Analisis keragaman D-Loop Dna mitokondria mencit rumah (Mus Musculus Castaneus) di daerah Jakarta, Bandung dan Surabaya dengan Pcr-Rflp
ANALISIS KERAGAMAN D-LOOP DNA MITOKONDRIA
MENCIT RUMAH (Mus musculus castaneus)
DI DAERAH JAKARTA, BANDUNG DAN SURABAYA
DENGAN PCR-RFLP
Oleh :
Diana Yulianti
G04499071
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
2
ANALISIS KERAGAMAN D-LOOP DNA MITOKONDRIA
MENCIT RUMAH (Mus musculus castaneus)
DI DAERAH JAKARTA, BANDUNG DAN SURABAYA
DENGAN PCR-RFLP
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh :
Diana Yulianti
G04499071
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
3
ABSTRAK
DIANA YULIANTI. Analisis Keragaman D-loop DNA Mitokondria Mencit Rumah (Mus musculus
castaneus) di Daerah Jakarta, Bandung dan Surabaya dengan PCR-RFLP. Dibimbing oleh DEDY
DURYADI SOLIHIN dan RONNY RACHMAN NOOR.
Mencit rumah (Mus musculus) termasuk dalam kelas Mamalia, infrakelas Eutheria, ordo
Rodentia, subordo Myomorpha dan famili Muridae. Spesies tersebut dalam perkembangannya
terbagi menjadi subspesies Mus musculus domesticus, Mus musculus musculus, Mus musculus
castaneus dan Mus musculus bactrianus (Silver 1995). Subspesies yang tersebar di Indonesia
adalah Mus musculus castaneus (Boeadi et al.1982).
DNA mitokondria (mtDNA) sering digunakan sebagai penanda molekular sebagai salah satu
cara untuk mengetahui keragaman genetik. Keragaman genetik mtDNA dapat diketahui dengan
menggunakan metode PCR-RFLP (Polymerase Chain Reaction - Restriction Fragment Lenght
Polymorphism). Sepasang primer yang digunakan adalah CTDF dan CTDR. Sedangkan enzim
restriksi yang digunakan adalah HaeIII, AluI dan RsaI. Sampel yang digunakan berasal dari Jakarta
(10 ekor), Bandung (11 ekor) dan Surabaya (9 ekor) sehingga total sampel menjadi 30 ekor.
Dengan menggunakan metode PCR-RFLP ditemukan sembilan haplotipe pada ketiga puluh
sampel mencit rumah. Pada populasi Jakarta ditemukan tiga haplotipe, Bandung tujuh haplotipe
dan Surabaya lima haplotipe. Haplotipe lokal ditemukan di populasi Bandung (H-5 dan H-7) dan
Surabaya (H-8 dan H-9). H-3 merupakan haplotipe umum yang terdapat di semua populasi.
ABSTRACT
DIANA YULIANTI. Genetic Diversity Analysis of D-loop Mitochondrial DNA of House Mice (Mus
musculus castaneus) in Jakarta, Bandung and Surabaya. Supervisors : DEDY DURYADI SOLIHIN
and RONNY RACHMAN NOOR.
House mice ( Mus musculus) belongs to class Mammal, infraclass Eutheria, Order Rodentia,
suborder Myomorpha and family Muridae. This spesies divided into subspesies subspesies Mus
musculus domesticus, Mus musculus musculus, Mus musculus castaneus and Mus musculus
bactrianus (Silver 1995). Subspesies which spread all over Indonesia is Mus musculus castaneus.
Mitochondrial DNA (mtDNA) is often used as genetic marker to study genetic diversity. Genetic
diversity of mtDNA can be obtained using PCR-RFLP. The Primers used for analysis were CTDF
and CTDR. The restriction enzyme used were HaeIII, AluI and RsaI. The samples were from
Jakarta (10 mice), Bandung (11 mice) and Surabaya (9 mice) so the total amount of samples were
30 mice.
We generated pcr product 1384 bp in length using PCR-RFLP. Nine haplotype were found. In
Jakarta population there were three haplotype, Bandung seven haplotype and Surabaya five
haplotype. Local haplotypes were found in Bandung (H-5 and H-7) and Surabaya (H-8 and H-9).
The H-3 was common haplotype that were found in all population.
4
Judul
: ANALISIS KERAGAMAN D-LOOP DNA MITOKONDRIA MENCIT RUMAH
(Mus musculus castaneus) DI DAERAH JAKARTA, BANDUNG DAN
SURABAYA DENGAN PCR-RFLP.
: Diana Yulianti
: G04499071
Nama
NIM
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA
Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc
NIP. 131415134
NIP. 131624188
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.Si
NIP. 131473999
Tanggal Lulus :
5
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya
ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
November 2004 ini adalah analisis keragaman D-loop DNA mitokondria
mencit rumah (Mus
musculus castaneus) Jakarta, Bandung dan Surabaya dengan PCR-RFLP.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan Dr. Ir.
Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc selaku pembimbing dan penyandang dana penelitian ini. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada seluruh keluarga besar zoologi, Bapak
Achmad, Ibu Rika, Ibu Wita, Bapak Bambang dan Ibu Taruni untuk semua saran dan dukungannya.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Heri dan Bapak Nunu yang telah membantu
dalam masalah tehnik laboratorium serta rekan-rekan kerja di laboratorium biologi molekuler Pusat
Studi Ilmu Hayat IPB, Ibu Rini, Bapak Sarbaini, Bapak Jakaria, Evie, Virgo dan Ari untuk semua
saran, nasehat dan jalan keluar setiap masalah yang penulis hadapi. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada sahabat-sahabat tercinta Pepen, Ucup, Yayak dan Bank 4di3 yang telah
membantu selama pengumpulan sampel dan atas waktu luangnya menemani penulis dalam suka
dan duka serta Kanthi, Gia, Marin, Andre, Agus, Chie, 14 dan Wina atas segala bentuk dorongan
dan perhatiannya. Tak lupa kasih dan sayang kepada keluarga besar TM 7 dan teman-teman
angkatan 36. Segala cinta dan terima kasih penulis ungkapkan kepada Papa, Mama dan adikku
untuk dukungan moral, material, kesabaran, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2005
Diana Yulianti
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 01 Juli 1981 dari ayah Ismail dan ibu Nurhasanah.
Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.
Pada tahun 1999 penulis lulus dari SMUN 21 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi
masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif di Himpunan Profesi Departemen Biologi
(HIMABIO) sebagai anggota Departemen Informasi dan komunikasi pada periode tahun
1999/2000. Penulis melaksanakan praktik lapang selama dua bulan di Gelanggang Samudra Jaya
Ancol, Jakarta. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran
2001/2002, Struktur dan Perkembangan Hewan tahun ajaran 2002/2003, Zoologi Vertebrata pada
tahun ajaran 2003/2004, dan 2004/2005.
7
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................................
vi
PENDAHULUAN....................................................................................................................
1
BAHAN DAN METODE..........................................................................................................
2
Bahan................................................................................................................................
2
Metode..............................................................................................................................
2
Pengambilan Sampel...................................................................................................
2
Ekstraksi dan Isolasi DNA............................................................................................
2
Uji Kualitas DNA...........................................................................................................
2
Amplifikasi Daerah D-loop............................................................................................
2
Pemotongan dengan Enzim Restriksi..........................................................................
3
Analisis Hasil PCR-RFLP.............................................................................................
3
Analisis Keragaman.....................................................................................................
3
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................
3
Hasil..................................................................................................................................
3
Amplifikasi Daerah D-loop............................................................................................
3
Keragaman Fragmen D-loop dengan Menggunakan Enzim restriksi..........................
3
Pemotongan dengan HaeIII....................................................................................
4
Pemotongan dengan AluI.......................................................................................
4
Pemotongan dengan RsaI......................................................................................
4
Analisis Keragaman Haplotipe...............................................................................................
4
Pembahasan.....................................................................................................................
5
SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
8
LAMPIRAN.............................................................................................................................
10
8
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Pola Pemotongan dengan Enzim Restriksi.......................................................................
4
2 Haplotipe dan Penyebarannya..........................................................................................
5
3 Perbandingan hasil PCR-RFLP dengan sekuens acuan..................................................
5
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Penyebaran Mus musculus di dunia.................................................................................
11
2 Daftar Sampel...................................................................................................................
12
3 Hasil BLAST primer forward pada Mus musculus castaneus...........................................
13
4 Hasil BLAST primer reverse pada Mus musculus castaneus...........................................
14
5 Sekuen Mus musculus castaneus acuan..........................................................................
15
6 Hasil dan pola pemotongan dengan HaeIII.....................................................................
16
7 Hasil dan pola pemotongan dengan AluI..........................................................................
17
8 Hasil dan pola pemotongan dengan RsaI.........................................................................
18
9 Hasil PAGE 5.5% dengan silver staining..........................................................................
19
Mencit dapat digunakan sebagai hewan
PENDAHULUAN
model dalam penelitian bidang kedokteran dan
Mencit rumah (Mus musculus) termasuk
dalam kelas Mamalia, infrakelas Eutheria,
ordo Rodentia, subordo Myomorpha dan famili
Muridae. Famili Muridae awalnya diperkirakan
berasal dari daerah India dan Asia Tenggara.
Berdasarkan data paleontologi dan filogeni
diperkirakan bahwa tikus berasal dari nenek
moyang yang hidup 10-15 juta tahun SM.
Sekitar enam juta tahun SM genus Mus
ditemukan, kemudian berkembang menjadi
beberapa spesies yang tersebar di sekitar
India dan ke benua lain (Silver 1995).
Pada 10.000 tahun lalu, Mus musculus
telah mengalami pembagian menjadi empat
populasi yang terpisah dan tidak mengalami
tumpang tindih area di India dan benua lain.
Spesies tersebut dalam perkembangannya
terbagi menjadi subspesies Mus musculus
domesticus, Mus musculus musculus, Mus
musculus
castaneus
dan
Mus
musculus
bactrianus (Silver 1995).
Diperkirakan penyebaran M.m domesticus
terfokus di pinggir wilayah Pakistan dan di
India bagian barat. Sedangkan M.m musculus
berada di utara india . M.m castaneus berada
di daerah Bangladesh dan M.m bactrianus
tetap berada di India (Silver 1995)(Lampiran
1). Subspesies yang tersebar di Indonesia
adalah Mus musculus castaneus (Boeadi et
al.1979).
M.m castaneus berukuran kecil dan lincah.
Hampir seluruh tubuhnya ditumbuhi oleh
rambut bertekstur lembut dengan warna pada
bagian dada tidak putih dan punggungnya
coklat kelabu. Mencit ini memiliki ekor lebih
panjang
dari
panjang
badannya
dengan
bentuk yang meruncing. Ekornya memiliki
anulasi yang cukup jelas dan ditumbuhi oleh
sedikit rambut. Formula puting susu yang
dimiliki adalah tiga pasang di dada dan dua
pasang di perut (Boeadi et al. 1979).
genetika karena memiliki banyak kelebihan
antara lain waktu generasi
kemampuan
adaptasi
yang
kemampuan
ratusan
gen
yang cepat,
tinggi
dan
tunggalnya
bermutasi (Hartwell et al. 2000).
Penggunaan
penanda
molekular
merupakan salah satu cara untuk mengetahui
keragaman
genetik.
DNA
mitokondria
(mtDNA) sering digunakan sebagai penanda
molekular karena memiliki banyak kelebihan
antara lain jumlah kopi yang tinggi, ukuran
yang relatif kecil (14-39 kb) dan pada bagian
tertentu dari genom mitokondria berevolusi
dengan kecepatan yang berbeda (Duryadi
1994).
Mitokondria DNA terdiri dari 13 gen
penyandi polipeptida, 22 gen tRNA dan 2 gen
rRNA.
Urutan gen-gen mitokondria pada
umumnya
relatif
conserved
pada
semua
vertebrata (Brown 1980). Gen-gen tersebut
tersusun dalam 2 utas yaitu utas Heavy (H)
dan utas Light (L). Selain daerah penyandi,
mtDNA juga memiliki daerah noncoding yang
disebut D-loop.
Brown 1980 mengatakan bahwa daerah
D-loop bersifat hipervariabel, karena memiliki
laju evolusi tertinggi. Dapat mencapai 5-10 kali
lebih cepat dibandingkan dengan DNA inti.
Keragaman
genetik
mtDNA
dapat
diketahui dengan reaksi perbanyakan DNA
secara in vitro
pada sekuen target dengan
memanfaatkan cara replikasi DNA dengan
bantuan
enzim
DNA
polimerase
dan
perubahan sifat fisik DNA terhadap suhu.
Metode ini dikenal sebagai Polymerase Chain
Reaction (PCR) (Saiki et al.1986).
Produk
menggunakan
PCR
enzim
kemudian
dipotong
restriksi
(restriction
endonuclease). Sebuah enzim restriksi akan
memotong DNA secara spesifik, terbatas pada
urutan basa nukleotida yang dikenalinya.
10
restriksi
kemudian divortex. 500 ì l digestion buffer
(Sambrook & Russel 2001). Variasi yang
ditambahkan pada tabung dan dikocok hingga
Urutan
basa
ini
disebut
situs
dihasilkan oleh perbedaan panjang fragmen
homogen lalu diinkubasi semalam pada suhu
yang dipotong oleh enzim restriksi ini dikenal
55 C. Kemudian 500 ì l fenol ditambahkan dan
sebagai
dikocok selama ± 20 menit lalu disentrifuse 3
Restriction
Polymorphism
Fragment
(RFLP)
Lenght
(Duryadi
1994).
o
menit
pada
13.000
rpm.
Supernatan
Gabungan kedua metode tersebut dikenal
dipindahkan ke tabung baru lalu ditambahkan
dengan PCR-RFLP.
500 ì l Chloroform isoamil alkohol (CIAA)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kemudian dikocok selama ± 20 menit. Lalu
M.m
disentrifuse 13.000 rpm selama 3 menit.
castaneus di Jakarta, Bandung dan Surabaya
Supernatan dipindahkan ke tabung baru. Jika
menggunakan metode PCR-RFLP.
sampel berasal dari otot, maka perlakuan
keragaman
genetik
mencit
rumah
Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan
November
2004
sampai
April
2005
di
fenol dan CIAA dilakukan 2 kali. Sebanyak 2
kali volume etanol absolut ditambahkan pada
Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat Studi
supernatan lalu dikocok
Ilmu Hayat (PSIH), IPB, Bogor.
terdapat endapan putih DNA. Campuran
perlahan hingga
disentrifuse pada 13.000 rpm selam 5 menit
BAHAN DAN METODE
dan etanol absolut diganti dengan alkohol
70%. Kemudian disentrifuse kembali pada
13.000 rpm selama 5 menit. Alkohol 70%
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel
darah dan otot dari mencit rumah (M.m
dibuang dan endapan dikeringkan atau di
vacuum. 100 ì l buffer T ris
E DT A (TE)
castaneus) dari beberapa lokasi di Jakarta (10
ditambahkan ke dalam tabung kemudian
ekor), Bandung (11 ekor) dan Surabaya (9
disentrifuse pelan dan diinkubasi pada suhu
ekor) (lampiran 2). Total sampel 30 ekor.
