EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN TAHFIDZ AL-QURAN DI MADRASAH MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Siti Nafisatul Masruroh NPM: 20110720278

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pembelajaran tahfidz al-Quran di

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Mengetahui pelaksanaan program pembelajaran tahfidz al-Quran. Menganalisis pencapaian hasil belajar peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran tahfidz al-Quran.

Jenis penelitian adalah penelitian evaluasi ex post fakto menggunakan pendekatan mixed method dengan desain penelitian evaluasi menggunakan teori

stufflebeam dengan alur penelitian context, input, process, product (CIPP). Subjek dalam penelitian ini sebanyak 34 siswi. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Data Kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif sedangkan data kualitatif dianalisis menggunakan tahapan reduksi, display.

Penelitian ini mendapatkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Evaluasi

context menunjukkan bahwa, dukungan dari sekolah terhadap program pembelajaran tahfidz al-Quran ini sudah baik, namun pada aspek kompetensi siswi, perlu diperhatikan lagi karena berkaitan dengan pencapaian target hafalan yang harus selesai diakhir semester. (2) Evaluasi input telah diketahui kemampuan awal siswi karena telah dilakukan placemen test baca al-Qur’an. Pada aspek peraturan yang mendukung sudah baik, hanya perlu lebih ditegaskan lagi bahwa program pembelajaran tahfidz merupakan salah satu syarat kenaikan kelas dan kelulusan. (3) Evaluasi process menunjukkan bahwa, kegiatan pembelajaran dinilai sudah baik karena berjalan sesuai jadwal yang direncanakan. Pada aspek penggunaan metode pembelajaran dan media yang digunakan dirasa kurang efektif karena waktunya tidak mencukupi. (4) Evaluasi product menunjukkan bahwa sebanyak 47% siswi kelas XI belum mencapai target hafalannya diakhir semester sehingga harus mengikuti kelas remidi tahfidz. Oleh karena itu program pembelajaran tahfidz al-Quran untuk kelas XI Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta belum berhasil.


(13)

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan agama samawi yang sempurna diantara agama samawi lain yang datang sebelumnya. Allah Swt. mewahyukan al-Quran kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat terbesar yang pernah diturunkan. Salah satu tujuan diturunkannya al-Quran adalah sebagai “way of life” yang memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan kaidah, syari’ah dan akhlak (Shihab, 1994: 33). Dalam al-Quran surat al-Isra’ (17) ayat 9 disebutkan:

ِنِمْؤُمْلا ُرِ شَبُـيَو ُمَوْـقَأ َيِ َِِلِل يِدْهَـي َنآْرُقْلا اَذـَ َنِإ

ا َن

ِتاَِِاَصلا َنوُلَمْعَـي َنيِذَل

َنَأ

ًارِبَك ًارْجَأ ْمََُ

al-Quran ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar. (Q.S.

al-Isra’: 9)

Ayat di atas menegaskan tentang fungsi al-Quran sebagai petunjuk hidup manusia dengan kata lain al-Quran merupakan sumber referensi utama dalam beramal dikehidupan sehari-hari seorang muslim. Oleh karena itu umat Islam mempunyai tanggung jawab dalam melestarikan eksistensi al-Quran, salah satunya adalah dengan cara menghafalkannya. Menghafalkan al-Quran menjadi sangat penting karena merupakan salah satu cara untuk tetap mempertahankan


(14)

eksistensi al-Quran. Selain itu banyak keutamaan yang telah Allah Swt. janjikan bagi para pelestari kitab-Nya yaitu berupa pahala, dinaikkan derajatnya hingga menjadi syafaat di akhirat kelak.

Di Indonesia, saat ini telah tumbuh subur lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mendidik para siswanya untuk mampu menguasai ilmu Al-Quran, di samping itu juga ada yang mendidik siswanya untuk menjadi hafidz dan

hafidzah.

Salah satu lembaga pendidikan Islam di wilayah Yogyakarta yang juga membuka kesempatan untuk menghafal Al-Qur’an adalah Madrasah Mu’allimat Yogyakarta. Sebagai salah satu sekolah perkaderan putri Muhammadiyah,

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sadar sepenuhnya akan

tanggung jawabnya untuk membentuk generasi putri Islam yang akan mengisi pembangunan bangsa dan agama ini. Hal ini sebagaimana tujuan dari

didirikannya lembaga pendidikan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah

Yogyakarta adalah terselenggaranya pendidikan tingkat menengah yang unggul dalam membentuk kader ulama, pemimpin dan pendidik yang mendukung pencapaian tujuan Muhammadiyah, yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (dikutip dari Profil Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Perguruan 6 Tahun Untuk Calon Pendidik dan Calon Pemimpin Putri Islam).

Upaya yang dilakukan Madrasah Mu’allimaat adalah dengan


(15)

madrasah dan pelajaran asrama. Pembelajaran tahfidz al-Quran wajib bagi

seluruh siswi Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta mulai dari

kelas VII (tujuh) sampai dengan kelas XII (dua belas). Tujuan dari pembelajaran

tahfidz al-Quran ini adalah siswi mampu menghafalkan ayat-ayat al-Quran sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh Madrasah. Target tahfidz al-Quran di

Madrasah Mu’allimaat adalah empat juz, yaitu juz 30, juz 1, 2 dan 3. Namun pada kenyataannya banyak siswi yang belum memenuhi target tersebut, sehingga siswi harus ikut kelas tambahan agar dapat menyelesaikan target. (Wawancara dengan Amin Hasanah tanggal 23 Maret 2016).

Dengan kondisi siswi yang seluruhnya adalah pelajar, mereka harus pandai-pandai membagi waktu antara mengerjakan tugas sekolah, menambah hafalan, serta mengulang-ulang hafalan (muroja’ah) guna menjaga kelancaran hafalannya. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan, menurut para siswi melancarkan hafalan atau menjaganya memang lebih sulit dari pada menghafal dari nol. Adapun metode yang digunakan siswi dalam meningkatkan kelancaran hafalannya, yaitu metode muraja’ah. Sedangkan banyak cara yang digunakan siswi dalam memuraja’ah hafalannya, seperti mengulang sendiri, mengulang dalam shalat, dan mengulang dengan teman/guru.

Metode muraja’ah adalah metode mengulang hafalan, baik hafalan baru maupun hafalan lama yang disetorkan kepada orang lain. Metode ini sangat membantu, sebab terkadang kalau mengulang sendiri terdapat kesalahan yang tidak disadari. Akan berbeda jika melibatkan partner/guru, kesalahan-kesalahan


(16)

yang terjadi akan mudah diketahui dan kemudian diperbaiki. Yang belum diketahui disini adalah bagaimana pelaksanaan metode tersebut, apakah sudah berjalan dengan baik atau belum dalam membantu siswi dalam menjaga hafalannya. Karena berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan (Madrasah

Mu’allimat Yogyakarta), tidak sedikit siswi yang hanya sekedar pernah

menghafal al-Quran namun hafalannya tidak terjaga karena kurang dalam muraja’ah. Oleh karena itu sangat diperlukan perhatian khusus dalam pelaksanaan metode muroja’ah supaya ayat-ayat yang telah dihafalkan siswi tidak mudah hilang (lupa).

Membangun program pembelajaran yang baik dan maju, tentu perlu diupayakan perbaikan yang sistemik. Diantara upaya-upaya tersebut dikategorikan menjadi tiga, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian (Lubis, 2009). Ketiga komponen di atas saling berkaitan erat, karena untuk melakukan setiap komponen harus melalui perencanaan yang matang dan pelaksanaan program, dari kedua komponen tersebut lalu diadakan evaluasi. Evaluasi memiliki peranan penting sebagai arah perbaikan dalam membangun suatu program pembelajaran (Lubis, 2009). Berhasil tidaknya suatu program pembelajaran dapat dilihat setelah melakukan evaluasi terhadap hasil (produk) dan proses pembelajaran.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap


(17)

jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, PP RI No. 19. Th. 2005: 3).

Sebagaimana urgensi evaluasi dalam kegiatan pembelajaran, maka peneliti merasa perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang evaluasi program pembelajaran tahfidz al-Quran di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, serta hasil yang dicapai oleh peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan program tahfidz al-Quran di Madrasah

Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran tahfdiz al-Quran di

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta?

3. Bagaimana pencapaian hasil belajar peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran tahfidz al-Quran di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta?


(18)

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengkaji perencanaan program pembelajaran tahfidz al-Quran di

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan program pembelajaran tahfidz al-Quran di

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Untuk menganalisis pencapaian hasil belajar peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran tahfidz al-Quran di Madrasah

Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan keilmuan guna meningkatkan kemajuan di bidang pembelajaran dan pengajaran khususnya pada pembelajaran tahfidz al-Quran.

2. Praktis

a. Untuk sekolah/madrasah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tindak lanjut bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran tahfidz al-Quran. Untuk pendidik


(19)

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan pendidik dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

b. Untuk peserta didik

Diharapkan mampu memberikan motivasi bagi siswi sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswi dalam menghafalkan al-Quran.

E. Sitematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini merupakan uraian secara garis besar dari keseluruhan isi skripsi ini yang meliputi:

BAB I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : Tinjauan pustaka dan kerangka teori, memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori yang relevan dan terkait dengan tema skripsi.

BAB III : Metode Penelitian, memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti; jenis penelitian, penegasan konsep penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan, berisi tentang gambaran umum sekolah, dan pembahasan evaluasi pembelajaran tahfidz al-Quran di Madrasah


(20)

perencanaan, pelaksanaan, serta hasil pencapaian program pembelajaran tahfidz al-Quran di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB V : Penutup, bab terakhir ini berisi kesimpulan, rekomendasi, dan kata penutup.


(21)

A. Tinjauan Pustaka

Fungsi dari tinjauan pustaka ini adalah untuk mengemukakan hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut:

Penelitian Moh. Arifin (2009) yang berjudul Evaluasi Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan, evaluasi telah dirumuskan dengan matang. Hal ini bisa dilihat pada program pembelajaran guru, baik pada program semester maupun pada rencana pelaksanaan pembelajaran secara rinci mencantumkan perencanaan waktu pelaksanaan evaluasi, pembagian evaluasi berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, serta metode, teknik dan jenis evaluasi yang akan digunakan. Sementara pelaksanaan evaluasi pembelajaran PAI pada siswa IX di SMP Islam Sultan Agung secara umum evaluasi berlangsung tidak baik karena tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun hasil pembelajarannya secara


(22)

keseluruhan menunjukkan baik karena hasil akhir yang diperoleh peserta didik berada di atas batas minimal kelulusan 65%.

Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggraini Putri Rahayu (2015) dengan judul Evaluasi Pembelajaran Al-Quran Di SD Muhammadiyah Senggotan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sedangakan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan desain evaluasi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan pembelajaran al-Quran di SD muhammadiyah Senggotan sudah cukup baik, namun kesiapan peserta didik masih kurang, selain itu alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran hanya berkisar 30-40 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Hasil pembelajaran al-Quran menunjukkan bahwa 54% peserta didik telah memiliki kemampuan membaca dengan baik, sedangkan kemampuan menulis al-Quran hanya 46%.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Danang Ardiyanto (2015) dengan judul

Evaluasi Program Tahfidz Al-Quran Juz ’Amma Pada Siswa Kelas VIII (Delapan) MTs Muhammadiyah Wonosari Gunung Kidul. Program tahfidz al-Quran di sekolah ini merupakan program unggulan yang banyak diminati, namun pada pelaksanannya masih belum maksimal. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penguasaan materi tahfidz al-Quran masih sangat kurang, hal ini tampak dari tingkat penguasaan materi. Di kelas VIII MTs Muhammadiyah Wonosari, Siswa yang telah menguasai 100% materi hanya berjumlah 1 siswa saja, sedangkan


(23)

yang lainnya masih belum mampu memenuhi target menghafalkan juz ‘amma. Menurut peneliti kendala yang menyebabkan kurang maksimalnya program

tahfidz al-Quran diantaranya adalah karena kurangya guru pembimbing, waktu yang terlalu singkat, yakni hanya 40 menit sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, dan banyak siswa yang belum lancar membaca al-Quran.

Dengan adanya penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa telah ada penelitian yang meneliti tentang evaluasi pembelajaran al-Qur’an dan tahfidz al-Quran. Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Arifin menitik beratkan pada evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara menyeluruh, penelitan yang dilakukan Anggraini Putri Rahayu membahas tentang evaluasi pembelajaran al-Quran yang lebih menekankan pada kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis, sedangkan penelitian Danang Ardiyanto berfokus pada evaluasi tahfidz al-Quran Juz ‘Amma, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dan hambatan selama pembelajaran dilaksanakan. Berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan, penelitian ini mencakup perencanaan, persiapan, proses, dan produk (hasil) pembelajaran tahfidz al-Quran di Madrasah

Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Kerangka Teoritik


(24)

a. Pengertian Evaluasi Program Pembelajaran

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation

yang berarti penilaian (Sudijono, 1996: 1). Jadi evaluasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang untuk membuat keputusan tentang kelayakan suatu program, yang dalam hal iniberupa proses untuk menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti.

Menurut Ralph Tyler, evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan (Tyler, et.al. (1950) dalam Arikunto dan Jabar, (2004: 4)). Program adalah rangkaian kegiatan sebagai realisasi dari suatu kebijakan. Apabila suatu program tidak dievaluasi, maka tidak dapat diketahui bagaimana dan seberapa tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan terlaksana (Arikunto dan Jabar, 2004: 8).

Dalam organisasi pendidikan, evaluasi program dapat diartikan dengan kegiatan supervisi. Supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan, maka evaluasi program merupakan langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula (Arikunto dan Jabar, 2004: 7-8).

Istilah pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri (Nata, 2009: 85). Dalam UU


(25)

sisdiknas. Nomor 20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Evaluasi program pembelajaran merupakan upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung pencapaian tujuan program (Arikunto dan Jabar, 2004: 7). Dengan demikian jika diketahui bahwa hasil belajar tidak memuaskan, maka dapat diketahui komponen yang tidak berjalan semestinya.

b. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Anas Sudijono tujuan evaluasi terbagi menjadi dua (Sudijono, 2005: 16-17), yaitu:

1) Tujuan umum

a) Untuk menghimpun data yang akan dijadikan sebagai bukti sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

b) Untuk mengetahui efektivitas dari metode-metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

2) Tujuan khusus

a) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.


(26)

b) Untuk menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari cara-cara perbaikannya.

c. Manfaat Evaluasi Program

Manfaat evaluasi program pembelajaran adalah untuk menentukan kebijakan apa yang akan diambil selanjutnya. Ada empat kebijakan lanjutan yang mungkin diambil setelah melakukan evaluasi program (Arikunto, 2013: 326), yaitu:

1) Kegiatan tersebut dilanjutkan karena dari data yang terkumpul diketahui bahwa program ini sangat bermanfaat dan dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa hambatan sehingga kualitas pencapaian tujuan tunggi. 2) Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan penyempurnaan karena dari data

yang terkumpul diketahui bahwa program sangat bermanfaat namun pada pelaksanaannya kurang lancar atau kualitas pencapaiannya rendah. Yang perlu diperhatikan untuk mengambil kebijakan selanjutnya adalah cara atau proses kegiatan.

3) Kegiatan tersebut dimodifikasi karena dari data diketahui bahwa kemanfaatan dari program kurang sehingga perlu disusun lagi perencanaan yang lebih baik. Dalam hal ini memungkinkan untuk merubah tujuan.


(27)

4) Kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan karena dari data diketahui bahwa program kurang bermanfaat dan pada pelaksanaannya sangat banyak hambatan.

d. Model Evaluasi Program

Dalam ilmu evaluasi program pendidikan, ada banyak model evaluasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program (Arikunto dan Jabar, 2004: 24), yaitu:

1) Goal Oriented Evaluation Model

Goal oriented evaluation model merupakan model evaluasi yang muncul paling awal, evaliasi ini dikembangkan oleh Tyler. Objek pengamatan pada model evaluasi model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus untuk melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program (Arikunto dan Jabar, 2004: 25).

2) Goal Free Evaluation Model

Berbeda dengan model evaluasi yang dikembangkan oleh Tyler dimana evaluator terus-menerus memantau tujuan. Model goal free evaluation yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini justru menoleh dari tujuan. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana


(28)

program tersebut bekerja, dengan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi baik hal-hal yang positif (diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (tidak diharapkan). Namun model goal free evaluation ini tidak sama sekali terlepas dari tujuan, tetapi hanya lepas dari tujuan khusus yang dikhawatirkan evaluator akan lupa memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan akhir yang diharapkan tujuan umum. Jadi, model evaluasi ini hanya memperhatikan tujuan umum yang akan dicapai program, bukan secara rinci per komponen (Arikunto dan Jabar, 20014: 25).

3) Formatif-Sumatif Evaluation Model

Selain goal free evaluation model, Michael Scriven juga mengembangkan model evaluasi formatif-sumatif (formatif-sumatif evaluation model). Model ini menunjuk adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif). Pada evaluasi model in, evaluator tidak melepaskan diri dari tujuan (Arikunto dan Jabar, 2004: 25-26). 4) Countenance Evaluation Model

Model evaluasi ini dikembangkan oleh Stake. Fernandes (1984) memberikan ulasan tambahan mengenai model yang dikembangkan Stake, menurutnya Stake menekankan pada dua hal pokok, yaitu


(29)

deskripsi (description) dan pertimbangan (judgments), serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu anteseden (antecedents/context), transaksi (transaction/process) dan keluaran (output/outcomes) (Arikunto dan Jabar, 2004: 26).

5) CSE-UCLA Evaluation Model

CSE-UCLA terdiri dari dua singkatan, yaitu CSE (Center for the Study Evaluation) dan UCLA (University of California in Los Angeles). Ciri dari model ini adalah adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak (Arikunto dan Jabar, 2004: 27).

Fernandes (1984) memberikan penjelasan tentang model CSE-UCLA menjadi empat tahap (Arikunto dan Jabar, 2004: 28), yaitu:

a) CSE Model Need Assessment, dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah.

b) CSE Model Program Planning, tahap kedua dari model CSE ini evaluator mengumpulkan data yang terkait langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu.

c) CSE Model Formative Evaluation, tahap ketiga evaluator memusatkan perhatian pada keterlaksanaan program.

d) CSE model Sumative Evaluation, tahap keempat adalah evaluasi sumatif, para evaluator diharapkan dapat


(30)

mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program.

6) CIPP Evaluation Model

CIIP merupakan salah satu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan (1967) di Ohio State University.

CIIP adalah singkatan dari huruf awal empat kata, yaitu Context evaluation (evaluasi terhadap konteks), Input evaluation (evaluasi terhadap masukan), Process evaluation (evaluasi terhadap proses),

Product evaluation (evaluasi terhadap produk) (Arikunto dan Jabar, 2004: 29).

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIIP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIIP adalah model evaluasi yang memandang program evaluasi sebagai sebuah sistem (Arikunto dan Jabar, 2004: 29)

7) Discrepancy Model

Kata discrepancy merupakan istilah bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia berarti kesenjangan. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Malcolm Provus. Discrepancy model merupakan model evaluasi yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi yang dilakukan evaluator


(31)

adalah mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponen (Arikunto dan Jabar, 2004: 31).

Dalam penelitian ini, model evaluasi yang digunakan oleh peneliti adalah model evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam (1967). Alasan penggunaan model evaluasi ini adalah karena model evaluasi ini sudah banyak dikenal dan diterapkan oleh evaluator dalam melakukan penelitian, selain itu model evaluasi CIPP merupakan model evaluasi yang mudah untuk dilaksanakan.

2. Tahfizh al-Quran

a. Pengertian Tahfizh al-Quran

Kata tahfizh berasal dari bahasa Arab

ُظَفََْ

َظَفَح

yang berarti menjaga, memelihara dan melindungi (Munawwir, 1997: 279). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata hafidz berarti penghafal atau orang yang hafal al-Quran (KBBI, 1990: 291). Sedangkan tahfizh diartikan dengan kegiatan atau aktifitas menghafal, jadi tahfizh al-Quran adalah aktifitas menghafalkan al-Quran.

Kata menghafal dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat (KBBI, 1990: 291). Menghafal adalah proses mengingat informasi yang telah lalu dan dijadikan sebuah informasi baru (Muyasaroh, 2014: 216). Jadi Istilah


(32)

tahfizh al-Quran dapat diartikan sebagai proses menghafal al-Quran agar selalu ingat dan dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf.

Menghafal al-Quran juga merupakan suatu upaya untuk menambah kedekatan dengan al-Quran, dengan menghafal otak dan jiwa akan terus menyerap lantunan ayat-ayat al-Quran yang diulang-ulang oleh lidah (Rauf, 2008: 7-8).

b. Keutamaan Menghafal al-Quran

1) Al-Quran menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi penghafalnya.

2) Di dalam al-Quran banyak terdapat kata-kata hikmah yang sangat berharga bagi kehidupan, oleh karena itu penghafal akan banyak menghafal kata-kata hikmah.

3) Dalam al-Quran banyak terdapat ayat-ayat hukum, dengan demikian secara tidak langsung seorang penghafal akan menghafalkan juga ayat-ayat hukum.

