Statistik Demografi Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae) pada Tanaman Kedelai Varietas Edamame dan Wilis.

STATISTIK DEMOGRAFI Bemisia tabaci Gennadius
(HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) PADA TANAMAN KEDELAI
VARIETAS EDAMAME DAN WILIS

SITI RIZKAH SAGALA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Statistik Demografi
Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae) pada Tanaman Kedelai
Varietas Edamame dan Wilis adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Siti Rizkah Sagala
NIM A34110017

ABSTRAK
SITI RIZKAH SAGALA. Statistik Demografi Bemisia tabaci Gennadius
(Hemiptera: Aleyrodidae) pada Tanaman Kedelai Varietas Edamame dan Wilis.
Dibimbing oleh HERMANU TRIWIDODO.
B. tabaci adalah serangga polifag yang menyerang lebih dari 600 spesies
tanaman. B. tabaci merupakan hama penting pada tanaman kedelai. Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti biologi dan statistik demografi B. tabaci pada tanaman
kedelai varietas Edamame dan Wilis. Penelitian dilakukan di Laboratorium WiSH
Bogor Indonesia pada bulan Januari sampai April 2015. Penelitian menunjukkan
adanya perbedaan biologi B. tabaci yang dipelihara pada varietas Edamame dan
Wilis. Masa inkubasi telur, stadia nimfa instar 4 dan pupa serta siklus hidup B.
tabaci pada varietas Edamame lebih singkat dibandingkan dengan varietas Wilis.

Keperidian B. tabaci pada varietas Edamame lebih kecil dibandingkan dengan
varietas Wilis. Laju reproduksi kotor (GRR), laju reproduksi bersih (Ro), laju
pertumbuhan intrinsik (r) dan waktu berlipat ganda B. tabaci pada varietas
Edamame masing-masing adalah 28.365 ± 0.530, 9.925 ± 0.182, 0.095 ± 0.001
dan 7.330 ± 0.069. Laju reproduksi kotor (GRR), laju reproduksi bersih (Ro), laju
pertumbuhan intrinsik (r) dan waktu berlipat ganda B. tabaci pada varietas Wilis
masing-masing adalah 46.509 ± 0.725, 16.428 ± 0.252, 0.102 ± 0.001 dan 6.808 ±
0.042. Pertumbuhan populasi B. tabaci pada varietas Edamame lebih lambat
dibandingkan dengan varietas Wilis.
Kata kunci: Biologi, keperidian, siklus hidup, varietas Edamame, varietas Wilis.

ABSTRACT
SITI RIZKAH SAGALA. The Statistic Demographic of Bemisia tabaci
Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae) on Soybean Varieties, Edamame and Wilis.
Supervised by HERMANU TRIWODODO.
B. tabaci is polyphagous insect and has approximately 600 host plants. B.
tabaci is an important pest on soybean. These researches were to study the
biology and statistic demographic of B. tabaci on two soybean varieties,
Edamame and Wilis. These researches were conducted at Wish Laboratory Bogor
Indonesia, from January to April 2015. It is shown there are differences of the

biology and statistic demographic of B. tabaci reared on Edamame and Wilis. Egg
incubation period, fourth instar and pupae stadia, and life cycle of B. tabaci reared
on Edamame are shorter than that reared on Wilis. The fecundity of B. tabaci
reared on Edamame are lower than that reared on Wilis. The gross reproduction
rate (GRR), net reproduction rate (Ro), intrinsic growth rate (r) and doubling time
of B. tabaci on Edamame respectively are 28.365 ± 0.530, 9.925 ± 0.182, 0.095 ±
0.001 and 7.330 ± 0.069. The gross reproduction rate (GRR), net reproduction rate
(Ro), intrinsic growth rate (r) and doubling time of B. tabaci on Wilis respectively
are 46.509 ± 0.725, 16.428 ± 0.252, 0.102 ± 0.001 and 6.808 ± 0.042. The
population growth of B. tabaci reared on Edamame are slower than that reared on
Wilis.
Keyword: Biology, Edamame variety, fecundity, life cycle, Wilis variety.

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

STATISTIK DEMOGRAFI Bemisia tabaci Gennadius
(HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) PADA TANAMAN KEDELAI
VARIETAS EDAMAME DAN WILIS

SITI RIZKAH SAGALA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Statistik Demografi Bemisia tabaci
Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae) pada Tanaman Kedelai Varietas Edamame
dan Wilis”. Penulisan tugas akhir penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Erwin Sagala, Ibunda
Halimah Tussaddiah dan adik penulis Syifa Fahrani Sagala serta keluarga besar
yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi serta mendoakan
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc.
selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, ilmu
pengetahuan, saran, arahan, dan masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc. selaku dosen pembimbing
akademik dan Dr. Ir. Supramana, M.Si. selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran dalam penulisan tugas akhir ini. Terima kasih juga
diucapkan kepada Pak Adi Toxs, Pak Sodik, Asep, Mba Dila, Bang Rudi, Kak
Ali, Mas Wildan, Mbak Saksak, Agustina Diprianti, Iyun, Selvia Wulan Hajijah,
Lina F. Jannah, Phor Bho Ayuwati, Listihani, serta teman-teman lainnya di
Departemen Proteksi Tanaman yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam penelitian dan penulisan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang dapat
membangun dan memotivasi penulis agar dapat menulis karya tulis yang lebih
baik. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, Agustus 2015
Siti Rizkah Sagala

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Persiapan Tanaman Uji
Perbanyakan B. tabaci
Infestasi B. tabaci
Pembuatan Preparat B. tabaci
Pengamatan Biologi B. tabaci
Neraca Kehidupan dan Statistik Demografi B. tabaci
Pendugaan Keragaman Data Menggunakan Metode Jackknife
Rancangan Percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Varietas terhadap Biologi B. tabaci
Pengaruh Varietas terhadap Statistik Demografi B. tabaci
Pembahasan Umum
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
1
1
2
2
3
3
3
3
3
4
4
5
5
5

6
6
7
7
11
15
17
17
17
18
23
30

viii

DAFTAR TABEL
.1 Biologi B. tabaci pada tanaman kedelai varietas Edamame dan kedelai
varietas Wilis
.2 Statistik demografi B.tabaci pada tanaman kedelai Edamame dan
tanaman kedelai Wilis

3 Lampiran 1 siklus hidup B. tabaci pada tanaman kedelai Edamame
4 Lampiran 2 siklus hidu B. tabaci pada tanaman kedelai Wilis
5 Lampiran 3 lama hidup, praoviposisi, oviposisi dan keperidian
B. tabaci pada tanaman kedelai Edamame
6 Lampiran 4 lama hidup, praoviposisi, oviposisi dan keperidian
B. tabaci pada tanaman kedelai Wilis
.7 Lampiran 5 neraca kehidupan B. tabaci tanaman kedelai Edamame
8 Lampiran 6 neraca kehidupan B. tabaci tanaman kedelai Wilis

