Tinjauan Pustaka T1 672007032 Full text

1 Pendahuluan Teknologi informasi yang berkembang pesat memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dan saling bertukar pesan melalui berbagai media. Proses pengiriman data yang dilakukan media seperti Local Area Network LAN, internet, email, handphone maupun media lain perlu diperhatikan dalam segi keamanan data akan sangat diperhatikan, terutama apabila data yang akan dikirim merupakan data atau pesan rahasia. Berbagai usaha akan dilakukan untuk menjamin agar pesan rahasia yang dikirim tidak dapat diakses oleh pihak lain. Salah satu penyembunyian pesan rahasia dilakukan dengan mengacak isi pesan tersebut yang merupakan prinsip utama dari kriptografi yaitu pengacakan data asli yang menghasilkan data dengan hasil terenkripsi. Isi pesan yang acak membuat pihak lain mencurigai adanya pesan tersembunyi, namun jika ditambah dengan menyisipkan pesan acak ke dalam sebuah media lain, maka akan menambah aspek keamanan. Dengan demikian pihak lain tidak mencurigai terhadap pesan rahasia yang dikirim, dikarenakan yang terlihat hanyalah media penampung dari pesan tersebut. Hal ini dirasa lebih aman jika dibandingkan hanya dengan mengacak atau mengenkripsi isi pesan, yang dapat membuat pihak lain ingin mengetahui isi pesan tersebut. Penyembunyian pesan terhadap sebuah media disebut sebagai Steganografi. Dalam kamus English Oxford kata steganografi diartikan sebagai teknik penyembunyian pesan atau informasi dengan menggunakan teks publik maupun data. Media yang akan digunakan akan menentukan pula algoritma steganografi yang digunakan. Salah satu format berkas citra digital yang digunakan adalah format gambar GIF yang diperkenalkan oleh CompuServe pada tahun 1987. Format GIF umum digunakan dalam web dikarenakan ukurannya yang relatif lebih kecil dibanding dengan format lainya. Hal itu disebabkan karena dalam sebuah citra berformat GIF menggunakan 8-bit untuk setiap pikselnya sehingga format GIF hanya menampung maksimal 256 warna [1]. Berbeda dengan citra berformat JPEG yang dapat menampung jutaan warna dikarenakan format tersebut menggunakan 24-bit untuk setiap pikselnya. Salah satu algoritma steganografi pada citra dengan format GIF adalah Gifshuffle. Algoritma Gifshuffle memanfaatkan palet warna berkas GIF sebagi media penyisipan pesan. Berdasarkan hal tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan topik penyembunyian pesan terenkripsi pada citra GIF menggunakan algoritma Gifshuffle.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya tentang steganografi pada citra berformat GIF menggunakan algoritma Gifshuffle. Penelitian ini menggunakan ilustrasi untuk menjelaskan algoritma Gifshuffle dan melakukan pengujian ketahanan media stego . Media stego yang digunakan adalah citra GIF. Kesimpulan yang didapat adalah algoritma ini mudah diterapkan, karena mengandung langkah-langkah yang tidak rumit, selain itu algoritma ini tidak merubah kualitas dari citra yang digunakan sebagai media stego [2]. 