4) Al-Quran akan menjadi penolong (syafa’at) di akhirat bagi para

penghafalnya (Lailatul, 2014: 20-21).

c. Kaidah-Kaidah Pokok dalam Menghafal al-Quran

Dalam buku ”Cara Cerdas Hafal al-Quran” (Sirjani dan Khaliq,

2008: 55-76)terdapat beberapa kaidah pokok dalam menghafal al-Quran, yaitu:


(33)

1) Ikhlas, merupakan kaidah yang paling pending dalam masalah ini. Sebab, apabila seseorang melakukan perbuatan tanpa ada ikhlas maka amalannya akan sia-sia.

2) Tekad yang kuat dan bulat, menghafalkan al-Quran merupakan tugas yang agung dan besar. Tidak ada yang sanggup melakukannya selain ulul ‘azmi atau orang-orang yang bertekad kuat dan bulat.

3) Pahamilah besarnya nilai amalan anda, seseorang yang mengetahui besarnya nilai atau arti sesuatu maka akan berkorban dengan mengerahkan segala daya dan upayanya untuk mendapatkannya. Begitu pula dengan menghafal al-Quran, ketahuilah keutamaan dari menghafal al-Quran.

4) Amalkan apa yang dihafalkan, sudah semestinya seorang penghafal al-Quran mengamalkan apa yang dihafalkannya.

5) Menguasai ilmu tajwid, ilmu tajwid merupakan ilmu dasar dalam mempelajari al-Quran, oleh karena itu seseorang yang ingin menghafalkan al-Quran hendaknya menguasai ilmu tajwid.

6) Berdoa, memohon kepada Allah Swt. agar diberikan nikmat hafal al-Quran.

7) Pahamilah makna dan kandungan ayat dengan benar agar lebih mudah untuk menghafalkannya.


(34)

Menurut Ahsin W. al-Hafidz dalam karyanya “Bimbingan Praktis Menghafal al-Quran” metode tahfidz al-Quran (1994: 22-24) adalah:

1) Metode wahdah, yaitu metode menghafal satu persatu ayat-ayat al-Quran yang hendak dihafalkan. Ayat yang hendak dihafalkan dibaca berulang-ulang sepuluh kali atau dua puluh kali, hingga membentuk pola dalam ingatan dan dapat melafalkan tanpa melihat mushaf. 2) Metode kitabah, yaitu penghafal terlebih dahulu menuliskan

ayat-ayat yang akan dihafalkan pada kertas atau buku yang tersedia. Kemudian ayat tersebut dibaca dengan benar hingga lancar lalu dihafalkan.

3) Metode gabungan, yaitu gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah. Penghafal terlebih dahulu menghafalkan ayat al-Quran sebagaimana metode wahdah kemudian setelah dirasa cukup, penghafal menuliskan ayat-ayat yang dihafalkannya di kertas sehingga hafalan akan lebih diingat.

4) Metode jama’, yaitu metode menghafal yang dilakukan secara kolektif yang dipimpin oleh seorang instruktur. Ayat yang akan dihafalkan pertama-tama dibacakan oleh instruktur lalu para penghafal menirukannya secara bersama-sama.

5) Metode simai’i, yaitu penghafal mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Quran dari guru atau kaset setelah itu menghafalkannya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat kuat,


(35)

terutama bagi penghafal yang tuna netra atau anak-anak yang belum mengenal baca tulis al-Quran.

e. Sumber Belajar

Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas, baik dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang digunakan oleh peserta didik atau pendidik (Madjid, 2013: 170).

f. Metode Penilaian Menghafal al-Quran

Penilaian atau asesmen merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang individu yang kemudian diolah menjadi informasi individu tersebut. Dalam pembelajaran tahfizh

al-Quran, penilaian dilakukan berdasarkan beberapa kriteria berikut: 1) Kelancaran hafalan merupakan penilaian tentang kelancaran dalam

menghafalkan al-Quran, apakah ayat yang dihafalkan dibaca sempurna tanpa ada yang lupa, menghafalkannya terpotong-potong, ada huruf yang tidak terbaca, atau salah membaca harakat pada huruf dan sebagainya.

2) Tajwid


(36)

a) Makharij al-huruf merupakan penilaian tentang ketepatan membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya seperti: jauf, khalaq, syafatain, lisan, khaisyum dan sebagainya.

b) Shifat al-huruf merupakan penilaian tentang ketepatan membuntikan huruf sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki, seperti hams, jahr, isti’la, qalqalah dan lain-lain.

c) Ahkam al-huruf adalah penilaian tentang ketepatan dalam membunyikan suatu huruf sesuai dengan hukumnya, seperti

izhar, idgham, ikhfa’, iqlab, tarqiq, tafkhim dan sebagainya. d) Ahkam al-mad wa al-qashar adalah penilaian tentang ketepatan

dalam membunyikan panjang-pendek, seperti mad thabi’i, mad wajib muttashil, mad jaiz dan lain-lain (dikutip dari website MTQ FSN kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, http://www.mtqfsnsergai.co.vu/2015/03/perhakiman-cabang-hifzil-quran_6.html).

3) Tartil merupakan penilaian tentang suara (vokal), irama atau intonasi ketika menghafalkan al-Quran.

4) Adab merupakan penilaian tentang sikap atau perilaku dan gerak-gerik saat menghafalkan al-Quran.

Sedangkan penilaian tahfidz al-Quran di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah adalah sebagai berikut:


(37)

Nilai

90 - 100 = Hafalan lancar dan tajwid benar

80 – 89 = Hafalan lancar, tajwid kurang benar/ Tajwid benar, hafalan kurang lancar


(38)

A. JenisPenelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian evaluasi ekspos fakto (expose facto evaluation research). Penelitian ekspos fakto meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dapat dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti (Syaodih, 2011: 12). Penelitian hubungan sebab akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mixed method). Creswell (2009) menyatakan bahwa

mixed method merupakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau menghubungkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi CIPP ( yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan pada tahun 1967 di Ohio State University.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah yang

beralamat di jalan Suronatan NG. II/653 Notoprajan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta.


(39)

C. Penegasan Konsep

Adapun penegasan konsep penelitian akan diterangkan secara singkat sebagai berikut:

a. Evaluasi programpembelajaran merupakan upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung pencapaian tujuan program (Arikunto dan Jabar, 2004: 7) jika diketahui bahwa hasil belajar tidak memuaskan, maka dapat diketahui komponen yang tidak berjalan semestinya dan dapat dicari penyelesaiannya.

b. TahfizhQuran adalah aktifitas menghafalkan Quran. Jadi, Menghafal Quran juga merupakan suatu upaya untuk menambah kedekatan dengan al-Quran, dengan menghafal otak dan jiwa akan terus menyerap lantunan ayat-ayat al-Quran yang diulang-ulang oleh lidah (Rauf, 2008: 7-8).

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah suatu benda atau orang tempat data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 1993: 116). Jadi, subjek merupakan sesuatu yang sangat penting, karena pada subjek terdapat data tentang variabel yang akan diteliti dan diamati oleh peneliti. Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran tahfidz al-Quran meliputi pendidik, peserta didik, komite sekolah dan pihak-pihak lain yang terkait.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI di Madrasah


(40)

berjumlah 171 siswi yang terdiri dari kelas A, B, C, D dan E. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah sratified sampling. Stratified sampling adalah cara menentukan sampel dengan memperhatikan strata atau tingkatan didalam populasi. Dari 171 populasi peserta didik akan diambil 34 peserta didik sebagai sampel berdasarkan kelas secara proposional sebagai berikut:

Tabel. 1 Penentuan Sampel

Kelas V/XI Populasi Ketentuan Sampel

V/XI A 45 20% 9

V/XI B 42 20% 8

V/XI C 35 20% 7

V/XI D 36 20% 7

V/XI E 13 20% 3

Ʃ 171 34

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:


(41)

1. Observasi

Observasi sering juga disebut pengamatan (Hayinati, 2011: 27). Pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung kemudian mencatat kejadian atau peristiwa sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya (Moloeng, 2001: 125-126). Pengamatan yang dimaksud disini yaitu pengamatan dengan menggunakan indra penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan (Adimihardja, 2000: 69). Dalam penelitian ini peneliti akan mengobservasi secara langsung, yaituobservasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki (Zuriah, 2006: 173). 2. Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti (Kunandar, 2012: 157). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam tak berstruktur. Pertanyaan-pertanyaan diajukan secara bebas kepada subjek, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data yang diinginkan. Jika tidak berhati-hati, terkadang arah pertanyaan tidak terkendali dan menyimpang dari tujuan semula.


(42)

Peneliti melakukan wawancara kepada pendidik (guru) mata pelajaran tahfidzal-Quran di kelas XI guna memperoleh data atau informasi yang lebih terperinci untuk melengkapi data hasil observasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumentasi adalah mengumpulkan atau melengkapi data atau keterangan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Ada berbagai dokumen yang dapat membantu peneliti dalam melengkapi data yang relevan untuk penelitian ini, diantaranya silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), hasil ujian dan tes, laporan, notulen rapat dan lainnya (Kunandar, 2012: 185).

4. Angket

Metode ini juga sering disebut sebagai metode kuisioner, angket merupakan daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian diberikan unntuk diisi oleh responden. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket terbuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberi isian sesuai dengan kehendak dan keadaan yang dialaminya (Riduwan, 2013: 99).

Dalam penelitian ini yang akan menjadi responden adalah peserta didik yang telah terpilih. Tujuan diberikannya angket ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian tujuan dari program pembelajaran


(43)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi (Sugiyono, 2008: 335). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Analisis data kualitatif yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu menganalisis data dengan mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat, dan dipisahkan menurut kategori yang ada (Sudijono, 1996: 27). Proses analisis data ini dimulai dengan menyusun semua data yang telah terkumpul berdasarkan urutan pembahasan yang telah direncanakan (Novitasari, 2013: 27).

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam teknik analisa data kualitatif. Langkah-langkah tersebut meliputi:

a. Reduksi Data

Reduksi data yaitu menyaring, memilih, dan memilah data yang diperlukan, kemudian menyusunnya ke dalam suatu urutan rasional dan logis, serta mengaitkannya dengan aspek-aspek yang terkait (Arikunto, 2004: 126)

b. Display Data

Display data adalah format yang menyajikan informasi secara sistematis kepada pembaca (Zuriah, 2006: 218). Display data


(44)

merupakan media penjelasan objek yang diteliti sehingga sangat membantu peneliti maupun pembaca (Arikunto, 2004: 126).

c. Menyimpulkan dan Verifikasi

Data yang telah terkumpul dianalisa dan ditafsirkan kemudian disimpulkan, untuk mengecek kebenaran dari apa yang telah ditafsirkan dan disimpulkan, maka dilakukan verifikasi (Arikunto et al,. 2014: 165).

