Pedoman Kesehatan Reproduksi di Tempat Kerja (2009)
61 3 .62
InJd:
p
P DOMAN
KESEHATAN REPROD·UIKSI
DI TEMPAT KERJA
セ@
セ@
Direktorat Bina Kesehatan Kerja
Departemen Kesehatan RI
2009
b
-
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan
613.62
Ind
P
Indonesia. Oepartemen Kesehatan. Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat
Pedoman Kesehatan Reproduksi Oi Tempat Kerja
Departemen Kesehatan RI . 2009
1. Judul OCCUPATIONAL HEALT SERVICE
KATA PENGANTAR
Seiring perkembangan dunia industri yang semakin pesat,
. banyak menyerap pekerja baik lakiIaki maupun perempuan.
Dengan demikian adanya bahaya (hazard) di tempat kerja dapat
mempengaruhi kesehatan para pekerjanya. Risiko kesehatan
yang mungkin terjadi dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit termasuk gangguan pada kesehatan reproduksi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar
mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi perlu
dilakukan upaya sejak dini bahkan sebelum masa konsepsi . Oleh
karena itu kesehatan reproduksi merupakan suatu hal yang
sangat penting karena tidak saja menyangkut kondisi individunya
tetapi juga mempengaruhi generasi yang akan datang . Dengan
demikian diharapkan dari para pekerja yang sehat akan lahir
generasi yang sehat dan kuat pula .
Untuk itu buku ini disusun agar menjadi acuan bagi para praktisi
kesehatan di tempat kerja dalam melindungi kesehatan
reproduksi dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja.
Diharapkan buku ini dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya
dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
di tempat kerja masingmasing.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih pada Tim Penyusun
yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan buku ini sehingga
dapat diterbitkan. Semoga semua upaya yang telah kita lakukan
mendapat ridho dari Allah SWT.
Jakarta, 2 September 2009
DAFTAR lSI
KATA PEI\JGANTAR .... ....... ........................................................ .
DAFTAR lSi.... ... ... ......... .. .... ....... ... ... ... ... .... .. .. ...... . ..... ....
ii
BAB I PENOAHULUAN .......... .... ..... .............. ... .... ... .. .. ..... .... .. .. . .
A. Latar Belakang ...... ................ ... .. '" ......................... .
B. Tujuan ... ........................ .............................................
5
C Sasaran .... ...... ... .......................................................
5
O. Oasar Hukum .... ...... .. ...... . ............ ... .. .. ..... ... ... . .... ..
5
E. Pengertian ...... ... ............. . ................................
7
F. Ruang Lingkup ............ ............................ ....... ............
8
BAB II ANALISIS SITUASI ....... .. .. ................ .. ................ .........
9
A. Populasi Pekerja.... ...... .. .... .... .... .. .... .... .... ........ ..........
9
B. Mortalitas & Morbiditas ............ ... .. .... .. ...... .. .. .... ... .. ....
10
BAB III KESEHATAN REPRODUKSI ................. .... .. ............. .. ..
13
A. Fisiologi Sistem Reproduksi ........ .. ...........................
13
B. Faktor Risiko Terhadap Kesehatan Reproduksi .... ..
15
1. Faktor Risiko Non Okupasi ... ...... ...... ............ .......
15
2. Faktor Risiko Okupasi .........................................
17
a. Faktor Kimia ....... ........ ...... ..... .............. .... .. ...
17
b. Faktor Biologi ........ ...... .......................... .. .....
23
c. Faktor Ergonomi ... ... .... ....... ................... .......
26
d. Faktor Fisika ...................................... ..........
28
e. Faktor Psikososial ....................... .................
33
BAB IV UPAYA KESEHATAN REPROOUKSI 01 TEMPAT KERJA
43
A. Pelayanan Kesehatan Reproduksi ........................
43
B. Program Perlindungan di Tempat Kerja ....... .... .. .......
46
BAB V MONITORING DAN EVALUASI .............. .... ...................
51
BAB VI JEJARING ... ............................ .. .. ....... ................ ...........
53
BAB VII PENUTUP .... ................. ........ ...... ..... .............................
57
KONTRIBUTOR ... ........ ... .. ............. ..... ...... ................................
58
II
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oalam upaya meningkatkan Indek Pembangunan Manusia
(IPM) Indonesia, maka salah satu kebijakan pembangunan
kes e hatan lebih diarahkan untuk meningkatkan kualitas
Sumber Oaya Manusia agar semakin tangguh, mandiri , dan
berkualitas, serta mampu bersaing dalam menghadapi makin
ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi. Salah satu
upaya strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia dimulai sejak dari janin dalam kandungan, dari ibu/
perempuan yang sehat diharapkan lahir generasi yang sehat
pula.
Seiring dalam perkembangan dunia industri, banyak sekali
menyerap pekerja baik lakiIaki maupun perempuan.
Perempuan dan lakiIaki yang bekerja, baik di sektor formal
maupun informal, sering terpajan berbagai faktor risiko yang
berpotensi mengancam kesehatannya, termasuk kesehatan
reproduksi. Gangguan kesehatan reproduksi yang terjadi,
dapat berupa gangguan kesuburan, gangguan pada
kehamilan maupun keganasan.
Besarnya masalah yang diakibatkan karena pajanan di tempat
kerja sulit untuk dinilai, hanya sebagian kecil dari lebih 60.000
bahan kimia yang digunakan di industri telah diteliti
toksisitasnya terhadap kesehatan reproduksi. Pajanan bahan
1
toksik terhadap kesehatan reproduksi diperkirakan paling
banyak terjadi pad a perempuan yang bekerja di sektor
manufaktur dan kesehatan akibat menggunakan pelarut
organik. Oi negara berkembang masalah utama adalah yang
disebabkan oleh pestisida dan bahan kimia industri lainnya.
Banyak sektor pekerjaan yang secara dominan diduduki oleh
pekerja perempuan karena mempunyai beberapa sifat
seperti teliti, sabar, mudah diatur atau tidak banyak protes,
memiliki keterampilan manual dan sering bersedia digaji
lebih rendah daripada lakiIaki. Pekerja perempuan pada
umumnya tergolong usia reproduksi (1545 tahun) dimana
perempuan pada usia reproduksi merupakan kelompok
masyarakat rentan. Persentase pekerja perempuan juga
tinggi untuk perempuan yang hamil. Oi Amerika Serikat
misalnya perempuan yang bekerja pada waktu kehamilan
pertamanya mencapai 64,5%.
Oi Indonesia pekerja perempuan bekerja hampir di semua
sektor sebagai tenaga manajerial, profesional, teknis,
administratif sampai ke buruh ataupun wiraswasta . Namun
masih ada kecenderungan untuk mempekerjakan
perempuan di sektor pertanian dan pelayanan jasa . Selain
itu juga sebagian besar perempuan masih bekerja di sektor
informal. Sektor informal termasuk underserved population,
menurut WHO, karena populasi pekerja tidak terlindung oleh
hukum maupun mendapatkan pelayanan kesehatan yang
memadai.
2
Perempuan yang bekerja dengan upah rendah dan berisiko
terpajan bahan berbahaya, pada umumnya mempunyai
beban kerja ganda; mereka terbebani menambah atau
menjadi sumber utama nafkah keluarga , mempunyai beban
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak
dan kadang juga orang tuanya. Karena perempuan
mempunyai kondisi fisiologis yang berisiko, maka apabila
perempuan bekerja pada tempat yang berisiko akan
berdampak pada kesehatan reproduksinya.
Pekerja perempuan di Indonesia seperti juga perempuan
pada umumnya dalam usia reproduksi mempunyai
permasalahan ' kesehatan antara lain; prevalensi anemia
perempuan usia reproduksi sebesar 26,8%dan anemia pada
perempuan hamil sebesar 40,0%, sehingga akan berakibat
perempuan usia reproduksi mudah menderita sa kit dan
kemungkinan apabila hamil akan mempunyai risiko tinggi
saat melahirkan serta melahirkan generasi yang kurang gizi
pula.(Oepkes, 2003)
Ada beberapa hal yang menyebabkan perempuan
mempunyai potensi risiko yang berbeda untuk terkena
penyakit akibat kerja daripada pekerja lakiIaki, yaitu :
1. Adanya perbedaan anatomis dan fisiologis
2. Perempuan melalui fase kehidupan reproduksi yang
berbeda, seperti mengalami: siklus haid, kehamilan,
menyusui
3. Perlakuan terhadap pekerja perempuan berbeda
4. Masih adanya peran ganda pekerja perempuan
3
5. Perempuan sering mengalami pelecehan seksual maupun
kekerasan dalam pekerjaan
Ratarata semua ukuran tubuh perempuan lebih kecil
daripada laki laki. tempat kerja dan peralatan kerja pada
umumnya didisain untuk pekerja lakiIaki , termasuk alat
pelindung diri. Bekerja pada tempat kerja dan menggunakan
alat kerja yang tidak sesuai menyebabkan perempuan
menjadi lebih rentan untuk terkena gangguan kesehatan
akibat kerja . Lemak tubuh lebih banyak pada perempuan,
yang mengakibatkan toleransi terhadap suhu lingkungan
yang panas menjadi lebih rendah, namun terhadap suhu
dingin menjadi lebih tinggi. (Menurut NIOSH suhu lingkungan
untuk panas limit untuk pria 25,5°C, sedangkan untuk wanita
24,4 °C) . Selain itu potensi terjadinya penyimpanan bahan
toksik yang larut dalam lemak menjadi lebih tinggi.
UndangUndang no 7 tahun 1984 adalah Ratifikasi Konvensi
PBB tahun 1979 mengenai penghapusan segal a bentuk
diskriminasi terhadap perempuan, dimana pada pasal 11
antara lain berisi:
Persamaan hak untuk bekerja, mendapatjenis pekerjaan,
proses seleksi dan promosi di tempat kerja
Hak untuk menerima upah dan tunjangan yang sama,
perlakuan yang sama
Hak untuk perlindungan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja termasuk perlindungan untuk fungsi melanjutkan
keturunan
4
B. Tujuan
Umum :
Terselenggaranya upaya kesehatan reproduksi di
tempat kerja .
Khusus :
1. Melindungi kesehatan reproduksi pekerja.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi di
tempat kerja.
3. Meningkatkan produktifitas pekerja.
C. Sasaran Pedoman
Pedoman Kesehatan Reproduksi bagi Pekerja ditujukan
pada:
1. Puskesmas.
2. Poliklinik Perusahaan.
3. Balai Kesehatan Kerja Masyarakat/ Balai Kesehatan
Tenaga Kerja.
4. Dinas Kesehatan Provinsi.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
D. Dasar Hukum
1. Undang Undang Dasar 1945, Pasal 28 H ayat 1.
2. Undang Undang. No . 1 Tahun 1970, tentang
Keselamatan Kerja;
3. Undang Undang No. 23 tahun 1992, tentang
Kesehatan ;
5
4. U ndang Unda ng No. 13 t a hun 2 003, te ntang
Ketenagakerjaan;
5. U ndangUndang N o. 23 Tahun 2 00 3, tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
(KDRT).
6. Inpres No.9 tahun 2000, tentang PengarusUtamaan
gender;
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 433/Menkes/SKI
VI 1998, tentang Pembentukan Komisi Kesehatan
Reproduksi.
R Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 450/Menkesi
SKlIVI 2004, tentang Pemberian Ai r Susu Ibu (ASI)
secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia;
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No: 1593/Menkesl
KlXII 2005, tentang Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia;
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.920/Menkesl
Perl Xl1I86,Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan 8agi
Pekerja;
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 920/Menkes/Peri
X11/1986, Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan
Swasta di Bidang Medik;
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.261/Menkes/SKI
11/98, Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja;
6
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI NO.951/Menkesl
SKI V1I2000 , Tentang Upaya Kesehatan Oasar di
Puskesmas;
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 2301
MENKES/SKlII/2003, tentang Tindak Lanjut Oeklarasi
dan Kesepakatan Kerangka Aksi Beijing Bidang Kritis
"Perempuan dan Kesehatan";
15.
Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
serta Menteri Kesehatan No: 4S/Men .PP/XII/200S,
PER, 27/MEN/XII/200S dan 1177/Menkes/PB/XIII
200S , Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
Selama Waktu Kerja Oi Tempat Kerja.
