Pemodelan Lahan Basah Potensial berdasarkan Indeks Topografi di Bretagne, Perancis

PEMODELAN LAHAN BASAH POTENSIAL BERDASARKAN
INDEKS TOPOGRAFI DI BRETAGNE, PERANCIS

HELENA ARIESTY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemodelan Lahan Basah Potensial
Berdasarkan Indeks Topografi di Bretagne, Perancis adalah benar karya saya dengan arahan
pembimbing dari Perancis dan dari komisi pembimbing di IPB serta telah diajukan sebagai
laporan magang penelitian kepada Agrocampus Ouest dan Institute National de la Recherche
Agronomique (INRA). Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2014


Helena Ariesty
NIM F451110061

RINGKASAN
HELENA ARIESTY. Pemodelan Lahan Basah Potensial Berdasarkan Indeks Topografi di
Bretagne, Perancis. Dibimbing oleh ROH SANTOSO BUDI WASPODO dan SATYANTO
KRIDO SAPTOMO.
Lahan basah merupakan sumber daya alam pentingyang mendukung keanekaragaman
hayati. Di Perancis dalam menyebutkan lahan basah digunakan istilah lahan basah potensial,
yaitu suatu lahan basah yang memiliki potensial dalam penggunaannya. Topografi dan
geomorfologi memainkan peran utama untuk pengembangan lahan basah dan merupakan
faktor yang menentukan dalam pemodelan lahan basah berkelanjutan. Pentingnya
mengidentifikasi lahan basah, dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan prioritas
pembangunan yang akan didasarkan pada aspek teknis dan sosial ekonomi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memprediksi luas spasial lahan basah potensial di Bretagne,
Prancis dari indeks topografi dikalibrasi pada satu set 10 peta tanah rinci.
Dalam mengidentifikasi lahan basah yang potensial, berdasarkan hidromorfi tanah
yang dilakukan dengan metode 4 kriteria.Penelitian ini mengacu kepada Merrot 2006 yaitu
dengan metode yang sama berhasil mengidentifikasi lahan basah potensial berdasarkan
indeks topografinya. Hal yang membedakan adalah jumlah peta yang digunakan yaitu 1 peta

dan 10 peta, sehingga dapat dilihat apakah penelitian terdahulu memiliki nilai yang sama atau
berbeda. Berikut ini empat tahap analisis yang masing-masing dikategorikan: (a)
identifikasihidromorfi, (b) indeks perhitungan topografi, (c) perhitungan ambang batas, (d)
validasi. Sebuah metode ambang batas dilakukan antara peta tanah dan indeks topografi
untuk menunjukkan kondisi kesamaan. Penggunaan ambang batas dan validasi merupakan
pengembangan cara baru dengan menggunakan 120 kombinasi peta tanah. Hasil indeks
topografi adalah 4,7 dan diterapkan untuk semua Bretagne.
Kata kunci: lahan basah potensial, hidromorfi tanah, ambang batas, index topografi, analisis
spasial

SUMMARY
HELENA ARIESTY. Modeling of Potential Wetlands based on Topography Index in
Bretagne, France.Supervised by ROH SANTOSO BUDI WASPODO and SATYANTO
KRIDO SAPTOMO.
Wetlands represent an important natural resource which supports natural biodiversity.
In France, in mentioned wetlands, it called potential wetlands, which have potential in its
use.Topography and geomorphology play a major role for the development of wetlands and
are decisive factors for modeling wetlands extension.The importance of identifying wetlands,
can be used as a basis for determining the development priorities that will be based on
technical and socioeconomic aspects The objective of this research was to predict the spatial

extent of potential wetlands in Brittany, France from a topographic index calibrated on a set
of 10 detailed soil maps.
In identifying potential wetlands, it based on soil hydromorph which conducted by
method 4 criteria. The following four stages of analysis were respectively categorized: (a)
identification hidromorphy, (b) calculation topographic index, (c) calculation of threshold, (d)
validation. A threshold method was conducted between soil maps and topographic index to
indicate the similarity condition. We use for threshold and validation a new way using 120
combination of soil maps. The result of topographic index was 4.7 and it was applied for all
Brittany.
Keywords: potential wetlands, hydromorphic soil, threshold, topographic index, spatial
analysis

PEMODELAN LAHAN BASAH POTENSIAL BERDASARKAN
INDEKS TOPOGRAFI DI BRETAGNE, PERANCIS

HELENA ARIESTY

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS

ii

Judul Tesis
Nama
NRP

: Pemodelan Lahan Basah Potensial berdasarkan Indeks Topografi di
Bretagne, Perancis
: Helena Ariesty
: F451110061


Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT
Ketua

Dr. Satyanto K. Saptomo, S.TP, M.Si
Anggota

Diketahui oleh :

Ketua Program Studi
Teknik Sipil dan Lingkungan

Dr. Satyanto K. Saptomo, STP, M.Si

Tanggal Ujian : 12 Agustus 2014

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Lulus:
iii

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih karuniaNya sehingga
tesis ini berhasil diselesaikan. Judul tesis ini adalah Pemodelan Lahan Basah Potensial
berdasarkan Indeks Topografi di Bretagne, Perancis.
Dengan selesainya penyusunan tesis ini disampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Blandine LEMERCIER, Lionel BERTHIER, selaku pembimbing magang di
INRA-UMR SAS, Rennes, France atas kesempatan magang penelitian yang telah
diberikan serta atas segala bimbingan dan arahannya.
2. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT dan Dr. Satyanto K. Saptomo, S.TP,
M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan masukan, arahan, serta
bimbingan untuk perbaikan kualitas penelitian serta penulisan.
3. Christisn WALTER selaku penanggung jawab program Master 2 Inginerie
Environnmentale di Agrocampus Ouest, Rennes, Perancis atas kesempatan serta
bimbingannya.

4. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA selaku penanggung jawab program DDIP
program studi Teknik Sipil dan Lingkungan yang telah memberikan bimbingan
untuk dapat menyelesaikan program DDIP dengan baik.
5. Beasiswa Unggulan Dalam Negeri DIKNAS untuk kesempatan studi pascasarjana
yang telah diberikan dan Beasiswa Unggulan LuarNegeri DIKTI atas kesempatan
pembiayaan studi Master tahun kedua di Perancis.
6. Ir. Suwarno, MT dan Dra. Ervina HD selaku orang tua atas segala doa yang tak
pernah henti dan dukungan yang terus mengalir serta kasih sayang yang diberikan
7. Pihak-pihak lain yang terkait
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Helena Ariesty

iv

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................


vi
vi

PENDAHULUAN .........................................................................................................
Latar Belakang ....................................................................................................
Tujuan .................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................................
Lahan Basah Potensial………………………………………………………….
Hidromorfi Tanah………………………...…………………………………….

1
1
1
2
2
2

1


2

Metode 4 Kriteria ..............................................................................................
Indeks Topografi ...............................................................................................
METODE………………...............................................................................................
3
Waktu dan Tempat..............................................................................................
Alat dan Bahan.....................................................................................................
Prosedur Penelitian ……..……………………………………………………...
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................
4
SIMPULAN DAN SARAN……...................................................................................
5
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................
LAMPIRAN……….…………………………………………………………………………..
RIWAYAT HIDUP ……………………….......……………………………...………………

3
5
6

6
7
7
10
15
16
17
20

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.

Halaman
Klasifikasi nilai hidromorfi tanah dalam menentukan lahan basah
(Riviere, et al., 1992)............................................................................ 4
Karakteristik Lokasi Peta ..................................................................... 6


Tabel 3.

Presentase Hidromorfi Tanah dan Ambang Batas…………………

Tabel 1.

10

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.

Halaman
Penetapan lahan basah dengan pendekatan PEE (Merot et al., 2006)
2

Gambar 2.

Contoh hidromorfi tanah……………………………………………... 3

Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.

Morfologi tanah untuk lahan basah berdasarkan kriteria tanah UU 01
Oktober 2009 (Baize dan Girard, 2009) ……………………………. 3
Kodifikasi tanah : Metode 4 kriteria (Riviere, et al., 1992)….............. 4
Peta DAS dengan metode 4 kriteria (INRA, 2005)…………….......... 4

Gambar 6.

Peta lahan basah dan bukan lahan basah (INRA, 2005)……………... 5

Gambar 7.

δokasi Penelitian…………………...................…………………...…

6

Gambar 8.

Bagan alir penelitian………………………………………………….

7

Gambar 9.

Skema penentuan indeks topografi.........……......................................

9

Gambar 10.

Peta Hidromorfi Tanah……………………………………………….

11

Gambar 11.

Frekuensi Kumulatif Indeks Topografi pada peta DAS……………...

12

Gambar 12.

Histogram Frekuensi dari presentasi gros……………………………. 12

Gambar 13.

Histogram Frekuensi dari Indeks Akurasi……………………………

Gambar 14.

Peta lahan basah potensial dengan pengaplikasian indeks topografi
terbaik………………………………………………………………... 14
Perbandingan peta hasil prediksi dan observasi di wilayah
Kervijen................................................................................................ 14
Perbandingan peta hasil prediksi dan observasi di wilayah Saint
Thurial………………………………………………………………... 14

Gambar 15.
Gambar 16.