2. Analisis Kuantitatif

Untuk data kuantitatif peneliti akan menggunakan analisis data statistik, yaitu teknik pengumpulan data penyusun, penyajian dan penganalisaan berdasarkan hasil tes. Dalam hal ini akan menggunakan rumus prosentase:

P = 100 N F

% Ket.:P = Angka Prosentase,

F = Angka yang sedang dicari prosentasenya,


(45)

A. Gambaran Umum Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

1. Sejarah berdirinya Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

Tujuan berdirinya Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

tidak terlepas dari tujuan didirikannya Muhammadiyah. Muhammadiyah bertujuan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud masyarakatIslam yang sebenar-benarnya.untuk mencapai tujuan tersebut, Muhammadiyah memerlukan kader-kader ulama yang memiliki kualifikasi menyeluruh (multi side competency), yakni sebagai faqih, mubaligh, mujahid, dan mujtahid yang memiliki komitmen tinggi, berwawasan luas, dan profesional dalam mengemban misi Muhammadiyah.

Inilah sebabnya, pada tahun 1918, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan al-Qismul Arqo yang kemudian diubah menjadi pondok Muhammadiyah (tahun 1921), lalu menjadi Kweekschool Moehammadiyah (1923). Kemudian pada tahun 1924 siswa Kweekschool Islam dipisah antara pria dan wanita. Kweekschool Muhammadiyah untukputra dan Kweekschool Istri untuk putri. Baru pada tahun 1932 Kweekschool Muhammadiyah diubah menjadi

Madrasah Mu’allimin dan Kweekschool Istri diubah menjadi Madrasah

Mu’allimaat. Setahun kemudian, kedua madrasah tersebut dipisah. Madrasah

Mu’allimin berlokasi di Ketanggungan Yogyakarta dan Madrasah


(46)

ditegaskan bahwa Madrasah Mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta merupakan Sekolah Kader Persyarikatan Tingkat Menengah yang diadakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah; yang memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Mencapai tujuan Muhammadiyah

b. Membentuk calon kader Muhammadiyah

c. Menyiapkan calon pendidik, ulama dan zuama’ yang berkemampuan

mengembangkan ilmu pengetahuan (Ensiklopedi Muhammadiyah, 2005: 224).

Pada Kongres Muhammadiyah di Medan tahun 1938 dua Madrasah tersebut memperoleh pengukuhan secara legal. Pada saat itu, Kongres mengamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai pengelola dan penanggung jawab keberadaan dua madrasah di Yogyakarta ini. Pada tahun 1994 dua Madrasah ini kembali memperoleh penegasan ulang melalui surat keputusan PP Muhammadiyah No.63/SK-PP/VI-C/4.a/1994, tentang

Qo’idah Madrasah mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

Seiring dengan perkembangan Muhammadiyah dan masyarakat secara geografis (lokal dan global) dan tantangan era globalisasi, Madrasah Mu-allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sebagai “Madrasah amanat

Muktamar” dituntut menyikapi perubahan tersebut secara profesional, arif dan

bijaksana tanpa meninggalkan identitasnya sebagai sekolah Kader Persyarikatan di masa depan. Supaya sistem pendidikan berlangsung efektif selama 6 tahun, maka seluruh proses pembinaan dan pendidikan di Madrasah ini berjalan selama 24 jan dengan sistem Boarding School (sekolah berasrama).


(47)

Yogyakarta

Tabel. 2

Periodesasi Kepemimpinan

No Nama Mu’allimaat Nama Direktur Tahun

1. Al-Qismul Arqa KH. Ahmad Dahlan 1918 - 1921 2. Pondok Muhammadijah KH. Ahmad Dahlan 1921 - 1923 3. Kweekschool Islam KH. Siraj Dahlan 1923 - 1924 4. Kweek School Istri Raden Haji Hajid 1924 - 1927 5. Kweek School Istri R. H. Djalal 1927 - 1932

6. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta KH. A. Badawie 1932 - 1939

7. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta Raden Haji Hajid 1939 - 1943

8. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta KH. A. Badawie 1943 – 1947

9. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta KH. Dalhar B.K.N. 1947 – 1966

10. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta Moh. Hajam Hisyam 1966

11. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta Hana, BA. 1966 - 1978

12. Madrasah Mu’allimaat


(48)

3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta a. Visi

Sebagai institusi pendidikan Muhammadiyah tingkat menengah yang unggul dan mampu menghasilkan kader ulama, pemimpin, dan pendidik sebagai pembawa misi gerakan Muhammadiyah.

No Nama Mu’allimaat Nama Direktur Tahun

13. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta Dra. Hj. Siti Zunnah 1979 - 1994

14. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Drs. H. Mashuri H.N. 1994 - 1997

15. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah H.M. Burhanuddin, B.A. 1997 – 1998

16. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Drs. H. Hamdan Hambali 1998 - 2005

17. Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Dra. Fauziyah Tri Astuti 2005 - 2014

18. Madrasah Mu’allimaat


(49)

1) Menyelenggarakan dan Mengembangkan pendidikan Islam guna membangun kompetensi dan keunggulan siswi di bidang ilmu-ilmu dasar keislaman, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. 2) Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan Bahasa Arab

dan Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi untuk mendalami agama dan ilmu pegetahuan.

3) Menyelenggarakan dan mengembangakan pendidikan kepemimpinan guna membangun kompetensi dan keunggulan siswi di bidang akhlak dan kepribadian.

4) Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan keguruan guna membangun kompetensi dan keunggulan siswi di bidang kependidikan.

5) Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan ketrampilan guna membangun kompetensi dan keunggulan siswi di bidang Wirausaha.

6) Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan kader Muhammadiyah guna membangun kompetensi dan keunggulan siswi di bidang organisasi dan perjuangan Muhammadiya.


(50)

Terselenggaranya pendidikan tingkat menengah yang unggul dalam membentuk kader ulama, pemimpin dan pendidik yang mendukung pencapaian tujuan Muhammadiyah, yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

4. Analisis Kondisi Sekolah

a. Profil Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah 1) Madrasah Aliyah

Nama Sekolah : Madrasah Aliyah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

Status : Terakreditasi “A” NSS : 131234710004

NIS : 300 550

NPSN : 20363283 Tahun Berdiri : 1923

Alamat : Jl. Suronatan Ng II/653 Notoprajan, Ngampilan, Telp/Fax. (0274) 374687 Yogyakarta 55262

Kabupaten/Kota : Kota Yogyakarta

Propinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta Kepala Sekolah : Agustyani Ernawati, S. Pd.


(51)

Pend. Terakhir : S-1 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Fakultas/Jurusan : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Tahun Lulus : 1998

Yayasan : Persyarikatan Muhammadiyah

Alamat : Jl. Cik Ditiro 23 Terban, Gondokusuman, Telp. (0274) 553132 Fax. (0274) 553137 Yogyakarta 55225

Nama Komite : Drs. Muslikhin, M.Hum

2) Madrasah Tsanawiyah

Nama Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

Status : Terakreditasi “A” NSS : 212 347 110 005

NIS : 200 600

Tahun Berdiri : 1923

Alamat : Jl. Suronatan Ng II/653 Notoprajan, Ngampilan, Telp/Fax. (0274) 374687 Yogyakarta 55262

Kabupaten/Kota : Kota Yogyakarta


(52)

NIP/NBM : -/954246

Pend. Terakhir : S-1 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Fakultas/Jurusan : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Tahun Lulus : 1998

Yayasan : Persyarikatan Muhammadiyah

Alamat : Jl. Cik Ditiro 23 Terban, Gondokusuman, Telp. (0274) 553132 Fax. (0274) 553137 Yogyakarta 55225

Nama Komite : Drs. Sarijan

b. Struktur Organisasi Madrasah

Direktur : Agustyani Ernawati, S. Pd.

Wakil Direktur I : Risfiana, S. Ag. Wakil Direktur II : Lilis Setyowati, S. E. Wakil Direktur III : Unik Rasyidah, M. Pd. Wakil Direktur IV : Atang Solihin, S. Pd. I Bendahara Penerima : Untung Nugroho, S. Pd. Bendahara Pengeluaran : Nurhayati

Kepala Urusan Tata Usaha : Dzat Kurniawan, S. Pd.I Kepala Urusan Pengajaran Aliyah : Endah SRH, S. Ag.


(53)

Kepala Urusan Pengembangan Kurikulum : Sayyidah Barrah, S. Ag. Kepala Urusan Perpustakaan : Ari Supriyanto, S.T. Kepala Urusan Laboratorium : Diah Fakhmawati, S.S., M.Pd. Kepala Urusan Humas dan Kerjasama : Sumarwoko, S. T.

Kepala Urusan Sarana dan Prasarana : Suparyanto Kepala Urusan Rumah Tangga : Siti Nurjamilatun Kepala Urusan Bimbingan Siswi : Dwi Susilowati, S. Pd. Kaur Pemb. Kegiatan dan Prestasi Siswi : Yunita Andriatmi, S. Pd. Kepala Urusan Pemb. Kader Persyarikatan : Sri Kurniati, S. Psi. Kepala Urusan Bimb. Kehidupan Islami : Amin Hasanah, S. Pd.

c. Tenaga Pendidik dan Kependidikan

1) Tenaga Pendidik Tugas Mengajar Madrasah Tsanawiyah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta:

Tabel. 3

Tenaga Pendidik Madrasah Tsanawiyah

No. Nama Guru Mata Pelajaran

1. Endah SRH, S. Ag Al Qur'an Tarjamah Hadits

2. Rina Farikhah, S. Ag Hadits

3. H. A. Junaidi Maksum, S. Pd. I. Al Qur'an Tarjamah 4. Hayatul Izzah, S. Ag Aqidah


(54)

5. Sugiyasih, S. Ag Akhlak

6. Risfiana, S. Ag Fikih

7. Kriswanti Fikih

8. Sayyidah Barrah, M. Pd. I Sejarah Kebudayaan Islam 9. Zulkifli, M. Pd. I Sejarah Kebudayaan Islam 10. Siti Khoiriyah, S. Ag Kemuhammadiyahan 11. Dra. Hj. Siti Sa'adah Kemuhammadiyahan 12. Zuvita Nandiastika Kemuhammadiyahan 13. Niswatul Lailah, S. Pd.I Bahasa Arab

14. Nur'aini Rokhmawati, S. Pd.I Bahasa Arab

15. Maisaroh, S. S Bahasa Arab

16. Rina Widyaningsih, S. Pd PKn

17. Triningsih, S. S Bahasa Indonesia 18. Nofiasih, S. Pd Bahasa Indonesia 19. Unik Rasyidah, S. Pd, M. Pd Bahasa Inggris 20. Diah Fakhmawati, S. S, M. Pd Bahasa Inggris 21. Rena Achsana Putri, S. S Bahasa Inggris 22. Umi Hani'ah Sarwastuti, S. Pd IPS