E. Pengertian
1.
Kesehatan Reproduksi : Kesehatan reproduksi
adalah suatu keadaan sejahtera fisik , mental dan sosial
secara utuh, tidak sematamata bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi , serta fungsi dan prosesnya.
International Conference on Population and
Development (lCPD), Kairo 1994.
2.
Infeksi Saluran Reproduksi : infeksi pada saluran
reproduksi yang disebabkan oleh kuman atau bakteri,
virus dan jamur.
3.
HIV/AIDS adalah masuknya virus HIV kedalam tubuh
manusia yang menyebabkan hilangnya sistem
kekebalan tubuh.
7
4. Anemia Gizi : suatu keadaan defisiensi zat gizi yang
diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel darah
merah.
F. Ruang Lingkup
Pedoman kesehatan reproduksi pada pekerja meliputi :
1. Analisa situasi kesehatan pekerja
2. Sistem reproduksi dan faktor risiko yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi
3. Upaya kesehatan reproduksi di tempat kerja
8
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Populasi
Pekerja
Menurut data BPS 2008, populasi pekerja di Indonesia sud ah
mencapai 166,64 juta orang. Sekitar 38% pekerja bekerja di
sektor informal, dengan persentasi terbesar (40,3%) bekerja
di sektor pertanian. Sedangkan jumlah pekerja perempuan
sek itar 40%.
Partisip asi perempuan pad a populasi pekerja meningkat terus,
baik di sektor pertanian, industri maupun jasa , sehingga saat
ini sudah mencapai sekitar 42% dari populasi pekerja di dunia.
Me skipun pekerja perempuan besar kontribusinya terhadap
perekonomian nasional, namun kebutuhan khusus mereka
akan pelayanan kesehatan kerja jarang terpenuhi, WHO 2001.
Berdasarkan laporan BPS tahun 2008, pekerja wanita usia
produktif (1545 tahun) sebanyak 67,49 %.
Tabel1. Oistribusi pekerja wanita berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur
1519
2024
25 29
3034
3539
4044
4549
·5054
5559
60+
Total
2008
Jumlah
-
.
.
2';
r.:
2,303,323
4,148,793
4,936,291
4,940,393
5,052 ,548
4,709,778
4,204,769
3,210,715
2,081,992
3,064,870
38,653,472
%
5.96
10.73
12.77
12.78
13.07
12.18
10.88
8.31
5.39
WNセS
10O
Sumber BPS tahun 2008.
9
B. Mortalitas dan Morbiditas
• Kematian Ibu
Berdasarkan data SDKI tahun 2007 terdapat angka
kematian ibu 228 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan
angka kematian neonatal 26,9 per 1000 kelahiran hidup.
Hal tersebut masih termasuk tinggi diantara negaranegara
di dunia untuk itu berbagai upaya kesehatan reproduksi di
segala sektor termasuk di lingkungan tempat kerja masih
perlu ditingkatkan dalam rangka mencapai target MDGs.
Penyebab kematian ibu diantaranya adalah
perdarahan,(28%), eklampsi (24%), infeksi (12%), abortus
(5%).
• Abortus
Menurut WHO, diperkirakan 1520% kehamilan
mengalami abortus spontan . Sekitar 33% abortus spontan
disebabkan karena adanya anomali berat pada fetus dan
sekitar 3% dengan adanya kelainan perkembangan. Di
Indonesia diperkirakan abortus terjadi 1015% dari
kehamilan. Sedangkan bila abortus subklinis diikutsertakan
frekuensi bisa mencapai 31 % dari kehamilan. Berbagai
penelitian yang mengevaluasi frekuensi kejadian abortus
pada umur 40 tahun menjadi dua kali daripada umur 2030 tahun dan meningkat tajam setelah usia ibu di atas 35
tahun. Sedangkan Ahlberg dan Bodin (1991) mendapatkan
bahwa pajanan terhadap asap rokok di tempat kerja
(ETS) Meningkatkan risiko abortus spontan 2,16 kali.
Penelitian yang dilakukan di Finlandia juga menemukan
bahwa perempuan yang bekerja di sektor pertanian
kemungkinan mengalami abortus spontan 30 % lebih
besar. Perawat yang terpajan ethylene Oksida selama
kehamilan 16,7% mengalami abortus spontan. Petugas
kesehatan terpajan gas anastesi mempunyai risiko terjaai
abortus spontan 1,21 ,3 kali lebih besar. Astrid Sulistomo
tahun 2007 melakukan penelitian pada petani perempuan
10
yang terpajan pestisida tinggi didapatkan risiko abortus
3,57 kali lebih besar dibandingkan dengan yang terpajan
rendah, sedangkan beban kerja rumah tangga berat
berisiko meningkatkan risiko abortus 3,46 kali dibanding
beban kerja rumah tangga ringan.
•
Kelahiran BBLR dan Prematur
Ibu yang perokok berat mempunyai risiko 23 kali untuk
melahirkan bayi BBLR. Hal ini terjadi pula pada ibu pekerja
yang terpajan karbonmonoksida (CO).
•
Kelahiran dengan Kecacatan.
Menurut Nelson dan Holmes tahun 1989, pajanan di tempat
kerja menimbulkan insiden cacat berat 2,24 % dari
kelahiran hid up, dan kecacatan minor 315 % (rata rata
10%). Kejadian cacat lebih tinggi 41 % pada bayi lakiIaki
daripada bayi perempuan. Pajanan terhadap methyl
mercury dapat menyebabkan cacat morfologis susunan
saraf pusat. Sedangkan perempuan yang bekerja di
industri atau konstruksi mempunyai risiko 50% lebih tinggi
untuk mempunyai anak dengan cacat susunan saraf pusat
dan perempuan yang bekerja di bidang transportasi dan
komunikasi mempunyai risiko dua kali lebih tinggi untuk
melahirkan anak dengan cacat bibir sumbing. Data lain
menyebutkan petugas kesehatan hewan mempunyai risiko
lebih tinggi melahirkan bayi cacat.
11
•
Infertilitas
Penelitian di Cina (2007) pada pekerja perempuan di sektor
garmen menemukan 40 % responden mengalami
gangguan haid. Hasil penelitian Sandra Yucra, dkk, tahun
2006 pada penyemprot pestisida di Peru mendapatkan
bahwa volume semen naik, pH naik, jumlah sperma turun,
motilitas turun, bentuk sprema normal berkurang secara
bermakna sehingga terjadi infertilitas pad a pekerja pria.
12
BAB III
KESEHATAN REPRODUKSI
A
FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI
Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi
perempuandan lakiIaki penting untuk dipahami bagaimana
pajanan di tempat kerja dapat mempengaruhi reproduksi dan
perkembangannya.
1. Perempuan
Pada saat perempuan mencapai masa pubertas mulai
terjadi siklus yang mempersiapkan kehamilan. Hormon
mempengaruhi siklus bulanan yang disebut siklus
menstruasi. Proses bulanan ini melibatkan koordinasi
antara otak, kelenjar pituitari (kelenjar kecil yang berada di
dasar otak) dan indung telur.
Oi dalam indung telur (ovarium) salah satu dari beberapa
sel telur yang matang dilepaskan kedalam saluran telur
(tuba fa//opii) . Pada umumnya pembuahan terjadi di
saluran telur. Pada saat sel telur matang permukaan rahim
menebal sebagai persiapan untuk menerima sel telur yang
sudah dibuahi. Jika sel telur tidak dibuahi maka terjadilah
menstruasi.
13
Gambar 1. Organ reproduksi perempuan.
2. Laki laki
LakiIaki mulai aktif memproduksi sperma pada usia pubertas
dan umumnya memproduksi sperma sampai seumur hidup.
Produksi sel sperma merupakan proses yang terusmenerus
dan juga diatur oleh hormonhormon seperti LH ( luteinizing
harmon/harmon lutein), FSH (tolic/e stimulating harmon) dan
testoteron. Proses produksi sel sperma memakan waktu 72
hari. Setelah sperma matang mereka akan bergerak dari
melalui tubulus testis dan epididimis. Sperma akan disimpan
selama 15 25 hari sampai matang dan mampu berenang.
Akibatnya sperma yang mampu membuahi sel telur
mempunyai rentang waktu selama kurang lebih 2 bulan bisa
terjadi kerusakan akibat radiasi, bahan kimia, obatobatan
dan mungkin beberapa faktor fisik seperti suhu yang tinggi.
Gambar 2. Organ reproduksi lakiIaki
14
B.
FAKTOR RISIKO TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi pada pekerja dapat dipengaruhi oleh
faktor yang bukan karena pekerjaan (non okupasi) dan yang
berkaitan dengan pekerjaan Itempat kerja (okupasi).
Oampak dari faktorfaktor risiko pada kesehatan reproduksi
adalah:
1. Oisfungsi seksual pada perempuan dan lakiIaki.
2. Penurunan kesuburan pada lakiIaki dan perempuan.
3. Kelainan ュ・ョウエイオ。セゥ@
(amenore, premenstrual sindrome,
dismenore, mentrorhagia).
4. Abortus spontan.
5. Kelahiran prematur.
6. Gangguan pertumbuhan janin .
7. Kelainan anatomi bawaan/kongenital.
8. Permasalahan pada proses menyusui.
9. Kanker pada lakiIaki, perempuan dan anakanak
Faktor risiko terhadap kesehatan reproduksi :
1. Faktor Risiko Non Okupasi
a. Sosial budaya
Faktor sosial budaya berkontribusi yang cukup besar
terhadap kesehatan reproduksi. Angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta angka
15
kematian balita (AKABA) di Indonesia masih cukup
tinggi, karena masih banyak masalah sosial budaya
yang mempengaruhinya, diantaranya adalah :
Status ekonomi
Kebiasaan, budaya dan tradisi
Pendidikan
Lingkungan sosial
Ketersediaan pelayanan medik
b. Individual
Baik lakiIaki dan perempuan mempunyai faktor risiko
terhadap kesehatan reproduksinya. Faktor tersebut
dapat mempengaruhi pada masa sebelum konsepsi,
selama kehamilan dan pasca melahirkan. Faktor
individu yang berpengaruh terhadap kesehatan
reproduksi diantaranya :
Umur
Genetik
Nutrisi dan status gizi
Perilaku sex
Kebiasaan olahraga
Rokok, alkohol dan kopi
Penggunaan obatobatan terlarang
Riwayat kesehatan reproduksi
Riwayat penyakit kronik
16
2. Faktor Risiko Okupasi
Bahaya potensial yang ada di tempat kerja dapat berupa
paparan bahan kimia, fisik, biologi, ergonomi dan
psikososial.
Bahaya potensial tempat kerja :
a.
Faktor Kimia
Ribuan jenis bahan kimia berbahaya diproduksi dan
digunakan di banyak tempat kerja . Beberapa subtansi
bahan kimia mempunyai dampak negatif bagi
kesehatan reproduksi baik bagi pekerja lakiIaki maupun
perempuan yang terpajan oleh bahan kimia berbahaya
tersebut.
Dampak dari pajanan bahan kimia tergantung dari
gender, bagaimana bahan kimia digunakan, kombinasi
bahan kimia dan lama waktu pajanan . Pajanan zat
kimia dapat memasuki tubuh manusia melalui inhalasi,
kontak dengan kulit ataupun masuk melalui saluran
cerna (jika pekerja tidak membersihkan tangannya
sebelum makan, minum atau merokok)
Akibat dari sifat toksik paparan bahan kimia di tempat
kerja :
1) Pada sistem reproduksi
-
Perubahan libido (Perubahan pad a timbulnya
hasrat sexual).
Exsposur beberapa bahan kimia atau kondisi
stress yang tinggi dapat menyebabkan pekerja
17
lakiIaki dan perempuan untuk mengalami
penurunan keinginan atau kemampuan seks.
Pajanan di tempat kerja dapatjuga menyebabkan
gangguan haid, yang dapat mencegah terjadinya
ovulasi . Sebagai contoh, bahan kimia yang
mempunyai efek depresi, seperti bahan pelarut
tertentu dapat menurunkan libido. Stress, shift
kerja atau pajanan beberapa bahan pelarut
organik dapat mengganggu siklus haid normal,
sehingga dapat mengubah pola kesuburan dan
perilaku seksual yang normal. Walaupun
mekanismenya masih belum jelas penurunan
kesuburan dilaporkan teradi pad a perawat gigi
yang terpapar N0 2 atau uap mercury pada
pekerja manufacturing semikonduktor.
