Dengan Ini Saya Menyatakan Bahwa Tesis Berjudul Kualitas Semen Beku Babi Dalam Pengencer Bts Dan Miii Menggunakan Krioprotektan Dimethylacetamide Dan Gliserol Dengan Sodium Dedocyl Sulphate.

KUALITAS SEMEN BEKU BABI DALAM PENGENCER BTS DAN MIII
MENGGUNAKAN KRIOPROTEKTAN DIMETHYLACETAMIDE DAN
GLISEROL DENGAN SODIUM DEDOCYL SULPHATE

NANCY DIANA FREDERIKA KATERINA FOEH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kualitas Semen Beku
Babi dalam Pengencer BTS dan MIII menggunakan Krioprotektan
Dimethylacetamide dan Gliserol dengan Sodium Dedocyl Sulphate adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Nancy Diana Frederika Katerina Foeh
NIM B352130011

RINGKASAN
NANCY DIANA FREDERIKA KATERINA FOEH. Dengan ini saya
menyatakan bahwa tesis berjudul Kualitas Semen Beku Babi dalam Pengencer
BTS dan MIII menggunakan Krioprotektan Dimethylacetamide dan Gliserol
dengan Sodium Dedocyl Sulphate. Dibimbing oleh RADEN IIS ARIFIANTINI
dan TUTY LASWARDI YUSUF.
Inseminasi Buatan (IB) menggunakan semen beku babi di Indonesia masih
terbatas, karena penyediaan semen beku masih didatangkan dari luar negeri.
Spermatozoa babi memiliki komposisi membran plasma yang mengandung
sphingomyelin dan phosphatidylethanolamine yang sangat tinggi 14% dan 24%,
sehingga mudah mengalami cold shock saat pembekuan. Pengencer semen cair
yang mudah diperoleh di Indonesia adalah BTS® dan MIII®. Semen cair
umumnya disimpan pada suhu 16-18 oC dan bertahan hanya beberapa hari saja,
untuk penyimpanan yang lebih lama dibutuhkan pembekuan semen yang

memerlukan krioprotektan. Krioprotektan yang umum digunakan adalah gliserol,
sedangkan golongan amida seperti dimethylacetamide (DMA) menunjukkan
potensi yang baik sebagai krioprotektan karena memiliki berat molekul yang lebih
rendah (87.12 g/mol) jika dibandingkan dengan gliserol (92.05 g/mol).
Penambahan Sodium Dodecyl Sulphate (SDS) dalam bahan pengencer semen
beku dapat mempertahankan motilitas spermatozoa pada saat kriopreservasi,
dengan cara melarutkan dan meningkatkan dispersi molekul kuning telur,
sehingga dapat meningkatkan kontak dengan membran plasma spermatozoa yang
diharapkan mengurangi efek negatif dari bahaya selama kriopreservasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji krioprotektan terbaik dalam
pengencer BTS dan MIII. Semen dikoleksi dari 4 ekor pejantan dengan
menggunakan dummy sow. Semen yang menunjukkan motilitas spermatozoa
>70%, konsentrasi spermatozoa >200.106 sel/ml dan abnormalitas < 20% yang
digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dalam empat tahap yaitu 1)
Pemeriksaan karakteristik semen babi meliputi pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis. 2) Penambahan gliserol, DMA, dan kombinasi gliserol-DMA dalam
pengencer BTS dan MIII. 3) Penambahan SDS dalam bahan pengencer semen
beku 4) Uji fertilitas semen beku.
Tahap 1, pemeriksaan karakteristik semen segar dilakukan secara
makroskopik meliputi volume, warna, pH, dan konsistensi sedangkan

pemeriksaan mikroskopis meliputi motilitas, viabilitas, konsentrasi, dan
abnormalitas spermatozoa.
Tahap 2, semen ditambahkan pengencer BTS atau MIII dengan
perbandingan 8:5. Selanjutnya dilakukan holding time 2 jam (20-22 oC) dan
disentrifus 15 menit (2000 rpm). Supernatan dibuang dan Pellet ditambahkan
pengencer semen beku yang mengandung krioprotektan gliserol, DMA dan
kombinasinya. Semen hasil pengenceran dikemas dalam straw 0.5 ml dan
diequilibrasi 2 jam, lalu dibekukan di atas uap N2 cair dan disimpan ke dalam
kontainer berisi N2 cair. Pengujian motilitas dan viabilitas spermatozoa dilakukan
24 jam setelah pembekuan. Tahap 3, perlakuan dengan penambahan SDS
terhadap pengencer terbaik Tahap 2, lalu dilakukan pembekuan semen dan
evaluasi seperti di atas. Tahap 4, pengujian fertilitas semen beku, sebanyak 25

straw semen beku ditambahkan 80 ml pengencer BTS yang setara dengan 5000
juta sel/80 ml, kemudian diinseminasi pada 10 ekor betina estrus. Keberhasilan IB
diukur dengan menghitung angka konsepsi dan angka kelahiran dari betina yang
diinseminasi.
Data Tahap 1 dianalisis secara deskriptif, Tahap 2 dan 3 menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dan RAL faktorial. Data dianalisis dengan analisis
of variance (ANOVA) menggunakan program SPSS v.21. Data yang

memperlihatkan perbedaan nyata diuji lanjut dengan uji Duncan.
Hasil evaluasi karakteristik semen babi menunjukkan rerata volume
176±4.85 ml, dengan pH 7.40±0.066, berwarna putih keruh dengan konsistensi
encer. Secara mikroskopis hasil penelitian menunjukkan motilitas spermatozoa
80.85±8.72%, dengan konsentrasi spermatozoa 429.17±7.93.106 sel/ml, viabilitas
spermatozoa 88.61±0.21%, dan abnormalitas spermatozoa hanya 6.87±0.23%.
Hasil pengamatan Tahap 2, krioprotektan terbaik dalam pengencer BTS
adalah BTSDMA 20.92±0.91% lebih tinggi (P