Teknik Pelaksanaan Pengembangan Diri Anak tunagrahita
2. Teknik Pelaksanaan Pengembangan Diri Anak tunagrahita
Teknik pembelajaran secara umum dapat diartikan sebagai teknik menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik agar tujuan belajar tercapai. Teknik pembelajaran menekankan pada partisipasi aktif peserta didik, misalnya akan lebih mengutamakan penggunaan metode diskusi atau kerja kelompok daripada metode ceramah. Teknik pembelajaran berkaitan erat dengan model dan metode pembelajaran . Teknik pembelajaran tunagrahita pada prinsipnya tidak jauh berbeda penerapannya dengan pembelajaran pada umumnya. Pada hakekatnya teknik pembelajaran tersebut harus memperhatikan karakteristik peserta didik, tujuan belajar, dan ketersediaan sumber. Pada anak tunagrahita ringan dan sedang mungkin lebih efektif menggunakan teknik pembelajaran yang menekankan pada latihan, yang tidak terlalu banyak menuntut kemampuan berfikir yang kompleks. Walaupun demikian teknik pembelajaran untuk anak tunagrahita menekankan pada latihan yang diulang-ulang, tentunya berbeda dengan disekolah umum. Ada 3 jenis teknik pembelajaran yang menekankan pada ada tidaknya interaksi antar peserta didik, yakni:
a. Teknik Pembelajaran Kooperatif
Penerapan teknik pembelajaran kooperatif paling efektif pada kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen. Dalam pendidikan yang mengintegrasikan anak tunagrahita belajar bersama anak normal, misalnya. Teknik pembelajaran ini akan lebih relevan dengan kebutuhan anak tunagrahita yang kecepatan belajarnya tertinggal dengan anak normal. Teknik pembelajaran ini bertitik tolak dari semangat kerja saja, dimana mereka yang lebih pandai dapat membantu temannya yang
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG
KP
masih mengalami kesulitan dalam suasana keakraban dan kekeluargaan. Teknik ini sangat diperlukan dalam pendidikan integratif antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal, karena teknik ini banyak memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan teknik pembelajaran kompetitif maupun individualistik. Ada beberapa keunggulan yaitu: (1) Membantu meningkatkan prestasi anak; (2) Merangsang peningkatan daya ingat; (3) Dapat menumbuhkan prestasi belajar; (4) Meningkatkan sosialisasi antara anak tunagrahita; (5) Menumbuhkan penghargaan dan sikap positif terhadap prestasi belajar anak tunagrahita; (6) Meningkatkan harga diri anak tunagrahita; (7) Memberi kesempatan pada anak tunagrahita untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Kemampuan guru dalam mengatur tempat duduk peserta didik, penempatan peserta didik dalam kelompok, dan besarnya anggota kelompok belajarnya ikut menunjang kelancaran pelaksanaan teknik belajar kooperatif.
b. Strategi Pembelajaran Kompetitif
Pada hakikatnya setiap individu anak tunagrahita dapat di motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru, dengan menggunakan teknik pembelajaran kompetitif. Prinsip- prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan teknik pembelajaran kompetitif yaitu: (1) Kompetisi diadakan untuk memvariasi kegiatan belajar supaya tidak monoton dan pasif; (2) Kompetisi harus dilakukan antar individu atau antar kelompok yang berkemampuan seimbang. Teknik pembelajaran kompetitif sebenarnya terlalu sulit untuk diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita ringan karena adanya keterbatasan dalam kemampuan intelektual, dan mereka dalam belajar memerlukan waktu yang lebih lama daripada anak lain pada umumnya serta memiliki karakteristik yang sangat individual. Dikatakan bahwa hambatan yang ada pada anak tunagrahita ringan menyebabkan tidak dapat diwujudkannya sesuatu kompetisi antar individu atau antar kelompok yang berkemampuan seimbang atau sama.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG
KP
c. Teknik Pembelajaran Individual
Pembelajaran Individual adalah pembelajaran yang diberikan kepada anak seorang demi seorang atau secara terpisah. Individualisasi pembelajaran adalah pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada masing-masing anak, walaupun mereka belajar bersama dan berada bersama-sama di dalam satu kelas atau kelompok. Jadi individualisasi pembelajaran ialah suatu proses mengembangkan dan memelihara individualitas, caranya adalah dengan mengatur kelas sedemikian rupa sehingga memberikan pengalaman belajar yang efektif dan efisien kepada setiap anggota kelas. Komponen yang penting bagi individualisasi pembelajaran adalah: pengelompokan anak menjadi beberapa kelompok belajar. Melalui pengelompokan ini anak dapat belajar berinteraksi, bekerja sama, dan bekerja selaku anggota kelompok serta mengalami keterikatan pada berbagai kelompok lainnya dan tidak hanya menjadi anggota tetap suatu kelompok. Pendidikan anak tunagrahita pada umumnya memerlukan sistem pembelajaran individual dibanding pembelajaran klasikal, yang penting bukan individual atau klasikalnya, melainkan individualisasi pembelajaran, artinya dalam pelaksanaannya boleh individual, kelompok dan boleh klasikal. Individualisasi pembelajaran dapat dilihat dari: (1) Kegiatan yang beranekaragam dan beranekawarna alat yang menciptakan lingkungan belajar; (2) Sesuainya aktivitas yang dilakukan dengan keadaan anak; (3) Ikut tidaknya anak dalam menetapkan apa yang dipelajarinya: (4) Interaksi guru dan anak berdasarkan proses belajar.
Dalam pembelajaran sangat penting merancang ruang belajar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengatur ruang belajar: (a) Adanya keseimbangan antara bagian-bagian yang harus sunyi dan gaduh dengan pekerjaan anak; (b) Tersedianya tempat untuk melakukan belajar mandiri dan untuk interaksi kelompok; (c) Adanya petunjuk- petunjuk untuk penggunaan tiap bagian; (d) Tempat-tempat diatur sedemikian rupa sehingga anak mudah menjangkau atau mengambil
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG
KP
barang yang diperlukan; (e) Adanya pengaturan jika anak memerlukan bantuan dari orang lain dan membutuhkan bantuan material. Salah satu cara untuk melakukan individualisasi pengajaran ialah mengadakan pusat belajar (learning center), dengan adanya learning center, peserta didik terlepas dari situasi belajar mengajar atas pilihan sendiri.. maka ruangan perlu dibagi menjadi beberapa learning center guna memungkinkan peserta didik lebih banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Untuk teknik pelaksanaan pengembangan diri bagi anak tunagrahita, ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan, yaitu: Pengembangan diri dibuat tidak berdasarkan jenjang, satuan pendidikan, dan tingkatan kelas; Program pengembangan diri disusun berdasarkan hasil asesmen; Metode, alat pengembangan atau pembelajaran, dan evaluasi diserahkan sepenuhnya kepada guru; Proses pengembangan dilaksanakan dengan mengutamakan aspek motorik dan psikomotor; Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara berurutan, namun guru diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.