Merusak sel telur atau sperma. Efek lain yang
dapat terjadi akibat pajanan hazard di tempat kerja
adalah merusak sperma dan selsel telur secara
langsung. Pajanan radiasi dan bahan kimia
tertentu dapat menyebabkan sterilitas atau
penurunan kesuburan pada pekerja lakiIaki dan
perempuan .
18
Tabel2. Bahaya Pajanan Kimia/Pada Sistem Reproduksi Pria
E F E K
PENURUNAN
JUMLAH
SPERMA
BENTUK
SPERMA
ABNORMAL
Lead
X
X
Dibromochloropropane
X
PAJANAN KIMIA
MOTILITAS
SPERMA
X
X
Ethylene dlbromlde
X
Plastic production (styrene and acetone)
PEA fO RM A
SEXUAL
X
X
X
X
X
X
Welding
Perchloroethylene
X
X
X
Mercury vapor
Heat
X
Military radar
X
X
X
Kepone
Bromine vapor
X
X
X
Radiation (Chernobyl)
X
X
X
Carbon disulfide
2.4Dichlorophenoxy aceti c acid (2.4·D)
f'ERUB AH AN
HO Rr.AO NI
X
Carbaryl (Sevin)
Toluenedlamlne and dlnltrotoluene
Ethylene glycol monoethyl ether
GANGGUAN
X
X
X
X
Sumber : The Effec ts 01 Workplace Hazards on Male ReproductIve Healr, NIOSH
Mutasi genetik. Perubahan materi genetik yang dibawa
oleh sel telur dan sperm a akan diteruskan kepada generasi
berikutnya . Hal ini dikarenakan gen mengandung kromosom
yang menentukan karakteristik dimana anak akan menerima
warisan dari orang tua mereka . Mutasi genetik dapat
menyebabkan cacat sa at kelahiran , lahir mati, atau
keguguran, tergantung pada jenis kerusakan . Ketika efek
kerusakannya parah akan menyebabkan janin tidak bisa
hidup, keguguran atau lahir mati.
Beberapa mutasi gen mungkin hanya menyebabkan
perubahan kecil pad a anak. Perubahan yang lain mungkin
tidak kelihatan
19
. sama sekali . Meskipun demikian, penting untuk
diingat bahwa walaupun efek kerusakan tidak
kelihatan pada anak, perubahan tersebut bersifat
permanen. Perubahan permanen ini mungkin saja
diteruskan pada keturunan masa depan anak itu,
dimana perubahannya dapat terlihat kemudian .
Bahan yang dapat menyebabkan perubahan materi
genetik disebut mutagen . Efek yang merugikan
akibat pajanan tersebut dapat terjadi setelah
kelahiran, yang mempengaruhi tumbuh kembang
bayi atau anak . Selain berbahaya bagi kesehatan
reproduksi, bayi baru lahir dan anak juga rentan
terhadap efek bahaya dari bah an tersebut .
2) Pada Kehamilan
Saat fertilisasi telah berlangsung, beberapa bahan
berbahaya bisa menerobos rahim ibu ke embrio
atau janin yang berkembang. Janin secara umum
mempunyai risiko tinggi pada saat umur kehamilan
2 sampai 8 minggu kehamilan karena pada saat
itu organorgan utama baru terbentuk. Hal ini
tergantung pada jumlah dan bentuk pajanan, janin
dapat mengalami kerusakan selama masa
kehamilan.
20
Penting diingat bahwa insiden abortus dan
kecacatan kelahiran bervariasi dari setiap negara,
dan ini berhubungan dengan pajanan yang
terdapat di tempat kerja .
Teratogen adalah bahan yang menghambat
perkembangan janin secara normal. Teratogen
bisa melewati barrier plasenta dari darah ibu ke
darah janin. Penggunaan Thalidomide bagi ibu
hamil untuk mencegah mual ternyata
mengandung bahan teratogen yang menyebabkan
bayi lahir cacat. Pada perempuan, benzene
dieliminasi oleh tubuh lebih lambat dari lakiIaki.
Pajanan bahan kimia ini dapat menganggu
kesehatan reproduksi perempuan selama hami!.
Oi beberapa tempat, perempuan hamil dengan
paparan benzene memiliki risiko tinggi untuk
keguguran atau abortus.
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan
janin seperti stres, merokok, alkohol dan
ketergantungan obat akan bersinergi dengan
paparan zat kimia berbahya di tempat kerja
sehingga akan menimbulkan peningkatan risiko
gangguan pada janin.
21
Tabel3. Pengaruh Paparan Zat Kimia Terhadap Kehamilan
PAJANAN KIMIA
Gas aneslesi
PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN
Subfertil. abortus sponlan. kelainan kongenllal
BUKTI
t・イ「。ャセOゥョォッオウヲ@
Obal anlineoplaslik
Abortus sponlan. kelainan kongenilal
KuaVlerbalas
Arsen
Abortus sponlan , beral badan lahir rendah
Terbalas
Karbondisulfida
Abortus sponlan, gangguan haid
Terbalaslinkonklusif
Karbonmonoksida
Abortus sponlan, BBLR,
Terbalas
Hasil kiorinasi
Abortus sponlan, BBLR, gangguan haid
Terbalas/inkonklusif
DDT
Gangguan haid, premalur, BBLR
Inkonklusif
Dioksin
Gangguan haid, Abortus, Kelainan kongenilal
Inkonklusif
Eler elilen glikol
Abortus sponlan
Kual
Elilenoksida
Abortus sponlan
Terbalas
Timbal
Inferlililas. abortus sponlan, premalur
Terbalas/kual
Merkuri
Gangg haid, abortus, BBLR, gangguan syaraf
Terbalas/kual
PCB
BBLR, gangguan haid, hiperpigmenlasi
Terba las/inkonklusif
Pefarulorganic
Gangguan haid,abortus, kelainan kongen llal
I nkonklusifllerba las
BBLR, kemalian janin
Terbalaslkual
Asap lembakau
Sumber LaOou. Current Occupational & Environmentat Medicine, 3'· ed., ha140Y'
3) Setelah Kehamilan
Pajanan dari pekerjaan dapat pula mengganggu
perkembangan anak yang baru dilahirkan, hal ini tidak
berhubungan secara langsung dengan kesehatan
reproduksi tetapi penting untuk diketahui karena bayi baru
lahir dan anakanak sangat peka terhadap pajanan bahan
kimia yang terbawa melalui pakaian, sepatu atau bahkan
rambut dan kulit dari pekerja. Sebagai contoh anak yang
terpajan oleh serat asbes jangka panjang yang terbawa
oleh si ibu akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
paru (asbestosis). Menyusui dengan Air Susu Ibu (ASI)
merupakan jalan lain untuk terjadinya pajanan pada bayi.
22
b. Faktor Biologi
Zatzat biologi seperti virus, jamur, bakteri, dan infeksi
parasit dapat menjadi bahaya potensial pad a
perempuan hamil. Sumber bahaya potensial biologi
adalah manusia, binatang dan tumbuhan. Beberapa zat
dapat menyebabkan kematian ibu, zat lain dapat
berefek langsung pada janin, intrauterine dan cacat
lahir.
Rubella atau German Measles
Guru, pengajar anakanak, pekerja rumah sakit, orangorang yang bekerja pada pusat-pusat pelayanan individu
dan industri bioteknologi merupakan risiko tinggi
terpajan rubella.Transmisi timbul karena kontak
langsung dengan urin, feses atau sekresi hidung dan
tenggorokan.Pajanan rubella selama trimester pertama
dapat berdampak kecacatan pada mata, telinga, dan
jantung janin. Kecacatan lain
termasuk penurunan lingkar kepala, mental retardasi,
perkembangan anak yang buruk, dan terlambatnya
perkembangan bahasa dan motorik. Vaksin rubella
ditemukan sejak 1969. Imunisasi rubella kontraindikasi
pada ibu hamil.
Cytomegalovirus
Cytomegalovirus (CMV) dikenal sebagai zat teratogen.
Infeksi ditularkan melalui kontak air liur, urin , sekresi
cerviks, dan air susu ibu. Infeksi cytomegalovirus
congenital, terutama selama 20 minggu pertama
kehamilan, tergabung dengan retardasi mental, serebal
23
palsy, epylepsi, dan masalah penglihatan dan
pendengaran. Day care worker, pengajar, dan pekerja
rumah sakit mempunyai risiko tinggi terkena
i nfeksi. Vaksin cytomegalovirus masih dalam
penelitian dan tahap pengembangan.
Varicella atau Chicken Pox
Perempuan hamil yang kontak sangat dekat dengan
anakanak yang terinfeksi aktif varicella akan berisiko
terkena infeksi. Anomali congenital dengan varicela
akan menimbulkan masalah atropi anggota gerak,
mikrosefali, atropi kortikal, manifestasi motorik dan
sensorik dan problem telinga. Pajanan pada trimester
pertama menimbulkan keguguran, atropi otot,
clubbed foot, penyakit sistem saraf pusat dan katarak.
Vaksin varicella sudah ada , tapi kontraindikasi selama
kehamilan.
Hepatitis
Hepatitis adalah infeksi virus akut dan penyebab
umum terjadinya kuning pada kehamilan. Pajanan
pad a prenatal dapat menyebabkan prematuritas atau
retardasi psikomotor. Penularan hepatitis A melalui
jalur saluran pencernaan.
Agen yang umum menularkan antara lain makanan
yang terkontaminasi, susu, kerang, air yang terpolusi.
Hepatitis B dan C penularannya melalui darah dan
produk darh yang terkontaminasi dan melalui
hubungan seksual . Tusukan pada kulit dari jarum atau
24
alat medis yang terkontaminasi juga bisa menularkan
virus.
Human Immunodeficiency Virus
HIV mempengaruhi fertilitas melalui berbagai jalan
seperti peradangan pad a panggul, masalah paada
saluran kelamin bawah dan ketidakteraturan
menstruasi. Penularan HIV sebelum atau selama
kehamilan berhubungan dengan peningkataan
masalah kesehatan pad a ibu hamil dan bayi yang
dilahirkan. Risiko penularan HIV dari ibu yang
terinfeksi ke janinnya 1430%. Hampir sebagian besar
perempuan yang menularkan infeksi HIV pada
janinnya tidak menunjukkan gejala. Saat ini telah
tersedia pengobatan untuk menurunkan risiko
penularan HIV terhadap janin. Petugas kesehatan,
petugas UGD dan pekerja yang tertusuk jarum suntik
atau darah yang terinfeksi memiliki risiko tertinggi
terkena H IV.
Listeria
Moonocytogen Listeria ditemukan pada mamalia,
burung , kutu, ikan, dan krustasea.Ditularkan melalui
kulit dan mata, dengan keluhan menyerupai flu ringan.
Dokter hewan dan pawang binatang dapat terpajan
saat menangani binatang yang terinfeksi . Infeksi pada
kehamilan awal menyebabkan keguguran. Infeksi
lanjut pqda kehamilan dapat menimbulkan lahir mati
dan premature.
25
Toksoplasmosis
Tokksoplasmosis adalah penyakit infeksi umum yang
disebabkan parasit. Infeksi selama kehamilan
berhubungan dengan keguguran, lahir mati atau
infeksi congenital pada 1015% kehamilan yang
terkomplikasi oleh toksoplasmosis. Gejala biasanya
menghilang pada kelahiran. Sekitar 10% bayi yang
terinfeksi akan mengalami gangguan system saraf
pusat, hidrosefalus,dan retardasi mental. Faktor risiko
termasuk makan makanan mentah atau daging
mentah yang terkontaminasi kista toksoplasma,
tinggal di pedesaan dan pekerjaan yang berhubungan
dengan binatang.
c. Faktor Ergonomi
Faktorfaktor ergonomi seperti desain tempat kerja
yang buruk, cenderung menyebabkan gangguan
reproduksi pada perempuan dibandingkan laki Iaki .
