PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-3 SMP NEGERI 17 MEDAN T.A 2014/2015.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) PADA
MATERI ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KLS VII-3 SMP NEGERI 17
MEDAN T.A 2014/2015

Oleh :
Fresly Juliarta
NIM. 41113311018
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

i


iii

PENERAPAN PEMBELAJ ARAN KONTEKSTUAL (CTL) PADA
MATERI ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-3
SMP NEGERI 17 MEDAN
T.A 2014/2015
Fresly Juliarta (NIM : 4113311018)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika siswa di kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan dengan penerapan
pembelajaran konteksual (CTL) .
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan
T.A 2014/2015 yang berjumlah 32 orang dan objek penelitian ini adalah
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual (CTL) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah tes, dan observasi. Tes digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran, lembar observasi

digunakan untuk melihat hasil belalajar siswa dan mendukung penggunaan
pembelajaran kontekstual (CTL). Sedangkan analisis data yang dilakukan di
dalam penelitian adalah teknik/metode analisis.
Penelitian ini dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 pertemuan.
Setiap pertemuan dilakukan observasi pembelajaran serta di akhir dari siklus
diberikan tes hasil belajar. Dari siklus I diperoleh skor hasil belajar yang
menunjukkan belum adanya siswa di kategori tinggi sehingga belum memenuhi
target peneliti, sedangkan di siklus II diperoleh skor hasil belajar siswa dalam
kategori baik juga menunjukkan hasil belajar siswa sudah ada di kategori tinggi
dan terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan
bahwa proses pembelajaran berlangsung dengan baik yaitu dari hasil observasi di
siklus I mencapai 66,38% dengan kategori cukup dan mengalami peningkatan di
siklus II menjadi 80,83% dengan kategori baik. Pada tes hasil belajar I dari 32
orang siswa sebanyak 22 siswa (68,75%) telah mencapai ketuntasan belajar
sedangkan 10 siswa lainnya (31,25%) belum tuntas. Pada tes hasil belajar II,
sebanyak 28 orang (87,5% ) telah mencapai ketuntasan belajar dan 4 orang siswa
lainnya (12,5%) tidak tuntas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan kontekstual (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas
VII-3 SMP Negeri 17 Medan.


v

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv


Daftar isi

v

Daftar Gambar

vi

Daftar Tabel

vii

Daftar Lampiran

viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang


1

1.2 Identifikasi Masalah

7

1.3 Pembatasan Masalah

7

1.4 Rumusan Masalah

7

1.5 Tujuan Penelitian

7

1.6 Manfaat Penelitian


7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis

9

2.1.1 Pengertian Belajar

9

2.1.2 Hasil Belajar

11

2.2 Pembelajaran Kontekstual

13

2.2.1 Pengertian dan Konsep Dasar Stratregi Pembelajaran Kontekstual


13

2.2.2 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

16

2.2.3 Teori-Teori yang Relevan dengan Pendekatan Kontekstual

17

2.2.4 Teori Belajar Pendukung Pembelajaran Kontekstual

22

2.2.5 Keunggulan dan Kelemahan CTL

26

2.3 Materi Pelajaran Aritmatika Sosial


26

2.4 Kerangka Konseptual

30

vi

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

32

3.2 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

32

3.2.1 Subjek Penelitian


32

3.2.2 Objek Penelitian

32

3.3 Defenisi Operasional

32

3.4 Prosedur Penelitian

33

3.5 Siklus I

34

3.5.1 Permasalahan I


34

3.5.2 Perencanaan Tindakan I

34

3.5.3 Pelaksanaan Tindakan I

34

3.5.4 Observasi I

35

3.5.5 Analisis data I

35

3.5.6 Refleksi I


35

3.6 Siklus II

35

3.7 Alat Pengumpulan Data

36

3.7.1 Tes

36

3.7.2 Observasi

37

3.8 Teknik Analisis Data

37

3.8.1 Reduksi Data

37

3.8.2 Paparan Data

37

3.8.3 Simpulan Data

40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Siklus I

42

4.1.1 Permasalahan I

42

4.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan I)

