DAMPAK KEBERADAAN PT. FREEPORT INDONESIA TERHADAP KONFLIK ANTAR ETNIS DI KABUPATEN MIMIKA (Studi Pada Konflik Antar Etnis di Kabupaten Mimika)

DAMPAK KEBERADAAN PT. FREEPORT INDONESIA TERHADAP
KONFLIK ANTAR ETNIS DI KABUPATEN MIMIKA (Studi Pada Konflik
Antar Etnis di Kabupaten Mimika)
Oleh: KRINUS KUM ( 03230072 )
Goverment Science
Dibuat: 2009-07-15 , dengan 2 file(s).

Keywords: dampak, konflik antar etnis
ABSTRAK
PT. Freeport Indonesia mulai melakukan pengeboran eksplorasi di Ertsberg pada bulan
Desember 1967, berdasarkan Kontrak Karya I (KK I) yang di tanda tangani oleh pemerintah
Indonesia pada tanggal 7 April 1967. Tahap perncanaan umum dapat ditelusuri sejak ditanda
tanganinya kontrak karya I pada tahun 1973 antara pemerintah RI dengan PTFI, sedangkan
dalam kaitannya dengan masyarakat setempat ditandai dengan Januari Agrement 1974, sebagai
upaya Freeport untuk berdamai dengan masyarakat. Selama kurang lebih 28 tahun PTFI
beroperasi, dengan segala pasang surutnya, perusahaan ini seolah-olah tidak peduli terhadap
masyarakat di sekitarnya, lebih di perjelas lagi sejak pada tahun 1967-1996, masyarakat sekitar
terutama suku Amungme benar-benar mengalami ancaman keras dari PTFI, seperti dapat
dibunuh, diusir,dengan menggunakan kekuatan militer memang kekejaman luar biasa yang
diperagakan oleh PTFI terhadap masyarakat sekitar. Ketika melihat tindakan atau perlakuan
tidak adil yang peragakan oleh PTFI terhadap masyarakat setempat, maka kemudian masyarakat

suku Amungme sebagai pemilik hak ulayat mereka sudah melakukan tuntutan dan memprotes
terhadap PTFI atas dasar hak ulayat mereka.
Setelah protes dari masyarakat suku Amungme, pada waktu itu suku-suku tetangga lainnya
belum begitu bangak di Kabupaten mimika, dengan demikian pada bulan Maret 19996,
kebijakan-kebijakan PTFI diarahkan pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat
maupun Papua pada umumnya. Langkah nyata ini ditandai dengan dikeluarkannya kebijakan
penyediaan dana satu persen (%) dari keuntungan kotor, diwujudkan melalui berbagai program.
Dengan prioritas program untuk pengembngan sumber daya manusia (SDM), khususnya bidang
pendidikan, pelayanan kesehatan, pelatihan ketrampilan dan pengembangan ekonomi
masyarakat.Sebagai upaya mengantisipasi pengucuran dana satu persen (%) dari PTFI dan
pemanfaatannya, Gubernur Provinsi Papua mengeluarkan surat keputusan (SK) No 352 Tahun
1996 tentang pembentukan anggota tim unit koordinasi proyek (UKP) dan tim unit pelaksana
proyek (UPP) program pengembangan wilayah terpadu timika (PWT2), lembaga ini
dimaksudkan pusat pengelola dana satu persen (%). Dengan demikian maka, peneliti ingin
mengetahui bagaimana dampak keberadaan PTFI terhadap konflik antar etnis di Kabupaten
Mimika, karena PTFI memberikan manfaat ekonomi langsung dan tidak langsung yang besar
terhadap masyarakat tujuh suku dan Papua pada umumnya, ternyata konflik perang antar suku
selalu ada dalam pengelolaan manfaat dari PTFI itu.
Dalam metode penelitian ini, yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian deskriptif, dimana
jenis penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskriptikan karakteristik suatu

masyarakat. Adapun pengumpulan data, merupkan dalam bentuk interview atau wawancara,
observasi, maupun dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, ada dampak positif dan juga dampak negatif dari PTFI
terhadap masyarakat setempat dan Papua pada umumnya.Dampak positif di wujudkan dalam

