Produktivitas dan Seagrass Residence Index (SRI) Padang Lamun Malang Rapat, Provinsi Kepulauan Riau

PRODUKTIVITAS DAN SEAGRASS RESIDENCE INDEX (SRI)
PADANG LAMUN MALANG RAPAT,
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

THEO FILIUS MANURUNG

MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Produktivitas dan
Seagrass Residency Index (SRI) Ikan Padang Lamun Malang Rapat, Provinsi
Kepulauan Riau” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2015

Theo Filius Manurung
NIM C24100009

ABSTRAK
THEO FILIUS MANURUNG Produktivitas dan Seagrass Residency Index (SRI)
Ikan Padang Lamun Malang Rapat, Provinsi Kepulauan Riau. Dibimbing oleh
AGUSTINUS M SAMOSIR.
Degradasi lamun diduga akan mengakibatkan penurunan keanekaragaman
hayati, daya dukung ekosistem dan produktivitas perikanan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji kondisi lamun Malang Rapat, produktivitas ikan serta
hubungan antara lamun dan ikan melalui pendekatan Seagrass Residence Index
(SRI). Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 16 sampai 30 Oktober 2013.
Pengamatan lamun menggunakan metode step and go dan pengambilan contoh
ikan menggunakan bubu kakap sebagai alat tangkap. Jenis lamun yang ditemukan
adalah Enhalus acoroides, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium, dengan
tutupan lamun dominan oleh E. acoroides. Spesies ikan di padang lamun Malang
Rapat berjumlah delapan spesies dengan tiga spesies dominan yaitu, ketambak
merah (Lethrinus lentjan), ikan merah (Lutjanus madras),dan kurisi (Nemipterus
bipunctatus). Tutupan lamun Malang Rapat, yaitu diatas 60% (kondisi sehat)
dengan kerusakan dibawah 25% (kerusakan rendah).

Hal ini diduga
menyebabkan ikan merah (Lutjanus madras) merupakan ikan dominan yang
memiliki SRI terbesar, yaitu 0,41 dengan produktivitas sebesar 423,03 g.m-2tahun1

Kata kunci: padang lamun, produktivitas, dan Seagrass Residence Index (SRI).

ABSTRACT
THEO FILIUS MANURUNG. Productivity and Seagrass Residency Index (SRI)
in Seagrass of Malang Rapat, Kepulauan Riau Province. Supervised by
AGUSTINUS M SAMOSIR.
Degradation of seagrass ecosystems will affect the biodiversity, carrying
capacity, and fisheries productivity. The purposes of this study was to examine
the condition of Malang Rapat seagrass, fish productivity and relationship
between seagrass and fish used Seagrass Residence Index (SRI) method.
Sampling of seagrass was conducted from 16 to 30 October 2013 using step and
go method; fish ware conducted with snapper trap’s as the fishing gear. Species
of seagrass found were Enhalus acoroides, Halophila ovalis, and Syringodium
isoetifolium. Percentage cover of Malang Rapat seagrass more than 60 %
(healthy) and damaged below 25% (low damage). There are eight species of fish
found there area, of them three were dominate: red-spot emperor (Lethrinus

lentjan), indian snapper (Lutjanus madras), and delagoa threadfin bream
(Nemipterus bipunctatus). The indian snapper (Lutjanus madras) is the dominant
fish which have the largest SRI with a productivity is 423,03 g.m-2 year-1
Key words: productivity, seagrass, and Seagrass Residence Index (SRI).

PRODUKTIVITAS DAN SEAGRASS RESIDENCE INDEX (SRI)
PADANG LAMUN MALANG RAPAT, PROVINSI
KEPULAUAN RIAU

THEO FILIUS MANURUNG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber daya Perairan

MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

PRAKATA

1.
2.
3.
4.

5.

6.
7.
8.

9.

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karunia Nya,
sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Produktivitas dan Seagrass

Residence Index (SRI) padang lamun Malang Rapat, Provinsi Kepulauan Riau” ini
dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi di Departemen Sumber Daya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi.
Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kepulauan Riau, atas bantuan
dalam pemakaian sarana dan prasarana Universitas
PKSPL-IPB, khususnya Dr. Ir. Lucky Adrianto, M.Sc atas perhatian dan bantuan
dalam penelitian ini.
Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing serta memberikan arahan dan masukan selama pernulis
melaksanakan studi
Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, masukan, solusi dan saran kepada Penulis dalam
penulisan skripsi.
Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc selaku dosen penguji tamu Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan.

Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si selaku perwakilan penguji komisi pendidikan
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan.
Keluarga Manurung: Bapak (Gonsar Manurung), Ibu (Dwi Krismawati Br
Sinaga), Jeffry Matheus Manurung, Joel Alfonso Manurung, dan Bob Nicholas
Manurung.
Komisi Pembinaan Permuridan, Wem Lambatar serta adik terkasih dalam Tuhan
Donovan S, Anjas, dan Timbul. Tim Penelitian Pulau Bintan: Pak Yudi Wahyudi,
Bang Pardi, Marianti, dan Azahar atas bantuannya selama penelitian di lapangan ,
serta Agus, Wahyu azizi, Rizam, kak Nia, Tiwi, Nunuh, Hendra dan Hilmi yang
telah membantu dalam penyusunan skipsi, serta teman-teman MSP 47 yang
tercinta yang terus mendukung penulis dalam penyelesaian skirpsi ini.
Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Theo Filius Manurung

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi

vi
vi
1
1
1
2
2
2
3
4
8
8
14
16
16
16
16
19
29


DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7

Penentuan kelas penutupan area lamun
Parameter kualitas air pada lokasi penelitian
Kelimpahan relatif (%) jenis ikan hasil tangkapan
Seagrass Residence Index (SRI) ikan
Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy
Persamaan panjang bobot (a Lb)
Produktivitas sekunder ikan

6
10

11
13
13
13
14

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6

Diagram alir rumusan masalah
Lokasi penelitian di padang lamun Malang Rapat
Transek pengambilan data lamun
Persentase penutupan lamun
Status padang lamun Malang Rapat pada setiap stasiun

Sebaran ukuran panjang (mm) dan kelimpahan relatif (%)
ikan dominan tertangkap

2
3
3
9
10
11

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pengambilan contoh lamun
Pengukuran parameter kimia
Tahapan penelitian
Kriteria dan status penutupan padang lamun
Dokumentasi ikan hasil tangkapan
Data koleksi Seagrass Residence Index
Data hasil sampling lamun
Dokumentasi pengambilan sampel lamun
Penghitungan produktivitas sekunder menurut parameter pertumbuhan

19
19
20
20
21
21
23
26
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lamun merupakan tumbuhan sejati yang dapat beradaptasi di perairan laut
dangkal, dengan ciri-ciri memiliki tunas daun tegak, berbunga, berbuah dan dapat
menghasilkan biji. Padang lamun memiliki tiga kategori vegetasi, yaitu, padang
lamun tunggal, asosiasi dua atau tiga jenis lamun dan vegetasi campuran (mixed
seagrass beds). Biota yang berasosiasi dan menghabiskan waktu di lamun
sebagai tempat asuhan, akan memiliki nilai ekonomi tinggi saat mencapai usia
tangkapan, seperti baronang, kepiting bakau, beberapa ikan karang bahkan
dugong. Biota-biota asosiasi ini akan sangat bergantung pada padang lamun
sebagai tempat hidup, mencari makan, dan memijah.
Malang Rapat adalah salah satu desa di pesisir timur pulau Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau yang memiliki ekosistem lamun dengan kategori sehat sampai
sedang dengan tutupan lamun mencapai 634 ha (Widiastuti 2011). Aktivitas
masyarakat disekitar lamun Malang Rapat di antaranya adalah nelayan (lokal atau
asing), jasa wisata, penambangan pasir, bauksit, dan keramba apung. Aktivitasaktivitas ini akan mempengaruhi lamun sebagai habitat intertidal yang rentan
terhadap tekanan lingkungan. Selain tekanan alami, tekanan antropogenik akan
menyebabkan degradasi ekosistem. Luasan ekosistem padang lamun yang
berkurang akan menurunkan daya daya dukung dan hilangnya keanekaragaman
plasma nutfah. Oleh sebab itu, pengelolaan ekosistem lamun yang tepat akan
mempertahankan fungsi ekosistem lamun untuk pemanfaatan lamun yang
berkelanjutan.
Penelitian pada ekosistem padang lamun saat ini terbatas pada vegetasi
lamun, struktur trofik, dan penetapan nilai ekonomi padang lamun diluar fungsi
lamun sebagai habitat, sedangkan studi mengenai hubungan antara lamun dan
produktivitas ikan sangat minim dilakukan khususnya di Indonesia. Model
Seagrass Residence Index (SRI) mendeskripsikan besarnya waktu yang
dihabiskan ikan ekonomis penting di habitat padang lamun (Scoot et al. 2000).
Index ini dapat digunakan untuk menduga hubungan antara lamun dan ikan
ekonomis penting. Produktivitas ikan digunakan untuk menggambarkan dinamika
laju produksi biomassa heterotofik ikan yang memanfaatkan padang lamun
sebagai tempat memijah, mencari makan maupun tempat perlindungan. Informasi
yang dihasilkan ini diharapkan dapat mempengaruhi persepsi para stakeholder
dalam pengelolaan ekosistem lamun di Malang Rapat.
Perumusan Masalah
Ikan yang berada di padang lamun umumnya adalah ikan yang masuk pada
stadia planktonik hingga yuwana. Menurut McArthur et al. (2006) kerusakan
yang timbul pada padang lamun akan mempengaruhi kelimpahan dan
keberagaman beberapa spesies ikan, bahkan mengurangi stok ikan ekonomis
penting, baik spesies ikan yang tinggal di padang lamun maupun yang tidak. Ikan
Oleh sebab itu diperlukan pemahaman tentang hubungan antara lamun dan biota
asosiasi, sehingga kebijakan yang dilakukan dapat mengurangi dampak negatif
dari pemanfaatan lamun Malang Rapat.

