The Effect of Pellet Diameter and Storage Time on Physical Pellet Quality of Indigofera sp. Leaves

PENGARUH DIAMETER PELET DAN LAMA PENYIMPANAN
TERHADAP KUALITAS FISIK PELET DAUN LEGUM
Indigofera sp.

SKRIPSI
UMMUL ‘IZZAH SHOLIHAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
i

RINGKASAN
UMMUL ‟IZZAH SHOLIHAH. D24061376. 2011. Pengaruh Diameter Pelet dan
Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik Pelet Daun Legum Indigofera sp.
Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota


: Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc.Agr
: Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr

Salah satu kendala utama dalam peningkatan produktivitas peternakan di
negara berkembang adalah kuantitas dan kualitas pakan yang berfluktuasi khususnya
selama musim kemarau. Upaya penyediaan hijauan makanan ternak yang berkualitas
tinggi dapat dilakukan dengan cara domestikasi hijauan makanan ternak baru yang
memiliki kandungan nutrisi cukup tinggi. Salah satu hijauan makanan ternak yang
mempunyai kualitas yang cukup tinggi adalah Indigofera sp. Tanaman ini memiliki
kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan
tahan terhadap salinitas. Indigofera sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan
ternak dan mengandung protein kasar 24,17%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22%
dan fosfor 0,18 (Hassen et al. 2007). Tanaman Indigofera sp. sebagai pakan hijauan
memiliki sifat bulky dan mudah rusak sehingga dibutuhkan teknik pengolahan pakan
agar pemanfaatannya lebih efisien dan tahan lama. Salah satu teknik pengolahan
pakan hijauan adalah proses pelet. Data mengenai sifat dan kualitas fisik pelet
berbahan baku hijauan masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk
mendapatkan informasi mengenai pengaruh ukuran diameter pelet dan lama
penyimpanan terhadap kualitas fisik hijauan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sifat fisik dan kualitas fisik pelet hijauan leguminosa Indigofera sp.

setelah dilakukan proses pembuatan pelet dan penyimpanan.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu ukuran die 3, 5 dan 8 mm yang
diulang sebanyak 3 kali. Sedangkan tahap kedua menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) pola faktorial (3x5) dengan 3 ulangan, faktor pertama adalah ukuran
die 3, 5 dan 8 mm dan faktor kedua yaitu lama penyimpanan 0, 7, 15, 30 dan 60 hari.
Peubah yang diamati adalah kadar air, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan
pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, pellet durability index, aktivitas air dan uji
organoleptik.
Hasil menunjukkan bahwa sifat berat jenis, kerapatan tumpukan, dan
kerapatan pemadatan tumpukan pelet dibandingkan dengan daun Indigofera sp.
bentuk tepung, pelet daun Indigofera sp. memerlukan ruang yang setengah kali lebih
kecil per satuan berat tertentu sehingga lebih efisien dalam hal pengangkutan dan
penyimpanan. Nilai Rataan Pellet Durability Index dalam penelitian ini adalah
94,95%, nilai ini menunjukkan pelet daun Indigofera memiliki kualitas yang baik
sehingga tidak mudah hancur. Pelet daun Indigofera sp. yang disimpan hingga 60
hari menunjukkan kualitas fisik yang relatif konstan atau tidak berubah sehingga
pelet dapat disimpan dalam waktu dua bulan.
Kata-kata kunci: diameter pelet, penyimpanan, sifat fisik pelet, Indigofera sp.
i


ABSTRACT
The Effect of Pellet Diameter and Storage Time on Physical Pellet Quality
of Indigofera sp. Leaves
Ummul ‟Izzah Sholihah, Heri A. Sukria and Luki Abdullah

The experiment investigated the effect of different pellet diameter and time
of storage on physical properties of pelleted Indigofera-leaves. This study consisted
of two experiment; the first experiment was investigation of the die size (die 3, 5 and
8 mm) effects on physical properties using a Completely Randomized Design (CRD)
with 3. The second experiment was the effect of storage quality on physical quality
of pellets of the Indigofera-leaves. A factorial Completely Randomized Design
(CRD) was applied with 3 replications, the first factor was die diameter consisting of
3, 5 and 8 mm and the second factor was the storage time (0, 7, 15, 30 and 60 days).
The Observed physical properties of the tested pellets were water content, specific
gravity, bulk density, compacted bulk density, respone of angle and pellet durability
index (PDI), water activity and organoleptic test. The result of this experiment
indicates that specific gravity, bulk density, and compacted bulk density of pellet
higher than Indigofera leaves powder so that is more efficient for conveying and
storing. The diameter difference of pellet did not have much influence on physical

pellet quality which can‟t be broken easily. Leaves pellet of Indigofera sp. stored up
to sixty days showed the result constantly so pellet can be stored in a long time.
Key words : pellet diameter, storage, physical quality of pellets, Indigofera sp.

viii

PENGARUH DIAMETER PELET DAN LAMA PENYIMPANAN
TERHADAP KUALITAS FISIK PELET DAUN LEGUM
Indigofera sp.

UMMUL ‘IZZAH SHOLIHAH
D240601376

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
viii

Judul

: Pengaruh Diameter Pelet dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik
Pelet Daun Legum Indigofera sp.