37 C selama 15 menit lalu disimpan dalam
Metode
freezer.
o
Pengambilan sampel. Darah diambil dari
Uji kualitas DNA. DNA yang telah diisolasi
jantung menggunakan syringe yang telah
kemudian dielektroforesis menggunakan gel
berisi ethylene diamine tetra acetic acid
agarose 1.2 % dalam larutan 1xTBE (89 mM
(EDTA) 10% yang kemudian disimpan di suhu
Tris, 89 mM Asam Borat dan 2 mM EDTA, pH
rendah sebelum diisolasi. Sedangkan untuk
8,0) dalam piranti Submarine Electrophoresis
sampel dari otot menggunakan otot yang
(Hoefer).
berasal dari femur M.m castaneus yang sudah
bantuan s inar ultra violet (ë = 300 nm) setelah
dikuliti terlebih dahulu.
gel
Ekstraksi dan isolasi DNA. Ekstraksi
fenol adalah prosedur umum yang digunakan
untuk isolasi sampel DNA (Sambrook &
Pengamatan
diwarnai
dengan
dilakukan
ethidium
dengan
bromide
(0.5mg/ml).
Amplifikasi daerah D-loop. Sepasang
primer
digunakan
untuk
mengamplifikasi
Russel 2001). Sampel darah sebanyak 250-
sekuen D-loop dengan metode PCR. Primer
500 ì l dalam tabung eppendorf 1,5 ml
yang digunakan adalah CTD F 5’- TAA TAT
ditambah lysis buffer dengan volume yang
ACT GGT CTT GTA AAC C- 3’ dan CTD R 5’-
sama
dan
dikocok
sampai
homogen.
GGC TGG CAC GAG ATT TAC CAA CCC- 3’.
®
Disentrifuse selama 1 menit pada 6500 rpm.
PCR menggunakan mesin GeneAmp
PCR
E ndapan ditambah dengan 200 ì l rinse buffer
System 2400 (Perkin-Elmer). Kondisi PCR
11
o
pre-denaturasi
pada suhu 94 C selama 5
menit, kemudian dilanjutkan dengan siklus
unweighted
pair-group
method
using
arithmetic averages (UPGMA).
o
utama yaitu denaturasi pada suhu 94 C
o
selama 45 detik, annealing pada suhu 52 C
HASIL DAN PEMBAHASAN
o
selama 1 menit, elongasi pada suhu 72 C
selama 1 menit yang diulang sebanyak 35
Hasil
o
siklus dan post-elongasi pada suhu 72 C
selama 7 menit.
Amplifikasi daerah D-loop.
Penggandaan in vitro sekuen D-loop pada
Total campuran untuk tiap reaksi PCR
mitokondria M.m castaneus menggunakan
adalah 50 ì l dengan kompos is i sampel DNA 2
primer CTDF yang didesain terletak di tRNA
ì l (10-100 ng), 10X buffer PCR mix 5 ì l, 25
Threonin untuk forwardnya dan CTDR yang
mM MgCl2 3 ì l, 10 mM dNTP mix 1 ì l, 25 pM
terletak
primer CTDF dan primer CTDR masing-
menghasilkan produk sebesar 1384 pasang
mas ing 2 ì l , dan 5 unit / ì l Taq DNA
basa (pb) untuk semua sampel. Hal ini sesuai
polymerase 0.2 ì l (Promega) dan air steril
dengan hasil BLAST GeneBank Database
s ebanyakl 34.8 ì l.
(NCBI) M.m castaneus dengan nomor akses
Pemotongan dengan enzim restriksi.
Enzim
restriksi
yang
digunakan
di
AJ286323
12S
rRNA
(Lampiran
pada
3)
reversenya
dan
AY057792
dalam
(Lampiran 4) yang telah disisipkan sekuen gen
penelitian ini merupakan enzim pemotong 4
tRNA phenil alanin sebesar 68 pb (Lampiran
basa (four-cutter enzyme) yaitu
HaeIII (5’-
5). Oleh karena sekuen asli
tRNA phenil
GG*CC-3’), AluI (5’- AG*CT) dan RsaI (5’-
alanin dari M.m castaneus belum diketahui,
GT*AC-3’) (Promega). Pemotongan dilakukan
maka
sekuen
tRNA
phenil
alaninnya
dengan cara menambahkan 3.5 ì l air s teril, 1
diambilkan dari sekuen tRNA phenil alanin
ì l Buffer dan 0.5 ì l enzim ke dalam tabung
M.m
eppendorf 0.5 ml yang beris i 5 ì l produk PCR.
NC005089).
musculus
(GenBank
nomor
akses
Dengan demikian produk PCR
Tabung disentrifugasi lemah beberapa detik
tersebut terdiri dari sekuen tRNA
agar campuran merata. Kemudian diinkubasi
prolin, D-loop, tRNA phenil alanin dan 12S
o
threonin,
selama ± 16 jam pada suhu 37 C (Syafitri
rRNA. Besarnya sekuen utuh D-loop M.m
2005).
castaneus adalah sebesar 952 pb.
Analisis hasil PCR-RFLP. Fragmen DNA
hasil
PCR-RFLP
dapat
diamati
dengan
elektroforesis menggunakan agarose 1.2% (85
V/ 1-1.5 jam) dengan pewarnaan EtBr. Untuk
Keragaman
fragmen
D-loop
dengan
menggunakan Enzim Restriksi.
Untuk mengetahui keragaman produk PCR
mempertajam hasil digunakan PoliAcrylamide
tersebut
Gel Electrophoresis (PAGE) 5.5% (85 V/ 6
menggunakan tiga jenis enzim restriksi yaitu
jam)
HaeIII, AluI dan RsaI yang merupakan enzim
menggunakan
divisualisasikan
buffer
dengan
1X TBE
silver
dan
staining.
restriksi
maka
empat
Standar DNA yang digunakan adalah ladder
penggunaan
100 bp (Promega).
adalah
Analisis
keragaman.
dilakukan
basa.
enzim
dengan
Dasar
restriksi
harapan
dengan
pemilihan
empat
setiap
256
basa
pb
Rekonstruksi
ditemukan satu situs restriksi. Maka dalam
dendogram menggunakan program Molecular
1384 pb diharapkan terdapat lima situs
Evolutionary Genetic Analysis (MEGA) V.3.0
restriksi.
(Kumar
et
al.1993)
dengan
metode
12
Pemotongan dengan AluI.
Pemotongan dengan HaeIII.
HaeIII merupakan enzim restriksi yang
AluI merupakan enzim restriksi yang akan
yang akan memotong pada sekuen GG*CC.
memotong pada sekuen AG*CT. Sampel yang
Pada
dipotong dengan AluI menghasilkan tiga pola
ketigapuluh
sampel
yang
dipotong
dengan HaeIII menghasilkan tiga pola potong
yang berbeda yaitu D, E dan F. Pada pola D
A, B dan C.
Pola A menghasilkan empat
hasil pemotongan terdiri dari enam fragmen
fragmen (X1, X4, X5 dan X6). Pola B
(X1, X2, X3, X4, X5 dan X7). Pada pola E
menghasilkan empat fragmen (X1, X3, X5 dan
menghasilkan lima fragmen (X1, X3, X4, X6
X7). Sedangkan pola C hanya menghasilkan
dan
tiga fragmen (X2, X7 dan X8). Total ragam
menghasilkan empat fragmen ( X1, X2, X4
fragmen yang dihasilkan oleh HaeIII adalah
dan
sebanyak delapan fragmen (Tabel 1).
X7).
X8).
Sedangkan
Total
pada
ragam
pola
fragmen
F
yang
dihasilkan oleh AluI adalah sebanyak delapan
fragmen (Tabel 1).
Tabel 1 Pola pemotongan dengan enzim
RsaI merupakan enzim restriksi yang akan
restriksi.
Enzim
Restriksi
HaeIII
GG*CC
AluI
AG*CT
Pemotongan dengan RsaI.
Hasil pola
pemotongan
sampel
(pb)
A
B
C
X1
X4
X5
X6
X1
X3
X5
X7
X2
X7
X8
D
E
F
X1
X1
X1
X2
X3
X4
X5
X7
X3
X4
X6
X7
X2
X4
X8
Ragam
&
besar
fragmen
sampel
(pb)
X1 = 136
X2 = 264
X3 = 283
X4 = 290
X5 = 470
X6 = 488
X7 = 495
X8 = 625
memotong pada sekuen GT*AC. Sampel yang
dipotong dengan RsaI menghasilkan tiga pola
yang berbeda yaitu G, H dan I. Pada pola G
hasil pemotongan terdiri dari tiga fragmen (X1,
X7 dan X9). Pola H terdiri dari lima fragmen
(X1, X3, X4, X5 dan X8). Pola I terdiri dari tiga
fragmen (X2, X6 dan X9). Total ragam
fragmen yang dihasilkan oleh RsaI adalah
sebanyak sembilan fragmen (Tabel 1).
Analisis keragaman haplotipe
Semua
data
dianalisis
menggunakan
program MEGA untuk merekonstruksi pohon
filogenetik,
maka
didapatkan
sembilan
X1 = 96
haplotipe berdasarkan pemotongan dengan
X2 = 123
X3 = 140
X4 = 200
X5 = 277
X6 = 400
X7 = 548
X8 = 965
tiga enzim restriksi. Penentuan haplotipe
berdasarkan pada pola pemotongan tiap
enzim
restriksi,
sehingga
haplotipe
yang
dihasilkan merupakan gabungan tiga pola
potong masing-masing enzim (Tabel 2).
Haplotipe 1 dan 2 hanya ditemukan pada
sampel di wilayah Jakarta dan Bandung.
G
H
I
RsaI
X1
X1
X2
X1 = 140
Sedangkan haplotipe 4 dan 6 ditemukan pada
GT*AC
X7
X9
X3
X4
X6
X9
X2 = 155
X3 = 184
sampel di Bandung dan Surabaya. Haplotipe 5
X4 = 255
X5 = 320
Bandung, sedangkan haplotipe 8 dan 9 hanya
X5
X8
X6 = 445
X7 = 460
X8 = 485
X9 = 784
dan 7 hanya ditemukan pada sampel di
terdapat pada sampel di Surabaya. Haplotipe
3 ditemukan pada sampel yang berasal dari
ketiga kota tersebut (Tabel 2).
13
memiliki variasi yang relatif rendah maka
Tabel 2 Haplotipe dan penyebarannya
daerah
Total
Haplotipe
Penyebaran Haplotipe
D-loop
yang
kemungkinan keragaman dapat terdeteksi
Bandung
Surabaya
1. ADG
3
1
0
4
2. ADH
5
4
0
9
3. BEH
2
2
2
6
Tabel 3
4. AEG
0
1
1
2
dengan sekuens acuan
5. BDG
0
1
0
1
6. AEH
0
1
2
3
7. BDH
0
1
0
1
8. BEG
0
0
2
2
9. CFI
0
0
2
2
Total
10
11
9
30
Pembahasan
mitokondria
(mtDNA)
hewan
daerah tersebut.
Perbandingan hasil PCR-RFLP
Enzim
Restriksi
HaeIII
GG*CC
merupakan molekul sirkular yang berukuran
sekitar 16.000 pb dan diwariskan secara
Ragam
&
besar
fragmen
acuan
(pb) #
Ragam
&
besar
fragmen
sampel
(pb)
X1 = 62
X2 = 121
X3 = 229
X4 = 456
X5 = 516
X1 = 136
X2 = 264
X3 = 283
X4 = 290
X5 = 470
X6 = 488
maternal (Ryan et al. 2000). MtDNA berevolusi
X7 = 495
X8 = 625
jauh lebih cepat dibandingkan dengan laju
evolusi DNA inti. Tetapi karena pentingnya
fungsi mitokondria bagi kehidupan hewan,
maka ada faktor-faktor yang menghambat laju
evolusinya.
AluI
AG*CT
X1 = 91
X2 = 116
X3 = 188
X4 = 445
X5 = 544
X1 = 96
X2 = 123
X3 = 140
X4 = 200
X5 = 277
X6 = 400
X7 = 548
X8 = 965
RsaI
GT*AC
X1 = 8
X2 = 17
X1 = 140
X2 = 155
X3 = 17
X4 = 35
X3 = 184
X4 = 255
X5 = 121
X6 = 392
X5 = 320
X6 = 445
X7= 794
X7 = 460
X8 = 485
X9 = 784
Brown et al. 1979 mengatakan
bahwa semakin penting fungsi suatu gen atau
protein maka
laju evolusi gen atau protein
tersebut akan berjalan lebih lambat. Evolusi
molekular
didominasi oleh mutasi–mutasi
yang terakumulasi dengan laju yang stabil
pada garis keturunan yang masih bertahan
hidup (Vigilant et al. 1991).
MtDNA sebagian besar terdiri atas 90%
sekuen
yang
menyandikan,
sedangkan
sekuen D-loop merupakan sekuen yang tidak
menyandikan.
daerah
Daerah
non-coding
D-loop
utama
merupakan
pada
tumpuan
dengan mendesain primer yang terletak di
Jakarta
DNA
menjadi
mtDNA.
Sekuen D-loop memiliki peran dalam proses
replikasi utas berat ( Heavy strand) dan
transkripsi mtDNA (Clayton 1982).
D-loop
terletak di antara gen tRNA prolina dan tRNA
Phenil alanin (Anderson et al. 1982). Oleh
karena daerah tRNA threonin, prolin, phenil
alanin dan 12S rRNA relatif conserved dan
# Hasil BLAST AY057792 dan AJ286323 dengan
phenil alanin M.m castaneus no. akses NC005089
14
Dari hasil amplifikasi D-loop dengan
lamban. Sedangkan pada daerah tepinya
menggunakan sepasang primer CTDF dan
terjadi mutasi titik, indel, dan sejumlah
CTDR menghasilkan produk PCR yang
pengulangan tandem (Variable number of
seragam dan sesuai dengan besar sekuen
tandem repeats / VNTRs) yang
M.m castaneus acuan. Dapat disimpulkan
akumulasinya terjadi dengan cepat.
bahwa pada sekuen daerah target tidak
mengalami insersi atau
delesi panjang
sehingga produk PCR ketiga puluh sampel
berukuran sama, yaitu sebesar 1384 pb.
daerah
D-loop
memiliki
Adanya perbedaan pola pemotongan
pada
tiap-tiap
dijelaskan
enzim
dengan
restriksi
penambahan
dapat
atau
kehilangan salah satu atau beberapa situs
Douzery dan Randi 1997 menyebutkan
bahwa
laju
central
restriksi karena adanya substitusi basa.
Selain itu faktor lain yang menyebabkan
conserved region (CCR) yang diapit oleh
perbedaan pola potong karena adanya adisi
daerah tepi (peripheral) kiri dekat dengan
atau delesi
gen tRNA prolin dan daerah tepi kanan dekat
Perbedaan metilasi pada tiap individu dapat
satu atau beberapa basa .
dengan gen tRNA phenil alanin. Daerah
juga merupakan sumber terjadinya variasi
CCR mengalami mutasi titik, insersi dan
(Brown 1980).
delesi (indel) yang terakumulasi secara
B7
B8
B2
0.060
B1
J1 0
J9
0.060
H-2
J8
J6
J2
0.060
0.064
B9
S4
0.060
B 11
0.060
J4
0.060
0.166
H-6
S5
H-7
J5
B4
B 10
H-3
S3
0.080
0.040
0.080
0.064
S9
S2
B5
B3
0.060
0.060
H-8
S8
S1
J1
H-5
H-4
J3
J7
0.060
0.350
S6
S7
0.
05
Gambar 1 Dendogram dari 9 haplotipe
H-1
B6
H-9
15
Vigilant
et
1991
al.
menyatakan
perbedaan sekuen mtDNA pada daerah D-
berukuran
600
pb
didapatkan
dari
penjumlahan fragmen 140 pb dan 460 pb.
loop dapat pula disebabkan karena transisi
Sedangkan pada pola I fragmen 600 pb
dan transversi. Pada simpanse dan manusia
merupakan penjumlahan fragmen 155 pb
pemunculan
transversi
dan 445 pb. Pada pola H fragmen sebesar
transisi
dengan
memiliki perbandingan 15 : 1. Sehingga dari
759 pb merupakan penjumlahan fragmen
189 individu yang diamati ditemukan 135 tipe
184 pb, 255 pb dan 320 pb. Fragmen 759 pb
mtDNA (daerah D-loop).
disetarakan dengan fragmen 784 pb pada
Transisi dan transversi tersebut dapat
menerangkan adanya perbedaan letak situs
pola G dan I (Lampiran 8).
Adanya
sembilan
haplotipe
yang
restriksi antara M.m castaneus acuan untuk
ditemukan di tiga populasi menunjukkan
masing-masing enzim dengan sampel yang
tingkat polimorfisme yang cukup tinggi pada
ada (Tabel 3). Substitusi basa yang terjadi
M.m castaneus (Gambar 1).
pada
2000 menyebutkan pada M.m domesticus di
mtDNA
dapat
menyebabkan
perbedaan letak situs restriksi
sehingga
Ryan et al.
Irlandia memiliki polimorfisme yang tinggi
besar dan jumlah fragmen yang dihasilkan
karena
dapat
beberapa haplotipe. Dibandingkan dengan
berbeda-beda.
Ohno
1997
dalam
satu
sarang
ditemukan
pada manusia laju
populasi di Jakarta dan Surabaya, populasi
substitusi basa di daerah D-loop sebesar 7 x
di kota Bandung memiliki lebih banyak
mengatakan bahwa
-8
haplotipe yaitu tujuh haplotipe (Tabel 2). Hal
10 / situs pertahun.
Hal
ini
dapat
dilihat
pada
hasil
pemotongan dengan ketiga enzim restriksi.
ini mungkin disebabkan adanya emigrasi dari
M.m
castaneus
dari
wilayah
lain
dan
Pada pola A dan B dengan pemotongan
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kota
menggunakan enzim HaeIII dapat dilihat
Bandung juga memiliki kondisi cuaca yang
bahwa pembagian menjadi dua blok sebesar
cukup berbeda dibandingkan Kota Jakarta
606 pb dan 778 pb. Pada blok 606 pb
dan Surabaya yang memiliki kondisi cuaca
merupakan penjumlahan dari 136 pb dan
relatif sama. Haplotipe lokal 8 dan 9
470 pb (X1 + X5).
populasi Surabaya diperkirakan karena daya
Sedangkan pola C
pada
merupakan pengecualian yang merupakan
adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
kemungkinan
sekitar,
terjadinya
substitusi
basa
kemungkinan adanya genetic drift
dari wilayah lain ( pulau lain) yang terbawa
(Lampiran 6).
Pada pola E dari pemotongan enzim AluI
melalui alat transportasi (kapal laut / feri) dan
meghasilkan fragmen berukuran 400 pb
perbedaan jarak geografis yang cukup jauh
yang merupakan penjumlahan fragmen 123
dari dua populasi lainnya.
pb dan 277 pb pada pola D (penambahan
Ryan et al. 2000, menyebutkan bahwa
situs restriksi). Sedangkan pada pola F
distribusi
fragmen
disebabkan
sebesar
965
pb
merupakan
haplotipe
mtDNA
dapat
karena emigrasi dari suatu
penjumlahan fragmen 140 pb, 277 pb dan
kondisi padat yang menyebabkan suatu
548 pb pada pola D. Dengan demikian pola
individu harus meninggalkan populasinya.
F kehilangan dua situs restriksi (Lampiran 7).
Distribusi haplotipe dapat berubah seiring
RsaI
waktu dan ditemukannya korelasi antara
menghasilkan dua blok fragmen sebesar 784
keragaman sekuen dengan jarak geografis
pb dan 600 pb. Pada pola G fragmen
yang ada. Distribusi mtDNA haplotipe dapat
Pemotongan
dengan
enzim
16
dijelaskan dengan founder effect dan genetic
Boeadi A, Suyanto , S. Adi Soemanto. 1979.
Cara
drift.
sederhana
mengenal
tikus.
Prosiding lokakarya pengendalian hama
SIMPULAN DAN SARAN
tikus. Bogor : Direktorat Perlindungan
Penggandaan
fragmen
DNA
Tanaman.
menggunakan primer CTDF dan CTDR
menghasilkan produk sebesar 1384 pb. Dari
Brown WM, George M.JR., Wilson AC. 1979.
hasil pemotongan dengan masing-masing
Rapid evolution of animal mitochondrial
enzim restriksi empat basa HaeIII, AluI dan
DNA. Proc. Natl. Acad. Sci, USA. 76 (4)
RsaI (single digest) ditemukan sembilan
: 1967-1971.
haplotipe dari ketiga populasi. Populasi
Brown
WM.
1980.
Polymorphism
Jakarta memiliki tiga jenis haplotipe dan
mitochondrial
bukan
lokal.
revealed by restriction endonuclease
Sedangkan populasi Bandung memiliki tujuh
analysis. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 77
haplotipe.
(6) : 3605-3609.
merupakan
Dua
haplotipe
diantaranya
merupakan
DNA
of
in
human
as
haplotipe lokal, yaitu haplotipe 5 dan 7.
Populasi Surabaya memiliki lima haplotipe.
Haplotipe 8 dan 9 merupakan haplotipe
Clayton DA. 1982. Replication of animal
mitochondrial DNA. Cell 28: 693-705.
lokal. Haplotipe 3 merupakan haplotipe
umum karena ditemukan pada sampel yang
Douzery
E,
Randi
mitochondrial
berasal dari ketiga kota tersebut.
E.
control
1997.
region
The
of
perlu
Cervidae : Evolutionary Patterns and
dilakukan sequensing produk PCR agar data
Phylogenetic content. Mol. Biol. Evol.
yang dihasilkan lebih akurat. Selain itu untuk
14(11) : 1154-1166.
Untuk
penelitian
selanjutnya
mendapatkan data yang lebih variatif maka
perlu lebih banyak sampel dari berbagai
Duryadi D. 1994. Peran DNA mitokondria
tempat yang memiliki perbedaan cuaca dan
(mtDNA)
jarak
genetik dan biologi populasi pada
geografis
yang
cukup
signifikan.
dan
dengan
metode
studi
keragaman
hewan. Hayati 1 (1) : 1-4.
Penambahan jumlah enzim restriksi yang
digunakan
dalam
yang
berbeda seperti halnya double digest. Dapat
Gene
menghasilkan hasil yang lebih variatif lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gene
Bank
Database
.http
://
www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/viewer
.fcgi?ab=nucleotide&val=16555384
Bank
Database.
http
://
www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/viewer.
fcgi?ab=nucleotide&val=8919707
Anderson et al. 1982. Complete Sequence
of bovine mitochondrial DNA : conserved
features
of
the
mammalian
mitochondrial genome. J. Mol. Biol. 156 :
683-717.
Gene
Bank Database. http. :// www.
ebi.ac.uk/cgibin/abfetch?ab=embl&style=htm&id=A
B042432
17
Hartwell LH et al., 2000. Genetics from
Vigilant L, Stoneking M, Harpending H,
genes to genomes. New York : Mc
Hawkes K, Wilson AC. 1991. African
populations and the evolution of human
Grow Hill.
mitochondrial
Kumar S, Tamura K, Nei M. 1993. MEGA ;
Molecular evolutionary genetic analysis
version 1.01. USA: The Pennsylvania
State Univ.
Ohno S. 1997. The ancestor per generation
rule
and
three
other
rules
of
mitochondrial inheritance. Proc. Natl.
Acad. Sci. USA 94 : 8033-8035.
Ryan AW, Montgomery I, Duke EJ. 2000.
Short
communication
:
Microgeographic distribution of House
mouse,
Mus
domesticus
,
Mitochondrial DNA type on farmland in
North-East
Ireland.
Biology
and
environment : Proceeding of the royal
Irish Acad. 100B (3): 159-163.
Sambrook J, Russel DW. 2001. Molecular
cloning a Laboratory Manual. Cold
Spring Harbor Laboratory press.
Saiki
et
al.
1986.
Specific
enzymatic
amplification of DNA in vitro ; The
polymerase chain reaction. Cold spring
harbor
symposia
on
quantitative
biology.
Silver LM. 1995. Mouse genetics concepts
an applications. Oxford : Univ. Pr.
Syafitri S. 2005. Keragaman fragmen DNA
mitokondria daerah D-loop Rusa Timor
(Cervus
timorensis)
asal
Sulawesi
Tenggara. [skripsi]. Bogor : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor .
1503-1507.
DNA.
Science
253:
18
LAMPIRAN
19
Lampiran 1 Pola penyebaran Mus musculus di dunia (Silver 1995)
Penyebaran Mus musculus yang terbagi menjadi empat subspecies :
- Mus musculus musculus
- Mus musculus domesticus
- Mus musculus bactrianus
- Mus musculus castaneus
20
Lampiran 2 Daftar sampel
NO
NAMA
TEMPAT PENGAMBILAN
1
J1
Pasar Ampera,
2
J2
Rawamangun,
3
J3
Jakarta Timur
4
J4
Pasar Koja Baru,
5
J5
Jakarta Utara
6
J6
Pasar Cempaka Putih,
7
J7
Jakarta Pusat
8
J8
Pasar Tomang, Jakarta Barat
9
J9
Pasar Tebet,
10
J10
Jakarta Selatan
11
B1
Pasar Baru,
12
B2
Bandung Tengah
13
B3
Pasar Kosambi,
14
B4
Bandung Timur
15
B5
16
B6
Pasar Induk Caringin,
17
B7
Bandung Selatan
18
B8
19
B9
Pasar Suci, Bandung Utara
20
B10
Pasar Balubur,
21
B11
Bandung Utara
22
S1
Pasar Genteng, Surabaya Pusat
23
S2
24
S3
Pasar Turi,
25
S4
Surabaya Pusat
26
S5
27
S6
Pasar Rungkut,
28
S7
Surabaya Timur
29
S8
Pasar Genteng,
30
S9
Surabaya Pusat
ASAL SAMPEL
JAKARTA
BANDUNG
SURABAYA
21
Lampiran 3 Hasil BLAST primer forward pada Mus musculus castaneus
ORGANISM Mus musculus castaneus
Eukaryota; Metazoa; Chordata; Craniata; Vertebrata; Euteleostomi;
Mammalia; Eutheria; Rodentia; Sciurognathi; Muridae; Murinae; Mus.
AUTHORS
Gunduz,I., Tez,C., Malikov,V., Vaziri,A., Polyakov,A.V. and
Searle,J.B.
TITLE
Mitochondrial DNA and chromosomal studies of wild mice (Mus)
from Turkey and Iran
JOURNAL
Heredity 84 (Pt 4), 458-467 (2000)
MEDLINE
20307679
PUBMED
10849070
AUTHORS
Gunduz,I.
TITLE
Direct Submission
FEATURES
source
gene
tRNA
gene
tRNA
D-loop
ORIGIN
1
61
121
181
241
301
361
421
481
541
601
661
721
781
841
901
961
1021
1081
ngtcttgata
tcaagacatc
ttaaactact
acattaaact
acaacaacta
aatgttttaa
ctaaatacat
gtcataaact
atcctccgtg
aacttggggg
aaatgcgtta
tcagcccatg
ctttcatcaa
gtgaagaatc
acataaatgc
gcgccaaacc
atgtcctgat
ttttacaaaa
ttaacaa
Location/Qualifiers
1..1087
/organism="Mus musculus castaneus"
/organelle="mitochondrion"
/mol_type="genomic DNA"
/strain="wild"
/sub_species="castaneus"
/db_xref="taxon:10091"
/haplotype="casIran.6"
/country="Iran:Kerman province"
/note="The sequence was obtained from 100% ethanol
preserved tail"
1..67
/gene="tRNA-Thr"
1..67
/gene="tRNA-Thr"
/product="tRNA-Thr"
/evidence=experimental
68..134
/gene="tRNA-Pro"
68..134
/gene="tRNA-Pro"
/product="tRNA-Pro"
/evidence=experimental
135..1087
/evidence=experimental
gtataaatat
aagaagaagg
tcttgagtac
attttcccca
tcaacataaa
agacatattt
caaattaatg
cttctcttcc
aaaccaacaa
tagctaaact
tcgcccatac
accaacataa
catagccgtc
attagtccgc
tactcaatac
ccaaaaacac
caattctagt
tcatgctccg
tactctggtc
aactactccc
ataaatttac
agcatataag
ctgatataca
gtgttatctg
ttttaaagac
atatgactat
cccgcccacc
gaaactttat
gttcccctta
ctgtggtgtc
aaggcatgag
aaaacccaat
tgaattttaa
taagaacttg
agttcccaaa
tgaaccaaaa
ttgtaaacct
caccaccagc
atagtacaat
caagtacatt
ccatgaatat
actaaactga
atatctgtgt
ccccttcccc
aatgcccctc
cagacatctg
aataagacat
atgcatttgg
aggacagcac
cacctaaggc
ctctccaaac
aaagacatat
atatgactca
ctctaatcac
gaaatgaaga
acccaaagct
agtacatcta
aaatcaatga
tatattaaat
tatacatcat
tatctgacat
atttggtcta
ttctcgctcc
gttcttactt
ctcgatggta
tattttttta
acagtctaga
taattattca
cccccaaccc
attattaact
tattttagta
actctattac
tcttctcttc
ggtattctaa
tgtatatcgt
tatcggtcat
acatcaaatt
gaatattata
acaccataca
ttaatctacc
gggcccatta
cagggccatc
tcgggtctaa
ttttggccta
cgcacctacg
tgcttgttag
cctcctctta
atcaaaccct
cttgtaaaaa
gcaataaaca
22
Lampiran 4 Hasil BLAST primer reverse pada Mus musculus castaneus
ORGANISM Mus musculus castaneus
Eukaryota; Metazoa; Chordata; Craniata; Vertebrata; Euteleostomi;
Mammalia; Eutheria; Rodentia; Sciurognathi; Muridae; Murinae; Mus.