23. Sutini, S. Pd IPS

24. Ninik Widyastuti, S. Pd IPS 25. Rini Wijayanti, S. Pd IPA 26. Rus Ernawati, S. Si IPA 27. Suminah, S. Pd. Kim IPA

28. Elpin Eliana, S. Pd Matematika 29. Tri Sulistyaningsih, S. Pd Matematika 30. Okta Wido Hartanti, S. Pd. Kor Penjasorkes 31. Dra. Hj. Siti Maryati Bahasa Jawa 32. Iqbal Maulana Nafi’, S. Pd. I Seni Budaya


(55)

34. Amin Hasanah, S. Pd, M. Pd Leadership

Bimbingan Konseling 35. Yunita Andriatmi, S. Pd Bimbingan Konseling 36. Dwi Susilawati, S. Pd Bimbingan Konseling 37. Atun Priyati, S. Pd Bimbingan Konseling

2) Tenaga Pendidik Tugas Mengajar Madrasah Aliyah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta:

Tabel. 4

Tenaga Pendidik Madrasah Aliyah

No. Nama Guru Mata Pelajaran

1. Endah SRH, S. Ag Al Qur'an Tafsir 2. Rita Hayati, S. Ikom Al Qur'an Tafsir

Hadits 3. H.Khaedar Waluyo, S. Ag

Ilmu Tafsir Al Qur'an Tafsir Hadits

4. H.A. Junaidi Maksum, S. Pd. I. Hadits Ilmu Hadits 5. Atang Solihin, S. Pd. I

Aqidah

Akhlak/tasawuf Ilmu Kalam 6. Syayidatul Mafrudlah, S. Ag Aqidah

Akhlak 7. Lu'lu' Nurhusna, S. Pd. I

Aqidah Akhlak Ilmu Kalam 8. Agus Salim, S. H. I Ilmu Falak 9. Dra. Misma Kasim, M. A. Fikih

Ushul Fikih 10. Risfiana, S. Ag Ushul Fikih


(56)

11. Sayyidah Barrah, M. Pd. I Sejarah Kebudayaan Islam 12. Zulkifli, M. Pd. I Sejarah Kebudayaan Islam 13. Dra. Hj. Siti Jafnah Wd, M. A. Kemuhammadiyahan 14. Dra. Fauziyah Tri Astuti, M. A Kemuhammadiyahan Bimbingan Konseling

15. Nurkhasanah Bahasa Arab

16. Maisaroh, S. S. Bahasa Arab 17. Drs. A'la Subki Bahasa Arab

Muhadatsah / Bahasa Asing 18. Rina Widyaningsih, S. Pd PKn

19. Endang Winarsih, S. Pd Bahasa Indonesia 20. Srimarlina, S. Pd, M. A. Bahasa Indonesia 21. Agustyani Ernawati, S. Pd Bahasa Inggris 22. Dwi Setiyawan, S. Pd Bahasa Inggris 23. Rena Achsana Putri, S. S Bahasa Inggris 24. Kuni Farida, S. Pd Matematika 25. Pive Fauziyah, S. Pd. Mat Matematika 26. Yuni Astuti, S. Pd Sejarah 27. Ninik Widyastuti, S. Pd Geografi 28. Dra. Nurbaity Hasan Sosiologi

Geografi 29. Lilis Setyowati, S. E. Ekonomi

30. Sutini, S. Pd Ekonomi

31. Sumarwoko, S. T Fisika 32. Suminah, S. Pd. Kim Kimia 33. Mainuri Budi Argo, S. Pd Kimia 34. Nurul Asyikin, S. Pd. Si Biologi 35. Iqbal Maulana Nafi’, S. Pd. I Seni Budaya 36. Aprilia Muktirina, S. Pd Seni Budaya 37. Hermy Susiana Hidayat, S. Pd Penjasorkes

No. Nama Guru Mata Pelajaran

38. Ari Supriyanto, S. T TIK

39. Siti Khoiriyah, S. Ag Ilmu Keguruan Kemuhammadiyahan 40. Amin Hasanah, S. Pd Leadership

41. Betty Herma Yuwati, S. Pd Bimbingan Konseling 42. Sri Kurniati, S. Psi Bimbingan Konseling


(57)

Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Tabel. 5

Tenaga Kependidikan, Staff dan Karyawan

No Nama Tugas

1. Siti Nur Jamilatun Kaur. Kerumahtanggaan

2. Rhisna Kasir

3. Hadi Santoso Teknisi Komputer/TIK

4. Nuriyah Koordinator Marzaq

5. Sumiyati Adm. Perpustakaan

6. Nurhayati Bendahara Pengguna

7. Sakiman Satpam

8. Dzat Kurniawan, S.Pd.I. Kepala Tata Usaha

9. Gunadi Adm. Tata Usaha

10. Saniman Kebersihan

11. Muhammad Asim Adm. Pengajaran

12. Eko Yulianto Kebersihan

13. Mujanto Driver/ Adm. Perpustakaam

14. Supargiyanto Satpam

15. Abdul Malik Teknisi Umum

16. Dimas Adi Putra Satpam

17. Muslihah, S.Pd.I. TU/ Adm. Bahasa 18. Chuznul Chotimah P., S.S. Laboran Bahasa

19. Nur Haryono Satpam


(58)

21. Riyanto Satpam

22. Yatanto Driver

23. Maryoto, S. E. Adm. Pengajaran 24. Dita Indrayanti, AM Kg. Perawat Gigi 25. Muhammad Ridho, S.S. Adm. Pengajaran 26. Hj. Siti Bidronah Bintarti Adm. UKS 27. Siti Laila Chusnul Chotimah, SE. Kasir

28. Mujiyanto Administarasi Humas 29. Untung Nugroho R, S. Pd Bendahara Masuk

30. Suparyanto Kaur. Sarpras

31. Marwanto Adm. Sarpras

32. Rahmat Hidayatulloh, S. H Administrasi Pesantren

33. Ivan Nurjoko Driver

34. Istikomah, A. Md Adm. Perpus/ Pustakawan 35. Supartini, S. T. P Laboran IPA

36. Esti Kusmawati, A.M.K. Petugas UKS

37. Mudiyoko Teknisi

38. Isti Widiharjanti, S.E.I. Administrasi Perpustakaan

39. Amir Fauzi Teknisi

40. Rusjiono Kebersihan

41. Wiwin Hardiani, S.E. Adm. TU

42. Rizqa Nuril Hidayah Indah, S.Pd Laboran Komputer 43. Wawan Istinurjarto Satpam


(59)

45. Hanif Setiawan Ekspedisi 46. Miftakhul Ikhwan Kebersihan 47. Desi Ikasari Adm. TU Kegiatan

48. Ngadiran Kebersihan

d. Keadaan Peserta Didik

Jumlah peserta didik di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah

Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 berjumlah 1.086 dengan rincian sebagai berikut :

1) Tingkat Aliyah

Tabel. 6

Jumlah Siswi Tingkat Aliyah

Kelas X Kelas XI Kelas XII

A B C D E A B C D E A B C D E I P A 1 I P A 2 I P S 1 I P S 2 M A K I P A 1 I P A 2 I P S 1 I P S 2 M A K

41 43 40 39 39 45 43 37 36 13 35 45 34 23 13

202 174 150


(60)

Tabel. 7

Jumlah Siswi Tingkat Tsanawiyah

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

A B C D E A B C D A B C D E

42 37 40 39 39 46 48 43 42 35 38 36 38 37

197 179 184

Jumlah 560 Siswi

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang tersedia di Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta diperuntukkan kegiatan pembelajaran, kegiatan siswi, kegiatan pengembangan siswi dan untuk pendukung kegiatan pembelajaran.

1) Ruang Kelas Mts (14 ruang ber-LCD) 2) Ruang Kelas MA (16 ruang ber-LCD) 3) Ruang IT

4) Laboratorium Fisika 5) Laboratorium Kimia 6) Laboratorium Biologi


(61)

8) Laboratorium Komputer 9) Perpustakaan

10) Ruang IPM Koperasi dan Usaha Marzaq 11) Ruang Pertemuan/Ruang Sidang

12) Aula

13) UKS (ada Dokter jaga Umum dan Gigi) 14) Ruang BK

15) Ruang Direktur dan Pembantu Direktur 16) Ruang Guru

17) Ruang TU

18) Ruang Kepala Urusan 19) Mushola

20) Lapangan Olahraga (basket, badminton, tenis meja) 21) Hot Spot Area

3) Pembahasan Tentang Evaluasi Program Pembelajaran Tahfidz al-Quran di

Madrasah Mua’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

Evaluasi program dilakukan untuk melihat pencapaian target dari sebuah program. Tolok ukur yang dijadian acuan dalam menentukan seberapa jauh target program yang sudah terlaksana adalah tujuan yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan (Arikunto, 2007: 292). Adapun tujuan pembelajaran


(62)

Yogyakarta sebagaimana diungkapkan oleh Ustadzah Amin Hasanah selaku Kepala Urusan Bimbingan Kehidupan Islami, yaitu:

Salah satu visi dan misi dari Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta adalah menghasilkan kader ulama yang mampu mengembangkan pendidikan islam yang unggul di bidang ilmu-ilmu dasar keislaman. Salah satu upayanya adalah mengembangkan pembelajran tahfidz al-Quran dengan harapan hadirnya kader persyarikatan yang memiliki kemampuan menghafalkan al-Quran (wawancara tanggal 28 Juli 2016).

Berdasarkan tujuan tersebut, peneliti akan menguraikan hasil beserta analisis dari penelitiannya tentang evaluasi program pembelajaran tahfidz

al-Qur’an di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta mulai dari aspek

context (konteks), input (masukan), process (proses), dan product (hasil). Adapun uraian lebih rinci sebagai berikut:

1. Evaluation Context (Evaluasi Konteks)

Evaluasi terhadap komponen konteks dimaksudkan untuk mengetahui perencanaan keputusan, untuk mengetahui kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program (Tayibnafis, 2000: 14). Dalam penelitian ini,peneliti telah meneliti terhadap unsur-unsur dukungan sekolah dan pencapaian kompetensi siswi.

a. Dukungan sekolah

Evaluasi terhadap dukungan sekolah dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana dukungan sekolah terhadap program pembelajaran tahfidz


(63)

al-digunakan untuk mengumpulkan data adalah pedoman wawancara.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan ibu Amin Hasanah (wawancara pada tanggal 28 Juli 2016) beliau mengatakan bahwa:

Untuk mendukung program tahfidz al-Quran di madrasah telah disiapkan sebanyak 29 guru tahfidz yang akan mendampingi siswi di kelas setiap hari senin. Selain itu juga telah di siapkan pula kegiatan

tahfidz al-Quran di asrama yang bekerjasama dengan para musyrifah di asrama. Pada program tahfidz di asrama ini siswi di berikan waktu untuk menghafal sebelum di setorkan kepada guru tahfidz di kelas. Bahkan para musyrifah juga memfasilitasi para siswi yang ingin mengecek hafalannya sebelum disetorkan kepada guru tahfidz. Meskipun metode yang digunakan di setiap asrama tidak semua sama, namun tujuan adanya program tahfidz di asrama adalah untuk membantu siswi menghafal dan menyetorkan hafalannya sampai target hafalan selesai.

