TA : Rancang Bangun Sistem Pakar Dalam Penentuan Jenis Penyakit Pada Hewan Sapi.

(1)

JENIS PENYAKIT PADA HEWAN SAPI

Nama : Detyaputra Kusuma Mulya NIM : 07.41010.0202

Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA DAN TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA


(2)

ix Daftar Isi

Halaman

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan... ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Konsep Dasar Sistem Pakar ... 6

2.2 Keuntungan Sistem Pakar ... 7

2.3 Ciri – Ciri Sistem Pakar ... 9

2.4 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem Pakar... ... 9

2.5 Mesin Inferensi... ..11

2.5.1 Runut Maju (Forward Chaining) ... ..11

2.5.2 Verifikasi... 13


(3)

x

Halaman

2.5.4 Dependency Diagram... 16

2.5.5 Decision Table... 17

2.5.6 Reduced Decision Table... 18

2.6 Hewan Sapi ... 19

2.7 Keterangan Penyakit Sapi ... 20

2.7.1 Akabane ... 20

2.7.2 Diare Ganas ... 20

2.7.3 Cacar Sapi (Cow Pox) ... 21

2.7.4 Demam Tiga Hari (Bovine Ephemeral Fever, BEF) ... 22

2.7.5 Penyakit Ingusan (Malignant Catarrhal Fever) ... 22

2.7.6 Penyakit Jembrana ... 24

2.7.7 Penyakit Kulit Kasar (Lummpy Skin Disease) ... 24

2.7.8 Penyakit Mulut Dan Kuku ... 25

2.7.9 Rabies ... 26

2.7.10 Sampar Sapi (Rinderpest) ... 27

BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 28

3.1 Analisa Masalah ... 28

3.2 Prosedur Pengembangan ... 29

3.3 Desain Sistem ... 30

3.3.1 Flowchart ... 30

3.3.2 Block Diagram ... 31

3.3.3 Dependency Diagram ... 32


(4)

xi

Halaman

3.3.5 Perancangan Rule ... 43

3.3.6 Entity Relational Diagram ... 45

3.3.7 Struktur Tabel ... 47

3.3.8 Desain Input ... 51

3.3.9 Desain Output ... 56

3.3.8 Desain Uji Coba... 57

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 62

4.1 Implementasi Sistem ... 62

4.1.1 Kebutuhan Hardware ... 62

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 63

4.2 Implementasi Aplikasi ... 63

4.2.1 Form Login ... 63

4.2.2 Form Manajemen User ... 65

4.2.3 Form Jenis Sapi ... 67

4.2.4 Form Data Peternak ... 69

4.3 Evaluasi Sistem ... 72

4.3.1 Evaluasi Uji Coba Dasar Aplikasi Validasi ... 72

4.3.2 Evaluasi Uji Coba Transaksi ... 77


(5)

xii

Halaman

BAB V PENUTUP ... 86

5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... . 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan perekonomian negara, banyak aspek yang berperan dalam meningkatkan komoditas negara. Aspek-aspek tersebut antara lain dalam bidang perkebunan, pertanian, perikanan, perdagangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah di bidang peternakan. Banyak hewan yang dapat diternakkan salah satunya adalah sapi. Sapi memiliki manfaat yang cukup banyak untuk kehidupan manusia seperti bisa digunakan untuk bahan makanan, diperah susunya, dan kulitnya bisa digunakan untuk kerajinan. Tetapi, sapi rentan pada penyakit, hal itu membuat kerugian yang cukup besar bagi para peternak sapi.

Dalam memelihara sapi, penyakit merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Misalnya, seekor sapi yang mengidap penyakit tertentu yang dapat merusak produksi susu sapi. Ada pula penyakit sapi yang dapat mengakibatkan keguguran pada kehamilan bahkan sampai ada yang menyebabkan kematian pada sapi, apalagi jika penyakit tersebut sangat menular. Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan dan harus diambil tindakan-tindakan untuk pengendalian, baik itu berupa tindakan pencegahan maupun pengobatan. Menurut laporan tahunan Dinas Peternakan Jawa Timur tahun 2010 tercatat 3,905 kasus penyakit BEF (bovine emerald fever) terjadi di daerah Jawa Timur. BEF adalah suatu penyakit viral pada sapi dan kerbau yang ditandai dengan terjadinya demam tinggi, rasa sakit otot, dan kepincangan. Data tersebut didapat dari beberapa rumah sakit hewan yang ada di wilayah Jawa Timur yang kemudian dikumpulkan oleh Dinas Peternakan Jawa


(7)

Timur. Oleh karena itu, agar kasus penyakit BEF dan jenis-jenis penyakit yang lain tidak bertambah kasusnya, perlu dilakukan tindakan yang cepat dalam penanganannya.

Untuk dapat menentukan tindakan pengendalian, biasanya seorang dokter hewan akan mengidentifikasi penyakit yang diderita oleh hewan sapi tersebut. Keahlian dari dokter hewan inilah yang kemudian akan dituangkan dalam suatu teknologi komputer.

Teknologi komputer yang sudah semakin canggih merambah ke segala bidang, dan semuanya itu ditujukan bagi kemudahan dalam beraktifitas. Saat ini jenis pemanfaatannya semakin berkembang dari hanya sekedar mesin ketik dan alat hitung biasa, saat ini dimanfaatkan untuk membantu dalam pekerjaan di beberapa bidang lain selain berbasis komputer. Salah satu contohnya adalah mendiagnosa penyakit dengan menggunakan sistem pakar. Sistem pakar itu mampu meniru kerja seorang pakar dalam melakukan diagnosa penyakit khususnya pada hewan sapi. Karena sifatnya hanya meniru kecerdasan seorang dokter hewan, maka kemampuan sistem pakar ini tidak dapat menyamai dokter hewan yang sebenarnya. Oleh karena itu dengan penggunaan sistem pakar penentuan jenis penyakit pada hewan sapi dapat membantu dokter hewan untuk mengetahui penyakit sapi secara cepat dan tepat.


(8)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka saya rumuskan perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah bagaimana merancang dan membangun sistem pakar dalam penentuan jenis penyakit yang diderita oleh hewan sapi melalui gejala-gejala yang ada.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan pada sistem pakar yang akan dibangun harus diberikan batasan untuk memperjelas dan mencapai tujuan utama. Batasan masalah dari sistem yang dibahas adalah sebagai berikut :

1. Sistem ini hanya membahas untuk jenis penyakit sapi yang disebabkan oleh virus saja.

2. Sistem ini menggunakan metode inferensi forward chaining pada pencarian jenis penyakit pada sapi.

3. Data penyakit sapi didapat dari Dinas Peternakan Surabaya.

4. Aplikasi ini saat ini hanya ditujukan pada tiga jenis sapi saja yaitu, sapi angus, sapi limousin, dan sapi peranakan ongole sesuai dengan data yang ada.

5. Aplikasi ini tidak membahas dosis obat. 6. Aplikasi ini tidak membahas rekam medik. 7. Aplikasi ini tidak membahas bahasa biologi.


(9)

1.4 Tujuan

Tujuan dari pembuatan sistem pakar dalam penentuan jenis penyakit pada hewan sapi ini adalah merancang dan membangun sistem pakar dalam penentuan jenis penyakit yang diderita oleh hewan sapi melalui gejala-gejala yang ada.

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan tugas akhir ini terbagi menjadi 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yang menjelaskan isi dari bab-bab tersebut. Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang melatar belakangi dibangunnya sistem, antara lain : latar belakang dari sistem yang dibuat, perumusan masalah, batasan masalah yang menjelaskan batasan dari sistem yang dibuat serta tujuan sistem.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi teori penunjang yang diharapkan dapat menjelaskan secara singkat mengenai landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Pada bab ini meliputi pengertian konsep dasar sistem pakar, keuntungan sistem pakar, metode forward chaining, hewan sapi dan macam-macam penyakit hewan sapi.


(10)

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan mengenai perancangan sistem yang terdiri atas perancangan diagram alir yang menunjukan alur dari sistem, desain arsitektur yang menunjukkan hubungan antar elemen, dan perancangan sistem berbasis aturan terdiri dari perancangan blok diagram, dependency diagram, perancangan tabel decision, proses verifikasi dan perancangan rule base. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan struktur tabel dan desain input output sistem pakar penentuan jenis penyakit pada hewan sapi.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini menjelaskan tentang implementasi program, evaluasi dari sistem yang telah dibuat dan proses implementasi dari sistem yang telah melalui tahap evaluasi sebelumnya.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang sekiranya dapat membantu bagi pembaca guna penyempurnaan sistem informasi ini dimasa yang akan datang.


(11)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem Pakar

Menurut (Feigenbaum:1982) sistem pakar adalah suatu program komputer cerdas yang menggunakan knowledge (pengetahuan) dan prosedur inferensi untuk menyelesaikan masalah yang cukup sulit sehingga membutuhkan seorang yang ahli untuk menyelesaikannya. Selain itu sistem pakar juga merupakan suatu sistem komputer yang menyamai (emulates) kemampuan pengambilan keputusan dari seorang pakar. Istilah emulates berarti bahwa sistem pakar diharapkan dapat bekerja dalam semua hal seperti seorang pakar.

Menurut (Arhami Muhammad:2004) Sistem pakar adalah salah satu cabang dari AI (Artificial Intelligence) yang membuat penggunaan secara luas knowledge yang khusus untuk penyelesaian masalah tingkat manusia yang pakar. Seorang pakar adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu, yaitu pakar yang mempunyai knowledge atau kemampuan khusus yang orang lain tidak mengetahui atau mampu dalam bidang yang dimilikinya.

Sistem pakar terdiri dari 2 komponen utama, yaitu knowledge base yang berisi knowledge dan mesin inferensi yang menggambarkan kesimpulan. Kesimpulan tersebut merupakan respons dari sistem pakar atas permintaan pengguna.


(12)

Gambar 2.1 Konsep Dasar Fungsi Sistem Pakar (sumber:Arhami:2005).

Ada beberapa alasan mendasar mengapa sistem pakar dikembangkan untuk menggantikan seorang pakar, diantaranya :

1. Dapat menyediakan kepakaran setiap waktu dan di berbagai lokasi. 2. Secara otomatis mengerjakan tugas – tugas rutin yang membutuhkan

seorang pakar.

3. Seorang pakar akan pensiun atau pergi. 4. Seorang pakar adalah mahal.

Kepakaran dibutuhkan juga pada lingkungan yang tidak bersahabat (hostile environtment).

