PERBEDAAN MOTIVASI K RJA ANTARA GURU SLB(Sekolah Luar Biasa) YANG TERSERTIFIKASI DENGAN YANG TIDAK TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN SIDOARJO

(1)

PERBEDAAN MOTIVASI K RJA ANTARA GURU SLB

(Sekolah Luar Biasa) YANG TERSERTIFIKASI

DENGAN YANG TIDAK TERSERTIFIKASI

DI KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi

OLEH:

Rahmawati Hidayah

0581 0006

FAKULTAS PSIKOLOGI

TINIVERSITAS MT]HAMMADTYAH MALANG

2011


(2)

PERBEDAAN MOTIVASI K RJA ANTARA GURU SLB

(Sekolah Luar Biasa) YANG TERSERTIFIKASI

DENGAN YANG TIDAK TERSERTIFIKASI

DI KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi

OLEH:

Rahmawati Hidayah

0581 0006

FAKULTAS PSIKOLOGI

TINIVERSITAS MT]HAMMADTYAH MALANG

2011


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Perbedaan Motivasi Kerja Antara Guru SLB Yang

Tersertifikasi Dengan Yang Tidak Tersertifikasi Di

Kabupatoo Sidoarjo

2. Nama Peneliti : Rahmawati Hidayah

3. NIM : 05810006

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian : 01-10 April 2011

7. Tempat Penelitian : Seluruh Sekolah Luar Biasa Di Kabupaten Sidoarjo

Malang, 2l Mei 2011

Pembimbing I Pembimbing II


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji

Padatanggal0T Mei 2011

Dewan Penguji :

Ketua penguji ; Dra, Djudiyah, M,Si { )

Anggota Penguji : 1. Yudi Suharsono, M.Si, P.si ( )

2. Hudaniah, S.Psi, M.Si ( )

3. Tri Muji Ingarianti, M.Psi ( )

Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang


(5)

SURAT PERNYATAAN Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Rahmawati Hidayah

NIM : 05810006

Fakultas/ Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi karya ilmiah yang berjudul :

Perbedaan Motivasi Kefia Antara Guru SLB (Sekolah Luar Biasa) yang

Tersertifikasi dengan Yang Tidak Tersertifikasi Di Kabupaten Sidoarjo

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan

kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah

disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan

merupakan Hak bebas Royalti dan non eksklusif, apabila digunakan

sebagai sumber pustaka.

Malang, 2L M-ei20 -11

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang menyatakan


(6)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.

Allhamdulillahirobil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karunia-Ny4 sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan sebaik mungkin. Shalawat serta salam senantiasa kami ucapkan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW keluarga, sahabat, beserta orang-orang yang

senantiasa berada di jalan-Nya.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat guna

mencapai gelar Sarjana Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu

penulisan ini juga dimaksudkan supaya pembaca bisa memahami persoalan yang

terkait dengan perbedaan motivasi kerja guru SLB yang tersertifikasi dengan yang

tidak tersertifikasi. Adapun dalam penelitian ini, penulis masih merasa jauh dari

sempurna sehingga penulis mohon saran dan kritik yang membangun guna

kesempurnaan skripsi ini.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

penulis banyak melibatkan bantuan berbagai pihak baik berupa masukan,

bimbingan, pengarahan, dukungan serta dorongan sehingga pada akhirnya skripsi

ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis

menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas

Muha$madiyah Malang.


(7)

memberikan bimbingan, arahan dan masukan, dari awal sampai akhir.

3. Yudi Suharsono M.Si selaku dosen pembimbing II yang juga dengan sabar

dan brjaksana msmberikan birubingan, a{ahan dan masukan, serta wejangan

yang membangun.

4. Kepada Orang tua saya yang tercinta yang setiap akhir malam mendoakan

dengan kedua tangannya, ini yang cuma bisa ima berikan kepada mama dan

papa. Ima harap mama du papa bangga lihat ima sudah bisa menyeleseikan

tugas akhir ini dengan baik.

5. Kakak-kakak ku yang selalu mendukung apa yang aku lakukan untuk meraih

kebaikan.

6. Untuk kakakku Subandi, terima kasih karena telah menjadi pendengar penulis

dan selalu berusaha menjadi bijaksana untuk setiap masalah yang dihadapi

oleh penulis.