43

4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I

43

4.1.3.1 Pertemuan Ke-1 Selasa, 07 April 2015

43

4.1.3.2 Pertemuan Ke-2 Kamis, 09 April 2015

45

4.1.3.3 Pertemuan Ke-3 Selasa, 14 April 2015

46

vii

4.1.4 Observasi I

47

4.1.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus I

48

4.1.5.1 Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I

48

4.1.5.2 Tes I

48

4.1.6 Refleksi I

49

4.2 Hasil Siklus II

51

4.2.1 Permasalahan II

51

4.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II

51

4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II

52

4.2.3.1 Pertemuan ke -1 Kamis, 16 April 2015

52

4.2.3.2 Pertemuan Ke-2 Selasa, 21 April 2015

53

4.2.3.3 Pertemuan Ke-3 Kamis, 23 April 2015

54

4.2.3.4 Observasi II

54

4.2.5 Analisi Data Hasil Penelitian Siklus II

55

4.2.5.1 Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II

55

4.2.5.2 Tes II

55

4.2.6 Refleksif II

57

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

60

5.2. Saran

60

DAFTAR PUSTAKA

vii

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Siswa

37

Tabel 4.1 Tingkat Ketuntasan Siswa pada Tes Diagnostik

42

Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Lembar Observasi Pelaksanaan

48

Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Penguasaan Siswa Pada Siklus I

51

Tabel 4.4 Tingkat Ketuntasan Tes Siklus I

52

Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Lembar Observasi Pelaksanaan

59

Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Penguasaan Siswa pada Siklus II

62

Tabel 4.7 Tingkat Ketuntasan Tes Siklus II

63

Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Setiap Siklus

66

viii

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran –I (SIKLUS I)

64

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran –II (SIKLUS I)

69

Lampiran 3 Rencana Relaksanaan Pembelajaran -I (SIKLUS II)

73

Lampiran 4 Rencana Relaksanaan Pembelajaran -II (SIKLUS II)

79

Lampiran 5 Lembar Aktifitas Siswa (LAS) I (SIKLUS I)

84

Lampiran 6 Lembar Aktifitas Siswa (LAS) II (SIKLUS I)

87

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I (SIKLUS II)

90

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II (SIKLUS II)

93

Lampiran 9 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus 1 Pert I

94

Lampiran 10 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus I Pert II

94

Lampiran 11 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus II Pert I

98

Lampiran 12 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus II Pert II

98

Lampiran 13 Kisi-Kisi Tes Diagnostik

108

Lampiran 14 Tes Diagnostik

109

Lampiran 15 Jawaban Tes Diagnostik

111

Lampiran 16 Lembar Validasi Soal Test Diagnostik

114

Lampiran 17 Lembar Validasi Soal Test Diagnostik

115

Lampiran 18 Lembar Validasi Soal Test Diagnostik

116

Lampiran 19 Kisi – Kisi Tes Hasil Belajar Siklus I

117

Lampiran 20 Tes Hasil Belajar Siklus I

118

Lampiran 21 Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus I

120

ix

Lampiran 22 Lembar Validasi Soal Test Siklus I

123

Lampiran 23 Lembar Validasi Soal Test Siklus I

124

Lampiran 24 Lembar Validasi Soal Test Siklus I

125

Lampiran 25 Kriteria Pedoman Penskoran Soal Test Siklus I

126

Lampiran 26 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siklus II

127

Lampiran 27 Tes Hasil Belajar Siklus II

128

Lampiran 28 Jawaban Tes Siklus II

130

Lampiran 29 Lembar Validasi Soal Test Siklus II

133

Lampiran 30 Lembar Validasi Soal Test Siklus II

134

Lampiran 31 Lembar Validasi Soal Test Siklus II

135

Lampiran 32 Kriteria Pedoman Penskoran Soal Test Siklus II

136

Lampiran 33 Pembagian Kelompok Belajar Siswa

139

Lampiran 34 Analisis Hasil Evaluasi Tes Dignostik

140

Lampiran 35 Analisis Hasil Evaluasi Tes Hasil Belajar Siklus I

141

Lampiran 36 Analisis Hasil Evaluasi Tes Hasil Belajar Siklus II

142

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting bagi suatu negara. Maju mundurnya proses
pembangunan suatu bangsa di segala bidang sangat ditentukan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang dimiliki oleh warga negaranya. Untuk itu, pemerintah telah
mengatur Sistem Pendidikan Nasional dalam suatu undang-undang.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31
ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Mengingat fungsi dan tujuan pendidikan nasional, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi. Perubahan
atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi.
Perubahan ini diperlukan untuk mensukseskan pendidikan. Sehingga perubahan
dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus
dilakukan sebagai antisipasi dalam menghadapi masa depan. Banyak cara

dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah
satu upaya yang dilakukan ialah dengan perbaikan proses belajar mengajar.
Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah
telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK.
Salah satu masalah pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah
adalah masih adanya pola pembelajarn yang sangat teoritis dan kurang bervariasi.
Kegiatan pembelajaran di sekolah seharusnya interaksi guru dengan siswa dalam
mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran para guru disamping menguasai
bahan atau materi pelajaran perlu juga mengetahui bagaimana cara materi itu
disampaikan dan bagaimana pula karekteristik siswa yang menerima materi
pelajaran tersebut. Tetapi kegiatan pembelajaran yang berlangsung tidak demikian
melainkan, kegiatan pembelajaran di kelas sering textbook oriented dan kurang
dikaitan dengan lingkungan dan situasi dimana siswa berada. Seringkali kegiatan
kelas melalui metode ceramah dan diikuti dengan latihan mengerjakan soal-soal
atau pemberian tugas rumah. Hal ini dapat membuat siswa sering merasa bosan
dan motivasi belajarnya juga menurun. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi
(2008:89):
Salah satu penyebab kesulitan siswa dalam belajar adalah guru tidak
kualified dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata
pelajaran yang dipegangnya. Guru-guru menuntut standat pelajaran di atas
kemampuan anak, hingga belum dapat mengukur kemampuan muridmuridnya, sehingga hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan
baik.
Untuk mengatasi masalah tersebut, bagi guru-guru agar lebih mendalami
berbagai metode dan teknik yang nantinya dapat mereka terapkan dikelas masingmasing dan diharapkan guru lebih kreatif serta mampu mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang lebih bermakna. Pola pembelajaran dengan teknik yang
bervariasi diharapkan dapat

membuat pembelajaran lebih menarik dan

menyenangkan bagi siswa
Demikian halnya Indonesia sebagai negara besar menaruh harapan besar
terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari
pendidikanlah tunas muda harapan bangsa sebagai penerus generasi dibentuk.

“Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atau input
siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang
ditetapkan. Sebagai sebuah proses sengaja maka pendidikan harus di
evaluasi hasilnya untuk meliihat apakah hasil yang dicapai telah sesuai
dengan tujuan yang diinginkan dan apakah proses yang dilakukan efektif
untuk mencapai hasil yang diinginkan (Purwanto,2010 :18)”.
Untuk

mencapai

tujuan

pendidikan

nasional,

dibutuhkan

proses

pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran matematika. Matematika
diajarkan pada dasarnya untuk membantu melatih pola pikir siswa agar dapat
memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat, hal ini ini senada
dikatakan oleh Ansari (2009:1) Mengungkapkan bahwa :
“Untuk merealisasikan kenyataan tersebut perlu ada SDM yang handal dan
mampu bersaing secara global diperlukan kemampuan tingkat tinggi yaitu
berfikir logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama secara proaktif”
Mengingat besarnya peranan matematika, maka tidak heran jika pelajaran
matemattika diberikan pada setiap jenjang mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP,
SMA, sampai pada perguruan tinggi. Bahkan matematika dijadikan salah satu
tolak ukur kelulusan siswa melalui diujiankannya matematika dalan ujian
nasional.Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding
lurus dengan hasil balajar matematika siswa. Pada kenyataannya hasil
pembelajaran

matematika

masih

memperhatinkan.

Kenyataan yang

ada

menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang
menggembirakan.
Berdasarkan tes diagnostik yang telah dilakukan penulis pada tanggal 13
Januari 2015 kepada siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan ada beberapa
masalah yang di alami oleh siswa. Tes yang diberikan berbentuk uraian untuk
mengetahui hasil tes belajar siswa pada materi Aritmatika Sosial, soal yang
diberikan kepada siswa.
Harga pembelian satu lusin penggaris Rp.12.000,00. Kemudian penggaris
itu dijual dengan harga Rp.1.500,00 setiap batang. Tentukan persetase
keuntungan terhadap pembelian?
Hasil yang diperoleh dari tes tersebut sangatlah diluar harapan. Dari 32
siswa hanya 11 siswa atau sekitar 34,38% yang mendapatkan hasil dengan benar

(mencapai KKM sekolah) dan 21 siswa atau sekitar 65,63% (tidak mencapai
KKM sekolah) mendapat hasil yang salah. Dari data tersebut hanya sebesar
34,38%

siswa telah tuntas belajar. Depdikbud (dalam Trianto, 2010:214)

menyatakan bahwa setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu)
jika proporsi jawaban benar siswa

≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa
yang telah tuntas belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk pelajaran
matematika, kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan pada semester genap belum
mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah satu guru mata pelajaran
matematika kelas VII SMP Negari 17 Medan, Ibu Maryuna S.Pd diperoleh bahwa
untuk pelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negari 17 Medan pada semester
genap, masih sangat rendah karena hanya 30% siswa yang berhasil mencapai atau
melewati nilai ketuntasan sekolah, dan 70% lagi siswa yang tidak berhasil
mencapai nilai ketuntasan sekolah tersebut. Sangat mengecewakan sekali kalau
kita lihat hasil ujian anak didik saya ujar guru Ibu Maryuna S.Pd. Kesulitan yang
dihadapi guru di dalam kelas salah satunya yaitu minat siswa memang sangat
kurang untuk belajar matematika. Karena persepsi siswa tentang pelajaran
matematika itu sangat sulit sehingga mereka tidak mau untuk mencoba.
Cockroft (dalam Abdurahman 2010 :253) mengemukakan bahwa :
“Matematika perlu diajarkan keada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan ; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantag”.
Untuk itu, diperlukan peningkatan prestasi belajar matematika siswa disekolah. Maka untuk meningkatkan prestasi belajar tersebut harus didukung oleh
proses belajar mengajar matematika siswa di sekolah. Dalam proses belajar
mengajar di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang penting,
hal itu berarti berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di sekolah
tergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Namun permasalahan yang sering muncul dalam proses belajar mengajar
adalah ketidak aktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Pembelajaran masih di dominasi oleh guru, Ansari (2009:2) mengatakan
bahwa: “Suasana kelas masih di dominasi guru dan titik berat pembelajaran ada
pada keterampilan tingkat rendah”. Siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran
matematika yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya
mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika
lemah akibatnya hasil belajar matematika siswa rendah. (http://www.pmri.or.id/en
/ericle.php?main=3)
“Pembelajran matematika di sekolah di Indonesia sejauh ini masih
didominasi oleh pembelajaran konvensional dengan paradigma
mengajarnya siswa diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu
atau belum tahu apa-apa sementara guru memposisikan dirinya sebagai
yang mempunyai pengetahuan. Guru ceramah dan menggurui, otoritas
diajarkan secara terpisah-pisah, materi pembelajaran matematika diberikan
dalam bentuk jadi. Siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran matematika
yang diajarkan guru di dalam kelas tanpa diberikan kesempatan yang besar
utnuk melakukan aktifitas seperti bertanya, memberikan pendapat, dan
berdiskusi dengan teman-temannya, hal ini merupakan indikasi rendahnya
keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dan semua terbukti
tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka
pelajari. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
matematika lemah akibatnya hasil belajar matematika masih sangat
rendah”.
Untuk mengatasi masalah yang telah dikemukakan di atas adalah dengan
menerapkan model pembelajaran yang baru. Model pembelajaran adalah suatu
urutan atau suatu langkah yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam
suasana tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Fenomena pembelajaran
merupakan fenomena yang sudah sejak lama mengemuka. Sebagian besar
pembelajaran di sekolah yang masih menampakkan ciri-ciri sistem belajar
konvensional. Setiap aspek dari proses pembelajaran itu dinilai mengandung
banyak kelemahan, yang bahkan secara agregat menjadi kontraproduktif terhadap
pengembangan diri dan kompetensi siswa. Walaupun demikian, paradigma baru
pendidikan yag mengusung Kurikulum Berbasis Kompetensi berupaya melakukan
perubahan sistem pembelajaran konvensional menuju pembelajaran kontekstual

(contextual teachig and learning). Pembelajaran kontekstual sabagai sebuah
inovasi pendidikan dalam realita di lapangan masih menghadapi berbagai kendala
dan resistensi. Di antara kedala dan resistensi tersebut adalah terkait pemahaman
dan kemampuan praktis guru tentang pendekatan, strategi dan model-model
pembelajaran kontekstual.
Seperti yang dikemukakan oleh Kokom (2010 : 7) mengatakan bahwa :
“Pembelajaran Kontekstual ( Contextual teaching and Learning ) adalah
pendekatan pembelajaran yang menggaitkan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk
menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya”.
Salah satu