Nama

: Ummul „Izzah Sholihah

NIM

: D24061376

Menyetujui,
Pembimbing Utama


Pembimbing Anggota

(Dr. Ir. Heri A. Sukria, M.Sc.Agr)
NIP 19660705 199103 1 003

(Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr)
NIP 19670107 199103 1 003

Mengetahui
Ketua Departemen,
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr)
NIP. 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian : 31 Maret 2011

Tanggal Lulus :
viii


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 11 April 1988 di Surakarta, Jawa Tengah.
Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara pasangan Bapak Abdul Aziz
Maryanto dan Ibu Isti‟anah.
Penulis mengawali pendidikan akademik pada tahun 1992 di Yayasan
Darussalam (TK dan SD Islam Darussalam Surakarta) dan diselesaikan pada tahun
2000, kemudian melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah
menengah atas di Yayasan Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta
dan diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun
2007.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) pada periode 2007-2008
sebagai anggota dan sebagai kepala biro Nutrisari pada periode 2008-2009. Penulis
juga menjadi asisten mata kuliah Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi
Pakan pada tahun 2009 hingga 2010. Penulis berkesempatan menjadi penerima
beasiswa Supersemar pada tahun 2009 dan beasiswa BBM (Beasiswa Bantuan
Mahasiswa) pada tahun 2010.


viii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan.
Skripsi ini berjudul Pengaruh Diameter Pelet dan Lama Penyimpanan
Terhadap Kualitas Fisik Pelet Daun Legum Indigofera sp. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2010. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui sifat fisik dan kualitas fisik pelet leguminosa Indigofera sp.
setelah dilakukan proses pembuatan pelet dan penyimpanan.
Penulis memahami bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, besar harapan penulis adanya sumbangan pemikiran
dari berbagai kalangan untuk perbaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Mei 2011


Penulis

viii

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .......................................................................................................

i

ABSTRAK ............................................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................


iv

RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................

v

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

vi

DAFTAR ISI.........................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL.................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................


x

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................

xi

PENDAHULUAN ................................................................................................

1

Latar Belakang ................................................................................................
Tujuan .............................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................

3

Indigofera sp. ..................................................................................................
Proses Pembuatan Pelet ..................................................................................
Sifat Fisik Bahan Baku Pakan ........................................................................
Kadar Air ..................................................................................................
Aktivitas Air..............................................................................................
Berat Jenis .................................................................................................
Kerapatan Tumpukan ................................................................................
Kerapatan Pemadatan Tumpukan .............................................................
Sudut Tumpukan .......................................................................................
Pellet Durability Index ..............................................................................
Penyimpanan ...................................................................................................
Pengemasan ....................................................................................................
Suhu dan Kelembaban ....................................................................................
Kerusakan Mikrobiologis dan Biologi dalam Penyimpanan ..........................

3
4
6
7
7
8
8
9
9
10
11
11
12
13

MATERI DAN METODE ....................................................................................

14

Waktu dan Lokasi ...........................................................................................
Materi ..............................................................................................................
Alat dan Bahan..........................................................................................
Metode ............................................................................................................
Proses Pembuatan Pelet ............................................................................
Perlakuan Penyimpanan ............................................................................
Rancangan Percobaan .....................................................................................
Percobaan I ...............................................................................................

14
14
14
14
14
15
16
16
viii

Percobaan II ..............................................................................................
Prosedur Pengukuran ......................................................................................
Kadar Air ..................................................................................................
Berat Jenis .................................................................................................
Sudut Tumpukan .......................................................................................
Kerapatan Tumpukan ................................................................................
Kerapatan Pemadatan Tumpukan .............................................................
Pellet Durability Index ..............................................................................
Aktivitas Air..............................................................................................
Pengamatan Penampakan Fisik.................................................................

16
17
17
17
18
18
18
18
19
19

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................

20

Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. ................................................
Sifat Fisik Daun Indigofera sp. Sebelum dan Sesudah Dibentuk Pelet ..........
Sifat Fisik dan Kualitas Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Berbeda Ukuran ....
Berat Jenis .................................................................................................
Kerapatan Tumpukan dan Kerapatan Pemadatan Tumpukan...................
Sudut Tumpukan .......................................................................................
Pellet Durability Index..............................................................................
Sifat Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Berbeda Ukuran Selama Masa Simpan
Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap Berat
Jenis Pelet .......................................................................................................
Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap
Kerapatan Tumpukan Pelet .............................................................................
Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap
Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pelet ..........................................................
Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap
Sudut Tumpukan Pelet ....................................................................................
Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap
Pellet Durability Index....................................................................................
Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap Kadar Air Pelet .
Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap Aktivitas Air
Pelet ................................................................................................................

20
20
22
22
23
23
24
24

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................

35

Kesimpulan .....................................................................................................
Saran ...............................................................................................................

35
35

UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................

36

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

37

LAMPIRAN..........................................................................................................

40

26
27
29
30
31
33
34

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Klasifikasi Aliran Bahan Baku Berdasarkan Sudut Tumpukan..................

10

2. Sifat Fisik Daun Indigofera sp. Bentuk Tepung dan Pelet .........................

21

3. Rataan Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan serta Nilai Aktivitas
Air Pelet Selama Masa Simpan ..................................................................

25

4. Kandungan Kadar Air Pelet Selama Masa Simpan ....................................

33

5. Nilai Aktivitas Air (Aw) Pelet Selama Masa Simpan ................................

34

viii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Indigofera sp. ..............................................................................................

3

2. Skema Proses Pengolahan Indigofera sp. Dalam Bentuk Pelet
Hingga Proses Penyimpanan ......................................................................

15

3. Pelet daun Indigofera sp. Ukuran die 3, 5 dan 8 mm .................................

20

4. Gambar Kemasan Pelet Daun Indigofera sp. Selama Masa Simpan ..........

26

5. Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap
Berat Jenis Pelet .........................................................................................

27

6. Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap
Kerapatan Tumpukan Pelet ........................................................................

28

7. Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap
Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pelet......................................................

29

8. Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap
Sudut Tumpukan Pelet ...............................................................................

30

9. Pengaruh Interaksi Waktu Penyimpanan dan Ukuran Pelet terhadap
Pellet Durability Index ...............................................................................

32

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Hasil Sidik Ragam Kerapatan Tumpukan .................................................

41

2. Hasil Sidik Ragam Kerapatan Pemadatan Tumpukan ...............................

41

3. Hasil Sidik Ragam Sudut Tumpukan.........................................................

41

4. Hasil Sidik Ragam Pellet Durability Index ...............................................

42

5. Rataan Berat Jenis Pelet Daun Indigofera sp. Selama Penyimpanan ........

42

6. Rataan Kerapatan Tumpukan Pelet Daun Indigofera sp.
Selama Penyimpanan ................................................................................