7. Kepada Calon Suamiku (Subiyakto) yang telah setia mendampingi aku dari

awal hingga akhir skripsi, semoga kita berakhir bahagia setelah ini.

8. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat kepada penulis.

9. Sahabat-sahabatku tercinta (Juwita&KeyQ) yang selalu mendampingi penulis

dan memberikan semangat untuk ponulis.

10. Sahabat-sahabat seperjuanganku jojo,khotim,dhiyah, zainab terima kasih

karena kalian selalu mendukungku semoga persahabatan kita akan selamanya.

11. Sahabat-sahabat cowok yang selalu memberikan dukungan untuk saya


(8)

12. Teman-teman Tulip'z (Chandra,kiki,yusti,fini,ayu,alin,sri) khususnya mbak

Siska terima kasih atas bantuannya selama ini sampai skripsi ini selesai pada

waktunya.

13. Seluruh Terapis Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus Cita Hati Bunda (Bu

ika,Bu merry,kak yoti,intan,mbak diana,mbak tari,mb.kiki,mbak anik,mbal<

titin, zepta dan pak jun) terima kasih atas ijin yang telah diberikan pada

penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

14. Teman bimbingan yang selalu bersama setiap saat. Mb.

Nyun,Cicit,Nora,Dila,Erma, Su,.Ida,Wida. Terima kasih atas dukungannya

dank arena kalian semua sekarang kita menjadi seperti saudara.

15. Serta semua pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan, dorongan serta motivasi yang diberikan mendapat ridho

dari Allah SWT, Selanjutnya sekali lagi penulis eapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua.

AMIN.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 21 Mei 20l l


(9)

INTISARI

Rahmawati Hidayah (05810006) : "Perbedaan motivasi kerja guru SLB yang tersertijikasi dengan yang tidak tersertffiasi di Kahupaten Sidoarjo. ", Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang, pembimbing I : Dra. Djudiyah. M.Si, pembimtling II : Yudi Suharsono, M.Si

Kata kunci : Motivasi kerja, Guru, Sertifikasi

Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan guru - guru di berbagai jenjang pendidikan yang belum lolos sertifikasi. Harapan mereka adalah segera lolos sertifikasi berikut memperoleh uang tunjangan profesi. Hasil survei tersebut memperkuat dugaan sebagian besar masyarakat yang menyebut proyek" program sertifikasi guru itu sekedar formalitas. Para guru yang belum tersertifikasi terlihat bekerja keras dengan berbagai cara sampai pada cara instan demi mendapatkan sertifikasi guru. Lebih dari itu, tujuan lainnya adalah memperoleh tunjangan profesi yang jumlahnya lumayan besar. Kedua keras guru tersebut ternyata hanya berlaku saat akan mengikuti sertifikasi. Tapi, pasca sertifikasi kemampuan dan kualitas guru sama saja. Pendidikan mempunyai peran sentral dalam membangun masyarakat untuk mencapai kemajuan. Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Saat ini professional guru sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sangat berhubungan dengan fondasi dari pembentukan sumber daya manusia. Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan professional para guru melaksanakan pembelajaran dapat digolongkan ke dalam dua macam , yaitu permasalahan yang ada dalam diri guru itu sendiri (internal), permasalahan yang ada diluar guru (eksternal). Survei yang dilaksanakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi terhadap kinerja guru menyatakan bahwa kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi belum memuaskan.

Penelitian ini menggunakan penelitian noneksperimen. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel insidental. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 250 guru dan sampel 100 guru dengan tingkat kelompok sertifikasi dan tidak tersertifikasi. Untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja guru yang tersertifikasi dengan yang tidak tersertifikasi maka peneliti menggunakan metode pengumpulan datanya menggunakan skala motivasi kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan

antara motivasi kerja guru SLB yang tersertifikasi dengan yang tidak tersertifikasi (F4.088; sig 0.000 < 0.01). Guru SLB yang tersertifikasi (X sertifikasi:

51.95) memiliki motivasi kerja lebih tinggi disbanding dengan guru SLB yang tidak tersertifikasi @ non sertifikasi:4S.66).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat pernyataan ... iv

Kata Pengantar ... v

Intisari ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAIIULUAN A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI KERJA. ... 8

