Perkembangan Keadaan Tegakan Tinggal dan Riap Diameter Pohon Setelah Pemanenan dengan Sistem TPTI di Areal HPH PT. Kiani Lestari Kalimantan Timur

PERKEMBANGAN KEADAAN TEGAKAN TINGGAL
DAN RIAI' DIAMETER POHON SETELAH PEMANENAN KAYU
DENGAl\' SISTEM TPTI DI AREAL HPH PT. KlANI LESTARI
KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

ROUP PUROBli\1

E 27.0932

.IURUSAN TEKNOLOGI BASIL HUTAN
E·C\KULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1995

ROUP PUROHIM.
E. 27 0932.
perkembangan Keadaan Tegakan
Tinggal dan Riap Diameter Pohon Setelah Pemanenan Kayu

dengan Sistem silvikultur TPTI di Areal HPH PT. Kiani Lestari, Kalimantan Timur.
Di bawah bimbingan Dr. Ir. Elias
dan Ir. Andry Indrawan, MS.
RINGKASAN

Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI),
merupakan

sistem

silvikultur

yang

hingga

sekarang

masih


digunakan dalam pengelolaan dan pengusahaan hutan di Indonesia, khususnya di luar Jawa.
mengakibatkan

kerusakan

dengan

silvikultur

sistem

kelestarian hutan.
kan

akibat

adalah

tegakan
TPTI


tinggal,

pemanenan

diharapkan

dapat

kayu

menjamin

Elias (1993), menyebutkan bahwa kerusa-

pemanenan

kerusakan

Walaupun pemanenan kayu dapat


kayu

yang

dengan

terjadi

sistem silvikultur

pada

bagian

TPTI

tegakan

yang


sebenarnya tidak termasuk dalam rencana untuk dipanen
silnya

pada

waktu

berupa pohon roboh,

pemanenan

tersebut.

Kerusakan

ha-

dapat


at au pohon masih berdiri tetapi bagian

batang, banir at au tajuk rusak dan diperkirakan tidak dapat
tumbuh normal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan struktur dan komposisi

jenis tegakan tinggal

serta

riap diameter tegakan akibat pemenenan kayu dengan".,,- .--sistem
'"
silvikultur TPTI.
Penelitian
Lestari,

ini

Kalimantan


November 1994.

dilaksanakan
Timur,

mulai

di

areal

bulan

HPH

PT.

September

Kiani

sampai

Pengamatan dilakukan pada 8 (delapan) plot

1

eontoh permanen yang dibuat pada tahun 1993, yang terdiri
dari : 3 plot eontoh (Et+l) dengan kelerengan sedang, euram
dan datar (plot lA, IB, IC), 1 plot eontoh Et+6 (plot II), 1
plot eontoh Et+ll (plot III), 1 plot eontoh Et+14 (plot IV)
dan 1 plot eontoh Et+18 (plot V) serta 1 plot eontoh hutan
pr imer (plot VI) yang digunakan sebagai pembanding.

Luas

masing-masing plot I hektar (100 m x 100 m).
Data yang dikumpulkan terdiri : potensi tegakan,

nata-


litas dan mortalitas semai serta mortalitas pohon, riap diameter tahun berjalan, anal isis vegetasi serta perkembangan
keterbukaan areal satu tahun setelah pemanenan kayu.
Hasil p9ngamatan pad a masing-masing plot eontoh penelitian terhadap jumlah spesies yang ditemukan berturut-turut
pada plot eontoh lA,

IB,

IC,

I I,

I I I,

IV dan V adalah 73,

67, 74, 82, 81, 78 dan 74 spesies sedangkan pada plot eontoh
VI diketemukan 78 spesies.
Seeara umum potensi tegakan meningkat dengan bert ambahnya umur tegakan tinggal dan selama satu tahun pengukuran.

Riap volume rata-rata tegakan yang berdiameter 10 em ke


atas untuk semua plot eontoh sebesar 8,877 m3 .
Ketersediaan pohon inti at au penggantinya yaitu permudaan tingkat semai, paneang dan tiang dari masing-masing
plot eontoh dinilai memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam pedoman TPTI.
Riap diameter tahun berjalan rata-rata dari tegakan
tinggal dan hutan primer berkisar antara 0.40 em - 0.82 em.
2

Tingkat natalitas semai pada plot contoh lA,
lebih besar dari plot contoh lainnya.