42

7. Rataan Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pelet Daun
Indigofera sp. Selama Penyimpanan .........................................................

43

8. Rataan Sudut Tumpukan Pelet Daun Indigofera sp.
Selama Penyimpanan ................................................................................

43

9. Rataan Pellet Durability Index Pelet Daun Indigofera sp.
Selama Penyimpanan ................................................................................

43

10. Kandungan Nutrisi Daun Indigofera sp. Bentuk Tepung dan Pelet .........

44

11. Hasil Sidik Ragam Berat Jenis Pelet Selama Penyimpanan .....................

45

12. Uji Lanjut Duncan Berat Jenis Pelet Selama Penyimpanan .....................

45

13. Hasil Sidik Ragam Kerapatan Tumpukan Pelet Selama
Penyimpanan .............................................................................................

46

14. Uji Lanjut Duncan Kerapatan Tumpukan Pelet Selama
Penyimpanan .............................................................................................

46

15. Hasil Sidik Ragam Sudut Tumpukan Pelet Selama Penyimpanan ...........

47

16. Uji Lanjut Duncan Sudut Tumpukan Pelet Selama Penyimpanan ...........

47

17. Hasil Sidik Ragam Pellet Durability Index Selama Penyimpanan ...........

48

18. Uji Lanjut Duncan Pellet Durability Index Pelet Selama
Penyimpanan .............................................................................................

48

19. Hasil Sidik Ragam Kadar Air Pelet Selama Penyimpanan.......................

49

20. Uji Lanjut Duncan Kadar Air Pelet Selama Penyimpanan .......................

50

21. Gambar Peralatan Penelitian .....................................................................

51

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri peternakan di Indonesia semakin berkembang. Perkembangan
industri peternakan ini menuntut adanya pakan yang berkualitas baik, tersedia setiap
saat dengan harga yang layak serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah
satu kendala utama dalam peningkatan produktivitas peternakan di negara
berkembang adalah kuantitas dan kualitas pakan yang berfluktuasi khususnya selama
musim kemarau (Van DDT et al., 2005). Kesulitan penyediaan hijauan makanan
ternak dalam jumlah besar terutama yang berkadar protein tinggi, mudah
dibudidayakan, daya adaptasi tinggi, dan produksi biomassa tinggi merupakan suatu
masalah yang sering terjadi di daerah tropis terutama pada saat musim kemarau.
Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah melalui pengolahan dengan tujuan
agar hijauan makanan ternak memiliki kualitas yang baik, dapat diproduksi dalam
jumlah besar, lebih efisien dalam transportasi, dan tersedia sepanjang tahun.
Upaya penyediaan hijauan makanan ternak yang berkualitas tinggi dapat
dilakukan dengan cara domestikasi hijauan makanan ternak baru yang memiliki
kandungan nutrisi cukup tinggi. Salah satu hijauan makanan ternak yang mempunyai
kualitas yang cukup tinggi adalah Indigofera sp.. Indigofera sp. adalah jenis
leguminosa dan merupakan tanaman yang tahan terhadap kekeringan sehingga dapat
menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Selain itu, tanaman ini mempunyai
keunggulan yaitu kandungan protein kasar yang cukup tinggi. Indigofera sangat baik
dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan mengandung protein kasar 24,17%,
serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor 0,18. Legum Indigofera sp. memiliki
kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air, dan
tahan terhadap salinitas (Hassen et al. 2007). Penyediaan hijauan pakan terkendala
dengan sifat yang menyulitkan dalam hal distributor dan penyimpanan karena
tanaman Indigofera sp. sebagai pakan hijauan memiliki sifat bulky dan mudah rusak
sehingga dibutuhkan teknologi pengolahan pakan agar lebih efisien dan tahan lama.
Salah satu teknik pengolahan pakan hijauan adalah dibentuk pelet.
Pelet adalah ransum yang dibuat dengan menggiling bahan baku, mencampur,
memadatkan dengan menggunakan die dengan bentuk, diameter, panjang dan derajat
kekerasan yang berbeda dan mengeraskan ransum sampai keluar dari mesin pencetak
1

melalui proses mekanik. Ransum bentuk pelet dapat meningkatkan konsumsi pakan
ternak, mengurangi jumlah pakan yang terbuang, membuat pakan lebih homogen,
dapat memusnahkan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, memperpanjang
penyimpanan, mempermudah pengangkutan dan menjamin keseimbangan zat nutrisi
pakan yang terkandung dalam komposisi pakan.
Proses penyimpanan terjadi saat bahan makanan dipanen hingga dalam
bentuk ransum yang siap dipasarkan dan akan diberikan pada ternak. Proses
penyimpanan diperlukan karena perkembangan usaha peternakan harus diimbangi
dengan ketersediaan ransum yang memadai dan selalu siap digunakan, sehingga
kontinuitas

produksi

dapat

terus

berlangsung.