1. Definisi Motivasi Kerja ... 8

2. Teori dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja 9 3. Faktor-faktor Teori Harapan ... 13

4. Proses Timbulnya Motivasi ... 14

B. GURU SLB ... 15

l. Pengertian Guru SLB ... 15

2. Tugas Guru SLB ... 16

C. SERTIFIKASI ... 18

l. Pengertian Sertifikasi ... 18

2. Tujuan Sertifikasi ... 20

3. Manfaat Sertifikasi ... 21

4. Prosedur Tes Sertifikasi ... 22

D. Hubungan Antara Motivasi Kerja pada Guru SLB yang Tersertifikasi dengan Yang Tidak Tersertifikasi ... 25

E. Kerangka Pemikiran ... 27

F. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Rancangan Penelitian ... 28

B. Variabel Penelitian. ... 29

1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 29

2. Definisi Operasional ... 29

C. Populasi dari Sampel ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel ... 33

D. Prosedur Penelitian ... 34

1. Tahap Persiapan ... 34

2. Tahap Pelaksanaan ... 34

E. Jenis Data dan Instrumen ... 34


(11)

2. Instrumen Penelitian ... 35

F. Validitas dan Reliabilitas ... 36

l. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 39

G. Teknik Analisis ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAI\ DAI\ PEMBAHASAII A. Deskripsi Data ... 43

B. Hasil Analisa Data ... 44

C. Pembahasan ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Blue Print Skala Motivasi Kerja ... 36

Tabel. 2 Skor Pilihan Jawaban ... 36

Tabel.3 Rangkuman Analisa Validitas Butir Skala Motivasi Kerja ... 38

Tabel. 4 Hasil Uji Validitas Item Skala Motivasi Kerja ... 39

Tabel. 5 Hasil Uji Reliabilitas Item Skala Motivasi Kerja ... 40

Tabel. 6 Hasil Uji Reliabilitas Skala Motivasi Kerja ... 41

Tabel. 7 Rancangan Analisa Data ... 42

Tabel. 8 T-score Motivasi Kerja Guru SLB Yang Tersertifikasi ... 44

Tabel. 9 T-score Motivasi Kerja Guru SLB Yang Tidak Tersertifikasi ... 44


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Motivasi Kerja Lampiran 2 Tabulasi Data Motivasi Kerja


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002 Prosedur Penelitian suatu pendekatan penelitian. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

As'ad. Moh. S. U. 2004. Psikologi Industri. Edisi ke-empat: Yogyakarta.

Azwar S. 2002. Penyusunan skala Psikologi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

___________ 2006. Reliabilitas dan Validitas. Pusaka Pelajar: Yogyakarta.

Cahyawati. Yudha. 2010. Mengkritisi kinerja Guru

hftp:#wwirijawap-gg.cq.tdtnqtropolisiindgx-.p-hp?act=deJei!&nid:105--6462.

Davis, K dan Newstrom. W. J. 2006 . Perilaku Dalam Organisasi Jilid l. Erlangga: Jakarta.

Ghozali, I. 2008. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program Amos 16.0. Undip: Semarang

Hasibuan, M. 1996. Organisasi dan Motivasi. Cetakan ke-satu. Bumi Aksara: Jakarta.

http//ineupuspita.wordpress.com /2008i07/3llgofesionalitas-guru-slb. Diakses tanggal 0l Agustus 2010.

Kerlinger, F, N. 2000. Asas-asas Penelitian BehavioraL Yogyakarta: UGM Press.

Mariani. Dr. 2009. Sertifilmsi Guru dan Mutu Pendidikan. UM Press: Malang.

Mulyasa. E. Dr. 2007. Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru. PT. Remaja Rosdakarta: Bandung.

Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. UI Press: Jakarta.

Poerwanti, E. 1998. Dimensi-dimensi Riset llmiah. PusatPenerbitan UMM: Malang.

Riskina, S. 2007. Sertifikasi Guru disamping Jalan Kesungguhan Pemerintah.

Radar Banjarmasin f.http:l'wwrv.rada{ banjannasin.com/berita/indexasp?Berita op ini&id:6592q) Diakses tanggal

03 Agustus 201 0.

Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Indeks Gramedia: Jakarta.


(15)

Bandung.