REFERENCE 1 (bases 1 to 956)
AUTHORS Lundrigan,B.L., Jansa,S.A. and Tucker,P.K.
TITLE
Phylogenetic relationships in the genus mus, based on paternally,
maternally, and biparentally inherited characters
JOURNAL
Syst. Biol. 51 (3), 410-431 (2002)
MEDLINE
22075680
PUBMED
12079642
REFERENCE
2 (bases 1 to 956)
AUTHORS
Lundrigan,B.L., Jansa,S.A. and Tucker,P.K.
TITLE
Direct Submission
JOURNAL
Submitted (27-SEP-2001) Museum of Zoology and Department of
Biology, University of Michigan, Ann Arbor, MI 48109-1079, USA
FEATURES
Location/Qualifiers
source
1..956
/organism="Mus musculus castaneus"
/organelle="mitochondrion"
/mol_type="genomic DNA"
/sub_species="castaneus"
/db_xref="taxon:10091"
rRNA
1..956
/product="12S ribosomal RNA"
ORIGIN
1
61
121
181
241
301
361
421
481
541
601
661
721
781
841
901
caaaggtttg
tagaccggtg
attaaaatag
tattaagcaa
ccagccaccg
ctataaataa
taaactcaat
tgggattaga
atttgccaga
ccatctagag
aattcagcct
gaatcaaaca
cattttctta
tagtagtaaa
cccgtcaccc
tgagaggaga
gtcctggcct
taaaatccct
cttaagacac
taaacgaaag
cggtcatacg
ataaatagaa
aacgaaagta
taccccacta
gaactactag
gagcctgttc
atataccgcc
taaaaacgtt
taaaagaaca
ttaagaatag
tcctcaaatt
taagtcgtaa
tataattaat
taaacattta
cttgcctagc
tttgactaag
attaacccaa
ttaaaatcca
attctaatca
tgcttagcca
ccacagctta
tataatcgat
atcttcagca
aggtcaaggt
ttactatacc
agagcttaat
aaattaaact
caaggtaagc
tagaggtaaa
cttaaacttt
cacaccccca
ttatacctct
actaattatt
acttatatgt
tttataatac
taaacctaaa
aaactcaaag
aaaccccgct
aaccctaaaa
gtagccaatg
ctttatgaaa
tgaattgagc
taacataaat
atactggaaa
attacacatg
aaggagaggg
cgggactcag
tagggttggt
ttcggcgtaa
gaaaattcat
acgacagcta
taattaaatt
gacttggcgg
ctacctcacc
aggtattaaa
aaatgggaag
ctaaaggact
aatgaagtac
aatttctaga
gtgtgcttgg
caaacctcca
tatcaagcac
cagtgataaa
aaatttcgtg
aacgtgtcaa
tgttaggacc
agacccaaac
taacaaaact
tactttatat
atctcttgct
gtaagcaaaa
aaatgggcta
aaggaggatt
gcacacaccg
catccattta
aataat
23
Lampiran 5 Sekuens Mus musculus castaneus (hasil BLAST AY057792 dan
AJ286323) dengan gen phenil alanin Mus musculus ( no. akses NC005089)
Produk PCR sebesar 1384 pb.
121
TRNA-Thr
CTD F
ngtcttgata gtataaatat tactctggtc ttgtaaacct gaaatgaaga tcttctcttc
tRNA-Pro
tcaagacatc aagaagaagg aactactccc caccaccagc acccaaagct ggtattctaa
D-loop
ttaaactact tcttgagtac ataaatttac atagtacaat agtacatcta tgtatatcgt
181
acattaaact attttcccca agcatataag caagtacatt aaatcaatga tatcggtcat
241
acaacaacta tcaacataaa ctgatataca ccatgaatat tatattaaat acatcaaatt
301
aatgttttaa agacatattt gtgttatctg actaaactga tatacatcat gaatattata
361
ctaaatacat caaattaatg ttttaaagac atatctgtgt tatctgacat acaccataca
421
gtcataaact cttctcttcc atatgactat ccccttcccc atttggtcta ttaatctacc
481
atcctccgtg aaaccaacaa cccgcccacc aatgcccctc ttctcgctcc gggcccatta
541
aacttggggg tagctaaact gaaactttat cagacatctg gttcttactt cagggccatc
601
aaatgcgtta tcgcccatac gttcccctta aataagacat ctcgatggta tcgggtataa
661
tcagcccatg accaacataa ctgtggtgtc atgcatttgg tattttttta ttttggccta
721
ctttcatcaa catagccgtc aaggcatgag aggacagcac acagtctaga cgcacctacg
781
gtgaacaatc attagtccgc aaaacccaat cacctaaggc taattattca tgcttgttag
841
acataaatgc tactcaatac tgaattttaa ctctccaaac cccccaaccc cctcctctta
901
gcgccaaacc ccaaaaacac taagaacttg aaagacatat attattaact atcaaaccct
961
atgtcctgat caattctagt agttcccaaa atatgactca tattttagta cttgtaaaaa
1021
1141
ttttacaaaa tcatgctccg tgaaccaaaa ctctaatcac actctattac gcaataaaca
tRNA-Phe
ttaacaagtt aatgtagctt aataacaaag caaagcactg aaaatgctta gatggataat
12S rRNA
tgtatcccat aaacacaaag gtttggtcct ggccttataa ttaattagag gtaaaattac
1201
acatgcaaac ctccatagac cggtgtaaaa tcccttaaac atttacttaa actttaagga
1261
gagggtatca agcacattaa aatagcttaa gacaccttgc ctagccacac ccccacggga
1321
ctcagcagtg ataaatatta agcaataaac gaaagtttga ctaagttata cctcttaggg
1381
ttggtaaatt tcgtgccagc caccg
1
61
1081
HaeIII
AluI
RsaI
= 5’-gg*cc-3’
= 5’-ag*ct-3’
= 5’-gt*ac-3’
24
Lampiran 6 Hasil dan pola pemotongan dengan HaeIII
A
136 pb
290 pb
470 pb
488 pb
136 pb
283 pb
470 pb
495 pb
B
C
264 pb
A
475 pb
606 pb (136 pb + 470 pb)
625 pb
778 pb (290 pb + 488 pb)
B
606 pb (136 pb + 470 pb)
778 pb (283 pb + 495 pb)
C
475 pb
889 pb (264 + 625 pb)
25
Lampiran 7 Hasil dan pola pemotongan dengan AluI
D
96 pb 123 pb 140 pb 200 pb
277 pb
548 pb
E
96 pb 140 pb
200 pb
96 pb 123 pb
pb
200 pb
400 pb
548 pb
F
D 96 pb 123 pb 140 pb
E
96 pbpb 140 pb
F 96 pb
pb
123 pb
965 pb
200 pb
277 pb
400 pb
200 pb (123 pb + 277pb)
200 pb
548 pb
548 pb
965 pb (140 pb + 277 pb + 548 pb)
26
Lampiran 8 Hasil dan pola pemotongan dengan RsaI
G
140 pb
460 pb
784 pb
H
140 pb 184 pb
255 pb
320 pb
485 pb
I
155 pb
G
445 pb
600 pb ( 140 pb + 460 pb )
H
625 pb (140 pb + 485 pb )
784 pb
784 pb
759 pb
( 184 pb + 255 pb + 320 pb )
I
600 pb (155 pb + 445 pb )
784 pb
27
Lampiran 9 Hasil PAGE 5.5% dengan silver staining
Pemotongan dengan HaeIII
Pemotongan dengan AluI
Pemotongan dengan RsaI
ANALISIS KERAGAMAN D-LOOP DNA MITOKONDRIA
MENCIT RUMAH (Mus musculus castaneus)
DI DAERAH JAKARTA, BANDUNG DAN SURABAYA
DENGAN PCR-RFLP
Oleh :
Diana Yulianti
G04499071
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
3
ABSTRAK
DIANA YULIANTI. Analisis Keragaman D-loop DNA Mitokondria Mencit Rumah (Mus musculus
castaneus) di Daerah Jakarta, Bandung dan Surabaya dengan PCR-RFLP. Dibimbing oleh DEDY
DURYADI SOLIHIN dan RONNY RACHMAN NOOR.
Mencit rumah (Mus musculus) termasuk dalam kelas Mamalia, infrakelas Eutheria, ordo
Rodentia, subordo Myomorpha dan famili Muridae. Spesies tersebut dalam perkembangannya
terbagi menjadi subspesies Mus musculus domesticus, Mus musculus musculus, Mus musculus
castaneus dan Mus musculus bactrianus (Silver 1995). Subspesies yang tersebar di Indonesia
adalah Mus musculus castaneus (Boeadi et al.1982).
DNA mitokondria (mtDNA) sering digunakan sebagai penanda molekular sebagai salah satu
cara untuk mengetahui keragaman genetik. Keragaman genetik mtDNA dapat diketahui dengan
menggunakan metode PCR-RFLP (Polymerase Chain Reaction - Restriction Fragment Lenght
Polymorphism). Sepasang primer yang digunakan adalah CTDF dan CTDR. Sedangkan enzim
restriksi yang digunakan adalah HaeIII, AluI dan RsaI. Sampel yang digunakan berasal dari Jakarta
(10 ekor), Bandung (11 ekor) dan Surabaya (9 ekor) sehingga total sampel menjadi 30 ekor.
Dengan menggunakan metode PCR-RFLP ditemukan sembilan haplotipe pada ketiga puluh
sampel mencit rumah. Pada populasi Jakarta ditemukan tiga haplotipe, Bandung tujuh haplotipe
dan Surabaya lima haplotipe. Haplotipe lokal ditemukan di populasi Bandung (H-5 dan H-7) dan
Surabaya (H-8 dan H-9). H-3 merupakan haplotipe umum yang terdapat di semua populasi.
ABSTRACT
DIANA YULIANTI. Genetic Diversity Analysis of D-loop Mitochondrial DNA of House Mice (Mus
musculus castaneus) in Jakarta, Bandung and Surabaya. Supervisors : DEDY DURYADI SOLIHIN
and RONNY RACHMAN NOOR.
House mice ( Mus musculus) belongs to class Mammal, infraclass Eutheria, Order Rodentia,
suborder Myomorpha and family Muridae. This spesies divided into subspesies subspesies Mus
musculus domesticus, Mus musculus musculus, Mus musculus castaneus and Mus musculus
bactrianus (Silver 1995). Subspesies which spread all over Indonesia is Mus musculus castaneus.
Mitochondrial DNA (mtDNA) is often used as genetic marker to study genetic diversity. Genetic
diversity of mtDNA can be obtained using PCR-RFLP. The Primers used for analysis were CTDF
and CTDR. The restriction enzyme used were HaeIII, AluI and RsaI. The samples were from
Jakarta (10 mice), Bandung (11 mice) and Surabaya (9 mice) so the total amount of samples were
30 mice.
We generated pcr product 1384 bp in length using PCR-RFLP. Nine haplotype were found. In
Jakarta population there were three haplotype, Bandung seven haplotype and Surabaya five
haplotype. Local haplotypes were found in Bandung (H-5 and H-7) and Surabaya (H-8 and H-9).
The H-3 was common haplotype that were found in all population.
Mencit dapat digunakan sebagai hewan
PENDAHULUAN
model dalam penelitian bidang kedokteran dan
Mencit rumah (Mus musculus) termasuk
dalam kelas Mamalia, infrakelas Eutheria,
ordo Rodentia, subordo Myomorpha dan famili
Muridae. Famili Muridae awalnya diperkirakan
berasal dari daerah India dan Asia Tenggara.
Berdasarkan data paleontologi dan filogeni
diperkirakan bahwa tikus berasal dari nenek
moyang yang hidup 10-15 juta tahun SM.
Sekitar enam juta tahun SM genus Mus
ditemukan, kemudian berkembang menjadi
beberapa spesies yang tersebar di sekitar
India dan ke benua lain (Silver 1995).
Pada 10.000 tahun lalu, Mus musculus
telah mengalami pembagian menjadi empat
populasi yang terpisah dan tidak mengalami
tumpang tindih area di India dan benua lain.
Spesies tersebut dalam perkembangannya
terbagi menjadi subspesies Mus musculus
domesticus, Mus musculus musculus, Mus
musculus
castaneus
dan
Mus
musculus
bactrianus (Silver 1995).
Diperkirakan penyebaran M.m domesticus
terfokus di pinggir wilayah Pakistan dan di
India bagian barat. Sedangkan M.m musculus
berada di utara india . M.m castaneus berada
di daerah Bangladesh dan M.m bactrianus
tetap berada di India (Silver 1995)(Lampiran
1). Subspesies yang tersebar di Indonesia
adalah Mus musculus castaneus (Boeadi et
al.1979).
M.m castaneus berukuran kecil dan lincah.
Hampir seluruh tubuhnya ditumbuhi oleh
rambut bertekstur lembut dengan warna pada
bagian dada tidak putih dan punggungnya
coklat kelabu. Mencit ini memiliki ekor lebih
panjang
dari
panjang
badannya
dengan
bentuk yang meruncing. Ekornya memiliki
anulasi yang cukup jelas dan ditumbuhi oleh
sedikit rambut. Formula puting susu yang
dimiliki adalah tiga pasang di dada dan dua
pasang di perut (Boeadi et al. 1979).
genetika karena memiliki banyak kelebihan
antara lain waktu generasi
kemampuan
adaptasi
yang
kemampuan
ratusan
gen
yang cepat,
tinggi
dan
tunggalnya
bermutasi (Hartwell et al. 2000).
Penggunaan
penanda
molekular
merupakan salah satu cara untuk mengetahui
keragaman
genetik.
DNA
mitokondria
(mtDNA) sering digunakan sebagai penanda
molekular karena memiliki banyak kelebihan
antara lain jumlah kopi yang tinggi, ukuran
yang relatif kecil (14-39 kb) dan pada bagian
tertentu dari genom mitokondria berevolusi
dengan kecepatan yang berbeda (Duryadi
1994).
Mitokondria DNA terdiri dari 13 gen
penyandi polipeptida, 22 gen tRNA dan 2 gen
rRNA.
Urutan gen-gen mitokondria pada
umumnya
relatif
conserved
pada
semua
vertebrata (Brown 1980). Gen-gen tersebut
tersusun dalam 2 utas yaitu utas Heavy (H)
dan utas Light (L). Selain daerah penyandi,
mtDNA juga memiliki daerah noncoding yang
disebut D-loop.
Brown 1980 mengatakan bahwa daerah
D-loop bersifat hipervariabel, karena memiliki
laju evolusi tertinggi. Dapat mencapai 5-10 kali
lebih cepat dibandingkan dengan DNA inti.
Keragaman
genetik
mtDNA
dapat
diketahui dengan reaksi perbanyakan DNA
secara in vitro
pada sekuen target dengan
memanfaatkan cara replikasi DNA dengan
bantuan
enzim
DNA
polimerase
dan
perubahan sifat fisik DNA terhadap suhu.
Metode ini dikenal sebagai Polymerase Chain
Reaction (PCR) (Saiki et al.1986).