Lama

penyimpanan

akan

mempengaruhi sifat fisik dari ransum yang disimpan. Kualitas ransum yang disimpan
akan turun jika melebihi batas waktu tertentu. Penyimpanan pakan yang terlalu lama
dengan cara penyimpanan yang keliru akan menyebabkan tumbuhnya jamur, kapang,
dan mikroorganisme lainnya sehingga dapat menurunkan kualitas ransum. Kerusakan
selama penyimpanan meliputi kerusakan fisik, biologi, dan kimia.
Data mengenai sifat dan kualitas fisik pelet berbahan baku hijauan masih
terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk mendapatkan informasi
mengenai pengaruh ukuran diameter pelet dan lama penyimpanan terhadap kualitas
fisik hijauan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan kualitas fisik pelet
hijauan leguminosa Indigofera sp. setelah dilakukan proses pembuatan pelet dan
penyimpanan.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Indigofera sp.
Tanaman Indigofera adalah genus besar dari sekitar 700 jenis tanaman
berbunga milik keluarga fabaceae (Schrire, 2005). Di Indonesia Indigofera banyak
dikenal mirip dengan tarum, nila, atau indigo (Indigofera, suku polong-polongan atau
Fabaceae) yang merupakan tumbuhan penghasil warna biru alami yang digunakan
sebagai zat pewarna pakaian terutama dilakukan dalam pembuatan batik atau tenun
ikat tradisional dari Nusantara. Bangsa Indigofera yang besar tersebar di seluruh
wilayah tropika dan subtropika di Asia, Afrika dan Amerika, sebagian besar jenisnya
tumbuh di Afrika dan Himalaya bagian selatan. Kira-kira 40 jenis asli Asia Tengara,
dan banyak jenis lainnya telah diintroduksikan ke wilayah ini. Banyak jenisnya yang
telah dibudidayakan di seluruh wilayah tropika. Klasifikasi botani Indigofera sp.
adalah :
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Bangsa

: Indigofereae

Genus

: Indigofera

Gambar 1. Indigofera sp.

3

Indigofera memberikan peluang yang menjanjikan dalam hal pemenuhan
kebutuhan ternak ruminansia terhadap tanaman pakan. Beberapa spesies di Afrika
dan Asia telah dilaporkan dapat digunakan sebagai hijauan (I. hirsuta, I. pilosa, I.
schimperi Syn, I. oblongifolia, I. spicata, I. subulata Syn, dan I. trita). Spesies lain
seperti I. arrecta Hochst.ex A.Rich., I. articulata Gouan, I. suffruticosa Mill. Dan I.
tinctoria L., juga digunakan sebagai bahan pewarna, pakan ternak, pelindung tanah,
tanaman penutup humus, kontrol erosi dan tanaman hias (Schrire, 2005). Beberapa
spesies digunakan untuk pengobatan (antipiretik, pencahar, diuretik, tonik, dan
berguna pada serangan ular, lebah dan serangga menggigit lainnya), walaupun
kemungkinan menyebabkan toksik pada hewan peliharaan dan sapi (Tokarnia et al.,
2000).
Ciri-ciri Indigofera adalah daunnya berseling, biasanya bersirip ganjil,
kadang-kadang beranak daun tiga atau tunggal. Bunganya tersusun dalam suatu
tandan di ketiak daun, daun kelopaknya berbentuk genta bergerigi lima, daun
mahkotanya berbentuk kupu-kupu. Secara umum tipe buahnya polong, berbentuk
pita (pada beberapa jenis hampir bulat), lurus atau bengkok, berisi 1-20 biji yang
kebanyakan bulat sampai jorong. Semainya dengan perkecambahan epigeal, keping
bijinya tebal, cepat rontok, dan memiliki akar tunggang.
Legum Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran
terhadap musim kering, genangan air, dan tahan terhadap salinitas (Skerman, 1982).
Sekitar 50% jenis Indigofera sp. yang ada beracun dan hanya 30% yang palatable
untuk ternak (Strickland et al., 1987), namun jenis yang palatable memiliki potensi
yang besar sebagai hijauan pakan. Menurut Hassen et al., (2008) produksi bahan
kering (BK) total Indigofera sp. adalah 21 ton/ha/tahun dan produksi bahan kering
daun 5 ton/ha/tahun.
Proses Pembuatan Pelet
Pelet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dari
bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan
pakan. Proses pembuatan pelet dapat mengurangi biaya produksi dari sisi transportasi
dan penyimpanan karena dapat meningkatkan kerapatan tumpukan. Bagi hewan
ternak, pelet dapat meningkatkan nilai nutrisi pakan karena bentuk pelet yang
kompak mengurangi kemungkinan ternak untuk memilih bahan pakan dan
4

memungkinkan penambahan imbuhan pakan secara lebih merata. Pelet juga dapat
meningkatkan level asupan pakan dan mengurangi jumlah pakan yang terbuang siasia.
Proses pembuatan pelet merupakan proses mekanis yang menggunakan
kombinasi moisture/uap air, panas dan tekanan. McElhiney (1994) menyatakan
bahwa pelet merupakan hasil proses pengolahan bahan baku secara mekanik yang
didukung oleh faktor kadar air, panas dan tekanan, selain itu dua faktor yang
mempengaruhi ketahanan serta kualitas fisik pelet adalah karakteristik dan ukuran
partikel bahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelet antara lain pati, serat
dan lemak (Balagopalan et al., 1988). Pati bila dipanaskan dengan air akan
mengalami gelatinisasi yang berfungsi sebagai perekat sehingga mempengaruhi
kekuatan pelet. Serat berfungsi sebagai kerangka pelet dan lemak berfungsi sebagai
pelicin selama proses pembentukan pelet dalam mesin pelet sehingga mempermudah
pembentukan pelet.
Kestabilan pelet juga dipengaruhi oleh kandungan kadar air bahan baku,
ukuran partikel dan suhu sebelum pengolahan, selain itu untuk menghasilkan pelet
yang berkualitas baik dengan biaya operasional yang rendah perlu diperhatikan
beberapa hal diantaranya ukuran ketebalan die (cetakan), diameter die, kecepatan
putaran die dan ukuran pemberian ransum (Balagopalan et al., 1988). Pembuatan
pelet terdiri dari proses pencetakan, pendinginan dan pengeringan. Perlakuan akhir
terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan. Menurut Pfost (1976),
proses penting dalam pembuatan pelet adalah pencampuran (mixing), pengaliran uap
(conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan (cooling).
Proses kondisioning adalah proses pemanasan dengan uap air pada bahan
yang ditujukan untuk gelatinisasi agar terjadi perekatan antar partikel bahan
penyusun sehingga penampakan pelet menjadi kompak, durasinya mantap, tekstur
dan kekerasannya bagus. Proses kondisioning ditujukan untuk gelatinisasi dan
melunakkan bahan agar mempermudah pencetakan. Disamping itu juga bertujuan
untuk membuat : (1) Pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit penyakit;
(2) Menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat; (3) Pakan menjadi
lebih lunak sehingga ternak mudah mencernanya dan (4) Menciptakan aroma pakan
yang lebih merangsang nafsu makan ternak. Gelatinasi merupakan sumber perekat
5