Umar, H. 2001. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Trianto. Tutik, T. T.2aa7. Seni film si Guru dan upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi dan Kesejahteraan. Prestasi Pustaka: Jakarta.

Winarsunu, Tulus. 20A2. Statistik: dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan UMM Press: Malang.

Yamin, Martinis. Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Gaung Persada press: Jakarta.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini pada prinsipnya diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk kualitas pendidikan pada sekolah luar biasa. Untuk mencapai hasil yang berkualitas tentunya dipelukan sarana dan prasarana yang memadai, sesuai dengan kebutuhan siswa.

Pendidikan mempunyai peran sentral dalam membangun masyarakat untuk mencapai kemajuannya. Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Saat ini profesional guru sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sangat berhubungan dengan fondasi dari pembentukan sumber daya manusia. Sehingga guru sebagai salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan secara aktif dalam menetapkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembanng. Dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu, sehingga dibutuhkan suatu motivasi atau dorongan, yang berarti suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap tujuan.

Dalam mewujudkan tuntutan kemampuan profesionalisasi guru seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan yang dapat menghambat perwujudannya. Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan profesional para guru melaksanakan pembelajaran dapat digolongkan ke dalam dua macam, yaitu permasalahan yang ada dalam diri guru itu sendiri (internal), permasalahan yang ada diluar guru (eksternal). Permasalahan internal menyangkut sikap guru yang masih konservatif,


(17)

2

rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan kompetensinya dan guru kurang atau tidak mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan permasalahan eksternal menyangkut sarana dan prasarana yang terbatas. Hal ini tidak hanya terjadi pada guru di sekolah-sekolah biasa saja, akan tetapi juga terjadi pada guru di sekolah khusus/sekolah luar biasa.

Di Indonesia sekolah khusus seringkali disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) walaupun ada juga sekolah–sekolah khusus yang tidak menamakan dirinya sebagai SLB. Pembentukan Sekolah Luar Biasa memberikan pelayanan yang lebih baik bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa (Sunarjo, 2006).

Sekolah luar biasa adalah lembaga pendidikan formal yang didalamnya khusus mendidik anak–anak yang mengalami kelainan penglihatan, pendengaran, kecerdasan, fisik, emosi dan sosial serta kelainan ganda. Anak luar biasa berbeda dengan anak pada umumnya, baik dari karakteristik maupun layanan pendidikan yang diperlukan. Dengan berbagai jenis kelainan yang dimiliki oleh anak–anak luar biasa pemerintah memprogramkan suatu upaya yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk di dalamnya bagi anak luar biasa.

Lembaga pendidikan SLB adalah lembaga pendidikan yang profesional, yang bertujuan membentuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

The Americans with Disability Act (ADA) menyatakan bahwa individu dengan kebutuhan

khusus atau anak luar biasa harus mendapatkan akomodasi yang memadai baik didunia pendidikan maupun didunia pekerjaan dan tidak boleh mendapatkan diskriminasi (Mastropieri & Scruggs, 2000). Hal tersebut di Indonesia ditindaklanjuti dengan Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat (2) bahwa “warga Negara yang berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.


(18)

3

profesionalisme yang lebih jika disbanding dari guru-guru sekolah luar biasa. Winardi (2001) menyatakan motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya sekitar imbalan moneter, dan imbalan non moneter, yang dapat dipengaruhi hasil kerjanya secara positif atau negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Motivasi merupakan daya dorong sebagai hasil proses interaksi antara sikap, kebutuhan, dan persepsi bawahan dari seseorang dengan lingkungan, motivasi timbul diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya sendiri.

Berdasarkan penelitian Subiyono (2006) menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif motivasi kerja terhadap produktivitas kerja. Dimana dapat dikatakan bahwa semakin tinggi motivasi kerja maka produktivitas kerja semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan karena adanya motivasi kerja maka hasil kerja cenderung lebih baik daripada motivasi rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi kerja memiliki dampak terhadap peningkatan produktivitas kerja.

Menurut Rifka (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara sikap guru pada program sertifikasi dengan motivasi berprestasi. Hasil penelitian Agustiar (2005) juga menemukan bahwa motivasi guru mempunyai hubungan erat dengan kinerja. Penelitian ini telah membuktikan bahwa antara motivasi berprestasi dan produktivitas mempunyai hubungan yang positif dan signifikan. Jika motivasi rendah akan menghasilkan kinerja yang tidak maksimal, tapi sebaliknya jika motivasi tinggi akan menghasilkan kinerja yang maksimal atau produktif. Sementara itu, motivasi seseorang dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan pribadi seperti persepsi, daya tarik, dan harapan.