Kemampuan perempuan untuk bekerja ketika hamil
tergantung karakteristik individu dan sifat dari tugas
seperti: tidak dapat berdiri lama, tidak dapat membawa
berat. Dampak dari tekanan ergonomi tergantung
pada kebugaran dan kekuatan fisik setiap individu
perempuan sesuai dengan status kesehatannya.
(Paul 1993)
Disain lingkungan kerja yang tidak ergonomi seperti:
membawa beban be rat, gerakan kerja berulang,
berdiri, duduk, dan berjalan yang terlalu lama,
26
berpengaruh negatif terhadap aspek fisik termasuk
berdampak langsung pada hasil reproduksi.
Perubahan fisik dan psikologi pada perempuan hamil
mempengaruhi perubahan kemampuan untuk
menjalankan tugas kerja secara aman. Risiko
ergonomik yang dapat menyebabkan gangguan
reproduksi antara lain:
•
Berdiri
Suatu studi menyatakan perempuan hamil yang
berdiri lebih dari 4 jam dalam satu shif (8 jam)
memiliki potensial risiko melahirkan bayi
prematur. (Henriksen et a/., 1995)
•
DuduK
Duduk yang lama akan menyebabkan kualitas
dan jumtatTdarah yang disuplai ke uterus secara
significant berkurang (Sohn et at, 1989). Studi
lain mengatakan bahwa duduk yang lama akan
menyebabkan ketidaknyaman dari ibu hamil.
(Nicholls and Grieve, 1992)
•
Mengangkat
Dengan bertambah besar ukuran perut ibu hamil
menyebabkan bertambahnya tekanan tulang
belakang bag ian bawah dan beban semakin
27
「・イセ。ュィ@
apabila mengangkat beban berat
sehingga akan menyebabkan kontraksi uterus,
abortus, lahir prematur, ukurarl bayi kecil tidak
sesuai dengan umur kehamilan dan BBLR
(Teitelman et al., 1990, Paul 1993, Fourn et
al.,1999).
Pembatasan Kerja 8agi Ibu Hamil
Kehamilan tanpa komplikasi med is tidak
meningkatkan risiko tetapi berapa aspek dari
perkerjaan dapat menyebabkan masalah kesehatan
dan beban kerja harus dibatasi selama kehamilan .
Tabel 4. Rekomendasi The Society Of Obstetricians and Gynaecologists of Canada
ten tang pembatasan aspek kerja
No.
Maksimum yang
diperbolehkan
Posisi Kerja
Usia Kehamilan
1.
Berdiri
Prolonged ( 4 Jam)
Intermitten (30 meniVjam)
> 24 Minggu
> 32 Minggu
2.
Membungkuk
Repetitif (10 kalil jam)
Intermitten (2 kalil jam)
>20 Minggu
> 28 Minggu
Memanjat
tangga
Repetitif (3 Kali/shif)
intermitten (3 Kalil shif)
> 20 Minggu
> 28 Minggu
4.
Naik tangga
Repetitif (3 kali I shif)
> 20 Minggu
5.
Mengangkat
Repetitif (23 kg)
Repetitif (11 Kg)
Intermitten (23 Kg)
> 20 Minggu
> 24 Minggu
> 30 Minggu
3.
d. Faktor Fisika
Faktor fisik lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi
kesehatan reproduksi, adalah :
28
• Suhu
Suhu tubuh normal manusia berkisar 37 derajat
celcius.
Tubuh
selalu
berusaha
untuk
mempertahankan suhu tersebut melalui suatu
sistem pengaturan panas tubuh.
Pajanan suhu panas baik pajanan akut maupun
kronis pada lakiIaki akan mengurangi produksi sel
sperma. Jenis pekerjaan yang berisiko terpajan
panas antara lain: pemanggang roti, tukang las,
tukang fotocopy, supir, petugas pemadam
kebakaran.
Penelitian pada perempuan hamil yang terpajan
suhu panas, jika suhu tubuh meningkat hingga 39
derajat celcius maka dampaknya tidak hanya pada
perkembangan janin tetapi juga berdampak langsung
pada ibu hamil, terniasuk kelelahan panas dan heat
stroke. Sebaiknya pekerja diberikan waktu istirahat
berkala dan lebih sering minum untuk menghindari
kekurangan cairan. Suhu lingkungan dipengaruhi juga
oleh tingkat kelembaban.Semakin tinggi kelembaban
maka semakin tinggi suhu yang dirasakan oleh
pekerja.
29
Tabel 5. Index panas
N@
! ,., セQャGB@
Io.m;,foty
; (1'\':
1611'0 70"
·Temp C
bッセGMQYョ@
l
1111 .
1
I
28
:29
30
31
'32
,33
Extreme Cllution Hellt crllmp lind exhllustion possible.
Danger Hellt exhllustion likely.
Extreme Danger Heat stroke imminent.
•
Bising
Saat ini tingkat kebisingan meningkat di
lingkungan sekitar.Kekerasan bunyi diukur dalam
dB (decibel), frekuensi dalam Hz (Hertz).
Pendengaran manusia mampu mendengar
suara pada frekuensi antara 20 hingga 20.000
Hz. Bunyi ditransmisikan dengan baik pada
fetus. Beberapa penelitian menunjukk adanya
hubungan antara bising dan hilangnya
pendengaran pada janin, prematuritas dan berat
lahir bayi rendah. Belum banyak penelitian
pengaruh kebisingan terhadap fungsi reproduksi
lakiIaki.
30
•
Getaran
Getaran dihasilkan dari suara yang dijalarkan
melalui permukaan tempat kerja, alat kerja atau
lantai. Contoh pekerjaan yang menghasilkan
getaran seluruh tubuh : supir bis, truk, operator
trakto , operator mesin tekstil, vehicular body
stamping operators, operator mesin di
pertambangan. Contoh pekerjaan yang
menghasilkan getaran pada bagian .tertentu
tubuh operator chain saw, operator gurinda
electric , operator peralatan pneumatic dan
pembuatan produkproduk kayu. Terdapat
peningkatan kejadian akibat pajanan getaran.
Akibat pajanan getaran terhadap sistem
reproduksi.
Getaran seluruh tubuh berperan terhadap
terjadinya masalah menstruasi, keguguran dan
prematur. Mungkin juga berpengaruh terhadap
hilangnya pendengaran pad a janin . Getaran
seluruh tubuh juga menyebabkan efek degeneratf
pada tulang belakang, yang perlu perhatian
khusus pada kehamilan .
•
Radiasi Pengion
Radiasi pengion seperti sinar X, sinar Gama yang
menyebabkan ionisasi atau pelepasan elektron
pada benda hidup dan mati. Oampak negative
terlihat langsung selama masa kehamilan dan
31
dalam jangka panjang terjadi mutasi permanen
pada tingkat gen atau kromosom. Pajanan
radiasi pengion menghasilkan rentang yang lebar
pad a dampak biologi. Target molekuler paling
kritis adalah DNA. Dampak yang mungkin terjadi
kematian intrauterine, abnormalitas congenital,
gangguan pertumbuhan dan kerusakan system
saraf. Selama 2 minggu pertama kehamilan
dampak utama dari pajanan radiasi adalah
keguguran. Pajanan pada minggu ke 37
kehamilan berakibat terjadinya malformasi
organ. Periode paling kritis perkembangan otak
janin pada mir.ggu ke 825. Pajanan juga dapat
menimbulkan efek pada sistem saluran kemih,
mata dan perkembangan tulang.
Radiasi pengion pada perempuan
Radiasi pengion dapat menimbulkan keguguran,
cacat lahir, berat lahir rendah dan kekacauan
perkembangan. Radiasi langsung melalui tubuh
ibu dan bisa membahayakan sel telur atau janin.
Pekerja yang berisiko terpajan radiasi termasuk
pekerja pelayanan gigi, karyawan rumah sakit
dan ilmuwan. Saat ini untuk meminimalkan
pemakaian sinar x pada wan ita hamil digunakan
pemakaian alat terbaru untuk mengurangi risiko
pajanan dan pemakaian lapisan pelindung untuk
membantu menurunkan tingkat pajanan
terhadap janin.
32
Radiasi pengion pad a laki-Laki
Pajanan radiasi pengion dilaporkan menyebabkan
infertilitas pada lakiIaki dan mengurangi libido.
Testis manusia sangat sensitive terhadap radiasi
pengion. Oosis 30 Rad (Rendah) dapat
menyebabkan ketidak adaan sementara sperma
hidup pada semen. LakiIaki yang terpajan radiasi
pengion bisa menyebabkan kehamilanyang buruk
tidak hanya karena kerusakan sperma yang
memproduksi zygot yang abnormal tapi juga
melalui transmisi bahan beracun pada cairan
seminal.
Saat ini belum terbukti adanya risiko pemakaian
komputer terhadap sistem reproduksi.
e.
Faktor Psikososial
Bebarapa masalah psikososial di tempat kerja
dapat menjadi faktor risiko terhadap gangguan
kesehatan reproduksi, diantaranya
•
Stress
Stress adalah respon tubuh terhadap kondisi
emosi, fisik, sosial, ekonomi atau peru bahanperubahan atau tekanan dalam hidup. Stres
tingkat rendah dapat menimbulkan dampak
positif dan biasanya berhubungan dengan
kesenangan atau tantangan. Saat tingkat stres
melampaui kapasitas tubuh menangani stres
33
maka terjadi perubahan mental dan fisik o Sa at
terjadi stress terjadi peningkatan tegangan otot,
pernafasan dan tekanan darah. Respon tubuh
terhadap stres dengan variasi perubahan
hormonal, biokimia, dan neurologi. Stres dapat
mengganggu fungsi endokrin baik pad a lakiOlaki
maupun perempuan . Stresor yang terus
menerus dimana korban merasa tak berdaya
memiliki dampak terburuk .
Stress dapat mempengaruhi siklus menstruasi
maupun persalinan . Penelitian melaporkan
bahwa perempuan yang mengalami stress
berat atau cemas mengalami masalah
reproduksi seperti sulit hamil, tingginya
keguguran, toksemia, preeklamsi, turunnya
berat badan, mual, dan hiperemesis, persalinan
lama, aborsi habitualis, dan tingginya tingkat
prematuritas, bayi lahir mati, bayi dengan
kelainan kongenital dan retardasi mental .
Dampak stress terhadap kesehatan reproduksi:
- Menstruasi
Menstruasi dapat tidak teratur atau nyeri saat
stress berat
- Bayi berat lahir rendah
Perempuan yang bekerja dengan jenis
pekerjaan yang stress akan melahirkan bayi
berat lahir rendah atau prematur.
34
Hipertensi Kehamilan
Hipertensi kehamilan berhubungan dengan
pekerjaan dengan kompleksitas yang rendah
Pada pekerja tingkat rendah. Pada pekerja
tingkat tinggi . hipertensi kehamilan
berhubungan dengan tingkat stress
Keguguran
Meningkatkan resiko keguguran dilaporkan
terjadi pada pekerjaan tingkat stress yang
tinggi dan kebutuhan psikologi yang tinggi.
Prematur
Pekerjaan yang penuh stress dihubungkan
dengan terjadinya kelahiran prematur.
Penyebab stress
Stres di tempat kerja merupakan respon
terhadap jaringan komplek berbagai stressor
yangterpisah . 8eberapa penelitian menunjukkan
ketidakpuasan bekerja dan stress tidak hanya
dikarenakan kondisi negative di tempat kerja.
tetapi juga dari kurangnya kondisi posiif
termasuk variasi dalam bekerja. Masalahnya
komplek. sebagai contoh. pekerja yang
mengatakan motivasi untuk bekerja adalah uang
memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya
keguguran
35
Berikut ini stressor yang ditemukan pada pekerja
o Peran ganda
Penelitian menunjukkan peran ganda seperti
melakukan beberapa tugas di tempat kerja
dan tanggung jawab di rumah sekaligus bisa
menghasilkan stress . Tanggung jawab ganda
bisa
menyediakan
stimulasi
dan
meningkatkan percaya diri , namun bisa juga
menimbulkan konflik dan kontradiksi diantara
ekpektasi orang lain dan diri sendiri. Peran
yang berlebihan mungkin akan terjadi ketika
terdapat banyak peran bertemu dengan terlalu
banyak kebutuhan atau terlalu
InJd:
p
P DOMAN
KESEHATAN REPROD·UIKSI
DI TEMPAT KERJA
セ@
セ@
Direktorat Bina Kesehatan Kerja
Departemen Kesehatan RI
2009
b
-
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan
613.62
Ind
P
Indonesia. Oepartemen Kesehatan. Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat
Pedoman Kesehatan Reproduksi Oi Tempat Kerja
Departemen Kesehatan RI . 2009
1. Judul OCCUPATIONAL HEALT SERVICE
KATA PENGANTAR
Seiring perkembangan dunia industri yang semakin pesat,
. banyak menyerap pekerja baik lakiIaki maupun perempuan.