13

vi

1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia dan lingkungan.
Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung seperti
sumber air minum dan habitat beraneka ragam makhluk, tetapi juga memiliki berbagai fungsi
ekologis seperti pengendali banjir dan kekeringan, pengaman garis pantai dari intrusi air laut dan
abrasi, penambat sedimen dari darat dan penjernih air, penyedia unsure hara (Correl, 1996;
Gilliam et al., 1997). Fungsi habitat lahan basah sebagai penyedia makanan, air, hasil hutan,
tempat perlindungan bagi ikan, burung, mamalia, dan sebagai tempat pemijahan berbagai spesies
(Tiner 2009). Fungsi hidrologi lahan basah dapat dikaitkan dengan kuantitas air yang masuk,
tinggal, dan keluar di lahan basah. Fungsi kualitas air mencakup penyerapan sedimen dan
pengendali polusi pada lahanbasah (Vorosmarty et al., 2010).
Dalam mengidentifikasi lahan basah, Perancis mengacu kepada kriteria tanah yaitu
berdasarkan hidromorfinya (Merot, 2000; Merot et al., 2006).Tanah dikatakan hidromorfi bila
menunjukkan tanda secara fisik adanya kejenuhan air(Merot et al, 1995).Di Perancis lahan basah
dikelompokkan ke dalam tiga bagian dengan pendekatan PEE (potensial, efektif, dan
efisien)(Merot, 2000; Merot et al., 2006). Lahan basah potensial merupakan lahan basah dengan
karakteristik fisik jenuh air yang dengan cepat ditentukan oleh indeks topografi (Merot et al.,
2006). Pentingnya melakukan identifikasi lahan basah, dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan prioritas pengembangan yang nantinya didasarkan pada aspek teknis dan sosial
ekonomi.
Pendekatan penelitian lahan basah potensial berdasarkan indeks topografi telah
direalisasikan di Bretagne dengan menggunakan satu peta DAS (Merot et al, 1995), hasilnya
telah didistribusikan secara luas.Contohnya adalah dalam rangka membandingkan indeks
topografi dengan negara Eropa lainnya (Merrot, et al., 2003), identifikasi lahan basah ini
diintegrasikan dengan indeks iklim-topografi yang kemudian dikalkulasi oleh sebuah piranti
lunak dalam bentuk software (Aurousseau and Squividant (1995)).Untuk mengembangkan
penelitian tersebut, digunakan 10 peta DAS di daerah Bretagne, Perancis.
Dalam menguji kebenarannya, uji akurasi dilakukan dengan membandingkan dua peta,
satu peta bersumber dari hasil analisis penginderaan jauh (peta yang akan diuji) dan satunya
adalah peta yang berasal dari sumber lainnya, (Merot et al, 2003). Peta kedua dijadikan sebagai
peta acuan, dan diasumsikan memiliki informasi yang benar.Seringkali data acuan ini
dikompilasi dari informasi yang lebih detail dan akurat dari data yang akan diuji.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pemetaan terhadap lahan basah potensial
pada daerah Bretagne, Perancis yang didasarkan pada indeks topografi dengan pendekatan
validasi berdasarkan 120 kombinasi peta DAS.

7

2.

TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Basah Potensial

Lahan basah umumnya berada di wilayah yang relatif datar dan selalu tergenang air, serta
adanya fluktuasi muka air tanah yang langsung dipengaruhi oleh curah hujan lokal dan atau
pasang surut. Marsh (1991) mengungkapkan tiga karakteristik lahan basah yang dapat menjadi
definisi dasar dari lahan basah, yaitu:
1. Keadaan air pada permukaannya biasanya secara relatif merupakan air yang dangkal,
baik permanen maupun temporal
2. Susunan tanah kadang terdiri dari bahan organik tinggi yang sangat berbeda dengan
tanah di daerahdaratan
3. Komposisi vegetasi terdiri dari spesies yang dapat beradaptasi dengan lahan basah,
air permukaan, dan atau genangan.
Penetapan lahan basah di Perancis dilakukan dengan pendekatan PEE (Potensial, Efektif,
Efisien), seperti ditunjukkan oleh Gambar1. Tipologi PEE ini digunakan untuk menggambarkan
kondisi lahan basah di Perancis. Karakteristik lahan basah potensial didasarkan pada kondisi
geomorfologi dan kriteria iklim. Lahan basah efektif diidentifikasi menurut Hukum Air Perancis
tahun 1992 terkait kondisi tanah hidromorfi dan vegetasi hidrofitik. Lahan basah efisien
diidentifikasi lebih spesifik dengan fungsi tertentu seperti fungsi hidrologi, biodiversitas, dan
lanskap, dsb (Mazagol et al., 2008).
Bukan Lahan Basah

Lahan

Basah

Potensial

Lahan

Basah

Efektif
Lahan Basah Efisien

Gambar 1. Penetapan lahan basah dengan pendekatan PEE (Merot et al., 2006)

Hidromorfi Tanah

8

Hidromorfi tanah merupakan segolongan tanah yang memiliki perkembangan profil
berwarna kelabu, horison atas tercuci, horison bawah bertekstur halus, berglei, serta memiliki
bintik kuning hingga merah, dapat dilihat pada Gambar 2. Penyebarannya berada di dataran
rendah atau cekungan. Umumnya jenis tanah ini dijumpai di wilayah dengan drainase buruk dan
curah hujan cukup(Baize dan Girard, 2009).

Gambar 2. Contoh hidromorfi tanah
Morfologi tanah untuk lahan basah berdasarkan kriteria tanah UU Perancis 01 Oktober
2009 dapat dilihat pada Gambar 3.Berdasarkan Gambar 3, suatu tanah merupakan lahan basah
bila masuk ke dalam kategori zona redoxic (jenuh sementara) yaitu dimulai dari kedalaman tanah
25 cm dan diperluas dengan peningkatan kedalaman atau dimulai dari kedalaman 50 cm dan
diperluas dengan peningkatan zona reductic (jenuh hampir permanen) yang terjadi pada
kedalaman 80-120 cm.