alami pada proses pembuatan pelet. Pencetakan merupakan tahap pemadatan bentuk
melalui alat extruder. Suhu bahan sebelum masuk ke dalam mesin pencetak sekitar
80°C dengan kelembaban 12–15%.
Proses pembuatan pelet merupakan proses penekanan dan pemampatan
bahan-bahan melalui die dalam sebuah proses mekanik yang melibatkan panas,
tekanan dan kadar air (McElhiney, 1994). Pembuatan pelet dapat berjalan dengan
baik apabila terjadi pergerakan yang seimbang antara roller dan die. Die adalah alat
pencetak pelet, terpasang pada ruang pelleter yang berbentuk saringan melingkar dan
berdiri vertikal. Die dilengkapi dengan dua buah roller yang terpasang sejajar
horizontal di bagian tengah. Perputaran die dengan roller dengan bahan pakan yang
berada di tengahnya akan menekan keluar bahan pakan melewati lubang-lubang di
sekeliling die sehingga pakan tercetak dalam bentuk pelet. Untuk menyeragamkan
ukuran partikel pelet hasil pencetakan oleh die maka di bagian luar die terdapat pisau
pemotong yang kedalamannya dapat diatur untuk menentukan panjang pendeknya
ukuran partikel pelet yang diinginkan.
Selama proses kondisioning terjadi peningkatan suhu dan kadar air dalam
bahan sehingga perlu dilakukan pendinginan. Proses pendinginan (cooling)
merupakan proses penurunan suhu pelet dengan menggunakan aliran udara sehingga
pelet menjadi lebih kering dan keras. Proses ini meliputi pendinginan butiran-butiran
pelet yang sudah terbentuk, agar kuat dan tidak mudah pecah. Pendinginan dilakukan
pada tahap ini untuk menghindarkan pelet itu dari serangan jamur selama
penyimpanan
Sifat Fisik Bahan Baku Pakan
Sifat fisik merupakan bagian dari karakteristik mutu yang berhubungan
dengan nilai kepuasan konsumen terhadap bahan. Pemahaman tentang sifat-sifat
bahan serta perubahan yang terjadi pada pakan dapat digunakan untuk menilai dan
menetapkan mutu pakan, disamping itu pengetahuan tentang sifat fisik dapat
digunakan juga untuk menentukan keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan,
dan penyimpanan (Wirakartakusumah, 1992). Beberapa sifat fisik yang diukur terdiri
dari kadar air, aktivitas air, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan, sudut tumpukan, dan Pellet Durability Index.
6

Kadar Air
Air merupakan komponen penting dalam bahan karena dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur serta cita rasa yang sangat menentukan mutu bahan sehingga
kandungan air dalam bahan turut menentukan acceptability, kesegaran dan daya
tahan bahan tersebut (Winarno et al.,1980). Kelebihan maupun kekurangan kadar air
dalam bahan dapat mempengaruhi kualitas. Kelebihan air dalam bahan dapat
menimbulkan pertumbuhan jamur dan mikroba lain sehingga bahan tidak tahan lama
sedangkan kekurangan kadar air dapat mempengaruhi kualitas fisik bahan,
kandungan nutrisi serta daya cerna.
Menurut Khalil (1999b), kandungan air suatu bahan pakan tidak konstan
karena dipengaruhi oleh jenis bahan, suhu lingkungan dan kelembaban udara
sekitarnya (Rh). Syarief dan Halid (1994) menyebutkan bahwa kadar air adalah
banyaknya kandungan air dalam bahan berdasarkan berat kering yang dipengaruhi
oleh jenis bahan, suhu dan kelembaban lingkungan. Kadar air yang tinggi dalam
bahan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan cendawan jenis aspergillus,
rizhopus atau penicilium sehingga bahan tidak tahan lama dan mudah rusak
(Makfoeld, 1982).
Aktivitas Air
Aktivitas air (Aw) bahan pakan merupakan air bebas yang terkandung dalam
bahan pakan yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya (Syarief
dan Halid, 1994). Berbagai mikroorganisme mempunyai aktivitas air minimum agar
dapat tumbuh dengan baik misalnya bakteri tumbuh pada aktivitas air 0,9, khamir
pada aktivitas air 0,8-0,9 dan kapang pada aktivitas air 0,6-0,7 (Winarno, 1997).
Menurut Rahayu et al. (1994) kapang cenderung aktif pada keadaan relatif kurang air
sedangkan bakteri pada keadaan kandungan air yang tinggi.
Bahan yang akan disimpan sebaiknya memiliki aktivitas air dibawah 70%
atau pada kelembaban relatif dibawah 70% (Winarno, 1997). Kadar air erat
hubungannya dengan aktivitas air, begitu juga dengan suhu dan kelembaban ruang
penyimpanan, dengan adanya adsorpsi uap air dari udara ke dalam komoditi maka
dapat mengakibatkan perubahan kandungan air bebas komoditi tersebut. Hasil
penelitian Wigati (2009) menyebutkan bahwa aktivitas air berkolerasi positif dengan
kadar air. Suatu bahan dengan kadar air dan aktivitas air rendah dapat lebih awet
7