Undang–Undang No. 02/1979 tentang sistem pendidikan nasional antara lain mengamanatkan bahwa : setiap tenaga kependidikan berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan profesionali sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa. Guru adalah termasuk tenaga kependidikan, dan oleh karena itu juga dituntut untuk meningkatkan kemampuan profesional sebagai guru.

Syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi guru SLB (Sekolah Luar Biasa) ialah adanya minat terhadap masalah anak–anak luar biasa pada umumnya. Dengan demikian, dapat


(19)

4

diharapkan pengertian yang sebaik–baiknya terhadap anak–anak terbelakang. Syarat – syarat lain menjadi guru sekolah biasa berlaku pula bagi guru–guru Sekolah Luar Biasa (SLB), baik pengetahuannya, kecakapan, maupun kepribadiannya. Disamping itu, guru–guru untuk SLB untuk anak–anak terbelakang harus sudah terlatih untuk melayani anak–anak terbelakang (Amin, 1975).

Contoh, seorang guru SLB bagian C (tunagrahita) yang ingin mengajarkan konsep dasar operasi bilangan pada peserta didik penyandang lemah mental (mental retardation). Untuk menanamkan konsep operasi bilangan 1–20 misalnya, paada anak normal barangkali cukup diperlukan sekitar 1–2 minggu untuk menjelaskan operasionalisasinya secara tuntas. Namun, tidak demikian halnya bagi peserta didik yang menyandang keterbelakangan mental, waktu yang diperlukan bisa mencapai 2–3 bulan, atau bahkan lebih, itupun hasilnya tidak di jamin permanen menetap dalam memorinya. Tambahan lagi, mereka harus mengajarkan materi – materi lain tak kalah sulitnya untuk dapat dipersepsi dengan baik oleh peserta didik.

SDLB Negeri Porong adalah salah satu di antara sekian banyak SLB yang ada di Indonesia. Di sekolah ini terdapat anak-anak yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan intelektual. Namun mereka mempunyai semangat tinggi untuk belajar dan tidak kalah dari anak-anak normal lainnya. Mendidik anak normal untuk bisa pintar mungkin tidak terlalu susah dan bisa dilakukan oleh guru biasa, akan tetapi mendidik anak yang mengalami kelainan mental, tidak semua guru bisa melakukannya. Dibutuhkan guru khusus yang terdidik sadar, kreatif, serius, ulet, dan berdedikasi tinggi. Dengan adanya sertifikasi akan terlihat keseriusan dari guru– guru dalam mendidik anak–anak didiknya, seperti yang terjadi di lapangan, ada beberapa guru yang sudah tersertifikasi motivasi kerjanya semakin tinggi seperti guru–guru yang ada di SDLB Negeri Porong, hasil wawancara menunjukkan bahwa setelah guru tersebut tersertifikasi ada perubahan nyata dari para guru yang tersertifikasi.

Survei yang dilaksanakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi terhadap kinerja guru SLB menyatakan bahwa kinerja guru SLB yang sudah lolos sertifikasi belum memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan guru–guru SLB di berbagai jenjang pendidikan yang belum lolos sertifikasi. Harapan mereka adalah segera lolos sertifikasi berikut memperoleh uang tunjangan profesi. Hasil survei tersebut memperkuat dugaan


(20)

5

formalitas. Para guru SLB yang belum tersertifikasi terlihat bekerja keras dengan berbagai cara sampai pada cara instan demi mendapatkan sertifikasi guru. Lebih dari itu, tujuan lainnya adalah memperoleh tunjangan profesi yang jumlahnya lumayan besar. Kerja keras guru tersebut ternyata hanya berlaku saat akan mengikuti sertifikasi. Tapi, pascasertifikasi kemampuan dan kualitas guru sama saja.(Yudha, 2010)

Seringkali yang lulus menafsirkan tujuan sertifikasi. Banyaknya guru yang menjadikan sertifikasi sebagai tujuan akhir bukan sebagai gerbang awal dalam ranah tanggung jawab terhadap dunia pendidikan, menjadikan sertifikasi suatu program yang selesai sesudah dinyatakan lulus tanpa ada implementasi pasca pelaksanaan program tersebut.