Dengan demikian adanya bahaya (hazard) di tempat kerja dapat
mempengaruhi kesehatan para pekerjanya. Risiko kesehatan
yang mungkin terjadi dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit termasuk gangguan pada kesehatan reproduksi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar
mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi perlu
dilakukan upaya sejak dini bahkan sebelum masa konsepsi . Oleh
karena itu kesehatan reproduksi merupakan suatu hal yang
sangat penting karena tidak saja menyangkut kondisi individunya
tetapi juga mempengaruhi generasi yang akan datang . Dengan
demikian diharapkan dari para pekerja yang sehat akan lahir
generasi yang sehat dan kuat pula .
Untuk itu buku ini disusun agar menjadi acuan bagi para praktisi
kesehatan di tempat kerja dalam melindungi kesehatan
reproduksi dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja.
Diharapkan buku ini dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya
dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
di tempat kerja masingmasing.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih pada Tim Penyusun
yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan buku ini sehingga
dapat diterbitkan. Semoga semua upaya yang telah kita lakukan
mendapat ridho dari Allah SWT.
Jakarta, 2 September 2009
DAFTAR lSI
KATA PEI\JGANTAR .... ....... ........................................................ .
DAFTAR lSi.... ... ... ......... .. .... ....... ... ... ... ... .... .. .. ...... . ..... ....
ii
BAB I PENOAHULUAN .......... .... ..... .............. ... .... ... .. .. ..... .... .. .. . .
A. Latar Belakang ...... ................ ... .. '" ......................... .
B. Tujuan ... ........................ .............................................
5
C Sasaran .... ...... ... .......................................................
5
O. Oasar Hukum .... ...... .. ...... . ............ ... .. .. ..... ... ... . .... ..
5
E. Pengertian ...... ... ............. . ................................
7
F. Ruang Lingkup ............ ............................ ....... ............
8
BAB II ANALISIS SITUASI ....... .. .. ................ .. ................ .........
9
A. Populasi Pekerja.... ...... .. .... .... .... .. .... .... .... ........ ..........
9
B. Mortalitas & Morbiditas ............ ... .. .... .. ...... .. .. .... ... .. ....
10
BAB III KESEHATAN REPRODUKSI ................. .... .. ............. .. ..
13
A. Fisiologi Sistem Reproduksi ........ .. ...........................
13
B. Faktor Risiko Terhadap Kesehatan Reproduksi .... ..
15
1. Faktor Risiko Non Okupasi ... ...... ...... ............ .......
15
2. Faktor Risiko Okupasi .........................................
17
a. Faktor Kimia ....... ........ ...... ..... .............. .... .. ...
17
b. Faktor Biologi ........ ...... .......................... .. .....
23
c. Faktor Ergonomi ... ... .... ....... ................... .......
26
d. Faktor Fisika ...................................... ..........
28
e. Faktor Psikososial ....................... .................
33
BAB IV UPAYA KESEHATAN REPROOUKSI 01 TEMPAT KERJA
43
A. Pelayanan Kesehatan Reproduksi ........................
43
B. Program Perlindungan di Tempat Kerja ....... .... .. .......
46
BAB V MONITORING DAN EVALUASI .............. .... ...................
51
BAB VI JEJARING ... ............................ .. .. ....... ................ ...........
53
BAB VII PENUTUP .... ................. ........ ...... ..... .............................
57
KONTRIBUTOR ... ........ ... .. ............. ..... ...... ................................
58
II
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oalam upaya meningkatkan Indek Pembangunan Manusia
(IPM) Indonesia, maka salah satu kebijakan pembangunan
kes e hatan lebih diarahkan untuk meningkatkan kualitas
Sumber Oaya Manusia agar semakin tangguh, mandiri , dan
berkualitas, serta mampu bersaing dalam menghadapi makin
ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi. Salah satu
upaya strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia dimulai sejak dari janin dalam kandungan, dari ibu/
perempuan yang sehat diharapkan lahir generasi yang sehat
pula.
Seiring dalam perkembangan dunia industri, banyak sekali
menyerap pekerja baik lakiIaki maupun perempuan.
Perempuan dan lakiIaki yang bekerja, baik di sektor formal
maupun informal, sering terpajan berbagai faktor risiko yang
berpotensi mengancam kesehatannya, termasuk kesehatan
reproduksi. Gangguan kesehatan reproduksi yang terjadi,
dapat berupa gangguan kesuburan, gangguan pada
kehamilan maupun keganasan.
Besarnya masalah yang diakibatkan karena pajanan di tempat
kerja sulit untuk dinilai, hanya sebagian kecil dari lebih 60.000
bahan kimia yang digunakan di industri telah diteliti
toksisitasnya terhadap kesehatan reproduksi. Pajanan bahan
1
toksik terhadap kesehatan reproduksi diperkirakan paling
banyak terjadi pad a perempuan yang bekerja di sektor
manufaktur dan kesehatan akibat menggunakan pelarut
organik. Oi negara berkembang masalah utama adalah yang
disebabkan oleh pestisida dan bahan kimia industri lainnya.
Banyak sektor pekerjaan yang secara dominan diduduki oleh
pekerja perempuan karena mempunyai beberapa sifat
seperti teliti, sabar, mudah diatur atau tidak banyak protes,
memiliki keterampilan manual dan sering bersedia digaji
lebih rendah daripada lakiIaki. Pekerja perempuan pada
umumnya tergolong usia reproduksi (1545 tahun) dimana
perempuan pada usia reproduksi merupakan kelompok
masyarakat rentan. Persentase pekerja perempuan juga
tinggi untuk perempuan yang hamil. Oi Amerika Serikat
misalnya perempuan yang bekerja pada waktu kehamilan
pertamanya mencapai 64,5%.
Oi Indonesia pekerja perempuan bekerja hampir di semua
sektor sebagai tenaga manajerial, profesional, teknis,
administratif sampai ke buruh ataupun wiraswasta . Namun
masih ada kecenderungan untuk mempekerjakan
perempuan di sektor pertanian dan pelayanan jasa . Selain
itu juga sebagian besar perempuan masih bekerja di sektor
informal. Sektor informal termasuk underserved population,
menurut WHO, karena populasi pekerja tidak terlindung oleh
hukum maupun mendapatkan pelayanan kesehatan yang
memadai.
2
Perempuan yang bekerja dengan upah rendah dan berisiko
terpajan bahan berbahaya, pada umumnya mempunyai
beban kerja ganda; mereka terbebani menambah atau
menjadi sumber utama nafkah keluarga , mempunyai beban
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak
dan kadang juga orang tuanya. Karena perempuan
mempunyai kondisi fisiologis yang berisiko, maka apabila
perempuan bekerja pada tempat yang berisiko akan
berdampak pada kesehatan reproduksinya.
Pekerja perempuan di Indonesia seperti juga perempuan
pada umumnya dalam usia reproduksi mempunyai
permasalahan ' kesehatan antara lain; prevalensi anemia
perempuan usia reproduksi sebesar 26,8%dan anemia pada
perempuan hamil sebesar 40,0%, sehingga akan berakibat
perempuan usia reproduksi mudah menderita sa kit dan
kemungkinan apabila hamil akan mempunyai risiko tinggi
saat melahirkan serta melahirkan generasi yang kurang gizi
pula.(Oepkes, 2003)
Ada beberapa hal yang menyebabkan perempuan
mempunyai potensi risiko yang berbeda untuk terkena
penyakit akibat kerja daripada pekerja lakiIaki, yaitu :
1. Adanya perbedaan anatomis dan fisiologis
2. Perempuan melalui fase kehidupan reproduksi yang
berbeda, seperti mengalami: siklus haid, kehamilan,
menyusui
3. Perlakuan terhadap pekerja perempuan berbeda
4. Masih adanya peran ganda pekerja perempuan
3
5. Perempuan sering mengalami pelecehan seksual maupun
kekerasan dalam pekerjaan
Ratarata semua ukuran tubuh perempuan lebih kecil
daripada laki laki. tempat kerja dan peralatan kerja pada
umumnya didisain untuk pekerja lakiIaki , termasuk alat
pelindung diri. Bekerja pada tempat kerja dan menggunakan
alat kerja yang tidak sesuai menyebabkan perempuan
menjadi lebih rentan untuk terkena gangguan kesehatan
akibat kerja . Lemak tubuh lebih banyak pada perempuan,
yang mengakibatkan toleransi terhadap suhu lingkungan
yang panas menjadi lebih rendah, namun terhadap suhu
dingin menjadi lebih tinggi. (Menurut NIOSH suhu lingkungan
untuk panas limit untuk pria 25,5°C, sedangkan untuk wanita
24,4 °C) . Selain itu potensi terjadinya penyimpanan bahan
toksik yang larut dalam lemak menjadi lebih tinggi.
UndangUndang no 7 tahun 1984 adalah Ratifikasi Konvensi
PBB tahun 1979 mengenai penghapusan segal a bentuk
diskriminasi terhadap perempuan, dimana pada pasal 11
antara lain berisi:
Persamaan hak untuk bekerja, mendapatjenis pekerjaan,
proses seleksi dan promosi di tempat kerja
Hak untuk menerima upah dan tunjangan yang sama,
perlakuan yang sama
Hak untuk perlindungan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja termasuk perlindungan untuk fungsi melanjutkan
keturunan
4
B. Tujuan
Umum :
Terselenggaranya upaya kesehatan reproduksi di
tempat kerja .
Khusus :
1. Melindungi kesehatan reproduksi pekerja.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi di
tempat kerja.
3. Meningkatkan produktifitas pekerja.
C. Sasaran Pedoman
Pedoman Kesehatan Reproduksi bagi Pekerja ditujukan
pada:
1. Puskesmas.
2. Poliklinik Perusahaan.
3. Balai Kesehatan Kerja Masyarakat/ Balai Kesehatan
Tenaga Kerja.
4. Dinas Kesehatan Provinsi.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
D. Dasar Hukum
1. Undang Undang Dasar 1945, Pasal 28 H ayat 1.
2. Undang Undang. No . 1 Tahun 1970, tentang
Keselamatan Kerja;
3. Undang Undang No. 23 tahun 1992, tentang
Kesehatan ;
5
4. U ndang Unda ng No. 13 t a hun 2 003, te ntang
Ketenagakerjaan;
5. U ndangUndang N o. 23 Tahun 2 00 3, tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
(KDRT).
6. Inpres No.9 tahun 2000, tentang PengarusUtamaan
gender;
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 433/Menkes/SKI
VI 1998, tentang Pembentukan Komisi Kesehatan
Reproduksi.
R Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 450/Menkesi
SKlIVI 2004, tentang Pemberian Ai r Susu Ibu (ASI)
secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia;
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No: 1593/Menkesl
KlXII 2005, tentang Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia;
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.920/Menkesl
Perl Xl1I86,Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan 8agi
Pekerja;
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 920/Menkes/Peri
X11/1986, Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan
Swasta di Bidang Medik;
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.261/Menkes/SKI
11/98, Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja;
6
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI NO.951/Menkesl
SKI V1I2000 , Tentang Upaya Kesehatan Oasar di
Puskesmas;
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 2301
MENKES/SKlII/2003, tentang Tindak Lanjut Oeklarasi
dan Kesepakatan Kerangka Aksi Beijing Bidang Kritis
"Perempuan dan Kesehatan";
15.
Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
serta Menteri Kesehatan No: 4S/Men .PP/XII/200S,
PER, 27/MEN/XII/200S dan 1177/Menkes/PB/XIII
200S , Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
Selama Waktu Kerja Oi Tempat Kerja.
