Hukum perkawinan beda agama tinjauan agama-agama yang diakui di Indonesia

HU KUM PERKA WIN AN BEDA AGAMA TINJAUAN :
AGAMA-AGAMA YANG DI AKUI DI INDONESIA

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum untuk memenuhi syarat-syarat
mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S-1)

Olch:

JAI\1ALUDIN
NIM: 101044222192

PROGRAl'tf STUDI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAI\l
JURUSAN AL-AKHWAL AS-SY AKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUJ\f
UNIVERSITAS ISLAJ\1 NEGERI
SYARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
1426 H/2(1(1.::; M

HUKUM PERKA WINAN BEDA AGAMA TINJAUAN:

AGAMA-AGAMA YANG DIAKUI DI INDONESIA

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum untuk memenuhi syarat-syarat
mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh:

JAMALUDIN
NIM: 1010442221
Di Bawah bゥュ「ョァセjQ@

:

Prqf. DR. H. Ahmad Sukardja, S.H,. M.A.
NIP. 150 033 300

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM
JURUSAN AL-AKHWAL AS-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1426 H/2005 M

LEMI3AR PENGESAHAN PANITIA U.JIAN
Skripsi yang berjudul "HUKUM PERKWINAN BEDA AGAMA
TINJAUAN: AGAMA-AGAMA YANG DIAKUI DI INDONESIA" telah
diujikan dalam sidang munaqhasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif
HidayatullahJaka11a pada tanggal 27 Oktober 2005. skripsi ini teiah di terima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (SJ) pada Jurusan
Al-Akhwal As-Syakhsiyyah program studi Administrasi Keperdataan Islam.
Jakaita, 20 Januari 2006
Mengesahkan,

. lfas:rnudin. AF MA ..
NIP. 150 050 917

Drs. Ase Svarifudin S.H
IP.150268783


Penguji I

\

H. Fathurahman Djamil, S.H, M.A ..
NIP. 150 222 824
Pembimbing
I

=======---=-$;,

Prof Dr. Ahmad Sukardja, S.H, M.A,.
NIP. 1SO 033 300

KATA PENGANTAR

Al-lfamd11/i!!ah, puji syukur pcnulis panjatkan kchadirat Allah SWT., karena

dcngan taufiq dan hidayahNya schingga penulis dapat menyclcsaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam scmoga Allah mclimpahkan kcpada Nabi bcsar Muhammap
SAW. dan para sahabatnya scna kcluarga dan ummatnya.
Adapun maksud dan tujuan dari pcnulisan skripsi ini untuk mclengkapi
syarat-syarat guna mcmpcrolch gclar sarjana pada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Universitas I slam ?" egeri Syarif Hidayatullah Jakana.
Dalam penulisan ini tidak scdikit hambatan yang pcnulis tcmukan, tctapi
bcrkat bimbingan dan dorongan dari scmua pihak hambatan tersebut dapat pcnulis
atasi, schingga pcnulisan skripsi ini dapat pcnulis sclcsaikan.
Olch karenanva dalam kcscmpalatna secara sah antara seorang lelaki dengan seorang
perernpuan mernbentuk keluarga yang kekal, di mana antara suarni istri itu saling
rnenyantuni, kasih rnengasihi, terdapat keadaan aman dan tentram penuh kebahagiaan
baik moral, spiritual dan materil berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. 1 UudangUndang No I Talnm 1974 mcrupakan sebuah unifikasi hukum yang dilalaikan oleh
seluruh tmsur rnasyarakat Indonesia, yang didalamnya di atur segala ha! yang
berkaitan dengan perkawinan, baik itu untuk aganm Islam, Kristen Protestan, Kristen
Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu. Uudang-Undang ini juga menghapus segala
Peraturan ataupun Undang-Undang yang ada atau berlaf...'U sebelumnya, dengan kata
Iain seluruh peraturan yang rncngatur perkawinan sejauh telah di atur dalam UU ini
dinyatakan tidak berlaku, sebagaimrum bunyi P.asal 6 UU No. I Talmn 1974.
Pennasalahannya adalah ketika sepasa.ng manusia yang ingin melaksanakan


pemikahan tapi berlainru1 agama antara satu dengru1 yru1g lainnya, maka UudangUndang ini tidak mengatur ha! tcrsebut, karena pcrkawinan camptrran yang di
maksud dalam Undang-Undm1g ini adalah dua orru1g yang di Indonesia tm1duk pada
hukmn yang berlainan, karena berlainan kewarganegaraan dan salal1 satu pibak
berkewarganegaraan Indonesia, bukan pcrkawinan campuran agama satu dcngru1
agama yang lainnya. Akan tetapi dimungkinkan yang ingin melaksanakan pcmikahan