Kedalaman
(cm)

Morfologi tanah yang sesuai dengan lahan basah (ZH)
Zona redoxic g (jenuh sementara)

Zona reductic G (jenuh hampir permanen)

Lapisan freatik

Zona histic H

Berdasarkan kelas hidromorfi dari Grup Pembelajaran Permasalahan Ilmu Tanah Terapan (GEPA, 1981)

Gambar 3. Morfologi tanah untuk lahan basah berdasarkan kriteria tanah UU 01 Oktober
2009 (Baize dan Girard, 2009)

9

Metode Empat Kriteria
Kodifikasi tanah Masif Armoricain yaitu tanah yang berada di wilayah Bretagne,
Perancis dilakukan dengan menggunakan metode empat kriteria yaitu substrat, hidromorfi, jenis
solum, dan kedalaman tanah (Riviere, et al., 1992), dapat dilihat pada Gambar 4. Substrat
merupakan struktur tanah yang dominan, contohnya granit yang disimbolkan dengan huruf G,
Hidromorfi merupakan tanah yang memiliki ciri bintik merah atau kuning, disimbolkan dengan
menggunakan angka dari 0 hingga 9. Nilai 0 hinga 2 merupakan tanah kering, nilai 3-4
merupakan hidromorfi sedang, nilai 5 hingga 9 sangat hidromorfi. Klasifikasi nilai tersebut
dilihat berdasarkan morfologi tanah untuk lahan basah berdasarkan kriteria tanah UU 01 Oktober
2009 (Baize dan Girard, 2009). Solum tanah merupakan kedalaman lapisan tanah dari
permukaan hingga bahan induk tanah, misalnya tanah lessive atau podzolic dilambangkan
dengan huruf L. Kedalaman tanah merupakan ukuran dalamnya tanah dengan satuan meter,
dinyatakan dengan angka.

Gambar 4.Kodifikasi tanah : Metode 4 kriteria (Riviere, et al., 1992)
Kodifikasi tanah tersebut diterapkan dalam peta, yang kemudian akan menghasilkan peta dengan
metode 4 kriteria, dapat dilihat pada Gambar 5.
N

Gambar 5. Peta DAS dengan metode 4 kriteria (INRA, 2005)

10

Oleh karena dalam menentukan lahan basah ditentukan berdasarkan hidromorfi tanah,
maka dilakukan klasifikasi kembali dengan batas bahwa nilai hidromorfi lebih dari 5 merupakan
lahan basah, dapat dilihat pada Tabel 1. Peta DAS pada Gambar 5 tersebutkemudianditerapkan
aturan tersebut yang menghasilkan peta pada Gambar 6.
Tabel 1. Klasifikasi nilai hidromorfi tanah dalam menentukan lahan basah
(Riviere, et al., 1992)
Nilai
JenisHidromorfi
Keterangan
0
Ambang batas
1
Tanah Kering
dengan nilai 0 hingga
4 dinilai tidak masuk
2
ke dalam kriteria
3
Hidromorfi sedang
lahan basah
4
5
Ambang batas
6
dengan nilai >= 5,
7
Sangat hidromorfi
maka tanah itu
termasuk
ke dalam
8
lahan basah
9
N

Keterangan:
ZH : Lahan Basah
ZNH : Bukan lahan basah

Gambar 6. Peta lahan basah dan bukan lahan basah (Sumber: Peta INRA, 2005)

Indeks Topografi
Indeks topografi merupakan suatu rasio antara dua unsur yaitu daerah drainase dan
kemiringan lereng yang menjadi ukuran penentu suatu lahan. Penelitian ini menggunakan lahan
basah sebagai objek untuk diteliti. Untuk menghitung indeks topografi, diadopsi dari Beven dan
Kirkby (1979) oleh Merot et al, 1995 :

dengan

11

Topografi merupakan control yang penting dalam proses hidrologi. Sebuah pendekatan
untuk mengukur control ini adalahindeks topografi. Indeks ini menjadi luas penggunaannya pada
hidrologi, tapi biasanya digunakan dalam porsi yang lebih kecil dari informasi yang terdapat
pada DEM (Digital Elevation Model). Dalam menghitungnya, digunakan resolusi 50 x 50 m.
Indeks topografi di Perancis bervariasi antara 0 hingga 29.Indeks topografi ini tidak memiliki
satuan karena Semakin tinggi nilai indeks topografi, maka kemungkinan dugaan lahan basah
akan semakin besar.

3.

METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari - Agustus 2013. Penelitian dilakukan di
Unit Spatial Tanah INRA-UMR SAS (Institut National de la Recherche Agronomique) di Rennes,
Perancis. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7 serta karakteristik peta dapat dilihat
pada Tabel 2.

1
8,9,10

3
2

4

6
5

7
12

Gambar 7. Lokasi penelitian

Tabel 2. Karakteristik Lokasi Peta
Lokasi Penelitian
1. Plouguerneau
2. Kervijen
3. Rostrenen
4. Naizin
5. Pleucadeuc
6. saint Thurial
7. Pipriac
8. Watershed 1 of
estuary road
9. Watershed 2 of
estuary road
10. Watershed 3 of
estuary road

Kemiringan
(%)
3.9
6.4
2.2
4.1
5.2
3
3.4

Karakteristik Peta
Curah Hujan Ketinggian
(mm)
(m)
954.4
33.4
1194.9
83.9
1177.2
212.3
910
108.6
927.6
57.6
890.4
119.6
862.4
61.6

Mayoritas
Substrat
Granit
Lempung
Lempung
Lempung
Granit
Pasir
Lempung

3.6

985.7

125.9

Granit

4.5

998.6

143.4

Granit

5.9

1003.4

138.4

Granit

Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sepuluh peta DAS di wilayah
Bretagne, Perancis dengan skala 1/25 000 – 1/50 000. Peralatan yang digunakan adalah
seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software: ArcGIS 10, Geospatial Modelling
Environment, Microsoft Excel, Office.

