bahan persentasi pemuliabiakanan

PENINGKATAN MUTU GENETIK TERNAK MELALUI CROSSBREEDING
ANTARA BABI LOKAL DENGAN BABI IMPOR

Oleh:
Ambius Anton
Nim. 12D014010

Disampaikan Pada Acara: Kuliah Pemuliabiakan Ternak
DOSEN PENGAMPU
Dr. Ir. Maskur, M.Si
PROGRAM MIGISTER MANAJEMEN SUMBERDAYA PETERNAKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MATARAM
Mataram, 31 November 2014

LATAR BELAKANG
• Babi (penghasil daging) memiliki keunggulan laju
pertumbuhan yang cukup cepat dan bersifat prolipik.
• Performans ternak babi tersebut tidak terlepas dari dua
faktor, yaitu faktor genetik dan lingkungan (P= G+E). &
(P=G+E+N) x M.

(P= Performans ; G= genetik; E= lingkungan; N= nutrisi;
M= manajemen).
• Tingkat permintaan domestik daging babi di Indonesia dan
Kalimantan Barat khususnya cukup tinggi.
• Produktifitas Babi lokal rendah.
• Program Pemuliaan (Crossbreeding) Lokal x Impor →Bangsa

PERMASALAHAN
• Tingkat konsumsi domestik daging babi cukup tinggi.
• Ketergantungan pada bibit impor.
• Tingkat produktivitas ternak babi lokal rendah.
Diperlukan suatu upaya peningkatan mutu genetik
ternak melalui teknik kawin silang/biak silang
(crossbreeding) antara babi lokal dengan babi import
(Pietrain, Yorkshire, Landrace dan Duroc).
• Dampak negatif yang ditimbulkan, yaitu hilangnya
kepekaan alami dan sifat-sifat asli dari ternak

TUJUAN


• Menggabung dua atau lebih breed yang berbeda untuk
membentuk breed baru (composite breed), breed
komersial, memanfaatkan herterosis dengan harapan
meningkatnya sifat produksi rata-rata dari kedua
bangsa atau lebih yang disilangkan.
Dengan mengutamakan kesejahteraan hewan
(kesrawan) secara berkelanjutan.

Pemeliharaan intensif

Aspek Kesrawan diutamakan
Ternak lebih leluasa
beraktifitas
(terasa
nyaman),
namun
rentan
terhadap
berbagai
penyakit

parasit (helmintiasis)
dan
memerlukan
lahan yang cukup
luas.

Aspek Kesrawan diabaikan

Ternak tidak leluasa beraktifitas (tidak terasa
nyaman) dengan kandang yang sempit sehingga
ternak tidak bisa berbalik arah (posisi kepala
selalu menghadap depan).

MANFAAT YANG DIHARAPKAN
• Sebagai bahan informasi dan kajian serta konsep
dalam program peningkatan mutu genetik ternak
melaui croossbreeding antara babi lokal dengan babi
impor (Pietrain, Yorkshire, Landrace dan Duroc).

KELUARAN

• Tersebarnya bangsa komposit (composite
breed), sehingga populasi ternak babi
meningkat dan tingkat konsumsi daging dapat
terpenuhi.

STRATEGI DAN PEMECAHAN MASALAH
Pemenuhan konsumsi daging:
• Tidak terfokus pada satu komoditi saja
akan tatapi dapat dari berbagai jenis
sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat diantaranya melalui
konsumsi daging sapi, kerbau, ayam,
kambing, domba, itik, babi dan juga
ikan yang royo-royo.
• Tujuan utama dari dipersivikasi
konsumsi daging adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Peningkatan Produksi
• Crossbreeding antara tiga bangsa babi Impor→F1;F2


Perkawinan
D♂ xD♀
D♂ xL♀
D♂ xY♀
L♂ xL♀
L♂ xY♀
Y♂ xY♀

Jumlah anak
per kelahiran
(ekor)
9,085
9,628
9,479
8,516
8,927
8,037

Bobot lahir

(kg)

D= Duroc ; Y= Yorkshire, L= Landrace

1,553
1,539
1,533
1,470
1,569
1,461

Jumlah anak
disapih
(ekor)
8,085
8,756
8,650
7,936
8,218
7,484


Recording → (composite breed).

Bobot sapih
(kg)
8,515
8,523
8,570
7,438
8,559
8,402

Crossbreeding antara babi Lokal x Impor→F1;F2
Harapan seperti persilangan pada bangsa
Impor→F1;F2






Pietrain (C)
Yorkshire (C)
Landrace (C)
Duroc (C)
Keterangan:
P = Pietrain
Y = Yorkshire
L = Landace
D = Duroc
C = Celeng

Jumlah anak
per kelahiran
(ekor)

Bobot
Jumlah anak Bobot sapih
lahir (kg) disapih (ekor)
(kg)


“Partial dialel cross” dari lima bangsa

Seleksi & Recording → (composite breed).