IB dan Ie

Natalitas semai yang

tinggi terjadi karena semai jenis pionir banyak tumbuh di
areal terbuka bekas pemanenan kayu tahun sebelumnya.
Hasil anal isis vegetasi menunjukkan bahwa terjadinya
pergantian jenis yang dominan pada semua tingkat pertumbuhan

dan terjadi perubahan komposisi spesies selama perkembangan
tegakan tinggal.
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H) menujukkan
bahwa secara keseluruhan tidak terjadi perubahan keanekaragaman jenis akibat kegiatan pemanenan kayu dan terjadi
kecenderungan meningkatnya nilai H sesuai dengan pertambahan
umur tegakan tinggal.
Bentuk pemusatan jenis pada tingkat tiang,
plot conto:1,

untuk semua

lebih terpusat pada beberapa spesies saja,

yaitu pada spesies yang dominan terutama pada plot contoh
lA,

IB,

IV dan VI.

plot contoh lA,
91.69%),

IB,

Markeladi

Spesies tersebut berturut-turut untuk
IV dan VI adalah
(INP

=

17.68%),

Hevea sp.
Marjelawat

(INP =
(INP

=

42.11%), Mersuit (INP = 59.90%) dan Shorea leavifolia (INP
61. 65%).

Perbandingan kesamaan komunitas antara tegakan tinggal
dengan hutan primer, pada plot contoh III relatif mendekati
kesamaan dengan komunitas hutan primer.

Sedangkan perban-

dingan plot contoh yang lain pada umumnya masih menunjukkan
kondisi straKtur dan komposisi jenis masih berbeda (IS 1ebih
3

Secara keseluruhan nilai IS meningkat dengan

kecil 50%).

meningkatnya umur tegakan tinggal.
Struktur tegakan terdiri dari tiga strata untuk semua
plot contoh, yaitu strata A, B dan C, kecuali untuk plot
contoh IV (Et+14) tidak dijumpai strata B.
oleh

Strata A diisi

dari famili Dipterocarpaeeae, Lauraeeae dan
ウー・ゥセ@

Myrtaceae.
Tabel

1.

Komposisi Penutupan Tajuk (%).

Strata

Plot eontoh

IA
A
B

e

3.70
7.41
88.86

IB

Ie

3.45
13.79
82.76

3.33
20.00
76.66

II

15.00
22.50
62.50

III

IV

5.77
21.15
73.08

2.38

V

97.62

9.68
24.19
66.13

VI
13.33
22.22
64.44

Tabel 1. menunjukkan bahwa strata C menguasai sebagian
besar jalur stratifikasi.

Nilai penutupan strata C eender-

ung menurun iengan bertambahnya umur tegakan tinggal, tetapi
sebaliknya untuk strata A.

Dengan demikian dapat diartikan

bahwa penambahan umur tegakan tinggal terjadi perbaikan
struktur tegakan.
Pada plot contoh satu tahun setelah pemanenan kayu
terjadi perubahan luas keterbukaan areal.

Penutupan areal

oleh vegetasi pionir terjadi pada tempat-tempat yang terbukat sebagian besar terjadi pada areal bekas

4

PERKEMBANGAN KEADAAN TEGAKAN TINGGAL
DAN RiAI' DIAMETER POBON SETELAB PEMANENAN KAYU
DENG ·\N SISTEM TPTI DI AREAL HPH PT. KIANI LESTARI
KALIMANTAN TIMUR

Oleh:
ROUP PUROHIM

E. 27 0932

S K RIP S I
Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan
Pada
FaKultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL BUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1995

Judul Skripsi

PERKEMBANGAN KEADAAN TEGAKAN TINGGAL
DAN RIAP DIAMETER POHON SETELAH PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TPTI
DI AREAL HPH PT. KIANI LESTARI KALIMANTAN
TIMUR

Nama Mahasiswa

ROUP PUROHIM

Nomor Pokok

E 27.0932

Disetujui oleh :
Ketua Komisi Pembimbing

Tanggal : _ _ _ __
Anggota Komisi pembimbing

Tanggal : _ _ _ __

DAFTAR lSI

Halaman
KATA PENGANTAR ..............................
i
DAFTAR, lSI .................................. iii
DAFTAR TABEL ................................
v
DAFTAR GAMBAR ............................... vii i
DAFTAR LAMP I RAN .............................
x
I.

II.

III.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................
B. Tujuan...................................
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karateristik Hutan Hujan Tropika Basah ...
B. Tebang Pilih Indonesia dan Tebang
pilih Tanam Indonesia ....................
C. Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat
Pemanenan Kayu ...........................
1. Tipe Kerusakan ........................
2. Tingkat Kerusakan .....................
3. Keterbukaan Tanah akibat Penebangan
dan Penyaradan ........................
4. Penurunan Keragaman Jenis .............
D. Struktur dan Komposisi
Hutan Tropika Basah ......................
E. Riap Hutan Tropika Basah .................
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Luas Areal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Konfigurasi Lapangan Tanah dan Iklim .....
1. Topografi............................
2. Geolog i dan Tanah ....................