Adanya program sertifikasi pendidik/guru merupakan fenomena baru dalam dunia pendidikan kita. Selama ini para guru tidak mengenal sertifikasi yang berkait dengan kewenangan mendidik bagi dirinya; dalam arti untuk mendidik siswa tidak diperlukan sertifikat. Keadaan itu sekarang berubah. Pasal 8 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, selanjutnya disebut Undang-Undang Guru, menyatakan bahwa guru wajib memliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Sertifikasi adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Tujuan dari sertifikasi guru adalah untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Implementasi dari adanya sertifikasi guru adalah adanya perbaikan dalam sistem pendidikan, hal ini erat kaitannya dengan pembelajaran di kelas. Menjadi hal mutlak bahwa pembelajaran di kelas sangat berpengaruh besar dalam menghasilkan output pendidikan, sehingga perlu adanya kesinambungan anatara perkembangan ilmu pengetahuan dengan kemampuan guru.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Perbedaan motivasi kerja antara guru SLB yang tersertifikasi dengan yang tidak tersertifikasi di Kabupaten Sidoarjo”.


(21)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah yang akan diteliti adalah “ apakah ada perbedaan antara motivasi kerja guru SLB (Sekolah Luar Biasa) tersertifikasi dengan yang tidak tersertifikasi di Kabupaten Sidoarjo?”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi kerja antara guru SLB (Sekolah Luar Biasa) yang tersertifikasi dengan yang tidak tersertifikasi di Kabupaten Sidoarjo”.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Dapat memberikan sumbangan pemikiran, wawasan, dan pengetahuan bagi pengembang ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi industri dan organisasi.

2. Manfaat praktis

Memberikan konstribusi masukan bagi para guru SLB mengenai motivasi kerja yang berkaitan dengan program sertifikasi dan bahan pertimbangan atau informasi bagi pihak manajemen SLB dalam memahami kondisi para psikologis tenaga pendidik.


(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini pada prinsipnya diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk kualitas pendidikan pada sekolah luar biasa. Untuk mencapai hasil yang berkualitas tentunya dipelukan sarana dan prasarana yang memadai, sesuai dengan kebutuhan siswa.

Pendidikan mempunyai peran sentral dalam membangun masyarakat untuk mencapai kemajuannya. Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Saat ini profesional guru sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sangat berhubungan dengan fondasi dari pembentukan sumber daya manusia. Sehingga guru sebagai salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan secara aktif dalam menetapkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembanng. Dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu, sehingga dibutuhkan suatu motivasi atau dorongan, yang berarti suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap tujuan.

Dalam mewujudkan tuntutan kemampuan profesionalisasi guru seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan yang dapat menghambat perwujudannya. Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan profesional para guru melaksanakan pembelajaran dapat digolongkan ke dalam dua macam, yaitu permasalahan yang ada dalam diri guru itu sendiri (internal), permasalahan yang ada diluar guru (eksternal). Permasalahan internal menyangkut sikap guru yang masih konservatif,


(2)

rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan kompetensinya dan guru kurang atau tidak mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan permasalahan eksternal menyangkut sarana dan prasarana yang terbatas. Hal ini tidak hanya terjadi pada guru di sekolah-sekolah biasa saja, akan tetapi juga terjadi pada guru di sekolah khusus/sekolah luar biasa.

Di Indonesia sekolah khusus seringkali disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) walaupun ada juga sekolah–sekolah khusus yang tidak menamakan dirinya sebagai SLB. Pembentukan Sekolah Luar Biasa memberikan pelayanan yang lebih baik bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa (Sunarjo, 2006).

Sekolah luar biasa adalah lembaga pendidikan formal yang didalamnya khusus mendidik anak–anak yang mengalami kelainan penglihatan, pendengaran, kecerdasan, fisik, emosi dan sosial serta kelainan ganda. Anak luar biasa berbeda dengan anak pada umumnya, baik dari karakteristik maupun layanan pendidikan yang diperlukan. Dengan berbagai jenis kelainan yang dimiliki oleh anak–anak luar biasa pemerintah memprogramkan suatu upaya yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk di dalamnya bagi anak luar biasa.