Prosedur Penelitian
Mulai

10 peta DAS
Identifikasi hidromorfi tanah

Bukan Lahan
Basah

Tidak

Penentuan
Lahan Basah :
Metode 4
Kriteria

13

Ya
Lahan Basah

Penghitunganindeks topografi

Validasi

Selesai
Gambar 8. Bagan alir penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan. Secara umum tahapan-tahapan tersebut
disajikan pada Gambar 8, yaitu mengidentifikasi hidromorfi tanah dari 10 peta DAS yang
tersedia, kemudian menerapkan metode 4 kriteria dengan faktor hidromorfi sebagai
pembatasnya, bila lahan tersebut termasuk ke dalam klasifikasi lahan basah maka dilakukan
penghitungan indeks topografi, dilanjutkan dengan penghitungan ambang batas, dan tahap
terakhir adalah validasi untuk menguji keakuratan data penelitian.

Pengumpulan Data Input
Sepuluh peta DAS di daerah Bretagne, Perancis yang digunakam merupakan peta
DASyang didapatkan dari INRA-UMR SAS dengan skala 1/25 000 – 1/50 000.

Identifikasi Hidromorfi Tanah
Hidromorfi tanah memiliki peranan penting dalam mengidentifikasi suatu lahan
dikatakan lahan basah atau tidak. Dalam menentukannya dibantu dengan metode 4 kriteria, yang
telah disebutkan dalam tinjauan pustaka.

Penghitungan Indeks Topografi
Untuk menghitung indeks topografi, diadopsi dari Beven dan Kirkby (1979) oleh Merot
et al,1995 :

14

Dengan

Penghitungandilakukan dengan DEM (Digital Elevation Model) pada resolusi 50x50m.
Indeks topografi di Perancis bervariasi antara 0 hingga 29. Semakin tinggi nilai indeks topografi,
maka kemungkinan dugaan lahan basah semakin besar.

Penghitungan Validasi
Dalam menentukan validasi, digunakan probabilitas kombinatorial sebagai berikut (Hogg
and Craig, 1978) :

Dengan n = jumlah peta yang tersedia dan p = jumlah peta kalibrasi. Hasil yang diperoleh adalah
120 peta kombinasi, dengan 7 peta kalibrasi dan 3 peta validasi (Kolchin et al., 1978).Skema
penentuan ambang batas dapat dilihat pada Gambar 9.
Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan dua peta, satu peta bersumber dari hasil
analisis penginderaan jauh (peta yang akan diuji) dan satunya adalah peta yang berasal dari
sumber lainnya (Merrot et al., 2003). Peta kedua dijadikan sebagai peta acuan, dan diasumsikan
memiliki informasi yang benar.Seringkali data acuan ini dikompilasi dari informasi yang lebih
detail dan akurat dari data yang akan diuji.
Format baku untuk melaporkan hasil uji akurasi adalah dalam bentuk matriks kesalahan,
atau dinamakan juga “matriks konfusi” karena ia mengindentifikasi tidak saja kesalahan untuk
suatu kategori tetapi juga kesalahan klasifikasi antar kategori. Matriks kesalahan tersusun dari
senarai berukuran n kali n, dimana n adalah banyaknya kelas objek yang ada di peta.
Untuk menyusun matriks kesalahan tersebut, digunakan peta freferensi dan peta hasil
analisis, kedua peta harus dapat dibandingkan. Validasi dalam kasus ini, dilakukan dengan
pembentukan 120 matriks konfusi.

Dua indikator statistik yang digunakan:
Presentase Gros =
Indeks Akurasi =
Bila nilai < 1 maka mengindikasikan di bawah estimasi lahan basah potensial dimana luas lahan
basah prediksi lebih kecil dari lahan basah observasi.
Bila nilai > 1 maka mengindikasikan di atas estimasi lahan basah potensial dimana luas lahan
basah prediksi lebih besar dari lahan basah observasi.
DTM50x50mm

Indeks Topografi
Kombinasi 7 peta
DAS

15

Gambar 9. Skema penentuan indeks topografi

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hidromorfi tanah diinterpretasikan dengan menggunakan metode 4 kriteria yang
diusulkan oleh Rivière et al. (1992) sesuai dengan konteks tanah Armoricain. Peta hidromorfi
tanah dari sepuluh peta DAS disajikan oleh Gambar 10 dan presentase hidromorfinya dilaporkan
pada Tabel 3.
Presentase hidromorfi tanah yang didapat dengan menggunakan kriteria tanah UU 24
Oktober 2009 dalam menentukan lahan basah potensial dapat dilihat pada Tabel 3. Daerah
dengan hidromorfi tanah besar cenderung memiliki ambang batas kecil, seperti pada Kervijen
dengan hidromorfi tanah 24.3% dan ambang batas 4.3, Pipriac dengan hidromorfi tanah 32.6%
16

dan ambang batas 4.5, dan Watershed 2 dengan hidromorfi tanah 9.8% dan ambang batas 5.2.
Hal tersebut terjadi didukung oleh faktor curah hujan dan kemiringan yang berbeda-beda pada
setiap DAS.
Hampir semua dari sepuluh peta DAS ini memiliki distribusi indeks topografi yang sama
di daerah Bretagne kecuali Rostrenen. Hal tersebut terjadi perbedaan disebabkan oleh curah
hujan dan kemiringan yang cenderung ekstrim.Hal ini dapat dilihat pada Gambar 11. Pada grafik
tersebut terdapat lengkungan yang merupakan hasil perhitungn dari ln (logaritma normal).
Lengkungan tersebut merupakan perubahan dari kawasan darat menuju sungai dan dari
lengkungan tersebut didapat indes topografi.
Tabel 3. Presentase Hidromorfi Tanah dan Ambang Batas
Daerah