alternatif adalah

menggunakan

strategi pembelajaran

kontekstual (CTL). Melihat permasalahan di atas, maka perlu diberikan solusi
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa agar mereka memiliki motivasi dan
kemauan untuk belajar matematika.Jika motivasi dan kemaun belajar ini timbul,
Kontekstual yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses
pengembangan konsep dan gagasan pembelajaran kontekstual bermula dari dunia
nyata. Dunia nyata tidak hanya berarti dunia konkret secara fisik dan kasat mata,
tapi juga dapat dibayangkan oleh alam pikiran. Dalam pembelajaran dengan
pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) guru berperan
sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mengaitkan ilmu yang didapat
dengan situasi dunia nyata siswa. Akibat yang diharapkan adalah, siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
demikian, siswa dapat mengetahui manfaat yang akan ia dapat dari mata pelajaran
yang dipelajari. Jika siswa sudah mengetahui apa manfaat dari hal yang ia pelajari
tersebut, maka ia akan termotivasi untuk belajar.dasarkan uraian di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Kontekstual (CTL) Pada Materi Aritmatika Sosial Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan Tahun
Ajaran 2014/2015”.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Metode mengajar yang tidak variatif, sehingga siswa bosan dalam belajar
matematika.
2. Siswa masih mengalami kesulitan untuk menggunnakan pengetahuannya
dalam menyelesaikan persoalan matematika yang menyangkut kehidupan
sehari-hari.
3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher centered ).
4. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah
yang akan diteliti, yaitu pada penerapan pembelajaran kontekstual untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP
Negeri 17 Medan tahun ajaran 2014/2015.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah Apakah penerapan pembelajaran Kontekstual (CTL) dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan
dengan menggunakan pembelajaran kontekstual (CTL).
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, melalui penerapan pembelajaran kontekstual diharapkan siswa
dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi guru matematika, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih pendekatan yang tepat.
3. Bagi sekolah, akan menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan sekolah dalam
mengambil kebijakan.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti
dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan
datang.

60

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan kelas pada bab IV dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Penguasaan

siswa

terhadap

materi

pembelajaran

menunjukkan

peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa dimana persentase ketuntasan
hasil belajar siswa secara klasikal masih 68,75% dengan nilai rata-rata 69,375
(kategori sedang) pada siklus I dan di akhir siklus II persentase ketuntasan hasil
belajar siswa klasikal menjadi 87,5% (tuntas) dengan nilai rata-rata 75,468
(kategori sedang). Peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal ddari siklus I ke
siklus II adalah 18,75%. Dengan pembelajaran kontekstual, pembelajaran
matematika menjadi lebih menyenangkan.
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan serta kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran kontekstual
(Contextual

Teaching

and

Learning)

dalam

melaksanakan

kegiatan

pembelajaran sebagai alternatif dalam mata pelajaran matematika untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi kepala sekolah hendaknya dapat mengkordinasi penerapan model
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dengan guru-guru matematika SMP Negeri
17 Medan.
3. Kepada peneliti yang ingin melaksanakan penelitian dengan objek yang sama
supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan pada penelitian ini, sehingga
diharapkan penelitian selanjutnya akan lebih baik.

61

4. Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian di sekolah pada materi
yang berbeda diharapkan dapat dijadikan bahwa perbandingan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan terkhusus pada mata pelajaran matematika.

62

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012). Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Ambarjaya,Beni S., (2012), psikologi pendidikan dan pengajaran (teori dan
praktek), CAPS,Yogyakarta.
Ansari, Bansu I, (2009), Komunikasi Matematik – Konsep dan Aplikasi, Yayasan
Pena, Banda Aceh
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
Bambang,R.2008.Membangun Keterampilan komunikasi Matematika.
http://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun-keterampilankomunikasi-matematika.html. (diakses januari 2015)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.
Herdian., (2010) http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/.Kemampuankomunikasi-matematika (diakses januari 2015).
Hudojo, H., (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Universitas Malang,Malang
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Lie,A.,(2010), Cooperative Learning, Penerbit PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Sudjana, N., (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya

63

Trianto, M., (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta :
Kencana Prenada Media Grup

Zaelani,dkk (2012) Pelajaran Matematika Bilingual Untuk kelas VIII SMP/MTS,
Bandung:Yrama Widya

Dokumen yang terkait

PENERAPAN LIMA STRATEGI UMUM (REACT) PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SEMESTER 2 SMP MUHAMMADIYAH I MALANG

0 16 1

ENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A SEMESTER GASAL SMP NEGERI 2 WULUHAN JEMBER TAHUN AJARAN 2011/2012

0 7 19

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11

0 11 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP TAMAN SISWA GEDONGTATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 51

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI CONCEPT MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V B SD NEGERI 11 METRO PUSAT

7 55 75

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII.B SMP PGRI PEKANBARU

0 1 7

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI WANGON

0 3 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE CIRC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 3 KUNINGAN

0 1 20

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IX-B SMP NEGERI 4 TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS RUMAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 TAPUNG

0 0 14