
6. Berbicara dengan nada suara yang keras atau tinggi, membentak.
Kekerasan verbal bahkan memiliki dampak yang lebih besar dan buruk
dibandingkan dengan kekerasan fisik, karena sifatnya yang tersembunyi dan
melukai aspek mental dan psikologis seseorang yang lebih sulit disembuhkan
daripada luka fisik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah, orang yang mengalami
kekerasan verbal seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban,
sehingga mereka merasa bahwa semua hal-hal buruk yang dikatakan terhadap
mereka adalah benar dan merekalah yang salah. Mereka juga mulai percaya
bahwa semua hal buruk yang terjadi kepada mereka adalah sepenuhnya karena
kesalahan mereka. Ini membuat mereka tumbuh menjadi pribadi dengan
kepercayaan diri dan konsep diri yang rendah.
Dampak lain dari kekerasan verbal (pada korban) adalah terhambatnya
perkembangan anak secara sosial dan emosional. Anak-anak yang sering
mengalami kekerasan verbal juga dapat tumbuh dengan rasa rendah diri dan
konsep diri yang rendah.
Saat mereka dewasa nanti, mereka pun memiliki kemungkinan lebih besar untuk
terus menjadi korban kekerasan verbal, atau justru berbalik menjadi pelaku
kekerasan verbal. Mereka juga memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk
berperilaku agresif dan terlibat dalam tindak kenakalan dan perilaku yang bersifat
merusak terhadap diri sendiri, seperti penggunaan narkoba, penyalahgunaan
alkohol dan zat adiktif sampai percobaan bunuh diri. Korban kekerasan verbal
juga dapat tumbuh menjadi pribadi dengan berbagai macam gangguan psikologis,
seperti gangguan kecemasan, depresi dan ketidakstabilan emosional.
2.4 Tinjauan Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani)
yang berarti jauh, dan visi (videre, bahasa Latin) yang berarti penglihatan Dengan
demikian televisi diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh maksudnya gambar
dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain
melalui sebuah perangkat penerima. Televisi memiliki daya tarik tersendiri,
televisi menggabungkan unsur audio (pendengaran) dengan unsur visual
(penglihatan) karena menampilkan gambar hidup dan warna. Kedua aspek ini
membuat televisi menarik perhatian masyarakat dan menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk menonton.
Mengingat cakupannya yang terbuka, maka cakupan pemirsanya tidak mengenal
usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat. Luas jangkauan dan cakupan
pemirsanya, menjadikan media televisi sebagai media pembawa informasi yang
besar dan cepat pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anggota
masyarakat, serta sistem dan tata nilai yang telah ada.
Menurut Ardianto (2005:128), fungsi televisi tidak jauh berbeda dengan media
massa lainnya seperti surat kabar maupun radio, yaitu memberi informasi,
mendidik, menghibur dan membujuk. Akan tetapi fungsi menghibur lebih
dominan pada media televisi.
Pesan yang disampaikan melalui televisi juga memerlukan pertimbangan lain agar
pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran (Ardianto, 2007: 140). Faktor
tersebut adalah:
1. Pemirsa
Pemirsa adalah khalayak yang menonton tayangan tersebut. Sasaran khalayak
perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan pesan yang disampaikan agar
maksud pesan tersebut sampai kepada khalayak sasaran.
2. Waktu
Setelah mengetahui minat dan kebiasaan setiap kategori pemirsa, langkah
selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan kebiasaan
pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara
ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak yang dituju.
3. Durasi
Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan
acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan
naskah. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat
atau terlalu lama.
4. Metode Penyajian
Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk
menghibur dan informasi. Tetapi, tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk
dapat diabaikan. Hal yang perlu diperhatikan untuk memadukan fungsi televisi
adalah cara mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan metode
penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsur hiburan.
Keempat faktor tersebut satu dengan lainnya saling berhubungan. Penonton
televisi sebagai komunikan yang heterogen terbagi menjadi beberapa kelompok di
mana tiap kelompoknya mempunyai minat dan kebiasaan yang berbeda, termasuk
kebiasaannya dalam menonton televisi. Oleh karenanya acara-acara televisi akan
disesuaikan dengan kebiasaan menonton televisi khalayaknya, sedangkan faktor
durasi mempertimbangkan kesesuaian naskah dan tujuan yang akan dicapai.
Faktor metode penyajian lebih mempertimbangkan sasaran khalayak serta fungsi
utama siaran televisi sebagai media hiburan dan informasi.
Media televisi pun dapat menjadi penangkap ampuh yang mampu membuat anakanak duduk pasif selama berjam-jam setiap hari, ia bisa menjadi “penganti baby
sitter” yang handal tanpa perlu digaji. Televisi juga bisa membuat mata anak-anak
kelelahan karena kurang istirahat akibat terus-menerus digunakan untuk
menonton. Dengan demikian televisi mampu mengendalikan jika tidak mampu
mengenda