4
6
9
10
10
11
13
14
16

KEADAAN HUTAN ............................
SEJARAH PENGUSAHAAN HUTAN ................
SISTIM PEMANENAN KAYU ....................
1. Penebangan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Pembagian batang .....................
3. Penyaradan...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. Pemuatan di TPn ............ '. . . . . . . . . .
5. Pengangkutan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6. Pembongkaran di Log Yard .............
7. Pengupasan di Log Yard ...............

19
20
20
21
21
23
25
27
27
28
28
28
29
29
29

METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............
B. Obyek dan Alat Penelitian ................

31

3.

C.
D.
E.

IV.

1
3

Iklim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

iii

31

c.

D.

Metode Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.
Data Sekunder ....•...................
2.
Data Primer..........................
2.1.
Pengukuran Diameter ............
2.2.
Data Pohon-pohon Mati ..........
2.3.
Keterbukaan Areal/Tanah ........
2.4. Analisis Vegetasi ..............
2.5.
Stratifikasi Tajuk .............
ANALISIS DATA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.
Potensi Tegakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.
Riap Diameter Tahunan Berjalan .......
3.
Riap Diameter Tahunan Rata-rata ......
4.
Keterbukaan Areal/Tanah ..............
5.
Analisis Vegetasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.
Stratifikasi Tajuk . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.
Penutupan Tajuk Atas Lantai Hutan ....
8. 'Natalitas dan Mortalitas .............

32
32
32
33

34
34
36
37
38
38
38
39

40
40
43
44
44

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pot ens i Tegakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
45
B. Riap Diameter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
C.
Natalitas dan Mortalitas Semai serta
Mortalitas Pohon . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
D. Komposisi dan Struktur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
1.
Komposisi...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
59
2.
Frekuensi (F) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 69
3.
Dominansi..... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
4.
Indeks Kesamaan Komunitas (IS) ....... 94
5.
Diversitas (Keragaman) ............... 97
6.
Stratifikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
E. Keterbukaan Tanah
124

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 127
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 129
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 a
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 133

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Nomor
1.

Jumlah Pohon Inti yang Harus Ditinggalkan
dan Batas Diameter Boleh Tebang
Sesuai Ketentuan TPI 1972 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

7

2.

Syarat-syarat Pelaksanaan TPTI .................

8

3.

Perbandingan dari Tegakan Tinggal
Setelah Tebang Pilih dengan Menggunakan
Traktor dan Kabel.............................

9

Tipe-tipe Kerusakan Pohon Akibat Pemanenan
Kayu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

11

5.

Keterbukaan Areal/Tanah Akibat Penebangan
dan Penyaradan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

12

6.

Perubahan Struktur dan Komposisi Hutan
karena Pemanenan Kayu di Lempake ..............

14

Riap Diameter Pohon di Hutan Hutan Produksi
dan Hutan Bekas Tebangan di Kalimantan Timur

17

Rata-rata Pertambahan Diameter Pohon
di Hutan Alam dan Hutan Bekas Tebangan
di Kalimantan Timur ...........................

18

Respon Perlakuan 'rSI dan Tidak Dilakukan TSI
pada Plot Bekas Tebangan di Areal HPH Picop,
Mindanao, piliphina ...........................

18

10.

Komposisi Kelas Lereng HPH PT. Kiani Lestari

20

11.

Curah Hujan Tahunan di Daerah Kelompok
Hutan Jele - Beliwit ..........................

22

Jumlah Hari Hujan Tahunan di Daerah Kelompok
Hutan Jele - Beliwit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

22

Keadaan Hutan di Areal HPH PT. Kiani Lestari
Setelah Tahap Jangka Waktu Pengusahaan
Hutan I (1970/1971 -1990/1991) ................

23

Kerapatan dan Volume Pohon Perhektar
Berdasarkan Kelas Diameter di
Areal HPH PT. Kiani Lestari ..................

24

4.

7.
8.

9.

12.
13.

14.

v

15.

Jenis-Jenis Dominan yang Dijumpai di Areal
HPH PT. Kiani Lestari .........................

24

16.

Reneana dan Realisasi Luas dan Produksi
Tebangan HPH PT. Kiani Lestari ................. 26

17.

Potensi Tegakan Masing-masing Plot Contoh
yang Berdiameter 10 em ke atas ............... .

45

Potensi Masing-masing Plot Contoh
yang Berdiameter 20 em ke atas ............... .

49

Jumlah Tingkat Semai, Paneang dan Tiang pada
Plot Contoh Penelitian ....................... .

50

20.

Riap Diameter Berdasarkan Kelas Diameter ..... .

52

21.

Natalitas dan Mortalitas semai ............... .

55

22.

Mortalitas Pohon dan Tiang ................... .

57

23.

Jumlah ウー・ゥセNケ。ョァ@
Ditemukan pada Plot
Contoh Penelltlan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

59

Jumlah Individu Pohon dan Tiang yang
Diketemukan pada Plot Contoh ................. .

60

Beberapa Spesies yang Memiliki Nilai
Frekuensi Tinggi ............................. .

70

Beberapa Spesies yang Memiliki INP Tinggi
pada Plot Permanen IA (Et+l, RKT 1993/1994)

80

Beberapa Spesies yang Memiliki INP Tinggi
pada Plot Permanen IB (Et+l, RKT 1993/1994)

81

Beberapa Spesies yang Memiliki INP Tinggi
pada Plot Permanen Ie (Et+l, RKT 1993/1994)

82

Beberapa Spesies yang Memiliki INP Tinggi
pada Plot Permanen II (Et+6, RKT 1988/1989)

83

Beberapa spesies yang Memiliki INP Tinggi
pada Plot Permanen III (Et+ll, RKT 1983/1984)

84

Beberapa Spesies yang Memiliki INP Tinggi
pada Plot Permanen IV (Et+14, RKT 1980/1981)

85

18.
19.

24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

Beberapa Spesies yang Memiliki INP Tinggi
pada Plot Permanen V (Et+18, RKT 1976/1977)

"",,,86

,>\
vi

33.

Beberapa Spesies yang Memiliki INP Tinggi
pada Plot Permanen VI (Hutan primer) ....... .

87

Indeks Kesamaan Komunitas (IS) Antara Dua
Tegakan yang Dibandingkan (%) .................

95

35.

Indeks Keanekaragaman .........................

97

36.

Indeks Dominansi (C)

99

37.

Komposisi Penutupan Tajuk dari Plot Contoh .... 105

38.

Luas Penutupan Tajuk (m 2 )

39.

Persen Luas Areal yang Masih Terbuka
pada Plot Contoh lA, IB dan IC ................ 124

40.

Persen Luas Keterbukaan Tanah pada
Plot Contoh II, III, IV dan V . . . . . . . . . . . . . . . . . 126

34.

..........................

vii

106

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Nomor
1.

Desain Plot Permanen

38

2.

Skema Pengukuran Keterbukaan Tanah Akibat
Penebangan Pohon ....... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

41

Skema Pengukuran Keterbukaan Tanah Akibat
Penyaradan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

41

Subpetak-Subpetak untuk Penelitian Tingkat
Pohon, Tiang, Pancang dan Semai ... ...........

42

5.

Grafik

Peningkatan Potensi Tegakan

55

6.

Diagram peningkatan Potensi Tegakan

55

7.

Grafik Hubungan Antara Jumlah Pohon dengan
Kelas Diameter pada Plot Contoh IA ...........

61

Grafik Hubungan Antara Jumlah Pohon dengan
Kelas Diameter pada Plot Contoh IE ...........

61

Grafik Hubungan Antara Jumlah Pohon dengan
Kelas Diameter pad a Plot Contoh IC ...........

62

Grafik Hubungan Antara Jumlah Pohon dengan
Kelas Diameter pada Plot Contoh II ...........

62

Grafik Hubungan Antara Jumlah Pohon dengan
Kelas Diameter pada Plot Contoh III ..........

64

Grafik Hubungan Antara Jumlah Pohon dengan
Kelas Diameter pad a Plot Contoh IV........ ...

64

Grafik Hubungan Antara Jumlah Pohon dengan
Kelas Diameter pada Plot Contoh V............

65

Grafik Hubungan Antara Jum1ah Pohon dengan
Kelas Diameter pada Plot Contoh V I . . . . . . . . . . .

65

stratifikasi Tajuk pada Plot Contoh IA
(Et+1, RKT 1993/1994) di Areal HPH
PT. Kiani Lestari (Kal-Tim) dengan
Skala 1 : 400 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

108

3.
4.

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

viii

16.

17.

18.

19.

20.

Stratifikasi Tajuk pada Plot Permanen IB
(Et+l, RKT 1993/1994) di Areal HPH
PT. Kiani Lestari (Kal-Tim) dengan
Skala 1 : 400 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

110

Stratifikasi Tajuk pada Plot Permanen Ie
(Et+1, RKT 1993/1994) di Areal HPH
PT. Kiani Lestari (Kal-Tim) dengan
Skala 1 : 400 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

112

Stratifikasi Tajuk pad a Plot Pemanenen II
(Et+6, RKT 1988/1989) di Areal HPH PT.
Kiani Lestari (Kal-Tim) dengan Skala
1 : 400 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

114

stratifikasi Tajuk pada Plot Perman en III
(Et+ll, RKT 1983/1984) di Areal HPH PT.
Kiani Lestari (Kal-Tim) dengan Skala
1 :400 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

116

Stratifikasi Tajuk pada Plot Perman en IV
(Et+14, RKT 1980/1981) di Areal HPH PT.
Kiani Lestari (Kal-Tim) dengan Skala
1 : 400 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

118

21.