dalam proses penyimpanan dibanding dengan bahan dengan kadar air dan aktivitas
air tinggi (Syarief dan Halid, 1994).
Berat Jenis
Berat jenis juga disebut berat spesifik, merupakan perbandingan antara massa
bahan terhadap volumenya. Berat jenis diukur dengan menggunakan prinsip Hukum
Archimedes yaitu suatu benda di dalam fluida, baik sebagian ataupun seluruhnya
akan memperoleh gaya Archimedes sebesar fluida yang dipindahkan dan arahnya ke
atas (Khalil, 1999a). Berat jenis memegang peranan penting dalam proses
pengolahan, penanganan, dan penyimpanan karena menentukan tingkat ketelitian
dalam proses penakaran secara otomatis yang umum diterapkan pada pabrik pakan.
Berat jenis bersama dengan ukuran partikel berpengaruh terhadap homogenitas
penyebaran partikel dan stabilitasnya dalam suatu campuran bahan (Khalil, 1999a).
Berat jenis merupakan faktor penentu kerapatan tumpukan dan berpengaruh
besar terhadap daya ambang (Khalil, 1999a). Penelitian yang dilakukan oleh
Gauthama (1998) menunjukkan bahwa berat jenis tidak berbeda nyata terhadap
perbedaan ukuran partikel karena ruang antar partikel bahan sudah terisi oleh
aquades dalam pengukuran berat jenis.
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan tumpukan merupakan perbandingan antara berat bahan dengan
volume ruang yang ditempati bahan. Kerapatan tumpukan memegang peranan
penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan
berat tertentu seperti dalam pengisian alat pencampur, elevator dan silo (Khalil,
1999a).

Satuan kerapatan tumpukan adalah kg/m3.

Sifat fisik pakan penting

diketahui dalam desain peralatan produksi misalnya dalam menentukan kapasitas
bin. Beberapa faktor lain yang penting yaitu sudut tumpukan dan kerapatan
pemadatan tumpukan (McElhiney, 1994).
Kerapatan tumpukan dihitung setelah menempatkan suatu bahan ke dalam
wadah dengan volume konstan tanpa getaran. Nilai kerapatan tumpukan
menunjukkan porositas bahan, yaitu jumlah rongga udara yang terdapat diantara
partikel-partikel bahan (Wirakartakusumah, 1992). Nilai kerapatan tumpukan
berbanding lurus dengan laju alir pakan, semakin tinggi kerapatan tumpukan maka
8

laju alir pakan semakin meningkat. Nilai kerapatan tumpukan berbanding terbalik
dengan kandungan air dan partikel asing dalam bahan (Fasina dan Sonkhansanj,
1993), sehingga peningkatan kandungan air atau partikel asing akan menurunkan
nilai kerapatan tumpukan bahan tersebut. Pembuatan pelet akan meningkatkan nilai
kerapatan tumpukannya sehingga membutuhkan wadah bervolume yang lebih
sedikit.
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Kerapatan pemadatan tumpukan merupakan perbandingan antara berat bahan
terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah melalui proses pemadatan,
misalnya penggoyangan (Khalil, 1999a).
Nilai kerapatan pemadatan tumpukan penting diketahui karena sangat
bermanfaat pada saat pengisian bahan ke dalam wadah yang diam tetapi bergetar.
Gauthama (1998) menyatakan kerapatan pemadatan tumpukan dipengaruhi oleh
bentuk dan ukuran partikel bahan pakan, pakan bentuk normal akan memiliki
kerapatan pemadatan paling tinggi daripada pakan yang berbentuk tepung. Kerapatan
pemadatan tumpukan juga dipengaruhi oleh ukuran partikel, pengecilan ukuran
partikel akan meningkatkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan. Pemadatan pakan
berukuran partikel kecil akan mengurangi ruang antar partikel dan menyebabkan
bobot bahan tiap satuan volume meningkat.
Kerapatan pemadatan tumpukan hampir sama dengan kerapatan tumpukan,
menurut Khalil (1999a) kerapatan tumpukan dilakukan dengan menuang bahan ke
dalam wadah bervolume tertentu secara perlahan, sedangkan kerapatan pemadatan
tumpukan dilakukan penggoyangan dahulu agar bahan menjadi mampat dan volume
yang ditempatinya menjadi konstan.
Sudut Tumpukan
Sudut tumpukan adalah sudut yang dibentuk antara bidang datar dengan
kemiringan tumpukan yang terbentuk jika bahan dicurahkan (Henderson dan Perry,
1981). Sudut tumpukan penting diketahui karena mempengaruhi kapasitas belt
conveyor dan perlengkapan pemindahan bahan lainnya karena sudut tumpukan
berkorelasi dengan kemudahan bergerak bahan. Karakteristik bahan sangat penting
untuk diketahui dalam proses penanganan bahan.
9

Biji-bijian hasil pertanian umumnya mempunyai sudut tumpukan 30º. Besar
sudut tumpukan bervariasi tergantung pada ukuran, bentuk, dan kadar air biji-bijian
hasil pertanian. Bahan dengan sudut tumpukan kurang dari 30º merupakan bahan
yang sangat bebas bergerak (McEllhiney, 1994). Pergerakan partikel yang ideal
ditunjukkan oleh pakan bentuk cair, dengan sudut tumpukan sama dengan nol
sedangkan ransum dalam bentuk padat mempunyai sudut tumpukan berkisar antara
20º - 50º (Khalil, 1999b).
Wirakartakusumah (1992) menyatakan kaitan antara nilai sudut tumpukan
suatu bahan dengan kohesivitas bahan itu sendiri. Bahan dengan kohesivitas atau
daya tarik-menarik yang tinggi adalah bahan yang kurang bebas bergerak dan
memiliki sudut tumpukan yang besar. Bahan dengan sifat mengalir yang baik akan
mempersingkat waktu penanganan bahan dalam pabrik pakan.

Kegunaan

pengukuran sudut tumpukan adalah untuk mempermudah desain alat processing,
tempat penyimpanan dan sistem pengangkutan.
Tabel 1. Klasifikasi Aliran Bahan Baku Berdasarkan Sudut Tumpukan
Sudut Tumpukan
25-300

Sifat Aliran
sangat mudah mengalir

30-38

0

mudah mengalir

38-45

0

Mengalir

45-550
>550

sulit mengalir
sangat sulit mengalir

Sumber : Fasina dan Sokhansanj (1993)

Pellet Durability Index
Kualitas pelet untuk pakan beberapa jenis ternak berbeda-beda, perbedaan ini
berkaitan erat dengan daya tahan pelet terhadap proses penanganan dan transportasi
(Dozier, 2001). Daya tahan pelet diukur dengan durability pellet tester yaitu uji
ketahanan standar pelet. Pelet yang baik adalah pelet yang kompak, kokoh dan tidak
mudah rapuh (Murdinah, 1989). Pelet harus memiliki indeks ketahanan (PDI) yang
baik sehingga pelet memiliki tingkat kekuatan dan ketahanan yang baik selama
proses penanganan dan transportasi. Standar spesifikasi durability index yang
digunakan adalah minimum 80% (Dozier, 2001).
10

Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu usaha untuk melindungi bahan pangan dari
kerusakan yang disebabkan berbagai hal, antara lain serangan hama seperti
mikroorganisme, serangga, tikus, dan kerusakan fisiologis (Damayanthi dan
Mudjajanto,

1995).

Tujuan

penyimpanan

adalah

untuk

menjaga

dan

mempertahankan mutu komoditi yang disimpan dengan cara menghindari,
mengurangi ataupun menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas
dan kuantitas komoditi tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan ransum adalah tipe atau
jenis ransum, periode atau lama penyimpanan, metode penyimpanan, suhu ransum
pada saat diterima, kandungan air ransum saat disimpan, kelembaban udara, dan
kandungan benda-benda asing (Williams, 1991). Menurut Syarief dan Halid (1994)
selama penyimpanan terjadi penyimpangan mutu yang dapat dikelompokkan ke
dalam penyusutan kualitatif dan kuantitatif. Penyusutan kualitatif adalah kerusakan
yang terjadi akibat perubahan-perubahan biologi (mikroba, serangga, tungau,
respirasi), perubahan-perubahan fisik (tekanan, getaran, suhu, kelembaban) serta
perubahan-perubahan kimia dan biokimia (reaksi pencoklatan, ketengikan),
sedangkan penyusutan kuantitatif adalah kehilangan jumlah atau bobot hasil karena
adanya gangguan biologi (proses respirasi, serangan serangga, dan tikus).
Pengemasan
Kemasan adalah wadah atau media yang digunakan untuk membungkus
bahan

atau

komoditi

pengangkutan,

sebelum

penempatan

pada

disimpan
tempat

untuk

memudahkan

penyimpanan

serta

pengaturan,
memberikan

perlindungan pada bahan atau komoditi secara awal (Imdad dan Nawangsih, 1999).
Pengemasan membatasi bahan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat
mencegah atau menghambat kerusakan. Dalam memilih bahan kemasan perlu
diketahui tentang persyaratan yang dibutuhkan seperti penyebab kerusakan dan apa
yang dialami produk yang dikemas sebelum dikonsumsi (Syarief dan Halid, 1994),
selain itu perlu diperhatikan sifat bahan serta keadaan lingkungan dan sifat fisik
bahan pengemas.

11

Pelet yang disimpan perlu dikemas atau dibungkus agar tidak mudah rusak
atau tidak mudah dicemari mikroorganisme, serangga maupun tikus. Menurut
Hasjmy (1991), kerusakan bahan makanan terjadi pada bahan yang disimpan dalam
keadaan terbuka sehingga hubungan antara bahan makanan dengan udara
sekelilingnya sangat terbatas. Menurut Buckle et al. (1985), kemasan mempunyai
beberapa fungsi antara lain mempertahankan komoditi agar tetap bersih, memberikan
perlindungan komoditi terhadap kerusakan fisik, air, oksigen dan sinar, efisien dan
ekonomis, mudah dan sebagai daya tarik.
Plastik merupakan bahan kemasan yang penting di dalam industri
pengemasan. Plastik dapat digunakan sebagai bahan kemasan karena dapat
melindungi produk dari cahaya, udara, perpindahan panas, kontaminasi dan kontak
dengan bahan-bahan kimia. Aliran gas dan uap air yang melalui plastik dipengaruhi
oleh pori-pori plastik, tebal plastik, dan ukuran molekul yang berdifusi produk
(Syarief dan Irawati, 1988).
Karung plastik telah banyak digunakan untuk menggantikan karung goni,
meskipun masih terdapat banyak kekurangan misalnya karung lebih mudah pecah
serta mudah meluncur ke bawah pada tumpukan-tumpukan di gudang. Karung
plastik umumnya terbuat dari polyolefin film yaitu polyethylene. Polyethylene (PE)
terbuat dari ethylene polimer dan terdiri dari tiga macam yaitu Low Density
Polyethylene (LDPE), Medium Density Polyethylene (MDPE), High Density
Polyethylene (HDPE). Keuntungan dari Polyethylene yaitu permeabilitas uap air dan
air rendah, fleksibel, dapat digunakan untuk penyimpanan beku (-50 0C), transparan
sampai buram, dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan bahan lain. Kerugian
dari Polyethylene yaitu permeabilitas oksigen agak tinggi, dan tidak tahan terhadap
minyak (Syarief dan Irawati, 1988). Karung plastik mulai pesat dipakai karena
mempunyai sifat kuat, tahan air, lembam, transparan, dapat dibentuk, diisi dan
disegel dengan mesin.
Suhu dan Kelembaban
Suhu sangat menentukan laju pertumbuhan dan jumlah mikroorganisme pada
penyimpanan. Berdasarkan suhu maksimum dan optimum untuk pertumbuhan,
mikroorganisme dibagi menjadi 3 kelompok yaitu mesofil, suhu pertumbuhan yang
12