Lokasi Penelitian

Presentase

AmbangBatas

HidromorfiTanah
Finistère

1. Kervijen

24,3

4,3

2. Plouguerneau

18,7

5,3

3. Naizin

18,7

4,7

4. Pleucadeuc

19,4

5

Côte d'Armor

5. Rostrenen

54,6

4,4

Ille-et-Vilaine

6. Pipriac

32,6

4,5

7. Saint Thurial

53,5

3,8

8. Watershed 1 of the estuary road

14,8

5,3

9. Watershed 2 of the estuary road

9,8

5,9

10. Watershed 3 of the estuary road

12,4

5,2

Morbihan

17

Gambar 10. Peta hidromorfi tanah

18

Bretagne

100%

90%

Rostrenen

80%

Plouguerneau

70%

Kervijen

Presentase

60%

Pleucadeuc

50%
Naizin

40%
30%

Pipriac

20%

Saint Thurial

10%

Watershed 1 of the estuary
road soil map
Watershed 2 of the estuary
road soil map
Watershed 3 of the estuary
road soil map

IBV0
IBV15
IBV30
IBV45
IBV60
IBV75
IBV90
IBV105
IBV120
IBV135
IBV150
IBV165
IBV180
IBV195
IBV210
IBV225
IBV240
IBV255

0%

Gambar 11. Frekuensi Kumulatif Indeks Topografi pada Peta DAS di Bretagne

Persentase rata-rata kesepakatan gros (Gambar 12) adalah 73%, sedangkan nilai
mediannya adalah 72%. Jadi distribusi perjanjian gros ini memiliki dua populasi yang dapat
dilihat pada Gambar11. Kurva normal, dua populasi memiliki arti dalam menempatkan hipotesis,
harus memiliki 2 kombinasi kategori besar.Sebuah distribusi bimodal memiliki rentang nilai
minimum sebesar 67%. Kurva normal dua populasi harus dikatakan bahwa presentase tersebut
masuk ke dalam batas normal.

30

25

Frekuensi

20
15
10
5
0

59.25 62.25 65.25 68.25 71.25 74.25 77.25 80.25 83.25 86.25

Presentase Gros
Gambar 12. Histogram Frekuensi dari Presentasi Gros
19

18
16
Frekuensi

14
12
10
8
6
4
2
0
-0.08

0.23

0.53

0.83

1.13

1.42

1.72

2.03

2.33

2.63

Rasio Lahan Basah Potensial prediksi/Lahan Basah Observasi

Gambar 13. Histogram Frekuensi dari Indeks Akurasi
Nilai rata-rata pada histogram indeks akurasi bernilai 1.4 dan nilai tengahnya 1.3,
sedangkan nilai minimalnya 0.6 dan nilai maksimalnya 2.3. Dalam kasus ini, pemodelan lahan
basah diatas estimasi sebesar 75%. Dalam 14% kasus, model memprediksi setidaknya 2 kali
lebih banyak dari lahan basah yang telah dipetakan.
Dari Gambar 13, histogram tersebut terdapat dua puncak yang mengindikasikan data
berbentuk dua kategori atau dua kelas. Kategori tersebut dinamakan distribusi binomial. Tes ini
sangat cocok digunakan sebagai alat pengujian hipotesis dengan ukuran sampel yang kecil.
Distribusi binomial adalahsuatudistribusi yang terdiri dari duakelas.
Gambar 14 menampilkan peta lahan basah potensial di Bretagne. Indeks yang didapat
dari penelitian ini adalah 4.7 dan diaplikasikan untuk seluruh wilayah Bretagne. Dapat dilihat
pada gambar tersebut indeks tersebut merepresentasikan lahan basah potensial di wilayah
Bretagne, Perancis. Gambar 15 menunjukkan perbandingan peta hasil prediksi dan observasi di
Kervijen, peta yang dihasilkan tepat merepresentasikan keadaan yang ada, sedangkan sebaliknya
Gambar 16 perbandingan peta di wilayah Saint Thurial memiliki perbedaan yang signifikan
disebabkan oleh kondisi ektrem berupa dataran tinggi di wilayah tersebut.
Beberapa pemodelan identifikasi lahan basah telah dilakukan di Perancis, seperti
identifikasi karakteristik lahan basah di Sungai Seine (Curie, et al., 2007), pra-identifikasi lahan
basah di DAS Loire-Bretagne (Mazagolet al., 2008).

20

Gambar 14. Peta lahan basah potensial dengan pengaplikasian indeks
topografi terbaik di Bretagne, Peramcis

Bukan Lahan Basah

Bukan Lahan Basah

Lahan Basah

Lahan Basah

Lahan basah peta

Lahan

sekunder

sekunder

Gambar 15. Perbandingan peta hasil
prediksi dan peta sekunder di wilayah
Kervijen

basah

peta

Gambar 16. Perbandingan peta hasil
prediksi dan peta sekunder di
wilayah Saint Thurial

21

5.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah pemetaan lahan basah potensialtelah
berhasil dilakukan untuk wilayah Bretagne, Perancis dengan menggunakan sepuluh peta DAS.
Pemetaan sepuluh peta tersebut merepresentasikan 1% dari total wilayah Bretagne. Walaupun
hanya 1% tapi cukup mewakili kondisi lahan basah potensial di daerah tersebut.