2.2 Keuntungan Sistem Pakar

Sistem pakar (expert system) merupakan paket perangkat lunak atau paket program komputer yang ditujukan sebagai penyedia nasihat dan saran bantu dalam memecahkan masalah di bidang-bidang spesialisasi tertentu seperti sains,

USER

Knowledge - Base

Mesin Inferensi Fakta

Keahlian


(13)

perekayasaan, matematika, kedokteran, pendidikan dan sebagainya. Sistem pakar merupakan subset dari Artificial Intelegence.

Ada beberapa keunggulan sistem pakar, diantaranya dapat : 1. Menghimpun data dalam jumlah yang sangat besar.

2. Menyimpan data tersebut untuk jangka waktu yang panjang dalam suatu bentuk tertentu.

3. Mengerjakan perhitungan secara cepat dan tepat dan tanpa jemu mencari kembali data yang tersimpan dengan kecepatan tinggi.

Sementara kemampuan sistem pakar diantaranya adalah :

1. Menjawab berbagai pertanyaan yang menyangkut bidang keahliannya. 2. Bila diperlukan dapat menyajikan asumsi dan alur penalaran yang

digunakan untuk sampai ke jawaban yang dikehendaki.

3. Menambah fakta kaidah dan alur penalaran sahih yang baru dalam otaknya.

Selanjutnya ada banyak keuntungan bila menggunakan sistem pakar, diantaranya adalah :

1. Menjadikan pengetahuan dan nasihat lebih mudah didapat. 2. Meningkatkan output dan produktivitas.

3. Menyimpan kemampuan dan keahlian pakar.

4. Meningkatkan penyelesaian masalah – menerusi paduan pakar, penerangan sistem pakar khas.

5. Meningkatkan reliabilitas.

6. Memberikan respons (jawaban) yang cepat. 7. Merupakan panduan yang inteligence (cerdas).


(14)

8. Dapat bekerja dengan informasi yang kurang lengkap dan mengandung ketidakpastian.

9. Inteligence database (basis data cerdas), bahwa sistem pakar dapat digunakan untuk mengakses basis data dengan cara cerdas (Arhami Muhammad:2004).

2.3 Ciri-ciri Sistem Pakar

Ciri-ciri sistem pakar (Siswanto:2010) :

1. Terbatas pada domain keahlian tertentu.

2. Dapat memberikan penalaran untuk data yang tidak pasti.

3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan-alasan yang diberikannya dengan cara yang dapat dipahami.

4. Berdasarkan pada kaidah/ketentuan/rule tertentu.

5. Dirancang untuk dapat dikembangakan secara bertahap.

6. Pengetahuan & mekanisme penalaran (interface) jelas terpisah. 7. Keluarannya bersifat anjuran.

2.4 Orang yang terlibat dalam Sistem Pakar

Menurut (Turban:1995), terdapat tiga orang yang terlibat dalam lingkungan sistem pakar, yaitu :


(15)

1. Pakar (Domain Expert)

Pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus, pendapat, pengalaman dan metode, serta kemampuan untuk mengaplikasikan keahliannya tersebut guna menyelesaikan masalah.

2. Perekayasa Sistem (Knowledge engineer)

Knowledge engineer adalah orang yang membantu pakar dalam menyusun area permasalahan dengann menginterpretasikan dan mengintegrasikan jawaban-jawaban pakar atas pertanyaan yang diajukan, menggambarkan analogi, mengajukan counter example dan menerangkan kesulitan – kesulitan konseptual.

3. Pemakai (user)

Sistem pakar memiliki beberapa pemakai, yaitu : pemakai buatan pakar, pelajar, pembangun sistem pakar yang ingin meningkatkan dan menambah basis pengetahuan, dan pakar.

Arsitektur yang terdapat dalam sistem pakar adalah seperti yang terdapat pada Gambar 2.2, yaitu user interface (antarmuka pengguna), basis pengetahuan, akuisisi pengetahuan, mesin inferensi, workplace, fasilitas penjelasan, perbaikan pengetahuan.


(16)

Gambar 2.2 Arsitektur sistem pakar (sumber :Turban 1995).

2.5 Mesin Inferensi

Mesin inferensi adalah program komputer yang memberikan metodologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace, dan untuk memformulasikan kesimpulan (Turban:1995).

Terdapat dua pendekatan untuk mengontrol inferensi dalam sistem pakar berbasis aturan yaitu forward chaining dan backward chaining.

2.5 .1 Runut Maju (Forward Chaining)

Runut maju atau Forward chaining berarti menggunakan himpunan aturan kondisi-aksi. Dalam metode ini, data yang digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijalankan, kemudian aturan tersebut dijalankan. Proses diulang sampai ditemukan suatu hasil (Kusrini:2006). Gambar 2.3 menunjukkan bagaimana kerja inferensi runut maju.


(17)

Jika data yang dimiliki adalah A = 1 dan B = 2 maka aturan yang dilakukan adalah :

If A = 1 dan B = 2 then C = 3 If C = 3 then D = 4

Dari aturan diatas dapat menghasilkan kesimpulan bahwa D = 4.

A=1 Jika A=1 dan B=2

B=2 Maka C=3 D=4

Jika C=3 maka D=4

Gambar 2.3 Cara Kerja Metode Runut Maju (Forward Chaining).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat alur dari metode forward chaining seperti pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Metode Forward Chaining (Arhami:2005).


(18)

2.5.2 Verifikasi

Verifikasi merupakan sekumpulan aktifitas yang memastikan suatu sistem apakah telah berlaku dalam kondisi yang ditetapkan. Verifikasi itu sendiri terdiri dari dua proses, pertama memeriksa pelaksanaan sistem, kedua memeriksa konsistensi dan kelengkapan dari basis pengetahuan. Verifikasi dijalankan ketika ada penambahan atau perubahan pada rule, karena rule tersebut sudah ada pada sistem. Tujuan verifikasi adalah untuk memastikan adanya kecocokan antara sistem dengan apa yang dikerjakan sistem (rule base) dan juga untuk memastikan bahwa sistem itu terbebas dari kesalahan. Berikut ini adalah beberapa metode pemeriksaan rules dalam suatu basis pengetahuan (Gonzales:1993).

1. Redundant Rules

Redundant rules terjadi jika dua rules atau lebih mempunyai premis dan conclusion yang sama.

Contoh :

Rule1: if the humidity is high and the temperature is hot. Then there will be thunderstorms.

Rule2: if the temperature is hot and the humidity is high. Then there will be thunderstrome.

2. Conflicting Rules

Conflicting rules terjadi jika dua rules atau lebih mempunyai premis yang sama, tetapi mempunyai conclusion yang berlawanan.


(19)

Contoh :

Rule1: if the humidity is hot and the humidityis high. Then there will be sunshine.

Rule2: if the temperature is hot and the humidity is high. Then there will be sunshine.

3. Subsumed Rules

Subsumed rules terjadi jika rules tersebut mempunyai constraint yang lebih atau kurang tetapi mempunyai conclusion yang sama.

Contoh :

Rule1: if the humidity is hot and the humidityis high. Then there will be thunderstorms.

Rule2: if the temperature is hot.

Then there will be thunderstrome. 4. Circular Rules

Circular rules adalah suatu keadaan dimana terjadinya proses perulangan dari suatu rule. Ini dikarenakan suatu premis dari salah satu rule merupakan conclusion dari rule yang lain, atau kebalikannya.

Contoh :

Rule1: if X and Y are brothers.

Then X and Y have the same parents. Rule2: if X and Y have the same parents.


(20)

5. Unnecessary if Condition

Unnecessary if Condition terjadi jika dua rules atau lebih mempunyai conclusion yang sama, tetapi salah satu dari rule tersebut mempunyai premis yang tidak perlu dikondisikan dalam rule karena tidak mempunyai pengaruh apapun.

Contoh :

Rule1: if the patient has pink spots and the patient has a fever. Then the patiens has measles.

Rule2: if the patient has pink spots and the patient does not have fever. Then the patiens has measles.

6. Dead-end Rules

Dead-end rules adalah suatu rule yang conclusion-nya tidak diperlukan oleh rule lainnya.

Contoh :

Rule1: if thegauge reads empty. Then the gas tank.

7. Missing Rules

Missing rules merupakan suatu aturan yang ditandai dengan fakta yang tidak pernah digunakan dalam proses inference engine.

8. Unreachable Rules

Unreachable rules merupakan suatu atauran yang gejalanya tidak akan pernah benar.


(21)

2.5.3 Block Diagram

Untuk pertama yang dilakukan dalam menerjemahkan suatu bidang ilmu ke dalam sistem berbasis aturan adalah melalui diagram blok (Block Diagram). Block diagram merupakan susunan dari rule yang terdapat di dalam sebuah bidang ilmu (Dologite, 1993). Dengan membuat block diagram di dalam sistem pakar maka dapat diketahui urutan kerja sistem dalam mencari suatu keputusan. Sebagai contoh, jika kita memiliki member, id, temperature dan symptomp. Jika member dan id digabung akan menjadi member status sedangkan jika temperature dan symptoms digabung maka akan menjadi problem. Jika member status, problem dan reason digabung maka akan menghasilkan recommendation for support level. Contoh dari block diagram dapat dilihat pada Gambar 2.5.

MEMBER

RECOMMENDATION FOR SUPPORT LEVEL

REASON PROBLEM MEMBER

STATUS

SYMPTOMPS TEMPERATURE

ID

Gambar 2.5 Diagram Blok (Block Diagram).

2.5.4 Dependency Diagram

Dependency diagram di dalam sistem pakar berfungsi untuk menunjukkan hubungan atau ketergantungan antara inputan pertanyaan, rules, nilai dan rekomendasi yang dibuat oleh prototype sistem berbasis pengetahuan (Dologite:1993). Contoh dari dependency diagram dapat dilihat pada Gambar 2.6.


(22)

Gambar 2.6 Dependency Diagram (Dologite:1993).

2.5.5 Decision Table

Decision table diperlukan untuk menunjukan hubungan timbal balik antara nilai-nilai pada hasil fase antara rekomendasi akhir KBS (Dologite:1993). Sebagai contoh dari pembuatan decision table dapat dilihat pada Tabel 2.1. pada step 1 terdapat plan yang berisi tentang premis apa yang digunakan dan berapa baris yang diperlukan dalam membuat suatu decision table. Jika dikalikan jumlah baris dan banyaknya premis maka akan menghasilkan jumlah untuk membuat suatu decision table. Pada step 2 adalah langkah-langkah dalam pembuatan decision table.