Stratifikasi Tajuk pada Plot Permanen V
(Et+18, RKT 1976/1977) di Areal HPH PT.
Kiani Lestari (Kal-Tim) dengan
Skala
1 : 400 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120

22.

Stratifikasi Tajuk pada Plot Permanen VI
(Hutan primer) di Areal HPH PT. Kiani Lestari
(Kal-Tim) dengan Skala 1 : 400 ........... ..... 122

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
1.

Halaman
Peta Stuasi Areal Kerja HPH PT. Kiani Lestari .. 134

2a.

Peta Kedudukan Pohon dan Tiang serta Keterbukaan Areal pada plot Contoh IA (Et+l, RKT
1993/1994) di Areal HPH PT. Kiani Lestari
(Kal-Tim) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 135

2b.

Peta Kedudukan Pohon dan Tiang serta Keter-'
bukaan Areal pada Plot Contoh IB (Et+l, RKT
1993/1994) di Areal HPH PT. Kiani Lestari
(Kal-Tim) .............. '........................ 138

2c.

Peta Kedudukan Pohon dan Tiang serta Keterbukaan Areal pada plot Contoh IC (Et+l, RKT
1993/1994) di Areal HPH PT. Kiani Lestari
(Kal-Tim) ...................................... 141

2d.

Peta Kedudukan Pohon dan Tiang pada Plot
Cor.toh II (Et+6, RKT 1988/1989) di Areal HPH PT.
Kiani Lestari (Kal-Tim) ........................ 144

2e.

Peta Kedudukan Pohon dan Tiang pada Plot
Contoh III (Et+ll, RKT 1983/1984) di Areal HPH PT.
Kiani Lestari (Kal-Tim) ........................ 147

2f.

Peta Kedudukan Pohon dan Tiang pada Plot
Contoh IV (Et+14, RKT 1980/1981) di Areal HPH PT.
Kiani Lestari (Kal-Tim) ........................ 150

2g.

Peta Kedudukan Pohon dan Tiang pada Plot
Contoh V (Et+lB, RKT 1976/1977) di Areal HPH PT.
Kiani Lestari (Kal-Tim) ........................ 154

2h.

Peta Kedudukan Pohon dan Tiang pada Plot
Contoh VI (Hutan Primer, RKT 1993/1994) di Areal
HPH PT. Kiani Lestari (Kal-Tim)
............... 158

3a.

Pohon dan Tiang yang Ditemukan pada Plot Contoh
IA (Et+1, RKT 1993/1994) di Areal HPH PT. Kiani
Lestari ........................................ 161

3b.

Pohon dan Tiang yang Ditemukan pada Plot Contoh
IB (Et+l, RKT 1993/1994) di Areal HPH PT. Kiani
Lestari ........................................ 163

x

3c.

Pohon dan Tiang yang Ditemukan pada Plot Contoh
IC (Et+1, RKT 1993/1994) di Areal HPH PT. Kiani
Lestari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 165

3d.

Pohon dan Tiang yang Ditemukan pad a Plot Contoh
II (Et+6, RKT 1988/1989) di Areal HPH PT. Kiani
Lestari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 167

3e.

Pohon dan Tiang yang Ditemukan pada Plot Contoh
III (Et+11, RKT 1983/1984) di Areal HPH PT. Kianj
Lestari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 169

3f.

Pohon dan Tiang yang Ditemukan pada plot Contoh
IV (Et+14, RKT 1980/1981) di Areal HPH PT. Kiani
Lestari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 171

3g.

Pohon dan Tiang yang Ditemukan pada Plot Contoh
V (Et+18, RKT 1976/1977) di Areal HPH PT. Kiani
Lestari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 173

3h.

Pohon dan Tiang yang Ditemukan pada Plot Contoh
VI (Hutan Primer, RKT 1993/1994) di Areal HPH
PT. Kiani Lestari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

175

Daftar Pohon/Tiang yang l1ati Tiap Plot Contoh ..

177

4.

Xl

I. PENDAHULUA;\

A.