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mendukung program pembelajaran tahfidz madrasah telah menyiapkan program tahfidz di asrama. Program ini diterapkan di seluruh asrama, meskipun pada pelaksanaanya metode yang digunakan dalam pembelajaran

tahfidz di asrama berbeda-beda. b. Pencapaian Kompetensi Siswi

Evaluasi kompetensi dilakukan untuk mengetahui kompetensi (tujuan belajar) manakah yang dirasa sulit oleh para siswi. Data evaluasi kompetensi siswi diperoleh dari penilaian kelas dan penilaian berdasarkan tes lisan diakhir semester. Sebagaimana yang diungkapkan Ustadzah Amin Hasanah.

Secara umum perencanaan evaluasi telah dibuat dengan baik dan sesuai dengan materi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran tahfidz


(64)

al-akhir semester dengan teknik tes lisan. Selain itu juga diterapkan penilaian kelas yang dilakukan oleh guru tahfidz ketika siswi menyetorkan hafalan di kelas (wawancara dilakukan pada tanggal 28 Juli 2016).

Berdasarkan hasil observasi terhadap data penilaian kelas, peneliti memperoleh data terkait pencapaian kompetensi siswi yang berupa lembar penilaian tahfidz yang mencantumkan indikator penilaian. Adapun format dari lembar penilaian tahfidz di kelas sebagai berikut:

Tabel. 8 Lembar Penilaian

Daftar Penilaian Tahfidz Al-Quran Nama :

Kelas :

Asrama : Semester : 1

No Tanggal Surah dan Ayat Nilai Tanda Tangan Nama penguji Tepat waktu/ tidak

1 22 juni 2015 Al-Baqarah 223 - 227 2 29 Juni 2015 Al-Baqarah 228 - 229 3 6 Juli 2015 Al-Baqarah 230 – 232 4 13 Juli 2015 Al-Baqarah 233

A 20 Juli 2015 Muroja’ah (al-Baqarah ayat 223 – 233)

5 27 Juli 2015 Al-Baqarah 234 – 235 6 03 Agustus 2015 Al-Baqarah 236 - 238 7 10 Agustus 2015 Al-Baqarah 239 - 242


(65)

B 24 Agustus 2015 Muroja’ah (al-Baqarah ayat 223 - 245)

9 31 Agustur 2015 Al-Baqarah 246 10 07 September 2015 Al-Baqarah 247 – 248 11 14 September 2015 Al-Baqarah 249 – 250 12 21 September 2015 Al-Baqarah 251 – 253

C 28 September 205 Muroja’ah (al-Baqarah ayat 247 – 253)

13 05 Oktober 2015 Al-Baqarah 254 – 257 14 12 Oktober 2015 Al-Baqarah 258 – 259

D 19 Oktober 2015 Muroja’ah (al-Baqarah ayat 223 – 259)

Nilai:

90 – 100 : Hafalan lancar dan tajwid benar Yogyakarta, 80 – 89 : Hafalan lancar dan tajwid kurang/ Guru Tahfidz

Tajwid benar dan hafalan kurang lancar 70 – 79 : Kurang lancar dan tajwid kurang

Berdasarkan observasi, ditemukan bahwa banyak siswi yang tidak tepat waktu dalam menyetorkan paket hafalan. Hal inilah yang perlu menjadi

perhatian dari madrasah. Apakah “tidak tepat waktu” tersebut disebabkan oleh

faktor diri sendiri atau dari faktor guru. Apabila penyebabnya dalah siswi, maka hendaknya guru lebih sering mengingatkan dan memotivasi siswi untuk tepat waktu dalam menyetorkan hafalan. Sebaliknya, jika penyebabnya adalah guru, maka hendaknya guru mengevaluasi apakah metode yang digunakan


(66)

lebih efektif agar para siswi tepat waktu dalam menyetorankan hafalannya.

Secara umum, berdasarkan dari data-data yang diperoleh terkait dengan evaluasi context (konteks) menunjukkan bahwa, dukungan dari sekolah terhadap program pembelajaran tahfidz al-Quran ini sudah baik, sebagaimana telah dijelaskan pada aspek-aspek di atas. Sedangkan dari aspek kompetensi siswi, masih perlu lebih diperhatikan lagi karena masih banyak siswi yang tidak tepat waktu dalam menyetorkan hafalan selain itu juga diperlukan mencari metode pembelajaran yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

2. Evaluation Input (Evaluasi Masukan)

Tahap kedua dari evaluasi model CIPP adalah evaluasi input (masukan), yaitu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana kemampuan awal siswa?

b. Apakah ada peraturan yang mendukung program pembelajaran tahfidz al-Quran?

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, peneliti telah melakukan evaluasi terhadap unsur-unsur kemampuan awal siswa dan peraturan yang mendukung program pembelajaran tahfidz al-Qur’an sebagai berikut:


(67)

Evaluasi terhadap aspek kemampuan siswi dilakukan untuk mengetahui penguasaan awal siswi terhadap materi yang akan disampaikan pengajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Urusan Bimbingan Kehidupan Islami diketahui bahwa:

Pada saat siswi mendaftar ke Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta ada serangkaian tes yang harus dilalui oleh siswi, salah satunya adalah tes baca Quran. Tujuan dari diadakannya tes baca al-Quran adalah agar diketahui kemampuan awal siswi dalam membaca al-Quran. Tujuan dilakukannya placement test ini adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswi yang nantinya hasil placemen test

tersebut digunakan untuk mengelompokkan siswi berdasarkan spesifikasi tertentu misal, kelompok 1 siswi yang sudah lancar membaca tetapi tajwid masih kurang, kelompok 2 siswi belum lancar membaca dan sebagainya. sehingga di dalam setiap kelompok kemampuan siswinya sama dalam artian tidak ada yang sangat lancar atau tidak ada yang tidak bisa membaca sama sekali (wawancara dilakukan pada tanggal 28 Juli 2016).

Berdasarkan wawancara diatas diketahui bahwa madrasah telah melakukan placement test pada saat penerimaan siswi baru guna mengetahui

kemampuan awal siswinya. Sehingga setelah masuk ke Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta akan lebih mudah untuk membaginya ke dalam kelompok-kelompok dengan kriteria tertentu.

b) Peraturan yang mendukung program pembelajaran tahfidz al-Qur’an

Evaluasi terhadap peraturan dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada peraturan madrasah yang mendukung program pembelajaran tahfidz al-Quran. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Ustadzah Amin Hasanah, beliau mengatakan bahwa:


(68)

al-Quran di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, yaitu

siswi hafal minimal 4 juz selama di Mu’allimaat. Rincian

pelaksanaannya adalah di kelas VII hafalan juz 30, kelas VII hafalan juz 1, kelas IX mengulang hafalan juz 30 dan juz 1, kelas X hafalan juz 2, kelas XI hafalan juz 3, dan kelas XII hafalan mengulang juz 2 dan 3. Selain itu pembelajaran tahfidz al-Quran juga merupakan syarat kenaikan kelas, sehingga jika siswi belum menyelesaikan target hafalannya maka siswi harus ikut kelas remidi untuk menuntaskan nilai tahfidz al-Quran. Namun apabila ada siswi yang setelah ikut kelas remidi pun belum mampu menyelesaikan tahfidz, maka siswi tersebut akan dinyatakan tinggal kelas sesuai dengan peraturan yang berlaku, akan tetapi selama ini belum ada siswi yang tinggal kelas karena semua dapat menyelesaikan target hafalannya di kelas remidi.

Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa ada peraturan yang mengharuskan siswi untuk menyelesaikan hafalan minimal sesuai dengan yang ditargetkan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Namun, yang perlu menjadi perhatian madrasah adalah pengawasan terhadap pencapaian target hafalan siswi karena jika tidak ada pengawasan sebaik apapun suatu program maka tidak akan terlaksana dengan baik.

Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan evaluasi input (masukan) menunjukkan bahwa madrasah telah mengetahui kemampuan awal para siswinya karena telah dilakukan placement test sebelum program pembelajaran tahfidz dimulai. Pada aspek peraturan pendukung program, perlu diadakan pengawasan secara berkesinambungan guna mengetahui perkembangan pencapaian hafalan siswi.


(69)

Evaluasi process (proses) dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana sesuai jadwal. Dalam tahap ini akan dilakukan evaluasi terhadap unsur-unsur ketersediaan jadwal pembelajaran tahfidz al-Quran, metode serta media yang digunakan dalam pembelajaran tahfidz al-Quran, dan hambatan-hambatan dalam kegiatan pembelajaran.

a. Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran tahfidz al-Quran

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ustadzah Nur Khasanah (wawancara pada tanggal 8 Agustus 2016) beliau mengatakan bahwa:

Kegiatan pembelajaran tahfidz al-Quran di madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta berlangsung pada pagi hari setiap hari senin mulai pukul 07.00 – 08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran ini dimulai saat bel masuk kelas berbunyi dan semua siswi masuk ke kelas masing-masing dan duduk di bangkunya. Setelah itu semua siswi membaca doa belajar secara terbimbing. Setelah itu para sisiwi bergantian menghadap guru tahfidz untuk menyetorkan hafalannya. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa jadwal pembelajaran tahfidz al-Quran dilaksanakan setiap hari senin. Berdasarkan pengamatan lapangan menunjukkan bahwa realisasi jadwal pembelajaran

tahfidz al-Quran berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Namun, ada beberapa hal yang menjadi perhatian peneliti selama melakukan pengamatan; pertama, ada siswi yang datang terlambat, atau bahkan guru yang juga terlambat masuk ke kelas; kedua, selama kelas berlangsung sering kali siswi izin keluar kelas dengan berbagai macam alasan; ketiga, terkadang tidak


(70)

karena waktu pelajaran habis; keempat, guru membagi waktu untuk memperbaiki bacaan al-Quran siswi yang masih kurang benar dan menerima setoran hafalan karena untuk mata pelajaran tahfidz hanya disediakan dua jam pelajaran (90 menit) per minggunya.

b. Metode dan media

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan ustadzah Nur Khasanah selaku guru tahfidz kelas XI A, diperoleh keterangan bahwa:

Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode takrir, yaitu siswi satu per satu menyetorkan hafalan yang tercantum di dalam blanko target hafalan dan penilaian kepada guru tahfidz di madrasah. Jika hafalan yang disetorkan sudah mencapai kriteria penilaian maka siswi diperbolehkan melanjutkan menghafal paket hafalan selanjutnya, namun jika belum lancar dan masih terdapat kesalahan tajwid, maka siswi harus mengulang sampai benar-benar lancar. Sedangkan media yang digunakan dalam proses pembelajaran tahfidz adalah mushaf al-Quran baik yang menggunakan terjemahan maupun tidak, selain itu juga di putarkan murottal untuk diperdengarkan kepada siswi sesuai dengan paket hafalan siswi atau untuk murojaah hafalan sebelumnya (wawancara dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2016).

