ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDITOR SWITCHING DI INDONESIA

(1)

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2013-2015)

ANALYTICS FACTORS THAT AFFECT AUDITOR SWITCHING IN

INDONESIA (Empirical Study on Manufactured Companies Listed on Indonesia Stock

Exchange Period 2013-2015)

Disusun Oleh :

FARID ACHMAD REZA PRAYOGHA 20130420140

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017


(2)

ANALYTICS FACTORS THAT AFFECT AUDITOR SWITCHING IN

INDONESIA (Empirical Study on Manufactured Companies Listed on Indonesia Stock

Exchange Period 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

FARID ACHMAD REZA PRAYOGHA 20130420140

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017


(3)

Dengan ini saya,

Nama : Farid Achmad Reza Prayogha

Nomor Mahasiswa : 20130420140

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS FAKTOR

-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDITOR SWITCHING DI

INDONESIA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 24 Maret 2017


(4)

Al – Baqarah ayat 45

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan shalat) sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar”

Q.S. Al-Baqarah 153

“Amal yang paling disenangi oleh Allah, ialah amal yang terus-menerus

dikerjakan, walaupun sedikit.”

HR. Bukhori dan Muslim

“Tidak penting apa agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang

baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya agamamu.” K.H. Abdurrahman Wahid

“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.”

Winston Churchill

“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda”

Tan Malaka

“Life doesn’t give us purpose. We give life purpose.” Barry Allen


(5)

Rasa syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia serta kemudahan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1. Kedua orangtua saya, Irwan Effendy dan Herlina Widaningsih. Terimakasih telah memberikan kasih sayang yang luar biasa, dukungan moral maupun materiil yang tak terhitung serta doa yang tidak terhenti. 2. Kedua saudara saya, M. Lukman Prayoghi dan M. Iqbal Aulia Fahrezi.

Terimakasih telah mendukung saya hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen pembimbing saya, Pak Wahyu Manuhara yang telah sabar memmbimbing saya dan terus memberikan masukan serta saran selama proses penuyusunan skripsi ini.

4. Teman-teman satu kontrakan Fatra, Febby, Enno yang menjadi teman bermain dan teman sharing selama berkuliah.

5. Teman-teman seangkatan Dikola, Alif, Alfa, Aceh, Bhob, Gista, Rizal, Totok, yang selalu memberikan dukungan dan masukan selama proses kuliah.

6. Azida Khairani yang telah memberikan dukungan moral saat penyusunan skripsi .

7. Teman-teman nembang behimat yang selalu mendukung saaat penyusunan skripsi


(6)

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 8

a.Bagi Investor ... 8

b.Bagi Perusahaan ... 8

c.Bagi Pemerintah ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Auditor Switching ... 9

2. Agency Theory ...10

3. Opini Audit ...15

4. Tingkat Pertumbuhan Klien ...18

5. Kesulitan Keuangan Perusahaan ...18

6. Fee Audit ...20

B. Hasil Penelitian Terdahulu dan Hipotesis ...20

1. Opini Audit dan Auditor Switching ...20

2. Tingkat Pertumbuhan Klien dan Auditor Switching ...22

3. Kesulitan Keuangan Perusahaan ...24

4. Fee Audit dan Auditor Switching ...27

C. Model Penelitian ...29

BAB III METODE PENELITIAN ...30

A. Subyek Penelitian ...30

B. Jenis Data ...30

C. Teknik Pengambilan Sampel...30

D. Teknik Pengumpulan Data ...31

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ...31

1. Variabel Dependen : Auditor Switching ...31


(7)

C. Kesulitan Keuangan Perusahaan ...33

D. Fee Audit ...33

F. Analisis Data ...34

1. Definisi Regresi Logistik ...34

2. Tahapan Regresi Logistik ...35

a. Statistik Deskriptif ...35

b. Uji Kelayakan Model Regresi ...36

c. Uji Keseluruhan Model ...36

d. Uji Koefisien Determinasi ...36

e. Uji Multikolinearitas ...37

f. Omnibus Test ...37

g. Matriks Klasifikasi ...38

3. Uji Hipotesis ...38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...40

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ...40

B. Analisa Data ...41

1. Analisis Deskriptif ...41

2. Uji Kelayakan Model regresi ...42

3. Uji Keseluruhan Model Regresi ...43

4. Uji Koefisien Determinasi ...45

5. Uji Multikolinearitas ...46

6. Omnibus Test ...47

7. Matriks Klasifikasi ...48

8. Uji Regresi Logistik ...49

C. Pengujian Hipotesis ...51

D. Pembahasan ...52

1. Opini Audit ...52

2. Tingkat Pertumbuhan Klien ...53

3. Kesulitan Keuangan Perusahaan ...53

4. Fee Audit ...55

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ...57

A. Simpulan ...57

B. Keterbatasan ...58

C. Saran ...59

DAFTAR PUSTAKA ...60


(8)

4.4 Tabel Hasil Uji Keseluruhan Model ... 4.5 Tabel Hasil Uji Keseluruhan Model ... 4.6 Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 4.7 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas ... 4.8 Tabel Hasil Omnibus Test ... 4.9 Tabel Hasil Matriks Klasifikasi ... 4.10 Tabel Hasil Uji Regresi Logistik...


(9)

(10)

(11)

Switching in Indonesia. The subject of this graduation paper is all the manufacturing companies which has published independent auditor report at BEI during 2013-2015 . This graduating paper identified variable of opinion audit, client development, financial distress, and fee audit to auditor swithching,

This paper has 82 samples of the company that has been choosen according to the purposive sampling. The period of the research is 3 years, so after the samples are mulitpled by the amounts of period, the result is 246. Regresi analysist that has been used in this paper is regresi logisitics which purpose is to find affect opinion auditor, client development, financial distress and fee audit to auditor switching.

From the analysis that has been done, the result of the study showed that opinion audit, client development, financial distress, and fee audit is not affected significantly towards the possibility of the company doing auditor switching.

Keywords : Opinion audit, Client development, Financial Distress, Fee audit, Auditor switching


(12)

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2015. Penelitian ini mengidentifikasi pengaruh dari variabel opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee audit terhadap auditor switching.

Dalam penelitian ini sampel berjumlah 82 perusahaan yang dipilih berdasarkan purposive sampling. Periode penelitian ini adalah tiga tahun, maka setelah sampel dikalikan jumlah tahun penelitian maka ada 246 data. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistic untuk mengetahui pengaruh opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee audit terhadap auditor switching.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching.

Kata kunci : Opini audit, Tingkat pertumbuhan klien, Kesulitan keuangan perusahaan, Fee audit, Auditor switching


(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan perusahaan merupakan indikator yang mencerminkan keadaan yang terjadi di suatu perusahaan. Dengan melihat penyajian pada laporan keuangan kita bisa menentukan apakah kinerja manajemen pada perusahaan bisa dikatakan baik atau tidak. Menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan dan perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan bagi pemakai laporan keuangan dan juga sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada pemegang saham atas sumber daya yang digunakan untuk kelangsungan bisnis.

Laporan keuangan dapat digunakan untuk pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan seperti manajemen, investor, kreditor, dan juga pemerintah. Maupun yang pihak- pihak belum terkait seperti calon investor. Karena banyaknya pengguna laporan keuangan perusahaan bagi beberapa pihak diluar manajemen untuk itu dibutuhkan pihak dari luar manajemen untuk menghindari terjadinya laporan keuangan yang bias (Juliantari dan Rasmini, 2011). Akuntan publik adalah pihak independen yang dapat menjembatani beberapa kepentingan antara pihak prinsipal (pemegang


(14)

saham) dan pihak agen yaitu manajemen. Dalam hal ini peran dari akuntan publik adalah memberi opini terhadap kewajaran laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan. Untuk dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik, auditor harus mampu menghasilkan opini audit yang berkualitas tidak hanya bagi dunia bisnis namun juga bagi masyarakat luas (Wibowo dan Hilda,2009).

Periode masa kontrak dan interaksi yang cukup lama dan intens dapat menyebabkan suatu perusahaan dapat merasa nyaman dalam berinteraksi pada auditor sehingga ini dapat mengancam independensi seorang auditor dan juga Kantor Akuntan Publik dimana auditor itu bekerja. Menurut Giri (2010) suatu hubungan dalam waktu yang lama antara auditor dengan klien dapat menyebabkan kualitas dan kompetensi auditor cenderung menurun dari waktu ke waktu. Hubungan yang semakin dekat dengan manajemen menyebabkan auditor lebih mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan manajemen daripada dengan kepentingan publik.