LATAR BELAKANG
Kawasan hutan Indonesia mencakup areal seluas 141
juta hektar atau sekitar 2/3 luas wilayah daratan
Indonesia, merupakan aset negara yang harus dimanfaatkan sebagai modal dasar pembangunan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

Dari segi luas,

Indonesia

merupakan negara dengan hutan tropis terluas nomor
tiga setelah Brazi dan
コ。ゥイセN@

Sistem silviku1tur Tebang Pilih Tanam Indonesia
(TPTI) merupakan sistem silvikultur yang hingga sekarang masih digunakan dalam pengusahaan hutan dan pengelolaan hutan alam tropika basah di Indonesia,
susnya di luar Jawa.

khu-

Menurut Elias (1993), walaupun

sistem TPI/TPTI sudah dilaksanakan selama kurang lebih
24 tahun, akan tetapi data/informasi mengenai keberhasilannya masih langka, sehingga banyak pakar kehutanan
masih ragu terhadap ketangguhan sistem tersebut dalam
menjamin kelestarian hutan alam produksi di Indonesia.
Kegiatan pemanenan hasil hutan merupakan kegiatan
dalam rangka pemanfaatan hasi1 hutan, terutama kayu.
Kegiatan pemanenan kayu

yang dilaksanakan dengan

sistem TPTI tersebut, diharapkan dapat menjamin kelestar ian hutan.

Baik kelestarian hutannya

sendiri

maupun kelestarian bahan baku untuk industri-industri

2

kehutanan

mulai

dari

industri

hulu

sampai

industri

hilir.
Untuk
perlu

dapat

melestarikan

memperhatikan

hutan

cara-cara

tersebut,

pemanenan

kayu

maka
yang

dapat menekan kerusakan akibat pemanenan kayu tersebut.

Karena

mengakibatkan
pemanenan

setiap

kegiatan

kerusakan

kayu

itu

pemanenan

tegakaan

kayu

tinggal.

dilaksanakan

dengan

dapat

Walaupun
hati-hati,

kerusakan tegakan tinggal tersebut sulit dihindarkan.
Menurut

Elias

(1993),

akibat pemanenan kayu

kerusakan

tegakan

tinggal

dengan sistem TPTI adalah keru-

sakan yang terjadi pada bagian tegakan yang sebenarnya
tidak termasuk dalam rene ana untuk dipanen hasilnya
pada

waktu

pemanenan

tersebut.

tersebut dapat berupa pohon roboh,

Kerusakan

tegakan

atau pohon masih

berdiri tetapi bagian batang, banir, at au tajuk rusak
dan diperkirakan tidak dapat tumbuh normal.
Selain itu informasi penting yang perlu diketahui
dalam pengelolaan hutan adalah perkembangan pertumbuhan (riap) dari tegakan tinggal tersebut, karena riap
tegakan

merupakan

data

dasar

yang

diperlukan

dalam

rangka menjamin kelestarian hutan.
Riap diameter pohon inti
besarnya diasumsikan

sebesar

dalam peraturan TPI/TPTI
1 emjtahun.

Mengingat

jenis pohon itu adalah jenis perdagangan yang terdiri
dari beraneka jenis, yang berarti mempunyai sifat yang

3

berbeda-beda

termasuk

penambahan

riap

diameternya,

maka anggapan mengenai penambahan riap diameter ratarata sebesar 1 cm/tahun masih perlu dikaji dan dibuktikan kebenarannya.
B.

TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini ingin diketahui :
1.

Perkembangan

struktur

dan

komposisi jenis

tegakan tinggal serta keadaan perkembangan

pada
permu-

daannya pad a areal bekas tebangan di areal HPH PT.
Kiani Lestari.
2.

Riap

diameter

tegakan tinggal

akibat

kayu dengan sistem silvikultur TPTI.

pemanenan

TINJAUAN PUSTAKA

II.

A.

KARAKTERISTIK HUTAN TROPIKA BASAH
Richards
(1975)

dalam

hutan

tropika

Ashton

(1964),

Bratawinata
basah

tinggi

pohonJtegakan

lebih,

banyak

(1991),

mempunyai
paling

liana-liana

sifat

rendah

yang

menonjol

adalah

berkayu dan berukuran pohon.

bahwa

selalu
30

hijau,

meter

berbatang

mayoritas

Whitmore

mengatakan

berkayu maupun yang bersifat herba.
yang

dan

(1965 )

atau

tebal

dan

Salah satu sifat
dari

tumbuhannya

Tidak hanya pohon-pohon

yang mendominasi komunitas hutan hujan tropika basah,
tetapi juga tumbuhan yang memanjat dan sebagian epifit
yang

berkayu.

hutan

primer,

Gambaran
adalah

dari

adanya

wujud

pohon-pohon

bentukan

dari

di

batang-

batang pohon yang umumnya lurus, bentuk batang bundar
kadang-kadang pipih, keadaan percabangan dari lapisan
pohon bag ian atas umumnya membentuk sudut yang lebar
mendekati 90 0 antara cabang dan batang pohon.

