P ERAN F OODHABITS M ASYARAKAT P ERDESAAN P ESISIR DALAM M ENDUKUNG K ETAHANAN P ANGAN : K ASUS D ESA B AHOI DAN B ULUTUI DI K ABUPATEN M INAHASA U TARA 1 T HE R URAL -C OASTAL C OMMUNITIES F OODHABITS IN S UPPORTING F OOD S ECURITY : T HE C ASE OF B AHO

1. Kesimpulan

y Foodhabits pangan “campuran” harus didorong untuk tetap menjadi bagian dari budaya. y Penduduk telah memiliki budaya pangan campuran dan memiliki pekarangan serta kebun yang belum diolah. y Konsumsi Ikan sangat tercukupi, setiap hari ikan dikonsumsi. Kebiasaan ini setara dengan konsumsi lauk tahu dan tempe di Jawa.

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 15 No. 1 Tahun 2013 127 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 15 No. 1 Tahun 2013 127

y Pangan non beras (Singkong, Pisang “Garoho” dan Bete/keladi)

tidak hanya dibutuhkan oleh desa pesisir tetapi juga oleh masyarakat di desa pulau sehingga perlu dibudidayakan untuk mendukung ketahanan pangan.

y Nelayan memiliki budaya kerjasama individual, dan sebagai nelayan pemburu. y Kaum ibu belum sepenuhnya terlibat dalam pengamanan pangan

non beras, dengan cara pemanfaatan pekarangan.

2. Rekomendasi

y Revitalisasi kebun dan pekarangan untuk ditanami pangan pokok

non beras. Badan Ketahanan pangan dapat bekerjasama dengan PKK dan Dinas Pertanian untuk mewujudkan hal itu.

y Menghadapi musim angin barat, perlu intervensi budidaya ikan keramba. Dan Sebagai upaya peningkatan ekonomi perlu budidaya rumput laut dan lobster karena laut kaya dengan itu.

y Perlu transformasi sosial budaya dari nelayan pemburu ke nelayan budidaya. Dan dari kerja individual ke kerja komunal/kelompok.

y Melakukan budidaya singkong, keladi dan pisang dengan menggunakan bibit unggul lokal (singkong jali-jali dan australia) dan bibit pisang garoho bibit lokal yang menjadi pangan utama etnik Sangir, Minahasa dan Bajau.

y Supaya ketahanan pangan tidak terganggu, perlu menyertakan kaum ibu dalam mengolah kebun dan pekarangan. Sementara kaum bapak meningkatkan aktivitas di laut dengan alat tangkap modern dan komunal bukan tradisional dan bersifat individual (tombak, panah dll).

y Lembaga sosial tradisional dan gereja perlu didorong untuk terlibat aktif dalam melestarikan kebiasaan pangan dan memanfaatkan pekarangan dan kebun.

Daftar Pustaka

Anonymous. 2001. Program Kerja Pengembangan Kewaspadaan Pangan . Pusat Kewaspadaan Pangan 2001-2004. Pusat

128 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 15 No. 1 Tahun 2013

Kewaspadaan Pangan. Badan Bimas Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Colleman, James, Social Capital in The Creation of Human Capital, American Jurnal of Sociology , Vol. 94.

Collier, WI. 1981. Agricultural Evolution and Administration of rural development in Indonesia: The Case of Agriculture (Research Monography ). Barkeley University of California Center For South East Asia Studies.

Frans Husken, 1998. Masyarakat Desa dalam Perubahan Sosial di Jawa tahun 1830-1980 . Penerbit PT. Dramedia Widiasarana Indonesia.

Harper I, Deaton BJ, Driskel JA. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian,

Alihbahasa Suhardjo, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Jerome et al. 1986. Nutritional Anthropology: Contemporary Approach to

Diet and Culture. Norge W. Jerome, Rnady F. Kandel, and Gretel H. Pelto (eds.), Redgrafe Publishing Company.

Krisnamurthi, Bayu. 2003. “Agenda Pemberdayaan Petani Dalam rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional”, Jurnal Ekonomi Rakyat , Tahun II, Nomor 7, Oktober.

Michael Quinn Patton. 1990. Qualitative Evaluation and`Research Methods , second edition, Sage Publication.

Putnam, Robert. 1993. The Prosperous Community: Social capital and Public Life. The American Prospect, Vol.13.

Pollnac, Richard B. 1988. Karaktersitik Sosial dan Budaya dalam Pengembangan Perikanan Berskala Kecil. Dalam Buku Mengutamakan Manusia dalam Pembangunan. Variabel- Variabel Sosiologi di Dalam Pembangunan Pedesaan (Michael M. Cernea). Jakarta: UI Press.

Sayogyo. 1972. Modernization Without Development in Rural Java. Bogor, Lembaga Penelitian Sosiologi Perdesaan, IPB.

Suryahad Asep, Daniel Suryadarma; Sudarno Sumarto; Jack Molyneaux. 2006. “Agricultural Demand Linkages and Growth Multiplier in Rural Indonesia”. Working Paper, SMERU Research Institute, July.

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 15 No. 1 Tahun 2013 129

Tim Peneliti PMB-LIPI. 2001. Model Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat Buruh Tani dan Petani Kecil Melalui Penguatan Kelembagaan Sosial yang Berbasiskan Sumberdaya Lokal: Kasus Kecamatan Bongas Indramayu, Jawa Barat . Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan-LIPI.

Uphoff, Norman. 2000. Understanding Social Capital: Learning From The Analysis and Experience of Particiaption.

Warsilah Henny, Sudiyono dkk, 2000. Hasil Kajian Penguatan Kelembagaan Sosial memalui Pengembangan Dana Bergulir ala Grameen Bank untuk Meningkatkan Ketahann Pangan Masyarakat . Jakarta: PMB-LIPI.

Warsilah Henny, Penerapan Kebijakan Ketahanan Pangan Bagi Pencapaian Kedaulatan Pangan . Makalah disampaikan pada KIPNAS Tahun 2011 Diselenggarakan oleh LIPI, di Hotel Bidakara, Jakarta.

Wardiat, Dede dan Tajahuddin dkk, 2000. Hasil Kajian Penguatan Kelembagaan Sosial yang Berbasiskan Sumberdaya Lokal Untuk Mengatasi Ketahanan Pangan Masyarakat. Jakarta: PMB-LIPI.

Wahyono, Ary dkk. 1992. Nelayan dan Strategi Menghadapi Ketidakpastian (di Beo, Sathean dan Demta) . Jakarta: PMB-LIPI.

Witoro. 2003. Menentukan Kembali dan Memperkat Sistem Pangan Lokal. Makalah Lokakarya Form Pendamping Petani Regio Genpahala, Kampung Pewanding, Sukabumi, 2-4 September 2003.

130 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 15 No. 1 Tahun 2013