Auditor switching dapat terjadi secara dua tahap yaitu secara voluntary

(sukarela) atau secara mandatory (wajib). Indonesia merupakan salah satu negara yang memberlakukan peraturan agar suatu perusahaan harus mengganti KAP pada masa waktu tertentu secara wajib. (Febrianto, 2009 dalam Wijayani, 2011).

Munculnya wacana dari penggantian auditor secara berkala sendiri diawali dari kasus perusahaan enron yang terbongkar pada tahun 2001. Perusahaan enron pada saat itu menggunakan KAP yang sama selama 16


(15)

tahun yaitu KAP Arthur Andersen sejak 1985. Banyak pihak yang menyimpulkan kasus enron terjadi karena adanya hubungan kerja yang panjang menyebabkan keakraban yang terjalin sehingga mempengaruhi obyektifitas dan independensi seorang auditor maupun KAP. Akibat dari kasus itu munculah The Sarbanes-Oxley Act (SOX) pada tahun 2002 sebagai solusi dari permasalahan kasus enron.

Beberapa kasus yang terkait dengan auditor switching yaitu kasus yang terjadi pada PT BAT Indonesia dan PT Aqua Golden Misssissipi. Pada kasus PT BAT Indonesia, perusahaan hanya memiliki satu auditor dari kantor akuntan yang berafiliasi dengan PWC (Price Waterhouse Coopers). Meskipun kantor akuntan tersebut telah melakukan beberapa kali pergantian nama sejak tahun 1979 sampai dengan 2004. Yang berarti PT BAT tidak pernah mengganti auditornya selama kurang lebih 25 tahun. Lalu pada kasus PT Aqua Golden Mississipi, perusahaan diaudit selama 13 tahun (1989-2001) oleh KAP Utomo dan KAP Prasetio Utomo, namun kedua KAP ini adalah KAP yang sama. Pada tahun 2002, PT Aqua pindah ke KAP Prasetio, Sarwoko dan Sanjaya. Tapi ternyata KAP ini adalah lanjutan dari KAP sebelumnya yaitu KAP Prasetio Utomo yang bergabung dengan KAP Sarwoko dan Sanjaya. Jadi bisa dikatakan bahwa PT Aqua tidak melakukan pergantian auditor selama 14 tahun.

Menindaklanjuti dari The Sarbanes-Oxley Act (SOX), pemerintah Indonesia juga mengeluarkan peraturan mengenai pergantian auditor. Peraturan yang dikeluarkan oleh menteri keuangan tersebut mengatur periode


(16)

seorang auditor dan juga KAP dalam melakukan audit pada perusahaan klien. Isi dari peraturan tersebut adalah : Peraturan Menteri Keuangan Nomor

17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” yang membahas tentang

pemberian jasa audit umum untuk laporan keuangan suatu entitas oleh KAP paling lama 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan untuk seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Namun ada perubahan yang dilakukan yaitu untuk KAP dapat memberikan jasa audit paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan untuk seorang Akuntan Publik adalah paling lama 3 (tiga) tahun berturut-turut (Pasal 3 ayat 1). KAP dan Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit setelah 1 (satu) tahun buku tidak mengerjakan laporan keuangan klien yang sama.

Adanya peraturan yang mengatur tentang pergantian KAP dan pergantian auditor secara wajib di Indonesia menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti. Faktor-faktor yang menyebabkan sebuah perusahaan melakukan pergantian auditor terutama diluar dengan periode yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai pergantian KAP dan auditor. Penelitian mengenai auditor switching sendiri masih menarik untuk diteliti karena hasil pengujian dari beberapa penelitian terdahulu yang masih berbeda-beda.

Salah satu variabel yang masih menghasilkan hasil yang berbeda-beda adalah variabel opini audit. Pada penelitian dari Juliantari dan Rasmini (2011) menyatakan pada hasil penelitiannya bahwa opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching. Penelitian


(17)

Juliantari dan Rasmini (2011) juga didukung oleh penelitian dari Pratini dan Astika (2013) yang hasil penelitiannya juga menyimpulkan opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Namun pada penelitian dari Divianto (2012) menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching. Penelitian tentang variabel opini auditor juga dilakukan oleh Merawati, dkk (2013) yang menyimpulkan juga bahwa variabel opini auditor berpengaruh positif terhadap auditor switching. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas opini audit cukup menentukan jika perusahaan ingin melakukan

auditor switching. Apabila auditor tidak memberikan opini audit wajar tanpa pengecualian, maka perusahaan akan cenderung melakukan auditor switching

agar mendapatkan opini yang sesuai dengan harapan perusahaan.

Dari beberapa hasil penelitian diatas terdapat perbedaan hasil dari indikator pengujian. Adanya perbedaan terhadap hasil penelitian, serta adanya pihak yang mendukung dan yang juga menentang terkait dengan isu independensi auditor, juga merupakan beberapa hal yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan di Indonesia melakukan auditor switching dengan

judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PERUSAHAAN MELAKUKAN AUDITOR SWITCHING DI

INDONESIA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2013-2015)”. Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Juliantari dan Rasmini (2011),


(18)

namun juga memiliki beberapa perbedaan. Pada penelitian ini penulis mengganti variabel untuk mendukung hasil pengujian yaitu tingkat pertumbuhan klien, variabel ini menghitung tingkat finansial suatu perusahaan yang dikaitkan dengan auditor switching, jika pada awal berdirinya perusahaan tersebut relatif kecil namun pada perkembangannya mengalami peningkatan financial maka kecenderungan perusahaan akan melakukan auditor switching akan membesar. Selain itu juga penelitian ini berfokus pada auditor switching bukan berfokus pada perpindahan KAP, menjadikan variabel ukuran KAP tidak terlalu berpengaruh kepada auditor switching. Variabel independen selanjutnya adalah kondisi keuangan perusahaan, peneliti menggunakan variabel ini karena jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan maka kemungkinan untuk melakukan auditor switchingakan lebih besar.

Variabel selanjutnya yaitu fee audit. Variabel ini juga terkait dengan kondisi keuangan perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kesulitan dalam kondisi keuangannya maka kemungkinan perusahaan akan menyimpan budgetnya dan lebih memilih menggunakan auditor yang dirasa memberikan fee yang relatif lebih rendah, sehingga kecenderungan untuk melakukan

auditor switching juga semakin besar. Penelitian ini juga menggunakan periode penelitian yang lebih baru yaitu dari tahun 2013-2015 untuk membandingkan hasil-hasil penelitian pada tahun-tahun yang terdahulu.


(19)

B.

Batasan Masalah

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap auditor switching dalam penelitian ini adalah : Opini Audit, Tingkat Pertumbuhan Klien, Kondisi Keuangan Perusahaan dan Fee Audit.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah opini audit berpengaruh terhadap auditor switching?

2. Apakah tingkat pertumbuhan klien berpengaruh terhadap auditor switching?

3. Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap auditor switching?

4. Apakah fee audit berpengaruh terhadap auditor switching?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji apakah opini audit berpengaruh terhadap auditor switching

2. Untuk menguji apakah tingkat pertumbuhan klien berpengaruh terhadap

auditor switching

3. Untuk menguji apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap auditor switching

4. Untuk menguji apakah fee audit berpengaruh terhadap auditor switching

E.

Manfaat Penelitian


(20)

Penelitian ini untuk melengkapi juga mengembangkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai auditor switching. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan atau dasar untuk melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi investor.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan para investor pada saat akan menanamkan modalnya di dalam sebuah perusahaan. Dengan penelitian ini investor bisa mempertimbangkan apakah sebuah perusahaan yang mengganti auditor sebelum 3 tahun masa buku mengindikasikan sesuatu yang bisa menjadi bahan pertimbangan investor.

b. Bagi perusahaan

Untuk perusahaan diharapkan penelitian ini dapat memberikan perspektif yang baru mengenai auditor switching agar perusahaan tidak salah langkah dalam pengambilan keputusan melakukan

auditor switching sebelum masa periode waktu yang ditentukan. c. Bagi pemerintah

Untuk pemerintah diharapkan penelitian mampu untuk dapat memberikan pengawasan lebih terhadap perusahaan yang melakukan auditor switching sebelum masa periode yang ditentukan berakhir.