Strata

tajuk bagian bawah pada umumnya membentuk tajuk yang
lonjong kadang-kadang berbentuk kerucutJpiramid.
Soerianegara

dan

Indrawan

(1984),

menyebutkan

bahwa hutan tropika basah di Indonesia seluas
juta hektar dengan
selalu

basah,

tanah,

dipedalaman

± 89

ciri-ciri sebagai berikut : iklim

tanah kering dan
pada

bermacam-macam

jenis

tanah yang rata atau berbu-

5

kit

(::;

m dpl)

1000

dan

dengan 4000 m dpl),

pada

tanah

tinggi

(sampai

dapat dibedakan menjadi

3

zone

menu rut ketinggian yaitu hutan hujan bawah

(2-1000 m

dpl),

dan hujan

hutan hujan tengah (1000-3000 m dpl)

tengah atas (3000-4000 m dpl).
Selanjutnya
hutan

hujan

Richards

tropika

hutan klimaks

menjelaskan

(1964),

basah

bisa

(Homeo statis) ,

digolongkan

bahwa

sebagai

walaupun secara kenya-

taannya masih terjadi pergantian-pergantian komposisi
secara alam (Cyberatic)

sehingga tegakan bisa memper-

tahankan kondisinya sesuai dengan faktor habitatnya.
Kartawinata (1975), menerangkan arti keseimbangan
biologis

adalah

bahwa

hutan

alam

bersifat

stabil,

perubahan ada tetapi terjadi di dalam hutan itu sendiri.

Salah satu contohnya adalah perubahan-perubahan

dengan terjadinya tempat-tempat terbuka akibat pohonpohon

tua

yang

telah

roboh

terjadinya rumpang (gap),
kesempatan masuknya

sehingga

mengakibatkan

selanjutnya akan memberikan

sinar matahari

sampai ke

hutan, sehingga merangsang pertumbuhan anakan.

lantai
Pohon-

pohon muda yang selama ini tertekan akan ada kesempatan
yang

berkembang
terjadi

dengan

karena

baik.

Tempat-tempat

alam hanya mencakup

terbuka

areal

yang

tidak terlalu luas dan hal ini dikategorikan sebagai
bag ian dari proses dinamika hutan alam tropika basah
yang masih virgin.

6

Menurut Richard

hutan di Indonesia sebaHセYVTIL@

gian besar merupakan hut an hujan dataran rendah yang
didominasi

oleh

famili

Dipterocarpaceae

sehingga

sering disebut sebagai hut an dataran rendah Dipterocarpaceae.
B.

TEBANG PILIH INDONESIA (TPI) DAN TEBANG
INDONESIA (TPTI)

PILIH

TANAM

sistem sil vikul tur untuk pengusahaan hutan produksi di Indonesia dijabarkan dalam Keputusan Direktur
Kehutanan

Jenderal

Pedoman Tebang Pi1ih
Penanaman,

Tebang

No.

35/Kpts/DD/I/1972

Indonesia,

Habis

dengan

tentang

Tebang Habis dengan
Permudaan Alam

dan

Pedoman-pedoman pengawasannya.
Dalam

lampiran

SK

Direktur

Jenderel

Kehutanan

Nomor 35/1972 di atas, dinyatakan bahwa sistem Tebang
Pilih

Indonesia

adalah

(TPI)

meliputi car a penebangan
merupakan

perpaduan

sistem

silvikiultur

dan permudaan hut an ,

antara

sistem-sistem

yang

Tebang

pilih dengan batas minimum diameter Indonesia, Tebang
pilih Filipina,
(Enrichment)

mengenai

Penyempurnaan hutan dengan pengayaan

dan

Pembinaan

jumlah pohon

Permudaan.

Ketentuan

inti yang harus di tinggalkan

dan batas diameter yang boleh di tebang sesuai dengan
ketentuan TPI, seperti pada Tabel
セN@

7

Tabel 1. Jumlah Pohon Inti yang Harus ditinggalkan dan Batas Diameter
Boleh Ditebang Sesuai Ketentuan TPI 1972
Batas diameter
Rotasi
yang ditebang (cm)
(th)

50
40
30
Sumber

35
45
55

Jumlah pohon inti
yang ditinggalkan
(batang)

Diameter
pohon inti
(cm)

25
25
40

" 35
2: 35
セ@

20

Vademacum Kehutanan, 1976

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 485/KptsII/1989 tentang sistem silvikutur di Indonesia, disebutkan bahwa pengelolaan hutan produksi di Indonesia
dapat dilakukan dengan sistem silvikultur

Tebang

pilih Tanam Indonesian (TPTI), Tebang Habis dengan
Permudaan Alam (THPA) dan Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB)

(Direktorat Jenderal Pengusahaan

Hutan, 1990).
Tebang pilih Tanam Indonesia (TPTI) adalah suatu
sistem silvikultur yang mengatur cara penebangan dan
permudaan hutan.