Step 1 : Plan

Gambar 2.7 Step 1 : Plan

S et 2 Ru le 6 -8 S e t 3 Ru le 9 -1 1 S e t 1 Ru le 1-5 Member Status Problem Recommended Support ? member (yes,no) ? ID_Valid (yes,no) ? reason

(new_case, follow_up_case, information_other)

? temperature

(normal, Abnormal, not_known)

? Other_symptoms (yes, no) Level_1 Level_2 Level_3 Information_other Non_member (ok, not_ok)

(serious, not_serious)

Condition : Member_status? (ok/ not_ok) = 2 Reason? (new_case/follow_up_case/information_other) = 3 Problem? (serious,/non_serious) = 2 Row : 2 x 3 x 2 = 12


(23)

Step 2 : Complete Decision Table

Tabel 2.1 Decision Table

Rule Member_status Reason Problem Recommended

Support

A1 Ok New_case Serious Level_1

A2 Ok New_case Non_serious Level_2

A3 Ok follow_up_case Serious Level_1

A4 Ok follow_up_case Non_serious Level_3

A5 Ok information_other Serious Information_ot

her

A6 Ok information_other Non_serious Information_ot

her

A7 Not_ok New_case Serious Non_member

A8 Not_ok New_case Non_serious Non_member

A9 Not_ok follow_up_case Serious Non_member

A10 Not_ok follow_up_case Non_serious Non_member

A11 Not_ok information_other Serious Non_member

A12 Not_ok information_other Non_serious Non_member

2.5.6 Reduced Decision Table

Reduced decision table adalah pembuatan tabel yang nilai-nilainya didapat dari mereduksi decision table. Setelah didapatkan nilai dari decision table, akan direduksi untuk mendapatkan nilai dari kondisi terakhir. Sebagai contoh dari reduced decision table dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Reduced Decision Table

Rule Member_status Reason Reason Recommended

Support

A1 Ok New_case Serious Level_1

A2 Ok New_case Non_serious Level_2

A3 Ok follow_up_case Serious Level_1

A4 Ok follow_up_case Non_serious Level_3

A5 Ok information_other - Information_ot

her


(24)

2.6 Hewan sapi

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45%-55%) kebutuhan daging didunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. Seperti halnya bison, banteng, kerbau (Buballus), kerbau afrika (syncherus), dan anoa.

Tubuh sapi tersusun dari sel-sel yaitu bagian tubuh terkecil yang hidup dan berkembang secara dinamis dengan cara pembelahan. Sel-sel ini melalui proses pembelahan yang berkelanjutan berangsur-angsur berkembang dan mengelompok menjadi kumpulan sel dengan fungsi yang khusus.


(25)

2.7 Keterangan Penyakit Sapi

Beberapa jenis penyakit pada sapi yang disebabkan oleh virus (Budi Tri Akoso:1996) antara lain:

2.7.1 Akabane

Akabane adalah penyakit menular yang ditandai oleh adanya keguguran atau kelahiran cacat artrogriposis yang disertai atau tanpa disertai hidranensefali. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1961.

Gejala klinis 1. Gemetar. 2. Susah bergerak.

3. Suhu tubuh meningkat.

4. Pembengkakan tulang punggung. 5. Pembengkokan tulang leher. 6. Pembengkakan persendian kaki. 7. Buta.

Pengendalian

Tidak ada pengobatan yang efektif. Vaksinasi dapat dilakukan dengan vaksin aktif ataupun pasif. Namun vaksin ini belum beredar di Indonesia. Penggunaan vaksin ini juga hanya dapat dilakukan bagi hewan muda yang mendapatkan kekebalan alami sebelum bunting.

2.7.2 Diare Ganas

Diare ganas (Bovine Virral Diarrhea) adalah penyakit viral pada sapi yang sub-akut dan ditandai dengan diare yang terus-menerus.


(26)

Gejala klinis

1. Diare berdarah dan berlendir.

2. Tidak mau makan (nafsu makan berkurang). 3. Penurunan berat badan.

4. Kelenjar limfe membengkak. 5. Kelenjar getah bening membesar. Pengendalian

Pengobatan penyakit hewan ini tidak efektif. Vaksin telah tersedia tetapi belum banyak dipergunakan di Indonesia.

2.7.3 Cacar Sapi (Cow Pox)

Cacar sapi atau cow pox adalah penyakit yang disebabkan oleh kelompok virus pox yang menyebabkan jejas pada kulit. Pada sapi laktasi, penyakit ini sering menyerang puting.

Gejala klinis

1. Puting membengkak. 2. Produksi susu menurun.

3. Ambing membengkak (membesar). 4. Ambing keras.

5. Terdapat keropeng. 6. Kulit kusam. 7. Suhu tubuh tinggi.


(27)

Pengendalian

Jejas cacar harus dijaga kebersihannya dan diberikan salep antivirus. Vaksinasi terhadap cacar pada hewan atau ternak tidak biasa dilakukan.

2.7.4 Demam Tiga Hari (Bovine Ephemeral Fever, BEF)

Penyakit demam tiga hari (three day sickness) atau bovine ephemeral fever adalah suatu penyakit viral pada sapi dan kerbau yang ditandai dengan terjadinya demam tinggi, rasa sakit otot, dan kepincangan. Sapi yang menderita penyakit ini cepat sembuh bila tanpa ada komplikasi. Penyakit ini tersebar di banyak negara tropis dan sub-tropis.

Gejala klinis

1. Suhu tubuh tinggi (41°C). 2. Badan susah bergerak.

3. Kelenjar getah bening membesar. 4. Hidung berair (cairan kental). 5. Otot kaku.

6. Kaki pincang.

7. Produksi susu menurun. 8. Susu berwarna merah. Pengendalian

Pengobatan terhadap sapi yang menderita penyakit ini dilakukan dengan memberikan obat simtomatik dan pencegahan terhadap timbulnya infeksi skunder. Vaksin yang efektif belum ada.


(28)

2.7.5 Penyakit Ingusan (Malignant Catarrhal Fever)

Penyakit ingusan atau malignant catarrhal fever (MCF) adalah suatu penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi dan fatal pada sapi. Gejala yang mencolok adalah keluarnya ingus yang hebat dari hidung. Penyakit ini tersebar luas di berbagai negara didunia.

Gejala klinis

1. Badan gemetar.

2. Suhu tubuh meningkat (39,0-40°C). 3. Kelenjar limfe membengkak. 4. Sulit bernafas.

5. Hidung berair (cairan kental). 6. Hidung tersumbat.

7. Diare berdarah dan berlendir. 8. Mata berair.

9. Air mata berlebihan. 10.Kornea mata keruh. Pengendalian

Pengobatan yang efektif tidak ada. Umumnya hewan yang sakit sudah tidak bisa lagi diobati. Usaha maksimal adalah pemberian antibiotik berspektrum luas untuk menghalangi terjadinya infeksi sekunder. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi, sapi harus dipelihara terpisah dari ruminansia liar, domba dan kambing.


(29)

2.7.6 Penyakit Jembrana

Penyakit jembrana atau disebut juga dengan penyakit rama dewa adalah suatu penyakit akut dan fatal pada sapi Bali. Gejala serangan yang mencolok adalah terjadinya demam tinggi dan perdarahan diberbagai organ tubuh dan kulit.

Gejala klinis

1. Suhu tubuh tinggi (41°C). 2. Kelenjar limfe membengkak. 3. Hidung berair (cairan kental).

4. Tidak mau makan (nafsu makan berkurang). 5. Penurunan berat badan.

6. Perdarahan di kulit. 7. Benjolan di kulit. 8. Keguguran. Pengendalian

Sapi yang terserang jembrana dapat ditolong dengan penyuntikan antibiotik yang berdaya kerja luas. Untuk pencegahan penyakit, dilakukan penyemprotan vektor dan saat ini telah diupayakan pembuatan vaksin, namun hasilnya masih dalam taraf penelitian.

2.7.7 Penyakit Kulit Kasar (Lumpy Skin Disease)

Penyakit lumpy skin (LS) atau penyakit kulit kasar adalah suatu penyakit sapi dio Afrika Selatan, Timur, dan Barat, yang disebabkan oleh virus. Serangan ini ditandai dengan terjadinya demam, kulit berbenjol-benjol sehingga permukaan kulit tampak “kasar”.


(30)

Gejala klinis

1. Suhu tubuh meningkat (39,0-40°C). 2. Badan lemas.

3. Kelenjar limfe membengkak.

4. Tidak mau makan (nafsu makan berkurang). 5. Penurunan berat badan.

6. Ambing membengkak (membesar). 7. Produksi susu menurun.

8. Puting membengkak. 9. Kulit kusam.

10.Benjolan di kulit. 11.Perdarahan kulit. Pengendalian

Pengobatan tidak efektif dan pemakaian antibiotik hanya bertujuan untuk pencegahan terhadap infeksi skunder. Pencegahan dilakukan dengan melakukan vaksinasi dan pemberantasan serangga penghisap darah dengan melakukan penyemprotan insektisida.

2.7.8 Penyakit Mulut dan Kuku

Penyakit mulut dan kuku adalah suatu penyakit yang sangat menular dari hewan berkuku belah. Serangan penyakit ini ditandai dengan demam dan tanda yang paling terlihat jelas adalah timbulnya cairan di sekitar mulut.

Gejala klinis


(31)

2. Kaki pincang. 3. Otot kaku.

4. Tidak mau makan (nafsu makan berkurang). 5. Lidah bengkak dan kaku.

6. Kulit kusam. Pengendalian

Sewaktu terjadi wabah penyakit PMK yang terakhir di Indonesia di tahun 1983, pengendalian diutamakan dengan pemotongan paksa, memperketat arus lalu lintas ternak. Penutupan daerah dan vaksinasi massal dengan vaksin sub-type virus yang sama dengan penyebab wabah.

2.7.9 Rabies

Rabies atau disebut penyakit anjing gila adalah penyakit viral yang fatal dan menyerang sistem saraf yang menyebabkan ensefalomielitis. Penyakit ini hampir tersebar di seluruh dunia, kecuali beberapa negara seperti Australia, Inggris, Selandia Baru, Jepang, Perancis dan beberapa negara lain.

Gejala klinis

1. Badan lemas.

2. Suhu tubuh meningkat (39,0 - 40° C). 3. Gemetar.

4. Gatal-gatal. Pengendalian

Penyakit rabies pada sapi merupakan sasaran akhir dari pengendalian dan pemberantasan, berbeda dengan anjing dan kucing yang cenderung menularkan penyakit ini ke hewan lain atau manusia melalui gigitan. Pemberantasan dilakukan


(32)

dengan melakukan penutupan daerah, pengawasan lalu lintas hewan, vaksinasi secara teratur.

2.7.10 Sampar Sapi (Rinderpest)

Rinderpest adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang berakibat fatal pada sapi, kerbau dan hewan berkuku belah yang lain. Serangan virus ini ditandai oleh stomatitis erosif, gastroenteritis, dehidrasi dan kematian.

