BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekitar abad ke 19 pelapisan tembaga dengan emas banyak dilakukan orang, baik secara manual maupun secara listrik terhadap benda-benda logam. Pelapisan
logam dapat berupa lapis seng zinc, galvanis, perak, emas, brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan
masing-masing material. Perbedaan utama dari pelapisan tersebut selain anoda yang digunakan, adalah larutan elektrolisisnya. Proses electroplating mengubah sifat fisis,
mekanik, dan sifat teknologi suatu material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengan nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut
terhadap korosi, serta bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik, terjadi perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material sesudah
mengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya. Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk meningkatkan sifat teknismekanis dari suatu
logam, yang kedua melindungi logam dari korosi, dan ketiga memperindah tampilan decorative. Hunt, 1973, 1991; Weisberg, 1974, 1993, 1997.
Berdasarkan sifat tembaga yang mudah dibentuk baik dengan panas maupun dingin maka peneliti mengadakan penelitian tentang proses pelapisan tembaga dengan
emas secara elektroplating. Proses pelapisan tembaga dengan emas memerlukan waktu keasaman zat
sehingga ketebalan pelapisan dan kecerahan permukaan emas dapat diperhitungkan. Pelapisan tembaga dengan emas mempunyai kelemahan yaitu cepat teroksidasi dan
1
Universitas Sumatera Utara
meninggalkan noda hijau atau hitam dikulit. Karena tembaga sebagai logam penghantar arus dan panas yang baik cocok dijadikan perhiasan Foulke, 1974; Weisberg, 1997;
Okinaka, 2000. Untuk memperoleh hasil pelapisan emas pada tembaga yang baik dan tahan
lama memerlukan waktu kurang lebih 25 menit dan sifat keasaman sekitar pH 6, kuat arus yang dibutuhkan kurang lebih 150 mA s.d 500 mA.
Pelapisan tembaga dengan emas mempergunakan waktu lama lebih besar dari 25 menit tingkat kecerahan lapisan kurang baik agak kehitaman dan pH yang
diperlukan pada proses pelapisan berkisar 6 pH 6 hasil iluminasi cahaya tidak cerah. Lowenheim, 1978.
Metode perlindungan anti korosi ini memiliki potensi aplikasi yang sangat luas. Semua komponen polielektrolit dan inhibitor dapat disesuaikan untuk berbagai
permukaan aplikasi. Sistem pelapisan baru ini dapat diaplikasikan dalam dirgantara, otomotif, industri maritim dan bidang lainnya yang rentan terhadap kerusakan akibat
korosi, seperti pipa gas dan minyak. Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir metal finishing. Secara
sederhana, electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan
partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapis. Pada proses pelapisan tersebut pH larutan sangat menentukan terjadinya
pelapisan yang baik, juga waktu pelapisan yang secara tiori akan makin tebal jika waktu pelapisan lebih lama, tetapi tebal jenuh akan tercapai walaupun waktu pelapisan tetap
ditambah, sementara itu kecerahan tidak bergantung kepada tebal lapisan tetapi pada umumnya tergantung kepada rapat arus yang diberikan pada saat pelapisan semakin
kecil rapat arus maka hasil yang diperoleh akan semakin cemerlang tetapi dari segi produktifitas akan mengakibatkan kerugian karena jumlah produksi akan turun,
sehingga untuk keperluan komersil diusakanlah waktu yang optimum dengan
Universitas Sumatera Utara
pengaturan rapat arus dan temperature larutan yang moderate, akan diperoleh jumlah
produksi yang memadai dan menguntungkan. Nosal Pratama, 2009.
Secara sederhana, elektroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna
memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapis.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah