Eggs Hatching, Growth and Age Estimation Juvenils Tokay Gecko (Gekko gecko Linnaeus, 1758) in Captivity.

PENETASAN TELUR, PERTUMBUHAN DAN PENDUGAAN
UMUR ANAKAN TOKEK (Gekko gecko Linnaeus, 1758) DI
PENANGKARAN

ANDINA NUGRAHANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penetasan Telur,
Pertumbuhan dan Pendugaan Umur Anakan Tokek (Gekko gecko Linnaeus, 1758)
Di Penangkaran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013

Andina Nugrahani
NIM E351110121

1

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama terkait.

RINGKASAN
ANDINA NUGRAHANI. Penetasan Telur, Pertumbuhan dan Pendugaan Umur
Anakan Tokek (Gekko gecko Linnaeus, 1758) Di Penangkaran. Dibimbing oleh
AGUS PRIYONO KARTONO dan BURHANUDDIN MASYUD.

Tokek (Gekko gecko, Linnaeus 1758) merupakan salah satu spesies satwaliar yang telah lama dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor, dengan permintaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pola pemanfaatannya
selama ini lebih mengandalkan penangkapan langsung dari alam. Meskipun termasuk jenis yang tidak dilindungi, namun sebagai upaya pengendaliannya terhadap kemungkinan ancaman kepunahannya, maka secara legal pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kehutanan menetapkan kuota dalam pemanfaatannya.
Sebagai contoh tahun 2008 jumlah kuota perdagangannya secara legal sebesar
45,000 kepala dalam keadaan hidup (Dephut 2008), namun diperkirakan jumlah

perdagangan ilegalnya jauh lebih besar (PT Mega Citrindo pres con. 2012).
Namun penelitian mengenai pendugaan umur anakan G.gecko masih jarang.
Umur dan ukuran tubuh juga merupakan salah satu informasi dasar yang penting
diketahui di dalam usaha pengembang-biakan tokek di penangkaran sebagai bagian dari usaha untuk menanggulangi kemungkinan ancaman kepunahan karena
pemanfaatan yang berlebihan secara langsung dari alam. Dasar untuk melakukan
pengembang-biakan G.gecko di penangkaran antara lain harus didasarkan pada
pengetahuan tentang umur dan ukuran tubuh saat mencapai dewasa kelamin (sexual maturity) atau umur pertama kali kawin (minimum breeding age). Selain itu ,
informasi dasar tentang umur dan ukuran tubuh ini juga sangat diperlukan sebagai
acuan didalam mengatur program pembesaran baik untuk memenuhi permintaan
ukuran tubuh sesuai standar ekspor maupun untuk kepentingan pengaturan program pengembangbiakan (reproduksi) G.gecko di penangkaran secara tepat dan
efektif.
Hasil pengukuran yang dilakukan pertama untuk menjawab pertanyaan
bagimanakan deskripsi proses penetasan telur G.gecko. Kedua adalah untuk
Mengetahui pertumbuhan G.gecko dari usia 0 hingga 8 minggu. Ketiga yakni
menentukan peubah morfometri yang paling dominan dan signifikan sebagai
penduga umur anakan G.gecko. Data yang diperoleh dianalisis deskriptif
kuantitatif.
Langkah awal yang dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan anakan yakni
dengan menetaskan telur G.gecko, karena salah satu syarat menduga umur adalah
dengan mengetahui umur satwa tersebut. Penetasan dilakukan secara konvesional

dengan bantuan sebuah lampu 11 watt dengan suhu 29°C. Anakan (juvenil)
G.gecko menetas 15-26 hari kemudian. Pengukuran parameter morfometri
dilakukan dengan menggunakan kaliper manual dan neraca digital. Pengukuran
suhu dilakukan dengan bantuan termometer dry-wet.
Ukuran parameter morfometri anakan jauh lebih kecil dibandingkan dewasa.
Untuk menduga parametri morfometri yang paling dominan dalam menduga umur
anakan di umur 8 minggu, maka dilakukan pengukuran terhadap 8 parameter
morfometri yakni Mouth Length (ML), Snout Vent Length (SVL), Humerus

Length (HL), Radius Length (RL), Axilla Groin (AG), Femur Length (FL), Tibia
Length (TL) dan Body Weigth (BW).
Rataan pengukuran awal terhadap 8 parameter morfometri berturut-turut
ML, SVL, RL, HL, AG, FL, TL dan BW yakni 4.63 cm, 1.62 cm, 0.58 cm, 0.59
cm, 2.61 cm, 0.80 cm, 0.84 cm, 3.05 g. Hasil pengukuran awal menunjukan,
bahwa SVL mencapai ukuran tertinggi dan RL menempati ukuran terendah.
Pertambahan dimensi tubuh pada anakan lebih signifikan dibandingkan dengan
dewasa. Hasil pengukuran selamaa 8 minggu diketahui bahwa, seluruh parameter
mengalami pertambahan ukuran setiap minggunya.
Rataan kenaikan pengukuran terhadap ML, SVL, RL, HL, AG, FL, TL dan
BW per minggunya secara berturut-turut yakni 0.05 cm, 0.22 cm, 0.04 cm, 0.03

cm, 0.08 cm, 0.02 cm, 0.02 cm dan 0.1 g. Dari hasil kenaikan per minggu yang
terjadi diketahui bahwa, SVL mengalami kenaikan tertinggi dari seluruh
parameter. Paremeter FL dan TL manjadi yang terrendah dalam pertumbuhan.
Dengan kenaikan masing-masing parameter sebesar 0.22 cm dan 0.02 cm.
Selisih pengukuran awal dan akhir yang terjadi pada ML, SVL, RL, HL,
AG, FL, TL dan BW selama 8 minggu yakni sebesar 0.39 cm, 1.55 cm, 0.25 cm,
0.18 cm, 0.56 cm, 0.31 cm, 0.13 cm, 0.69 g. Diketahui bahwa SVL masih menjadi
yang paling dominan dari hasil pertambahan selama 8 minggu yakni sebesar 1.55
cm. Berdasarkan hasil akhir pengukuran diketahui pula bahwa SVL juga
menempati urutan tertinggi yakni sebesar 6.18 cm. Hasil akhir menunjukan bahwa
HL merupakan parameter yang paling lambat dalam ukuran pertambahan.
Pertumbuhan yang terjadi pada 8 ekor anakan selama 8 minggu pada anakan
G.gecko didominasi oleh SVL yang mengalami pertumbuhan tertinggi dan HL
yang terrendah.
Hubungan umur dengan parameter morfometri dianalisis dengan
menggunakan model regresi yang diperoleh. Langkah terkahir, menentukan
parameter yang paling dominan dalam menduga umur dengan membandingkan
koefisien regresi dari model regresi. Berdasarkan model regresi dari 6 anakan
maka terdapat hubungan yang erat antara umur dengan parameter morfometri rsquare = 93.2 %. Persamaan regresi yang diperoleh adalah.
Umur = -18.47 + 4,98 SVL + 7,35 HL + 2,36 FL

Dari 8 parameter morfometri yang diukur, 3 diantaranya mampu
mendeskripsikan umur yakni SVL, HL dan FL. Seluruh parameter morfomteri
yang diukur dipengaruhi oleh faktor jumlah konsumsi pakan, karena juvenil
bergantung pada pakan untuk pertumbuhannya.
Kata kunci.

anakan, parameter morfometri, telur, tokek biasa, umur.

SUMMARY
ANDINA NUGRAHANI. Eggs Hatching, Growth and Age Estimation Juvenils
Tokay Gecko (Gekko gecko Linnaeus, 1758) in Captivity. Supervised by AGUS
PRIYONO KARTONO and BURHANUDDIN MASYUD.

Tokay gecko (Gekko gecko, Linnaeus 1758) is one of the wildlife species
that has long been used as an export commodity, the demand is likely to increase
from year to year. This utilization pattern during rely more on direct capture from
the wild. Although the kind that are not protected, but as an effort to control the
possible threat of extinction, the Indonesian government legally through the
Ministry of Forestry set quota utilization. For example, in 2008 the total quota of
45,000 legally trade chief alive (Dephut 2008), but the estimated number of illegal

trade is much larger (PT Mega Citrindo press con. 2012).
However, studies on age estimation juvenil G.gecko are still rare. Age and
body size is also one of the important basic information known at the G.gecko
breeding attempt in captivity as a ba-gian of the effort to combat the possible
threat of extinction due to excessive use directly from nature. Basis for breeding
in captivity G.gecko among others, must be based on knowledge of age and body
size when it reaches sexual maturity (sexual-maturity) or age of first marriage
(minimum breeding age). In addition, basic information on age and body size is
also indispensable as a reference within either set magnification program to meet
the demand for body size and export standards for the benefit of the breeding
program settings (reproduction) in captivity G.gecko appropriately and
effectively.
The first results of the measurements made to answer the question
bagimanakan description G.gecko eggs hatching process. The second is to Know
G.gecko growth of ages 0 to 8 weeks. Third at me morphometric variables
determine the most dominant and significant as age estimators juvenil G.gecko.
Data were analyzed descriptively quantitative.
The initial steps to determine the growth of the seedlings with eggs hatch
G.gecko, because one of the conditions assumed age is to know the age of the
animals. Hatching is done with the help of a conventional 11 watt lamp with a

temperature of 29 ° C. Seedling (juvenile) G.gecko hatch 15-26 days later.
Morphometric parameter measurements performed using manual calipers and
digital balance. Temperature measurement is done with the help of dry-wet
thermometer.
Morphometric parameters of size juvenil are much smaller than adults. To
estimate the most dominant parametri morphometry in chicks aged suspect at the
age of 8 weeks, then be measured against the morphometric parameters Mouth 8
Length (ML), Snout vent length (SVL), humerus length (HL), Radius Length
(RL), axilla groin (AG), femur length (FL), Tibia Length (TL) and Body Weigth
(BW).
Mean initial measurement of the 8 consecutive morphometric parameters
ML, SVL, RL, HL, AG, FL, TL and BW namely 4.63 cm, 1.62 cm, 0.58 cm, 0.59
cm, 2.61 cm, 0.80 cm, 0.84 cm, 3.05 g. Results of initial measurements show, that

the SVL reaching the highest size and RL occupy the lowest size. Body
dimensions increase is more significant in juvenil than adults. Measurement
results selamaa 8 weeks is known that, all parameters have added size every week.
The average increase in the measurement of the ML, SVL, RL, HL, AG, FL,
TL and BW per week in a row that is 0.05 cm, 0.22 cm, 0.04 cm, 0.03 cm, 0.08
cm, 0.02 cm, 0.02 cm and 0.1 g. From the result of the increase occurring per

week is known that, SVL had the highest increase of all parameters. Parameter FL
and TL widened the lowest in the growth. With the increase of each parameter of
0.22 cm and 0.02 cm.
The difference in initial and final measurement that occurs in ML, SVL, RL,
HL, AG, FL, TL and BW for 8 weeks which is equal to 0.39 cm, 1.55 cm, 0.25
cm, 0.18 cm, 0.56 cm, 0.31 cm, 0.13 cm, 0.69 g. It is known that the SVL still the
most dominant of the results added for 8 weeks which is equal to 1.55 cm. Based
on the final results of measurements of SVL well known also that the highest
ranks of 6.18 cm. The final results showed that the parameters of HL is the
slowest increase in size. Growth occurred in 8 puppies tails for 8 weeks in puppies
G.gecko dominated by SVL who experienced the highest growth and lowest HL.
Age relationship with morfometry parameter analyzed using regression
models obtained. The last step, to determine the most dominant parameter in the
assumed age by comparing the regression coefficients from the regression model.
Based on the regression model of 6 juvenils then there is a close relationship
between age and morphometric parameters r-square = 93.2%. Regression equation
obtained is:
Age = -18. 47 + 4.98 SVL + 7.35 HL +2.36 FL
Eight morphometric parameters were measured, 3 of which were able to
describe the life of the SVL, HL and FL. All parameters measured morfomteri

influenced by the amount of feed intake, because juvenile relies on to feed its
growth.
Key word . age, eggs, morphometry parameters, juvenils, tokay gecko

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin

PENETASAN TELUR, PERTUMBUHAN DAN PENDUGAAN
UMUR ANAKAN TOKEK (Gekko gecko Linnaeus, 1758) DI
PENANGKARAN

ANDINA NUGRAHANI


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M. Si

Judul Tesis

Nama

NIM

Penetasan Telur, Pertumbuhan dan Pendugaan Umur
Anakan Tokek (Gekko g ecko Linnaeus, 1758) di

Penangkaran
Andina Nugrahani
E351110121

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Agus Priyono Kartono, M.si .
Ketua

Dr. Ir. Burhanuddin Masy'ud, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Konservasi Biodiversitas
Tropika

Prof. Dr. Ir. Ervizal AM Zuhud, MS

TanggaJ Ujian:

2 6 JU L 2013

Tanggal Lulus :

o AUG 2013

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Penetasan Telur, Pertumbuhan dan Pendugaan Umur
Anakan Tokek (Gekko gecko Linnaeus, 1758) di
Penangkaran
Andina Nugrahani
E351110121

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Agus Priyono Kartono, M.Si.
Ketua

Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Konservasi Biodiversitas
Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Ervizal AM Zuhud, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini ialah
peangkaran, dengan judul Penetasan Telur, Pertumbuhan dan Pendugaan Umur
Anakan Tokek (G.gecko Linnaeus, 1758) Di Penangkaran.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Priyono Kartono,
M Si dan Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS selaku pembimbing. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Andre dan animal keeper dari
PT Mega Citrindo, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah (alm), ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Andina Nugrahani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
1
2
2
2

2 METODE
Lokasi dan Waktu
Bahan dan Materi
Prosedur Pengkoleksian Data
Analisis Data

3
3
3
4
4

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

6
6
11

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

28
28
29

DAFTAR PUSTAKA

29

RIWAYAT HIDUP

32

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Metode pengambilan data
Penetasan telur G.gecko
Pengamatan lingkar telur, SVL, berat telur dan berat badan G.gecko
Rekapitulasi perubahan ciri kualitatif morfologi G.gecko setiap minggu
selama delapan minggu masa pemeliharaan
5 Rataan ukuran morfometri 8 peubah selama 8 minggu
6 Persamaan regresi hubungan antara umur dan parameter morfometri

4
6
7
8
9
10

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Cara penetasan telur G.gecko
Kotak pemeliharaan G.gecko
Teknik pengukuran parameter morfometri G.gecko
Perubahan warna kulit G.gecko setiap minggu selama 8 minggu
Rataan pengukuran parameter morfometri anakan selama 8 minggu

3
3
6
8
10


 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tokek (Gekko gecko, Linnaeus 1758) merupakan salah satu spesies
satwaliar yang telah lama dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor, dengan
permintaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pola pemanfaatannya
selama ini lebih mengandalkan penangkapan langsung dari alam. Meskipun
termasuk jenis yang tidak dilindungi, namun sebagai upaya pengendaliannya
terhadap kemungkinan ancaman kepunahannya, maka secara legal pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Kehutanan menetapkan kuota dalam
pemanfaatannya. Sebagai contoh tahun 2008 jumlah kuota perdagangannya secara
legal sebesar 45,000 ekor (Dephut 2008), namun diperkirakan jumlah
perdagangan ilegalnya jauh lebih besar (PT Mega Citrindo pres con. 2012).
Salah satu standar perdagangan G.gecko sebagai hewan peliharaan (pets) di
negara-negara Eropa ataupun Amerika didasarkan pada ukuran tubuh tertentu.
Sebagai contoh permintaan untuk ekspor ke Miami Amerika Serikat ditentukan
tokek dengan ukuran SVL (Snout Vent Length – Panjang Moncong-Kloaka), baik
jantan ataupun betina sekitar 13 cm. Selama ini untuk memenuhi permintaan
ekspor, G.gecko yang digunakan berasal dari alam sehingga untuk mendapatkan
standar ukuran tubuh seperti itu tentu tidak mudah. Banyak peneliti menjelaskan
bahwa variabel yang paling sering dijumpai dan diukur dalam menetukan
pendugaan umur pada family Gekkonidae adalah SVL, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Church (1962), Wever et al. (1963), How et al. (1990), Darevsky
& Szczerbak (1997), Cogger & Zweifel (2003), Hare & Cree (2005), Kenneth et
al. (2005), Aowphol et al. (2006), Piantoni et al. 2006, Xu & Ji (2007).
Umur dan ukuran tubuh juga merupakan salah satu informasi dasar yang
penting diketahui di dalam usaha pengembangbiakan tokek di penangkaran
sebagai bagian dari usaha untuk
menanggulangi kemungkinan ancaman
kepunahan karena pemanfaatan yang berlebihan secara langsung dari alam. Dasar
untuk melakukan pengembang-biakan G.gecko di penangkaran antara lain harus
didasarkan pada pengetahuan tentang umur dan ukuran tubuh saat mencapai
dewasa kelamin (sexual maturity) atau umur pertama kali kawin (minimum
breeding age). Selain itu , informasi dasar tentang umur dan ukuran tubuh ini juga
sangat diperlukan sebagai acuan didalam mengatur program pembesaran baik
untuk memenuhi permintaan ukuran tubuh sesuai standar ekspor maupun untuk
kepentingan pengaturan program pengembangbiakan (reproduksi) G.gecko di
penangkaran secara tepat dan efektif.
Penelitian tentang pengukuran parameter morfometri untuk membedakan
jenis kelamin jantan dan betina pada spesies kadal kebun (Eutrophis
multifasciata) telah dilakukan oleh Kurniati et al. (1997) namun ternyata hasilnya
tidak cukup signifikan untuk dijadikan sebagai acuan didalam menentukan umur
ataupun ukuran tubuh. Meskipun demikian Li et al. (2010) menyatakan bahwa
identifikasi umur dapat dilakukan dengan mengkombinasikan skeletochronology
dan pengukuran SVL pada spesies kadal yang berusia dibawah 6 tahun, bahkan
menurut Halliday & Verrel (1988) telah diketahui adanya hubungan yang erat
antara ukuran tubuh dan umur pada reptil dan amfibi muda.


 

Ketepatan gambaran umur dan ukuran-ukuran tubuh tokek serta pendugaan
hubungan antara umur dengan peubah-peubah morfometrinya hanya dapat
diketahui apabila perkembangan pertumbuhan tokek sejak awal (umur 0 hari)
diketahui, sehingga langkah awal yang penting dilakukan adalah penetasan telur
tokek. Mengacu pada gambaran pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka ada
beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dijawab melalui rangkaian penelitian
ini, yakni: berapa lama waktu dan berapa besar daya tetas telur tokek di
penangkaran; bagaimanakah gambaran pertumbuhan G.gecko di penangkaran,
apakah ada hubungan antara peubah morfometri dengan umur tokek, dan adakah
peubah morfometri yang secara siginifikan dapat digunakan untuk menduga umur
G.gecko.

Tujuan
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti disebutkan di atas,
maka rumusan tujuan penelitian ini, adalah:
a. Mendeskripsikan proses penetasan telur dan menentukan lama waktu
serta daya tetas telur G.gecko.
b. Mendeskripsikan pertumbuhan G.gecko dari usia 0 hari hingga 8 minggu,
c. Menganalisis hubungan antara peubah-peubah morfometri dengan umur
G.gecko dan menentukan peubah morfometri terbaik sebagai penduga
umur G.gecko pada usia 8 minggu di penangkaran.

Manfaat

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat, yakni:
1. Bagi ilmu pengetahuan mengenai pedoman pendugaan umur G.gecko di
penangkaran,
2. Bagi seluruh pengelola penangkaran dan pembesaran reptil mengenai
pendugaan umur G.gecko.

Hipotesis

Berdasarkan pertanyaan penelitian dan rumusan tujuan penelitian di atas
maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, adalah:
H0
= Tidak terdapat hubungan antara parameter mofometri dengan
umur G.gecko,
H1
= Paling tidak terdapat satu parameter morfometri yang
berhubungan dengan umur G.gecko.


 

METO
ODE
L
Lokasi
dan Waktu
d Laladon
n Indah Jalan Gajah Mungkur No.4
Peneelitian dilaaksanakan di
Ciomas, Bogor.
B
Peneelitian dilakksanakan seelama kuranng lebih 7 bulan, terh
hitung
mulai 13 Juli
J 2012 hiingga 28 Feebruari 2013
3. Waktu pengamatan dilakukan setiap
s
hari mulaii pukul 06:000 hingga 23:00
2
WIB, dengan intterval setiapp 4 jam. Ko
ondisi
suhu lingkkungan mikkro harian raata-rata 28°C
C pada mussim kemarauu dan 26°C
C pada
musim hujjan.

Bahan
n dan Mateeri Penelitiaan
Jum
mlah telur yang digunnakan dalam
m proses penetasan
p
telur sebany
yak 9
butir terdiiri dari 3 buutir telur tuunggal (sing
gle eggs) dan
d 6 butir telur gandaa atau
dempet duua (double eggs). Tellur tokek teersebut dipeeroleh dari hasil peneeluran
tokek yang dipeliharaa di Penanggkaran PT. Mega
M
Citrinndo Parung. Penetasan
n telur
dilakukan secara konnvensional menggunak
kan lampu pemanas (111 watt) seebagai
9 oC (Gam
mbar 1). Tellur diletakk
kan di
alat penettas telur dengan suhu rata-rata 29
dalam waddah boks pllastik (berukkuran 13,5ccmx 11cm x 4,3cm) yaang diletakk
kan di
dalam ruaang (kamar) dengan ratta-rata suhu
u ruangan 266-28 oC. Wadah boks diberi
d
kapas sebagai dasar dan pembaatas antar telur.
t
Selanjjutnya waddah telur terrsebut
diletakkann di bawah lampu
l
pemaanas pada jaarak sekitar 30 cm.
Peneelitian mennggunakan sembilan ekor
e
anakann G.gecko berumur 0 hari.
Seekor annakan mati pada
p
umur 12 hari dan
n seekor lainnnya kaburr setelah meenetas
sehingga model
m
regreesi berasal dari 7 anak
kan.  Setiap anakan dippelihara di dalam
d
boks plasttik berukurran 19.5 cm
m x 12.8 cm
m x 10.1 cm
m dengan volume 1.9
9 liter
(Gambar 2).
2 Bagian atas boks plastik
p
ditu
utup dengaan kawat kasa beruk
kuran
diameter 0.5
0 cm untuuk mengatuur sirkulasi udara. Pem
meliharaan aatau pembeesaran
anak dilakkukan selaama delapann minggu. Semua annakan diberri pakan berupa
jangkrik hidup
h
dan diberi
d
air minum
m
secaara penuh (ad
( libitum)). Setiap an
nakan
diberi janggkrik sebanyyak empat ekor
e
setiap dua hari sekkali.  

gecko.
Gambar 1 Cara peneetasan telur G.gecko. Gambar 2. Kotak pemeliiharaan G.g


 

Alat yang digunakan meliputi: (1) kaliper manual (dengan ketelitian 0.02
mm) berukuran 15 cm (6 inchi), untuk mengukur parameter morfometri anakan G.
gecko. (2). Neraca digital berkapasitas 1000 gram untuk mengukur berat telur dan
berat badan (BW) anakan. (3) Kamera digital untuk melengkapi dokumentasi
selama penelitian.

Prosedur Pengkoleksian Data
Delapan parameter mengacu pada Cogger (1975), meliputi Mouth Length
(ML), Snout Vent Length (SVL), Humerus Length (HL), Radius Length (RL),
Femur Length (FL), Tibia Length (TL), Axilla Groin (AG) dan Body Weight
(BW). Untuk mengukur dimensi morfometri digunakan kaliper sedangkan untuk
mengukur berat (Body Weight – BW) digunakan timbangan digital (kapasitas
1000 g).
Pengukuran parameter morfometri dilakukan pada umur 0 hari dan diulang
setiap minggu selama delapan minggu. Setiap kali pengukuran dilakukan
pengulangan sebanyk 5 kali, hasilnya di rata-ratakan dengan pembulatan 2
desimal ke atas. Untuk verifikasi data dilakukan pengukuran pada dua individu
G.gecko yang sudah berusia 1 tahun.
Cara pengukuran dilakukan (Tabel 1 dan Gambar 3) sebagai berikut:
1. Mouth Length (ML - panjang mulut), diukur mulai dari ujung moncong
hingga batas akhir sendi rahang.
2. Snout Vent Length (SVL – Panjang Moncong-Kloaka), diukur mulai dari
ujung moncong hingga kloaka.
3. Humerus Length (HL – Panjang lengan), diukur mulai dari sikut hingga
sendi lengan atas.
4. Radius Length (RL – panjang tungkai ), diukur dari sikut hingga sendi
lengan bawah.
5. Femur Length (FL – panjang paha), diukur dari pangkal perut hingga sendi
paha.
6. Tibia Length (BL – panjang betis), diukur dari lutut hingga sendi kaki.
7. Axilla Groin (AG – panjang perut), diukur mulai dari ketiak hingga bagian
atas sendi paha.
8. Body Weight (BW – berat badan), diukur yakni berat badan dengan
menggunakan timbangan digital.

Analisis Data
Data penetasan telur dihitung untuk menentukan lama masa pengeraman
telur dan persentase daya tetas telur masing-masing untuk kategori telur tunggal
dan telur ganda. Persentase daya tetas telur dihitung dengan membagi jumlah telur
yang menetas dibagi jumlah telur yang ditetaskan dikalikan 100 persen. Selain itu
juga dihitung hubungan antara rata-rata ukuran telur (berat dan lingkar telur)
dengan rata-rata SVL dan rata-rata berat lahir anak tokek.


 

Data pertumbuhan G.gecko selama penelitian dianalisis baik secara
deskriptif kualitatif maupun kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan
dengan cara menggambarkan perkembangan dan atau perubahan morfologis
G.gecko selama penelitian disertai dengan gambar untuk menunjukkan perubahan
morfologi dari waktu ke waktu. Adapun analisis kuantitatif dilakukan dengan
menghitung nilai rataan pertambahan ukuran-ukuran morfometri selama dua bulan
masa pemeliharaan.
Tabel 1 Metode pengambilan data.
No.

1.

2.
3.

Jenis data

Morfometri
a. SVL (cm)
b. ML (cm)
c. RL (cm)
d. HL (cm)
e. AG (cm)
f. FL (cm)
g. BL (cm)
h. BW
(gram)
Perubahan
Warna
Suhu

Metode pengambilan data
Pengukuran

Pengamatan

Studi
literatur



































Sumber
data
P
S

Alat yang
digunakan












Kaliper 
Kaliper 
Kaliper 
Kaliper 
Kaliper 
Kaliper 
Kaliper 
Timbangan



√ 

Kamera



√ 

Dry Wet



Gambar 3 Teknik pengukuran parameter morfometri G.gecko.
Sumber: Cogger (1975) & Kurniati et al. (1997)
Keterangan: 1=ML; 2=SVL; 3=RL; 4=HL; 5=AG; 6=FL; 7=TL; 8=BW.

Analisis untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara umur dan parameter
morfometrik dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda
(Mattjik & Sumertajaya 2000). Persamaan ini dapat menentukan parameter yang
paling menentukan untuk menduga umur siamang dan menjelaskan hubungan
antara umur dengan parameter morfometriknya.
Model persaman regresi berganda yang diolah dengan software Minitab
16.0. for windows, sebagai berikut:


 

Keterangan:
Y



= peubah tak bebas, umur (minggu) G.gecko,
= intersep / perpotongan dengan sumbu tegak,
= nilai koefisien regresi parameter morfometri ke 1,
= nilai koefisien regresi parameter morfometri ke 8,
= parameter morfometri ke 1 sampai ke 8.

Analisis untuk menentukan parameter morfometri terbaik dalam menduga
umur tokek dilakukan dengan menghitung dan membandingkan koefisien
determinan (R2) dari model-model persamaan regresi yang dihasilkan. Parameter
morfometri yang memiliki nilai R2 terbesar dinyatakan sebagai parameter terbaik
untuk menduga umur G.gecko.

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL

Penetasan Telur G.gecko
Rata-rata lama masa penetasan telur untuk masing-masing kategori telur
tunggal (single) dan telur ganda (double) yang dihasilkan dari penelitian ini
seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Jelas terlihat bahwa secara umum telur double
lebih cepat menetas dibanding telur single. Hal diduga karena sumber panas yang
diterima oleh telur double lebih besar karena telur saling menempel sehingga
panas yang terjadi instensitasnnya lebih tinggi dan mempercepat proses
pembentukan embrio. Sedangkan telur single menerima panas tanpa
kembarannya, sehingga panas yang diterima intensitasnya lebih rendah.
Tabel 2 Penetasan telur G.gecko

1

Telur Tunggal (Single) n=3
Ukuran
Lama
Ukuran
Diameter
penetasan
Berat (g)
(cm)
(hari)
1.89
3.00
17

Telur Ganda (double) n=6
Ukuran
Ukuran
Lingkar
Berat (g)
(cm)
1.95
3.23

Lama
penetasan
(hari)
20

2

1.79

3.00

37

1.90

3.00

22

3

1.80

3.00

26

1.87

3.00

3

SD

1.83
0.06

3.00
0.00

26
10

1.90
0.05

3.21
0.03

15
9.34

No

Hasil perhitungan persentase daya tetas telur menunjukkan bahwa dari 9
butir telur yang ditetaskan ternyata semuanya berhasil menetas atau 100%. Hasil
ini menunjukkan bahwa secara umum usaha penetasan telur tokek yang dilakukan


 

secara konvensional dengan menggunakan lampu pemanas dengan rata-rata suhu
29 oC ternyata memberikan hasil yang sangat baik, baik kategori telur tunggal
(single egg) maupun telur ganda (double egg).
Gambaran tentang perkembangan kondisi telur selama masa pengeraman
menunjukkan bahwa mulai 10 hari sebelum menetas telur terlihat mengalami
perubahan warna menjadi kehitaman. Memasuki hari ke 2 sebelum menetas
semua telur menunjukkan tanda-tanda mulai memasuki fase akhir penetasan yakni
telur terlihat mulai retak dan sesudah itu sekitar 1 jam kemudian telur menetas
secara sempurna (Gambar 4).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ternyata rata-rata berat badan
anak tokek yang dihasilkan berhubungan dengan rata-rata berat telur tokek.
Begitu pula halnya dengan ukuran SVL anak tokek ternyata juga diketahui
berkaitan dengan ukuran lingkar telur. Ukuran SVL anak tokek yang dihasilkan
diperkirakan sekitar 2 kali ukuran lingkar telur tokek (Tabel 4).
Kondisi ini mengandung makna bahwa untuk mendapatkan anak tokek yang
memiliki ukuran SVL lebih panjang dan berat badan yang lebih berat, maka
sebaiknya memilih telur yang berukuran lebih besar baik dilihat dari lingkar telur
maupun berat telur. Sebagai pembanding, hasil penelitian Xu & Ji (2007) pada
Haemidactylus bowringii sebanyak 36 butir telur juga menunjukkan bahwa
ternyata ukuran telur memiliki korelasi yang kuta dengan ukuran tubuh anak yang
dihasilkannya.

Pertumbuhan Anakan G.gecko
Pertumbuhan G.gecko dalam penelitian ini dilihat dari mulai awal penetasan
sempai pertumbuhan umur 8 minggu Aspek yang diamati melitputi (1) aspek
kualitatif dengan melihat perubahan ciri morfologi dan atau pola warna
morfologis dan (2) aspek kuantitatif dilihat dari perkembangan ukuran morfometri
G.gecko. Hasil pengamatan selama 8 minggu masa pemeliharaan, menunjukkan
kedua aspek morfologis G.gecko mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Tabel 3 Pengamatan lingkar telur, SVL, berat telur dan berat badan G.gecko
Individu
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lingkar telur (cm)
1.89
1.79
1.8
1.9
2
1.89
1.9
1.89
1.84
1.88

SVL (cm)
4.4
4.2
4.3
4.8
4.8
4.7
4.8
4.5
4.7
4.58

Berat telur (gram)
3
3
3
3.75
3.5
3
3
3
3
3.14

Body weigth (gram)
3
3
3
3.75
3.5
3
3
3
3
3.14


 

Mingggu ke-0

Minggu Ke-1

Minggu ke-2
k

Mingggu ke-3

Minggu ke- 4

Minggu kek 5

Mingggu ke-6

Minggu ke-7

Min
nggu ke-8

G
Gambar
4 Perubahan
P
w
warna
kulit G.gecko
G
settiap mingguu selama 8 m
minggu.

k
morfologi
m
G
G.gecko
setiaap minggu
Tabeel 4 Rekapiitulasi perubbahan ciri kualitatif
selama delapan miinggu masa pemeliharaaan
Umurr
(Mingggu
Ke-)

Deskrippsi Perubahann Morfologis

0

Kulit hitam,
h
dengan motif bintik putih
p
mulai daari punggung yang
y
berjajar secara
vertikaal hingga ekor. Ekor anakann berwarna bellang (hitam beerselang putihh mulai dari
pungguung pangkal kloaka
k
hingga ujung ekor).

1

Kulit hitam,
h
dengan motif bintik putih
p
mulai daari punggung yang
y
berjajar secara
vertikaal hingga ekor. Ekor belang.

2

Kulit kepala
k
menjaddi lebih terang. Ekor belang..

3

Warna kulit mulai berubah menjaadi lebih cerah
h, mulai dari kepala
k
hingga ekor.

4

Seluruhh kulit akan berubah menjaadi cokelat mu
uda.

5

Warna kulit berubahh menjadi keabbu-abuan.

6

Warna kulit menjadii keabu-abuann.

7

Warna kulit menjadii keabu-abuann.

8

Warna kulit menjadii keabu-abuann.


 

Hasil pengukuran dan perhitungan rata-rata pertumbuhan peubah-peubah
morfometri dari anakan G.gecko setiap minggu selama 8 minggu masa
pemeliharaan seperti disajikan pada Tabel 5. Secara umum dapat dikatakan bahwa
hampir semua peubah morfometri mengalami pertumbuhan atau peningkatan
ukuran setiap minggu dengan laju pertumbuhan yang berbeda-beda.
Deskripsi singkat perubahan ciri kualitatif yang dilihat dari perubahan pola
warna morfologis seperti disajikan pada Tabel 4, sedangkan rata-rata perubahan
ukuran morfometri yang diukur selama dua bulan masa pemeliharaan seperti
disajikan pada Gambar 5. Gambar yang menunjukkan pertumbuhan atau
perubahan morfologi dari G.gecko disajikan pada Gambar 4.

Tabel 5 Rataan ukuran morfometri 8 peubah selama 8 minggu
Umur
(Mingg
u Ke-)
0
1
2
3
4
5
6
7
8

SVL
(x + Sd)
(cm)
4.63±
0.18
4.63±
0.18
4.99±
0.31
5.20±
0.35
5.46±
0.34
5.69±
0.36
5.79±
0.36
6.01±
0.49
6.18±
0.45

ML
(x + Sd)
(cm)
1.62±
0.15
1.62±
0.15
1.69±
0.19
1.71±
0.20
1.75±
0.22
1.84±
0.19
1.85±
0.18
1.96±
0.21
2.00±
0.18

RL
(x + Sd)
(cm)
0.58±
0.03
0.58±
0.03
0.58±
0.03
0.60±
0.05
0.63±
0.09
0.65±
0.11
0.68±
0.11
0.73±
0.13
0.77±
0.13

HL
(x + Sd)
(cm)
0.58±
0.11
0.58±
0.11
0.58±
0.01
0.60±
0.16
0.63±
0.19
0.66±
0.19
0.70±
0.17
0.78±
0.19
0.83±
0.21

AG
(x + Sd)
(cm)
2.61±
0.28
2.61±
0.28
2.62±
0.28
2.66±
0.24
2.77±
0.23
2.84±
0.24
2.89±
0.23
3.04±
0.32
3.16±
0.34

FL
(x + Sd)
(cm)
0.79±
0.12
0.79±
0.12
0.79±
0.12
0.81±
0.13
0.88±
0.15
0.92±
0.17
0.98±
0.18
1.06±
0.17
1.10±
0.18

TL
(x + Sd)
(cm)
0.84±
0.15
0.84±
0.15
0.84±
0.15
0.84±
0.15
0.89±
0.13
0.89±
0.13
0.89±
0.13
0.95±
0.13
0.98±
0.12

BW
(x + Sd)
(g)
3.05±
0.09
3.05±
0.09
3.12±
0.17
3.15±
0.18
3.36±
0.35
3.43±
0.35
3.44±
0.35
3.64±
0.59
3.73±
0.55

Parameter Terbaik dalam Menduga Umur Anakan G.gecko

Analisis hubungan umur dengan parameter morfometri yang didasarkan
pada hasil pengukuran ukuran tubuh G.gecko pada setiap minggu seperti disajikan
pada Tabel 6, menunjukkan adanya hubungan dengan model persamaan regresi
linier untuk untuk setiap parameter morfometri seperti disajikan pada Gambar 5.
Hasil analisis didapatkan bahwa enam dari delapan parameter morfometri yang
dianalisis ternyata menunjukkan hubungan positif (nyata) pada taraf nyata 5%
dengan koefisien determinan (R2) sebesar 93.2%. Keenam parameter morfometri
tersebut adalah SVL, RL, HL, FL, TL dan BW. Adapun parameter ML dan AG
menunjukkan hubungan yang tidak nyata. Model persamaan regresi antara umur
dengan keenam parameter morfologi yang dianalisis seperti ditunjukkan pada
Tabel 6.

10 
 

7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

SVL (cm)
ML (cm)
RL (cm)
HL (cm)
AG (cm)
FL (cm)
TL (cm)
BW (g)

1

Keterangan*:

2

3

4

5

6

7

8

9

Snout Vent Length (SVL), Mouth Length (ML), Humerus Length (HL), Radius
Length (RL), Axilla Groin (AG), Femur Length (FL), Tibia Length (TL) dan
Body Weigth (BW).

Gambar 5 Rataan pengukuran parameter morfometri anakan selama 8 minggu.

Tabel 6 Persamaan regresi hubungan antara umur dan parameter morfometri
Hubungan umur dengan Model Persamaan Regresi
parameter morfometri (x)
Y = a + bx

SVL
RL
HL
FL
TL
BW

Y= -18.47 + 4.98x
Y= -18.47 – 5.30x
Y= -18.47 + 7.35x
Y= -18.47 + 2.36x
Y= -18.47 – 4.94x
Y= -18.47 – 0.89x

Koefisien
Determinan
2
(Regresi) (R )

0.000*
0.001*
0.000*
0.209
0.001*
0.003*

Keterangan: *Signifikan pada taraf nyata 5%.

Berdasarkan model regresi linear diketahui bahwa 6 dari 8 parameter
secara serempak berhubungan dengan umur pada taraf 5%, yakni SVL, RL, HL,
FL, TL dan BW. Mengetahui adanya hubungan antara umur dengan paremeter
morfometri dianalisis dengan menggunakan nilai R square. Nilai R square yang
diperoleh sebesar 93.2 %.
Menduga parameter tebaik menduga umur dapat dilakukan dengan
meggunakan model regresi yang telah diperoleh. Dari hasil model regresi
diketahui bahwa SVL, HL dan FL merupakan parameter yang paling dominan dan
signifikan pada tarf nyata 5%. Untuk menentukanparameter yang paling dominan
dalam menduga umur G.gecko sejak menetas hingga usia 8 minggu, yakni dengan
membandingkan nilai koefisien regresi tertinggi diantara 6 parameter yang
berhubungan dengan umur. Model regresi yang diperoleh yakni:
Umur = -18.47 + 4,98 SVL + 7,35 HL + 2,36 FL

11 
 

PEMBAHASAN

Penetasan Telur G.gecko
Rata-rata lama masa penetasan telur untuk masing-masing kategori telur
tunggal dan telur ganda yang dihasilkan dari penelitian ini seperti ditunjukkan
pada Tabel 3. Jelas terlihat bahwa secara umum telur double lebih cepat menetas
dibanding telur single. Hal diduga karena sumber panas yangditerima oleh telur
single merata diseluruh permukaan telur yang mempercepat proses pembentukan
embrio yang lebih cepat. Sedangkan telur double menerima panas yang terbagi
dengan kembarannya, sehingga panas yang diterima tidak merata diseluruh
permukaan telur.
Telur dapat dihasilkan setelah proses kopulasi antara jantan dan betina.
Hasil pengamatan dalam kandang pemeliharaan terdapat banyak telur yang
menempel di dinding kandang vertikal. Rata-rata telur yang menempel berjumlah
dua dan saling melekat (double) namun ditemukan juga telur dalam berjumlah
tunggal (single). Tokek betina menghasilkan 2 telur sekaligus. Telur yang
dihasilkan memiliki diameter 11-15 mm (Das 2007).
Hasil pengamatan dari perbandingan lingkar telur dan SVL anakan G.gecko
memiliki ukuran telur yang lebih besar dibandingkan dengan cicak terbang dan
cicak ganas. Lingkar telur double dan single G.gecko mencapai 1.8-2cm
menghasilkan anakan dengan SVL lebih dari 4 cm. Perbandingan antara lingkar
telur dan SVL yakni 1:2. Keadaan ini terjadi karena posisi ekor embryo dalam
telur yang tergulung membentuk huruf o. Telur double akan menetas dihari yang
sama walau berbeda selisih jam.
Telur disimpan dalam wadah dengan ukuran 16.8cm x 11.8cm x 4.3cm  dan
diberi sentuhan lampu agar kondisi tetap hangat dengan kisaran suhu 29°C. Pada
suhu tersebut telur dari ketiga jenis yang dipelihara bisa menetas, walaupun
kelanjutan hidupnya setelah menetas berbeda-beda. Telur Leopard gecko mampu
menetas pada suhu 26°C, 30°C, 32.5°C, 34°C. Dalam berbagai perlakuan tersebut
terjadi beberapa akibat yakni memiliki kadar hormon estrogen yang berbeda-beda
setiap betina yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan suhu (Rhen et al.
2000).
Ukuran lingkar telur diantara 3 jenis spesies yang dipelihara di PT Mega
Citrindo G.gecko menempati urutan pertama yakni hampir berukuran 2 cm (Tabel
4) dibandingkan dengan cicak terbang 1.45 cm dan cicak ganas yang berukuran
1.8 cm. Ukuran telur yang berbeda-beda mempengaruhi pada ukuran SVL anakan.
Hasil pengukuran SVL anakan G.gecko memiliki ukuran yang cukup besar
dibandingkan dua spesies lainnya.
Telur dari beberapa spesies berbeda jenis bisa menetas sesudah 50 – 70 hari
pada suhu 30ºC. Telur cicak termasuk besar menjelang embrio didalamnya
menetas. Panjangnya mencapai sudah mencapai 1/3 bahkan 1/2 dari panjang
induknya (Van Hoeve 2003). Pengukuran terdahulu terhadap 2 ekor anakan cicak
terbang (Pthychozoon kuhli) yang berumur 1 minggu memiliki ukuran panjang
total 5 cm. Kemungkinan panjang tubuh induknya adalah 150 mm (15 cm). Pada
cicak dewasa dari spesies Ptyodactylus hasselquistii memiliki ukuran panjang

12 
 

tubuh 150 mm, telurnya berukuran 13-15 mm. Anak yang baru menetas panjang
tubuhnya lebih dari 55 mm (Van Hoeve 2003).
Hasil pengukuran terhadap cangkang telur (sudah menetas) menunjukan
bahwa, ukuran cangkang yang telah menetas memiliki berat yang lebih ringan dari
1 gram. Sehingga pengukuran harus dilakukan sekaligus terhadap 5 telur untuk
G.gecko. Hasil pengkuran terhadap telur yang sudah kosong yakni 1 gram, berat
masing-masing telur menjadi 0.20 gram. Pengukuran berbeda dilakukan pada
spesies cicak terbang dalam hal jumlah pengukuran yang dilakukan sekaligus.
Jumlah yang harus diukur untuk mencapai 1 gram sebanyak 10 cangkang telur,
sehingga diketahui bahwa berat masing-masing cangkang telur adalah 0.1 gram.
Penetasan dengan menggunakan lampu bersuhu 29°C mempercepat proses
penetasan, dibandingkan telur G.gecko yang tidak diberikan perlakuan berupa
pemberian lampu. Dalam waktu 22 hari telur dengan perlakuan lampu mampu
menetas, namun butuh waktu hingga 70 hari sejak pertama telur diperoleh. Dalam
perlakuan ini membuktikan bahwa panas yang dihasilkan lampu mempercepat
proses pembentukan embrio menjadi sempurna dalam waktu singkat. Namun pada
suhu biasa atau suhu yang terjadi di alam sekitar 28°C pada musim kemarau dan
26°C pada musin hujan akan memakan waktu lebih lama dalam membantu proses
pembentukan embrio dalam telur.
Perbedaan lama waktu penetasan telur dengan menggunakan perlakuan
lampu dan tidak memiliki selisih kurang lebih 1-2°C, namun memberikan
pengaruh yang cukup lama dalam proses penetasan. Lamanya waktu penetasan
tanpa menggunakan perlakuan lampu, dapat mangasumsikan bahwa telur gagal
menetas. Kekhawatiran telur gagal menetas juga berpengaruh dalam usaha
penangkaran. Kurangnya komoditas dapat menurunkan keuntungan yang akan
diperoleh pengelola penangkaran. Gagal menetas merupakan salah satu
kekhawatiran tersendiri bagi pengelola, karena kemungkinan terjadi kerugian.
Sarana dan prasarana yang ada belum memadai untuk menanggulangi
berhasilnya proses penetasan telur. Meskipun telur menetas, ternyata anakan lebih
rentang mati karena tidak mampu makan setelah menetas. Perubahan musim
menjadi faktor lainnya yang harus diperhitungkan dalam upaya keberhasilan
penetasan telur.

Pertumbuhan Anakan G.gecko
Pengamatan pertumbuhan anakan G.gecko diamati pertambahan ukuran dan
perubahan warna yang terjadi seiring dengan bertambahnya umur. Hasil
pengamatan terhadap individu dewasa, diketahui bahwa terdapat perbedaan baik
warna dan ukuran parameter morfometri. Anakan yang baru saja menetas dari
telur memiliki punggung yang warna hitam, sedangkan individu dewasa memiliki
warna punggung yang lebih cerah.
Perbedaan warna punggung anakan dan dewasa diyakini sebagai upaya
perlindungan alami bagi anakan yang rentan dimangsa oleh satwa lain misal
G.gecko dewasa. Ukuran parameter morfometri anakan jauh lebih kecil
dibandingkan dewasa.

13 
 

Perubahan Warna Kulit
Warna kulit pada Famili Gekkonidae biasanya dimanfaatkan sebagai sarana
menyamarkan-diri dari predator alaminya. Perilaku menyamarkan-diri pada
satwaliar biasanya dikenal dengan istilah mimikri. Perilaku mimikri sangat terlihat
jelas pada bunglon. Mimikri juga diperlihatkan oleh cicak pohon (Draco sp.) yang
memiliki warna kulit mirip kulit kayu. Berbeda dengan cicak pohon yang
berhabitat hutan dan kebun, G.gecko memiliki habitat dekat dengan pemukiman
manusia diantaranya bangunan. G.gecko diketahui memiliki preferensi habitat
disekitar bangunan resort wisata (Aowphol et al. 2006), karena kaya akan jenis
pakan. Dilihat dari warna dinding bangunan yang cerah, kontras dengan warna
kulit G.gecko yang biasanya terdapat bintik jingga atau merah. Sehingga belum
diketahui secara pasti fungsi warna pada kulit G.gecko.
Berdasarkan hasil pengamatan warna pada G.gecko akan berubah pada
setiap umur yang dilalui. Setelah menetas anakan G.gecko berwarna hitam dengan
motif bintik putih mulai dari punggung yang berjajar secara vertikal hingga ekor
(Gambar 4). Ekor anakan berwarna belang, hitam berselang putih mulai dari
punggung pangkal kloaka hingga ujung ekor.
Seluruh anakan G.gecko yang baru menetas melakukan sheeding skin atau
ganti kulit. Warna kulit yang terlepas berwarna putih. Kulit yang terlepas biasanya
akan dimakan oleh anakan. Kulit yang terlepas dimakan dengan menggunakan
mulut dengan cara ditarik lalu ditelan. Seluruh bagian tubuh anakan mengalami
ganti kulit. Ganti kulit diawali dari moncong berakhir pada ekor.
Diamati dari teksturnya yang lunak, kulit menjadi mudah ditelan. Kulit
menjadi sumber pakan pertama bagi anakan yang belum mampu menangkap
mangsa. Berdasarkan keterangan pihak pengelola penangkaran satwa ovipar
seperti G.gecko memiliki cadangan makanan berupa kuning telur dan kulitnya
sendiri setelah menetas.
Selain ganti kulit perubahan warna juga dimulai dari moncong, berlanjut ke
kepala, punggung terakhir pada bagian ekor. Pengamatan terhadap perubahan
warna terjadi pada anakan dengan ukuran SVL 5.00 cm atau pada saat anakan
G.gecko berumur 2 minggu. Warna dasar akan berubah menjadi lebih terang
seperti abu-abu, biru, cokelat, jingga atau putih. Berdasarkan hasil pengamatan,
perubahan warna dasar tergantung jenis pakan yang dikonsumsi. Setelah warna
dasar berubah menjadi lebih terang, warna dasar akan tetap bertahan selama
hidupnya.

Perubahan Ukuran Morfometri
Sejalan dengan bertambahnya umur anakan G.gecko, hasil pengukuran
parameter morfometri selama delapan minggu juga menunjukkan pertambahan.
Secara umum seluruh parameter morfometri yang diukur mengalami kenaikan
ukuran setiap minggunya. Data yang terlampir pada Tabel 3, parameter SVL
menunjukkan rataan pertambahan ukuran yang tertinggi yakni mencapai 0.22 cm
per minggu atau sebesar 1.55 cm selama 8 minggu, diikuti berturut-turut AG
dengan pertambahan ukuran per minggu sebesar 0.08 cm, ML 0.05 cm, HL 0.04
cm RL 0.03 cm dan FL serta BL masing-masing 0.02 cm. Sedangkan untuk

14 
 

parameter berat badan rata-rata hanya meningkat sebesar 0.1 g per minggu atau
meningkat sebesar 0.69 g selama 8 minggu.
Pertambahan parameter morfometri (Gambar 5) juga menunjukan adanya
fluktuasi. Dari pengamatan diketahui bahwa faktor pakan dan air diduga sebagai
faktor utama yang memengaruhi tingkat pertumbuhan. Jumlah konsumi pakan
dan air juga dipengaruhi kondisi musim yang sedang berlangsung. G.gecko
anakan masih tampak melakukan adaptasi terhadap jenis pakan yang diberikan
yakni jangkrik. Terdapat fluktuasi jumlah konsumsi yang ditunjukkan G.gecko
selama masa penelitian.
Gambaran pertumbuhan parameter morfometri tersebut di atas juga
menunjukkan bahwa SVL merupakan parameter morfometri yang
memperlihatkan pertumbuhan yang lebih jelas dan cepat, sedangkan parameter
kaki depan maupun kaki belakang (RL, HL, FL, TL) menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang lebih lambat. Perbedaan pertumbuhan yang jelas pada SVL
itulah yang mungkin menjadi alasan parameter SVL yang lebih umum digunakan
untuk melihat perubahan pertumbuhan tubuh pada kebanyakan reptil seperti
halnya pada kadal dan cicak.

Snout Vent Length (Moncong-Kloaka)
Parameter yang paling sering diukur dalam penelitian kadal dan cicak
adalah SVL. SVL diukur mulai dari moncong hingga kloaka. Pengukuran awal
pada anakan G.gecko yang baru menetas berkisar 4.63 cm, sedangkan hasil akhir
pengukuran berkisar 6.18 cm. Sehingga pertambahan yang terjadi pada SVL
selama 2 bulan sebesar 1.55 cm dengan rataan kenaikan pengukuran 0.22 cm per
minggu. Dalam Aowphol et al. (2006) ukuran SVL anakan G.gecko berkisar
antara 19.9 -145.8 mm. Dalam penelitian tersebut diketahui terdapat sexual
dimorfisme, yakni jantan berukuran lebih besar dibandingkan betina.
Penelitian yang dilakukan oleh Das (2007) juga menjelaskan terdapat
perbedaan ukuran SVL antara jantan dan betina G.gekco. Ukuran SVL jantan
berkisar 131.1-170.0 mm dan ukuran SVL betina dewasa berkisar 122.2-152.0
mm. Perbandingan lingkar telur dan SVL anakan 1 berbanding 2. Tokek betina
menghasilkan 2 telur sekaligus. Telur yang dihasilkan memiliki diameter 11 mm15 mm.
Penelitian tahun 2010 diketahui bahwa sexual dimorfisme bersifat relatif
pada jantan dan betina yakni sebesar 13 cm. Namun pada penelitian Linkem et al.
(2010) terjadi perbedaan ukuran (sexsual dimorfisme) SVL jantan muda dan
betina muda G.gecko. Ukuran SVL jantan muda berkisar 83.4 - 97.2 mm dan
betina muda 79.9 - 87.5 mm. Sexual dimorfisme juga terjadi dalam penelitian
Chan et al. (2006) yakni panjang total (Snout Vent Length dan Tail Length) jantan
lebih besar dari betina. Ukuran betina mencapai 20 - 30 cm, sedangkan jantan
mencapai 30 - 40 cm.
Ukuran SVL berkaitan dengan luasan kotak pemeliharaan yang digunakan,
terutama dalam kandang tunggal. Kandang tunggal berisi 1 ekor anakan per
kandang. Penempatan ini menghindarkan timbulnya perilaku kanibal. Kanibal
merupakan salah satu penyakit yang sering timbul pada G.gecko. Salah satu
penyebab terjadinya kanibal, yakni kandang yang penuh sesak oleh individu

15 
 

G.gecko. Individu yang lebih besar, cenderung memangsa individu yang lebih
kecil. Besar-kecilnya individu masih mengandalkan ukuran SVL. Pemanfaatan
wadah plastik sebagai kandang, masih bisa dikatakan layak, karena mampu
menunjang pertumbuhan anakan dari menetas hingga usia lebih dari 2 bulan (PT
Mega Citrindo pres con. 2012).
Penggunaan material kandang yang terbuat dari plastik dan kaca harus
dihindarkan dalam upaya penangkaran tokek. Hal terpenting dalam menciptakan
kondisi kandang yang ideal bagi kelangsungan hidup tokek adalah suhu dan
kelembaban. Material plastik dan kaca tidak mendukung terciptanya kondisi suhu
dan kelembaban yang optimal, bagi hidup tokek di luar habitat alaminya. Kayu
lapis, bambu dan fiberglass merupakan material yang tepat untuk digunakan
sebagai bahan pembuatan kandang pemeliharaan tokek (Department of
Conservation 1999).
Ukuran SVL anakan G.gecko yang diperoleh selama 8 minggu yakni sekitar
6.18 cm, masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan ukuran SVL anakane
G.gecko seperti yang dilaporkan oleh Aowphol et al. (2006) yakni sekitar 19.9
mm-145.8 mm. Perbedaan ini kemungkinan karena adanya perbedaan umur.
Namun juga kemungkinan lain yang bisa terjadi karena perbedaan faktor
pemeliharaan seperti jumlah pakan, jenis pakan, kondisi suhu dan kelembaban
kandang pemeliharaan. Perlu diakui bahwa informasi standar tentang praktek
terbaik (best practice) pemeliharaan G.gecko dari usia anakan masih terbatas,
sehingga boleh jadi acuan tentang praktek pemeliharaan yang dilakukan dalam
penelitian ini juga belum maksimal dan akhirnya berdampak pada masih
rendahnya pertumbuhan G.gecko.
Upaya-upaya yang terus ditempuh agar ukuran SVL G.gecko terus
bertambah, memang belum secara jelas teknis penanganannya sehingga untuk
mempertahankan agar ukuran SVL tetap konstan pun membutuhkan usaha dan
kerja keras. Hal ini menjadi salah satu masalah yang melatar-belakangi adanya
hambatan masyarakat dalam upaya melakukan penangkaran G.gecko. Pengelola
PT Mega Citrindo pun sudah mengetahui bahwa tidaklah mudah mempertahankan
pertumbuhan SVL G.gecko agar terus tumbuh, dengan ketersediaan sarana dan
prasarana yang terbatas. Biaya operasional yang dikeluarkan akan jauh lebih
tinggi, dibandingan dengan income yang diperoleh.

Mouth length (Panjang Mulut)
Hasil penguk