Produk
menggunakan
PCR
enzim
kemudian
dipotong
restriksi
(restriction
endonuclease). Sebuah enzim restriksi akan
memotong DNA secara spesifik, terbatas
MENCIT RUMAH (Mus musculus castaneus)
DI DAERAH JAKARTA, BANDUNG DAN SURABAYA
DENGAN PCR-RFLP
Oleh :
Diana Yulianti
G04499071
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
2
ANALISIS KERAGAMAN D-LOOP DNA MITOKONDRIA
MENCIT RUMAH (Mus musculus castaneus)
DI DAERAH JAKARTA, BANDUNG DAN SURABAYA
DENGAN PCR-RFLP
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh :
Diana Yulianti
G04499071
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
3
ABSTRAK
DIANA YULIANTI. Analisis Keragaman D-loop DNA Mitokondria Mencit Rumah (Mus musculus
castaneus) di Daerah Jakarta, Bandung dan Surabaya dengan PCR-RFLP. Dibimbing oleh DEDY
DURYADI SOLIHIN dan RONNY RACHMAN NOOR.
Mencit rumah (Mus musculus) termasuk dalam kelas Mamalia, infrakelas Eutheria, ordo
Rodentia, subordo Myomorpha dan famili Muridae. Spesies tersebut dalam perkembangannya
terbagi menjadi subspesies Mus musculus domesticus, Mus musculus musculus, Mus musculus
castaneus dan Mus musculus bactrianus (Silver 1995). Subspesies yang tersebar di Indonesia
adalah Mus musculus castaneus (Boeadi et al.1982).
DNA mitokondria (mtDNA) sering digunakan sebagai penanda molekular sebagai salah satu
cara untuk mengetahui keragaman genetik. Keragaman genetik mtDNA dapat diketahui dengan
menggunakan metode PCR-RFLP (Polymerase Chain Reaction - Restriction Fragment Lenght
Polymorphism). Sepasang primer yang digunakan adalah CTDF dan CTDR. Sedangkan enzim
restriksi yang digunakan adalah HaeIII, AluI dan RsaI. Sampel yang digunakan berasal dari Jakarta
(10 ekor), Bandung (11 ekor) dan Surabaya (9 ekor) sehingga total sampel menjadi 30 ekor.
Dengan menggunakan metode PCR-RFLP ditemukan sembilan haplotipe pada ketiga puluh
sampel mencit rumah. Pada populasi Jakarta ditemukan tiga haplotipe, Bandung tujuh haplotipe
dan Surabaya lima haplotipe. Haplotipe lokal ditemukan di populasi Bandung (H-5 dan H-7) dan
Surabaya (H-8 dan H-9). H-3 merupakan haplotipe umum yang terdapat di semua populasi.
ABSTRACT
DIANA YULIANTI. Genetic Diversity Analysis of D-loop Mitochondrial DNA of House Mice (Mus
musculus castaneus) in Jakarta, Bandung and Surabaya. Supervisors : DEDY DURYADI SOLIHIN
and RONNY RACHMAN NOOR.
House mice ( Mus musculus) belongs to class Mammal, infraclass Eutheria, Order Rodentia,
suborder Myomorpha and family Muridae. This spesies divided into subspesies subspesies Mus
musculus domesticus, Mus musculus musculus, Mus musculus castaneus and Mus musculus
bactrianus (Silver 1995). Subspesies which spread all over Indonesia is Mus musculus castaneus.
Mitochondrial DNA (mtDNA) is often used as genetic marker to study genetic diversity. Genetic
diversity of mtDNA can be obtained using PCR-RFLP. The Primers used for analysis were CTDF
and CTDR. The restriction enzyme used were HaeIII, AluI and RsaI. The samples were from
Jakarta (10 mice), Bandung (11 mice) and Surabaya (9 mice) so the total amount of samples were
30 mice.
We generated pcr product 1384 bp in length using PCR-RFLP. Nine haplotype were found. In
Jakarta population there were three haplotype, Bandung seven haplotype and Surabaya five
haplotype. Local haplotypes were found in Bandung (H-5 and H-7) and Surabaya (H-8 and H-9).
The H-3 was common haplotype that were found in all population.
4
Judul
: ANALISIS KERAGAMAN D-LOOP DNA MITOKONDRIA MENCIT RUMAH
(Mus musculus castaneus) DI DAERAH JAKARTA, BANDUNG DAN
SURABAYA DENGAN PCR-RFLP.
: Diana Yulianti
: G04499071
Nama
NIM
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA
Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc
NIP. 131415134
NIP. 131624188
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.Si
NIP. 131473999
Tanggal Lulus :
5
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya
ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
November 2004 ini adalah analisis keragaman D-loop DNA mitokondria
mencit rumah (Mus
musculus castaneus) Jakarta, Bandung dan Surabaya dengan PCR-RFLP.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan Dr. Ir.
Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc selaku pembimbing dan penyandang dana penelitian ini. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada seluruh keluarga besar zoologi, Bapak
Achmad, Ibu Rika, Ibu Wita, Bapak Bambang dan Ibu Taruni untuk semua saran dan dukungannya.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Heri dan Bapak Nunu yang telah membantu
dalam masalah tehnik laboratorium serta rekan-rekan kerja di laboratorium biologi molekuler Pusat
Studi Ilmu Hayat IPB, Ibu Rini, Bapak Sarbaini, Bapak Jakaria, Evie, Virgo dan Ari untuk semua
saran, nasehat dan jalan keluar setiap masalah yang penulis hadapi. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada sahabat-sahabat tercinta Pepen, Ucup, Yayak dan Bank 4di3 yang telah
membantu selama pengumpulan sampel dan atas waktu luangnya menemani penulis dalam suka
dan duka serta Kanthi, Gia, Marin, Andre, Agus, Chie, 14 dan Wina atas segala bentuk dorongan
dan perhatiannya. Tak lupa kasih dan sayang kepada keluarga besar TM 7 dan teman-teman
angkatan 36. Segala cinta dan terima kasih penulis ungkapkan kepada Papa, Mama dan adikku
untuk dukungan moral, material, kesabaran, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2005
Diana Yulianti
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 01 Juli 1981 dari ayah Ismail dan ibu Nurhasanah.
Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.
Pada tahun 1999 penulis lulus dari SMUN 21 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi
masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif di Himpunan Profesi Departemen Biologi
(HIMABIO) sebagai anggota Departemen Informasi dan komunikasi pada periode tahun
1999/2000. Penulis melaksanakan praktik lapang selama dua bulan di Gelanggang Samudra Jaya
Ancol, Jakarta. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran
2001/2002, Struktur dan Perkembangan Hewan tahun ajaran 2002/2003, Zoologi Vertebrata pada
tahun ajaran 2003/2004, dan 2004/2005.
7
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................................
vi
PENDAHULUAN....................................................................................................................
1
BAHAN DAN METODE..........................................................................................................
2
Bahan................................................................................................................................
2
Metode..............................................................................................................................
2
Pengambilan Sampel...................................................................................................
2
Ekstraksi dan Isolasi DNA............................................................................................
2
Uji Kualitas DNA...........................................................................................................
2
Amplifikasi Daerah D-loop............................................................................................
2
Pemotongan dengan Enzim Restriksi..........................................................................
3
Analisis Hasil PCR-RFLP.............................................................................................
3
Analisis Keragaman.....................................................................................................
3
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................
3
Hasil..................................................................................................................................
3
Amplifikasi Daerah D-loop............................................................................................
3
Keragaman Fragmen D-loop dengan Menggunakan Enzim restriksi..........................
3
Pemotongan dengan HaeIII....................................................................................
4
Pemotongan dengan AluI.......................................................................................
4
Pemotongan dengan RsaI......................................................................................
4
Analisis Keragaman Haplotipe...............................................................................................
4
Pembahasan.....................................................................................................................
5
SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
8
LAMPIRAN.............................................................................................................................
10
8
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Pola Pemotongan dengan Enzim Restriksi.......................................................................
4
2 Haplotipe dan Penyebarannya..........................................................................................
5
3 Perbandingan hasil PCR-RFLP dengan sekuens acuan..................................................
5
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Penyebaran Mus musculus di dunia.................................................................................
11
2 Daftar Sampel...................................................................................................................
12
3 Hasil BLAST primer forward pada Mus musculus castaneus...........................................
13
4 Hasil BLAST primer reverse pada Mus musculus castaneus...........................................
14
5 Sekuen Mus musculus castaneus acuan..........................................................................
15
6 Hasil dan pola pemotongan dengan HaeIII.....................................................................
16
7 Hasil dan pola pemotongan dengan AluI..........................................................................
17
8 Hasil dan pola pemotongan dengan RsaI.........................................................................
18
9 Hasil PAGE 5.5% dengan silver staining..........................................................................
19
Mencit dapat digunakan sebagai hewan
PENDAHULUAN
model dalam penelitian bidang kedokteran dan
Mencit rumah (Mus musculus) termasuk
dalam kelas Mamalia, infrakelas Eutheria,
ordo Rodentia, subordo Myomorpha dan famili
Muridae. Famili Muridae awalnya diperkirakan
berasal dari daerah India dan Asia Tenggara.
Berdasarkan data paleontologi dan filogeni
diperkirakan bahwa tikus berasal dari nenek
moyang yang hidup 10-15 juta tahun SM.
Sekitar enam juta tahun SM genus Mus
ditemukan, kemudian berkembang menjadi
beberapa spesies yang tersebar di sekitar
India dan ke benua lain (Silver 1995).
Pada 10.000 tahun lalu, Mus musculus
telah mengalami pembagian menjadi empat
populasi yang terpisah dan tidak mengalami
tumpang tindih area di India dan benua lain.
Spesies tersebut dalam perkembangannya
terbagi menjadi subspesies Mus musculus
domesticus, Mus musculus musculus, Mus
musculus
castaneus
dan
Mus
musculus
bactrianus (Silver 1995).
Diperkirakan penyebaran M.m domesticus
terfokus di pinggir wilayah Pakistan dan di
India bagian barat. Sedangkan M.m musculus
berada di utara india . M.m castaneus berada
di daerah Bangladesh dan M.m bactrianus
tetap berada di India (Silver 1995)(Lampiran
1). Subspesies yang tersebar di Indonesia
adalah Mus musculus castaneus (Boeadi et
al.1979).
M.m castaneus berukuran kecil dan lincah.
Hampir seluruh tubuhnya ditumbuhi oleh
rambut bertekstur lembut dengan warna pada
bagian dada tidak putih dan punggungnya
coklat kelabu. Mencit ini memiliki ekor lebih
panjang
dari
panjang
badannya
dengan
bentuk yang meruncing. Ekornya memiliki
anulasi yang cukup jelas dan ditumbuhi oleh
sedikit rambut. Formula puting susu yang
dimiliki adalah tiga pasang di dada dan dua
pasang di perut (Boeadi et al. 1979).
genetika karena memiliki banyak kelebihan
antara lain waktu generasi
kemampuan
adaptasi
yang
kemampuan
ratusan
gen
yang cepat,
tinggi
dan
tunggalnya
bermutasi (Hartwell et al. 2000).
Penggunaan
penanda
molekular
merupakan salah satu cara untuk mengetahui
keragaman
genetik.
DNA
mitokondria
(mtDNA) sering digunakan sebagai penanda
molekular karena memiliki banyak kelebihan
antara lain jumlah kopi yang tinggi, ukuran
yang relatif kecil (14-39 kb) dan pada bagian
tertentu dari genom mitokondria berevolusi
dengan kecepatan yang berbeda (Duryadi
1994).
Mitokondria DNA terdiri dari 13 gen
penyandi polipeptida, 22 gen tRNA dan 2 gen
rRNA.
Urutan gen-gen mitokondria pada
umumnya
relatif
conserved
pada
semua
vertebrata (Brown 1980). Gen-gen tersebut
tersusun dalam 2 utas yaitu utas Heavy (H)
dan utas Light (L). Selain daerah penyandi,
mtDNA juga memiliki daerah noncoding yang
disebut D-loop.
Brown 1980 mengatakan bahwa daerah
D-loop bersifat hipervariabel, karena memiliki
laju evolusi tertinggi. Dapat mencapai 5-10 kali
lebih cepat dibandingkan dengan DNA inti.
Keragaman
genetik
mtDNA
dapat
diketahui dengan reaksi perbanyakan DNA
secara in vitro
pada sekuen target dengan
memanfaatkan cara replikasi DNA dengan
bantuan
enzim
DNA
polimerase
dan
perubahan sifat fisik DNA terhadap suhu.
Metode ini dikenal sebagai Polymerase Chain
Reaction (PCR) (Saiki et al.1986).
Produk
menggunakan
PCR
enzim
kemudian
dipotong
restriksi
(restriction
endonuclease). Sebuah enzim restriksi akan
memotong DNA secara spesifik, terbatas pada
urutan basa nukleotida yang dikenalinya.
10
restriksi
kemudian divortex. 500 ì l digestion buffer
(Sambrook & Russel 2001). Variasi yang
ditambahkan pada tabung dan dikocok hingga
Urutan
basa
ini
disebut
situs
dihasilkan oleh perbedaan panjang fragmen
homogen lalu diinkubasi semalam pada suhu
yang dipotong oleh enzim restriksi ini dikenal
55 C. Kemudian 500 ì l fenol ditambahkan dan
sebagai
dikocok selama ± 20 menit lalu disentrifuse 3
Restriction
Polymorphism
Fragment
(RFLP)
Lenght
(Duryadi
1994).
o
menit
pada
13.000
rpm.
Supernatan
Gabungan kedua metode tersebut dikenal
dipindahkan ke tabung baru lalu ditambahkan
dengan PCR-RFLP.
500 ì l Chloroform isoamil alkohol (CIAA)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kemudian dikocok selama ± 20 menit. Lalu
M.m
disentrifuse 13.000 rpm selama 3 menit.
castaneus di Jakarta, Bandung dan Surabaya
Supernatan dipindahkan ke tabung baru. Jika
menggunakan metode PCR-RFLP.
sampel berasal dari otot, maka perlakuan
keragaman
genetik
mencit
rumah
Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan
November
2004
sampai
April
2005
di
fenol dan CIAA dilakukan 2 kali. Sebanyak 2
kali volume etanol absolut ditambahkan pada
Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat Studi
supernatan lalu dikocok
Ilmu Hayat (PSIH), IPB, Bogor.
terdapat endapan putih DNA. Campuran
perlahan hingga
disentrifuse pada 13.000 rpm selam 5 menit
BAHAN DAN METODE
dan etanol absolut diganti dengan alkohol
70%. Kemudian disentrifuse kembali pada
13.000 rpm selama 5 menit. Alkohol 70%
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel
darah dan otot dari mencit rumah (M.m
dibuang dan endapan dikeringkan atau di
vacuum. 100 ì l buffer T ris
E DT A (TE)
castaneus) dari beberapa lokasi di Jakarta (10
ditambahkan ke dalam tabung kemudian
ekor), Bandung (11 ekor) dan Surabaya (9
disentrifuse pelan dan diinkubasi pada suhu
ekor) (lampiran 2). Total sampel 30 ekor.