Lembaga pendidikan SLB adalah lembaga pendidikan yang profesional, yang bertujuan membentuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

The Americans with Disability Act (ADA) menyatakan bahwa individu dengan kebutuhan khusus atau anak luar biasa harus mendapatkan akomodasi yang memadai baik didunia pendidikan maupun didunia pekerjaan dan tidak boleh mendapatkan diskriminasi (Mastropieri & Scruggs, 2000). Hal tersebut di Indonesia ditindaklanjuti dengan Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat (2) bahwa “warga Negara yang berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.

Oleh karena itu, di perlukan sebuah motivasi yang tinggi bagi guru-guru yang mengajar di sekolah luar biasa. Karena dalam melakukan tugasnya diperlukan kemampuan


(3)

profesionalisme yang lebih jika disbanding dari guru-guru sekolah luar biasa. Winardi (2001) menyatakan motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya sekitar imbalan moneter, dan imbalan non moneter, yang dapat dipengaruhi hasil kerjanya secara positif atau negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Motivasi merupakan daya dorong sebagai hasil proses interaksi antara sikap, kebutuhan, dan persepsi bawahan dari seseorang dengan lingkungan, motivasi timbul diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya sendiri.

Berdasarkan penelitian Subiyono (2006) menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif motivasi kerja terhadap produktivitas kerja. Dimana dapat dikatakan bahwa semakin tinggi motivasi kerja maka produktivitas kerja semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan karena adanya motivasi kerja maka hasil kerja cenderung lebih baik daripada motivasi rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi kerja memiliki dampak terhadap peningkatan produktivitas kerja.

Menurut Rifka (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara sikap guru pada program sertifikasi dengan motivasi berprestasi. Hasil penelitian Agustiar (2005) juga menemukan bahwa motivasi guru mempunyai hubungan erat dengan kinerja. Penelitian ini telah membuktikan bahwa antara motivasi berprestasi dan produktivitas mempunyai hubungan yang positif dan signifikan. Jika motivasi rendah akan menghasilkan kinerja yang tidak maksimal, tapi sebaliknya jika motivasi tinggi akan menghasilkan kinerja yang maksimal atau produktif. Sementara itu, motivasi seseorang dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan pribadi seperti persepsi, daya tarik, dan harapan.

Undang–Undang No. 02/1979 tentang sistem pendidikan nasional antara lain mengamanatkan bahwa : setiap tenaga kependidikan berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan profesionali sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa. Guru adalah termasuk tenaga kependidikan, dan oleh karena itu juga dituntut untuk meningkatkan kemampuan profesional sebagai guru.

Syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi guru SLB (Sekolah Luar Biasa) ialah adanya minat terhadap masalah anak–anak luar biasa pada umumnya. Dengan demikian, dapat


(4)

diharapkan pengertian yang sebaik–baiknya terhadap anak–anak terbelakang. Syarat – syarat lain menjadi guru sekolah biasa berlaku pula bagi guru–guru Sekolah Luar Biasa (SLB), baik pengetahuannya, kecakapan, maupun kepribadiannya. Disamping itu, guru–guru untuk SLB untuk anak–anak terbelakang harus sudah terlatih untuk melayani anak–anak terbelakang (Amin, 1975).

Contoh, seorang guru SLB bagian C (tunagrahita) yang ingin mengajarkan konsep dasar operasi bilangan pada peserta didik penyandang lemah mental (mental retardation). Untuk menanamkan konsep operasi bilangan 1–20 misalnya, paada anak normal barangkali cukup diperlukan sekitar 1–2 minggu untuk menjelaskan operasionalisasinya secara tuntas. Namun, tidak demikian halnya bagi peserta didik yang menyandang keterbelakangan mental, waktu yang diperlukan bisa mencapai 2–3 bulan, atau bahkan lebih, itupun hasilnya tidak di jamin permanen menetap dalam memorinya. Tambahan lagi, mereka harus mengajarkan materi – materi lain tak kalah sulitnya untuk dapat dipersepsi dengan baik oleh peserta didik.