Gejala klinis

1. Suhu tubuh tinggi (41°C). 2. Gemetar.

3. Hewan sulit bernafas.

4. Hidung berair (cairan kental). 5. Diare berdarah dan berlendir. 6. Kotoran cair berlendir. Pengendalian

Sapi yang terserang akan dilakukan vaksinasi setiap tahun kecuali pedet, sampai dengan pemantauan serologis menunjukkan kekebalan kelompok melampaui 90%. Vaksinasi akan dihentikan setelah lima tahun tidak terjadi wabah penyakit ini.


(33)

28

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisa Masalah

Pada saat ini minimnya kesadaran pemilik ataupun peternak sapi dalam memelihara sapi mereka, menyebabkan makin bertambahnya sapi-sapi yang mati tanpa penanganan yang cepat dan tepat. Sehingga gejala-gejala yang timbul terkadang sering diabaikan dan dianggap sebagai suatu penyakit yang biasa, padahal bermula dari yang biasa itu maka dapat menjadi sebuah penyakit yang berbahaya. Dari hal terkecil itu akhirnya membuat kerugian yang cukup besar buat para peternak.

Penentuan jenis penyakit yang diderita oleh sapi merupakan suatu keputusan yang cukup sulit bagi dokter maupun asisten dokter yang tidak atau memiliki pengetahuan tentang hal tersebut, terlebih lagi banyaknya gejala-gejala yang ada membuat mereka menjadi semakin kesulitan. Kemudian saat melakukan analisa gejala klinis yang terdapat pada sapi, seorang pakar dapat menentukan jenis penyakit yang diderita oleh sapi sehingga untuk membantu proses identifikasi dibutuhkan suatu cara yang dapat mengidentifikasi penyakit dengan berdasarkan gejala klinis yang terjadi. Selain gejala klinis terdapat beberapa variabel lain yaitu : jenis penyakit, nama penyakit, pencegahan dan penanganan.


(34)

3.2 Prosedur Pengembangan

Rancang bangun sistem pakar penyakit sapi ini menggunakan metode inferensi forward chaining. Pada sub bab ini, prosedur yang dilakukan yaitu melakukan analisa dan merancang sistem. Menganalisa gejala-gejala yang terjadi pada sapi, kemudian menentukan penyakit yang diderita oleh sapi tersebut serta memberikan solusi atau penyelesaian untuk mengobati penyakit tersebut. Pembuatan sistem pakar dilakukan dengan menggunakan flowchart yang berfungsi untuk menggambarkan alur sistem. Setelah itu membuat block diagram yang menjelaskan susunan gejala berdasarkan klasifikasi bagian tubuh. Kemudian dilanjutkan dengan membuat tabel gejala yang memberikan penjelasan tentang penyakit dan gejala-gejala yang ada pada sapi, barulah dibuat dependency diagram yang menggambarkan alur dan rule dari setiap penyakit berdasarkan gejala-gejala yang ada. Setelah depencency diagram dibuat, tahap berikutnya membuat tabel keputusan yang berisi rule-rule dari tiap penyakit sapi. Pembuatan ERD merupakan proses selanjutnya yang berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai struktur logikal dari basis data melalui hubungan atau relasi antar entitas satu dengan lainnya. Berikutnya dilakukan proses pembuatan tabel yang berisi struktur tabel yang telah dibuat pada ERD pada SQL Server. Kemudian yang terakhir adalah perancangan antar muka yang nantinya menjadi konsep untuk diterjemahkan kedalam PHP menjadi form-form yang terintegrasi.


(35)

Mulai

Memasukan gejala-gejala yang terlihat pada sapi yang

diperiksa

Membandingkan gejala dengan rule

Apa ada yang sesuai ?

Hasil penyakit hewan sapi tidak

ya

Selesai

3.3 Desain Sistem

Desain sistem berisi tentang analisa sistem seperti penggambaran flowchart, block diagram, dependency diagram, tabel keputusan, penggambaran ERD, struktur tabel dan perancangan antar muka.

3.3.1 Flowchart

Flowchart adalah penggambaran dari langkah-langkah dan urutan prosedur dari suatu program. Flowchart biasanya digunakan untuk mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut.

Pada gambar flowchart dibawah ini, menerangkan alur proses umum diagnosa gejala penyakit pada sapi sesuai dengan rule yang ada.


(36)

Penyakit Sapi

Demam Nidamental Artogroposis Flu BAB Anoreksia Eksantema Okular Bakteri Virus Jamur

...

...

Ataksia

Mastitis Tertikolis Jejas Kulit Infeksi

Ambing Keguguran

3.3.2 Block Diagram

Block diagram berikut merupakan gambaran mengenai gejala-gejala yang ada pada sapi. Didalam block diagram ini digambarkan bahwa terdiri dari beberapa bagian, dan tiap-tiap bagian memiliki gejala yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.


(37)

3.3.3 Dependency Diagram

Setelah diketahui urutan kerja sistem dalam mencari keputusan dari block diagram, langkah selanjutnya adalah membuat diagram ketergantungan (Dependency diagram). Dependency diagram didalam sebuah sistem pakar berfungsi untuk menunjukkan hubungan atau ketergantungan antara inputan pertanyaan, rule-rule, nilai-nilai dan rekomendasi yang dibuat. Dependency diagram juga berisi aturan-aturan dan jawaban yang digunakan untuk memudahkan pada saat proses verifikasi. Dependency diagram dapat dilihat pada Gambar 3.3.


(38)

Gambar 3.3 Dependency Diagram. Kelenjar limfe membengkak (ya / tidak)

Kelenjar getah bening membesar (ya / tidak)

Jenis Penyakit Sapi

Akabane Diare ganas Cacar sapi Demam tiga hari Penyakit ingusan Penyakit jembrana Penyakit kulit kasar Penyakit mulut dan kuku Rabies

Sampar sapi Penyakit belum diketahui

NIDAMENTAL

Positif Negatif

Diare berdarah & berlendir (ya / tidak) Kotoran cair berlendir (ya / tidak) Kotoran cair berdarah (ya / tidak)

ARTOGRIPOSIS Positif Negatif BAB Positif Negatif EKSANTEMA Positif Negatif MASTITIS Positif Negatif DEMAM Positif Negatif

Pembengkakan tulang punggung(ya / tidak) Pembengkakan tulang leher (ya / tidak) Pembengkakan persendian kaki (ya / tidak)

Hidung berair (cairan kental) (ya / tidak)

Moncong kering (ya / tidak) Hidung tersumbat (ya / tidak)

FLU Positif Negatif ANOREKSIA Positif Negatif ATAKSIA Positif Negatif

Penurunan berat badan (ya / tidak) Dehidrasi (ya / tidak) Tidak mau makan (ya / tidak) Lidah bengkak dan kaku (ya / tidak)

Keguguran (ya / tidak) Sulit bernafas (ya / tidak)

OKULAR

Positif Negatif

Air mata berlebihan (ya / tidak)

Kaki pincang (ya / tidak)

Kaki bengkak pada bagian atas (ya / tidak) Otot kaku (ya / tidak)

CREUTZFELDT-JAKOB

Positif Negatif

Gemetar (ya / tidak) Badan lemas (ya / tidak) Susah bergerak (ya / tidak) Kejang (ya / tidak)

Puting membengkak (ya / tidak) Produksi susu menurun (ya / tidak) Susu berwarna merah (ya / tidak)

INFEKSI AMBING Positif

Negatif

Ambing membengkak (besar) (ya / tidak) Ambing keras (ya / tidak)

JEJAS KULIT Positif

Negatif

Kulit kusam (ya / tidak) Terdapat keropeng (ya / tidak)

Suhu tubuh meningkat (39 – 40 C) (ya / tidak) Suhu tubuh tinggi (41c) (ya / tidak)

Perdarahan kulit (ya / tidak) Benjolan di kulit (ya / tidak) Gatal-gatal (ya / tidak)

Buta (ya / tidak)

Kornea mata keruh (ya / tidak) Mata berair (ya / tidak)


(39)

(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

Gambar 3.3 menunjukkan hubungan antara nilai-nilai fase rekomendasi pada dependency diagram dibuatlah tabel keputusan (decision table). Pada Tabel

3.1 menunjukkan salah satu contoh decision table untuk rule set 3 yaitu bagian

reproduksi. Decision table berikut merupakan contoh berdasarkan dependency

diagram, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada langkah 1 dan 2. Langkah 1 : Plan

Langkah 2 : Complete Decision Table

Tabel 3.1 Decision Table Set 2 Flu. Rule Hidung berair

(cairan kental) Moncong kering Hidung tersumbat (ada kotoran) Sulit Bernafas Flu

1 Tidak Tidak Tidak Tidak Negatif

2 Tidak Tidak Tidak Ya Negatif

3 Tidak Tidak Ya Tidak Negatif

4 Tidak Tidak Ya Ya Positif

5 Tidak Ya Tidak Tidak Positif

6 Tidak Ya Tidak Ya Positif

7 Tidak Ya Ya Tidak Positif

8 Tidak Ya Ya Ya Positif

9 Ya Tidak Tidak Tidak Positif

10 Ya Tidak Tidak Ya Positif

11 Ya Tidak Ya Tidak Positif

12 Ya Tidak Ya Ya Positif

13 Ya Ya Tidak Tidak Positif

14 Ya Ya Tidak Ya Positif

15 Ya Ya Ya Tidak Positif

16 Ya Ya Ya Ya Positif

Kondisi : Hidung berair (cairan kental)? (Ya/ Tidak) = 2 Moncong kering? (Ya / Tidak) = 2

Hidung tersumbat (ada kotoran)? (Ya/ Tidak) = 2 Sulit bernafas (Ya / Tidak) = 2


(47)

Dalam Tabel 3.1 rencana decision table adalah untuk rangkaian aturan yang terkait dengan dua kondisi yang masing-masing dapat memiliki sejumlah nilai yang berbeda. Indikasi gejala hidung berair memiliki dua nilai : apakah Ya atau Tidak. Indikasi moncong kering memiliki dua nilai : apakah Ya atau Tidak. Indikasi gejala hidung tersumbat memiliki dua nilai : apakah Ya atau Tidak. Indikasi gejala sulit bernafas memiliki dua nilai : apakah Ya atau Tidak.

3.3.4 Perancangan Reduksi Table

Pada perancangan ini reduksi tabel untuk setiap decision table dilakukan secara otomatis oleh sistem, perencanaan decision table set 2 bagian flu pada Tabel 3.2 bagian kelenjar menghasilkan parameter seperti Tabel 3.3 bagian flu berikut.