Sifat reproduksi



Pietrain (C)
Yorkshire (C)
Landrace (C)
Duroc (C)
Keterangan:
P = Pietrain
Y = Yorkshire
L = Landace
D = Duroc
C = Celeng

Umur

pertama
birahi
(bulan)

Umur
pertama
beranak
(bulan)

Jarak
beranak
(bulan)

Conception
rate (%)

“Partial dialel cross” dari lima bangsa

Seleksi & Recording → (composite breed).


RENCANA AKSI
Prioritas rencana aksi ini terfokus pada strategi pengembangan
bangsa ternak dengan program aksi sebagai berikut:
• Membangun rencana jangka panjang dan strategi pemuliaan
dengan mempertimbangkan sejumlah elemen, termasuk
didalamnya upaya meningkatkan pemanfaatan bangsa ternak.
• Melakukan penilaian terhadap pembentukan galur baru dan
menyempurnakannya sesuai dengan tujuannya.
• Membangun dan mengembangkan struktur organisasi
program pemuliaan.
• Melakukan seleksi dan rekording.
• Melakukan evaluasi dan pertimbangan terhadap
pembentukan bangsa baru.
• Menyediakan informasi bagi peternak.

ANALISIS SWOT
KEKUATAN
• Jumlah penduduk dari tahun ketahun mengalami
peningkatan.
• Dukungan teknologi dapat diadopsi secara nasional.
• Sebagai penentu dalam bisnis babi, karena kelangsungan
usaha budidaya tergantung dari keberadaan industri
pembibitan.
• Dukungan sumberdaya lahan yang luas dan jumlah tenaga
kerja tersedia
• Pemenuhan gizi masyarakat.
• Sumber pendapatan bagi daerah

KELEMAHAN
• Perusahaan pembibitan galur murni di Indonesia
belum berkembang, sehingga industri parent stock
masih sangat tergantung pada impor.
• Komponen input produksi umumnya masih
tergantung pada impor, sehingga rentan terhadap
perubahan suhu ekonomi dan politik
• Pengembangan usaha dan pemasaran terbatas pada
wilayah-wilayah tertentu.
• Permintaan konsumen bersifat fluktuatif dan
musiman (hari keagamaan, upacara adat).

PELUANG
• Kekuatan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat
kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu upaya
untuk meningkatkan kecerdasan suatu bangsa dapat
dilihat dari tingkat konsumsi daging (unggas,
ruminansia, dan non ruminansia serta ikan).
• Meskipun tingkat konsumsi daging relatif rendah,
tetapi pada saat-saat tertentu seperti pada hari-hari
besar keagamaan maupun acara lainnya permintaan
daging babi meningkat.
• Era globalisasi yang kini dihadapi maka ternak babi
dapat diekspor keberbagai negara sehingga dapat
menyumbang peningkatan devisa negara.

ANCAMAN
• Penyakit hewan menular strategis dan
zoonosis (hog cholera/HC/ sampar babi).
• Dukungan pemerintah dalam industri
perbibitan masih bersifat parsial sehingga
komoditi yang dikembangkan terfokus pada
satu atau dua komoditi saja.
• Kondisi keamanan dalam negeri yang masih
kurang stabil sehingga rentan terhadap
berbagai konflik sosiobudaya.

PERBAIKAN MUTU GENETIK TERNAK BABI LOKAL
• Perkawinan keluarga (inbreeding).
• Perkawinan bukan keluarga (out breeding) yang
terdiri dari berbeda bangsa.
• Teknologi Molekuler (rekayasa genetik).

Bangsa Babi Impor

Large White

Chester White

Hampshire

Landrace

Poland China

Yorkshire

Duroc

Fengjing

Bayeux

Berkshire

Piétrain

Spot

Bangsa Babi Lokal

Celeng

OUT BREEDING
Perkawinan antar ternak-ternak
yang tidak mempunyai hubungan
keluarga.
CROSS BREEDING :

Perkawinan antar ternak
dari dua atau lebih
bangsa

OUT CROSSING :

Perkawinan antar ternak yang
tidak berkerabat dalam suatu
bangsa

 CROSS BREEDING :

Keuntungan yang diharapkan dari crossbreeding :
1. Memanfaatkan Heterosis
Heterosis merupakan keunggulan keturunan
crossbred yang disebut sebagai “Hybrid vigor”,
ditunjukkan dengan keunggulan rata-rata
keturunan crossbred terhadap rata-rata kedua
tetuanya.
PENINGKATAN PERFORMANS DAN PRODUKTIVITAS

2. Breed complementarity
Breed complementarity merupakan keuntungan yang
didapat dari penggunaan kombinasi optimum bangsa
yang dipergunakan dalam crossbreeding dan
merupakan hasil kerja dari efek gen-gen aditif.
Pada level heteosis tinggi ditunjukan adanya:
 Indiviual : memiliki keunggulan individu relatif dari
individu purebred.
 Maternal : memiliki keunggulan induk crossbreed
dari induk-induk purebred.
 Paternal : memiliki keunggulan jantan crossbreed
dari rata-rata pejantan purebred.