SDLB Negeri Porong adalah salah satu di antara sekian banyak SLB yang ada di Indonesia. Di sekolah ini terdapat anak-anak yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan intelektual. Namun mereka mempunyai semangat tinggi untuk belajar dan tidak kalah dari anak-anak normal lainnya. Mendidik anak normal untuk bisa pintar mungkin tidak terlalu susah dan bisa dilakukan oleh guru biasa, akan tetapi mendidik anak yang mengalami kelainan mental, tidak semua guru bisa melakukannya. Dibutuhkan guru khusus yang terdidik sadar, kreatif, serius, ulet, dan berdedikasi tinggi. Dengan adanya sertifikasi akan terlihat keseriusan dari guru– guru dalam mendidik anak–anak didiknya, seperti yang terjadi di lapangan, ada beberapa guru yang sudah tersertifikasi motivasi kerjanya semakin tinggi seperti guru–guru yang ada di SDLB Negeri Porong, hasil wawancara menunjukkan bahwa setelah guru tersebut tersertifikasi ada perubahan nyata dari para guru yang tersertifikasi.

Survei yang dilaksanakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi terhadap kinerja guru SLB menyatakan bahwa kinerja guru SLB yang sudah lolos sertifikasi belum memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan guru–guru SLB di berbagai jenjang pendidikan yang belum lolos sertifikasi. Harapan mereka adalah segera lolos sertifikasi berikut memperoleh uang tunjangan profesi. Hasil survei tersebut memperkuat dugaan sebagian besar masyarakat yang menyebut “proyek” program sertifikasi guru itu sekedar


(5)

formalitas. Para guru SLB yang belum tersertifikasi terlihat bekerja keras dengan berbagai cara sampai pada cara instan demi mendapatkan sertifikasi guru. Lebih dari itu, tujuan lainnya adalah memperoleh tunjangan profesi yang jumlahnya lumayan besar. Kerja keras guru tersebut ternyata hanya berlaku saat akan mengikuti sertifikasi. Tapi, pascasertifikasi kemampuan dan kualitas guru sama saja.(Yudha, 2010)

Seringkali yang lulus menafsirkan tujuan sertifikasi. Banyaknya guru yang menjadikan sertifikasi sebagai tujuan akhir bukan sebagai gerbang awal dalam ranah tanggung jawab terhadap dunia pendidikan, menjadikan sertifikasi suatu program yang selesai sesudah dinyatakan lulus tanpa ada implementasi pasca pelaksanaan program tersebut.

Adanya program sertifikasi pendidik/guru merupakan fenomena baru dalam dunia pendidikan kita. Selama ini para guru tidak mengenal sertifikasi yang berkait dengan kewenangan mendidik bagi dirinya; dalam arti untuk mendidik siswa tidak diperlukan sertifikat. Keadaan itu sekarang berubah. Pasal 8 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, selanjutnya disebut Undang-Undang Guru, menyatakan bahwa guru wajib memliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Sertifikasi adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Tujuan dari sertifikasi guru adalah untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Implementasi dari adanya sertifikasi guru adalah adanya perbaikan dalam sistem pendidikan, hal ini erat kaitannya dengan pembelajaran di kelas. Menjadi hal mutlak bahwa pembelajaran di kelas sangat berpengaruh besar dalam menghasilkan output pendidikan, sehingga perlu adanya kesinambungan anatara perkembangan ilmu pengetahuan dengan kemampuan guru.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Perbedaan motivasi kerja antara guru SLB yang tersertifikasi dengan yang tidak tersertifikasi di Kabupaten Sidoarjo”.


(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah yang akan diteliti adalah “ apakah ada perbedaan antara motivasi kerja guru SLB (Sekolah Luar Biasa) tersertifikasi dengan yang tidak tersertifikasi di Kabupaten Sidoarjo?”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi kerja antara guru SLB (Sekolah Luar Biasa) yang tersertifikasi dengan yang tidak tersertifikasi di Kabupaten Sidoarjo”.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Dapat memberikan sumbangan pemikiran, wawasan, dan pengetahuan bagi pengembang ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi industri dan organisasi.

2. Manfaat praktis

Memberikan konstribusi masukan bagi para guru SLB mengenai motivasi kerja yang berkaitan dengan program sertifikasi dan bahan pertimbangan atau informasi bagi pihak manajemen SLB dalam memahami kondisi para psikologis tenaga pendidik.