(21)

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Auditor Switching

Auditor switching adalah pergantian auditor yang dilakukan oleh suatu perusahaan, auditor switching dapat terjadi karena kewajiban dari peraturan pemerintah untuk mengganti auditor (mandatory) dan juga karena keinginan perusahaan sendiri untuk mengganti auditor (voluntary). (Wijayanti, 2010).

Peraturan penggantian auditor dan kantor akuntan publik (KAP) bersifat wajib sesuai dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah tentang pergantian KAP di Indonesia yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002, dan Keputusan Menteri Keuangan No. 359/KMK.06/2003 yang membatasi sebuah KAP memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan paling lama lima tahun buku berturut-turut, dan akuntan publik memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan paling lama tiga tahun berturut-turut. Peraturan ini kemudian disempurnakan lagi dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan ini membatasi pemberian jasa audit umumatas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut.


(22)

Pergantian auditor secara wajib dengan cara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela (voluntary), maka tentu saja ini murni dari keinginan klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib (mandatory), maka hal tersebut beralih kepada auditor (Wijayanti, 2010).

2. Agency Theory

Landasan terjadinya auditor switching adalah teori keagenan. Dalam teori keagenan membahas adanya konflik kepentingan antara

prinsipal (pemegang saham) dan agen (manajemen) dan konflik tersebut bisa menjadi pemicu dilakukannya pergantian manajemen (Jensen dan Mackling,1976). Masalah yang biasanya timbul pada hubungan prinsipal dan agensi adalah munculnya asimetri informasi. Yang terjadi adalah

agent (manajemen) memiliki banyak informasi ketimbang principal

(pemegang saham) maka agen memanfaatkan kelebihan informasi itu untuk kepentingan pribadi.

Asimetri informasi ada dua macam yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan


(23)

daripada para investor luar. Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar. (Pearce dan Robinson,2008). Dengan timbulnya asimetri informasi, maka sering terjadi ketidak transparan yang mana tentunya akan menimbulkan konflik antara prinsipal dengan agen.

Publikasi laporan keuangan perusahaan sangat dibutuhkan bagi para pengguna laporan karena diharapkan akan dapat mengurangi asimetri informasi, sehingga semua investor atau pengguna laporan keuangan mempunyai informasi yang sama baik dalam hal rasio-rasio keuangan suatu perusahaan maupun hal-hal lainnya sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan. Dengan demikian maka akan ada kesamaan informasi antara manajer (agent) dengan pengguna laporan seperti pemegang saham (prinsipal) termasuk para juga investor. (Juliantari dan Rasmini,2013).

Hal yang biasanya terjadi adalah pihak pemegang saham

(prinsipal) ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan berbagai cara termasuk mengganti auditor perusahaan yang tidak memberikan opini wajar tanpa pengecualian kepada perusahaan.


(24)

Keputusan ini tentu saja tidak disetujui dari pihak manajer (agent) karena menganggap auditor yang digunakan perusahaan sudah memenuhi kriteria sebagaimana yang sudah diinginkan perusahaan. Dan pihak prinsipal

yang menganggap memiliki suara yang lebih besar pada perusahaan tetap melakukan auditor switching meskipun pihak agent (manajer) menganggap tidak perlu melakukan auditor switching. Perbedaan pendapat ini yang biasanya menimbulkan permasalahan antara pihak

prinsipal dan pihak agent.

Pada dasarnya setiap pihak pemegang saham (prinsipal) dan juga pihak manajer (agent) memiliki kekuatan bargaining position tersendiri untuk memberikan sesuatu pendapat dalam situasi tertentu. Teori agensi (Agency Theory) bisa memunculkan konflik kepentingan antara pemilik dan juga manajer, karena saat menjalankan tugasnya dari pemilik, pihak manajer memungkinkan untuk bertindak atas keinginan diri sendiri dengan dipengaruhi oleh unsur-unsur yang dirasa berasal dari kepentingan pribadi dari manajer (Saputri dan Achyani, 2014). Pihak prinsipal dan

agent tentunya adalah orang yang dianggap mempunyai rasionalitas ekonomi, yang mana ini bisa diasumsikan dengan setiap tindakan yang dilakukan oleh kedua belah pihak berdasarkan kepentingan pribadi atau kemungkinan akan memenuhi kepentingan pribadi mereka terlebih dahulu sebelum melakukan kepentingan orang lain.

Pada teori keagenan disebutkan bahwa manajer (agent) akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pribadi sehingga sulit untuk


(25)

memercayai pihak agent akan bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham, sehingga monitoring dirasa perlu untuk dilakukan oleh pihak pemegang saham (Weston dan Copeland, 1992 : 20). Penilaian dari kinerja seorang manajer dihitung berdasarkan seberapa banyak keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan. Semakin besar keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula bonus dan insentif yang akan didapatkan oleh manajer. Berdasarkan hal itu, pihak manajer akan berusaha untuk dapat memenuhi keinginan principal agar kedepannya manajer dapat memeroleh insentif yang sesuai.

Jika tidak dilakukan pengawasan dari pihak principal, bukan tidak mungkin pihak manajer akan melakukan cara-cara yang yang tidak sesuai agar seolah-olah perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar. Pihak

agent diperkerjakan oleh principal utamanya untuk melaksanakan tugas seperti pengambilan keputusan ekonomik yang tidak pasti seperti saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Serta seorang manajer akan ditunjuk untuk mengambil keputusan untuk melakukan pelbagai strategi yang tidak hanya untuk mempertahankan perusahaan namun juga untuk mengembangkan perusahaan agar lebih baik lagi.

Menurut Brigham dan Gapenski (1996), dalam melakukan pengelolaan dalam suatu perusahaan tentunya akan selalu timbul konflik kepentingan (keagenan). Konflik tersebut biasanya muncul di antara manajer dengan pemilik perusahaan, manajer dan bawahannya, serta pemilik perusahaan dan kreditor. Karena rawannya konflik yang akan


(26)

muncul maka dibutuhkan pihak yang dapat memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait diatas. Lewat laporan keuangan aktivitas pihak-pihak tersebut dapat dinilai. Menurut agency theory juga, pemilik perusahaan membutuhkan pihak eksternal yaitu auditor untuk meninjau informasi yang diberikan manajemen kepada perusahaan.

Tidak hanya pihak pemilik perusahaan yang membutuhkan auditor, pihak manajemen juga membutuhkan auditor untuk memberikan penilaian atas hasil kerja yang mereka lakukan telah sesuai, sehingga mereka dianggap layak untuk mendapatkan insentif dari pemegang saham sesuai dengan hasil kerja yang telah mereka lakukan. Dalam penelitian ini, agency theory dijadikan dasar bagi penurunan hipotesis pertama. Dimana adanya persepsi yang timbul jika investor dan kreditor lebih menyukai opini wajar tanpa pengecualian. Serta pihak pemilik perusahaan dan manajer juga lebih puas jika mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian.

Sehingga bukan tidak mungkin perusahaan akan menuntut auditor agar dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian terhadap laporan keuangan perusahaan meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi laporan keuangan perusahaan. Damayanti dan Sudarma (2007) mengemukakan bahwa jika auditor tidak memberikan opini yang sesuai dengan keinginan manajer dan pemilik perusahaan maka kemungkinan perusahaan akan mengganti auditornya dengan yang lain agar dapat


(27)

menerima opini wajar tanpa pengecualian. Agency theory juga dijadikan dasar bagi hipotesis kedua. Dengan ukuran perusahaan yang besar serta untuk melakukan efisiensi cost, maka pihak perusahaan akan berusaha untuk tidak menaikkan agency cost.

Hipotesis ketiga juga didasarkan pada agency theory, Menurut Francis dan Wilson (1988), perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan cenderung untuk melakukan pergantian auditor. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham, namun juga meningkatkan kepercayaan kreditor terhadap laporan keuangan perusahaan, serta untuk mendapatkan investasi dana dari investor kepada perusahaan. hal ini dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan dari kebangkrutan.

3. Opini Audit

Opini audit merupakan salah satu indikator perusahaan melakukan

auditor switching. Umumnya perusahaan menginginkan opini wajar tanpa pengecualian. Jenis opini diluar itu biasanya kurang diinginkan oleh manajemen klien dan tidak begitu bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan (Willingham dan Charmichael dalam Divianto, 2012). Opini audit tersendiri terbagi menjadi lima jenis opini yaitu :

a. Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi


(28)

berterima umum. Laporan hasil audit dengan opini ini dikeluarkan apabila kondisi dibawah terpenuhi :

1) Semua laporan neraca, laporan laba rugi laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.