1

RS.A AJhamdani "'l/isa/ah Nikah'', (Jakarta: Pustnka Amani, 1986). Hal 26

3

beda agama untuk dapat melangsungkan pemikahannya selama dibolehkan oleh

agarnanya masing-masing. 2
Seperti yang terjadi pada pemikahan Jamal Mirdad dengan Lidiya Kanda11,

Katon Bagaskara dengan Ira Wibowo atau Bucek Deep dengan Unique pricilia
Perbedaan agama tidak membuat pasangan tersebut "menyumtkan langkah lmtuk
menikah, meskipun mereka mengetalmi bal1wa proses yang harus mereka lalui untuk

melaksanakan pemikahan membutuhkan pengorbanan yang culrup banyak, baik dari
segi wakiu maupun materi. Pasangan Jamal Mirdad dan Lidiya Kandau misalnya,
mereka mengakui bahwa peroses yang hams dilalui cukup melelal1kan, akan tetapi
apapun itu tidak men1buai :nereka menyerah (Tempo Edisi I Nopember 1986),
namun di balik kegigihan mereka untuk menikah secara resmi temyata m:la motiv-.isi
yang sangat berarti bagi mcrcka, yaitu secara diam-diam temyata mcreka tclah
memiliki seor:mg anak yang bcmama Hana Natasya Maria dan ha! ini baru diketalmi
satu tahun setelah pemikahan mercka. 3 Begitu jU6'3 dengar1 pasangan Bucek Deep dan
Unique, mereka melaksanakan prosesi pemikal1an dua kali, di depan Penghulu dan
pemberkatan pemikalian di rumal1 Unique. Sedangkan Katon dan Ira lebih mernilih
menikah di Gereja Protestar1 lantaran Gereja Katolik tidak mernungkinkan untuk
menikal1kan mereka, sehingga Katon berpindal1 aganra ke Kristen Protestan. 4

z Depag RI,. "Hin1p10Jan Peraiuran J>cnmdang-undcmgan dulan1 Lingkllngan Pcradilan
Aga111a ", (Jakarta, 200 I). Hal. 144
3
"Majalah Tempo" Edisi 28 Februari 1987
' "Rapubliika ", Edisi 3 November 1996

4


Pernikahan agama ini masih terjadi, yang dila!..-ukan oleh para selebritis itu hanya
bcbcrapa contoh yang mw1gkin dapat kila jadikan scbagai bahan diskusi dalam
bidang perkawinan bcda agarna, karena perkawinan antar pemeluk agama tidak di
atur dalam Undang-Undang Perkawinan, demikian juga dalam Peraturan Pemerintah
No. 9 Tahun 1975. Undang-Undang Pcrkawinan hanya mengatur perkawinan di luar
Indonesia dan perkawinan campuran.

Dan dalan1 Kompilasi sendiri melarang

perkawinan beda agama ( KHI Pa'>aan dan agama yang dimmtnya, mempakm1
salal1 salu faklor penyebab lerjadinya pcrkawinan anlar orang ym1g berlainan agama.
Kea:nekaragaman sangal dirasakan tcmlama di kota-kota besar, scpcrti di Jakarta
yang mcmpak:m pusat perekonomian dam pcrdagangan, pusal kcbudayaan dan
kesenian, juga pusal pcndidikm1 dan ilmu pcngetahuan, bahkan scbagai kota
pariwisata. 5 Oleh karena itu kota-kota besar pada llllllllllnya menjadi pusat periiatian
masyarakat bangsa Indonesia, bal1kan boogsa-ba:ngsa asing apapun agamanya Sebab
itu banyaklah orang-orang dari scluruh pe1tjum dunia yang datang dan hidup menetap
di kota-kota.