8
13
24
25
26
27
28
29

DAFTAR GAMBAR


.1
.2
.3
.4
5

Tanaman kedelai Edamame dan kedelai Wilis untuk perlakuan
Tanaman cabai keriting untuk perbanyakan B. tabaci
Pemeliharaan kohort B. tabaci
Morfologi antena (a), panjang tubuh abdomen (b), seta kauda B. tabaci
Peluang hidup dan keperidian harian B. tabaci pada tanaman kedelai
Edamame (a) dan tanaman kedelai Wilis (b)

3
4
4
7
12

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas pertanian yang sangat
dibutuhkan di Indonesia baik sebagai bahan pangan manusia, pakan ternak,
maupun bahan baku industri (Cahyono 2007). Kebutuhan kedelai dalam negeri
meningkat setiap tahun seiring pesatnya perkembangan industri pangan dan pakan
olahan berbahan baku kedelai. Produksi kedelai dalam negeri mengalami
penurunan sebesar 62 990 ton (7.47%) dengan jumlah produksi kedelai nasional
sebesar 780 160 ton biji kering pada tahun 2013 (BPS 2014). Salah satu faktor
yang menyebabkan produktivitas kedelai menurun adalah serangan hama.
Puslitbang Tanaman Pangan (2006) melaporkan bahwa ada 15 spesies hama
utama pada pertanaman kedelai, salah satunya adalah Bemisia tabaci. Kehilangan
hasil akibat serangan hama ini dapat mencapai 80% hingga gagal panen (Marwoto
et al. 2011).
B. tabaci merupakan salah satu hama yang bersifat polifag dan dapat
menyerang lebih dari 600 spesies tanaman baik tanaman sayuran, hias, buahbuahan, dan kacang-kacangan (McKenzie et al. 2004; Oliviera et al. 2001). Sentra
pertanaman kedelai Edamame di kabupaten Jember melaporkan bahwa serangan
B. tabaci sangat tinggi pada pertanaman kedelai Edamame. Serangannya dapat
mengakibatkan kerusakan langsung maupun tidak langsung pada tanaman.
Kerusakan langsung menimbulkan gejala berupa bercak klorosis yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah klorofil pada daun sehingga mengganggu
proses fotosintesis tanaman inang (Van den Ven et al. 2000). Kerusakan tidak
langsung berkaitan dengan kemampuannya sebagai vektor berbagai virus yang
menyebabkan penyakit pada berbagai tanaman di antaranya tanaman kedelai,
tomat dan cabai (Borror et al. 1996; Hidayat et al. 2008; Legg et al. 2002).
Tingkat kerusakan dan serangan B. tabaci ditentukan oleh tinggi rendahnya
populasi, fase pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang terserang dan
ketahanan varietas.
Populasi B. tabaci sering mengalami fluktuasi yang dipengaruhi tanaman
inang dan suhu (Subagyo 2010). Menurut Naranjo dan Ellsworth (2005) tanaman
inang merupakan salah satu faktor biotik yang dapat mempengaruhi aspek biologi
dan kelangsungan hidup suatu organisme. Perbedaan varietas tanaman juga
berpengaruh terhadap biologi B. tabaci seperti perkembangan stadia, peluang
hidup, lamanya hidup dan laju reproduksi (Kim dan Lee 2002). Penelitian Silva
(2012) menyatakan bahwa penggunaan beberapa varietas kedelai berpengaruh
terhadap siklus hidup B. tabaci. Kualitas dan kuantitas tanaman inang juga
mempengaruhi perkembangan B. tabaci (Du et al. 2004; Razmjou et al. 2006).
Selain itu, efek dari tanaman inang sebelumnya dapat mempengaruhi
perkembangan B. tabaci pada tanaman inang yang baru. Hal ini disebabkan oleh
adanya nutrisi atau senyawa-senyawa kimia pada tanaman inang, yang memiliki
peranan penting dalam perkembangan B. tabaci.
B. tabaci yang berasal dari tanaman cabai keriting dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan B. tabaci pada tanaman kedelai Edamame dan
Wilis. Shah dan Liu (2013) menyatakan bahwa tanaman inang sebelumnya
berpengaruh terhadap biologi B. tabaci, kemudian tanaman inang yang baru yang

2
akan memberikan pengaruh lebih besar daripada tanaman inang sebelumnya. Hal
ini disebabkan adanya perbedaan nutrisi atau senyawa kimia pada tanaman cabai
keriting dengan tanaman kedelai Edamame dan Wilis. Nutrisi atau senyawasenyawa kimia yang dimiliki varietas Edamame dan Wilis seperti protein,
karbohidrat, lemak nabati, isoflavon dapat mengganggu proses makan dan
kehidupan B. tabaci. Tinggi rendahnya protein yang dikonsumsi berpengaruh
terhadap reproduksi serangga (Chapman 1982). Selain aktivitas makan yang
terganggu, nutrisi atau senyawa kimia tanaman juga akan mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, keperidian, dan mortalitas. Hal ini dapat dijadikan
sebagai salah satu faktor pembatas perkembangan populasi B. tabaci di lapang.
Pengaruh dari varietas Edamame dan Wilis terhadap peluang hidup dan
keperidian B. tabaci dapat diketahui dengan merancang neraca kehidupan.
Naranjo dan Ellsworth (2005) menyatakan bahwa bentuk neraca kehidupan
merupakan metode untuk menggambarkan dan mengukur kematian dalam suatu
populasi. Informasi yang telah diperoleh dari neraca kehidupan dapat dilanjutkan
untuk menentukan peubah statistik demografi lainnya (Price 1997; Wilson dan
Bossert 1971).
Statistik demografi diartikan sebagai analisis secara kuantitatif
pertumbuhan populasi serangga dalam hubungannya dengan kelangsungan hidup,
keperidian dan pola pertumbuhan populasi (Zeng et al. 1983). Penelitian
mengenai pengaruh varietas kedelai terhadap biologi B. tabaci telah banyak
dilakukan di beberapa negara. Namun, informasi mengenai biologi dan statistik B.
tabaci pada varietas kedelai Edamame dan Wilis di Indonesia masih terbatas.
Penelitian neraca kehidupan dan statistik demografi dapat menjadi informasi dasar
dalam pengambilan keputusan untuk mengendalikan populasi B. tabaci di lapang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kedelai varietas Edamame dan
varietas Wilis terhadap biologi dan statistik demografi B. tabaci.
Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai biologi dan statistik demografi B. tabaci ini diharapkan
dapat memberikan informasi dalam pengendalian hama B. tabaci pada tanaman
kedelai di lapang.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium WiSH Indonesia, Bogor.
Identifikasi B. tabaci dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. B.
tabaci diperoleh dari tanaman cabai keriting di Laboratorium WiSH. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai Edamame
dan Wilis masing-masing sebanyak 100 biji, benih cabai keriting varietas Lado
F1, imago B. tabaci, media tanam dari campuran tanah dan kompos 2:1, pupuk
NPK dan pupuk KCL. Bahan yang digunakan dalam identifikasi B. tabaci adalah
alkohol 50%, 80%, 95%, aquades, larutan KOH 10%, acid alkohol 50%, acid
fuchsin, carbol xylene, minyak cengkeh dan balsam kanada sebagai media perekat
dalam pembuatan preparat slide.
Alat yang digunakan sebagai berikut: cangkul, gunting, aspirator, loop, ajir,
karton hitam, polybag ukuran 25 cm x 25 cm dan ukuran 30 cm x 30 cm, tali rafia,
lem, alat tulis, kurungan serangga, ajir bambu, termometer. Alat yang digunakan
untuk identifikasi adalah buku kunci identifikasi serangga karangan Borror et al.
(1996) dan Martin (1987), kantung plastik, tabung reaksi, cawan sirakus, kaca
objek, penutup preparat, kompor listrik, mikroskop stereo, mikroskop cahaya,
kamera, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Persiapan Tanaman Uji
Benih kedelai Edamame dan Wilis dipilih dengan tampilan permukaan
benih tidak keriput, masing-masing varietas sebanyak 100 biji. Benih tersebut
ditanam pada 100 buah polybag ukuran 30 cm x 30 cm yang diisi media tanam
tanah dan kompos 2:1 sebanyak 4 kg/polybag serta ditambahkan pupuk NPK
dengan dosis 0.5 g/polybag. Setiap polybag ditanam masing-masing 2 benih
kedelai. Tanaman dipelihara, disiram setiap hari dengan air bersih dan diberi
pupuk. Pemupukan dilakukan 3 kali yaitu saat awal penanaman, saat pembungaan
yaitu 3 minggu setelah tanam (3 MST) dan saat pengisian polong (5 MST).
Penyiangan gulma dilakukan pada umur tanaman berumur 2 MST dan diberi ajir
sebagai penunjang pertumbuhan tanaman.