2) Dalam pelaksanaan perikatan kerja, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor.

3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, serta auditor telah melakukan perikatan kerja sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan

4) Laporan keuangan perusahaan klien disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU)

5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau melakukan modifikasi kata-kata dalam laporan audit yang diberikan

b. Pendapat wajar Tanpa Pengecualian dengan Tambahan Bahasa Penjelas (unqualified opinion with explanatory language)

Pendapat ini dikeluarkan oleh auditor untuk memberikan penekanan terhadap suatu hal seperti, ketidak konsistenan terhadap penerapan PABU, keraguan besar atas kelangsungan hidup entitas, auditor menyetujui atas penyimpangan yang dari


(29)

prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, serta laporan audit yang melibatkan auditor lain.

c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion)

Pendapat ini dikeluarkan oleh auditor jika, tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan dalam lingkup proses audit serta adanya penyimpangan dari PABU yang berdampak material.

d. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)

Pendapat ini dikeluarkan oleh auditor jika laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan yang sesuai dengan PABU

e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer of opinion). Pendapat ini dikeluarkan oleh auditor jika ia melakukan audit dengan ruang lingkup yang kurang memadai untuk dapat memberikan opini terkait laporan keuangan klien. Pendapat ini juga dikeluarkan jika auditor berada dalam kondisi yang independen dengan klien.

Perusahaan cenderung hanya ingin mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dikarenakan perusahaan berasumsi jika opini tersebut disukai oleh pihak kreditor dan juga investor. Opini audit memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan eksternal karena bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi. Klien yang sudah menerima opini wajar tanpa pengecualian cenderung tidak


(30)

mengganti auditornya, sampai batas waktu yang telah ditetapkan pemerintah. (Juliantari dan Rasmini, 2011).

4. Tingkat Pertumbuhan Klien

Ukuran perusahaan klien adalah sebuah indikator untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan financial

perusahaan. Jika suatu perusahaan yang awalnya hanya berdiri kecil namun dalam perjalanannya menjadi besar dengan indikator financial

yang sehat, maka kemungkinan perusahaan tersebut akan melakukan

auditor switching. Karena ukuran yang tidak sesuai, sebuah perusahaan besar yang memperkerjakan auditor dan KAP yang kecil akan menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit. (Hudaib dan Cooke, 2005 dalam Juliantari dan Rasmini, 2011).

Tingkat pertumbuhan klien dihitung berdasarkan total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam. Semakin banyak modal yang ditanam maka semakin banyak penjualan yang terjadi, sehingga perputaran uang semakin cepat dan semakin besar kapitalisasi pasar, maka semakin besar perusahaan dikenal di masyarakat. Jadi variabel yang digunakan dalam penghitungan tingkat pertumbuhan klien adalah menggunakan total aktiva perusahaan. (Saiful dan Erliana, 2010 dalam Wijayanti 2011).

5. Kesulitan Keuangan Perusahaan

Kinerja suatu perusahaan bisa terlihat dari kondisi keuangannya. Kondisi keuangan perusahaan dapat menjadi suatu indikator penting


(31)

dalam pengambilan keputusan untuk mempertahankan suatu perusahaan. Karena jika suatu perusahaan bangkrut dan mengalami kondisi keuangan yang tidak baik, maka kemungkinan untuk mencari auditor yang memiliki objektifitas dan independensi yang tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan bagi para pemegang saham dan kreditur serta mengurangi risiko litigasi dari posisi keuangan yang sehat (Francis dan Wilson, dalam Nasser et al, 2006).

Perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah KAP daripada perusahaan yang tidak bangkrut. Adanya masalah keuangan dan ketidakpastian dalam bisnis membuat perusahaan-perusahaan yang terancam bangkrut menimbulkan kondisi yang mendorong suatu perusahaan untuk berpindah KAP. Sehingga kesulitan keuangan berpengaruh secara signifikan memengaruhi untuk perusahaan yang memiliki masalah keuangan untuk berpindah KAP (Schwartz dan Soo dalam Wijayani dan Januarti, 2011).

Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat menjadi tanda dari sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Jika kewajiban keuangannya lebih besar dari asetnya maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki potensi bangkrut yang cukup besar, namun sebaliknya jika aset perusahaan lebih besar dari kewajibannya maka potensi bangkrut kecil. Jadi media yang dapat dipakai untuk meneliti dan digunakan sebagai pembanding adalah laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari arus kas dan kewajiban jangka panjang.


(32)

6. Fee audit

Fee audit adalah jumlah yang dibayarkan oleh perusahaan sebagai imbal jasa atas hasil kerja yang dilakukan oleh auditor (Dwiyanti, 2014). Melakukan sebuah pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal tentunya memerlukan biaya yang harus dibayarkan dalam bentuk fee, dimana merupakan salah satu agency cost. Jumlah besaran fee audit dapat berbeda-beda tergantung dengan risiko tugas, kompleksitas atas jasa yang dilakukan, biaya yang dipatok oleh KAP yang bersangkutan, serta berbagai pertimbangan lainnya yang terkait dengan pemberian jasa audit.

Setiap perusahaan pastinya memiliki batas toleransi atas pembayaran

fee audit, jika fee audit berada diatas batas toleransi perusahaan kemungkinan besar perusahaan akan mencari auditor yang menawarkan fee lebih rendah dengan konsekuensi melepas auditor yang biasa mereka pergunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Ketika perusahaan telah merasa tidak nyaman terkait dengan fee audit yang dibayarkan ke auditor, maka kemungkinan perusahaan akan melakukan

auditor switching untuk mendapatkan auditor yang dapat menerima fee audit yang mereka tawarkan. (Prahartari, 2013).

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Opini Audit dan Auditor Switching

Opini audit adalah hasil opini auditor terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen. Setiap perusahaan cenderung menginginkan opini wajar selain wajar tanpa pengecualian. Hal ini


(33)

dikarenakan perusahaan menganggap opini selain wajar tanpa pengecualian tidak bermanfaat bagi pihak eskternal yaitu para investor sebagai pengguna laporan keuangan perusahaan. Menurut Carcello dan Neal (2003), Perusahaan berpikiran bahwa jika para investor tidak menyukai opini yang dikeluarkan oleh auditor yang mengeluarkan opini audit selain wajar tanpa pengecualian, maka kemungkinan para investor akan berpikir bahwa perusahaan memiliki masalah terkait dengan keuangan. Tentunya hal ini dapat berpengaruh ke perusahaan seperti harga saham perusahaan yang ikut menurun. Kemungkinan itu perusahaan maka akan melakukan auditor switching dan mencari auditor yang mudah diatur.

Menurut Halim (2003:73) opini audit terbagi menjadi lima jenis opini yaitu : wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan, Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion), dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).

Penelitian yang dilakukan oleh Hudaib dan Cooke (2005), menyimpulkan bahwa opini audit berpengaruh signifikan terhadap

auditor switching. Hal ini mengonfirmasi bahwa kualitas hasil opini audit menentukan sebuah perusahaan melakukan auditor switching. Apabila sebuah perusahaan tidak mendapatkan hasil opini wajar tanpa pengecualian, maka perusahaan kemungkinan akan melakukan


(34)

pergantian auditor untuk mendapatkan hasil opini audit yang sesuai dengan harapan perusahaan yaitu hasil opini wajar tanpa pengecualian. Penelitian dengan variabel opini audit juga dilakukan oleh Divianto (2012),dan juga Susanto (2015) yang dimana hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa opini auditor berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching.

Sedangkan penelitian dari Juliantari dkk (2011) dan Wijayani (2011) menemukan bahwa opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Karena setiap perusahaan yang ingin mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian, untuk itu setiap perusahaan akan berusaha untuk mendapatkannya dengan cara apapun termasuk dengan melakukan auditor switching. Maka berdasarkan uraian di atas penulis menurunkan hipotesis sebagai berikut :

� : Opini audit berpengaruh positif terhadap auditor switching

2. Tingkat Pertumbuhan Klien dengan Auditor Switching

Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan keadaan keuangan perusahaan. Penelitian Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh signifikan terhadap pemilihan kantor akuntan publik.

Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan suatu perusahaan, biasanya perusahaan akan mencoba menggunakan semua sumberdaya yang dirasa mumpuni bagi perkembangan perusahaan. Penggunaan


(35)

sumberdaya yang baik akan dapat memberikan benefit bagi perusahaan kedepannya. Jika sesuatu perusahaan merasa telah tumbuh besar maka kemungkinan perusahaan untuk mengganti auditor cukup besar. Hal ini dikarenakan jika perusahaan yang awalnya hanya menggunakan auditor yang biasa bekerja untuk perusahaan-perusahaan kecil lalu perusahaan perlahan-lahan mulai berkembang besar, maka perusahaan berpikiran untuk menyetarakan semua yang digunakan oleh perusahaan besar, baik dari segi internal seperti fasilitas yang mumpuni maupun segi eksternal seperti penggunaan auditor yang mempunyai nama besar. Hal ini yang memungkinkan perusahan untuk melakukan auditor switching.

Sinason et al., (2001) mengemukakan bahwa perusahaan besar mungkin memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru. Kenaikan biaya (baik langsung dan tidak langsung) dapat menyebabkan peningkatan hubungan auditor-klien, sehingga meningkatkan penguasaan auditor. Klien juga akan dikenakan biaya awal saat terlibat auditor baru. Misalnya, banyak menghabiskan waktu dengan auditor baru untuk memberikan informasi mengenai bisnis klien. Hal itu menimbulkan biaya tidak langsung ketika membina hubungan baru dengan auditor baru. Karena semakin besar perusahaan juga semakin meningkatkan kompleksitas dalam pekerjaan audit mereka. Jadi perusahana akan memilih KAP yang mengurangi agency cost dan ancaman bagi kepentingan pribadi bagi auditor (Hudaib dan Cooke,2005). Dalam hal ini berarti, klien dengan ukuran yang lebih besar lebih cenderung untuk


(36)

tidak berganti auditor ketimbang klien yang lebih kecil, untuk menghindari terjadinya penambahan cost akibat dari auditor switching.

Pada penelitian Juliantari dan Rasmini (2011), Astuti dan Ramantha (2014) yang meneliti tentang tingkat pertumbuhan klien terhadap auditor switching memberikan hasil bahwa tingkat pertumbuhan klien berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan

auditor switching. Namun pada penelitian Buchari dan Marita (2014), memberikan hasil yang berbeda karena pada hasil penelitian mereka menemukan bahwa tingkat pertumbuhan klien tidak memiliki pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching. Maka berdasarkan uraian di atas penulis menurunkan hipotesis sebagai berikut :

� : Tingkat pertumbuhan klien berpengaruh positif terhadap auditor switching

3. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Auditor Switching

Schwatz dan Soo (1995) mengemukakan bahwa perusahaan yang bangkrut akan sering berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut. Ketidakpastian dalam melakukan bisnis pada perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) akan timbul dorongan untuk berpindah auditor sebagai langkah untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan kreditor. Jadi kesulitan keuangan akan berpengaruh signifikan terhadap penggantian auditor pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan.


(37)

Pada penelitian yang dilakukan Nasser et al (2006) mengenai audit tenure dan auditor switching di Malaysia, yang intinya berfokus untuk membuktikan bahwa adanya pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap kegiatan auditor switching. Penelitian ini menggunakan sampel dari Burse Efek Kuala Lumpur dalam 11 periode dan hasil penelitiannya menemukan bahwa adanya hubungan antara kondisi keuangan perusahaan terhadap auditor switching.

Francis and Wilson (1988) mengemukakan bahwa kondisi keuangan perusahaan akan menjadi menjadi salah satu indikator untuk pengambilan keputusan mempertahankan auditor. Kondisi keuangan perusahaan yang terancam bangkrut cenderung akan meningkatkan subjektivitas dan kehatian-hatian auditor saat mengaudit perusahaan tersebut. Schwartz dan Menon (1985) menambahkan bahwa dalam kondisi perusahaan yang mengalami masalah keuangan maka akan cenderung untuk melakukan auditor switching. Auditor switching juga bisa menjadi solusi bagi sebuah perusahaan yang tidak dapat lagi membayar biaya audit yang dikenakan kepada perusahaan, dikarenakan kemampuan perusahaan yang tidak lagi memadai untuk membayar fee auditor.

Muncul beberapa pandangan yang pro dan kontra terhadap dilakukannya pemilihan auditor. Perusahaan yang memiliki masalah pada keuangan akan cenderung untuk memilih auditor yang baik. Hal ini dimaksudkan untuk menutupi kelemahan dan kekurangan perusahaan


(38)

melalui reputasi yang bagus dari auditor yang mengaudit perusahaannya. Tapi di lain pihak penunjukkan auditor yang dianggap baik akan terbentur dengan kemampuan keuangan perusahaan. Sehingga perusahaan yang memiliki masalah keuangan biasanya akan terhalang masalah budget terhadap pemilihan kantor akuntan publik yang dianggap bagus untuk memperbaiki kekurangan pada perusahaan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani (2013) menyimpulkan bahwa kesulitan keuangan perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Pratini dan Astika (2013). Kesulitan keuangan perusahaan dapat menjadi faktor dilakukannya auditor switching. Dengan kondisi keuangan perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dan terancam akan pailit akan menimbulkan subjektivitas serta kehati-hatian auditor dalam memberikan opini terhadap laporan keuangan perusahaan klien. Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan keuangan perusahaan akan berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching.

Pada penelitian Astuti dan Ramantha (2014), memberikan bukti bahwa ternyata tingkat kesulitan keuangan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching, hasil penelitian yang sama juga dihasilkan pada penelitian yang dilakukan oleh Putri, dkk (2014) yang membuktikan bahwa tingkat kesulitan keuangan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap


(39)

kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching. Hal ini bisa disebabkan untuk mengurangi biaya perusahaan apabila perusahaan melakukan auditor switching, sedangkan di sisi lain perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan.

Kesulitan keuangan terjadi sebelum kebangkrutan. Untuk itu perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan akan cenderung untuk mengganti auditornya yang diharapkan dengan pergantian auditor dapat memberikan subjektivitas terhadap hasil opini perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

� : Kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap

auditor switching

4. Fee audit dan Auditor Switching

Jumlah besaran yang dibayarkan oleh perusahaan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan disebut dengan fee audit (Dwiyanti, 2014). Dalam melakukan pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal dibutuhkan monitoring cost dalam bentuk fee audit, dimana merupakan salah satu bagian agency cost. Dalam menetapkan fee audit, tentunya perusahaan banyak melakukan pertimbangan, kualifikasi dan riset untuk menetapkan fee audit yang akan diberikan. Apabila saat auditor memberikan penawaran atas jumlah fee audit yang diinginkan ke perusahaan klien namun ternyata jumlah yang ditawarkan oleh auditor tersebut dianggap terlalu


(40)

besar bagi perusahaan, maka akan memunculkan ketidaksepakatan antara kedua belah pihak.

Hal ini yang akan menjadi dorongan bagi pihak perusahaan untuk melakukan auditor switching (Swartz dan Menon, 1985). Pada hasil penelitian Astuti & Ramantha (2014), menyimpulkan bahwa variabel fee audit berpengaruh terhadap auditor switching. Hal ini menyimpulkan bahwa fee audit berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching. Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :


(41)

C. Model Penelitian

Gambar Model Penelitian

Variabel Independen

Opini audit (H1)

Variabel Dependen

(+)

Tingkat pertumbuhan klien

(H2)

(+)

Auditor Switching (Y) Kesulitan keuangan

perusahaan (H3)

(+)

(+)


(42)

30

A. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang termasuk dalam BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2013-2015 yang laporan keuangannya telah dipublikasi. Penelitian ini menggunakan metode statistik.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data yang akan digunakan diperoleh dari sumber-sumber yang bersangkutan atau berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa annual report perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015. Laporan keuangan yang telah diaudit (annual report) dapat diperoleh di pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, selain itu juga dapat diperoleh dari website resmi BEI http://www.idx.co.id dan website resmi perusahaan.

C.Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini untuk menentukan sampel teknik yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan beberapa kriteria atau pertimbangan tertentu. Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :


(43)

1. Perusahaan yang sahamnya secara aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2013-2015.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan berturut- turut selama periode penelitian yaitu tahun 2013-2015.

3. Disajikan dalam mata uang rupiah.

4. Terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, sehingga metode pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang berasal dari pencatatan sumber atau publikasi lain. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari BEI dan www.idx.co.id pada tahun 2013-2015. Selain itu untuk mendukung data dalam penelitian juga dapat diperoleh dari jurnal, internet, dan text book dan sumber-sumber lain yang relevan.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen : Auditor Switching

Auditor Switching menjadi variabel dependen dalam penelitian ini.