Langkah 1 : Plan

Langkah 2 : Complete Decision Table

Tabel 3.2 Decision Table Set 2 Flu. Rule Hidung berair

(cairan kental)

Moncong kering

Hidung tersumbat (ada kotoran)

Sulit Bernafas

Flu

1 Tidak Tidak Tidak Tidak Negatif

2 Tidak Tidak Tidak Ya Negatif

3 Tidak Tidak Ya Tidak Negatif

4 Tidak Tidak Ya Ya Positif

Kondisi : Hidung berair (cairan kental)? (Ya/ Tidak) = 2 Moncong kering? (Ya / Tidak) = 2

Hidung tersumbat (ada kotoran)? (Ya/ Tidak) = 2 Sulit bernafas (Ya / Tidak) = 2


(48)

Tabel 3.2 Decision Table Set 2 Flu (Lanjutan). Rule Hidung berair

(cairan kental) Moncong kering Hidung tersumbat (ada kotoran) Sulit Bernafas Flu

5 Tidak Ya Tidak Tidak Positif

6 Tidak Ya Tidak Ya Positif

7 Tidak Ya Ya Tidak Positif

8 Tidak Ya Ya Ya Positif

9 Ya Tidak Tidak Tidak Positif

10 Ya Tidak Tidak Ya Positif

11 Ya Tidak Ya Tidak Positif

12 Ya Tidak Ya Ya Positif

13 Ya Ya Tidak Tidak Positif

14 Ya Ya Tidak Ya Positif

15 Ya Ya Ya Tidak Positif

16 Ya Ya Ya Ya Positif

Langkah 3 : Reduce Decision Table

Tabel 3.3 Reduce Decision Table Set 2 Flu. Rule Hidung berair

(cairan kental) Moncong kering Hidung tersumbat (ada kotoran) Sulit Bernafas Flu

B1 Tidak Tidak - - Negatif

B2 Tidak Tidak Ya Ya Positif

B3 Tidak Ya - - Positif

B4 Ya - - - Positif

3.3.5 Perancangan Rule

Setelah membuat decision table, langkah berikutnya adalah membuat rule. Dibawah ini merupakan salah satu contoh dari pembuatan rule secara manual untuk bagian kelenjar.


(49)

1. Rule 1 :

IF Hidung berair(cairan kental) = Tidak. Moncong kering = Tidak.

Hidung tersumbat(ada kotoran) = -. Sulit bernafas = -.

THEN Flu = Negatif. 2. Rule 2 :

IF Hidung berair(cairan kental) = Tidak. Moncong kering = Tidak.

Hidung tersumbat(ada kotoran) = Ya. Sulit bernafas = Ya.

THEN Flu = Positif. 3. Rule 3 :

IF Hidung berair(cairan kental) = Tidak. Moncong kering = Ya.

Hidung tersumbat(ada kotoran) = -. Sulit bernafas = -.

THEN Flu = Positif. 4. Rule 4:

IF Hidung berair(cairan kental) = Ya. Moncong kering = -.

Hidung tersumbat(ada kotoran) = -. Sulit bernafas = -.


(50)

3.3.6 Entity Relational Diagram

ERD merupakan suatu desain sistem yang digunakan untuk merepresentasikan, menentukan serta mendokumentasikan akan kebutuhan-kebutuhan sistem dalam pemrosesan database. ERD menyediakan bentuk untuk menunjukkan struktur keseluruhan dari data yang dibutuhkan oleh sistem.

Dalam ERD data-data tersebut digambarkan dengan menggambarkan simbol entity. Dalam perancangan sistem ini terdapat beberapa entity yang saling terkait untuk menyediakan data-data yang dibutuhkan oleh sistem.

A. Conceptual Data Model

Sebuah conceptualdata model (CDM), merupakan gambaran dari struktur logic dari sebuah basis data yaitu : data peternak, data jenis sapi, data gejala, dan data penyakit. Pada CDM terdapat relasi antar tabel yang satu dengan tabel yang lain. Relasi tersebut antara lain : one to one, one to many dan many to many. Jika CDM di-generate, akan menghasilkan physical data model (PDM). Conceptual data model dapat dilihat pada Gambar 3.4.


(51)

Gambar 3.4 CDM Sistem Pakar Penyakit Sapi

B. Phyasical Data Model

Physical data model (PDM) merupakan hasil generate dari conceptual data model. PDM merupakan representasi fisik dari sebuah database. Karena disini tipe data dari elemen-elemen data sudah ditampilkan. Satu catatan jika relasi antar tabel pada CDM adalah many to many, pada PDM akan menghasilkan suatu tabel baru untuk menampung kedua integrity constraint dari kedua tabel. Gambar PDM seperti terlihat pada Gambar 3.5.

Memiliki Memiliki Mempunyai Mempunyai Memiliki Jenis_s api Id_jenis _sapi Nama_jenis_sapi Keterangan_jenis_sapi Gambar_jenis_sapi Peternak Id_peternak Nama_peternak Alamat_peternak Telepon_peternak Sapi_peternak Id_s api_peternak eartag_sapi_peternak Keterangan_sapi_peternak Umur_sapi_peternak Berat_sapi_peternak Jenis_kelamin_s api_peternak Id_peternak Id_jenis _sapi Kons ultasi Id_konsultas i Tgl_konsultas i penyakit_sapi Penyebab_penyakit Solusi_penyakit Keterangan_penyakit id_s api_peternak Detail_kons ultasi_gejala Id_detail_konsultasi_gejala Gejala Id_konsultas i value Detail_kons ultasi_parameter_penyakit Id_detail_konsultasi_parameter_penyakit Id_konsultas i parameter_penyakit


(52)

Gambar 3.5 PDM Sistem Pakar Penyakit Sapi.

3.3.7 Struktur Tabel

Tabel-tabel yang digunakan pada sistem informasi ini sebagaimana yang terlihat pada physical data model yaitu :

1. Tabel Peternak

Tabel master peternak berisi tentang data-data peternak yang memiliki sapi, mempunyai primary key pada IdPeternak. Struktur tabelnya seperti terlihat pada Tabel 3.4 :

Primary Key : IdPeternak. Foreign Key : -

Fungsi : Untuk menyimpan data master peternak.

ID_KONSULTASI = ID_KONSULTASI ID_JENIS_SAPI = ID_JENIS_SAPI

ID_PETERNAK = ID_PET ERNAK

ID_KONSULTASI = ID_KONSULTASI ID_KONSULTASI = ID_KONSULTASI

JENIS_SAPI

ID_JENIS_SAPI integ er

NAMA_JENIS_SAPI varc har(100)

KETERANGAN_JENIS_SAPI long varchar

GAMBAR_JENIS_SAPI varc har(100)

PETERNAK

ID_PETERNAK integ er

NAMA_PETERNAK varc har(100)

ALAMAT_PETERNAK long varchar

TELEPON_PETERNAK varc har(100)

SAPI_PETERNAK

ID_SAPI_PETERNAK integ er

ID_KONSULTASI integ er

ID_PETERNAK integ er

ID_JENIS_SAPI integ er

EARTAG_SAPI_PETERNAK varc har(100)

KETERANGAN_SAPI_PETERNAK long varchar

UMUR_SAPI_PETERNAK integ er

BERAT_SAPI_PETERNAK numeric(100)

JENIS_KELAMIN_SAPI_PETERNAK varc har(100)

ID_PETERNAK1 integ er

ID_JENIS_SAPI1 integ er

KONSULTASI

ID_KONSULTASI integ er

TGL_KONSULTASI timestamp

PENYAKIT_SAPI varc har(100)

PENYEBAB_PENYAKIT long varchar

SOLUSI_PENYAKIT long varchar

KETERANGAN_PENYAKIT long varchar

ID_SAPI_PETERNAK1 integ er

DETAIL_KONSULTASI_GEJALA

ID_DETAIL_KONSULTASI_GEJALA integ er

ID_KONSULTASI integ er

GEJALA varc har(100)

ID_KONSULTASI2 integ er

VALUE varc har(100)

DETAIL_KONSULTASI_PARAM ETER_PENYAKIT

ID_DETAIL_KONSULTASI_PARAM ETER_PEN YAKIT integ er

ID_KONSULTASI integ er

ID_KONSULTASI1 integ er


(53)

Tabel 3.4 Peternak.

Nama Kolom Tipe

Data Panjang

Keterangan

PK FK Tabel Asal

IdPeternak Integer 20 √ -

NamaPeternak Varchar 100 -

Alamat Varchar 50 -

Telp Varchar 100 -

2. Tabel Jenis Sapi

Tabel master jenis sapi digunakan untuk menyimpan data jenis-jenis sapi yang ada dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan sapi yang dimiliki oleh peternak. Struktur tabelnya dapat dilihat pada Tabel 3.5 .

Primary Key : IdJenis. Foreign Key : -

Fungsi : Untuk menyimpan data master jenis sapi. Tabel 3.5 Jenis Sapi.

Nama Kolom Tipe

Data Panjang

Keterangan

PK FK Tabel Asal

IdJenis Integer 20 √ -

Nama_jenis Varchar 100 -

Keterangan_jenis Varchar 800 -

Gambar_sapi Image - -

3. Tabel Sapi Peternak

Tabel sapi peternak digunakan untuk menyimpan data tentang jenis sapi yang dimiliki oleh peternak. Struktur tabelnya seperti terlihat pada Tabel 3.6.


(54)

Primary Key : Idsapi_peternak.

Foreign Key : IdPeternak, IdJenis_sapi.

Fungsi : Untuk menyimpan data detail peternak. Tabel 3.6 Sapi Peternak.

Nama Kolom Tipe

Data Panjang

Keterangan

PK FK Tabel Asal

Idsapi_peternak Varchar 20 √ √ -

Id_jenis_sapi Varchar 20 √ Master Jenis Sapi

IdPeternak Varchar 50 √ Master Peternak

Eartag_sapi Varchar 100 -

Keterangan_sapi Varchar 100 -

Umur_sapi Integer 20 -

Berat_sapi Numeric 20 -

Jenis_kelamin Varchar 100 -

4. Tabel Konsultasi

Tabel konsultasi berisi tentang data konsultasi. Dimana peternak melakukan konsultasi terlihat pada Tabel 3.7.

Primary Key : Idkonsultasi.

Foreign Key : IdPenyakit_sapi, Idsapi_peternak. Fungsi : Untuk menyimpan data konsultasi.

Tabel 3.7 Konsultasi.

Nama Kolom Tipe

Data Panjang

Keterangan

PK FK Tabel Asal

Idkonsultasi Varchar 20 √ - -

Tgl_konsultasi datetime - - -

penyakit_sapi Varchar 100 - -

Penyebab_penyakit Varchar 100 - -

Solusi_penyakit Varchar 100 - -

Keterangan_penyakit Varchar 100 - -


(55)

5. Tabel Detail Konsultasi Gejala

Tabel detail konsultasi gejala merupakan tabel detail dari tabel konsultasi dan tabel gejala, terlihat pada Tabel 3.8.