Saran
Untuk dapat membandingkan peta yang lebih presisi, dapat digunakan peta dengan skala
1:250000 sehingga hasilnya dapt lebih terfokus dan akurat. Untuk dapat memilih kombinasi
terbaik dari peta DAS, dapat dilakukan perbaikan metodologi.

22

DAFTAR PUSTAKA
Aurousseau, P., H. Squividant, 1996. Raffinement des techniques d’estimation spatiale ou de
modélisation spatiale du réseau hydrographique et des zones hydromorphes de basfonds par intégration de données climatologiques: les pluies efficaces.UMR INRA
ENSA SAS, Rennes, note interne, p. 8.
Baize, D., and M.C. Girard. 2009. Referentiel pedologique 2008. Editions QUAE, Versailles.
Beven, K.J., and M.J. Kirkby. 1979. A physically based, variable contributing area model of
basin hydrology. Hydrological Sciences Bulletin 24(1): 43-69.
Correl, D.L., 1996. Buffer zones and water quality protection: general principles. In:
Haycock, N.E., Burt T., Goulding, K., Pinay, G. (Eds.), Buffer Zones: Their Processes
and Potential in Water Protection. Quest Environmental, Harpenden, pp 7-20.
Hogg RV, Craig AT. 1978. Introduction to Mathematical Statistics. New York: Macmillan
Publishing Co Inc.
Kolchin, F. Valentine, Savatyanov, A. Boris. 1978. Random Allocations, 1st ed. Academic
Press, Oxford.
Mars, WM. 1991. Landscape Planning Environmental Application.John Wiley & Sons, Inc.
New York. 340p.
Mazagol, P.-O., R. Martin, J. Porteret, C. Thyriot, et B. Etlicher. 2008. Pre-determination des
zones humides sur le bassin Loire-Bretagne. SIG 2008 : Conference francophones
ESRI,Versailles : France. 19 pages.
Merot, P., B. Ezzahar, C. Walter, and P. Aurousseau.1995. Mapping waterlogging of soils
using digital terrain models. Hydrol.Process.9(1): 27-34.
Merot, Ph. 2000. Ty-fon: typologie fonctionelle des zones humides de fond de vallee en vue
de la regulation de la pollution diffuse. Rapport de synthese final programme
PNRZH ; INRA, Rennes, p.115.
Merot, P., H. Squividant, P. Aurousseau, M. Hefting, T. Burt, V. Maitre, M. Kruk, A.
Butturini, C. Thenail, and V. Viaud. 2003. Testing a climato-topographic index for
predicting wetlands distribution along anEuropean climate gradient. Ecological
Modelling 163(1): 51–71.
Merot, P., L. Hubert-Moy, C. Gascuel-Odoux, B. Clement, P. Durand, J. Baudry, et C.
Thenail. 2006. A method for improving the management of controversial wetland.
Environmental management 37(2): 258-270.
Riviere, J.M., S. Tico, C. Dupont. 1992. Methode tariere Massif armoricain Caracterisation
des sols. INRA, Rennes, 24 pages.
Vorosmarty CJ, McIntyre PB, Gessner MO, Dudgeon D, Prusevich A, et al. (2010). Global
threats to human water security and river biodiversity. Nature 467: 555-561.
Tiner, R.W. 2009. Wetland Hydrology. 9.778-789. In Editor-in-Chief: Gene E. Likens (ed.),
Encyclopedia of Inland Waters. Academic Press, Oxford.

23

Lampiran 1. Klasifikasi Metode Empat Kriteria

COD_SOL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

COD_CARTE
B0
B1
B1
B1
B1
B2
B2
B2
B3
B3
B3
B3
B3
B4
B4
B4
C1
C1
C1μ
C2
C2
C2
C3
C3
C3
C3
C4
C4
C4
C4
E2
E3
E3
E3γ
E4
E4

SUB
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
G
G
G
G
G
G
G
G
G
G
G
G
G
G
NO
NO
NO
NO
NO
NO

HYD
0
0
4
5
5
0
4
5
0
3
4
5
6
0
3
4
0
5
6
0
4
5
0
3
4
5
0
3
4
5
3
0
3
4
0
3

TYPE
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
C
C
C
C
C
C

PROF
6
5
5
5
5
4
4
4
3
3
3
3
3
2
2
2
5
5
5
4
4
4
3
3
3
3
2
2
2
2
4
3
3
3
2
2

CODE4C
NO0B6
NO0B5
NO4B5
NO5B5
NO5B5
NO0B4
NO4B4
NO5B4
NO0B3
NO3B3
NO4B3
NO5B3
NO6B3
NO0B2
NO3B2
NO4B2
G0B5
G5B5
G6B5
G0B4
G4B4
G5B4
G0B3
G3B3
G4B3
G5B3
G0B2
G3B2
G4B2
G5B2
NO3C4
NO0C3
NO3C3
NO4C3
NO0C2
NO3C2

