Faktor Internal. BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

akan sama dengan peperangan masa lalu, walaupun prinsip-prinsip peperangan tetap berlaku. Perang masa depan akan dipengaruhi oleh apa yang dikenal sebagai Revolution in Military Affairs, yaitu suatu medan perang yang ditandai dengan elemen-elemen precision strike, information warfare, dominating maneuvers, dan space warfare. Ancaman bersenjata di masa mendatang akan ditandai dengan penggunaan keempat elemen tersebut secara integrated. Oleh karena itu, peperangan tidak dapat hanya bersandar pada kekuatan militer nyata yang eksis pada saat itu. Jaminan kemenangan dalam suatu perang diperoleh dari keunggulan militer dan daya tahan atau kemampuan militer melakukan perang yang berkelanjutan. Hal ini mensyaratkan bahwa bangsa Indonesia perlu memiliki kemampuan untuk memenuhi sendiri kebutuhan dasar peralatan perangnya dan mampu melipat-gandakan kekuatan militernya sesuai dengan besar ancaman yang mungkin akan dihadapi.

19. Faktor Internal.

a. Situasi Keamanan Nasional. Situasi keamanan nasional saat ini walaupun dapat dikatakan telah relatif kondusif dan stabil namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat berbagai gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di laut, antara lain perompakan armed robbery, pembajakan sea piracy, penangkapan ikan secara ilegal illegal fishing , penyelundupan kayu illegal logging imigran gelap, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam ilegal, penyelundupan senjata dan perusakan ekosistem lingkungan laut di beberapa wilayah perairan yurisdiksi nasional seperti di Selat Malaka, Selat Singapura dan sekitarnya, Laut Natuna, perairan Aceh dan Barat Sumatera yang masih perlu mendapat perhatian serius karena masalah tersebut merupakan sumber utama instabilitas. Untuk menjawab permasalahan di atas tentunya diperlukan kehadiran unsur- unsur gelar TNI Angkatan Laut di laut guna meminimalisasi atau meniadakan gangguan keamanan dan pelanggaran tersebut. Oleh karena itu kesiapan teknis unsur yang handal tentunya sangat diperlukan. Dalam rangka menyiapkan unsur - unsur tersebut agar dapat melaksanakan fungsi asasinya serta memiliki kualitas kondisi teknis yang prima maka jasa kelaikan tentu masih sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. b. Kondisi Perekonomian Negara. Krisis multidimensi yang berkepanjangan sampai saat ini masih menyisakan dampak yang menyebabkan kondisi perekonomian nasional Indonesia masih berada dalam kondisi tidak stabil. Situasi perekonomian di kawasan Asia Pasifik baru saja memasuki upaya pemulihan setelah terpukul akibat terimbas adanya krisis ekonomi yang melanda dunia pada tahun 2008 lalu. Terkait dengan kondisi tersebut, saat ini Indonesia digolongkan sebagai tiga negara Asia Pasifik yang ekonominya dalam kondisi anomali dalam arti bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi justru di saat negara - negara lain di dunia ekonominya mengalami konstraksi, akan tetapi meskipun terjadi pertumbuhan, namun pertumbuhan tersebut belum banyak memberikan pengaruh besar terhadap pembangunan kekuatan pertahanan. Pembangunan kekuatan pertahanan negara yang dilaksanakan saat ini dalam kerangka pencapaian Minimum Esensial Force, termasuk di dalamnya pembangunan kekuatan TNI Angkatan Laut. Pembangunan ini masih diliputi oleh ketidakpastian sebagai akibat dari kondisi perekonomian nasional dalam hal ini terkait dengan alokasi anggaran pertahanan negara. Dari jumlah persentase anggaran pertahanan Negara yang didasarkan pada Pendapatan Domestik Bruto PDB masih jauh di bawah ukuran ideal, dan tergolong relatif kecil dibandingkan negara - negara kawasan regional Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Untuk menghadapi situasi ketidakpastian seperti yang telah disebutkan di atas, maka dalam mewujudkan kesiapan materiil pendukung pembangunan kekuatan pertahanan Negara harus secara intensif melibatkan kelaikan di dalam proses kegiatan pengadaan maupun pemeliharaan sebagai alternatif pendekatan terakhir. Hal tersebut dimaksudkan agar dengan anggaran yang terbatas namun masih dapat mewujudkan kondisi materiil yang berkualitas baik, tepat guna dan tepat sasaran. c. Kebijakan Nasional Pemerintah. Kebijakan pemerintah di bidang pertahanan negara saat ini dalam pembangunan komponen pertahanan diprioritaskan pada pembangunan komponen utama, dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan sumber daya yang tersedia. Pelaksanaannya memanfaatkan sebesar-besarnya kemampuan sumber daya nasional secara terpadu. Sebagai salah satu komponen utama pertahanan Negara, TNI Angkatan Laut harus selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan Alusistanya. Kebijakan pemerintah melalui dukungan alokasi anggaran yang terus meningkat setiap tahunnya guna membangun kekuatan TNI Angkatan Laut telah direalisasikan meskipun masih sangat terbatas dan belum mampu memenuhi kebutuhan riil atau dengan kata lain hanya mampu memenuhi kebutuhan anggaran standar minimal. Pembangunan Komponen Utama didasarkan pada konsep Pertahanan Berbasis Kemampuan Capability-based defence tanpa mengesampingkan kemungkinan ancaman yang dihadapi serta tahap mempertimbangkan kecenderungan perkembangan lingkungan strategis. Pelaksanaannya diarahkan kepada tercapainya kekuatan pokok minimum Minimum Essential Force, yakni tingkat kekuatan yang mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan yang mendesak, Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata Alutsista dan peralatan lain diprioritaskan untuk menambah kekuatan pokok minimal danatau mengganti Alutsistaalat peralatan yang sudah tidak layak pakai. Penambahan kekuatan dilaksanakan hanya atas kebutuhan yang mendesak dan benar-benar diperlukan. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran pertahanan merupakan hambatan yang sangat signifikan bagi upaya pembangunan kekuatan maupun pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan. Padahal, penentuan alokasi anggaran tidak cukup hanya berdasarkan kondisi ekonomi nasional, tetapi juga harus didasarkan pada rasio kebutuhan pertahanan yang mampu menjamin stabilitas keamanan. Oleh karenanya pengalokasian anggaran dilaksanakan berdasarkan skala prioritas secara ketat. Ke depan, diharapkan alokasi anggaran pertahanan dapat ditingkatkan secara bertahap, sekurang-kurangnya sampai dapat tercapai kekuatan pertahanan pada tingkat kekuatan pokok minimum. Sebagai sebuah potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan tersebut, salah satunya adalah melalui proses kelaikan dalam setiap kegiatan pengadaan pemeliharaan materiil. Dengan melibatkan proses kelaikan diharapkan menghasilkan materiil yang memenuhi standar kelaikan sesuai ketentuan yang dipersyaratkan. d. Kemajuan bangsa dan dengan hasil pembangunannya. Kesemestaan perang mendatang tidak menitik-beratkan tumpuannya kepada kerakyatan semata, akan tetapi, akan lebih bersandar kepada kesemestaan segenap potensi yang dimiliki bangsa, yaitu totalitas dukungan kemampuan negara di bidang teknologi, industri, sarana dan prasarana, maupun daya tahan rakyat yang turut mendukung angkatan bersenjatanya dalam penyelenggaraan perang. Oleh karena itu, perang masa depan sangat tergantung dari kemampuan negara pada seluruh lingkupnya. Satu nilai yang tetap harus dipertahankan adalah bahwa upaya pertahanan negara harus senantiasa diselenggarakan berdasarkan semangat cinta tanah air yang berkobar-kobar dan pantang menyerah. Upaya mewujudkan kesemestaan itu merupakan upaya menyiapkan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana untuk membangun dan mendukung upaya pertahanan negara. Persiapan ini dilakukan pemerintah pusat dan daerah, lembaga atau instansi non- pemerintah, serta semua warga negara dalam sistem pertahanan semesta. Fungsi pembinaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan selama ini dikenal dengan fungsi teritorial akan melibatkan semua pihak dan meliputi instansi pemerintah pusat dan daerah termasuk TNI, instansi non-pemerintah, warga negara, serta kalangan industri nasional. e. Penyelenggaraan pertahanan negara. Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, kekuatan intinya adalah angkatan bersenjata atau militer. Di Indonesia dikenal dengan TNI. Kekuatan militer sejak awal memang dipersiapkan untuk menghancurkan musuh dengan kekuatan senjata. Seperti yang dikatakan Karl von Clausewitz dalam bukunya On War, ia menyatakan, “perang tidak lain adalah kelanjutan politik dengan cara yang lain. Perang adalah alat untuk mencapai tujuan politik. Oleh karena itu, perang tidak dapat dipisahkan dari konteks politik”. Doktrin, strategi dan postur pertahanan seringkali harus menyesuaikan dengan tuntutan perubahan. Persoalan yang harus dihadapi dalam kontek tersebut berkaitan dengan soal apa yang harus dipertahankan dan bagaimana mempertahankannya. Globalisasi telah memporak-porandakan landasan-landasan lama tentang pertahanan dan kedudukan militer dalam fungsi tersebut. Banyak alasan yang mendukung hal tersebut antara lain: Pertama, kemajuan di bidang teknologi dan informasi menyebabkan batas-batas teritorial seakan-akan luruh tetapi pada saat yang sama membawa keharusan baru akan kewilayahan yang lebih abstrak dan membuka peluang lebih banyak sengketa dengan pihak lain. Perang informasi information warfare semakin efektif dan menjadikan negara semakin sulit membentengi dirinya dari instrusi luar. Munculnya rudal-rudal balistik mengubah watak perang. Teknologi baru di bidang informasi dan kemiliteran menyebabkan batas-batas antar negara menjadi semakin rawan terhadap serangan pre-emtive lawan. Globalisasi teknologi senjata, bukan hanya mengaburkan batas antara senjata ofensif dan defensif, dan oleh karenanya akan mempersulit perhitungan penangkalan deterrence tetapi juga mendorong modernisasi senjata. Kedua, khusus bagi Indonesia yang terdiri dari negara kepulauan dalam rangka upaya bela negara merupakan usaha yang sangat besar untuk melindungi dan mempertahankan kedaulatan NKRI, antara lain dalam mempertahankan sumber daya, keamanan jalur pelayaran Sea Lanes of Communication SLOC, kedaulatan atas kawasan ekonomi eksklusif, sumber daya yang ada di laut dan di darat. Pertahanan defence selayaknya ditafsirkan bukan hanya perlindungan atas wilayah negara yang diakui secara internasional saja tapi juga pengamanan akses pada potensi dinamis ekonomi global.

20. Peluang dan Kendala.