37 C selama 15 menit lalu disimpan dalam
Metode
freezer.
o
Pengambilan sampel. Darah diambil dari
Uji kualitas DNA. DNA yang telah diisolasi
jantung menggunakan syringe yang telah
kemudian dielektroforesis menggunakan gel
berisi ethylene diamine tetra acetic acid
agarose 1.2 % dalam larutan 1xTBE (89 mM
(EDTA) 10% yang kemudian disimpan di suhu
Tris, 89 mM Asam Borat dan 2 mM EDTA, pH
rendah sebelum diisolasi. Sedangkan untuk
8,0) dalam piranti Submarine Electrophoresis
sampel dari otot menggunakan otot yang
(Hoefer).
berasal dari femur M.m castaneus yang sudah
bantuan s inar ultra violet (ë = 300 nm) setelah
dikuliti terlebih dahulu.
gel
Ekstraksi dan isolasi DNA. Ekstraksi
fenol adalah prosedur umum yang digunakan
untuk isolasi sampel DNA (Sambrook &
Pengamatan
diwarnai
dengan
dilakukan
ethidium
dengan
bromide
(0.5mg/ml).
Amplifikasi daerah D-loop. Sepasang
primer
digunakan
untuk
mengamplifikasi
Russel 2001). Sampel darah sebanyak 250-
sekuen D-loop dengan metode PCR. Primer
500 ì l dalam tabung eppendorf 1,5 ml
yang digunakan adalah CTD F 5’- TAA TAT
ditambah lysis buffer dengan volume yang
ACT GGT CTT GTA AAC C- 3’ dan CTD R 5’-
sama
dan
dikocok
sampai
homogen.
GGC TGG CAC GAG ATT TAC CAA CCC- 3’.
®
Disentrifuse selama 1 menit pada 6500 rpm.
PCR menggunakan mesin GeneAmp
PCR
E ndapan ditambah dengan 200 ì l rinse buffer
System 2400 (Perkin-Elmer). Kondisi PCR
11
o
pre-denaturasi
pada suhu 94 C selama 5
menit, kemudian dilanjutkan dengan siklus
unweighted
pair-group
method
using
arithmetic averages (UPGMA).
o
utama yaitu denaturasi pada suhu 94 C
o
selama 45 detik, annealing pada suhu 52 C
HASIL DAN PEMBAHASAN
o
selama 1 menit, elongasi pada suhu 72 C
selama 1 menit yang diulang sebanyak 35
Hasil
o
siklus dan post-elongasi pada suhu 72 C
selama 7 menit.
Amplifikasi daerah D-loop.
Penggandaan in vitro sekuen D-loop pada
Total campuran untuk tiap reaksi PCR
mitokondria M.m castaneus menggunakan
adalah 50 ì l dengan kompos is i sampel DNA 2
primer CTDF yang didesain terletak di tRNA
ì l (10-100 ng), 10X buffer PCR mix 5 ì l, 25
Threonin untuk forwardnya dan CTDR yang
mM MgCl2 3 ì l, 10 mM dNTP mix 1 ì l, 25 pM
terletak
primer CTDF dan primer CTDR masing-
menghasilkan produk sebesar 1384 pasang
mas ing 2 ì l , dan 5 unit / ì l Taq DNA
basa (pb) untuk semua sampel. Hal ini sesuai
polymerase 0.2 ì l (Promega) dan air steril
dengan hasil BLAST GeneBank Database
s ebanyakl 34.8 ì l.
(NCBI) M.m castaneus dengan nomor akses
Pemotongan dengan enzim restriksi.
Enzim
restriksi
yang
digunakan
di
AJ286323
12S
rRNA
(Lampiran
pada
3)
reversenya
dan
AY057792
dalam
(Lampiran 4) yang telah disisipkan sekuen gen
penelitian ini merupakan enzim pemotong 4
tRNA phenil alanin sebesar 68 pb (Lampiran
basa (four-cutter enzyme) yaitu
HaeIII (5’-
5). Oleh karena sekuen asli
tRNA phenil
GG*CC-3’), AluI (5’- AG*CT) dan RsaI (5’-
alanin dari M.m castaneus belum diketahui,
GT*AC-3’) (Promega). Pemotongan dilakukan
maka
sekuen
tRNA
phenil
alaninnya
dengan cara menambahkan 3.5 ì l air s teril, 1
diambilkan dari sekuen tRNA phenil alanin
ì l Buffer dan 0.5 ì l enzim ke dalam tabung
M.m
eppendorf 0.5 ml yang beris i 5 ì l produk PCR.
NC005089).
musculus
(GenBank
nomor
akses
Dengan demikian produk PCR
Tabung disentrifugasi lemah beberapa detik
tersebut terdiri dari sekuen tRNA
agar campuran merata. Kemudian diinkubasi
prolin, D-loop, tRNA phenil alanin dan 12S
o
threonin,
selama ± 16 jam pada suhu 37 C (Syafitri
rRNA. Besarnya sekuen utuh D-loop M.m
2005).
castaneus adalah sebesar 952 pb.
Analisis hasil PCR-RFLP. Fragmen DNA
hasil
PCR-RFLP
dapat
diamati
dengan
elektroforesis menggunakan agarose 1.2% (85
V/ 1-1.5 jam) dengan pewarnaan EtBr. Untuk
Keragaman
fragmen
D-loop
dengan
menggunakan Enzim Restriksi.
Untuk mengetahui keragaman produk PCR
mempertajam hasil digunakan PoliAcrylamide
tersebut
Gel Electrophoresis (PAGE) 5.5% (85 V/ 6
menggunakan tiga jenis enzim restriksi yaitu
jam)
HaeIII, AluI dan RsaI yang merupakan enzim
menggunakan
divisualisasikan
buffer
dengan
1X TBE
silver
dan
staining.
restriksi
maka
empat
Standar DNA yang digunakan adalah ladder
penggunaan
100 bp (Promega).
adalah
Analisis
keragaman.
dilakukan
basa.
enzim
dengan
Dasar
restriksi
harapan
dengan
pemilihan
empat
setiap
256
basa
pb
Rekonstruksi
ditemukan satu situs restriksi. Maka dalam
dendogram menggunakan program Molecular
1384 pb diharapkan terdapat lima situs
Evolutionary Genetic Analysis (MEGA) V.3.0
restriksi.
(Kumar
et
al.1993)
dengan
metode
12
Pemotongan dengan AluI.
Pemotongan dengan HaeIII.
HaeIII merupakan enzim restriksi yang
AluI merupakan enzim restriksi yang akan
yang akan memotong pada sekuen GG*CC.
memotong pada sekuen AG*CT. Sampel yang
Pada
dipotong dengan AluI menghasilkan tiga pola
ketigapuluh
sampel
yang
dipotong
dengan HaeIII menghasilkan tiga pola potong
yang berbeda yaitu D, E dan F. Pada pola D
A, B dan C.
Pola A menghasilkan empat
hasil pemotongan terdiri dari enam fragmen
fragmen (X1, X4, X5 dan X6). Pola B
(X1, X2, X3, X4, X5 dan X7). Pada pola E
menghasilkan empat fragmen (X1, X3, X5 dan
menghasilkan lima fragmen (X1, X3, X4, X6
X7). Sedangkan pola C hanya menghasilkan
dan
tiga fragmen (X2, X7 dan X8). Total ragam
menghasilkan empat fragmen ( X1, X2, X4
fragmen yang dihasilkan oleh HaeIII adalah
dan
sebanyak delapan fragmen (Tabel 1).
X7).
X8).
Sedangkan
Total
pada
ragam
pola
fragmen
F
yang
dihasilkan oleh AluI adalah sebanyak delapan
fragmen (Tabel 1).
Tabel 1 Pola pemotongan dengan enzim
RsaI merupakan enzim restriksi yang akan
restriksi.
Enzim
Restriksi
HaeIII
GG*CC
AluI
AG*CT
Pemotongan dengan RsaI.
Hasil pola
pemotongan
sampel
(pb)
A
B
C
X1
X4
X5
X6
X1
X3
X5
X7
X2
X7
X8
D
E
F
X1
X1
X1
X2
X3
X4
X5
X7
X3
X4
X6
X7
X2
X4
X8
Ragam
&
besar
fragmen
sampel
(pb)
X1 = 136
X2 = 264
X3 = 283
X4 = 290
X5 = 470
X6 = 488
X7 = 495
X8 = 625
memotong pada sekuen GT*AC. Sampel yang
dipotong dengan RsaI menghasilkan tiga pola
yang berbeda yaitu G, H dan I. Pada pola G
hasil pemotongan terdiri dari tiga fragmen (X1,
X7 dan X9). Pola H terdiri dari lima fragmen
(X1, X3, X4, X5 dan X8). Pola I terdiri dari tiga
fragmen (X2, X6 dan X9). Total ragam
fragmen yang dihasilkan oleh RsaI adalah
sebanyak sembilan fragmen (Tabel 1).
Analisis keragaman haplotipe
Semua
data
dianalisis
menggunakan
program MEGA untuk merekonstruksi pohon
filogenetik,
maka
didapatkan
sembilan
X1 = 96
haplotipe berdasarkan pemotongan dengan
X2 = 123
X3 = 140
X4 = 200
X5 = 277
X6 = 400
X7 = 548
X8 = 965
tiga enzim restriksi. Penentuan haplotipe
berdasarkan pada pola pemotongan tiap
enzim
restriksi,
sehingga
haplotipe
yang
dihasilkan merupakan gabungan tiga pola
potong masing-masing enzim (Tabel 2).
Haplotipe 1 dan 2 hanya ditemukan pada
sampel di wilayah Jakarta dan Bandung.
G
H
I
RsaI
X1
X1
X2
X1 = 140
Sedangkan haplotipe 4 dan 6 ditemukan pada
GT*AC
X7
X9
X3
X4
X6
X9
X2 = 155
X3 = 184
sampel di Bandung dan Surabaya. Haplotipe 5
X4 = 255
X5 = 320
Bandung, sedangkan haplotipe 8 dan 9 hanya
X5
X8
X6 = 445
X7 = 460
X8 = 485
X9 = 784
dan 7 hanya ditemukan pada sampel di
terdapat pada sampel di Surabaya. Haplotipe
3 ditemukan pada sampel yang berasal dari
ketiga kota tersebut (Tabel 2).
13
memiliki variasi yang relatif rendah maka
Tabel 2 Haplotipe dan penyebarannya
daerah
Total
Haplotipe
Penyebaran Haplotipe
D-loop
yang
kemungkinan keragaman dapat terdeteksi
Bandung
Surabaya
1. ADG
3
1
0
4
2. ADH
5
4
0
9
3. BEH
2
2
2
6
Tabel 3
4. AEG
0
1
1
2
dengan sekuens acuan
5. BDG
0
1
0
1
6. AEH
0
1
2
3
7. BDH
0
1
0
1
8. BEG
0
0
2
2
9. CFI
0
0
2
2
Total
10
11
9
30
Pembahasan
mitokondria
(mtDNA)
hewan
daerah tersebut.
Perbandingan hasil PCR-RFLP
Enzim
Restriksi
HaeIII
GG*CC
merupakan molekul sirkular yang berukuran
sekitar 16.000 pb dan diwariskan secara
Ragam
&
besar
fragmen
acuan
(pb) #
Ragam
&
besar
fragmen
sampel
(pb)
X1 = 62
X2 = 121
X3 = 229
X4 = 456
X5 = 516
X1 = 136
X2 = 264
X3 = 283
X4 = 290
X5 = 470
X6 = 488
maternal (Ryan et al. 2000). MtDNA berevolusi
X7 = 495
X8 = 625
jauh lebih cepat dibandingkan dengan laju
evolusi DNA inti. Tetapi karena pentingnya
fungsi mitokondria bagi kehidupan hewan,
maka ada faktor-faktor yang menghambat laju
evolusinya.
AluI
AG*CT
X1 = 91
X2 = 116
X3 = 188
X4 = 445
X5 = 544
X1 = 96
X2 = 123
X3 = 140
X4 = 200
X5 = 277
X6 = 400
X7 = 548
X8 = 965
RsaI
GT*AC
X1 = 8
X2 = 17
X1 = 140
X2 = 155
X3 = 17
X4 = 35
X3 = 184
X4 = 255
X5 = 121
X6 = 392
X5 = 320
X6 = 445
X7= 794
X7 = 460
X8 = 485
X9 = 784
Brown et al. 1979 mengatakan
bahwa semakin penting fungsi suatu gen atau
protein maka
laju evolusi gen atau protein
tersebut akan berjalan lebih lambat. Evolusi
molekular
didominasi oleh mutasi–mutasi
yang terakumulasi dengan laju yang stabil
pada garis keturunan yang masih bertahan
hidup (Vigilant et al. 1991).
MtDNA sebagian besar terdiri atas 90%
sekuen
yang
menyandikan,
sedangkan
sekuen D-loop merupakan sekuen yang tidak
menyandikan.
daerah
Daerah
non-coding
D-loop
utama
merupakan
pada
tumpuan
dengan mendesain primer yang terletak di
Jakarta
DNA
menjadi
mtDNA.
Sekuen D-loop memiliki peran dalam proses
replikasi utas berat ( Heavy strand) dan
transkripsi mtDNA (Clayton 1982).
D-loop
terletak di antara gen tRNA prolina dan tRNA
Phenil alanin (Anderson et al. 1982). Oleh
karena daerah tRNA threonin, prolin, phenil
alanin dan 12S rRNA relatif conserved dan
# Hasil BLAST AY057792 dan AJ286323 dengan
phenil alanin M.m castaneus no. akses NC005089
14
Dari hasil amplifikasi D-loop dengan
lamban. Sedangkan pada daerah tepinya
menggunakan sepasang primer CTDF dan
terjadi mutasi titik, indel, dan sejumlah
CTDR menghasilkan produk PCR yang
pengulangan tandem (Variable number of
seragam dan sesuai dengan besar sekuen
tandem repeats / VNTRs) yang
M.m castaneus acuan. Dapat disimpulkan
akumulasinya terjadi dengan cepat.
bahwa pada sekuen daerah target tidak
mengalami insersi atau
delesi panjang
sehingga produk PCR ketiga puluh sampel
berukuran sama, yaitu sebesar 1384 pb.
daerah
D-loop
memiliki
Adanya perbedaan pola pemotongan
pada
tiap-tiap
dijelaskan
enzim
dengan
restriksi
penambahan
dapat
atau
kehilangan salah satu atau beberapa situs
Douzery dan Randi 1997 menyebutkan
bahwa
laju
central
restriksi karena adanya substitusi basa.
Selain itu faktor lain yang menyebabkan
conserved region (CCR) yang diapit oleh
perbedaan pola potong karena adanya adisi
daerah tepi (peripheral) kiri dekat dengan
atau delesi
gen tRNA prolin dan daerah tepi kanan dekat
Perbedaan metilasi pada tiap individu dapat
satu atau beberapa basa .
dengan gen tRNA phenil alanin. Daerah
juga merupakan sumber terjadinya variasi
CCR mengalami mutasi titik, insersi dan
(Brown 1980).
delesi (indel) yang terakumulasi secara
B7
B8
B2
0.060
B1
J1 0
J9
0.060
H-2
J8
J6
J2
0.060
0.064
B9
S4
0.060
B 11
0.060
J4
0.060
0.166
H-6
S5
H-7
J5
B4
B 10
H-3
S3
0.080
0.040
0.080
0.064
S9
S2
B5
B3
0.060
0.060
H-8
S8
S1
J1
H-5
H-4
J3
J7
0.060
0.350
S6
S7
0.