•ibid. hal. 35-36
'Pemerintah Daerah !Gusus !bi Kota Jakarta, "Jakarta Dalam Angka Tahun 1977",
(Jakarta: Kantor Sensus dan StatistiL I 977), ha!. 13

13

DaJam keanekaragaman tersebut, tidak berarti pada setiap orang dengan yang
lainnya selalu berbeda daJam segala ha!, dalam satu segi berbeda, tetapi daJam
beberapa segi lainnya mempunyai persamaan. Di antara orang-orang Ambon
misalnya,

sarna kesukuan, sarna balrasa dan istiadatnya, tetapi bisa berbeda

agarnanya, baJlkan kewarganegaraannya bisa berbeda pula. Sebaliknya antara orang
Jawa dan orang Batak misaJnya, pasti berbeda kesukuannya, balrasa daerahnya, adat
istiadatnya, tetapi banyak yang sama dalam agan1anya. Dan pada umumnya
perbedaan-perbedaan itu ma.sing-ma.sing seeara relatif akan membawa pengaruh. baik
positif nraupun negatif dalam hubungan pergaulan bennasyarakat {interakl-i sosial),
hanya tingkat pengarulmya yang berbeda-beda.
Di antara perbedaan yang paling besar pengaruhnya dalam pergaulan, ialah

perbedaan dalam ha! agama yang dianutnya. Hal itu karcna kcbenara agamanya
diyakini secara mutlak, ia datang dari Tuhan Maha Pcncipta alam scmcsta. Karena
ketcntuan hukum Tuhan di anggap suci clan absolut, maim faktor kcyakinan itu
menyebabkan nom1a-nonna huktun agmna itu mcmpunyai

ー」ョァ。セQ@

yang sangat

besar terhadap pemeluk-pemeluknya. 6
Bagi pemeluk-pemeluknya, ajaran agarna itu pada nmumnya dipedomani
sebagai nonna kebenaran yang absolut. Kebaliagiaan dunia dan akhirat diyakini
hanya akan di peroleh dari mentaati segaJa perintal1 agarna, mengingkarinya akim
berarti kehinaan dan berdosa. AdalaJ1 suatn kenyataan, tidak semua penduduk kota

6

Harun Nasution, "Islam di 1i,yau dari /Jcroagai Aspeknya ", (Jakarta: Bulan Bintang.

1974), Jilid I, ha!. 19


14

besar menganut agama yang sama, tetapi justm banyak yang berlain-lainan. Hampir
scmua agama yang hidup di Indonesia, dapat disaksikan pcnganulnya di kota-kota
besar, yaitu pengariut agama Katolik, Protestan, Hindu, Budlia, Khonghucu, dan
Islam yang merupakan niayoritas penduduk. Dan setiap agama pada prinsifuya
menganjurkan para pemclu!G1ya untuk selalu melakukan kebaikan dan menghindari
perbuatan tidak terpuji, hanya saja dalam bentuk clan fonnalitasnya yang berbeciabeda.
Akibat perbcdaaan keyakinan itu, biasanya pemeluk agama mempunyai rasa
fanatisme yang tinggi, ia hanya meyakini dan memandang hanya agamanya yang
paling benar clan paling baik rnelebihi agama-agama yang lainnya. Secara teoritis
perbedaan agarna akan menimbulkan kesulitan dalam hubunt,'llll hukum antar umat
yang berlainan agama itu. Namun di kota-kota besar seperti kota metropolitan
Jakarta, sikap fanatisrne tersebut dirasakan tidak terlalu tampak, karena frekwcnsi
dalam berintcraksi sosial antar umat yang berlainan agama itu cukup tinggi, baik
dalam lingkungan hidup ym1g bersifat fonnal maupun pcrgaulan ュ。セケイォエ@

luas.


Tidak semua golongan pcnganut suatu agama hidup dalam suatu lingl..'l!llgan
tertentu, tetapi banyak di antara mereka hidup membanr dengan pemeluk agania lain.
Selain dalam lingkun1,'lll1 masyarakat, juga membaur dalmn lir1gl..'l!llgan seperti di