memperhatikan sumber daya manusia khususnya pendidikan, pelayanan kesehatan, pelatihan
ketrampilan dan pengembangan ekonomi kerakyatan. Sedangkan salah satu dampak negatif PTFI
terhadap masyarakat sekitar merupakan kaitannya dengan lingkungan fisik, dalam kegiatan
penambangan tambang emas, PTFI melakukan pembuangan tailing ke sungai ajkwa/wanogong
akibatnya hutan primer dan hutan sagu serta ikan dilaut akan mati, sasarannya suku Kamoro
yang mata pencahariannya tergantung pada sagu dan ikan dilaut. Jadi, ada dampak positif
maupun negatif yang dbuat PTFI terhadap masyarakat Kabupaten Mimika.
Di tengah-tengah pembangunan, masyarakat selalu menciptakan konflik perang antar suku,
karena kurangnya kesadaran masyarakat, rendahnya pendidikan dan lain-lain sehingga masalah
individu yang bisa diselesaikan secara keluarga tapi kemudian melibatkan banyak orang atau
menjadi masalah kolektif maka konflik menjadi besar, sementara untuk menyelesaikan konflik
pemerintah dan penegak hukum hanya mengandalkan hukum adat dan tidak menegakkan hukum
positif secara tegas. Oleh karena itu hukum positif harus mengedepankan, sehingga rakyat harus
tunduk kepada hukum positif.
ABSTRACK

PT. Freeport Indonesia start to do drilling of explores in Ertsberg in December 1967, based on
Contract I (KK I) which in signing by government of Indonesia on 7 April 1967. Phase plan of
public can trace since the signing of contract of I in 1973 between government with PTFI, while
in the bearing of with local society marked with January Agreement 1974, as effort of Freeport
to reconcile with society. During more or less 28 year of PTFI operate, with all ebb him, this
company impressing do not care to society around him, more in clarify again since in the year
1967-1996, society [about/around] especially tribe of Amungme really natural [of] hard threat of
PTFI, like can be murdered, reject use strength of military it is true extraordinary cruelty which
modeled by PTFI to society [about/around]. When seeing inequitable treatment or action which
model by PTFI to local society, hence later; then tribe society of Amungme as owner of Ulayat
right for land rights they have conducted demand and protest to PTFI on the basis of their Ulayat
right for land.
After protest of tribe society of Amungme, by then other neighbor terms not many in Mimika,
thereby in March 19996, policies of PTFI aimed at effort of make-up of prosperity of local
society and Papua in general. this Real step marked released ready policy him of]fund one
[gratuity/ %] (%) of dirty advantage, realized to [pass/through] various program. With program
priority for the development of human resource ( SDM), specially educational, service of health,
skilled training and economic expansion of anticipatory effort society as giving fund one
[gratuity/ %] (%) of PTFI and exploiting of him, Governor Province of Papua decree ( SK) No
352 Year 1996 concerning forming of unit team member co-ordinate project ( UKP) and

executor unit team of[is project of ( Program UPP) development of inwrought region of Timika (
PWT2), this institute is meant center organizer of fund one [gratuity/ %] (%). Thereby hence,
researcher wish to know how impact existence of PTFI to conflict between ethnical in Mimika,
because PTFI give big indirect and direct economic benefit to society seven and tribe of Papua in
general, in the reality intertribal war conflict always there is in management of benefit of that
PTFI.
In this research method, which used by researcher is descriptive research, where descriptive
research type is research which isn't it characteristic an society. As for data collecting, isn't it in
the form of interview or interview, observation, and documentation.
Result of the research that, there is positive impact as well as negative impact of PTFI to local

society and Papua at positive generally in realizing in paying attention human resource specially
education, service of health, skilled training and economic expansion of nationality. While one of
[the] negative impact [of] PTFI to society [about/around] is bearing of with physical
environment, in activity of mining of gold-mine, PTFI [do/conduct] dismissal of tailing to river
of ajkwa / wanogong as a result primary forest and sago forest and also fish gone out to sea will
die, target of tribe of Kamoro which the was living of depend on fish and sago gone out to sea.
Thus, there is negative and positive impact which is PTFI made to Mimika Society.
Medial of development, society always create intertribal war conflict, because lack of awareness
of society, low [of] education him and others so that the problem of individual which can be

finished by family but later; then entangle many people or become collective problem hence
conflict become bigly, whereas to finish governmental conflict and enforcer punish only relying
on customary law and [do] not uphold positive law expressly. Therefore positive law has to place
forward, so that people have to bow to positive law.