E. Pengertian
1.
Kesehatan Reproduksi : Kesehatan reproduksi
adalah suatu keadaan sejahtera fisik , mental dan sosial
secara utuh, tidak sematamata bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi , serta fungsi dan prosesnya.
International Conference on Population and
Development (lCPD), Kairo 1994.
2.
Infeksi Saluran Reproduksi : infeksi pada saluran
reproduksi yang disebabkan oleh kuman atau bakteri,
virus dan jamur.
3.
HIV/AIDS adalah masuknya virus HIV kedalam tubuh
manusia yang menyebabkan hilangnya sistem
kekebalan tubuh.
7
4. Anemia Gizi : suatu keadaan defisiensi zat gizi yang
diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel darah
merah.
F. Ruang Lingkup
Pedoman kesehatan reproduksi pada pekerja meliputi :
1. Analisa situasi kesehatan pekerja
2. Sistem reproduksi dan faktor risiko yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi
3. Upaya kesehatan reproduksi di tempat kerja
8
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Populasi
Pekerja
Menurut data BPS 2008, populasi pekerja di Indonesia sud ah
mencapai 166,64 juta orang. Sekitar 38% pekerja bekerja di
sektor informal, dengan persentasi terbesar (40,3%) bekerja
di sektor pertanian. Sedangkan jumlah pekerja perempuan
sek itar 40%.
Partisip asi perempuan pad a populasi pekerja meningkat terus,
baik di sektor pertanian, industri maupun jasa , sehingga saat
ini sudah mencapai sekitar 42% dari populasi pekerja di dunia.
Me skipun pekerja perempuan besar kontribusinya terhadap
perekonomian nasional, namun kebutuhan khusus mereka
akan pelayanan kesehatan kerja jarang terpenuhi, WHO 2001.
Berdasarkan laporan BPS tahun 2008, pekerja wanita usia
produktif (1545 tahun) sebanyak 67,49 %.
Tabel1. Oistribusi pekerja wanita berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur
1519
2024
25 29
3034
3539
4044
4549
·5054
5559
60+
Total
2008
Jumlah
-
.
.
2';
r.:
2,303,323
4,148,793
4,936,291
4,940,393
5,052 ,548
4,709,778
4,204,769
3,210,715
2,081,992
3,064,870
38,653,472
%
5.96
10.73
12.77
12.78
13.07
12.18
10.88
8.31
5.39
WNセS
10O
Sumber BPS tahun 2008.
9
B. Mortalitas dan Morbiditas
• Kematian Ibu
Berdasarkan data SDKI tahun 2007 terdapat angka
kematian ibu 228 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan
angka kematian neonatal 26,9 per 1000 kelahiran hidup.
Hal tersebut masih termasuk tinggi diantara negaranegara
di dunia untuk itu berbagai upaya kesehatan reproduksi di
segala sektor termasuk di lingkungan tempat kerja masih
perlu ditingkatkan dalam rangka mencapai target MDGs.
Penyebab kematian ibu diantaranya adalah
perdarahan,(28%), eklampsi (24%), infeksi (12%), abortus
(5%).
• Abortus
Menurut WHO, diperkirakan 1520% kehamilan
mengalami abortus spontan . Sekitar 33% abortus spontan
disebabkan karena adanya anomali berat pada fetus dan
sekitar 3% dengan adanya kelainan perkembangan. Di
Indonesia diperkirakan abortus terjadi 1015% dari
kehamilan. Sedangkan bila abortus subklinis diikutsertakan
frekuensi bisa mencapai 31 % dari kehamilan. Berbagai
penelitian yang mengevaluasi frekuensi kejadian abortus
pada umur 40 tahun menjadi dua kali daripada umur 2030 tahun dan meningkat tajam setelah usia ibu di atas 35
tahun. Sedangkan Ahlberg dan Bodin (1991) mendapatkan
bahwa pajanan terhadap asap rokok di tempat kerja
(ETS) Meningkatkan risiko abortus spontan 2,16 kali.
Penelitian yang dilakukan di Finlandia juga menemukan
bahwa perempuan yang bekerja di sektor pertanian
kemungkinan mengalami abortus spontan 30 % lebih
besar. Perawat yang terpajan ethylene Oksida selama
kehamilan 16,7% mengalami abortus spontan. Petugas
kesehatan terpajan gas anastesi mempunyai risiko terjaai
abortus spontan 1,21 ,3 kali lebih besar. Astrid Sulistomo
tahun 2007 melakukan penelitian pada petani perempuan
10
yang terpajan pestisida tinggi didapatkan risiko abortus
3,57 kali lebih besar dibandingkan dengan yang terpajan
rendah, sedangkan beban kerja rumah tangga berat
berisiko meningkatkan risiko abortus 3,46 kali dibanding
beban kerja rumah tangga ringan.
•
Kelahiran BBLR dan Prematur
Ibu yang perokok berat mempunyai risiko 23 kali untuk
melahirkan bayi BBLR. Hal ini terjadi pula pada ibu pekerja
yang terpajan karbonmonoksida (CO).
•
Kelahiran dengan Kecacatan.
Menurut Nelson dan Holmes tahun 1989, pajanan di tempat
kerja menimbulkan insiden cacat berat 2,24 % dari
kelahiran hid up, dan kecacatan minor 315 % (rata rata
10%). Kejadian cacat lebih tinggi 41 % pada bayi lakiIaki
daripada bayi perempuan. Pajanan terhadap methyl
mercury dapat menyebabkan cacat morfologis susunan
saraf pusat. Sedangkan perempuan yang bekerja di
industri atau konstruksi mempunyai risiko 50% lebih tinggi
untuk mempunyai anak dengan cacat susunan saraf pusat
dan perempuan yang bekerja di bidang transportasi dan
komunikasi mempunyai risiko dua kali lebih tinggi untuk
melahirkan anak dengan cacat bibir sumbing. Data lain
menyebutkan petugas kesehatan hewan mempunyai risiko
lebih tinggi melahirkan bayi cacat.
11
•
Infertilitas
Penelitian di Cina (2007) pada pekerja perempuan di sektor
garmen menemukan 40 % responden mengalami
gangguan haid. Hasil penelitian Sandra Yucra, dkk, tahun
2006 pada penyemprot pestisida di Peru mendapatkan
bahwa volume semen naik, pH naik, jumlah sperma turun,
motilitas turun, bentuk sprema normal berkurang secara
bermakna sehingga terjadi infertilitas pad a pekerja pria.
12
BAB III
KESEHATAN REPRODUKSI
A
FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI
Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi
perempuandan lakiIaki penting untuk dipahami bagaimana
pajanan di tempat kerja dapat mempengaruhi reproduksi dan
perkembangannya.
1. Perempuan
Pada saat perempuan mencapai masa pubertas mulai
terjadi siklus yang mempersiapkan kehamilan. Hormon
mempengaruhi siklus bulanan yang disebut siklus
menstruasi. Proses bulanan ini melibatkan koordinasi
antara otak, kelenjar pituitari (kelenjar kecil yang berada di
dasar otak) dan indung telur.
Oi dalam indung telur (ovarium) salah satu dari beberapa
sel telur yang matang dilepaskan kedalam saluran telur
(tuba fa//opii) . Pada umumnya pembuahan terjadi di
saluran telur. Pada saat sel telur matang permukaan rahim
menebal sebagai persiapan untuk menerima sel telur yang
sudah dibuahi. Jika sel telur tidak dibuahi maka terjadilah
menstruasi.
13
Gambar 1. Organ reproduksi perempuan.
2. Laki laki
LakiIaki mulai aktif memproduksi sperma pada usia pubertas
dan umumnya memproduksi sperma sampai seumur hidup.
Produksi sel sperma merupakan proses yang terusmenerus
dan juga diatur oleh hormonhormon seperti LH ( luteinizing
harmon/harmon lutein), FSH (tolic/e stimulating harmon) dan
testoteron. Proses produksi sel sperma memakan waktu 72
hari. Setelah sperma matang mereka akan bergerak dari
melalui tubulus testis dan epididimis. Sperma akan disimpan
selama 15 25 hari sampai matang dan mampu berenang.
Akibatnya sperma yang mampu membuahi sel telur
mempunyai rentang waktu selama kurang lebih 2 bulan bisa
terjadi kerusakan akibat radiasi, bahan kimia, obatobatan
dan mungkin beberapa faktor fisik seperti suhu yang tinggi.
Gambar 2. Organ reproduksi lakiIaki
14
B.
FAKTOR RISIKO TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi pada pekerja dapat dipengaruhi oleh
faktor yang bukan karena pekerjaan (non okupasi) dan yang
berkaitan dengan pekerjaan Itempat kerja (okupasi).
Oampak dari faktorfaktor risiko pada kesehatan reproduksi
adalah:
1. Oisfungsi seksual pada perempuan dan lakiIaki.
2. Penurunan kesuburan pada lakiIaki dan perempuan.
3. Kelainan ュ・ョウエイオ。セゥ@
(amenore, premenstrual sindrome,
dismenore, mentrorhagia).
4. Abortus spontan.
5. Kelahiran prematur.
6. Gangguan pertumbuhan janin .
7. Kelainan anatomi bawaan/kongenital.
8. Permasalahan pada proses menyusui.
9. Kanker pada lakiIaki, perempuan dan anakanak
Faktor risiko terhadap kesehatan reproduksi :
1. Faktor Risiko Non Okupasi
a. Sosial budaya
Faktor sosial budaya berkontribusi yang cukup besar
terhadap kesehatan reproduksi. Angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta angka
15
kematian balita (AKABA) di Indonesia masih cukup
tinggi, karena masih banyak masalah sosial budaya
yang mempengaruhinya, diantaranya adalah :
Status ekonomi
Kebiasaan, budaya dan tradisi
Pendidikan
Lingkungan sosial
Ketersediaan pelayanan medik
b. Individual
Baik lakiIaki dan perempuan mempunyai faktor risiko
terhadap kesehatan reproduksinya. Faktor tersebut
dapat mempengaruhi pada masa sebelum konsepsi,
selama kehamilan dan pasca melahirkan. Faktor
individu yang berpengaruh terhadap kesehatan
reproduksi diantaranya :
Umur
Genetik
Nutrisi dan status gizi
Perilaku sex
Kebiasaan olahraga
Rokok, alkohol dan kopi
Penggunaan obatobatan terlarang
Riwayat kesehatan reproduksi
Riwayat penyakit kronik
16
2. Faktor Risiko Okupasi
Bahaya potensial yang ada di tempat kerja dapat berupa
paparan bahan kimia, fisik, biologi, ergonomi dan
psikososial.
Bahaya potensial tempat kerja :
a.
Faktor Kimia
Ribuan jenis bahan kimia berbahaya diproduksi dan
digunakan di banyak tempat kerja . Beberapa subtansi
bahan kimia mempunyai dampak negatif bagi
kesehatan reproduksi baik bagi pekerja lakiIaki maupun
perempuan yang terpajan oleh bahan kimia berbahaya
tersebut.
Dampak dari pajanan bahan kimia tergantung dari
gender, bagaimana bahan kimia digunakan, kombinasi
bahan kimia dan lama waktu pajanan . Pajanan zat
kimia dapat memasuki tubuh manusia melalui inhalasi,
kontak dengan kulit ataupun masuk melalui saluran
cerna (jika pekerja tidak membersihkan tangannya
sebelum makan, minum atau merokok)
Akibat dari sifat toksik paparan bahan kimia di tempat
kerja :
1) Pada sistem reproduksi
-
Perubahan libido (Perubahan pad a timbulnya
hasrat sexual).
Exsposur beberapa bahan kimia atau kondisi
stress yang tinggi dapat menyebabkan pekerja
17
lakiIaki dan perempuan untuk mengalami
penurunan keinginan atau kemampuan seks.
Pajanan di tempat kerja dapatjuga menyebabkan
gangguan haid, yang dapat mencegah terjadinya
ovulasi . Sebagai contoh, bahan kimia yang
mempunyai efek depresi, seperti bahan pelarut
tertentu dapat menurunkan libido. Stress, shift
kerja atau pajanan beberapa bahan pelarut
organik dapat mengganggu siklus haid normal,
sehingga dapat mengubah pola kesuburan dan
perilaku seksual yang normal. Walaupun
mekanismenya masih belum jelas penurunan
kesuburan dilaporkan teradi pad a perawat gigi
yang terpapar N0 2 atau uap mercury pada
pekerja manufacturing semikonduktor.