'
kantor, dalam pcrdagangan, orgauisasi politilc., kesatIJan kesenia.q, klub olali raga,
pendidikan clan lain-lain yang mllllgkin adanya hubllllgan dan ix:rganlan yang Jebih


akrab. Hubm1gan tersebut, sediKit banyaknya akan meredam sikap fanatis masing-

15

masmg, bahkan tidak mustahil dapat pula mengurangi tingkat keimanan pada
agamanya masing-masing, seperti dikemukakan oleh al-Ghazali. 7
Dalam kondisi masyarakat seperti iht, maka tidaklah mengherankan pula
apabila di kota-kota banyak terjadi perkawinan beda agama, karena rasa fanatisme
mnngkin melemah dan berbuah menjadi toleransi yang berlebihan. Inteaksi a.'!tar
orang berlainan

agama akan

bersifat

positif,

bila toleransi

diartikan saling

menghormati, namun tetap berpegang pada keyakinan masing-masing. 8 Sikap
toleransi,yang diartikan sepakat dalam -perbedaan tanpa mengorbankan keyakinan
masing-masing, adalah terpuji demi kerukunan antar umat lx.--ragama kesepakatan
nntuk hidup berdampingan antar sesama umat yang berlainan agama itu, justru akan
menguntungkan persatuan dan kesatuan bangsa, Karena itu, maka tepatlah Pancasila
dengan Ketuhanan YME, mcmpersatukan bangsa dcngan !clap mc1tiamin adanya
variasi sebagai hak asasi scsuai keyakinan masing-masing

'.L Struktur Ekonomi dan Pcnghidupan Masyantkllt
Sebagaimana Jazinmya di kota-kota besar manapun, struktur ekonomi kota

besar tennasuk kota Jakarta sebagai kota metropolitan, berbeda dengan kondisi pada
umurnnya daeral1 pedesaan. Industri dan pen:lagangan merupakan ciri perekonomian
kota di banding ckonomi pedesaan yang agraris. Akibatnya terdapat pula perbedaan

7

AJ.(iJiozali, '"lh;u ·wumudin ", terj. Prof. lk H. Ismail Jakub, MA., SH., '"JhyaAlGhazali ". (Surabaya: CV. Fauzan, 1969), Jilid セ@ hal 281-282
'A. Mukti Ali,"Agama dan Pembang1man di Indonesia, Bagian /", (Jalarta: Biro Hubungan
QMA。ウケイォセ@
Dcpartemen Agama RI, 1972), hal 118-126

16

pengamh masing-masing yang cukup si&'Tlifikan terl1adap

ュ。セケイォエョN@

Kondisi

seperti itu menyebabkan pusat perhatian hampir semua warga kota Jebih banyak
diarahka.n kepada usaha mencari nafka.'i. Hal itu di 'dorong oleh kebutuhan hidup di ·
kota yang relatif sangat tinggi, karena kebutuhan mereka lebih banyak clan lebih
kompleks clan hampir tidak ada bidang kehidupan yang tidak memerlukan biaya
besar. Karena itu tidak mengherankan bila warga perkotaan, kebanyakan lebih
bersikap matre/ialistik di banding warga pedesaan.
Banyaknya fasilitas untuk mencari rez.eki di kota-kota pada umumnya itu,
mendorong warga kota lebih a1.1if dan lebih sibuk berinteraksi, seperti di pabrikpabrik, pasar-pasar, kantor-kantor, usaha-usaha di bidang jasa dan lain sebagainya.
Banyaknya fusilitas tersebut di atas tidaklah selalu membuat warga masyarakat kola
sejahtera hidupnya, bahkan banyak pula pengangguran dan orang-orang yang hidup
terlantar, ha! itu antara lain discbabkan urbanisasi tcrus mengalir.9 Akibatnya
perjuang,>n dan pcrsaingan hidup yang bersifat material mcnjadi Jebih kcras. Sikap
individualistis dan mementingkan hidup sendiri, mempakan ciri-ciri masyarakat kola.
Cara berpikir rasional yang banyak diwamai perhitungan untung rugi yang bersifat
material pula, menyebabkan perl1atian terhadap yang bcrsifat spiritual keagamaa.n
pada sebagian warga perkotaan mengendur dan sangat k'llrallg apabila dlbandingkan
dengan warga pedesaan.