Gambar 1 Tanaman kedelai Edamame dan kedelai Wilis untuk perlakuan

4
Perbanyakan B. tabaci
Benih cabai keriting varietas Lado F1 untuk perbanyakan B. tabaci ditanam
pada 10 polybag ukuran 25 cm x 25 cm yang diisi dengan media tanam tanah dan
kompos 2:1. Setiap polybag ditanam 3 benih cabai kemudian dipelihara di dekat
laboratorium WiSH. Imago B. tabaci didapat dari pertanaman cabai di
Laboratorium WiSH. B. tabaci diinfestasi, dipelihara, dan diperbanyak pada
tanaman cabai keriting yang telah berumur 4 MST. Tanaman cabai keriting
tersebut dimasukkan ke dalam kurungan serangga yang berukuran 100 cm x 50
cm x 150 cm sampai jumlahnya cukup untuk digunakan pada perlakuan.

Gambar 2

Tanaman cabai keriting dalam kurungan serangga untuk
perbanyakan B. tabaci

Infestasi B. tabaci
Populasi kohort merupakan sejumlah individu yang memiliki umur seragam
(Begon et al. 2008). Imago B. tabaci dalam populasi kohort diinfestasikan pada
daun trifoliet muda tanaman kedelai varietas Edamame dan varietas Wilis yang
berumur 4 MST sebanyak 5 ekor imago B. tabaci/polybag (2 ekor betina dan 3
ekor jantan). Daun tersebut diberi karton hitam yang mengelilingi bagian
tangkainya dan dikurung dengan mika plastik berbentuk silindris (d= 15 cm, t= 15
cm) dengan bagian atas dan bawahnya menggunakan kain kasa. Tujuan pemberian
kertas karton hitam yaitu untuk memudahkan pengamatan saat B. tabaci ganti
kulit. Setelah serangga imago betina menghasilkan telur, serangga tersebut
dikeluarkan. Telur diamati setiap hari sampai menjadi imago dan imago tersebut
mati.

Gambar 3 Pemeliharaan kohort B. tabaci

5
Pembuatan Preparat B. tabaci
Imago B. tabaci diambil beberapa ekor dan diawetkan ke dalam alkohol
70% untuk dibuat preparat dan diidentifikasi. Imago tersebut dibuat preparat slide
dengan cara imago B. tabaci dimasukkan ke dalam alkohol 95% lalu dipindahkan
ke dalam KOH 10%, direbus hingga transparan dan dikeluarkan isi abdomen B.
tabaci dengan ditusuk-tusuk bagian abdomennya di bawah mikroskop stereo.
Setelah itu B. tabaci dicuci dengan akuades sebanyak dua kali dan dimasukkan ke
dalam acid alkohol 50% selama 10 menit. Selanjutnya B. tabaci tersebut
dimasukkan ke dalam acid fuchsin selama 20 menit dan direndam dalam alkohol
80%, 95% masing-masing selama 10 menit. Kemudian B. tabaci dimasukkan ke
dalam carbol xylene, alkohol 95% dan minyak cengkeh masing-masing selama
selama 10 menit. B. tabaci tersebut diletakkan di atas kaca objek dan diberi media
canada balsam. Preparat mikroskop yang telah dibuat dipanaskan ke dalam hot
plate dan diidentifikasi dengan kunci identifikasi Martin (1987).
Pengamatan Biologi B. tabaci
Pengamatan biologi B. tabaci dilakukan setiap hari dengan mengamati
individu yang masih hidup atau sudah mati, ganti kulit dengan adanya eksuvia,
dan jumlah telur yang dihasilkakan. Siklus hidup B. tabaci dihitung sejak telur
diletakkan oleh imago betina pada tanaman kedelai Edamame dan Wilis sampai
menjadi imago dan meletakkan telur untuk pertama kalinya. Selama
perkembangan menjadi imago, B. tabaci mengalami 4 stadia instar yang ditandai
dengan pergantian kulit dan morfologi instar. Praoviposisi B. tabaci dihitung sejak
hari pertama menjadi imago hingga imago tersebut meletakkan telur untuk
pertama kalinya. Pengamatan lama hidup B. tabaci dihitung sejak hari pertama
menjadi imago hingga imago tersebut mati. Keperidian B. tabaci diperoleh dari
jumlah telur yang dihasilkan oleh setiap imago selama hidupnya. Data yang
dipperoleh disusun dalam bentuk tabel biologi B. tabaci (life table).
Neraca Kehidupan dan Statistik Demografi B. tabaci
Peubah pertumbuhan populasi B. tabaci sangat ditentukan oleh jumlah
individu yang hidup setiap hari sehingga diperoleh data peluang hidup (lx) pada
berbagai umur. Pengamatan keperidian harian (mx) adalah rata-rata jumlah telur
yang dihasilkan oleh setiap imago setiap harinya pada berbagai umur (x). Data
yang didapat dari pengamatan peluang hidup dan keperidian harian digambarkan
dalam bentuk kurva dan diperoleh neraca kehidupan.
Neraca kehidupan kohort merupakan neraca kehidupan yang mengikuti
perkembangan kohort dimulai dari munculnya individu pertama sampai individu
terakhir yang bertahan hidup (Begon et al. 2008). Kohort merupakan kelompok
individu yang lahir dalam interval waktu yang hampir sama (Begon et al. 2008).
Pengamatan individu B. tabaci selama satu generasi disusun dalam bentuk neraca
kehidupan (life table). Data yang diperoleh dari neraca kehidupan dapat lanjutkan
untuk menentukan peubah statistik demografi lainnya (Price 1997; Wilson dan
Bossert 1971). Menurut Zeng et al. (1983) statistik demografi diartikan sebagai
analisis secara kuantitatif populasi serangga dalam hubungannya dengan
kelangsungan hidup, keperidian dan pola pertumbuhan populasi. Parameter
tersebut ditentukan dengan metode Birch (Andrewartha dan Birch 1954) dengan
rumus:

6
1. Laju Rproduksi Kotor (GRR)
= ∑ mx
2. Laju Reproduksi Bersih (Ro)
= ∑ lxmx
3. Laju pertumbuhan intrinsik (r)
= ∑ lxmxe-rx = 1, dengan r awal = ln (Ro)/T
4. Rataan masa generasi (T)
= (ln Ro)/r, dengan T awal = ∑ xlxmx /∑ lxmx
5. Populasi berlipat ganda (DT)
= ln (2)/r
Laju reproduksi bersih (Ro) merupakan rata-rata jumlah keturunan (dari fase
pertama dalam suatu siklus hidup) yang dihasilkan oleh setiap imago (Begon et al.
2008). Laju pertumbuhan intrinsik (r) menggambarkan laju peningkatan populasi
dengan sumberdaya yang tidak terbatas (Price 1997). Rataan lama generasi (T)
merupakan rataan waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan sampai menjadi
imago dan meletakkan telur untuk pertama kalinya (Price 1997; Begon et al.
2008). Doubling time (DT) yaitu waktu yang dibutuhkan untuk populasi B. tabaci
menjadi berlipat ganda.
Pendugaan Keragaman Data Menggunakan Metode Jacknife
Keragaman data diolah dengan menggunakan metode jacknife. Menurut
Iskandar et al. (2013) metode jackknife diperkenalkan Tukey untuk melakukan uji
hipotesis dan menghitung selang kepercayaan. Jackknife digunakan dalam
statistika inferensia untuk menduga bias dan galat baku suatu statistik. Prinsip
pendugaan metode jackknife adalah melakukan perhitungan dengan
menghilangkan satu data pengamatan kemudian berdasarkan gugus data baru
tersebut dihitung bias dan ragam statistiknya. Data kohort B.tabaci pada tanaman
kedelai varietas Edamame dan varietas Wilis diolah dengan menggunakan metode
jackknife. Menurut Marlena (2014) langkah-langkah untuk menghitung statistik
demografi B. tabaci menggunakan metode jackknife sebagai berikut:
1. Membuang baris ke-i data kohort asli sehingga terbentuk data baru yang
berukuran k = b-1, dengan i = 1, 2, ..., b;
2. a. Menghitung nilai mx, lx, dan lxmx;
b. Menyusun nilai Fx = mx dan px;
3. a. Menyusun tabel kehidupan dari nilai yang diperoleh pada langkah 2a;
b. Menyusun matriks Leslie dari nilai yang diperoleh pada langkah 2b;
4. Menghitung nilai dugaan GRR, Ro, r, T, dan DT. Statistik demografi r dan T
dihitung dua kali. Pertama berdasarkan tabel kehidupan (3a) dan yang kedua
dihitung berdasarkan matriks Leslie (3b);
5. Mengulang langkah 1, 2, 3, dan 4 sampai baris yang dibuang adalah baris ke-n
data kohort contoh asli;
6. Menghitung dugaan GRR, Ro, r, T, dan DT hasil resampling jackknife;
7. Menghitung dugaan galat baku untuk setiap statistik demografi tersebut;
8. Membuat selang kepercayaan (SK) 95% bagi GRR, Ro, r, T, dan DT.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan 2 perlakuan yaitu kedelai varietas Edamame
dan varietas Wilis dengan 50 ulangan pada masing-masing perlakuan. Data hasil
pengamatan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, program
Statistical Analisis System (SAS) versi 9.1. dan program Minitab 16 melalui uji
lanjut t pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Varietas terhadap Biologi B. tabaci
Dinamika populasi merupakan fluktuasi populasi serangga dari waktu ke
waktu. Pertumbuhan dan perkembangan populasi serangga ditentukan oleh faktor
luar (faktor eksternal) dan faktor dalam dirinya sendiri (faktor internal). Faktor
eksternal yang berpengaruh adalah lingkungan dan makanan. Faktor lingkungan
yang berpengaruh salah satunya adalah suhu, yang sangat berkaitan terhadap iklim
mikro perkembangan populasi serangga (Speight et al. 2008). Berdasarkan hasil
pengamatan harian penelitian, suhu rata-rata lingkungan untuk pertumbuhan B.
tabaci adalah 25.2oC, suhu minimal 22.5oC dan suhu maksimal 29oC. Bonaro et
al. (2007) menyatakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan populasi B.
tabaci adalah 32.5oC.
Imago B. tabaci hasil perbanyakan diambil dan dibuat preparat untuk
diidentifikasi. Identifikasi morfologi berdasarkan buku kunci identifikasi Martin
et al. (1987). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa imago kutu kebul tersebut
merupakan spesies dari Bemisia tabaci Gennadius, ordo Hemiptera, subordo
Sternorrhyncha, famili Aleyrodidae, superfamili Aleyrodoidea dengan melihat
ciri-ciri morfologinya (Gambar 4).
a

b

c

1 mm
antena
seta
kauda

Gambar 4 Morfologi antena (a), panjang tubuh (b), seta kauda (c) B. tabaci
Panjang tubuh B. tabaci berkisar 1-1.5 mm dan tubuhnya berwarna kuning.
Antena terdiri dari 7 ruas dan antena pada ruas ketiga ukurannya lebih panjang
dari ruas lainnya. Sayap imago transparan ditutupi tepung berwarna putih (lilin)
dan matanya berwarna merah (Borror et al. 1996). Telur berwarna kekuningkuningan, ditutupi oleh lilin dan diletakkan di bawah permukaan daun. Setelah 24
jam warna telur akan berubah menjadi coklat. Nimfa instar 1 berbentuk oval,
pipih, berwarna putih kehijauan, panjang tubuh 0.22 mm, lebar 0.13 mm dan
memiliki tungkai. Nimfa instar 2 berwarna hijau gelap, panjang tubuh 0.28 mm,
lebar 0.17 mm, memiliki antena sangat pendek dan tungkainya tereduksi. Pupa
berbentuk oval, bagian toraks agak melebar, cembung, abdomennya tampak jelas
dan terdapat satu pasang seta kauda pada ujung anal (Kalshoven 1981).
Perkembangan B. tabaci terdiri dari telur, nimfa, pupa dan imago. B. tabaci
mengalami 4 instar, perubahan tiap instar ditandai dengan adanya eksuvia
(pergantian kulit). Perkembangan dan pertumbuhan imago B. tabaci berbeda-beda
tergantung pada tanaman inang dan suhu.

8
Siklus hidup adalah waktu yang diperlukan mulai dari telur diletakkan
sampai menjadi imago dan meletakkan telur pertama. Perbedaan varietas tanaman
mempengaruhi siklus hidup B. tabaci. Silva (2012) menyatakan bahwa siklus
hidup B. tabaci pada tanaman kedelai varietas IAC-PLI, varietas BRS-242 RR
dan TMG-103 RR secara berurutan adalah 21.3, 20.1 dan 19.3 hari pada suhu
25oC. Hasil tersebut menunjukkan bahwa lamanya siklus hidup hasil penelitian
Silva berbeda dengan hasil penelitian ini dikarenakan adanya perbedaan
lingkungan dan varietas tanaman yang digunakan pada penelitian. Sunjaya (1970)
menyatakan bahwa kualitas makanan yang ada dalam tanaman inang dapat
menentukan pertumbuhan, perkembangan, kesuburan, mortalitas dan keperidian
serangga. Perbedaan varietas juga berpengaruh nyata terhadap lama inkubasi telur,
lama stadia instar dan pupa pada tanaman kedelai varietas Edamame dan varietas
Wilis (Tabel 1).
Tabel 1 Biologi B. tabaci pada tanaman kedelai varietas Edamame dan varietas
Wilis
Edamamea
Stadia

Wilisa

n
Jantan

Betina

Jantan

Betina

Telur

50

(x̅ ± SE)
3.520 ± 0.071a

Instar 1

50

3.500 ± 0.071a

3.500 ± 0.071a

3.560 ± 0.077a

3.560 ± 0.077a

Instar 2

50

3.500± 0.071a

3.500 ± 0.071a

3.580 ± 0.071a

3.580 ± 0.071a

Instar 3

50

3.320 ± 0.067a

3.320 ± 0.067a

3.480 ± 0.071a

3.480 ± 0.071a

Instar 4

50

3.160 ± 0.066a

3.160 ± 0.066a

3.480 ± 0.071b

3.340 ± 0.071b

Pupa
Waktu jadi
imago

50

2.920 ± 0.075a

2.920 ± 0.075a

3.340 ± 0.089b

3.340 ± 0.089b

50

19.920 ± 0.161a

19.920 ± 0.161a

21.940 ± 0.197b

21.940 ± 0.197b

Lama hidup

50

4.360 ± 0.069a

11.820 ± 0.171a

5.880 ± 0.074b

14.180 ± 0.158b

Keperidian
Siklus
hidup

50

-

30.520 ± 0.452a

-

53.640 ± 1.350b

50

-

21.420 ± 0.181a

-

23.900 ± 0.196b

Praoviposisi

50

-

1.500 ± 0.071a

-

1.960 ± 0.028b

b

(x̅ ± SE)
3.520 ± 0.071a

(x̅ ± SE)
4.500 ± 0.092b

(x̅ ± SE)b
4.500 ± 0.092b

b

b

a

Angka pada baris dan jenis kelamin yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf nyata 5%. b x̅: rata-rata, SE: standar error.

Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa siklus hidup B. tabaci berbeda nyata
antara tanaman kedelai varietas Edamame dengan varietas Wilis. Siklus hidup B.
tabaci pada varietas Wilis mengalami perkembangan lebih lambat dibandingkan
varietas Edamame. Hal ini disebabkan oleh perbedaaan nutrisi pada tanaman yang
dapat menunda atau memperlambat siklus hidup B. tabaci. Lambatnya siklus
hidup atau perkembangan B. tabaci menjadi imago dewasa akan berkorelasi
terhadap terhambatnya waktu reproduksi, dimana reproduksi merupakan salah
satu faktor yang penting dalam keberhasilan serangga untuk menyerang tanaman

9
(Agustini 2013). Tertundanya waktu reproduksi akan berdampak terhadap waktu
generasi menjadi lebih lama dan peningkatan mortalitas sebelum reproduksi
(Kozlowski 1992). Laju perkembangan yang terhambat akan menurunkan
kebugaran serangga dan memperlambat inisiasi reproduksi serangga (Begon et al.
2008). Inisiasi reproduksi yang lambat akan memperpanjang siklus hidup suatu
generasi. Siklus hidup yang panjang akan memiliki lama generasi yang panjang
pula.
Masa inkubasi telur pada tanaman kedelai varietas Edamame lebih pendek
dibandingkan dengan varietas Wilis. Masa inkubasi telur pada varietas Edamame
adalah 3.520 ± 0.071 hari, sedangkan pada varietas Wilis adalah 4.500 ± 0.092
hari. Lama masa inkubasi telur berkorelasi dengan lama perkembangan stadia
nimfa dan pupa B. tabaci. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh terhadap
imago betina B. tabaci yang berasal dari tanaman cabai keriting, dimana nutrisi
atau senyawa kimia pada tanaman cabai keriting berbeda dengan tanaman kedelai
sehingga berpengaruh terhadap masa inkubasi telur yang dihasilkan.
Waktu perkembangan stadia nimfa instar 1, instar 2 dan instar 3 B. tabaci
pada tanaman kedelai Edamame tidak berbeda dengan tanaman kedelai Wilis.
Menurut Marwoto dan Inayati (2011) nimfa instar 1 yang baru menetas aktif
bergerak mencari tempat tinggal dan nutrisi makanan yang sesuai sehingga nimfa
hanya makan sedikit. Selanjutnya nimfa instar 2 dan instar 3 akan diam dan
menetap setelah menemukan tempat dan makanan yang sesuai karena tungkainya
tereduksi. Nimfa tersebut berada dalam masa pencocokan dan penghisapan cairan
tanaman sehingga perbedaan varietas kedelai terhadap nimfa instar 1, 2 dan 3
tidak berpengaruh. Namun saat nimfa instar 4, perbedaan varietas kedelai
berpengaruh terhadap lamanya waktu stadia nimfa instar 4 dan pupa. Nimfa instar
4 telah beradaptasi dengan lingkungannya dan menghisap banyak cairan tanaman
sebelum stadia pupa sehingga nutrisi yang dikonsumsinya berpengaruh terhadap
perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh nutrisi yang berbeda pada
tanaman inang dan faktor nutrisi tersebut memerlukan waktu untuk memberikan
pengaruh terhadap B. tabaci pada tanaman kedelai varietas Edamame dan varietas
Wilis. Menurut Shah dan Liu (2013) tanaman inang memiliki pengaruh yang
penting terhadap kelangsungan hidup nimfa B. tabaci.
Nutrisi atau senyawa-senyawa kimia pada tanaman sangat berpengaruh
terhadap perkembangan B. tabaci. Namun, nutrisi atau senyawa kimia tersebut
memerlukan waktu untuk memberikan efek terhadap pertumbuhan dan
perkembangan B. tabaci. Hasil ini sejalan dengan penelitian Shah dan Liu (2013)
yang menyatakan bahwa tanaman inang sebelumnya memberikan pengaruh
terhadap B. tabaci, kemudian seiring berjalannya waktu tanaman inang yang baru
yang memiliki peranan penting dan memberikan pengaruh yang lebih besar
daripada tanaman inang sebelumnya. Penundaan waktu perkembangan nimfa
dalam dinamika populasi memberikan dampak positif terhadap pengendalian
hama dan berpengaruh terhadap praoviposisi dan oviposisi (Wirianti 2006).
Praoviposisi yang terhambat akan berpengaruh terhadap keperidian hama.
Praoviposisi dan oviposisi imago B. tabaci pada tanaman kedelai varietas
Edamame lebih cepat dibandingkan varietas Wilis. Praoviposisi dan oviposisi
dipengaruhi oleh jumlah dan panjang trikoma pada daun kedelai. Jumlah trikoma
pada varietas Wilis lebih banyak dan ukurannya lebih pendek dibandingkan
varietas Edamame. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa imago B. tabaci