Primary Key : Iddetail_konsultasi_gejala. Foreign Key : Idkonsultasi, Idgejala.

Fungsi : Untuk menyimpan data detail konsultasi.

Tabel 3.8 Detail Konsultasi Gejala.

Nama Kolom Tipe

Data Panjang

Keterangan

PK FK Tabel Asal

Iddetail_konsultasi_gejala Integer 20 √ - -

Idkonsultasi Integer 20 √ Konsultasi

gejala Varchar 100 - -

Value Varchar 100 - -

6. Tabel Detail Konsultasi Parameter Penyakit

Tabel detail konsultasi parameter penyakit merupakan tabel detail dari tabel konsultasi dan tabel parameter penyakit. Terlihat pada Tabel 3.9.

Primary Key : Iddetail_konsultasi_parameter_penyakit. Foreign Key : Idkonsultasi, Idparameter_penyakit.

Fungsi : Untuk menyimpan data detail konsultasi berdasarkan parameter penyakit.

Tabel 3.9 Detail Konsultasi Parameter Penyakit.

Nama Kolom Tipe

Data Panjang

Keterangan PK FK Tabel Asal

Iddetail_konsultasi_parameter _penyakit

Integer 20 √ - -

Idkonsultasi Integer 20 √ Konsultasi

parameter_penyakit Varchar 100 - -


(56)

3.3.8 Desain Input A. Desain Form Login

Gambar 3.6 merupakan gambar desain form login, dalam form ini user memasukkan username dan password untuk menggunakan aplikasi sesuai hak akses yang telah ditentukan.

Gambar 3.6 Desain Form Login.

B. Desain Form Menu Awal

Gambar 3.7 merupakan desain input atau output form menu awal. Pada form ini terdapat menu - menu yang berfungsi untuk membuka form-form yang berhubungan.


(57)

Copyright © 2012. All Rights Reserved.

<Nama Website> <Gambar>

SELAMAT DATANG

Selamat datang di website Sistem Diagnosis Kerusakan Komputer dan Penanganannya.

<Gambar slideshow>

HOME | MAINTENANCE PENGETAHUAN | KONSULTASI | INFO | LOGOUT

Anda login sebagai : admin

<Foto Pakar>

Pakar: <nama pakar> Histori

Jumlah sesi konsultasi: <jumlah sesi> Sesi terakhir konsultasi: <tanggal dan jam>

Gambar 3.7 Desain Form Menu Awal.

C. Desain Form Master Jenis sapi

Pada Gambar 3.8, form master jenis sapi digunakan untuk pengolahan data

– data jenis sapi seperti melakukan penambahan data jenis sapi yang belum ada di dalam database dan juga memberikan informasi seputar jenis sapi tersebut dan gambarnya.

Master Jenis Sapi

Master Jenis Sapi

JS001 Enter Text

Enter Text Enter More Text ID

Nama Jenis Keterangan

MASTER JENIS SAPI

Tambah Ubah Hapus Simpan Batal

ID Sapi Nama Jenis Keterangan Gambar

GAMBAR


(58)

Fungsi obyek dalam desain form input jenis sapi ialah sebagai berikut:

Tabel 3.10 Fungsi Obyek Form Master Jenis Sapi. Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

KodeJenis Textbox Digunakan untuk menampilkan nomer ID jenis sapi.

NamaJenis Textbox Digunakan untuk memasukkan nama jenis sapi.

Keterangan Textbox Digunakan untuk memasukkan Keterangan seputar sapi tersebut.

Gambar Image Digunakan untuk memasukkan gambar sapi.

Tambah Button Digunakan untuk menambah data master jenis sapi.

Ubah Button Digunakan untuk mengubah data pada master jenis sapi.

Hapus Button Digunakan untuk menghapus data yang ada pada master jenis sapi.

Simpan Button Digunakan untuk menyimpan data master jenis sapi yang telah diketik kedalam master jenis sapi.

Batal Label Digunakan untuk membatalkan pengimputan data.

Data Jenis Sapi DataGridView Digunakan untuk menampilkan data yang ada pada master jenis sapi.

D. Desain Form Master Peternak

Pada Gambar form 3.9 adalah form master peternak, digunakan untuk melakukan penambahan dan perubahan data peternak sapi dan jenis sapi yang dimiliki.


(59)

Master Peternak Master Peternak PT001 Enter Text Enter Text Enter Text Enter More Text ID Peternak

Nama Peternak

Alamat

Telp

DATA PETERNAK

Cari : Enter Text

Kode Eartag Kode Jenis Data Detail

Cari : Enter Text

ID Peternak Nama Peternak Alamat Telepon Data Peternak

Tambah Ubah Hapus Simpan Batal

Jenis Sapi Umur Tambah Eartag

Gambar 3.9 Desain Form Master Peternak.

Fungsi obyek dalam desain form master peternak ialah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Fungsi Obyek Form Master Peternak Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

KodePeternak Textbox Digunakan untuk memasukkan kode peternak. NamaPeternak Textbox Digunakan untuk memasukkan nama

peternak.

Alamat Textbox Digunakan untuk memasukkan alamat peternak.

Telepon Textbox Digunakan untuk memasukkan no telepon peternak.

Tambah Eartag Textbox Digunakan untuk menambah eartag (no sapi milik peternak).

Tambah Button Digunakan untuk menambah data master peternak.

Simpan Button Digunakan untuk menyimpan data ke master peternak.

Ubah Button Digunakan untuk mengubah data master peternak.

Hapus Button Digunakan untuk menghapus data master peternak.

Batal Button Digunakan untuk membatalkan masukkan. Data Peternak Data Grid

View

Digunakan untuk menampilkan data-data peternak yang ada pada master peternak. Data Detail

Peternak

Data Grid View

Digunakan untuk menampilkan data-data sapi yang dimiliki peternak.


(60)

E. Desain Form Diagnosa

Pada Gambar 3.10 ini adalah form diagnosa yaitu melakukan proses diagnosa kepada sapi untuk menentukan penyakit sapi berdasarkan gejala-gejala dan menghasilkan laporan untuk peternak.

Form Master Rule

Form Master Rule

Apakah suhu tubuh tinggi ?

Keluar

Lanjut Kembali Ulang Batal

Pak Torsa

Nama Peternak

TS001

Eartag Sapi

Keterangan

Ya Tidak


(61)

3.3.9 Desain Output

Desain output merupakan perancangan desain laporan yang merupakan hasil pemrosesan data yang terjadi, yang tersimpan pada database yang kemudian akan diolah menjadi informasi yang berguna bagi pihak yang membutuhkan. Berikut ini adalah desain output yang dihasilkan oleh rancang bangun sistem pakar dalam penentuan jenis penyakit pada hewan sapi.

A. Desain Laporan Konsultasi

Gambar 3.11 merupakan gambar laporan konsultasi untuk peternak yang berisi tentang penyakit yang menyerang sapi dan solusi penyembuhannya.

Laporan konsultasi

Laporan konsultasi

LAPORAN KONSULTASI

TANGGAL : 00/00/2012 Eartag :

Nama Peternak : Sapi Yang diperiksa :

Umur sapi : Anamnesa :

Berat : Tahun

Hari

Kg

Penyakit Terdeteksi :

Penyebab :

Solusi :

Detail Gejala

Penyebab Gejala

1. 2. 3. 4.

1. 2. 3. 4.


(62)

B. Desain Laporan Periode

Gambar 3.12 merupakan gambar laporan periode untuk klinik hewan yang berisi tentang jenis penyakit apa saja yang menyerang sapi dalam beberapa periode serta dapat dilihat potensi penyakit yang sering menyerang sapi.

Laporan konsultasi

Laporan konsultasi

LAPORAN BULANAN KONSULTASI

PERIODE : 00/00/2012 – 00/01/2012

KETERANGAN

PENYAKIT TOTAL KASUS

1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.

GRAFIK PER PERIODE

0 5 10 15 20 25 30 35

Jan Feb Mar Apr May Jun

Food Gas Motel

Gambar 3.12 Desain Laporan Periode

3.3.10 Desain Uji coba

Desain uji coba bertujuan untuk memastikan bahwa aplikasi telah dibuat sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang diharapkan. Kekurangan atau kelemahan aplikasi pada tahap ini akan dievaluasi sebelum diimplementasikan secara nyata.


(63)

A. Desai Uji Coba Fitur Login

Proses login dilakukan dengan cara memasukkan username dan password. Berdasarkan username dan password akan diketahui previlages login dari masing-masing user yaitu sebagai administrator atau petugas. Data user yang digunakan untuk proses login dapat dilihat pada Tabel 3.12, sedangkan untuk uji coba data login dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3.12 Tabel User

No Nama Field Data 1 Data 2

1 Username Admin User

2 Password Admin User

3 Type Admin User

Tabel 3.13 Tabel Uji Coba Fitur Login Test

case Tujuan Input Output Diharapkan

1 Deskripsi username, password yang valid.

Memasukan data untuk akses login sesuai dengan form data login.

Form login tertutup dan di form utama dapat diakses sesuai dengan tipe user. 2 Deskripsi username,

password yang tidak valid. Memasukan data Username:admin Password:dokter. Muncul pesan ”Username dan

password anda salah”.

3 Deskripsi username, password kosong

Tidak ada. Muncul pesan

“Harus diisi, kolom

tidak boleh kosong”.

B. Desai Uji Coba Form Jenis Sapi

Fitur form jenis sapi digunakan untuk proses menambah dan merubah data dari jenis-jenis sapi yang ada. Contoh uji coba jenis sapi dapat dilihat pada Tabel 3.14.


(64)

Tabel 3.14 Tabel Uji Coba Jenis Sapi Test

Case

Tujuan Input Output diharapkan

4 Tambah data baru ke tabel master jenis sapi

Memasukkan data Jenis sapi:

ID = JS001, Nama jenis = Sapi Limausin, Gambar=image kemudian menekan tombol simpan.

Muncul pesan “Data berhasil disimpan”

dan data baru muncul pada data grid view.

5 Ubah data dari tabel master jenis sapi

Memasukkan data Jenis sapi:

ID = JS001, Nama jenis = Sapi Limausin, Gambar=image kemudian menekan tombol simpan.

Muncul pesan “Data berhasil diubah” dan

data setelah diubah muncul pada data grid view.

.

C. Desain Uji Coba From Master Peternak

Fitur form master peternak digunakan untuk menyimpan informasi seputar peternak, mulai dari nama, alamat sampai peternak yang dimilikinya. Di form ini kita dapat menambah dan merubah data peternak. Contoh data peternak dapat dilihat pada Tabel 3.15, sedangkan untuk uji coba peternak dapat dilihat pada Tabel 3.16.


(65)

Tabel 3.15 Tabel Data Peternak.