2 Pada penelitian ini, mengembangkan kriptografi dengan algoritma Vigenere Cipher, yang menggunakan masukan kunci bertipe data string yang berjumlah hingga 96 karakter yang diambil pada urutan karakter ASCII yang dapat dicetak. Kemudian untuk melengkapi kriptografi tersebut, ditambahkan teknik steganografi dengan menggunakan algoritma Gifshuffle dengan media objek gambar dengan format GIF, yang digunakan untuk menambah keamanan dalam penyembunyian pesan. Kriptografi Vigenere Cipher Sistem sandi Vigenere adalah sistem sandi substitusi multi-alfabet, yaitu sistem sandi Caesar tetapi dengan pergeseran alfabet yang berlainan disesuaikan dengan kata kuncinya. Pada kriptografi Vigenere, plaintext akan dienkripsi dengan pergeseran huruf seperti pada kriptografi Caesar, tetapi setiap huruf di dalam plaintext akan mengalami pergeseran yang berbeda. Kunci pada kriptografi Vigenere adalah sebuah kata bukan sebuah huruf. Kata kunci ini akan dibuat berulang sepanjang plaintext, sehingga jumlah huruf pada kunci akan sama dengan jumlah huruf pada plaintext. Pergeseran setiap huruf pada plaintext , akan ditentukan oleh huruf pada kunci yang mempunyai posisi yang sama dengan huruf pada plaintext. Kriptografi Vigenere dikenal sebagai polyalphabetic substitution cipher, karena enkripsi terhadap satu huruf yang sama bisa menghasilkan huruf yang berbeda. Pergeseran huruf pada plaintext ditentukan oleh tabel yang sama dengan tabel pada kriptografi Caesar. Rumus kriptografi Caesar tetap berlaku pada kriptografi Vigenere, baik pada enkripsi maupun dekripsi. Algoritma Gifshuffle Gifshuffle merupakan algoritma steganografi yang digunakan untuk menyembunyikan pesan dalam media citra berformat GIF. Algoritma Gifshuffle pada intinya memanfaatkan palet warna berkas GIF sebagai media penyisipan pesan. Dikarenakan berkas GIF hanya menggunakan maksimal 256 palet warna, maka pesan yang akan disisipkan akan terbatas hingga 1683 bits atau 210 byte dengan kata lain maksimal menampung 210 karakter jika masukannya berupa karakter [3]. Sesuai dengan namanya Gifshuffle, maka prinsip utama algoritma ini akan melakukan shuffle terhadap palet warna dari sebuah berkas GIF. Algoritma Gifshuffle dalam bentuk flowchart ditunjukkan pada Gambar 1. 3 Gambar 1 Flowchart Algoritma Gifshuffle Adapun langkah-langkah encoding dari algoritma Gifshuffle adalah sebagai berikut[3]: 1. Proses encoding dimulai dengan pesan yang akan disisipkan. Pesan diubah ke dalam bentuk biner dengan representasi 1 atau 0. 2. Kemudian disisipkan angka 1, di depan rangkaian biner tersebut. Langkah selanjutnya rangkaian biner tersebut dikonversikan menjadi bilangan desimal dan menghasilkan sebuah bilangan yang dinamakan sebagai . 3. Menghitung jumlah warna yang terkandung dalam berkas Gif yang menjadi objek steganografi dan akan menghasilkan sebuah bilangan. Bilangan tersebut dinamakan sebagai , maka apabila maka pesan yang ingin disisipkan berukuran terlalu besar sehingga proses penyisipan tidak dapat dilakukan. 4. Warna dalam palet warna diurutkan sesuai dengan urutan yang “natural”. Setiap warna dengan format RGB dikonversikan ke dalam bilangan integer dengan aturan . Kemudian diurutkan berdasarkan besar bilangan integer yang mewakili warna tersebut. 5. Setelah itu dilakukan iterasi terhadap variabel dengan nilai adalah dari 1 sampai n. Setiap warna dengan urutan dipindahkan ke posisi baru yaitu , kemudian dibagi dengan . 6. Kemudian palet warna yang baru hasil iterasi pada langkah ke-4 dimasukkan ke dalam palet warna berkas Gif. Apabila ada sebuah tempat yang diisi oleh dua buah warna, maka warna yang sebelumnya yang menempati tempat tersebut akan digeser satu tempat ke samping. 7. Apabila ternyata besar dari palet warna yang baru lebih kecil dari 256 maka palet warna akan disi dengan warna terakhir dari palet warna sebelumnya. 8. Kemudian berkas Gif akan dikompresi ulang dengan palet warna yang baru untuk menghasilkan berkas yang baru dengan ukuran dan gambar yang sama namun telah disisipi pesan. 4

3. Metode dan Perancangan