Auditor switching merupakan perpindahan atau pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan klien. Dalam penelitian ini, variabel auditor switching dapat diukur menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien melakukan pergantian auditor pada tahun tertentu, maka diberi nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien tidak melakukan pergantian auditor


(44)

dari tahun sebelumnya, maka diberi nilai 0 (Nasser et al.,2006 dalam Wijayanti,2010).

2. Variabel Independen a. Opini Audit

Opini audit adalah hasil opini auditor terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen. Variabel opini audit menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien menerima opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified) maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified), maka diberikan nilai 0 (Damayanti dan Sudarma, 2007; Nasser et al, 2006)

b. Tingkat Pertumbuhan Klien

Tingkat pertumbuhan klien adalah sebuah indikator untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan financial perusahaan terutama total aset yang ada. Total Asset tersebut kemudian ditransformasikan dengan menggunakan logaritma natural. Tingkat pertumbuhan klien diukur dengan menggunakan log natural dari Total Asset (Klapper dan Love, 2002 dalam Darmawati, 2005)

Rumus =


(45)

c. Kesulitan Keuangan Perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan menjadi suatu indikator terhadap pengambilan keputusan dalam mempertahankan perusahaan yang mengaudit. Tanda-tanda perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dapat dilihat pada laporan keuangannya. Salah satu cara untuk mengetahuinya dengan melihat rasio DER (Debt to Equity Ratio) (Sinarwati dan Suparlan, 2010). Rasio DER dihitung dengan membandingkan total hutang dengan total ekuitas.

Semakin tinggi nilai DER pada suatu perusahaan maka perusahaan dapat dikatakan sedang mengalami kesulitan keuangan. Sehingga kemungkinan perusahaan untuk mengganti auditornya juga semakin tinggi.

d. Fee Audit

Fee audit adalah jumlah yang dibayarkan oleh perusahaan sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan (Dwiyanti, 2014). Untuk mengukur variabel

fee audit, dapat dilihat di neraca laporan keuangan tahunan pada kolom professional fee, lalu kemudian ditransformasikan menggunakan logaritma natural.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

DER (Debt to Equity Ratio)= � � � � � � � � � �


(46)

F. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

1. Definisi Regresi Logistik

Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari persamaan regresi jika variabel dependennya adalah variabel yang berbentuk skala. Regresi logistik binary digunakan untuk menemukan persamaan regresi yang variabel dependennya bertipe kategorial dua pilihan yaitu : ya atau tidak, atau bahkan lebih dari dua pilihan seperti : tidak setuju, setuju, sangat setuju. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah regresi logistik dikarenakan variael dependennya bersifat dikotomi (melakukan auditor switching atau tidak melakukan

auditor switching).

Variabel bebasnya merupakan kombinasi antara variabel kontinyu (metric) dan kategorial (non-metric), sehingga asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi. Dalam hal ini dapat dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya dan mengabaikan heteroskedastisitas. Regresi logistik digunakan untuk menguji apakah


(47)

probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2006:225).

2. Tahapan Regresi Logistik a. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif dalam penelitian adalah proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel dan grafik. Statistik deskriptif biasanya digunakan oleh peneliti sebagai informasi mengenai karakteristik variabel penelitian. Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran dan mendeskripsikan suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,varians, dan maksimum-minimum (Ghozali, 2011:19).

Mean digunakan sebagai alat ukur untuk memperkirakan besaran rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai maksimum dan minimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran mengenai keseluruhan sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian yang utama (Prahartari,2013).


(48)

b. Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow Test)

Analisis kelayakan model regresi dilakukan untuk menilai kelayakan model regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi-square pada bagian bawah Uji Hosmer and Lemeshow. Apabila nilai signifikannya > 0,05 maka model regresi dikatakan layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya. Tapi, jika nilai signifikannya < 0,05 maka model tidak layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya.

c. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Uji keseluruhan model (Overall Model Fit) adalah pengujian yang dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log likehood (-2LL) pada akhir (Blok Number = 1). Adanya pengurangan antara 2LL awal (initial 2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (--2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2011).

d. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Koefiesien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu menjelaskan variabilitas dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square, Nagelkerke R


(49)

Squaredapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2011).

e. Uji Multikolinearitas

Regresi yang tidak memiliki gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya adalah regresi yang baik. Meskipun dalam regresi logistik tidak terlalu memerlukan uji asumsi klasik seperti uji multikolinearitas, tapi tidak ada salahnya jika tetap melakukan uji multikolinearitas. Tujuan pengujian multikolinearitas ini untuk melihat korelasi antar variabel bebas dalam penelitian ini yaitu opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan

fee audit.

Matriks korelasi yang menunjukkan tidak adanya korelasi yang serius antar variabel akan menunjukkan nilai korelasi antar variabel bebas dibawah 0,80, sementara jika nilai korelasi antara variabel bebas diatas 0,80, maka itu memperlihatkan terdapat gejala multikolinearitas diantara variabel bebas.

f. Omnibus Test

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel-variabel dependennya yaitu auditor switching. Pengukuran dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi, jika nilai signifikansi menunjukkan nilai < 0,05 maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya, tapi jika nilai


(50)

signifikan menunjukkan nilai > 0,05 maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

g. Matriks Klasifikasi (Classification table)

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi model regresi untuk memprediksi auditor switching yang dilakukan oleh perusahaan. Pada definisi operasional variabel ditunjukkan nilai prediksi dari variabel dependen dalam hal ini melakukan auditor switching dengan kode 1 dan tidak melakukan auditor switching

dengan kode 0. Untuk mengetahui hasil kekuatan prediksi model regresi, dapat dilihat dengan membandingkan hasil presentase perusahaan yang telah melakukan auditor switching dan perusahaan yang tidak melakukan auditor switching.

3. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini di uji menggunakan regresi logistik binear untuk menguji pengaruh beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :

� � = � + . + . + . + + �

Keterangan : SWITCH : Auditor switching

� : konstanta

− : koefisien regresi

OPINI : Opini audit

TA : Tingkat Pertumbuhan Klien

DER : Kesulitan Keuangan Perusahaan


(51)

e : error

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara probabilitas (sig.) dengan tingkat signifikansi (ἀ). Untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, maka dapat menggunakan analisis regresi logistik dengan tingkat taraf signifikansi sebesar 5%. Kriteria sebuah hipotesis dikatakan diterima atau ditolak adalah :

a) Hipotesis pertama dapat diterima jika nilai sig < 0,05 dan arah koefisien regresinya positif

b) Hipotesis kedua dapat diterima jika nilai sig < 0,05 dan arah koefisien regresinya positif

c) Hipotesis ketiga dapat diterima jika nilai sig < 0,05 dan arah koefisien regresinya positif

d) Hipotesis keempat dapat diterima jika nilai sig < 0,05 dan arah koefisien regresinya positif


(52)

40

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian

Pada penelitian ini perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2015. Sektor perusahaan manufaktur dipilih dikarenakan perusahaan manufaktur salah satu sektor yang dianggap bisa memberi gambaran terhadap penelitian tentang auditor switching di Indonesia. Periode pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) tahun mulai tahun 2013-2015 karena melanjutkan penelitian yang terdahulu dari Juliantary dan Rasmini, serta untuk melihat gambaran mengenai perubahan dipengaruhi baik faktor eksternal maupun internal. Sampel yang dipilih dari populasi menggunakan teknik purposive sampling, yaitu proses pemilihan sample berdasarkan kriteria tertentu. Tabel dibawah menyajikan tahapan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah di tentukan antara lain :

Tabel 4.1

Tabel Prosedur Pemilihan Sampel

No Kriteria Jumlah

1 Perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015

143 2 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki informasi

yang lengkap terkait dengan variabel penelitian

(61) 3 Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian 82

4 Total periode penelitian 3


(53)

Jumlah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2015 berjumlah 143 perusahaan. Dari 143 perusahaan sektor manufaktur tersebut terdapat 61 perusahaan yang tidak memenuhi kriteria mengenai pada penelitian ini. Sehingga perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 82 perusahaan manufaktur.