05
Gambar 1 Dendogram dari 9 haplotipe
H-1
B6
H-9
15
Vigilant
et
1991
al.
menyatakan
perbedaan sekuen mtDNA pada daerah D-
berukuran
600
pb
didapatkan
dari
penjumlahan fragmen 140 pb dan 460 pb.
loop dapat pula disebabkan karena transisi
Sedangkan pada pola I fragmen 600 pb
dan transversi. Pada simpanse dan manusia
merupakan penjumlahan fragmen 155 pb
pemunculan
transversi
dan 445 pb. Pada pola H fragmen sebesar
transisi
dengan
memiliki perbandingan 15 : 1. Sehingga dari
759 pb merupakan penjumlahan fragmen
189 individu yang diamati ditemukan 135 tipe
184 pb, 255 pb dan 320 pb. Fragmen 759 pb
mtDNA (daerah D-loop).
disetarakan dengan fragmen 784 pb pada
Transisi dan transversi tersebut dapat
menerangkan adanya perbedaan letak situs
pola G dan I (Lampiran 8).
Adanya
sembilan
haplotipe
yang
restriksi antara M.m castaneus acuan untuk
ditemukan di tiga populasi menunjukkan
masing-masing enzim dengan sampel yang
tingkat polimorfisme yang cukup tinggi pada
ada (Tabel 3). Substitusi basa yang terjadi
M.m castaneus (Gambar 1).
pada
2000 menyebutkan pada M.m domesticus di
mtDNA
dapat
menyebabkan
perbedaan letak situs restriksi
sehingga
Ryan et al.
Irlandia memiliki polimorfisme yang tinggi
besar dan jumlah fragmen yang dihasilkan
karena
dapat
beberapa haplotipe. Dibandingkan dengan
berbeda-beda.
Ohno
1997
dalam
satu
sarang
ditemukan
pada manusia laju
populasi di Jakarta dan Surabaya, populasi
substitusi basa di daerah D-loop sebesar 7 x
di kota Bandung memiliki lebih banyak
mengatakan bahwa
-8
haplotipe yaitu tujuh haplotipe (Tabel 2). Hal
10 / situs pertahun.
Hal
ini
dapat
dilihat
pada
hasil
pemotongan dengan ketiga enzim restriksi.
ini mungkin disebabkan adanya emigrasi dari
M.m
castaneus
dari
wilayah
lain
dan
Pada pola A dan B dengan pemotongan
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kota
menggunakan enzim HaeIII dapat dilihat
Bandung juga memiliki kondisi cuaca yang
bahwa pembagian menjadi dua blok sebesar
cukup berbeda dibandingkan Kota Jakarta
606 pb dan 778 pb. Pada blok 606 pb
dan Surabaya yang memiliki kondisi cuaca
merupakan penjumlahan dari 136 pb dan
relatif sama. Haplotipe lokal 8 dan 9
470 pb (X1 + X5).
populasi Surabaya diperkirakan karena daya
Sedangkan pola C
pada
merupakan pengecualian yang merupakan
adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
kemungkinan
sekitar,
terjadinya
substitusi
basa
kemungkinan adanya genetic drift
dari wilayah lain ( pulau lain) yang terbawa
(Lampiran 6).
Pada pola E dari pemotongan enzim AluI
melalui alat transportasi (kapal laut / feri) dan
meghasilkan fragmen berukuran 400 pb
perbedaan jarak geografis yang cukup jauh
yang merupakan penjumlahan fragmen 123
dari dua populasi lainnya.
pb dan 277 pb pada pola D (penambahan
Ryan et al. 2000, menyebutkan bahwa
situs restriksi). Sedangkan pada pola F
distribusi
fragmen
disebabkan
sebesar
965
pb
merupakan
haplotipe
mtDNA
dapat
karena emigrasi dari suatu
penjumlahan fragmen 140 pb, 277 pb dan
kondisi padat yang menyebabkan suatu
548 pb pada pola D. Dengan demikian pola
individu harus meninggalkan populasinya.
F kehilangan dua situs restriksi (Lampiran 7).
Distribusi haplotipe dapat berubah seiring
RsaI
waktu dan ditemukannya korelasi antara
menghasilkan dua blok fragmen sebesar 784
keragaman sekuen dengan jarak geografis
pb dan 600 pb. Pada pola G fragmen
yang ada. Distribusi mtDNA haplotipe dapat
Pemotongan
dengan
enzim
16
dijelaskan dengan founder effect dan genetic
Boeadi A, Suyanto , S. Adi Soemanto. 1979.
Cara
drift.
sederhana
mengenal
tikus.
Prosiding lokakarya pengendalian hama
SIMPULAN DAN SARAN
tikus. Bogor : Direktorat Perlindungan
Penggandaan
fragmen
DNA
Tanaman.
menggunakan primer CTDF dan CTDR
menghasilkan produk sebesar 1384 pb. Dari
Brown WM, George M.JR., Wilson AC. 1979.
hasil pemotongan dengan masing-masing
Rapid evolution of animal mitochondrial
enzim restriksi empat basa HaeIII, AluI dan
DNA. Proc. Natl. Acad. Sci, USA. 76 (4)
RsaI (single digest) ditemukan sembilan
: 1967-1971.
haplotipe dari ketiga populasi. Populasi
Brown
WM.
1980.
Polymorphism
Jakarta memiliki tiga jenis haplotipe dan
mitochondrial
bukan
lokal.
revealed by restriction endonuclease
Sedangkan populasi Bandung memiliki tujuh
analysis. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 77
haplotipe.
(6) : 3605-3609.
merupakan
Dua
haplotipe
diantaranya
merupakan
DNA
of
in
human
as
haplotipe lokal, yaitu haplotipe 5 dan 7.
Populasi Surabaya memiliki lima haplotipe.
Haplotipe 8 dan 9 merupakan haplotipe
Clayton DA. 1982. Replication of animal
mitochondrial DNA. Cell 28: 693-705.
lokal. Haplotipe 3 merupakan haplotipe
umum karena ditemukan pada sampel yang
Douzery
E,
Randi
mitochondrial
berasal dari ketiga kota tersebut.
E.
control
1997.
region
The
of
perlu
Cervidae : Evolutionary Patterns and
dilakukan sequensing produk PCR agar data
Phylogenetic content. Mol. Biol. Evol.
yang dihasilkan lebih akurat. Selain itu untuk
14(11) : 1154-1166.
Untuk
penelitian
selanjutnya
mendapatkan data yang lebih variatif maka
perlu lebih banyak sampel dari berbagai
Duryadi D. 1994. Peran DNA mitokondria
tempat yang memiliki perbedaan cuaca dan
(mtDNA)
jarak
genetik dan biologi populasi pada
geografis
yang
cukup
signifikan.
dan
dengan
metode
studi
keragaman
hewan. Hayati 1 (1) : 1-4.
Penambahan jumlah enzim restriksi yang
digunakan
dalam
yang
berbeda seperti halnya double digest. Dapat
Gene
menghasilkan hasil yang lebih variatif lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gene
Bank
Database
.http
://
www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/viewer
.fcgi?ab=nucleotide&val=16555384
Bank
Database.
http
://
www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/viewer.
fcgi?ab=nucleotide&val=8919707
Anderson et al. 1982. Complete Sequence
of bovine mitochondrial DNA : conserved
features
of
the
mammalian
mitochondrial genome. J. Mol. Biol. 156 :
683-717.
Gene
Bank Database. http. :// www.
ebi.ac.uk/cgibin/abfetch?ab=embl&style=htm&id=A
B042432
17
Hartwell LH et al., 2000. Genetics from
Vigilant L, Stoneking M, Harpending H,
genes to genomes. New York : Mc
Hawkes K, Wilson AC. 1991. African
populations and the evolution of human
Grow Hill.
mitochondrial
Kumar S, Tamura K, Nei M. 1993. MEGA ;
Molecular evolutionary genetic analysis
version 1.01. USA: The Pennsylvania
State Univ.
Ohno S. 1997. The ancestor per generation
rule
and
three
other
rules
of
mitochondrial inheritance. Proc. Natl.
Acad. Sci. USA 94 : 8033-8035.
Ryan AW, Montgomery I, Duke EJ. 2000.
Short
communication
:
Microgeographic distribution of House
mouse,
Mus
domesticus
,
Mitochondrial DNA type on farmland in
North-East
Ireland.
Biology
and
environment : Proceeding of the royal
Irish Acad. 100B (3): 159-163.
Sambrook J, Russel DW. 2001. Molecular
cloning a Laboratory Manual. Cold
Spring Harbor Laboratory press.
Saiki
et
al.
1986.
Specific
enzymatic
amplification of DNA in vitro ; The
polymerase chain reaction. Cold spring
harbor
symposia
on
quantitative
biology.
Silver LM. 1995. Mouse genetics concepts
an applications. Oxford : Univ. Pr.
Syafitri S. 2005. Keragaman fragmen DNA
mitokondria daerah D-loop Rusa Timor
(Cervus
timorensis)
asal
Sulawesi
Tenggara. [skripsi]. Bogor : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor .
1503-1507.
DNA.
Science
253:
18
LAMPIRAN
19
Lampiran 1 Pola penyebaran Mus musculus di dunia (Silver 1995)
Penyebaran Mus musculus yang terbagi menjadi empat subspecies :
- Mus musculus musculus
- Mus musculus domesticus
- Mus musculus bactrianus
- Mus musculus castaneus
20
Lampiran 2 Daftar sampel
NO
NAMA
TEMPAT PENGAMBILAN
1
J1
Pasar Ampera,
2
J2
Rawamangun,
3
J3
Jakarta Timur
4
J4
Pasar Koja Baru,
5
J5
Jakarta Utara
6
J6
Pasar Cempaka Putih,
7
J7
Jakarta Pusat
8
J8
Pasar Tomang, Jakarta Barat
9
J9
Pasar Tebet,
10
J10
Jakarta Selatan
11
B1
Pasar Baru,
12
B2
Bandung Tengah
13
B3
Pasar Kosambi,
14
B4
Bandung Timur
15
B5
16
B6
Pasar Induk Caringin,
17
B7
Bandung Selatan
18
B8
19
B9
Pasar Suci, Bandung Utara
20
B10
Pasar Balubur,
21
B11
Bandung Utara
22
S1
Pasar Genteng, Surabaya Pusat
23
S2
24
S3
Pasar Turi,
25
S4
Surabaya Pusat
26
S5
27
S6
Pasar Rungkut,
28
S7
Surabaya Timur
29
S8
Pasar Genteng,
30
S9
Surabaya Pusat
ASAL SAMPEL
JAKARTA
BANDUNG
SURABAYA
21
Lampiran 3 Hasil BLAST primer forward pada Mus musculus castaneus
ORGANISM Mus musculus castaneus
Eukaryota; Metazoa; Chordata; Craniata; Vertebrata; Euteleostomi;
Mammalia; Eutheria; Rodentia; Sciurognathi; Muridae; Murinae; Mus.
AUTHORS
Gunduz,I., Tez,C., Malikov,V., Vaziri,A., Polyakov,A.V. and
Searle,J.B.
TITLE
Mitochondrial DNA and chromosomal studies of wild mice (Mus)
from Turkey and Iran
JOURNAL
Heredity 84 (Pt 4), 458-467 (2000)
MEDLINE
20307679
PUBMED
10849070
AUTHORS
Gunduz,I.
TITLE
Direct Submission
FEATURES
source
gene
tRNA
gene
tRNA
D-loop
ORIGIN
1
61
121
181
241
301
361
421
481
541
601
661
721
781
841
901
961
1021
1081
ngtcttgata
tcaagacatc
ttaaactact
acattaaact
acaacaacta
aatgttttaa
ctaaatacat
gtcataaact
atcctccgtg
aacttggggg
aaatgcgtta
tcagcccatg
ctttcatcaa
gtgaagaatc
acataaatgc
gcgccaaacc
atgtcctgat
ttttacaaaa
ttaacaa
Location/Qualifiers
1..1087
/organism="Mus musculus castaneus"
/organelle="mitochondrion"
/mol_type="genomic DNA"
/strain="wild"
/sub_species="castaneus"
/db_xref="taxon:10091"
/haplotype="casIran.6"
/country="Iran:Kerman province"
/note="The sequence was obtained from 100% ethanol
preserved tail"
1..67
/gene="tRNA-Thr"
1..67
/gene="tRNA-Thr"
/product="tRNA-Thr"
/evidence=experimental
68..134
/gene="tRNA-Pro"
68..134
/gene="tRNA-Pro"
/product="tRNA-Pro"
/evidence=experimental
135..1087
/evidence=experimental
gtataaatat
aagaagaagg
tcttgagtac
attttcccca
tcaacataaa
agacatattt
caaattaatg
cttctcttcc
aaaccaacaa
tagctaaact
tcgcccatac
accaacataa
catagccgtc
attagtccgc
tactcaatac
ccaaaaacac
caattctagt
tcatgctccg
tactctggtc
aactactccc
ataaatttac
agcatataag
ctgatataca
gtgttatctg
ttttaaagac
atatgactat
cccgcccacc
gaaactttat
gttcccctta
ctgtggtgtc
aaggcatgag
aaaacccaat
tgaattttaa
taagaacttg
agttcccaaa
tgaaccaaaa
ttgtaaacct
caccaccagc
atagtacaat
caagtacatt
ccatgaatat
actaaactga
atatctgtgt
ccccttcccc
aatgcccctc
cagacatctg
aataagacat
atgcatttgg
aggacagcac
cacctaaggc
ctctccaaac
aaagacatat
atatgactca
ctctaatcac
gaaatgaaga
acccaaagct
agtacatcta
aaatcaatga
tatattaaat
tatacatcat
tatctgacat
atttggtcta
ttctcgctcc
gttcttactt
ctcgatggta
tattttttta
acagtctaga
taattattca
cccccaaccc
attattaact
tattttagta
actctattac
tcttctcttc
ggtattctaa
tgtatatcgt
tatcggtcat
acatcaaatt
gaatattata
acaccataca
ttaatctacc
gggcccatta
cagggccatc
tcgggtctaa
ttttggccta
cgcacctacg
tgcttgttag
cctcctctta
atcaaaccct
cttgtaaaaa
gcaataaaca
22
Lampiran 4 Hasil BLAST primer reverse pada Mus musculus castaneus
ORGANISM Mus musculus castaneus
Eukaryota; Metazoa; Chordata; Craniata; Vertebrata; Euteleostomi;
Mammalia; Eutheria; Rodentia; Sciurognathi; Muridae; Murinae; Mus.
REFERENCE 1 (bases 1 to 956)
AUTHORS Lundrigan,B.L., Jansa,S.A. and Tucker,P.K.