Merusak sel telur atau sperma. Efek lain yang
dapat terjadi akibat pajanan hazard di tempat kerja
adalah merusak sperma dan selsel telur secara
langsung. Pajanan radiasi dan bahan kimia
tertentu dapat menyebabkan sterilitas atau
penurunan kesuburan pada pekerja lakiIaki dan
perempuan .
18
Tabel2. Bahaya Pajanan Kimia/Pada Sistem Reproduksi Pria
E F E K
PENURUNAN
JUMLAH
SPERMA
BENTUK
SPERMA
ABNORMAL
Lead
X
X
Dibromochloropropane
X
PAJANAN KIMIA
MOTILITAS
SPERMA
X
X
Ethylene dlbromlde
X
Plastic production (styrene and acetone)
PEA fO RM A
SEXUAL
X
X
X
X
X
X
Welding
Perchloroethylene
X
X
X
Mercury vapor
Heat
X
Military radar
X
X
X
Kepone
Bromine vapor
X
X
X
Radiation (Chernobyl)
X
X
X
Carbon disulfide
2.4Dichlorophenoxy aceti c acid (2.4·D)
f'ERUB AH AN
HO Rr.AO NI
X
Carbaryl (Sevin)
Toluenedlamlne and dlnltrotoluene
Ethylene glycol monoethyl ether
GANGGUAN
X
X
X
X
Sumber : The Effec ts 01 Workplace Hazards on Male ReproductIve Healr, NIOSH
Mutasi genetik. Perubahan materi genetik yang dibawa
oleh sel telur dan sperm a akan diteruskan kepada generasi
berikutnya . Hal ini dikarenakan gen mengandung kromosom
yang menentukan karakteristik dimana anak akan menerima
warisan dari orang tua mereka . Mutasi genetik dapat
menyebabkan cacat sa at kelahiran , lahir mati, atau
keguguran, tergantung pada jenis kerusakan . Ketika efek
kerusakannya parah akan menyebabkan janin tidak bisa
hidup, keguguran atau lahir mati.
Beberapa mutasi gen mungkin hanya menyebabkan
perubahan kecil pad a anak. Perubahan yang lain mungkin
tidak kelihatan
19
. sama sekali . Meskipun demikian, penting untuk
diingat bahwa walaupun efek kerusakan tidak
kelihatan pada anak, perubahan tersebut bersifat
permanen. Perubahan permanen ini mungkin saja
diteruskan pada keturunan masa depan anak itu,
dimana perubahannya dapat terlihat kemudian .
Bahan yang dapat menyebabkan perubahan materi
genetik disebut mutagen . Efek yang merugikan
akibat pajanan tersebut dapat terjadi setelah
kelahiran, yang mempengaruhi tumbuh kembang
bayi atau anak . Selain berbahaya bagi kesehatan
reproduksi, bayi baru lahir dan anak juga rentan
terhadap efek bahaya dari bah an tersebut .
2) Pada Kehamilan
Saat fertilisasi telah berlangsung, beberapa bahan
berbahaya bisa menerobos rahim ibu ke embrio
atau janin yang berkembang. Janin secara umum
mempunyai risiko tinggi pada saat umur kehamilan
2 sampai 8 minggu kehamilan karena pada saat
itu organorgan utama baru terbentuk. Hal ini
tergantung pada jumlah dan bentuk pajanan, janin
dapat mengalami kerusakan selama masa
kehamilan.
20
Penting diingat bahwa insiden abortus dan
kecacatan kelahiran bervariasi dari setiap negara,
dan ini berhubungan dengan pajanan yang
terdapat di tempat kerja .
Teratogen adalah bahan yang menghambat
perkembangan janin secara normal. Teratogen
bisa melewati barrier plasenta dari darah ibu ke
darah janin. Penggunaan Thalidomide bagi ibu
hamil untuk mencegah mual ternyata
mengandung bahan teratogen yang menyebabkan
bayi lahir cacat. Pada perempuan, benzene
dieliminasi oleh tubuh lebih lambat dari lakiIaki.
Pajanan bahan kimia ini dapat menganggu
kesehatan reproduksi perempuan selama hami!.
Oi beberapa tempat, perempuan hamil dengan
paparan benzene memiliki risiko tinggi untuk
keguguran atau abortus.
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan
janin seperti stres, merokok, alkohol dan
ketergantungan obat akan bersinergi dengan
paparan zat kimia berbahya di tempat kerja
sehingga akan menimbulkan peningkatan risiko
gangguan pada janin.
21
Tabel3. Pengaruh Paparan Zat Kimia Terhadap Kehamilan
PAJANAN KIMIA
Gas aneslesi
PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN
Subfertil. abortus sponlan. kelainan kongenllal
BUKTI
t・イ「。ャセOゥョォッオウヲ@
Obal anlineoplaslik
Abortus sponlan. kelainan kongenilal
KuaVlerbalas
Arsen
Abortus sponlan , beral badan lahir rendah
Terbalas
Karbondisulfida
Abortus sponlan, gangguan haid
Terbalaslinkonklusif
Karbonmonoksida
Abortus sponlan, BBLR,
Terbalas
Hasil kiorinasi
Abortus sponlan, BBLR, gangguan haid
Terbalas/inkonklusif
DDT
Gangguan haid, premalur, BBLR
Inkonklusif
Dioksin
Gangguan haid, Abortus, Kelainan kongenilal
Inkonklusif
Eler elilen glikol
Abortus sponlan
Kual
Elilenoksida
Abortus sponlan
Terbalas
Timbal
Inferlililas. abortus sponlan, premalur
Terbalas/kual
Merkuri
Gangg haid, abortus, BBLR, gangguan syaraf
Terbalas/kual
PCB
BBLR, gangguan haid, hiperpigmenlasi
Terba las/inkonklusif
Pefarulorganic
Gangguan haid,abortus, kelainan kongen llal
I nkonklusifllerba las
BBLR, kemalian janin
Terbalaslkual
Asap lembakau
Sumber LaOou. Current Occupational & Environmentat Medicine, 3'· ed., ha140Y'
3) Setelah Kehamilan
Pajanan dari pekerjaan dapat pula mengganggu
perkembangan anak yang baru dilahirkan, hal ini tidak
berhubungan secara langsung dengan kesehatan
reproduksi tetapi penting untuk diketahui karena bayi baru
lahir dan anakanak sangat peka terhadap pajanan bahan
kimia yang terbawa melalui pakaian, sepatu atau bahkan
rambut dan kulit dari pekerja. Sebagai contoh anak yang
terpajan oleh serat asbes jangka panjang yang terbawa
oleh si ibu akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
paru (asbestosis). Menyusui dengan Air Susu Ibu (ASI)
merupakan jalan lain untuk terjadinya pajanan pada bayi.
22
b. Faktor Biologi
Zatzat biologi seperti virus, jamur, bakteri, dan infeksi
parasit dapat menjadi bahaya potensial pad a
perempuan hamil. Sumber bahaya potensial biologi
adalah manusia, binatang dan tumbuhan. Beberapa zat
dapat menyebabkan kematian ibu, zat lain dapat
berefek langsung pada janin, intrauterine dan cacat
lahir.
Rubella atau German Measles
Guru, pengajar anakanak, pekerja rumah sakit, orangorang yang bekerja pada pusat-pusat pelayanan individu
dan industri bioteknologi merupakan risiko tinggi
terpajan rubella.Transmisi timbul karena kontak
langsung dengan urin, feses atau sekresi hidung dan
tenggorokan.Pajanan rubella selama trimester pertama
dapat berdampak kecacatan pada mata, telinga, dan
jantung janin. Kecacatan lain
termasuk penurunan lingkar kepala, mental retardasi,
perkembangan anak yang buruk, dan terlambatnya
perkembangan bahasa dan motorik. Vaksin rubella
ditemukan sejak 1969. Imunisasi rubella kontraindikasi
pada ibu hamil.
Cytomegalovirus
Cytomegalovirus (CMV) dikenal sebagai zat teratogen.
Infeksi ditularkan melalui kontak air liur, urin , sekresi
cerviks, dan air susu ibu. Infeksi cytomegalovirus
congenital, terutama selama 20 minggu pertama
kehamilan, tergabung dengan retardasi mental, serebal
23
palsy, epylepsi, dan masalah penglihatan dan
pendengaran. Day care worker, pengajar, dan pekerja
rumah sakit mempunyai risiko tinggi terkena
i nfeksi. Vaksin cytomegalovirus masih dalam
penelitian dan tahap pengembangan.
Varicella atau Chicken Pox
Perempuan hamil yang kontak sangat dekat dengan
anakanak yang terinfeksi aktif varicella akan berisiko
terkena infeksi. Anomali congenital dengan varicela
akan menimbulkan masalah atropi anggota gerak,
mikrosefali, atropi kortikal, manifestasi motorik dan
sensorik dan problem telinga. Pajanan pada trimester
pertama menimbulkan keguguran, atropi otot,
clubbed foot, penyakit sistem saraf pusat dan katarak.
Vaksin varicella sudah ada , tapi kontraindikasi selama
kehamilan.
Hepatitis
Hepatitis adalah infeksi virus akut dan penyebab
umum terjadinya kuning pada kehamilan. Pajanan
pad a prenatal dapat menyebabkan prematuritas atau
retardasi psikomotor. Penularan hepatitis A melalui
jalur saluran pencernaan.
Agen yang umum menularkan antara lain makanan
yang terkontaminasi, susu, kerang, air yang terpolusi.
Hepatitis B dan C penularannya melalui darah dan
produk darh yang terkontaminasi dan melalui
hubungan seksual . Tusukan pada kulit dari jarum atau
24
alat medis yang terkontaminasi juga bisa menularkan
virus.
Human Immunodeficiency Virus
HIV mempengaruhi fertilitas melalui berbagai jalan
seperti peradangan pad a panggul, masalah paada
saluran kelamin bawah dan ketidakteraturan
menstruasi. Penularan HIV sebelum atau selama
kehamilan berhubungan dengan peningkataan
masalah kesehatan pad a ibu hamil dan bayi yang
dilahirkan. Risiko penularan HIV dari ibu yang
terinfeksi ke janinnya 1430%. Hampir sebagian besar
perempuan yang menularkan infeksi HIV pada
janinnya tidak menunjukkan gejala. Saat ini telah
tersedia pengobatan untuk menurunkan risiko
penularan HIV terhadap janin. Petugas kesehatan,
petugas UGD dan pekerja yang tertusuk jarum suntik
atau darah yang terinfeksi memiliki risiko tertinggi
terkena H IV.
Listeria
Moonocytogen Listeria ditemukan pada mamalia,
burung , kutu, ikan, dan krustasea.Ditularkan melalui
kulit dan mata, dengan keluhan menyerupai flu ringan.
Dokter hewan dan pawang binatang dapat terpajan
saat menangani binatang yang terinfeksi . Infeksi pada
kehamilan awal menyebabkan keguguran. Infeksi
lanjut pqda kehamilan dapat menimbulkan lahir mati
dan premature.
25
Toksoplasmosis
Tokksoplasmosis adalah penyakit infeksi umum yang
disebabkan parasit. Infeksi selama kehamilan
berhubungan dengan keguguran, lahir mati atau
infeksi congenital pada 1015% kehamilan yang
terkomplikasi oleh toksoplasmosis. Gejala biasanya
menghilang pada kelahiran. Sekitar 10% bayi yang
terinfeksi akan mengalami gangguan system saraf
pusat, hidrosefalus,dan retardasi mental. Faktor risiko
termasuk makan makanan mentah atau daging
mentah yang terkontaminasi kista toksoplasma,
tinggal di pedesaan dan pekerjaan yang berhubungan
dengan binatang.
c. Faktor Ergonomi
Faktorfaktor ergonomi seperti desain tempat kerja
yang buruk, cenderung menyebabkan gangguan
reproduksi pada perempuan dibandingkan laki Iaki .