10
lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman kedelai Wilis. Hal ini sesuai
dengan McAuslane et al. (1996) yang menyatakan bahwa jumlah trikoma daun
berkorelasi positif dengan oviposisi B. tabaci pada tanaman kedelai. Pendapat
tersebut sejalan dengan Tama (2011) yang menyatakan bahwa imago B. tabaci
lebih menyukai hidup pada trikoma yang berjumlah banyak daripada trikoma
yang berjumlah sedikit pada tanaman kedelai. Trikoma yang berjumlah banyak
dapat berfungsi sebagai pegangan atau tempat berjangkar imago B. tabaci pada
saat angin kencang dan hujan. Selain itu, trikoma yang rapat juga befungsi sebagai
penahan telur agar tidak terbawa air pada saat hujan dan tidak terjatuh atau
terbang saat angin kencang. Butler dan Wilson (1984) menyatakan bahwa imago
B. tabaci lebih menyukai meletakkan telur pada varietas kapas yang memiliki
trikoma lebih banyak daripada varietas kapas yang memiliki trikoma sedikit
karena adanya rangsangan nutrisi atau senyawa kimia pada daun. Ketertarikan
imago B. tabaci untuk hidup dan meletakkan telur pada tanaman kedelai juga
dipengaruhi oleh adanya senyawa kimia pada daun, gula, tanin, konsentrasi
kelenjar gosipol, O-dihidroksifenol dan nutrisi tanaman (Bentz et al. 1995; Butter
et al. 1990). Komposisi zat kimia seperti lupeol (triterpenol) pada tanaman kedelai
dapat mempengaruhi perilaku makan kutukebul (Lambert et al. 1995). Varietas
kedelai dengan kandungan lupeol rendah cenderung disukai kutukebul.
Lama hidup B. tabaci pada tanaman kedelai Edamame lebih singkat
dibandingkan pada tanaman kedelai Wilis. Lama hidup imago betina B. tabaci
pada varietas Edamame 11.820 hari sedangkan pada varietas Wilis 14.180 hari.
Lama hidup B. tabaci dipengaruhi oleh nutrisi dari tanaman inang yang
dikonsumsi untuk kelangsungan hidupnya. Menurut lembaga penelitian Soyfoods
Association of North America (2005), kandungan nutrisi pada tanaman kedelai
Edamame lebih tinggi dibandingkan tanaman kedelai kuning biasa. Namun kadar
protein kedelai Edamame lebih sedikit daripada kedelai Wilis. Protein merupakan
nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh serangga dalam reproduksi (Chapman 1982).
Semakin sedikit protein yang dikonsumsi B. tabaci maka akan menurunkan
reproduksi serangga sehingga mempengaruhi keperidian B. tabaci. Syahputra et
al. (2002) menyatakan bahwa protein yang diserap oleh Croccidolomia pavonana
dalam jumlah yang rendah mampu menurunkan keperidian dan mempersingkat
lama hidup. Rendahnya kualitas nutrisi yang dimiliki tanaman inang berpengaruh
terhadap biologi serangga sehingga serangga kekurangan nutrisi yang dibutuhkan
untuk perkembangannya (Panizzi dan Parra 2009). Nutrisi atau senyawa kimia
yang dimiliki masing-masing varietas tanaman, juga dapat meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap seranga hama (Agustini 2013). Adanya senyawa
kimia pada tanaman inang menyebabkan B. tabaci tidak mampu hidup lebih lama
pada tanaman kedelai varietas Edamame. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem
ketahanan tanaman yang diinduksi oleh senyawa kimia tertentu pada kedelai
varietas Edamame.
Lama hidup imago betina B. tabaci yang singkat akan berpengaruh terhadap
keperidiannya. B. tabaci tidak menghasilkan telur saat menjelang kematian.
Keperidian B. tabaci pada varietas Edamame lebih rendah daripada varietas Wilis
(Tabel 1). Jumlah telur yang dihasilkan setiap imago betina B. tabaci pada kedelai
varietas Edamame sebanyak 30.520 telur, sedangkan pada varietas Wilis sebanyak
53.640 telur. Menurut Kurniawan (2007) jumlah telur yang dihasilkan oleh imago
betina B. tabaci dipengaruhi oleh faktor tanaman inang dan suhu. Jumlah telur

11
yang dihasilkan seekor imago betina B. tabaci mencapai 28-300 telur tergantung
pada tanaman inang dan suhu lingkungan (Hirano et al. 2002). Rata-rata jumlah
telur yang dihasilkan oleh imago betina B. tabaci pada tanaman kedelai sebanyak
70 telur, pada tanaman mentimun sebanyak 66 telur, pada tanaman tomat
sebanyak 167.6 telur dan sebanyak 77.5 telur pada tanaman ubi kayu dengan
kondisi suhu 25oC (Tsai dan Wang 1996). Reproduksi serangga dipengaruhi oleh
kandungan protein yang diperolehnya. Sedikitnya jumlah telur yang dihasilkan
pada tanaman kedelai varietas Edamame disebabkan oleh protein yang diserap
imago betina B. tabaci belum mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya. Selain itu,
nutrisi yang tidak terpenuhi juga akan berpengaruh terhadap waktu keperidian.
Waktu keperidian yang singkat berhubungan dengan mortalitas imago
betina B. tabaci yang cepat. Natawigena (1990) menyatakan bahwa semakin lama
umur imago betina maka akan semakin lama pula kesempatan bertelur atau
melahirkan. Menurut Begon et al. (2008) laju perkembangan yang cepat dapat
meningkatkan kebugaran serangga dan mempercepat inisiasi reproduksi. Inisiasi
reproduksi lebih awal dapat diartikan sebagai mempercepat siklus hidup suatu
generasi. Lambatnya siklus hidup B. tabaci pada tanaman kedelai varietas Wilis
berbanding lurus dengan terhambatnya waktu reproduksi. Waktu reproduksi yang
terhambat dapat menurunkan laju reproduksi. Li et al. (2005) menyatakan bahwa
terhambatnya waktu reproduksi dapat meningkatkan mortalitas serangga. Laju
reproduksi merupakan salah satu faktor yang menentukan B. tabaci untuk
memperbanyak populasinya. Populasi B. tabaci yang tinggi dapat meningkatkan
kerusakan yang tinggi pula pada tanaman kedelai di lapang.
Tanaman kedelai varietas Edamame menyebabkan B. tabaci kekurangan
nutrisi terutama protein sehingga kemampuan reproduksinya menjadi berkurang.
Kemampuan reproduksi yang menurun dapat menyebabkan populasi B. tabaci
menjadi rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biologi B. tabaci pada
tanaman kedelai varietas Edamame berbeda dengan varietas Wilis. Hal ini diduga
adanya nutrisi yang berbeda dan senyawa kimia tertentu pada tanaman inang yang
berpengaruh terhadap biologi B. tabaci pada tanaman kedelai varietas Edamame
dan varietas Wilis.
Pengaruh Varietas terhadap Statistik Demografi B. tabaci
Setiap organisme memiliki variasi jangka hidup terbatas, yang dapat
menentukan karakteristik kelangsungan hidupnya dalam suatu populasi. Statistik
demografi merupakan suatu analisis secara kuantitatif untuk menduga
pertumbuhan populasi suatu organisme. Pertumbuhan populasi dapat dihitung
berdasarkan peluang hidup (lx) dan rata-rata jumlah keturunan yang dihasilkan
imago betina (mx). Peluang hidup B. tabaci pada tanaman kedelai varietas Wilis
lebih besar daripada varietas Edamame. B. tabaci pada kedelai Wilis mengalami
mortalitas saat umur 40.5 hari, sedangkan pada kedelai Edamame mortalitasnya
saat umur 37.5 hari. Hal ini disebabkan oleh adanya nutrisi atau senyawa kimia
tertentu dalam tanaman yang menginduksi ketahanan tanaman sehingga
mempercepat mortalitas B. tabaci.
Berdasarkan kurva gambar 1, tipe bertahan hidup B. tabaci menunjukkan
kurva tipe II pada tanaman kedelai Edamame dan kedelai Wilis. Menurut Price
(1997) kurva tipe I adalah kematian populasi organisme dalam jumlah yang
sedikit pada umur muda dan kematian dalam jumlah yang besar pada umur tua,