Sistem crossbreeding secara umum
dibedakan menjadi:

1. Terminal crossing.
2. Rotational crossing (Crisscrossing).
3. Rota-terminal cross.

TERMINAL CROSSING DIMANA BETINA DARI BANGSA
• Ternak “A” misalnya dikawinkan dengan jantan dari bangsa
“B” membentuk terminal cross dua bangsa (AB) yang hanya
memanfaatkan individual heterosis. Pada sistem ini dilakukan
Re-creation F1 pada setiap generasi. Terminal cross juga
dapat dibentuk dari tiga bangsa atau lebih. Pada sistem ini
selain pemanfaatan individual heterosis juga memanfaatkan
maternal heterosis. Terminal cross tiga bangsa (Three-way
crossing) misalnya jantan bangsa “C” yang disebut pula
Terminal sire disilangkan dengan betina Bangsa “AB”.

ROTATIONAL CROSSING (CRISSCROSSING)
• Rotational crossing (Crisscrossing) dimana pada setiap
generasi perkawinan dipergunakan bangsa pejantan yang
berbeda dengan generasi sebelumnya. Anak betina dari setiap
generasi perkawinan akan dipelihara sebagai replacement.
Sebagai contoh rotational dua bangsa adalah: Pada generasi
pertama Pejantan bangsa “A” kawin dengan betina bangsa “B”
dihasilkan “AB” crossbred, generasi kedua jantan bangsa “B”
dikawinkan dengan betina crossbred “AB” diperoleh
keturunan “B x (AB)”, generasi ketiga jantan bangsa “A”
dikawinkan dengan betina crossbred “B x AB” dihasilkan
keturunan “A x (B(AB)). Dan pada generasi keempat jantan
bangsa “B” akan dikawinkan dengan betina crossbred “A x
(B(AB)).

Rota-terminal Cross
• Rota-terminal cross yang merupakan kombinasi dari
rotational crossing dan terminal crossing. Pada
sistem ini maka keturunan betina crossbred “AB”
dikawinkan dengan pejantan bangsa “C” dan semua
keturunan yang dihasilkan adalah terminal.

Crossbreeding dua bangsa, tiga,
empat dan rotasi

5-breed Rotational Cross (secara berkelanjutan)

Terminal Crossing

BANGSA KOMPOSIT
• Tujuan pembentukan bangsa komposit adalah
untuk mempertahankan tingkat heterosis
maksimum yang memungkinkan pada
generasi selanjutnya, tanpa penambahan
persilangan lagi.
• Dalam pembentukannya tiap generasi
diperlukan 25 ekor jantan dan 500 - 750 induk,
selanjutnya pada tahap inter-se (within herd)
matings diperlukan tiga generasi inter-se.

Model Breeding Pembentukan Bangsa Komposit 50%
Bangsa
babi
Lokal
(Celeng)

Bangsa babi
impor ♂ Pietrain
Artificial Insemination

I

Celeng 50% ; Babi Pietrain 50%

II

F1
Celeng 50% x Babi Pietrain 50%

III
IV

F2
Celeng 50% x Babi Pietrain 50%
Inter-se Mating menghasilkan
keturunan Celeng 50% x Babi
Pietrain 50%

Model pembentukan bangsa komposit 62,5% Yorkshire
(Landrace dan Duroc) dan 37,5% Celeng.
• Persilangan: 100% Yorkshire x 100% Celeng
menghasilkan F1 50% Yorkshire / 50% Celeng.
• F1 x Duroc menghasilkan (Duroc 1) 75% Yorkshire /
25% Celeng.
• Komposit (Duroc 1) x F1 menghasilkan keturunan
62,5% Yorkshire / 37,5% Celeng.
• Inter-se Mating menghasilkan keturunan 62,5%
Yorkshire / 37,5% Celeng.

Perkiraan Waktu Pembentukan Bangsa Komposit
Pada Ternak Babi








Pertama dikawinkan umur
Frekuansi melahirkan 1 tahun
Siklus birahi
Lama bunting
Jadi :
Tahap I
Tahap II - IV .dst....

= 9 bulan
= 2 kali
= 21 hari
= 114 hari (3 bulan, 3 minggu 3 hari)
= 9 bulan + 21 + 114 = 1 tahun 40 hari

Model Sederhana Pembibitan Babi di
Kalimantan Barat
Impor ♂

dan ♀
Impor :Ya/Tidak

Peternakan Rakyat
Seleksi ♂ dan ♀

Pusat Pembibitan Babi
Program :
-Seleksi
-Uji Perfomans

-Penggemukan
-Pasar / Penjagal

Skema pemenuhan gizi masyarakat
F1
F2

Breeding

Production

IV
Auction

Slaughtering
Marketing

Consumption

DAMPAK YANG DI TIMBULKAN
• Perubahan genetik pada pembentukan bangsa
baru (composite breed) dapat dianalisis secara
genetika molekuler (perubahan frekuensi
genotif dan alel, maupun perfomans ternak.

KESIMPULAN
1. Untuk mengetahui produktivitas hasil persilangan
atau komposit diperlukan suatu program breeding
yang terarah dan terencana dengan didukung
sarana dan prasarana yang memadai.
2. Untuk pengembangan persilangan babi lokal (Babi
Kalimantan) dan untuk membentuk bangsa
komposit diperlukan bangsa murni.