2
Studi mengenai hubungan lamun dan ikan sangat minim dilakukan di
Indonesia, terutama pada aspek waktu tinggal dan produktivitas ikan. Penelitian
ini menggunakan metode Seagrass Residence Index (SRI) untuk menduga waktu
tinggal ikan di padang lamun Malang Rapat dan produktivitas sekunder dengan
metode pendugaan pertumbuhan. Informasi nilai ekologis ini diharapkan dapat
manjadi salah satu dasar untuk mengevaluasi kebijakan pemanfaatan sumberdaya
lamun Malang Rapat, sehingga pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan dapat
diciptakan. Diagram alir rumusan masalah disajikan pada Gambar 1.

Input :
-Sumberdaya lamun
-Sumberdaya ikan
-Waktu tinggal ikan di
padang lamun

Analisis:
- Persentase
Penutupan
-Produktivitas
ikan
-SRI

Output :
- Tutupan lamun,
- Produktivitas ikan
- Nilai SRI ikan
- Pengelolaan lamun
Malang Rapat

Gambar 1 Diagram alir rumusan masalah
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung persentase penutupan lamun
Malang Rapat, dan produktivitas ikan serta hubungan lamun dan ikan di Desa
Malang Rapat, Provinsi Kepulauan Riau dengan ikan melalui pendekatan
Seagrass Residence Index (SRI). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai dasar pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan bagi
pemanfaatan lamun multi sektor yang berlangsung di Desa Malang Rapat.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Malang Rapat, Pulau Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau. Pengambilan data primer dilaksanakan pada tanggal 16 sampai
30 Oktober 2013. Lokasi penelitian merupakan salah satu daerah daerah wisata
unggulan Kabupaten Bintan dan menjadi program percontohan pengelolaan lamun
di Indonesia.
Program P2O-LIPI ini dikenal dengan Trikora Seagrass
Management Demonstration Site (TRISMADES). Peta lokasi penelitian disajikan
pada Gambar 2.

3

Gambar 2 Lokasi penelitian di padang lamun Malang Rapat
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data vegetasi lamun
Data vegetasi lamun didapat melalui observasi langsung (lapangan) dengan
menggunakan metode step and go menurut McKenzie et al. (2001). Metode ini
dilakukan dengan mengamati dan melakukan pengukuran langsung terhadap
ekosistem padang lamun yang ada. Alat yang digunakan adalah GPS, rollmeter,
dan petak contoh berukuran 50 cm x 50 cm yang dibagi menjadi 25 sub petak
contoh berukuran 10 cm x 10 cm (Lampiran 1). Pengambilan contoh dilakukan
sepanjang 300 meter dari darat kearah laut dengan interval antara petak contoh 10
meter dan interval antara transek 25 meter (Gambar 3).

Gambar 3 Transek pengambilan data lamun
Pengamatan parameter lingkungan
Kondisi fisika dan kimia suatu perairan akan menentukan mekanisme
perputaran energi dalam ekosistem tersebut.
Penelitian ini melakukan
pengamatan parameter fisika mencangkup kecerahan, kedalaman, dan jenis