B. Analisa Data

Pada penelitian ini variabel dependen bersifat dikotomi (melakukan Auditor Switching dan tidak melakukan Auditor Switching), maka untuk pengujian terhadap hipotesis yang ada dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Ada beberapa tahapan dalam pengujian regresi logistik binary dengan program SPSS 15.0, yaitu :

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk melihat nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Pada penelitian variabel yang digunakan adalah opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee audit terhadap auditor switching. Penelitian ini menggunakan data yang didapatkan dari 82 sampel perusahaan dikalikan tiga tahun pengamatan (2013-2015) yaitu sebanyak 246 sampel. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif dari data yang diteliti :


(54)

De scri ptive Statistics

246 0 1 ,33 ,472

246 0 1 ,01 ,090

246 14 26 21,28 1,677

246 ,0387 70,8315 1,699023 4,8672832

246 4 8 5,94 ,961

246 SW ITCH

OPINI LNTA DER LNPF

Valid N (lis twis e)

N Minimum Maximum Mean St d. Deviat ion

Tabel 4.2

Tabel Hasil Uji Deskriptif

Pada tabel mengambarkan statistik deskriptif pada setiap variabel penelitian yaitu dengan jumlah sampel sebanyak 246. Variabel auditor switching memiliki nilai minimum 0; nilai maksimum 1; nilai rata-rata 0,34; dan nilai standar deviasi sebesar 0,472. Variabel opini audit memiliki nilai minimum 0; nilai maksimum 1; nilai rata-rata 0,01; dan nilai standar deviasi sebesar 0,090. Variabel tingkat pertumbuhan klien memiliki nilai minimum 14; nilai maksimum 26; nilai rata-rata 21,28; dan nilai standar deviasi sebesar 1,677. Variabel kesulitan keuangan perusahaan memiliki nilai minimum 0,0387; nilai maksimum 70,8315; nilai rata-rata 1,699023; dan nilai standar deviasi sebesar 4,867. Variabel fee audit memiliki nilai minimum 4; nilai maksimum 8; nilai rata-rata 5,94; dan nilai standar deviasi sebesar 0,961.

2. Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow Test)

Analisis kelayakan model regresi dilakukan untuk menilai kelayakan model regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan goodness of fit test yang diukur dengan


(55)

Hosme r and Leme show Test

9,638 8 ,291

St ep 1

Chi-square df Sig.

nilai chi-square pada bagian bawah Uji Hosmer and Lemeshow. Apabila nilai signifikannya > 0,05 maka model regresi dikatakan layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya. Tapi, jika nilai signifikannya < 0,05 maka model tidak layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya. Berikut adalah hasil pengujian Hosmer and Lemeshow yang disajikan :

Tabel 4.3

Tabel Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Pada tabel diatas menunjukkan nilai Chi-square sebesar 9,638 dan nilai sig 0,291. Berdasarkan nilai tersebut, karena nilai sig 0,291 lebih besar dari nilai alpha (0,05), maka model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya karena tidak ada perbedaan yang real antara klasifikasi yang diprediksikan dengan klasifikasi yang diamati.

3. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Uji keseluruhan model (Overall Model Fit) adalah pengujian yang dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log likehood (-2LL) pada akhir (Blok Number = 1). Adanya pengurangan antara 2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai --2LL pada langkah berikutnya (--2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2011). Berikut adalah tabel penyajian hasil pengujian keseluruhan model :


(56)

Iteration Historya,b,c

313,203 -,667

313,165 -,693

313,165 -,693

Iteration 1 2 3 Step 0

-2 Log

likelihood Constant Coefficients

Constant is included in the model. a.

Initial -2 Log Likelihood: 313,165 b.

Es timation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by les s than ,001. c.

Tabel 4.4

Tabel Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Berdasarkan hasil diatas, tabel menunjukkan bahwa -2 Log likehood awal (tabel Iteration History 0) adalah sebesar 313,203. Secara matematis, angka tersebut signifikan pada alpha 5% dan ini berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak. Hal ini berarti hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum dimasukkan variabel bebas ke dalam model regresi).


(57)

Ite rati on Historya,b,c,d

308,220 -2, 545 -1, 133 ,028 -,011 ,219

307,769 -2, 784 -2, 205 ,031 -,014 ,246

307,659 -2, 787 -3, 248 ,031 -,014 ,247

307,621 -2, 787 -4, 263 ,031 -,014 ,247

Iteration 1 2 3 4 St ep 1

-2 Log

lik elihood Constant OP INI LNTA DE R LNPF

Coeffic ient s

Method: E nter a.

Constant is inc luded in the model. b.

Initial -2 Log Likelihood: 313,165 c.

Es timation terminated at iteration number 4 bec aus e maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

d.

Tabel 4.5

Tabel Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara nilai -2 Log Likehood awal (tabel iteration History 0) dengan -2 Log Likehood akhir (Tabel iteration History 1). Pada tabel awal menunjukkan nilai -2 Log

Likehood awal sebesar 313,165. Setelah variabel bebas dimasukkan pada model regresi, maka nilai -2 Log Likehood pada tabel diatas adalah 307,621. Berdasarkan output diatas terjadi penurunan -2 Log Likehood

sebesar 5,544. Penurunan ini bisa diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau model yang dihipotesiskan fit dengan data.

4. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Koefiesien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu menjelaskan variabilitas dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat


(58)

Model Summary

307,621a ,022 ,031

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square Estimation terminated at iteration number 4 because maximum iterations has been reached.

a.

dilihat pada nilai Nagelkerke R Square, Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2011). Berikut adalah tabel penyajian untuk koefisien determinasi :

Tabel 4.6

Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square

adalah sebesar 0,031 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan adalah sebesar 3,1% sedangkan sisanya sebesar 96,9 % dijelaskan oleh variabel-variable lain di luar model penelitian. Hal tersebut berarti bahwa secara bersama variabel opini audit (Opini), tingkat perusahaan klien (TA), kesulitan keuangan perusahaan (DER), dan Fee audit (PF) hanya dapat menjelaskan variasi variabel auditor switching

sebesar 3,0%.

5. Uji Multikolinearitas

Regresi yang tidak memiliki gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya adalah regresi yang baik. Meskipun dalam regresi logistik tidak terlalu memerlukan uji asumsi klasik seperti uji multikolinearitas, tapi tidak ada salahnya jika tetap melakukan uji


(59)

Correl ation Matri x

1,000 -,005 -,864 -,016 -,076

-,005 1,000 -,004 -,005 ,014

-,864 -,004 1,000 -,018 -,431

-,016 -,005 -,018 1,000 ,012

-,076 ,014 -,431 ,012 1,000

Constant OP INI LNTA DE R LNPF St ep

1

Constant OP INI LNTA DE R LNPF

multikolinearitas. Tujuan pengujian multikolinearitas ini untuk melihat korelasi antar variabel bebas dalam penelitian ini yaitu opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee audit.

Matriks korelasi yang menunjukkan tidak adanya korelasi yang serius antar variabel akan menunjukkan nilai korelasi antar variabel bebas dibawah 0,80, sementara jika nilai korelasi antara variabel bebas diatas 0,80, maka itu memperlihatkan terdapat gejala multikolinearitas diantara variabel bebas.

Tabel 4.7

Tabel Hasil Uji Multikolinearitas

Pada tabel di atas adalah penyajian dari uji multikolinearitas. Tabel menunjukkan bahwa korelasi antar variabel tidak menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas yang serius antar variabel dengan nilai korelasi antar variabel masih dibawah 0,80.

6. Omnibus Test

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependennya yaitu auditor switching. Pengukuran dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi, jika nilai signifikansi menunjukkan nilai < 0,05 maka variabel


(60)

Omnibus Tests of Model Coefficients

5,544 4 ,236

5,544 4 ,236

5,544 4 ,236

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya, tapi jika nilai signifikan menunjukkan nilai > 0,05 maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.8

Tabel Hasil Omnibus Test

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,236 dan hasil tersebut berada diatas 0,05, jadi dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama variabel penelitian yaitu opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching.

7. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi model regresi untuk memprediksi auditor switching yang dilakukan oleh perusahaan. Pada definisi operasional variabel ditunjukkan nilai prediksi dari variabel dependen dalam hal ini melakukan auditor switching dengan kode 1 dan tidak melakukan auditor switching dengan kode 0. Untuk mengetahui hasil kekuatan prediksi model regresi, dapat dilihat dengan membandingkan hasil presentase perusahaan yang telah melakukan auditor switching dan


(61)

Classification Tablea

163 1 99,4

80 2 2,4

67,1 Observed TIDAK MENGGANTI AUDITOR MENGGANTI AUDITOR SWITCH Overall Percentage Step 1 TIDAK MENGGANTI AUDITOR MENGGANTI AUDITOR SWITCH Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.

perusahaan yang tidak melakukan auditor switching. Berikut adalah tabel penyajian matriks klasifikasi :

Tabel 4.9

Tabel Hasil Matriks Klasifikasi

Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching adalah sebesar 2,4%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan terdapat sebanyak 2 perusahaan (2,1%) yang diprediksi akan melakukan auditor switching dari total 82 perusahaan yang melakukan diteliti. Kekuatan prediksi model adalah sebesar 99,4% yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 163 perusahaan (99,4%) yang diprediksi tidak melakukan auditor switching

dari total 164 perusahaan. Kekuatan model prediksi keseluruhan sebesar 67,1%.