ZH
ZNH
ZNH
ZNH
(ZN)
ZH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZNH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZNH
(ZH)
ZH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZNH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZNH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH

24

37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77

E4
E'2
E'2
E'3
E'3
E'3
E'3
E'4
E'4
E'4
E'4
F4
F4
F4
F'2
F'3
F'3
F'3
F'4
F'4
F'4
G3
G4
G4
G4
G'1
G'2
G'3
G'3
G'3
G'3μ
G'4
Y1
Y2
Y2
Y2
Y3
Y3
Y3μ
Y4
Y4

NO
G
G
G
G
G
G
G
G
G
G
NO
NO
NO
G
G
G
G
G
G
G
NO
NO
NO
NO
G
G
G
G
G
G
G
UNO
UNO
UNO
UNO
UNO
UNO
UNO
UNO
UNO

4
3
4
0
3
4
5
0
3
4
5
3
4
5
5
4
5
6
3
4
5
4
4
5
6
5
5
4
5
6
6
6
5
4
5
6
4
5
6
5
6

C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
U
U
U
U
U
U
U
U
U

2
4
4
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
4
3
3
3
2
2
2
3
2
2
2
5
4
3
3
3
3
2
5
4
4
4
3
3
3
2
2

NO4C2
G3C4
G4C4
G0C3
G3C3
G4C3
G5C3
G0C2
G3C2
G4C2
G5C2
NO3C2
NO4C2
NO5C2
G5C4
G4C3
G5C3
G6C3
G3C2
G4C2
G5C2
NO4E3
NO4E2
NO5E2
NO6E2
G5E5
G5E4
G4E3
G5E3
G6E3
G6E3
G6E2
UNO5U5
UNO4U4
UNO5U4
UNO6U4
UNO4U3
UNO5U3
UNO6U3
UNO5U2
UNO6U2

ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZNH
ZNH
(ZH)
(ZH)
ZNH
(ZH)
ZH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZNH
ZNH
(ZH)
ZH
ZH
ZH
ZNH
(ZH)
ZH
ZH
ZH
ZH
ZNH
(ZH)
ZH
ZNH
(ZH)
ZH
(ZH)
ZH

25

78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104

Y4μ
Y'1
Y'1
Y'1μ
Y'2
Y'2
Y'2
Y'2μ
Y'3
Y'3
Y'3
Y'3
Y'3μ
Y'4
Y'4
Y'4μ

A
A
A

T
SMB
RK
BA
BO
P

UNO
UG
UG
UG
UG
UG
UG
UG
UG
UG
UG
UG
UG
UG
UG
UG
VNO
VNO
VNO
VNO
VNO
H
NO
NO
GO
GO
GO

6
5
6
6
4
5
6
6
3
4
5
6
6
5
6
6
0
4
5
6
6
8
0
0
0
0
0

U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
V
V
V
V
V
T
N
R
A
Ap
P

2
5
5
5
4
4
4
4
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
6
6
5
5
5

UNO6U2
UG5U5
UG6U5
UG6U5
UG4U4
UG5U4
UG6U4
UG6U4
UG3U3
UG4U3
UG5U3
UG6U3
UG6U2
UG5U2
UG6U2
UG6U2
VNO0V2
VNO4V2
VNO5V2
VNO6V2
VNO6V2
H8T1
NO0N6
NO0R6
GO0A5
GO0Ap5
GO0P5

ZH
(ZH)
ZH
ZH
ZNH
(ZH)
ZH
ZH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZH
ZH
(ZH)
ZH
ZH
ZNH
ZNH
(ZH)
ZH
ZH
ZH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH
ZNH

26

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta 28 Maret
1988 sebagai anak kedua dari pasangan Ir.
Suwarno, MT dan Dra. Ervina HD. Penulis
menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri
48, Jakarta Timur dan kemudian tahun 2006
melanjutkan studi program sarjana di
Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, dan lulus tahun 2010 di bawah
bimbingan Prof. Hadi K. Purwadaria.
Penulis kemudian melanjutkan studi ke
program pascasarjana di Departemen Teknik
Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
tahun 2011 dengan sponsor dari Biro
Perencanaan dan Kerjasama LuarNegeri
(BPKLN) Sekretariat Jenderal Kementrian
Pendidikan Kebudayaan dalam Program Double Degree Indonesia Perancis. Tahun 2012 penulis
melanjutkan Master tahun kedua di jurusan Sol, Eau et Hydrosystem (SEH) di Agrocampus
Ouest, Rennes, Perancis dengan sponsor dari Beasiswa Unggulan Luar Negeri (BULN). Pada
tahun 2013, penulis menyelesaikan studi M2 SHE setelah melakukan magang penelitian di
INRA (Institut National Recherche Agronomique). Selanjutnya, penulis menyelesaikan program
Master di Institut Pertanian Bogor di bawah bimbingan Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT
dan Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP, M.Si.
Selama menjalani masa studi S1, penulis meraih penghargaan berupa finalis
Greentechnology Competition di InstitutTeknologi Bandung pada tahun 2010. Penulis beserta
sembilan rekan lainnya turut mewakili IPB dalam Seminar dan Symposium Tri-University yang
diselenggarakan di Thailand pada tahun 2010. Selama berada di Perancis, penulis juga aktif
sebagai anggota di Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Rennes.

27

28