4
substrat. Parameter kimia mencangkup ortofosfat, nitrat, dan amonia (Lampiran
1).
Kecerahan perairan tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
merupakan tingkat trasparansi suatu perairan yang dapat ditentukan secara visual
atau menggunakan alat yang disebut Secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan
dalam satuan meter, tetapi apabila yang diketahui persentasenya, maka nilai
kecerahan tersebut dapat di kali 100% sehingga nilai yang dihasilkan adalah
persentase kecerahan air. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang
melakukan pengukuran, pengukuran sebaiknya dilakukan pada saat cerah.
Substrat berupa pasir atau yang berupa lumpur maupun pasir, dilakukan
secara visual. Kedalaman perairan ditentukan dengan mengunakan mistar
berskala (cm). Nilai kedalaman didapat dengan mengukur tinggi air dari atas
substrat hingga permukaan air, dengan titik pengambilan merupakan stasiun
pengamatan vegetasi lamun. Parameter kimia dilakukan dengan mengambil
sampel di beberapa titik di daerah transek lamun.
Teknik pengumpulan data produktivitas ikan
Pengumpulan data produktivitas sekunder dilakukan dengan mengambil
ikan hasil tangkapan, kemudian dilakukan pengukuran panjang dan bobot. Alat
tangkap yang digunakan, yaitu bubu kakap dengan dimensi 165 cm x 100 cm x
60 cm dengan umpan berupa cumi-cumi. Bubu berjumlah 3 buah dengan posisi
secara acak sekitar transek, pada tiap stasiun. Data panjang dan bobot ikan
selanjutnya digunakan untuk menghitung produktivitas sekunder pada komunitas
lamun di Desa Malang Rapat.
Teknik pengumpulan data Seagrass Residence Index (SRI)
Lamanya ikan tinggal di suatu komunitas lamun dapat diestimasi dengan
menggunakan metode SRI (Scoot et al. 2000). Metode ini berdasarkan pada
waktu yang dihabiskan selama ikan tinggal di komunitas tersebut. Wawancara
singkat dilakukan pada nelayan dan penduduk setempat. Data waawancara
digunakan untuk mengestimasi SRI ikan ditangkap di komunitas lamun di
Malang Rapat berupa skor dengan skala nol hingga satu. Secara umum diagram
alir tahapan penelitian disajikan pada Lampiran 2.
Analisis Data
Sebaran frekuensi panjang
Menurut Wolpole (1992) penentuan sebaran frekuensi panjang dilakukan
dengan cara mengelompokan data ukuran objek penelitian ke bentuk kelompok
kelas interval. Metode dalam mencari jumlah kelas berdasarkan Sturges rule
(Akaike 1974).
Σ Kelas = 1+3,32 log n

(1)

Penentuan nilai maksimun nilai maksimum dan nilai minimum dari data
yang didapat. Selanjutnya menentukan kelas interval (lebar kelas) dengan rumus

5
sebagai berikut.

LK =

(max-min)
Σ Kelas

(2)

Keterangan:
n = jumlah contoh
LK = lebar kelas
Data hasil pencarian jumlah kelas, nilai maksimum dan minimum, serta
kelas interval yang diketahui, dilakukan pengelompokan data berdasarkan ukuran
kelas. Kelompok data dianalisis, untuk mencari frekuensi masing-masing kelas
menggunakan program Microsoft Excel 2007.
Kelimpahan relatif
Kelimpahan relatif setiap jenis ikan dihitung dengan menggunakan rumus
menurut Krebs (1989) dalam Pratiwi (2014). Kelimpahan relatif (komposisi
spesies) adalah perbandingan antara jumlah individu setiap spesies dengan jumlah
individu seluruh spesies yang tertangkap (Fachrul 2006).

K=

ni
N

X 100%

(3)

Keterangan:
K = Kelimpahan relatif ikan yang tertangkap (%),
ni = Jumlah individu setiap spesies ke – i (individu),
N = Jumlah individu seluruh jenis ikan yang ada (individu).
Kelimpahan jenis dan persentase penutupan
Pengambilan data jenis lamun dilakukan dengan identifikasi langsung di
lapangan berdasarkan pedoman pegambilan data lamun menurut Azkab (1999)
dan McKenzie et al. (2001). Persentase penutupan lamun ditentukan dengan Saito
dan Atobe (1970). Parameter ini bertujuan melihat besarnya penutupan masingmasing jenis lamun pada daerah pengambilan contoh sehingga diketahui lamun
yang paling dominan. Persentase tutupan lamun menggunakan acuan pada Tabel
1.
Ci =

(Mi x fi )
f

Keterangan :
Ci
= Presentase penutupan jenis lamun i
Mi = Mi adalah presentase titik tengah dari kelas kehadiran jenis lamun i
fi
= Sub petak 10 x 10 cm dimana kelas kehadiran jenis lamun i
∑ f = Jumlah sub petak 10 x 10 cm (25 subpetak)

(4)

6

Tabel 1 Penentuan kelas penutupan area lamun
Luas Area
Penutupan

% Penutupan
Area

5
4
3

1/2-penuh
1/4-1/2
1/8-1/4

2
1
0

1/16-1/8