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 8 Agustus 2016, ketika siswi Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam kegiatan belajar mengajar, mereka menghafalkan paket hafalan di dalam kelas, sehingga suasana kelas menjadi ramai dan tidak kondusif, oleh karena itu di beberapa kelas peneliti menemukan ada guru yang memperbolehkan siswinya menghafal di luar ruang kelas. Saat guru mulai meminta siswi untuk menyetorkan hafalan satu per satu banyak siswi yang menunggu sampai


(71)

kelas dengan alasan ingin ke toilet dan sebagainya.

c. Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz Al-Quran Evaluasi terhadap unsur ini ditujukan guna mengetahui hambatan- hambatan apa saja yang ditemui pengajar maupun siswi selama proses pembelajaran tahfidz al-Quran. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah pedoman wawancara yang dilakukan dengan guru pengampu mata pelajaran tahfidz al-Quran dan angket untuk siswi kelas XI.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ustadzah Nur Hasanah selaku guru pengampu tahfidz beliau mengemukakan bahwa:

Ada beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran tahfidzhdi Madrasah, diantaranya adalah; pertama, waktu pembelajaran yang hanya 90 menit perminggu dirasa sangat kurang dengan kapasitas kurang lebih 40 siswi. Apalagi jika tidak ada sinkronisasi antara program tahfidz di madrasah dengan di asrama. Kedua, kemampuan siswi yang tidak sama mengharuskan guru untuk dapat membagi waktu antara memperbaiki bacaan al-Quran siswi yang masih di bawah rata-rata dan menerima setoran hafalan (wawancara dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2016).

Berdasarkan data dari hasil jawaban angket yang telah disebarkan

kepada siswi kelas XI Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

hambatan yang dirasakan para sisiwi juga pada jam pelajaran tahfidz sangat singkat yaitu hanya 90 menit atau dua jam pelajaran dalam satu minggu, sehingga mereka harus mengantri dan menunggu giliran untuk dapat menyetorkan hafalan, bahkan terkadang hanya beberapa siswi saja yang dapat


(72)

suasana di kelas ramai sehingga tidak kondusif untuk menghafalkan di kelas. 4. Evaluation Product (Evaluasi Hasil)

Evaluasi terhadap komponen product (hasil) dimaksudkan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang telah diajarkan kepada siswi setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Penilaian kecakapan akademik siswi menggunakan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS). Berdasarkan data hasil Ulangan Akhir Semester (UAS), siswi kelas XI Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 174 siswi sebagai berikut (observasi pada dokumen nilai dan pencapaian target hafalan pada semester satu.

Grafik. 1

Hasil Pencapaian Target Hafalan Siswi Kelas XI Semester 1

45 43 37 36 13 37 29 19 20 6 8 14 18 16 7 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Kelas XI A Kelas XI B Kelas XI C Kelas XI D Kelas XI E

Jumlah Siswi Tidak Menyelesaikan Target Hafalan Menyelesaikan Target Hafalan


(73)

hanya 8 siswi yang dapat menyelesaikan target hafalan, sedangkan 37 siswi lainnya belum menyelesaikan target hafalan. Berdasarkan angket dari responden Sari Putri Dewi (siswi kelas XI A) ia mengakatan bahwa:

Program tahfidz di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiya bagus, hanya saja ketika tida waktu untuk menyetorkan hafalan saya malas untuk menyertorkan meskipun sebenarnya sudah hafal. Selain itu jam pelajaran tehfidz terlalu singkat harusnya diperbanyak lagi dan ditambah dengan diadakan pendampingan khusus berkelompok dan wajib. misalnya pendampingan khusus untuk anak-anak yang kesulitan menghafal atau pendampingan bagi anak-anak yang ingin menambah hafalannya lebih dari 4 juz (angket diberikan tanggal 10 Agustus 2016).

Menurut Karin Muhammad siswi kelas XI B berdasarkan jawaban angket yang dibagikan tanggal 10 Agustus 2016 lalu, ia mengatakan bahwa:

Program tahfidz di madrasah tidak terlalu ditekankan, sehingga banyak anak-anak yang bermalas-malasan menghafal al-Quran. Selain itu juga ustadzahnya terkadang pelit nilai, jadi kurang semangat kalau mau setoran (angket diberikan tanggal 10 Agustus 2016).

Berdasarkan data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswi yang tidak menyelesaikan target hafalannya tidak hanya dari diri mereka sendiri (malas-malasan) tetapi juga kurangnya penekanan bahwa pelajaran tahfidz

merupakan yang menjadi syarat kenaikan kelas dan kelulusan. Oleh karena itu Madrasah perlu lebih menegaskan lagi peraturan tentang pembelajaran tahfidz

supaya para siswi tidak bermalas-malasan. Selain itu juga dari guru tahfidz perlu lebih m motivasi siswi supaya mereka lebih semangat lagi dalam menghafalkan


(74)

nilai tahfidz tertinggi atau tercepat menyelesaikan target hafalan.

Diagram. 1

Tidak Menyelesaikan Target Hafalan Semester 1

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa kelas XI A merupakan kelas dengan prosentase terbesar siswi yang belum menyelesaikan target hafalan yakni 37,33 %. Menurut Dini Iflahah dalam angketnya, ia menyebutkan bahwa:

Suasana kegiatan belajar mengajar di kelas terkadang kurang kondusif karena ramai, para guru tahfidz juga hanya duduk menerima setoran dan jarang menyuruh siswi yang tidak setoran untuk menyetorkan hafalannya sehingga siswinya pada ogah-ogahan (malas). Selain itu saya juga sulit mengatur waktu untuk menghafal, karena di asrama ada kegiatan dan di asrama berisik, terutama yang asramanya besar.

37, 33%

29, 26% 19, 17%

20, 18% 6, 6%

Kelas XI A Kelas XI B

Kelas XI C Kelas XI D


(75)

Khoirunnisa (kelas XI E) ia mengatakan bahwa:

Saya tidak selalu tepat waktu saat menyetorkan hafalan di kelas, karena saya punya banyak kegiatan dan tipikal orang yang susah mengingat hafalan dengan cepat. Jadi kalau terlalu sibuk dan banyak kegiatan saya tidak menyetorkan hafalan karena belum menghafal.

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa para siswi yang tidak mencapai target dikarenakan kondisi kelas yang tidak kondusif (ramai) menyebabkan para siswi tidak dapat berkonsentrasi ketika menghafal. Selain itu juga dikarena ada siswi yang kemampuan menghafal rendah sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk menghafal.

Diagram. 2

Menyelesaikan Target Hafalan Semester 1

8, 13%

14, 22%

18, 29% 16, 25%

7, 11% Kelas XI A

Kelas XI B Kelas XI C Kelas XI D Kelas XI E


(76)

tertinggi siswi yang telah menyelesaikan target hafalan di semester I adalah kelas XI C dengan jumlah 18,29 %. Fitria Nadifa (kelas XI C) di dalam angket yang dibagikan tanggal 10 Agustus menyebutkan bahwa:

Alhamdulillah saya bisa tepat waktu jika setoran, bahkan jika sedang baik

moodnya saya bisa menyetor lebih dari satu paket hafalan, sehingga kalau saya tidak mood setor pada minggu selanjutnya saya tidak akan tertinggal. Bahkan saya juga sudah mulai menghafal dan menyetorkan hafalan untuk semester 2 karena saya sudah menyelesaikan target tahfidz semester 1. Hal ini karena saya menyadari bahwa selain menjadi syarat kelulusan, program tahfidz juga memiliki banyak manfaat, misalnya menambah pahala serta dapat menjadi bekal di dunia dan akhirat terutama jika kita tidak hanya menghafalkannya tetapi juga mengerti isi kandungan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga ingin cepat menyelesaikan target hafalan tanpa harus menunggu batas waktu selesai supaya tidak keteteran di akhir semester.

Sedangkan menurut Aisyah Putri Amelia (siswi kelas XI B), ia mengaakan bahwa:

Adanya program tahfidz di Madrasah sangat bagus, namun pada pelaksanaanya kurang greget dan kurang disiplin, sehingga banyak anak yang tidak menyelesaikan hafalannya. Menurut saya harusnya kelas

tahfidz diadakan setiap habis shalat berjamaah supaya siswinya punya lebih banyak waktu untuk setoran dan murajaah, tidak hanya seminggu sekali. kalau untuk setoran, saya selaluberusaha tepat waktu, karena kalau tidak akan menumpuk dengan tugas dan kegiatan lainnya.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa siswi yang menyelesaikan target hafalan memiliki motivasi untuk cepat menyelesaikan hafalan tanpa harus menunggu batas waktu selesai, hanya saja waktu yang disediakan untuk pelajaran tahfidz dirasa sangat kurang jika hanya seminggu sekali.


(77)

Pencapaian Target Hafalan Semester 1

Berdasarkan diagram di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada semester 1 hanya 36 % siswi yang telah menyelesaikan target hafalannya. Sedangkan 64 % dari jumlah keseluruhan kelas XI belum menyelesaikan target hafalan. Data ini menunjukkan bahwa program pembelajaran tahfidz al-Quran di

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta pada semester 1 belum

terlaksana dengan baik.

Grafik. 2

Hasil Pencapaian Target Hafalan Siswi Kelas XI Semester 2 36%

64%

Selesai Target

Tidak Selesai Target

45 43 35 36 13 35 24 21 4 7 10 19 14 32 6 0 10 20 30 40 50

Kelas XI A Kelas XI B Kelas XI C Kelas XI D Kelas XI E

Jumlah Siswi

Tidak Menyelesaikan Target Hafalan

Menyelesaikan Target Hafalan


(78)

pembelajaran tahfidz al-Quran di kelas XI D mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yang mana pada semester 1 hanya 16 siswi yang menyelesaikan target hafalannya namun di semester 2 ada 32 siswi yang menyelesaikan target hafalannya. Sedangkan yang belum menyelesaikan target hafalan hanya 4 siswi saja. Menurut uril Arga (siswi kelas XI D) ia mengatakan bahwa:

Orang tua saya selalu memotivasi saya untuk menghafalkan al-Quran agar mendapatkan syafaat di akhirat kelak, oleh karena itu saya dapat menyelesaikan target hafalan semester 2 tepat waktu. Selain itu saya berusaha untuk selalu menyetorkan paket hafalan tepat waktu supaya tidak menumpuk di akhir semerter.

