Gerak Iman

B I N A

A K I D A H

Gerak Iman
MOHAMMAD DAMAMI

fsp

pd

w.

htt
p:/
/w
w

De
mo
(


40

26 SHAFAR - 11 RABIULAWAL 1432 H

tidak mempedulikan komponen niat, rencana/planning, apalagi pro-gram yang jelas.
Bagi orang beriman ada sebuah renungan yang terdapat dalam Al-Qur’an
yang berbunyi demikian (Q.s. Al-Baqarah
[2]: 225): laa yuaakhidzukumu-’l-laahu bi‘l-laghwi fii aimaani-kum wa laakin yuaakhidzukum bi maa kasabat quluubukum
= Dia (Allah) tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja.
Tetapi Dia (Allah) akan menghukum kamu
karena apa yang diperbuat hati-hati kamu.
Yang dimaksud “apa yang diperbuat hatihati kamu” di sini adalah niat. Karena itu,
bagi orang beriman masalah niat menjadi
hal yang begitu penting. Dalam niat benih
untuk “gerak” sudah mulai berjalan. Bak
sebuah kerja mesin, maka roda-rodanya
sudah mulai berputar antara satu dengan
yang lain. Tinggal meneruskan menjadi
rencana/planning, program, dan akhirnya

aksi. Karena itu pula, bagi orang beriman
memiliki “niat” itu penting sekali kalau ingin
dirinya berubah. Orang beriman tidak sekadar dianjurkan agar kaya keinginan atau
hidup di bawah bayang-bayang mimpi saja,
melainkan harus segera diperas menjadi
iradat/kehendak dan dipertegas dalam bentuk niat.
Jika diteliti lebih mendalam, ternyata benar bahwa mulai dari komponen “niat”
tumbuhnya energi secara fungsional. Karena itu benarlah sabda Nabi yang mengatakan: innama-’l-a’maalu bi-’n-niyyati wa
innamaa li-imri-in maa na-waa = Bahwasanya segala amal itu tergantung niatnya
dan bahwasanya bagi seseorang manusia
tergantung apa yang telah diniatkannya.
(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Niat
adalah kerja konkret hati.
Di sinilah, mulainya gerak untuk
mengubah apa saja bagi diri manusia untuk
masa-masa selanjutnya dalam hidup dan
kehidupannya. Orang beriman diberi
kesempatan untuk melakukan “gerak”
yang dinahkodai oleh niat yang ada dalam
hatinya. Wallahu a’lam bishshawaab.l


litm
erg
er.
co
m)

sebagainya.
Untuk menghasilkan “gerak” seperti disebutkan di atas, maka faktor dimensi kekuatan (energi) mestilah harus dikedepankan dan difungsionalisasikan secara nyata.
Teknik praktis untuk memfungsionalisasikan dimensi kekuatan (energy) tersebut
secara urut dan berjenjang meliputi: iradat/
kehendak, niat, rencana/planning, program, dan aksi. Pertama, iradat/kehendak.
Asal iradat/kehendak ini adalah keinginan.
Kehendak itu pada hakikatnya adalah hasil
perasan dari berbagai keinginan yang berkembang. Jumlah iradat/kehendak ini sudah relatif lebih terbatas di bandingkan jumlah keinginan yang muncul yang tidak habis-habisnya. Kedua, niat. Niat pada hakikatnya adalah kehendak yang telah memuncak. Jumlahnya lebih sedikit lagi. Ketiga, rencana/planning. Rencana adalah
penetapan berbagai niat yang mulai dinyatakan dalam tampilan, misalnya diucapkan
atau dituliskan. Keempat, program. Program adalah rencana yang telah ditapis/
dipilih dan disusun secara sistematis serta
telah ditetapkan tahapan-tahapan pelaksanaannya berikut segala kemungkinan yang
terjadi. Kelima, aksi. Aksi adalah pelaksanaan program sesuai dengan kisi-kisi yang

termuat dalam program. Kelima hal inilah
yang perlu diurutkan pelaksanaannya jika
seseorang ingin menghasilkan “gerak” apa
pun juga.
Seringkali dalam kehidupan sehari-hari
terdengar keluhan, bahwa dirinya telah gagal meraih sesuatu. Namun, setelah ditelusuri, ternyata orang yang bersangkutan baru
melaksanakan beberapa komponen saja
dari kelima komponen di atas. Misalnya,
ada yang hanya sekedar memiliki iradat/
kehendak dan niat, tetapi dia gagal atau tidak
bersemangat menyusul rencana/planning
yang baik. Yang lain lagi ternyata kegagalannya disebabkan tidak urutnya pelaksanaan dari kelima komponen di atas.
Misalnya, ada orang punya iradat/kehendak, namun langsung dia lakukan aksi. Dia

Vi
sit

S

eperti pernah penulis tulis dalam

majalah ini beberapa waktu yang
lalu, bahwa apa yang disebut “perubahan” tidak pernah dapat dihindari dalam
perjalanan hidup dan kehidupan manusia.
Mau tak mau, suka atau tidak, siapa saja
pasti akan menghadapi apa yang disebut
“perubahan” itu. Paling tidak ada 2 (dua)
pilihan yang harus diputuskan ketika menghadapi fenomena “perubahan”, yaitu bersikap
pasif dalam menghadapinya dengan resiko
akan ada kemungkinan digulung oleh
“perubahan” itu sendiri, atau bersikap pro aktif
dalam menghadapinya dengan keuntungan
ada kemungkinan mampu mengubah
keadaan menjadi lebih baik lagi.
Pada hakikatnya, terjadinya seluruh
perubahan di kalangan makhluk, manusia
terutama, adalah disebabkan adanya “gerak” di dalamnya. Apakah yang disebut
“gerak” yang begitu menentukan dalam
seluruh proses perubahan tersebut?
Ada sekurang-kurangnya 3 (tiga) dimensi yang dipahami dan disadari oleh manusia, yaitu: ruang (space), waktu (time),
dan kekuatan (energy). Jika dimensi ruang,

waktu, dan kekuatan ini saling berkait dan
bekerja, maka timbullah apa yang disebut
“gerak” itu. Dimensi ruang dapat diukur lewat
satuan-satuan ukuran (panjang, lebar, tinggi,
besaran/volume, luas). Misalnya milimeter
(mm), centimeter (cm), meter (m), hektare
(ha), kilometer persegi (km), dan sebagainya. Sementara itu dimensi waktu diukur
lewat “pengertian waktu” (dahulu, sekarang,
yang akan datang) atau lewat satuan-satuan
ukuran (seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, abad, millenium).
Sedangkan dimensi kekuatan diukur
lewat satuan-satuan ukuran seperti ampere
(A), watt (W), ohm (Ω) kecepatan cahaya
(c), medan elektrik (E)t dan sebagainya. Sementara itu, dalam pengertian sederhana
sehari-hari, disebutlah istilah-istilah “perubahan ruang/tempat”, “perubahan waktu”,
“perubahan tenaga”, “perubahan keadaan/
kondisi”, “perubahan suasana”, dan