12
kurva tipe II menunjukkan laju kematian populasi suatu individu yang konstan,
dan tipe III adalah kematian populasi yang besar yang terjadi saat waktu muda.
Populasi yang memiliki angka kematian individu yang konstan akan memiliki
populasi yang hampir sama pada generasi berikutnya. Lamanya waktu proses
kematian memiliki peranan penting dalam perkembangan suatu populasi. Semakin
lama umur imago betina maka akan semakin lama pula pertumbuhan dan
perkembangan populasinya di lapang.
1.2

lx

a

12

mx

10

0.8

8

0.6

6

0.4

4

0.2

2

0

0
0.5

4.5

8.5

12.5

16.5

20.5

24.5

28.5

32.5

36.5

40.5

1.2

12
lx

b

mx

1

10

0.8

8

0.6

6

0.4

4

0.2

2

0

Rataan keperidian harian (mx)

Peluang hidup (lx)

1

0
0.5

4.5

8.5 12.5 16.5 20.5 24.5 28.5 32.5 36.5 40.5
Umur (hari)

Gambar 5 Peluang hidup dan keperidian harian B. tabaci pada tanaman kedelai
varietas Edamame (a) dan tanaman kedelai varietas Wilis (b)
Banyaknya jumlah telur yang dihasilkan oleh setiap imago betina B. tabaci
setiap harinya pada tanaman kedelai varietas Edamame berbeda dengan varietas

13
Wilis (Gambar 5). Keperidian harian tertinggi yang dihasilkan oleh imago betina
B. tabaci dapat mencapai 8 telur pada tanaman kedelai Wilis, sedangkan pada
tanaman kedelai Edamame hanya 6 telur. Imago betina B. tabaci tidak
menghasilkan telur pada saat umur 29.5-30.5 hari pada varietas Edamame,
sedangkan pada varietas Wilis saat umur 34.5-35.5 hari. Hal ini menunjukkan
adanya perbedaan nutrisi pada masing-masing inang sehingga waktu
reproduksinya berbeda. Selain faktor nutrisi, senyawa kimia pada tanaman seperti
alkaloid dapat menghambat proses fisiologi dalam tubuh serangga (Schoonhoven
et al. 2005). Perilaku peneluran B. tabaci juga ditentukan oleh faktor fisik dan
kimia pada daun. Butler dan Wilson (1984) menyatakan bahwa imago B. tabaci
lebih menyukai meletakkan telur pada varietas kapas yang memiliki trikoma lebih
banyak daripada varietas kapas yang memiliki trikoma sedikit karena adanya
rangsangan nutrisi atau senyawa kimia pada daun. Ketertarikan imago B. tabaci
untuk hidup dan meletakkan telur juga dipengaruhi oleh adanya senyawa kimia
pada daun, gula, tanin, konsentrasi kelenjar gosipol, O-dihidroksifenol dan nutrisi
tanaman (Bentz et al. 1995; Butter et al. 1990). Bentuk kurva keperidian B. tabaci
pada tanaman kedelai varietas Edamame lebih rendah dibandingkan dengan
varietas Wilis. Tanaman kedelai varietas Edamame dapat menurunkan keperidian
harian imago betina B. tabaci.
Data peluang hidup (lx) dan keperidian harian (mx) dari imago betina B.
tabaci dapat digunakan untuk menghitung statistik demografi. Nilai laju
reproduksi bersih (Ro) B. tabaci pada tanaman kedelai Edamame lebih rendah
daripada tanaman kedelai Wilis (Tabel 2). Nilai Ro menunjukkan bahwa generasi
B. tabaci berikutnya akan meningkat sebanyak 46.509 ± 0.725 kali dari generasi
sebelumnya pada tanaman kedelai Wilis. Nilai Ro tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman kedelai Edamame yang hanya meningkat 28.365 ±
0.530 kali. Nilai GRR dan Ro yang rendah pada tanaman kedelai Edamame
memperlihatkan ketidaksesuaian hidup B. tabaci terhadap tanaman inang.
Tanaman kedelai Edamame memberikan efek negatif terhadap perilaku makan
dan kurangnya nutrisi bagi reproduksi B. tabaci, sehingga akan berpengaruh
terhadap rendahnya laju reproduksi kotor maupun laju reproduksi bersih.
Penurunan laju reproduksi dapat menyebabkan populasi serangga berkurang pada
generasi berikutnya. Populasi serangga hama dapat dikendalikan dengan
menyediakan tanaman inang yang tidak sesuai dengan hidupnya. Inang yang tidak
sesuai menyebabkan serangga hama kekurangan nutrisi dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
Tabel 2 Statistik demografi B. tabaci pada tanaman kedelai varietas Edamame
dan varietas Wilis
Perlakuan
Edamame a
Wilis a
1.
Laju reproduksi kotor (GRR)
28.365 ± 0.530a
46.509 ± 0.725b
2.
Laju reproduksi bersih (Ro)
9.925 ± 0.182a
16.428 ± 0.252b
3.
Laju pertumbuhan intrinsik (r)
0.095 ± 0.001a
0.102 ± 0.001b
4.
Rataan lama generasi (T)
24.230 ± 0.029a
27.467 ± 0.033b
5.
Doubling time (DT)
7.330 ± 0.069a
6.808 ± 0.042b
a
Angka pada baris yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji t pada taraf nyata 5%.
No.