Nama Obyek Data 1 Data 2

Nama Peternak Pak Torsa Pak Budi

Alamat Jl. Pelemahan, Gresik Jl. Sidomoro, Gresik

No Telp 031-453434 031-3223525

Tabel 3.16 Tabel Uji Coba Master Peternak. Test

Case

Tujuan Input Output diharapkan

6 Tambah data baru ke tabel peternak Memasukkan data: Nama Peternak= Pak Torsa, Alamat= Jl.Pelemahan - Gresik,

No telp= 031-24233.

Muncul pesan “Data

berhasil disimpan”,

dan akan muncul di dalam 2 data grid view, yang pertama berisi data-data para peternak, dan yang kedua berisi jenis sapi yang dimiliki. 7 Ubah data dari tabel

peternak Memasukkan data: Nama Peternak= Pak Budi, Alamat= Jl.Sidomoro - Gresik, No telp= 031-32342433.

Muncul pesan “Data

berhasil diubah”,

dan data yang ada pada data grid view pun akan berubah.


(66)

D. Desain Uji Coba Diagnosis

Uji coba yang akan dilakukan pada diagnosis dapat dilihat pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17 Tabel Uji Coba Diagnosis. Test

Case ID

Tujuan Input Output

diharapkan

Status

8 Memundurkan pertanyaan Menekan tombol kembali. Menampilkan pertanyaan sebelumnya. 1.Sukses. 2.Berhasil menampilkan pertanyaan sebelumnya. 9 Menuju ke

pertanyaan selanjutnya

Memilih salah satu radiobutton

terlebih dahulu dan menekan tombol lanjut. Menampilkan pertanyaan berikutnya. 1.Sukses. 2.Berhasil menampilkan pertanyaan selanjutnya. 10 Menampilkan

hasil konsultasi Menjawab semua pertanyaan. Bila ditemukan sesuai dengan rule yang ada, maka akan muncul pesan bahwa

penyakit telah ditemukan, dan hasil akan keluar. 1.Sukses. 2.Berhasil menampilkan pertanyaan selanjutnya.


(67)

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab implementasi dan evaluasi ini berisi tentang implementasi dan evaluasi sistem. Terdiri dari dua sub bab, yaitu implementasi dan evaluasi untuk mengetahui kebutuhan instalasi sistem aplikasi ini.

4.1 Implementasi Sistem

Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi diagnosis penyakit sapi yang disebabkan oleh virus terlebih dahulu diperlukan komponen-komponen utama computer yang mendukung setiap proses. Komponen-komponen-komponen tersebut adalah hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak).

4.1.1 Kebutuhan Hardware (Perangkat Keras)

Untuk dapat menjalankan sistem yang dibuat ini diperlukan perangkat keras dan perangkat lunak dengan spesifikasi tertentu. Adapun kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak untuk sistem ini adalah sebagai berikut:

a. CPU Pentium IV. b. Memory 512 MB. c. Hard disk 20 GB.

d. VGA card, keyborad dan mouse.


(68)

Adapun persyaratan minimal perangkat lunak adalah sebagai berikut : a. Microsoft Windows XP.

b. Web Server Apache 2.2. c. PHP versi 5.0 keatas. d. Database MySQL 5.0.

e. Web browser mozilla firefox. 4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak

Untuk menjalankan aplikasi diagnosis penyakit sapi menggunakan forward chaining ini, membutuhkan perangkat lunak yang sudah terpasang dan berjalan dengan baik. Adapun tahap – tahap instalasinya adalah sebagai berikut :

a. Install Sistem Operasi Windows XP. b. Install Web Server Apache 2.2. c. Install PHP versi 5.0.

d. Install MySQL 5.0.

4.2 Implementasi Aplikasi

Program atau aplikasi ini berbasis web dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, Javascript, dan HTML. Aplikasi ini terdiri dari dua hak akses user yaitu admin dan petugas sehingga tiap user dapat melakukan aktifitas sesuai dengan hak aksesnya masing-masing.

4.2.1 Form Login

Halaman login adalah halaman yang pertama kali akan ditampilkan ketika membuka aplikasi diagnosis. User harus menginputkan username dan password pada halaman login agar bisa masuk dalam aplikasi diagnosis penyakit sapi. Halaman login dapat dilihat pada Gambar 4.1.


(69)

Gambar 4.1 Form Login.

Proses ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan proses inputan data yang dapat dilakukan melalui aplikasi seperti terlihat pada proses login dilakukan dengan cara memasukkan username dan password. Berdasarkan username dan password ini akan diketahui privileges login masing-masing pengguna yaitu sebagai administrator atau user pengguna. Tabel pada data login dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(70)

Gambar 4.2 Form Menu Utama.

Tabel 4.1 Tabel Data Login. Nama Field Data-2 Data-3

Kd_user 2 3

Username admin sony Password admin user

Tanggal 2011-10-19 2011-12-21

Akses admin user

4.2.2 Form Manajemen User

Form manajemen user ini berfungsi sebagai mengelola data user yaitu meliputi untuk menambah, mengedit, menghapus data user dan memblokir hak akses user. Data user yang tercatat dalam tabel ini berguna sebagai hak akses dalam aplikasi. Halaman manajemen user dapat dilihat pada Gambar 4.3.


(71)

Gambar 4.3 Halaman Manajemen User.

Proses pada halaman ini bertujuan untuk memasukkan, mengedit dan menghapus data pada master tabel user. Tabel pada data user dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Tabel Data User

Nama Field Data-1 Data-2 Data-3

userid 1 2 3

username dokter admin sony

password dokter admin user

nama_lengkap Indrajaya Gunawan

Kurniawan Mohede

andrew alamat Jl. Semampir

Barat IV/30

Jl. Cisadane 10

Jl. Genteng Kali 77

pekerjaan Dokter Dokter Karyawan

no_telp 0314534451 031999999 081245466 432

email indrajaya@y

mail.com

kmohede@ya hoo.com

sidharta@y ahoo.com

level dokter dokter user


(72)

Tabel 4.2 Tabel Data User (Lanjutan)

Nama Field Data-1 Data-2 Data-3

secret administrator dokter 123456

foto 65pengakuan

-dokter.jpg

58dokter.jpg 54Tom.jpg

4.2.3 Form Jenis Sapi

Form data jenis sapi adalah halaman yang digunakan untuk maintenance data jenis-jenis sapi yang ada dalam aplikasi ini. Form ini berisi inputan mengenai nama jenis sapi, asal sapi dan keterangan dari sapi itu sendiri.

.


(73)

Gambar 4.5 Tambah Data Jenis Sapi.

Proses pada halaman ini bertujuan untuk melihat, memasukkan, mengedit dan menghapus data pada master jenis sapi. Tabel pada data jenis sapi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Tabel Data Jenis Sapi.

Nama Field Data-1 Data-2 Data-3

Id_jenis_sapi 1 2 3

nama_jenis_sapi Sapi Peranakan Ongole

Sapi Limausin Sapi Angus keterangan_jenis_

sapi

Sapi PO adalah bangsa sapi hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina lo-kal di Jawa yang berwarna putih (Anonimus, 2003b). Saat ini sapi PO yang murni mu lai sulit ditemukan, karena Sapi Limousine merupakan keturunan sapi eropa yang berkembang di Perancis. Tingkat pertambahan badan yang cepat perharinya 1,1.kg. Angus merupakan sapi yang mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat bagus, serta mempunyai ketahanan terhadap penyakit dan merupakan keturunan dari


(74)

Tabel 4.3 Tabel Data Jenis Sapi (Lanjutan).

Nama Field Data-1 Data-2 Data-3

telah banyak di silangkan dengan sapi Brahman, sehingga sapi POdiartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir. Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tena ga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah ber-anak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. Ukuran tubuhnya besar dan panjang serta dadanya besar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna merah mulus. Sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lutut kebawah berwarna terang. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung. Bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg.

sapi Brahman. Sapi ini masuk ke Indonesia melalui

Selandia Baru. Bobot rata rata pejantan angus 900 Kg, sedangkan bobot rata rata betinanya 700 kg. Sapi ini juga mempunyai tingkat produktivitas dalam berkembang biak yang sangat bagus, dimana betinanya mempunyai kemampuan yang sangat bagus untuk berkembang biak dan menyusui anaknya. Gambar_paramete r_gejal

4.2.4 Form Data Peternak

Pada halaman ini dilakukan maintenance terhadap data peternak, misalnya no peternak, data sapi yang dimiliki dan atribut-atribut yang lain seperti tampak pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7.


(75)

Gambar 4.6 Data Peternak.


(76)

Gambar 4.8 Tambah Data Sapi Milik Peternak

Proses pada halaman ini bertujuan untuk melihat, memasukkan, mengedit dan menghapus data pada master peternak. Tabel pada data peternak dan sapi yang dimiliki peternak dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5.

Tabel 4.4 Tabel Data Peternak.

Nama Field Data-1 Data-2 Data-3

Id_peternak 1 2 3

nama_peternak Pak Tosara Pak Wiwi Pak Widi alamat_peternak Dusun

Sumberwalut - Bondowoso

Dusun

Sumberwalut - Bondowoso

Dusun

Sumberwalut - Bondowoso Telepon_peternak 0331847321 0883645263721 08363426273

Tabel 4.5 Tabel Data Sapi Peternak.

Nama Field Data-1 Data-2 Data-3

Id_peternak 1 2 3

jenis_sapi Sapi Limausin Sapi Angus Sapi Peranakan ongole


(77)

Tabel 4.5 Tabel Data Sapi Peternak (Lanjutan).

Nama Field Data-1 Data-2 Data-3

berat_sapi 489kg 478Kg 506kg

umur_sapi 15thn 16thn 16thn

keterangan_sapi Sapi Pak Tosara Sapi Pak Wiwi Sapi Pak Widi

jenis_kelamin Jantan Betina Jantan

4.3 Evaluasi Sistem

Tahapan evaluasi diagnosis penyakit pada sapi terbagi menjadi dua yaitu uji coba sistem dan pembahasan hasil uji coba. Evaluasi hasil uji coba dilakukan untuk menguji kembali semua tahapan yang sudah dilakukan selama pengujian berlangsung dan analisa hasil uji coba sistem bertujuan untuk menarik kesimpulan terhadap hasil-hasil uji coba yang dilakukan terhadap sistem. Uji coba dilakukan dalam tahapan beberapa test case terhadap data yang telah disiapkan pada bagian implementasi.

Untuk memastikan bahwa system telah dibuat sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang diharapkan maka dilakukan beberapa uji coba. Uji coba meliputi:

A. Evaluasi uji coba terhadap fitur dasar aplikasi dan validasi. B. Evaluasi uji coba transaksi.

C. Evaluasi uji coba konsultasi dan diagnosis. 4.3.1 Evaluasi Uji Coba Dasar Aplikasi Validasi

Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan proses dasar dari aplikasi dan validasi error terhadap masukan data yang dapat dilakukan melalui aplikasi.