Kemampuan perempuan untuk bekerja ketika hamil
tergantung karakteristik individu dan sifat dari tugas
seperti: tidak dapat berdiri lama, tidak dapat membawa
berat. Dampak dari tekanan ergonomi tergantung
pada kebugaran dan kekuatan fisik setiap individu
perempuan sesuai dengan status kesehatannya.
(Paul 1993)
Disain lingkungan kerja yang tidak ergonomi seperti:
membawa beban be rat, gerakan kerja berulang,
berdiri, duduk, dan berjalan yang terlalu lama,
26
berpengaruh negatif terhadap aspek fisik termasuk
berdampak langsung pada hasil reproduksi.
Perubahan fisik dan psikologi pada perempuan hamil
mempengaruhi perubahan kemampuan untuk
menjalankan tugas kerja secara aman. Risiko
ergonomik yang dapat menyebabkan gangguan
reproduksi antara lain:
•
Berdiri
Suatu studi menyatakan perempuan hamil yang
berdiri lebih dari 4 jam dalam satu shif (8 jam)
memiliki potensial risiko melahirkan bayi
prematur. (Henriksen et a/., 1995)
•
DuduK
Duduk yang lama akan menyebabkan kualitas
dan jumtatTdarah yang disuplai ke uterus secara
significant berkurang (Sohn et at, 1989). Studi
lain mengatakan bahwa duduk yang lama akan
menyebabkan ketidaknyaman dari ibu hamil.
(Nicholls and Grieve, 1992)
•
Mengangkat
Dengan bertambah besar ukuran perut ibu hamil
menyebabkan bertambahnya tekanan tulang
belakang bag ian bawah dan beban semakin
27
「・イセ。ュィ@
apabila mengangkat beban berat
sehingga akan menyebabkan kontraksi uterus,
abortus, lahir prematur, ukurarl bayi kecil tidak
sesuai dengan umur kehamilan dan BBLR
(Teitelman et al., 1990, Paul 1993, Fourn et
al.,1999).
Pembatasan Kerja 8agi Ibu Hamil
Kehamilan tanpa komplikasi med is tidak
meningkatkan risiko tetapi berapa aspek dari
perkerjaan dapat menyebabkan masalah kesehatan
dan beban kerja harus dibatasi selama kehamilan .
Tabel 4. Rekomendasi The Society Of Obstetricians and Gynaecologists of Canada
ten tang pembatasan aspek kerja
No.
Maksimum yang
diperbolehkan
Posisi Kerja
Usia Kehamilan
1.
Berdiri
Prolonged ( 4 Jam)
Intermitten (30 meniVjam)
> 24 Minggu
> 32 Minggu
2.
Membungkuk
Repetitif (10 kalil jam)
Intermitten (2 kalil jam)
>20 Minggu
> 28 Minggu
Memanjat
tangga
Repetitif (3 Kali/shif)
intermitten (3 Kalil shif)
> 20 Minggu
> 28 Minggu
4.
Naik tangga
Repetitif (3 kali I shif)
> 20 Minggu
5.
Mengangkat
Repetitif (23 kg)
Repetitif (11 Kg)
Intermitten (23 Kg)
> 20 Minggu
> 24 Minggu
> 30 Minggu
3.
d. Faktor Fisika
Faktor fisik lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi
kesehatan reproduksi, adalah :
28
• Suhu
Suhu tubuh normal manusia berkisar 37 derajat
celcius.
Tubuh
selalu
berusaha
untuk
mempertahankan suhu tersebut melalui suatu
sistem pengaturan panas tubuh.
Pajanan suhu panas baik pajanan akut maupun
kronis pada lakiIaki akan mengurangi produksi sel
sperma. Jenis pekerjaan yang berisiko terpajan
panas antara lain: pemanggang roti, tukang las,
tukang fotocopy, supir, petugas pemadam
kebakaran.
Penelitian pada perempuan hamil yang terpajan
suhu panas, jika suhu tubuh meningkat hingga 39
derajat celcius maka dampaknya tidak hanya pada
perkembangan janin tetapi juga berdampak langsung
pada ibu hamil, terniasuk kelelahan panas dan heat
stroke. Sebaiknya pekerja diberikan waktu istirahat
berkala dan lebih sering minum untuk menghindari
kekurangan cairan. Suhu lingkungan dipengaruhi juga
oleh tingkat kelembaban.Semakin tinggi kelembaban
maka semakin tinggi suhu yang dirasakan oleh
pekerja.
29
Tabel 5. Index panas
N@
! ,., セQャGB@
Io.m;,foty
; (1'\':
1611'0 70"
·Temp C
bッセGMQYョ@
l
1111 .
1
I
28
:29
30
31
'32
,33
Extreme Cllution Hellt crllmp lind exhllustion possible.
Danger Hellt exhllustion likely.
Extreme Danger Heat stroke imminent.
•
Bising
Saat ini tingkat kebisingan meningkat di
lingkungan sekitar.Kekerasan bunyi diukur dalam
dB (decibel), frekuensi dalam Hz (Hertz).
Pendengaran manusia mampu mendengar
suara pada frekuensi antara 20 hingga 20.000
Hz. Bunyi ditransmisikan dengan baik pada
fetus. Beberapa penelitian menunjukk adanya
hubungan antara bising dan hilangnya
pendengaran pada janin, prematuritas dan berat
lahir bayi rendah. Belum banyak penelitian
pengaruh kebisingan terhadap fungsi reproduksi
lakiIaki.
30
•
Getaran
Getaran dihasilkan dari suara yang dijalarkan
melalui permukaan tempat kerja, alat kerja atau
lantai. Contoh pekerjaan yang menghasilkan
getaran seluruh tubuh : supir bis, truk, operator
trakto , operator mesin tekstil, vehicular body
stamping operators, operator mesin di
pertambangan. Contoh pekerjaan yang
menghasilkan getaran pada bagian .tertentu
tubuh operator chain saw, operator gurinda
electric , operator peralatan pneumatic dan
pembuatan produkproduk kayu. Terdapat
peningkatan kejadian akibat pajanan getaran.
Akibat pajanan getaran terhadap sistem
reproduksi.
Getaran seluruh tubuh berperan terhadap
terjadinya masalah menstruasi, keguguran dan
prematur. Mungkin juga berpengaruh terhadap
hilangnya pendengaran pad a janin . Getaran
seluruh tubuh juga menyebabkan efek degeneratf
pada tulang belakang, yang perlu perhatian
khusus pada kehamilan .
•
Radiasi Pengion
Radiasi pengion seperti sinar X, sinar Gama yang
menyebabkan ionisasi atau pelepasan elektron
pada benda hidup dan mati. Oampak negative
terlihat langsung selama masa kehamilan dan
31
dalam jangka panjang terjadi mutasi permanen
pada tingkat gen atau kromosom. Pajanan
radiasi pengion menghasilkan rentang yang lebar
pad a dampak biologi. Target molekuler paling
kritis adalah DNA. Dampak yang mungkin terjadi
kematian intrauterine, abnormalitas congenital,
gangguan pertumbuhan dan kerusakan system
saraf. Selama 2 minggu pertama kehamilan
dampak utama dari pajanan radiasi adalah
keguguran. Pajanan pada minggu ke 37
kehamilan berakibat terjadinya malformasi
organ. Periode paling kritis perkembangan otak
janin pada mir.ggu ke 825. Pajanan juga dapat
menimbulkan efek pada sistem saluran kemih,
mata dan perkembangan tulang.
Radiasi pengion pada perempuan
Radiasi pengion dapat menimbulkan keguguran,
cacat lahir, berat lahir rendah dan kekacauan
perkembangan. Radiasi langsung melalui tubuh
ibu dan bisa membahayakan sel telur atau janin.
Pekerja yang berisiko terpajan radiasi termasuk
pekerja pelayanan gigi, karyawan rumah sakit
dan ilmuwan. Saat ini untuk meminimalkan
pemakaian sinar x pada wan ita hamil digunakan
pemakaian alat terbaru untuk mengurangi risiko
pajanan dan pemakaian lapisan pelindung untuk
membantu menurunkan tingkat pajanan
terhadap janin.
32
Radiasi pengion pad a laki-Laki
Pajanan radiasi pengion dilaporkan menyebabkan
infertilitas pada lakiIaki dan mengurangi libido.
Testis manusia sangat sensitive terhadap radiasi
pengion. Oosis 30 Rad (Rendah) dapat
menyebabkan ketidak adaan sementara sperma
hidup pada semen. LakiIaki yang terpajan radiasi
pengion bisa menyebabkan kehamilanyang buruk
tidak hanya karena kerusakan sperma yang
memproduksi zygot yang abnormal tapi juga
melalui transmisi bahan beracun pada cairan
seminal.
Saat ini belum terbukti adanya risiko pemakaian
komputer terhadap sistem reproduksi.
e.
Faktor Psikososial
Bebarapa masalah psikososial di tempat kerja
dapat menjadi faktor risiko terhadap gangguan
kesehatan reproduksi, diantaranya
•
Stress
Stress adalah respon tubuh terhadap kondisi
emosi, fisik, sosial, ekonomi atau peru bahanperubahan atau tekanan dalam hidup. Stres
tingkat rendah dapat menimbulkan dampak
positif dan biasanya berhubungan dengan
kesenangan atau tantangan. Saat tingkat stres
melampaui kapasitas tubuh menangani stres
33
maka terjadi perubahan mental dan fisik o Sa at
terjadi stress terjadi peningkatan tegangan otot,
pernafasan dan tekanan darah. Respon tubuh
terhadap stres dengan variasi perubahan
hormonal, biokimia, dan neurologi. Stres dapat
mengganggu fungsi endokrin baik pad a lakiOlaki
maupun perempuan . Stresor yang terus
menerus dimana korban merasa tak berdaya
memiliki dampak terburuk .
Stress dapat mempengaruhi siklus menstruasi
maupun persalinan . Penelitian melaporkan
bahwa perempuan yang mengalami stress
berat atau cemas mengalami masalah
reproduksi seperti sulit hamil, tingginya
keguguran, toksemia, preeklamsi, turunnya
berat badan, mual, dan hiperemesis, persalinan
lama, aborsi habitualis, dan tingginya tingkat
prematuritas, bayi lahir mati, bayi dengan
kelainan kongenital dan retardasi mental .
Dampak stress terhadap kesehatan reproduksi:
- Menstruasi
Menstruasi dapat tidak teratur atau nyeri saat
stress berat
- Bayi berat lahir rendah
Perempuan yang bekerja dengan jenis
pekerjaan yang stress akan melahirkan bayi
berat lahir rendah atau prematur.
34
Hipertensi Kehamilan
Hipertensi kehamilan berhubungan dengan
pekerjaan dengan kompleksitas yang rendah
Pada pekerja tingkat rendah. Pada pekerja
tingkat tinggi . hipertensi kehamilan
berhubungan dengan tingkat stress
Keguguran
Meningkatkan resiko keguguran dilaporkan
terjadi pada pekerjaan tingkat stress yang
tinggi dan kebutuhan psikologi yang tinggi.
Prematur
Pekerjaan yang penuh stress dihubungkan
dengan terjadinya kelahiran prematur.
Penyebab stress
Stres di tempat kerja merupakan respon
terhadap jaringan komplek berbagai stressor
yangterpisah . 8eberapa penelitian menunjukkan
ketidakpuasan bekerja dan stress tidak hanya
dikarenakan kondisi negative di tempat kerja.
tetapi juga dari kurangnya kondisi posiif
termasuk variasi dalam bekerja. Masalahnya
komplek. sebagai contoh. pekerja yang
mengatakan motivasi untuk bekerja adalah uang
memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya
keguguran
35
Berikut ini stressor yang ditemukan pada pekerja
o Peran ganda
Penelitian menunjukkan peran ganda seperti
melakukan beberapa tugas di tempat kerja
dan tanggung jawab di rumah sekaligus bisa
menghasilkan stress . Tanggung jawab ganda
bisa
menyediakan
stimulasi
dan
meningkatkan percaya diri , namun bisa juga
menimbulkan konflik dan kontradiksi diantara
ekpektasi orang lain dan diri sendiri. Peran
yang berlebihan mungkin akan terjadi ketika
terdapat banyak peran bertemu dengan terlalu
banyak kebutuhan atau terlalu