paling baik pada 25 0C sampai 40 0C dan suhu minimum adalah 10 0C, Psikrofil,
merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh pada suhu 0 0C atau lebih rendah
tetapi suhu optimalnya 20-30 0C, Thermofil, merupakan mikroorganisme yang
tumbuh dengan baik pada suhu antara 45-60 0C. Suhu kira-kira di bawah 5 0C dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk dan mencegah
hampir semua mikroorganisme pathogen (Frazier dan Westhoff, 1979).
Semakin tinggi suhu penyimpanan maka kelembaban relatif seharusnya
makin rendah. Kelembaban relatif yang terlalu tinggi menyebabkan cairan akan
terkondensasi pada permukaan bahan sehingga permukaan bahan menjadi basah dan
sangat kondusif untuk pertumbuhan dan kerusakan mikrobial. Sebaliknya jika
kelembaban relatif terlalu rendah maka cairan permukaan bahan akan banyak
menguap (dehidrasi), sehingga pertumbuhan mikroba terhambat oleh dehidrasi dan
permukaan bahan menjadi gelap, sehingga nilai ekonomis bahan akan berkurang
karena terjadi pengkerutan atau penyusutan (Frazier dan Westhoff, 1979).
Kerusakan Mikrobiologis dan Biologi dalam Penyimpanan
Penurunan mutu bahan pangan dan hasil pertanian lainnya meliputi
penurunan nilai gizi, penyimpangan warna, perubahan rasa dan bau, adanya
pembusukan, modifikasi komposisi kimia dan penurunan daya tahan benih.
Penggunaan suhu yang terlalu tinggi pada saat pengeringan dan adanya reaksi-reaksi
kimia serta aktivitas enzim dapat juga menyebabkan perubahan warna (Syarief dan
Halid, 1994 dan Winarno, 2006).
Kerusakan biologis adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan
serangga, binatang pengerat, burung, dan hewan lain (Winarno, 2006), sedangkan
menurut Syarief dan Halid (1994), kerusakan karena serangga, tikus, dan burung
lebih banyak menyebabkan penyusutan kuantitatif. Secara kuantitatif kerusakan
fisiologis karena respirasi dapat dinyatakan dengan susut bahan kering. Kerusakan
jenis ini sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban,
dan tekanan udara.

13

MATERI DAN METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2010 di
Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi
Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Materi
Alat dan Bahan
Bahan penelitian yang digunakan berasal dari daun dan tangkai daun tanaman
leguminosa Indigofera sp. yang ditanam di Laboratorium Agrostologi, Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Pemanenan tanaman Indigofera sp. dilakukan pada umur 60 hari dengan cara
dipotong 1 meter dari atas permukaan tanah. Peralatan yang digunakan dalam
penelitian antara lain mesin giling Semi Fixed Hammer Mill yang berkekuatan 5,5
HP, mesin pelet (tipe Wood pelleting dengan kekuatan 15 HP, 380 Volt, dengan
kapasitas 500-700 kg/jam), die dengan ukuran 3, 5 dan 8 mm, timbangan digital
(Merk Great Scale), terpal, karung, dan bak penampung. Dalam pengukuran kualitas
fisik pelet digunakan timbangan analitik (Merk Scout Pro OHAUS), gelas piala,
gelas ukur, pengaduk, corong, jangka sorong, penggaris, alat pengukur sudut
tumpukan, sieve shaker dan pellet durability tester. Sementara itu, dalam proses
penyimpanan menggunakan kantong plastik dan karung plastik ukuran 2 kg, mesin
jahit, palet dan thermohygrometer.
Metode
Proses Pembuatan Pelet
Daun legum Indigofera sp. setelah dipanen dikeringkan dibawah sinar
matahari hingga kadar air mencapai 14%. Proses pengeringan ini bertujuan untuk
memudahkan penanganan bahan dan menurunkan kadar air agar dapat disimpan
lebih lama. Selanjutnya dilakukan proses penggilingan menggunakan mesin giling
tipe semi fixed dengan ukuran screen 5 mm. Bahan baku pelet yang telah siap
kemudian diambil sampelnya untuk dilakukan pengujian sifat fisik tepung daun
14

legum Indigofera sp. meliputi berat jenis (BJ), kerapatan tumpukan (KT), kerapatan
pemadatan tumpukan (KPT) dan sudut tumpukan (ST). Selanjutnya setelah proses
pelleting, pelet yang dihasilkan didinginkan di ruang terbuka untuk menurunkan suhu
pelet sampai dengan suhu kamar selama ± 30 menit. Pelet yang sudah dingin
kemudian diambil sampelnya untuk pengujian sifat fisik meliputi Kadar Air, BJ, KT,
KPT, ST dan Pellet Durability Index (PDI). Alur proses pembuatan pelet secara
lengkap digambarkan pada Gambar 2.
Daun Leguminosa
(Indigofera sp.)

Pengeringan
(Drying)

Penggilingan
(Grinding)

Uji : BJ, KT, KPT, ST

Proses Pembuatan Pelet
(Pelleting)

Uji : Kadar Air, BJ, KT,
KPT, ST, PDI

Pengepakan
(Packaging)

Penyimpanan

Uji : Kadar Air, BJ, KT,
KPT, ST, PDI, Aw,
Organoleptik

Gambar 2. Skema Proses Pengolahan Indigofera sp. Dalam Bentuk Pelet Hingga
Proses Penyimpanan
Perlakuan Penyimpanan
Daun Indigofera sp. yang telah dibentuk menjadi pelet ditimbang sebanyak 2
kg untuk dikemas dalam karung plastik dua lapis, lapisan dalam menggunakan
15

plastik bening dan lapisan luar menggunakan karung plastik. Pelet yang sudah
dikemas kemudian disimpan dalam ruang penyimpanan dan diukur suhu dan
kelembaban ruang selama masa penyimpanan. Pencatatan suhu dan kelembaban
dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00; 12.00; 17.00;
dan 21.00 WIB. Selama penyimpanan dilakukan pengamatan sifat fisik pelet pada
hari ke-0, 7, 15, 30 dan 60. Sifat fisik yang diamati adalah Kadar Air, BJ, KT, KPT,
ST, PDI, organoleptik serta aktivitas air (Aw).
Rancangan Percoba