Sedangkan menurut Rahma Azzahra (siswi kelas XI D) mengatakan bahwa:

Motivasi terbesar saya dalam menghafalkan al-Quran adalah teman-teman saya. Saya merasa masih jauh tertinggal dan kurang dalam menghafal, jadi saya berusaha untuk rajin menghafalkan al-Quran.selain itu saat ada waktu luang di asrama saya mengulang-ulang hafalan semester 1 supaya tidak hilang.

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa siswi di kelas XI D dapat menyelesaikan target hafalannya karena memiliki motivasi dan keinginan yang kuat untuk menghafalkan al-Quran. Motivasi tersebut mereka jadikan cambuk untuk terus semangat menghafalkan al-Quran sehingga dapat menyelesaikan target hafalannya.


(79)

Tidak Menyelesaikan Target Hafalan Semester 2

Diagram tersebut menunjukkan bahwa prosentase siswi yang tidak menyelesaikan hafalan di semester 2 di kelas XI A turun 1,94 % dari semester 1, menurut Larasati Azzahra (siswi kelas XI A), ia mengatakan bahwa:

Saya tidak selalu tepat waktu bila menyetorkan hafalan. Kendala yang saya hadapi adalah susah menghafal dengan cepat, saya hanya menghafal sedikit-demi sedikit semampu saya, sehingga saya tertinggal dengan teman-teman yang lain.

Sedangkan menurut Fatimah Khairunnisa (siswi kelas XI E), ia mengatakan bahwa:

Saya tidak tepat waktu ketika menyetorkan hafalan karena saya punya banyak kegiatan di Madrasah seperti ekstrakurikuler dan organisasi, selain itu saya tipekal orang yang susah menghafal. Kendala yang saya

35, 39%

24, 26% 21, 23%

4, 4%

7, 8%

Kelas XI A

Kelas XI B

Kelas XI C

Kelas XI D


(80)

(asrama dan kelas) ramai, kadang-kadang juga menunggu ada mood untuk hafalan.

Berdasarkan data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa para siswi yang tidak menyelesaikan hafalan dikarenakan faktor internal (dari dalam dirinya sendiri) yaitu, kurang konsentrasi, sulit menghafal, malas (menunggu mood). Sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi lingkungan yang kurang mendukung serta ada banyak kegiatan di madrasah.

Diagram. 5

Menyelesaikan Target Hafalan Semester 2

Diagram di atas menunjukkan bahwa siswi yang telah menyelesaikan target hafalan pada semester 2. Menurut Nur Uswatun Chasanah (siswi kelas XI

10, 12%

19, 24%

14, 17% 32, 40%

6, 7%

Kelas XI A

Kelas XI B

Kelas XI C

Kelas XI D


(81)

bahwa:

Program tahfidz di Madrasah sudah cukup baik, hanya saja kurang ketat dalam pengawasan, sehingga masih banyak siswi yang tidak tepat waktu jadi naik kelasnya tertunda. Seharusnya Madrasah memiliki metode tersendiri supaya para siswi dapat menjalani program tahfidz di Madrasah dengan lebih teragenda. Selain itu saat di asrama pun tidak ada follow up dari musyrifah, sehingga siswi yang kesulitan dalam menghafal dapat terbantu dan untuk siswi yang lainnya dapat memanfaatkan waktu di asrama untuk menambah hafalan bukan digunakan untuk ngobrol atau melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Sedangkan menurut Nur Istin Hanifah (siswi kelas XI D), ia mengatakan bahwa:

Program tahfidz di Madrasah sudah bagus, tapi masih kurang kondusif, karena guru tahfidz per kelas hanya satu. Jadi kalau anak-anak lagi pada

mood setoran di kelas antrinya panjang, sampai-sampai ada yang setoran diluar jam pelajaran tahfidz.

Berdasarkan data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan program tahfidz di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sudah baik, namun pada pelaksanaannya masih ada beberapa kendala yang harus diselesaikan. Seperti kurangnya pengawasan, jam pelajaran yang disediakan tidak mencukupi untuk semua siswi menyetorkan hafalan, kurang pengajar serta tidak ada follow up dari musyrifah di asrama, terlebih lagi para siswi yang tinggal di asrama seharusnya lebih mudah dikondisikan untuk belajar berkelompok.


(82)

Pencapaian Target Hafalan Semester 2

Diagram di atas menunjukkan bahwa data pada semester 2, prosentase siswi kelas XI yang menyelesaikan target hafalan berjumlah 47 %, jika dibandingkan dengan semester 1 dengan prosentase 36 % mengalami peningkatan sebesar 11 %. Sedangkan prosentase siswi yang tidak menyelesaikan hafalannya menurun dari 64 % menjadi 53 %. Oleh karena itu berdasarkan data diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa program pembelajaran tahfidz di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta belum dapat dikatakan berhasil, karena 47 % siswinya masih belum menyelesaikan target hafalannya dan harus mengikuti kelas remidi tahfidz di akhir semester 2.

47%

53%

Selesai Target


(83)

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang evaluasi program

tahfidz al-Quran di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Evaluasi context (konteks) menunjukkan bahwa, dukungan dari sekolah terhadap program pembelajaran tahfidz al-Quran ini sudah baik. Sedangkan pada aspek kompetensi siswi, perlu diperhatikan lagi karena berkaitan dengan pencapaian target hafalan yang harus selesai diakhir semester.

2. Evaluasi input (masukan) menunjukkan bahwa, Madrasah telah mengetahui kemampuan awal para siswinya, hal dikarenakan telah dilakukan placemen test baca al-Quran pada saat siswi mendaftar ke Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Pada aspek peraturan yang mendukung sebenarnya sudah baik, hanya saja pada implementasinya perlu lebih ditekankan lagi ke siswi bahwa program pembelajaran tahfidz merupakan salah satu syarat kenaikan kelas dan kelulusan.

3. Evaluasi process (proses) menunjukkan bahwa, kesesuaian waktu pembelajaran dinilai sudah baik karena berjalan sesuai jadwal yang direncanakan. Pada aspek penggunaan metode pembelajaran dan media yang digunakan selama proses pembelajaran dirasa kurang efektif karena waktu dua


(84)

Quran siswi yang masih di bawah rata-rata dan muroja’ah. Penggunaan media selama proses pembelajaran dinilai kurang maksimal. Selain itu hambatan-hambatan yang dirasakan guru dan siswi terkait dengan proses pembelajaran

tahfidz al-Quran ini dapat dijadikan pertimbangan bagi madrasah untuk memperbaiki konsep pembelajaran tahfidz al-Quran baik di madrasah maupun di asrama.

4. Evaluasi product (hasil) menunjukkan bahwa sebanyak 47% siswi kelas XI belum mencapai target hafalannya diakhir semester sehingga harus mengikuti kelas remidi tahfidz. Oleh karena itu, program pembelajaran tahfidz al-Quran untuk kelas XI Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta belum berhasil.

B. Rekomendasi

Penelitian ini merekomendasikan agar program pembelajaran tahfidz

al-Quran di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta tetap dilanjutkan

dengan memperbaiki hal-hal berikut ini; (1) sekolah hendaknya menambah jam pelajaran tahfidz al-Quran di madrasah atau mengoptimalkan jam pelajaran

tahfidz al-Quran asrama dengan konsep pembelajaran yang sama di setiap asrama, (2) mengadakan program tasmi’ di akhir tahun pelajaran sebagai syarat kenaikan maupun kelulusan dari Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.


(85)

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Yang Maha Kuasa, yang tidak pernah berhenti memberikan nikmat sehat dan sempat, sheingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan guna memperbaiki diri sehingga dapat lebih baik lagi kedepannya. Harapan peneliti, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai tahfidz al-Quran.


(86)

Al-Hafidz. Ahsin W. 1994. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardiyanto, Danang. 2015. Evaluasi Program Tahfidz Al-Quran Juz ’Amma Pada Siswa Kelas VIII (Delapan) MTs Muhammadiyah Wonosari Gunung Kidul.

Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Agama Islam. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Arifin, Moh.. 2009. Evaluasi Pembelajaran Mata Pelajaran PAI. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara . 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ed. 2. Cet. 2.

As-Sirjani, Raghib dan Abdurrahman Abdul Khaliq. 2008. Cara Cerdas Hafal al-Quran. Solo: Aqwam.

Depag RI. 1994. Al-Quran Dan Terjemahnya. Bandung: Gema Risalah Press. Depdiknas RI. 2005. Standar Nasional Pendidikan; PP RI No. 19.Jakarta.

. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. Ke-3. Dimyati dan Mudjiyono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Cet. 3.

Hayinati, Eni. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Al-Qur’an dengan Metode Memecry-Memorization siswa kelas II SDN No: 96 Tegalayu Surakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.


(87)

Lubis, Saidan. 2009. Penerapan Prinsip Qurani Dalam Evaluasi Pembelajaran Dan Kediklatan. http://www.bdkpadang.kemenag.go.id. Diakses pada Minggu, 20 Maret 2016.

Madjid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran; Pengembangan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Milles, Mattew B. and A. Michael Hubberman. 1990. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Munawwir, Achmad Warson. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Lengkap. Surabaya: Pustaka Progresif.

Muyasaroh, Sutrisno. 2014. Pengembangan Instrumen Evaluasi CIIP Pada Program Tahfidz Di Pondok Pesantren. Jurnal. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Moloeng, Lexi J.. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosidah. Cet. Ke-3. Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Novitasari, Desi. 2013. Efektifitas Metode ODOA (One Day One Ayat) Dalam Menghafal Al-Quran Bagi Siswa Kelas IV SDN Karangtengah 02 Weru Sukoharjo. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Ni’mah, Lu’lu Wijdatun. 2016. Evaluasi Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Dalam

Pembelajaran ISMUBA Di SD Muhammadiyah Tamantirto Kasihan Bantul.

Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Rahayu, Anggaraeni Putri. 2016. Evaluasi pembelajaran Al-Quran di SD Muhammadiyah Senggotan. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Agama Islam. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Rauf, Abdul Aziz Abdur. 2008. 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Quran, Bandung: Masjid Raya Habiburrahman PT. Dirgantara Indonesia.

Riduwan. 2013. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Syaodih, Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.


(88)

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. _____________. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.

Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi


(89)

(90)

(91)

(92)

(93)

(94)

(95)

(96)

(97)

(98)

(99)

(100)

(101)

(102)

(103)