9

Soerjono Soekanto, "Sosio/ogi Stiatu Pcngamar" (Jakarta: Y ayasan Peoerl:>it Univecsitas
Jndonesia, 1977), haJ. 125

17

di

Memang

kota-kota

besar seperti

Jakarta,

mayoritas

penududuknya

beragama dan kegiatannya pun di bidang ini tampak baik, akan tetapi pada
sebahagian kegiatan keagamaan hanya tampak dalam bidang beribadat yang bersifat
fonnal, pemahaman dan penghayatan yang lebih lnas mengenai hnkum-huknmnya
seperti tentang perkawinan dirasakan masih sanc,>at kurang. Selain itu pendidikan
agama pada mmmmya sangat kurang, masyarakat lebih terkonsentrasi pada kegiatan
ekonomi dan fisik materil. Cara hidup yang demikian, mempimyai kecenderung;m kc
arah keduniawian (sekuler trend) dibandingkan dengan kehidupan warga desa yang
cenderm1g kearah keagamaan Hイ・ャゥァッオセ@

trend). 10

Kehi 'upan yang sekuleristik itu, menimbulkan pandangan terliadap nilai yang
bersifat niaterial itu begitu tinggi dan Iebih di utamakan. Sebalik:nya pandangan
terhadap nilai keagamaan yang bcrsifat spiritual itu semakin kurang dan scnng
diabaikan. Dalam ha! terjadi pertcntangan kepentingan ru1tara nilai-nilai agama
dikesampingkan.

11

kola terdapat

orang--0nmg yang mcngabaikan

Maka tidaklah menghcnmkan apabila pada scbagi;m masyarakat
hukum

agamanya,

bahkm1 rcla

mengganti agarnanya itu sckedar untuk: melangsungkan perkawinan. Hal itu tidak
berarti nilai agama di anggap tidak penting, hanya kesadaran dan keyakinan kepada
llb'llmanya tidak selo.iat pandangannya terhadap k:eduniawian, sehingga tidak terdapat
k:eseimbangan antara keduanya.

IO
11

Ibid. hal. 122
Elizabeth K Notingham, "Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi Agama ",

(Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada, 1997), Cet Ke-.,, !ml 61

19

itikad baik, paling tidak lliltuk mengurangmya. Pengaruh yang sangat menonjol
te1jadi di kalangan remaja, karena mereka baik sebagai individu maupllil sebagai
kelompok, mudal1 Qai1 dapat menerima unsur-tJnsur kebudyaan asing yang dinilainya
modem. Hal itu lcrjadi karna bclum meresapnya nonna-nonna keagamaan pada
JIWanya, schingga mudah mcnerima yang baru, walaupun secara moral, bal1kan
secara fisik dan mental, diyakininya akan sangat merngikan kehidupan termasuk
masa depan mereka.

13

Salah satu aspek yang paling mempengarohi kalangan remaJa, antara lain
ialah pola pergaulan hidup orang Baral yang mengandm1g 1msur-1msur kebebasan dari
ikatan-ikatan nonna-nom1a susila maupun agama. 14 penghargaan dan rasa ke\. 1guman
pada kebudayaan barat yang scbcnamya sangat tidak cocok itu, menyebabkan
diabaikannya nom1a-nonna agama karena di anggap kolot

dan tidak cocok lagi

dengan kehidupan modem. Akibatnya, banyak kelompok para muda mndi yang tidak
mau lagi terikat oleh aturan-aturan tradisi maupun agama di satu pihak, dan di pihak
lain terdapat gcnerasi tua yang di anggap scbagai penghalang kcmajuan, karena sulit
bahkan tidak mau menerima hal-hal yang bertentangan dengan agama. Hal ini adalah
wajar karena pada generasi tua, nonna-nonna lanm seperti agan1a itu sudah mendarah
dagi.ng, sehingga sulit sekali untuk mengubah nonna-norma yang sudah meresap pada
..

11wanya.

15

D Soerjooo Soekanto, Op Ci1. hal. 70

" Muhammad Mwntaz Ali, "Conceps ofIslamic Ummah & Sharia/I: Contemporary
Methodological /mies" (Malaysia, Slangor: Pelanduk Publications, 1992), Cet. Ke-1.hal. I l
" Socrjono Sookanto. l..oc Cil,