TITLE
Phylogenetic relationships in the genus mus, based on paternally,
maternally, and biparentally inherited characters
JOURNAL
Syst. Biol. 51 (3), 410-431 (2002)
MEDLINE
22075680
PUBMED
12079642
REFERENCE
2 (bases 1 to 956)
AUTHORS
Lundrigan,B.L., Jansa,S.A. and Tucker,P.K.
TITLE
Direct Submission
JOURNAL
Submitted (27-SEP-2001) Museum of Zoology and Department of
Biology, University of Michigan, Ann Arbor, MI 48109-1079, USA
FEATURES
Location/Qualifiers
source
1..956
/organism="Mus musculus castaneus"
/organelle="mitochondrion"
/mol_type="genomic DNA"
/sub_species="castaneus"
/db_xref="taxon:10091"
rRNA
1..956
/product="12S ribosomal RNA"
ORIGIN
1
61
121
181
241
301
361
421
481
541
601
661
721
781
841
901
caaaggtttg
tagaccggtg
attaaaatag
tattaagcaa
ccagccaccg
ctataaataa
taaactcaat
tgggattaga
atttgccaga
ccatctagag
aattcagcct
gaatcaaaca
cattttctta
tagtagtaaa
cccgtcaccc
tgagaggaga
gtcctggcct
taaaatccct
cttaagacac
taaacgaaag
cggtcatacg
ataaatagaa
aacgaaagta
taccccacta
gaactactag
gagcctgttc
atataccgcc
taaaaacgtt
taaaagaaca
ttaagaatag
tcctcaaatt
taagtcgtaa
tataattaat
taaacattta
cttgcctagc
tttgactaag
attaacccaa
ttaaaatcca
attctaatca
tgcttagcca
ccacagctta
tataatcgat
atcttcagca
aggtcaaggt
ttactatacc
agagcttaat
aaattaaact
caaggtaagc
tagaggtaaa
cttaaacttt
cacaccccca
ttatacctct
actaattatt
acttatatgt
tttataatac
taaacctaaa
aaactcaaag
aaaccccgct
aaccctaaaa
gtagccaatg
ctttatgaaa
tgaattgagc
taacataaat
atactggaaa
attacacatg
aaggagaggg
cgggactcag
tagggttggt
ttcggcgtaa
gaaaattcat
acgacagcta
taattaaatt
gacttggcgg
ctacctcacc
aggtattaaa
aaatgggaag
ctaaaggact
aatgaagtac
aatttctaga
gtgtgcttgg
caaacctcca
tatcaagcac
cagtgataaa
aaatttcgtg
aacgtgtcaa
tgttaggacc
agacccaaac
taacaaaact
tactttatat
atctcttgct
gtaagcaaaa
aaatgggcta
aaggaggatt
gcacacaccg
catccattta
aataat
23
Lampiran 5 Sekuens Mus musculus castaneus (hasil BLAST AY057792 dan
AJ286323) dengan gen phenil alanin Mus musculus ( no. akses NC005089)
Produk PCR sebesar 1384 pb.
121
TRNA-Thr
CTD F
ngtcttgata gtataaatat tactctggtc ttgtaaacct gaaatgaaga tcttctcttc
tRNA-Pro
tcaagacatc aagaagaagg aactactccc caccaccagc acccaaagct ggtattctaa
D-loop
ttaaactact tcttgagtac ataaatttac atagtacaat agtacatcta tgtatatcgt
181
acattaaact attttcccca agcatataag caagtacatt aaatcaatga tatcggtcat
241
acaacaacta tcaacataaa ctgatataca ccatgaatat tatattaaat acatcaaatt
301
aatgttttaa agacatattt gtgttatctg actaaactga tatacatcat gaatattata
361
ctaaatacat caaattaatg ttttaaagac atatctgtgt tatctgacat acaccataca
421
gtcataaact cttctcttcc atatgactat ccccttcccc atttggtcta ttaatctacc
481
atcctccgtg aaaccaacaa cccgcccacc aatgcccctc ttctcgctcc gggcccatta
541
aacttggggg tagctaaact gaaactttat cagacatctg gttcttactt cagggccatc
601
aaatgcgtta tcgcccatac gttcccctta aataagacat ctcgatggta tcgggtataa
661
tcagcccatg accaacataa ctgtggtgtc atgcatttgg tattttttta ttttggccta
721
ctttcatcaa catagccgtc aaggcatgag aggacagcac acagtctaga cgcacctacg
781
gtgaacaatc attagtccgc aaaacccaat cacctaaggc taattattca tgcttgttag
841
acataaatgc tactcaatac tgaattttaa ctctccaaac cccccaaccc cctcctctta
901
gcgccaaacc ccaaaaacac taagaacttg aaagacatat attattaact atcaaaccct
961
atgtcctgat caattctagt agttcccaaa atatgactca tattttagta cttgtaaaaa
1021
1141
ttttacaaaa tcatgctccg tgaaccaaaa ctctaatcac actctattac gcaataaaca
tRNA-Phe
ttaacaagtt aatgtagctt aataacaaag caaagcactg aaaatgctta gatggataat
12S rRNA
tgtatcccat aaacacaaag gtttggtcct ggccttataa ttaattagag gtaaaattac
1201
acatgcaaac ctccatagac cggtgtaaaa tcccttaaac atttacttaa actttaagga
1261
gagggtatca agcacattaa aatagcttaa gacaccttgc ctagccacac ccccacggga
1321
ctcagcagtg ataaatatta agcaataaac gaaagtttga ctaagttata cctcttaggg
1381
ttggtaaatt tcgtgccagc caccg
1
61
1081
HaeIII
AluI
RsaI
= 5’-gg*cc-3’
= 5’-ag*ct-3’
= 5’-gt*ac-3’
24
Lampiran 6 Hasil dan pola pemotongan dengan HaeIII
A
136 pb
290 pb
470 pb
488 pb
136 pb
283 pb
470 pb
495 pb
B
C
264 pb
A
475 pb
606 pb (136 pb + 470 pb)
625 pb
778 pb (290 pb + 488 pb)
B
606 pb (136 pb + 470 pb)
778 pb (283 pb + 495 pb)
C
475 pb
889 pb (264 + 625 pb)
25
Lampiran 7 Hasil dan pola pemotongan dengan AluI
D
96 pb 123 pb 140 pb 200 pb
277 pb
548 pb
E
96 pb 140 pb
200 pb
96 pb 123 pb
pb
200 pb
400 pb
548 pb
F
D 96 pb 123 pb 140 pb
E
96 pbpb 140 pb
F 96 pb
pb
123 pb
965 pb
200 pb
277 pb
400 pb
200 pb (123 pb + 277pb)
200 pb
548 pb
548 pb
965 pb (140 pb + 277 pb + 548 pb)
26
Lampiran 8 Hasil dan pola pemotongan dengan RsaI
G
140 pb
460 pb
784 pb
H
140 pb 184 pb
255 pb
320 pb
485 pb
I
155 pb
G
445 pb
600 pb ( 140 pb + 460 pb )
H
625 pb (140 pb + 485 pb )
784 pb
784 pb
759 pb
( 184 pb + 255 pb + 320 pb )
I
600 pb (155 pb + 445 pb )
784 pb
27
Lampiran 9 Hasil PAGE 5.5% dengan silver staining
Pemotongan dengan HaeIII
Pemotongan dengan AluI
Pemotongan dengan RsaI
ANALISIS KERAGAMAN D-LOOP DNA MITOKONDRIA
MENCIT RUMAH (Mus musculus castaneus)
DI DAERAH JAKARTA, BANDUNG DAN SURABAYA
DENGAN PCR-RFLP
Oleh :
Diana Yulianti
G04499071
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
3
ABSTRAK
DIANA YULIANTI. Analisis Keragaman D-loop DNA Mitokondria Mencit Rumah (Mus musculus
castaneus) di Daerah Jakarta, Bandung dan Surabaya dengan PCR-RFLP. Dibimbing oleh DEDY
DURYADI SOLIHIN dan RONNY RACHMAN NOOR.
Mencit rumah (Mus musculus) termasuk dalam kelas Mamalia, infrakelas Eutheria, ordo
Rodentia, subordo Myomorpha dan famili Muridae. Spesies tersebut dalam perkembangannya
terbagi menjadi subspesies Mus musculus domesticus, Mus musculus musculus, Mus musculus
castaneus dan Mus musculus bactrianus (Silver 1995). Subspesies yang tersebar di Indonesia
adalah Mus musculus castaneus (Boeadi et al.1982).
DNA mitokondria (mtDNA) sering digunakan sebagai penanda molekular sebagai salah satu
cara untuk mengetahui keragaman genetik. Keragaman genetik mtDNA dapat diketahui dengan
menggunakan metode PCR-RFLP (Polymerase Chain Reaction - Restriction Fragment Lenght
Polymorphism). Sepasang primer yang digunakan adalah CTDF dan CTDR. Sedangkan enzim
restriksi yang digunakan adalah HaeIII, AluI dan RsaI. Sampel yang digunakan berasal dari Jakarta
(10 ekor), Bandung (11 ekor) dan Surabaya (9 ekor) sehingga total sampel menjadi 30 ekor.
Dengan menggunakan metode PCR-RFLP ditemukan sembilan haplotipe pada ketiga puluh
sampel mencit rumah. Pada populasi Jakarta ditemukan tiga haplotipe, Bandung tujuh haplotipe
dan Surabaya lima haplotipe. Haplotipe lokal ditemukan di populasi Bandung (H-5 dan H-7) dan
Surabaya (H-8 dan H-9). H-3 merupakan haplotipe umum yang terdapat di semua populasi.
ABSTRACT
DIANA YULIANTI. Genetic Diversity Analysis of D-loop Mitochondrial DNA of House Mice (Mus
musculus castaneus) in Jakarta, Bandung and Surabaya. Supervisors : DEDY DURYADI SOLIHIN
and RONNY RACHMAN NOOR.
House mice ( Mus musculus) belongs to class Mammal, infraclass Eutheria, Order Rodentia,
suborder Myomorpha and family Muridae. This spesies divided into subspesies subspesies Mus
musculus domesticus, Mus musculus musculus, Mus musculus castaneus and Mus musculus
bactrianus (Silver 1995). Subspesies which spread all over Indonesia is Mus musculus castaneus.
Mitochondrial DNA (mtDNA) is often used as genetic marker to study genetic diversity. Genetic
diversity of mtDNA can be obtained using PCR-RFLP. The Primers used for analysis were CTDF
and CTDR. The restriction enzyme used were HaeIII, AluI and RsaI. The samples were from
Jakarta (10 mice), Bandung (11 mice) and Surabaya (9 mice) so the total amount of samples were
30 mice.
We generated pcr product 1384 bp in length using PCR-RFLP. Nine haplotype were found. In
Jakarta population there were three haplotype, Bandung seven haplotype and Surabaya five
haplotype. Local haplotypes were found in Bandung (H-5 and H-7) and Surabaya (H-8 and H-9).
The H-3 was common haplotype that were found in all population.
Mencit dapat digunakan sebagai hewan
PENDAHULUAN
model dalam penelitian bidang kedokteran dan
Mencit rumah (Mus musculus) termasuk
dalam kelas Mamalia, infrakelas Eutheria,
ordo Rodentia, subordo Myomorpha dan famili
Muridae. Famili Muridae awalnya diperkirakan
berasal dari daerah India dan Asia Tenggara.
Berdasarkan data paleontologi dan filogeni
diperkirakan bahwa tikus berasal dari nenek
moyang yang hidup 10-15 juta tahun SM.
Sekitar enam juta tahun SM genus Mus
ditemukan, kemudian berkembang menjadi
beberapa spesies yang tersebar di sekitar
India dan ke benua lain (Silver 1995).
Pada 10.000 tahun lalu, Mus musculus
telah mengalami pembagian menjadi empat
populasi yang terpisah dan tidak mengalami
tumpang tindih area di India dan benua lain.
Spesies tersebut dalam perkembangannya
terbagi menjadi subspesies Mus musculus
domesticus, Mus musculus musculus, Mus
musculus
castaneus
dan
Mus
musculus
bactrianus (Silver 1995).
Diperkirakan penyebaran M.m domesticus
terfokus di pinggir wilayah Pakistan dan di
India bagian barat. Sedangkan M.m musculus
berada di utara india . M.m castaneus berada
di daerah Bangladesh dan M.m bactrianus
tetap berada di India (Silver 1995)(Lampiran
1). Subspesies yang tersebar di Indonesia
adalah Mus musculus castaneus (Boeadi et
al.1979).
M.m castaneus berukuran kecil dan lincah.
Hampir seluruh tubuhnya ditumbuhi oleh
rambut bertekstur lembut dengan warna pada
bagian dada tidak putih dan punggungnya
coklat kelabu. Mencit ini memiliki ekor lebih
panjang
dari
panjang
badannya
dengan
bentuk yang meruncing. Ekornya memiliki
anulasi yang cukup jelas dan ditumbuhi oleh
sedikit rambut. Formula puting susu yang
dimiliki adalah tiga pasang di dada dan dua
pasang di perut (Boeadi et al. 1979).
genetika karena memiliki banyak kelebihan
antara lain waktu generasi
kemampuan
adaptasi
yang
kemampuan
ratusan
gen
yang cepat,
tinggi
dan
tunggalnya
bermutasi (Hartwell et al. 2000).
Penggunaan
penanda
molekular
merupakan salah satu cara untuk mengetahui
keragaman
genetik.
DNA
mitokondria
(mtDNA) sering digunakan sebagai penanda
molekular karena memiliki banyak kelebihan
antara lain jumlah kopi yang tinggi, ukuran
yang relatif kecil (14-39 kb) dan pada bagian
tertentu dari genom mitokondria berevolusi
dengan kecepatan yang berbeda (Duryadi
1994).
Mitokondria DNA terdiri dari 13 gen
penyandi polipeptida, 22 gen tRNA dan 2 gen
rRNA.
Urutan gen-gen mitokondria pada
umumnya
relatif
conserved
pada
semua
vertebrata (Brown 1980). Gen-gen tersebut
tersusun dalam 2 utas yaitu utas Heavy (H)
dan utas Light (L). Selain daerah penyandi,
mtDNA juga memiliki daerah noncoding yang
disebut D-loop.
Brown 1980 mengatakan bahwa daerah
D-loop bersifat hipervariabel, karena memiliki
laju evolusi tertinggi. Dapat mencapai 5-10 kali
lebih cepat dibandingkan dengan DNA inti.
Keragaman
genetik
mtDNA
dapat
diketahui dengan reaksi perbanyakan DNA
secara in vitro
pada sekuen target dengan
memanfaatkan cara replikasi DNA dengan
bantuan
enzim
DNA
polimerase
dan
perubahan sifat fisik DNA terhadap suhu.
Metode ini dikenal sebagai Polymerase Chain
Reaction (PCR) (Saiki et al.1986).
Produk
menggunakan
PCR
enzim
kemudian
dipotong
restriksi
(restriction
endonuclease). Sebuah enzim restriksi akan
memotong DNA secara spesifik, terbatas