Parameter

14
Nilai r diperoleh dan ditentukan oleh berbagai aspek yang berhubungan
dengan kehidupan organisme seperti kematian, kelahiran, dan waktu
perkembangan B. tabaci. Gill et al. (1989) menyatakan bahwa nilai r dapat
memberikan pengetahuan yang lebih mengenai karakteristik pola kehidupan
spesies yang diamati. Nilai r yang tinggi dapat diartikan bahwa populasi suatu
organisme memiliki kemungkinan untuk terus tumbuh. Laju pertambahan
intrinsik (r) dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan populasi serangga
dalam jangka waktu yang panjang. Nilai r pada tanaman kedelai Edamame
sebesar 0.095 ± 0.001 nimfa per hari, sedangkan nilai r pada tanaman kedelai
Wilis sebesar 0.102 ± 0.001 nimfa per hari. Hal ini menunjukkan bahwa nilai r B.
tabaci pada tanaman kedelai Edamame lebih rendah daripada tanaman kedelai
Wilis, dikarenakan adanya pengaruh dari masing-masing varietas terhadap proses
fisiologi B. tabaci. Tingginya nilai r disebabkan oleh tingginya keperidian,
rendahnya mortalitas pradewasa dan masa dewasa (Kurniawan 2007).
Andrewartha dan Birch (1954) menyatakan bahwa serangga yang tinggal pada
inang yang sesuai laju pertumbuhannya cepat, sedangkan pada inang yang kurang
sesuai lambat karena proses fisiologinya terganggu. Selain pertumbuhan serangga
terhambat, ukuran dan bobot tubuhnya menjadi rendah (Schoonhoven et al. 2005).
Pertumbuhan B. tabaci yang terhambat memiliki tingkat infestasi dan kerusakan
yang ditimbulkannya berbeda-beda pada setiap tanaman inang. El-Lakwah et al.
(2010) menyatakan bahwa pengujian beberapa varietas kacang-kacangan
menunjukkan tingkat infestasi B. tabaci yang berbeda-beda pada masing-masing
inang. Menurut Amro (2008) pengujian beberapa varietas mentimun menunjukkan
tingkat kerentanan yang berbeda-beda terhadap B. tabaci.
B. tabaci yang dipelihara pada tanaman kedelai Edamame membutuhkan
waktu perkembangan generasi yang lebih cepat dibandingkan dengan tanaman
kedelai Wilis. Lama waktu generasi dipengaruhi oleh lamanya siklus hidup suatu
organisme. Individu dalam suatu populasi yang mempunyai nilai T (lama
generasi) yang rendah akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan individu
yang mempunyai nilai T yang tinggi (Mawan dan Herma 2011). Siklus hidup B.
tabaci pada tanaman kedelai Edamame lebih singkat sehingga perkembangannya
menjadi imago dewasa menjadi lebih cepat pula dibandingkan dengan tanaman
kedelai Wilis. Semakin cepat lama generasi (T) maka akan semakin cepat pula
laju pertumbuhan intrinsik B. tabaci. Menurut Southwood dan Henderson (2000)
pertumbuhan populasi tergantung dengan lama generasi yang berkaitan dengan
laju pertumbuhan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan satu generasi untuk
berkembang maka akan semakin lambat pula pertumbuhan populasi tersebut. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan nutrisi atau senyawa kimia tertentu pada varietas
Edamame dan varietas Wilis. Kesesuaian inang tidak hanya digambarkan dari
nilai T, tetapi juga nilai GRR, Ro, r, dan DT juga sangat berpengaruh.
Waktu yang dibutuhkan B. tabaci untuk berlipat ganda (DT) pada tanaman
kedelai Edamame adalah 7.330 ± 0.069 hari, sedangkan pada tanaman kedelai
Wilis adalah 6.808 ± 0.042 hari. Nilai DT yang rendah dapat meningkatkan laju
reproduksi kotor (GRR) dan laju reproduksi bersih (Ro) dalam waktu tertentu.
Penurunan keperidian B. tabaci berpengaruh terhadap lamanya waktu untuk
berlipat ganda dan penurunan laju pertambahan intrinsik dalam suatu populasi.
Nilai r dan DT berguna untuk menunjukkan suatu populasi dalam kondisi
lingkungan pertumbuhan yang konstan dan sumberdaya yang tidak terbatas (Price

15
1997; Southwood dan Henderson 2000). Serangga yang memiliki waktu berlipat
ganda (DT) yang cepat, akan mempercepat penurunan sumberdaya makanan
(Birch 1948). Waktu berlipat ganda yang lama akan mengurangi populasi B.
tabaci sehingga mengurangi infestasi hama pada tanaman kedelai. Penggunaan
kedelai Edamame memberikan kehidupan yang tidak sesuai untuk B. tabaci.
Pembahasan Umum
Penggunaan kedelai varietas Edamame dan varietas Wilis berpengaruh
terhadap biologi B. tabaci. Pertumbuhan dan perkembangan B. tabaci menjadi
terganggu karena adanya perbedaan nutrisi dan mekanisme ketahanan dari
tanaman. Beberapa mekanisme ketahanan tanaman terhadap serangan hama yaitu
toleran, antisenosis dan antibiosis (Teetes 2004). Mekanisme ketahanan kedelai
terhadap B. tabaci dipengaruhi oleh struktur, kualitas dan sifat agronomis dari
tanaman kedelai (Xu 2009). Kerapatan trikoma daun merupakan salah satu
mekanisme ketahanan kedelai terhadap hama yang berupa antisenosis. Menurut
Indrayani dan Siwi (2012) semakin tinggi kerapatan bulu daun semakin rendah
populasi serangga dengan alat mulut menusuk menghisap karena menghalangi
stilet serangga menembus lamina daun sehingga aktifitas makannya menjadi
terganggu. Namun, hasil tersebut berbeda dengan Tama (2011) yang menyatakan
bahwa imago B. tabaci lebih menyukai hidup pada trikoma yang berjumlah
banyak daripada trikoma yang berjumlah sedikit pada tanaman kedelai. Trikoma
yang berjumlah banyak dapat berfungsi sebagai penahan telur dan sebagai
pegangan atau tempat berjangkar imago B. tabaci pada saat angin kencang dan
saat hujan. Selain kerapatan trikoma, ketertarikan imago B. tabaci untuk hidup
dan meletakkan telur juga dipengaruhi oleh adanya senyawa kimia pada daun,
gula, tanin, konsentrasi kelenjar gosipol, O-dihidroksifenol dan nutrisi tanaman
(Bentz et al. 1995; Butter et al. 1990). Kerapatan trikoma berbeda-beda tiap
tanaman inang dan tiap varietas tanaman inang. Menurut Junior et al. (2007)
jumlah trikoma tidak dapat digunakan untuk menentukan ketidaksesuaian imago
B.tabaci dalam meletakkan telur.
Varietas kedelai Edamame berpengaruh terhadap B. tabaci yaitu
menurunkan keperidian, laju pertumbuhan intrinsik yang rendah, lama hidup yang
singkat dan lamanya waktu berlipat ganda. Hal ini disebabkan oleh faktor nutrisi
pada tanaman inang. Sunjaya (1970) menyatakan bahwa kualitas makanan yang
ada dalam tanaman inang dapat menentukan pertumbuhan, perkembangan,
kesuburan, mortalitas dan keperidian serangga. Senyawa kimia tertentu pada
tanaman juga berpengaruh terhadap B. tabaci dan meningkatkan ketahanan
tanaman. Ketahanan tanaman dengan adanya senyawa kimia tersebut secara tidak
langsung menghasilkan antibiotik (metabolik sekunder). Tanaman kedelai
memiliki mekanisme antibiosis terhadap serangan B. tabaci. Menurut Vieira et al.
(2011) sedikitnya jumlah nimfa kutu kebul yang menetas dari telur yang teramati
pada genotipe BABR01-1576 dan BABR99-4021HC me