20

Menjamumya fasilitas-fasilitas seperti night club dan tempat-tempat hiburan
Jainnya, menambah subumya pengaruh kebudayaan barat tersebut. Begitu pula masih
kurangnya fasilitas

pendidikan klmsus yarig menangani bidang mental keagamaan,

juga dapat memberikan peluang bagi peningkatan pengarnh kebudayaan asing
tersebut. Akibatnya, terjadilah pernbal1an sikap terntama terhadap nilai-nilai hukum
agama yang justrn dianggapnya tidak cocok lagi (out ()f date), walaup1m pada segisegi lainnya ketentuan agama masih tetap di pegang teguh.
Perkawinan antar orang berlainan agama mernpakan bukti adanya perubahan
nilai-nilai tersebut. Banyak diantaranya yang tidak direstni orang tnanya, bahkan
banyak juga yang direstui, sungi,'Uhpun hukum agama yang bersangkutan tegas tidak
membenarkannya. Perkawinan seperti itu nampak banyak mempengaruhi masyarakat
kola, sebingga sulit sekali meneegahnya, karena diizinkan oleh Pengadilan Negeri
(PN). Bahkan oleh Mahkamah Agama, antara lain Putusan Kasasi No. 1400
K/Pdt/1986, berkaitan dengan kasus Andy Vonny Gani P (Muslimah) dengan
Andrianus Petrn Hendrik Nelwan (Kristen). 16

C. Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahon 1974

Undang-Undang Perkawinan 1974 yang mulai berlaku secara efek'tif pada
tanggal I Oktober 1975 adalal1 hasil usaha rakyat Indonesia untuk menciptakan
hula1m perkawinan yang bersifat nasional, yaitu hukum yang berlaku bagi selurnh

Weinata Sairin dan JM_ Pattiasina, セp」ャ。ォウョ@
Undang-Undang Perkawilian daJam
PrespeklifKristen", (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 19%) ha!. 368
16

21

wargancgara Indonesia, scbagaimana tercantum dalam butir 3 Penjelasan Umwn
Undang-Undang tersebut.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor I Tahun 1974, maka scmua
perundang-undangan tentang perkawinan yang ada sebelwn tahun 1974 dinyatakan
tidak berlaku scjauh telah di atur materinya dalam Undang-Undang terscbut. Hai ini
telah ditegaskan dalam Pasal 66 yang berbunyi "Untuk perkawinan dan segala
scsuatu yang bcrhubw1gan bcrdasarkan atas Undang-Undang ini, maka dengan
berlalnrnya Undang-Undang ini ketentuan-ketentuan yang di attr- dalam Kitab

'

Undang-Undang Hukum Perdata

(Burgelijk Wetboek), Ordonansi Perkawinan

h1donesia Kristen (Huwalijk Ordonantie Christen lndonesiers S. i933 No. 74),
Peraluran Perkawinan Campunm (Regeling op de Gemengde Huwclijken S. 1898 No.

158), dan peraluran lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah di atur oleh
Undang-Undang ini, dinyatakan tidak berlaku".
Prof. Dr. Hazairin dalmn bukunya "Tinjamm Mcngenai Undang-Undang
Nomor I Talmn 1974" mcnamakan Undang-Undang ini scbagai "sualu unitikasi yang
unik dengan menghonnati seeara penuh adanya variasi bcrdasm·kan agama dan
kepercayaau yang ber-Ketuhm1m1 Yang Maha Esa. Lagi pula unifikasi tcrsebut
bertujuan hendak memperlcngkapi segala apa yang tidak diatur hul-..'llmnya dalam
agama dan kepercayaan , karena ha! tersebut Negara berhak mengaturnya sendiri
scsuai dengar1 perkembangar1 masyarakat dan tuntutan zaman".
Oleh karena dihapusnya Peraturan-Peraturan tentang Perkawinan sebelum
1974 dan untuk unifikasi hul-..'Uln perkawinan, maka timbul pertanyaan tentang

22

bagaimana posisi huk'll111 perkawinan beda agama di Indonesia. Karena dalam
Undang-Undang ini Peii-awinan Campman yang dimaksud adalah "Perl.:.awinan
antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada lmkum yang berlaimin, karena
perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewargancgaraan Indonesia".
Bukan perkawinan antar umat yang berbeda agama.
Dan w1tuk menjawab pertanyaan tersebut Prof. Dr. Muhammad Daud Ali
membaginya kepada tiga pendapat Pendapat Pertama adalah pendapat yang
mengatakan bal1wa perkawinan antara orang-orang yang berbeda agarna dapat saja
dilangstmgkan sebagai pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan seS