(78)

A. Evaluasi Uji Coba Form Login

Proses login dilakukan dengan cara memasukkan username dan password. Berdasarkan username dan password ini akan diketahui hak akses login masing-masing pengguna. Data login yang digunakan terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.6 Uji Coba Data Login. Test

Case ID

Tujuan Input Output yang

diharapkan Output 1 Deskripsi

username, password yang valid

Memasukkan data 1(satu), 2 (dua), dan 3 (tiga) seperti pada Tabel 4.1

Akan menuju halaman sesuai hak aksesnya.

1. Login berhasil 2. Tampil halaman sesuai dengan hak aksesnya. 2 Deskripsi

username, password yang tidak valid

Memasukkan data username=gagal, password =login.

Muncul pesan

Username atau

Password Salah”.

1.Login tidak berhasil

2. Muncul pesan

Username atau Password Salah”.

Berdasarkan uji coba no.1 Tabel 4.6 menjelaskan proses login berhasil dengan hak akses admin ditunjukkan pada Gambar 4.9.


(79)

Berdasarkan uji coba no. 1 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa login berhasil

dengan hak akses admin. Untuk pengguna dengan level “user” dan “dokter” memiliki proses login yang sama.

Berdasarkan uji coba nomor 2 pada Tabel 4.6, Gambar 4.10 menunjukkan adanya kegagalan login jika terjadi kesalahan username dan password atau akun pengguna telah diblokir.

Gambar 4.10 Login Gagal.

Kesimpulan dari evaluasi uji coba form login, hasilnya adalah menunjukkan bahwa aplikasi dapat melakukan proses login sesuai dengan username dan password pengguna, serta dapat menjalankan aplikasi sesuai dengan hak akses masing-masing pengguna.

B. Evaluasi Uji Coba Form Master

Proses uji coba form master dilakukan dengan cara memasukkan data pada kolom yang sesuai pada masing-masing form master. Informasi yang ditampilkan apakah sesuai atau tidak. Pengujiannya menggunakan salah satu form master yang di uji. Uji coba dapat dilihat pada Tabel 4.7.


(80)

Tabel 4.7 Uji Coba Data Master. Test

Case

ID Tujuan Input

Output yang

diharapkan Output 3 Deskripsi data

valid

Memasukkan data 1(satu) , 2 (dua), dan 3 (tiga) seperti pada Tabel 4.5.

Akan

bertambah 1 row data pada Tabel.

Bertambah 1 row data pada Tabel.

4 Deskripsi data tidak valid

Memasukkan data 2 (dua) seperti pada Tabel 4.5.

Akan muncul pesan “data tidak boleh kosong”. Muncul pesan “data tidak boleh kosong”.

Berdasarkan uji coba no.1 Tabel 4.7 menjelaskan proses penambahan data berhasil pada data peternak ditunjukkan pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Penambahan Data Peternak Berhasil.

Gambar 4.11 menunjukkan proses uji coba dengan memasukkan data 1 pada Tabel 4.4, proses penambahan data berhasil yang ditunjukkan oleh adanya penambahan 1 baris (row) pada data peternak.


(81)

Berdasarkan uji coba nomor 2 pada Tabel 4.7, Gambar 4.12 menunjukkan adanya masukkan data yang tidak valid.

Gambar 4.12 Muncul Pesan “data tidak boleh kosong”.

Proses uji coba validasi dengan memasukkan data 2 pada Tabel 4.5 jika tidak lengkap peternak akan muncul pesan seperti pada Gambar 4.12. Begitu juga dengan form-form lain jika data yang dimasukkan tidak lengkap maka pesan akan muncul pada data yang belum terisi.

Kesimpulan evaluasi uji coba berdasarkan uji coba form master peternak adalah proses penambahan data berhasil dilakukan yang ditunjukkan oleh adanya penambahan baris data pada data peternak, data yang dimasukkan sudah sesuai dengan data yang dibutuhkan. Proses validasi data berhasil dilakukan yang ditunjukkan oleh adanya pesan bahwa data yang dimasukkan tidak boleh kosong.


(82)

4.3.2 Evaluasi Uji Coba Transaksi

Uji coba ini akan di fokuskan kepada proses transaksi yang ada untuk memastikan bahwa sistem telah dibuat sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang diharapkan. Transaksi-transaksi tersebut antara lain general rule.

4.3.3 Evaluasi Uji Proses Konsultasi

Proses ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keakuratan proses diagnosis yang dilakukan oleh sistem aplikasi. Tampilan pertanyaan untuk mengidentifikasi gejala yang dialami user yang akan melakukan diagnosis pada aplikasi diagnosis penyakit sapi ditunjukkan Gambar 4.14.

Tabel 4.8 Uji Coba Proses Konsultasi. Test

Case

ID Tujuan Input

Output yang

diharapkan Output 6 Melakukan

diagnosa pada sapi untuk mengetahui penyakit apa yang menyerang sapi, serta solusi penanganannya.

Tekan tombol cari peternak, dan pilih eartag sapi yang akan diperiksa. selanjutnya menginputkan anamnesa. Setelah itu pilih gejala-gejala yang sesuai. Kemudian tekan tombol proses. Muncul laporan mengenai penyakit tersebut. Penyakit berhasil ditemukan.


(83)

Gambar 4.13 Menu Konsultasi.

Gambar 4.14 Tampilan Pertanyaan Diagnosa Penyakit.

Gambar 4.14 menggambarkan tentang proses diagnosa pada penyakit sapi. Setelah menjawab setiap pertanyaan yang ada, nantinya akan ditemukan suatu hasil atau jenis penyakit yang diderita oleh sapi tersebut.


(84)

(85)

A. Kesimpulan Uji Proses Konsultasi.

Pengujian hasil uji coba dilakukan dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan sapi yang terdapat pada data medis dengan hasil diagnosis yang dilakukan pada aplikasi, menunjukan bahwa berdasarkan gejala yang ada, ternyata analisa yang dilakukan dengan aplikasi menggunakan metode forward chaining sama dan mampu memberikan solusi yang tepat sesuai ilmu medis.

Berdasarkan pengujian hasil uji coba dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan yang terdapat pada data Dinas Peternakan dengan hasil diagnosis aplikasi sebanyak 20 kali, diperoleh hasildengan tingkat kebenaran sebanyak 20 kali percobaan.


(1)

(2)

A. Kesimpulan Uji Proses Konsultasi.

Pengujian hasil uji coba dilakukan dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan sapi yang terdapat pada data medis dengan hasil diagnosis yang dilakukan pada aplikasi, menunjukan bahwa berdasarkan gejala yang ada, ternyata analisa yang dilakukan dengan aplikasi menggunakan metode forward chaining

sama dan mampu memberikan solusi yang tepat sesuai ilmu medis.

Berdasarkan pengujian hasil uji coba dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan yang terdapat pada data Dinas Peternakan dengan hasil diagnosis aplikasi sebanyak 20 kali, diperoleh hasildengan tingkat kebenaran sebanyak 20 kali percobaan.


(3)

4.3.4 Evaluasi Uji Coba Proses Laporan

Dihalaman ini berfungsi untuk menampilkan laporan bulanan dengan bentuk diagram batang dari hasil diagnosis pada sapi. Hasil uji aplikasi terlihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Uji Coba Proses Laporan. Test

Case

ID Tujuan Input

Output yang

diharapkan Output 7 Menampilkan

laporan bulanan.

Tekan tombol report bulanan, kemudian masukkan bulan dan isi tahun.

Grafik laporan per bulan berbentuk diagram batang. 1.sukses 2.muncul laporan bulanan dengan bentuk diagram batang.


(4)

Gambar 4.16 Tampilan Laporan Bulanan.

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, aplikasi sistem pakar penentuan jenis penyakit pada sapi ini dapat memberikan informasi berupa laporan bulanan yang menunjukkan data penyakit apa sajakah yang menyerang sapi selama periode tertentu.

Terlihat pada gambar 4.16, berdasarkan data pada bulan maret 2013, pada tingkat kasus terbanyak, terdapat 6 kasus penyakit belum diketahui,2 kasus penyakit akabane, 2 kasus penyakit diare ganas, dan 2 kasus penyakit rabies.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil implementasi dan evaluasi pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Aplikasi Sistem Pakar Dalam Penentuan Jenis Penyakit Pada Hewan Sapi dapat memberikan informasi mengenai penyakit sapi tersebut dan cara pengobatan maupun penanggulangannya dengan jumlah kebenaran sebanyak 20 dari 20 kali percobaan yang telah dilakukan.

2. Penerapan sistem ini juga menghasilkan informasi berupa laporan tentang jenis-jenis penyakit sapi apa saja yang menyerang sapi dalam kurun waktu tertentu.

5.2 Saran

Dalam pengembangan aplikasi sistem pakar dalam penentuan jenis penyakit pada hewan sapi dapat diajukan saran, yaitu penambahan jenis sapi yang ada di seluruh dunia, agar aplikasi ini dapat digunakan pada semua jenis sapi yang ada.


(6)

87

Akoso , Budi Tri.1996. Kesehatan Sapi. Yogyakarta : Kanisius.

Arhami, Muhammad. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Yogyakarta : Andi.

Christinne Stevanie, Merry. 2012. Sistem Pakar Penentuan Minat dan Bakat Anak Umur 5 – 10 Tahun. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Kompuier Surabaya. Efraim, Turban. 1995. Decision support system and expert system. Prentice-Hall International,

Inc.

Firebaugh M. W. 1989. Artificial Intelligence. A Knowladge-Base Approach. Boston : PWS-Kent Publishing Company

Irawan, Jusak. 2007. Buku Pegangan Kuliah Sistem Pakar. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Kompuier Surabaya.

Kusrini, 2008. Aplikasi Sistem Pakar. Yogyakarta : Andi. Siswanto, 2010. Kecerdasan Tiruan. Yogyakarta : Graha ilmu.

Soeharsono. 2005. Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta : Kanisius.

Subari & Yuswanto. 2008. Pemrograman Grafis & Multimedia Visual Basic.NET 2005.

Jakarta : Cerdas Pustaka Publisher.

Subroto, Tjahajati Ida. 2001. Ilmu Penyakit Ternak I dan II .Yogyakarta : Gadjah mada University press.

Sugeng,B.Y. 1992. Sapi Potong. P.T. Penebar swadaya: Jakarta.

Tohir, Andi Rahmattullah. 2012. Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Asma dan Gangguan Pernafasan (Studi Kasus Rumah Sakit Dokter Soetomo). Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Kompuier Surabaya.