(62)

Va riables in the Equa tion

-4, 263 9,547 ,199 1 ,655 ,014

,031 ,089 ,117 1 ,732 1,031

-,014 ,033 ,182 1 ,670 ,986

,247 ,158 2,425 1 ,119 1,280

-2, 787 1,736 2,580 1 ,108 ,062

OPINI LNTA DER LNPF Constant St ep

1a

B S. E. W ald df Sig. Ex p(B)

Variable(s) ent ered on step 1: OPINI, LNTA, DER, LNPF. a.

8. Uji Regresi Logistik

Tabel 4.10

Tabel Hasil Uji Regresi Logistik

Pada tabel di atas menunjukkan hasil pengujian regresi logistik pada tingkat signifikansi 5%. Persamaan dari pengujian di atas adalah :

Switch = -2,787– 4,263 Opini + 0,031 TA – 0,014 DER + 0,247 PF Interpretasi untuk persamaan tersebut adalah :

1) α = -2787

Nilai konstanta menunjukkan bahwa jika nilai dari opini audit, tingkat pertumbuhan perusahaan, kesulitan keuangan perusahaan, fee audit

nol, maka nilai logit auditor switching sebesar -2787 2) β1 = -4263

Nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa jika skor opini audit menurun 1 poin, maka nilai logit auditor switching akan menurun sebesar -4263.


(63)

Nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa jika skor tingkat pertumbuhan perusahaan meningkat 1 poin, maka nilai logit auditor switching akan meningkat sebesar +0,031.

4) β3 = -0,014

Nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa jika skor kesulitan keuangan perusahaan menurun 1 poin, maka nilai logit auditor switching akan menurun sebesar -0,014.

5) β4 = +0,247

Nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa jika skor fee audit meningkat 1 poin, maka nilai logit auditor switching akan meningkat sebesar +0,247.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian pada hipotesis dilakukan membuktikan hasil sebagai berikut : 1) Hipotesis Pertama

Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan, tingkat signifikansi 0,655 yang berarti lebih besar dari alpha (0,05), hal ini membuktikan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap auditor switching, jadi untuk hipotesis pertama (� ) ditolak.

2) Hipotesis Kedua

Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan, tingkat signifikansi sebesar 0,732 lebih besar dari alpha (0,05), hal ini membuktikan bahwa tingkat pertumbuhan klien tidak berpengaruh terhadap auditor switching, jadi untuk hipotesis kedua (� ) ditolak. 3) Hipotesis ketiga


(64)

Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan, koefisien regresi menunjukkan arah negatif dan tingkat signifikansi sebesar 0,670 lebih besar dari alpha (0,05), hal ini membuktikan kesulitan keuangan berpengaruh negatif terhadap auditor switching, jadi untuk hipotesis ketiga (� ) ditolak.

4) Hipotesis Keempat

Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan, koefisien regresi menunjukkan arah positif dan tingkat signifikansi sebesar 0,119 lebih besar dari alpha (0,05), yang dimana berarti fee audit tidak berpengaruh terhadap auditor switching, jadi untuk hipotesis keempat (� ) ditolak.

D. Pembahasan

Pengaruh dari variabel bebas masing-masing terhadap variabel terikatnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Opini Audit

Opini audit pada penelitian ini diproksikan dengan variabel dummy hasil opini auditor yang diterima oleh perusahaan pada tabel 4.10 menunjukkan nilai koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi 0,655 > 0,05 yang mana berarti � ditolak. Hal ini menyimpulkan bahwa hasil opini auditor tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Wijayani (2011) yang membuktikan bahwa variabel opini auditor tidak berpengaruh terhadap auditor switching, penelitian dari Pratini dan


(1)

63

Wijayanti, Martina Putri. 2010. Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Auditor

Switching

di

Indonesia.

Skripsi

Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro:Semarang.


(2)

64

De scri ptive Statistics

246 0 1 ,33 ,472

246 0 1 ,01 ,090

246 14 26 21,28 1,677

246 ,0387 70,8315 1,699023 4,8672832

246 4 8 5,94 ,961

246 SW ITCH

OPINI LNTA DER LNPF

Valid N (lis twis e)

N Minimum Maximum Mean St d. Deviat ion

No

Kriteria

Jumlah

1

Perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015

143

2

Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki informasi

yang lengkap terkait dengan variabel penelitian

(61)

3

Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian

82

4

Total periode penelitian

3

5

Jumlah sampel penelitian selama 3 periode

246

Tabel 4.2

Tabel Hasil Uji Deskriptif

Tabel 4.3

Tabel Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Hosme r and Leme show Test

9,638 8 ,291

St ep 1


(3)

65

Iteration Historya,b,c

313,203 -,667 313,165 -,693 313,165 -,693 Iteration 1 2 3 Step 0 -2 Log likelihood Constant Coefficients

Constant is included in the model. a.

Initial -2 Log Likelihood: 313,165 b.

Es timation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by les s than ,001. c.

Ite rati on Historya,b,c,d

308,220 -2, 545 -1, 133 ,028 -,011 ,219 307,769 -2, 784 -2, 205 ,031 -,014 ,246 307,659 -2, 787 -3, 248 ,031 -,014 ,247 307,621 -2, 787 -4, 263 ,031 -,014 ,247 Iteration 1 2 3 4 St ep 1

-2 Log

lik elihood Constant OPINI LNTA DER LNPF Coeffic ient s

Method: Enter a.

Constant is inc luded in the model. b.

Initial -2 Log Likelihood: 313,165 c.

Es timation terminated at iteration number 4 bec aus e maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

d.

Model Sum ma ry

307,621a ,022 ,031

St ep 1

-2 Log lik elihood

Cox & Snell R Square

Nagelk erke R Square Es timation terminat ed at iteration number 4 because max imum iterations has been reached. Final solution cannot be found. a.

Tabel 4.4

Tabel Hasil Uji Keseluruhan Model (

Overall Model fit

)

Tabel 4.5

Tabel Hasil Uji Keseluruhan Model (

Overall Model fit

)

Tabel 4.6


(4)

Correlation Matrix

1,000 -,005 -,864 -,016 -,076

-,005 1,000 -,004 -,005 ,014

-,864 -,004 1,000 -,018 -,431

-,016 -,005 -,018 1,000 ,012

-,076 ,014 -,431 ,012 1,000

Constant OPINI LNTA DER LNPF Step 1

Constant OPINI LNTA DER LNPF

Omnibus Tests of Model Coefficients

5,544 4 ,236

5,544 4 ,236

5,544 4 ,236

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Tabel Hasil Uji Multikolinearitas

Tabel 4.8

Tabel Hasil Omnibus Test

Tabel 4.9

Tabel Hasil Matriks Klasifikasi

Classification Tablea

163 1 99,4

80 2 2,4

67,1 Observed TIDAK MENGGANTI AUDITOR MENGGANTI AUDITOR SWITCH Overall Percentage Step 1 TIDAK MENGGANTI AUDITOR MENGGANTI AUDITOR SWITCH Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.


(5)

67

Va riables in the Equa tion

-4, 263 9,547 ,199 1 ,655 ,014

,031 ,089 ,117 1 ,732 1,031

-,014 ,033 ,182 1 ,670 ,986

,247 ,158 2,425 1 ,119 1,280

-2, 787 1,736 2,580 1 ,108 ,062

OP INI LNTA DE R LNPF Constant St ep

1a

B S. E. W ald df Sig. Ex p(B )

Variable(s) ent ered on step 1: OPINI, LNTA , DE R, LNPF. a.

Tabel 4.10


(6)

Gambar 1.1

Gambar Model Penelitian

Variabel Independen

Opini audit (H

1

)

(+)

Tingkat

pertumbuhan klien

(H

2

)

Variabel Dependen

(+)

Auditor Switching

(Y)

Kesulitan keuangan

perusahaan (H

3

)

(+)

(+)