Sistem ini merupakan sistem yang

dinilai sesuai untuk diterapakan di hutan alam produksi di Indonesia, kecuali hutan payau.

Persyaratan

dalam melaksanakan pedoman TPTI, seperti pada Tabel 2.
Untuk mencapai sasaran yang diharapakan sesuai
dengan sistem silvikultur TPTI maka ditetapkan tahapan-tahapan kegia tan
Kehutanan, 1993) :

s ebagai

ber iku t

(Departemen

8

a. Penataan Arel Kerja (Et-3),
b. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (Et-2)
c. Pembukaan wilayah Hutan (Et-l),
d. Penebangan (Et),
e. Perapihan (Et+l),
f. Inventarisasi Tegakan'Tinggal (Et+2),
g. Pembebasan Tahap Pertama (Et+2),
h. Pengadaan Bibit (Et+2),
i. Pengayaan/Rehabilitasi (Et+3),
j. Pemeliharaan
Tanaman
Pengayaan/Rehabilitasi
(Et+3), (Et+4) dan (Et+5),
k. Pembebasan Tahap Kedua
(Et+4) dan (Et+6),
i. Penjarangan

dan (Et+20).

dan

Tegakan Tinggal

Ketiga
(Et+10) ,

(Et+1S)

Tabel 2. syarat-Syarat Pelaksanaan TPTI
No.

Batas diameter
tebang (em)

1-

Hutan a1am campuran

50
2.

Hutan ramin 1)

3.

35
Hutan eboni 2 )
35

Sumber:

Rotasi tebang
(tahun)

35

Jumlah pohon
Inti (btgjha)

"

25

Diameter
ph. inti (em)

KD 20-49 ?
50 0
+ KTD

"

25

35

"

45

" 25

15

"
" 15

Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, 1990

Keterangan :
1). Hutan rawa, bila diameter 50 em up tidak cukup
2). Hutan yang memiliki pertumbuhan lambat, dan sulit ditemukan
diameter 50 em up.
KD
Komersial Ditebang
KTD
Kornersial Tidak Ditebang

9
c.

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN
SISTEM TPTI
Tegakan tinggal adalah tegakan hutan yang sudah
ditebang pilih dan menjadi modal pengusahaan hutan
berikutnya yang terdiri dari pohon-pohon binaan dan
pohon pendamping (Departemen Kehutanan, 1993).
weidelt (1982), memberikan data keadaan tegakan
hutan setelah pemanenan kayu dengan menggunakan traktor dan kabel di daerah Mindanao, Philipina.
Tabel 3.

Perbandingan dari Tegakan
Setelah Tebang pilih dengan
nakan Traktor dan Kabel.

Tinggal
Menggu-

Tegakan Tinggal (% )
Jenis
Pohon
Semua jenis
Dipt.
Non Dipt.

Traktor

Kabel

Rusak

Tdk Rusak

Rusak

54.4
68.8
46.7

45.5
35.2
53.8

56.7
55.5
58.1

Tdk Rusak
43.3
44.5
41.9

Sumber : Weidelt and Banaag, 1982.

Wiradinata et al.

(1985), menyatakan bahwa fak-

tor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kerusakan
tegakan tinggal adalah pohon rebah, traktor penyarad
dan batang yang disarad.

Pengaruh tersebut akan

semakin diperbesar apabila kerapatan tegakan tinggi,
frekuensi rendah, penentuan arah rebah tidak teratur
dan topografi bervariasi.

Sedangkan Yanuar

(1992),

menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mungkin menambah

10

besarnya kerusakan tegakan

tinggal adalah kerapatan

tegakan yang tinggi, perebahan yang tidak

terarah dan

kedudukan pohon tebangan dalam tegakan.
Selanjutnya
kerusakan
kelas

tegakan

diameter.

Yanuar

(1992),

tinggal

tidak

Kerusakan

pohon berdiameter keci 1.
dalam tahap penebangan

menyebutkan
terjadi

cenderung

pada

dialami

bahwa
semua
oleh

Kerusakan terbesar timbul
kayu.

kerusakan

Tipe

pohon

terberat yang juga mengurangi jumlah pohon dari dalam
tegakan adalah pohon patah dan pohon roboh.
1.

Tipe Kerusakan
Menurut hasil penelitian Elias,

areal

HPH PT.

Narkata Rimba,

et al.

(1993)

Kalimantan Timur,

di

tipe

kerusakan pohon akibat penebangan adalah : rusak tajuk
(9.45%), patah batang (23.08%),
batang/kulit dan

pecah

tipe kerusakan pohon
(88.32%),

condong

batang

Roboh

(19.23%), luka

(8.24%).

Sedangkan

akibat penyaradan adalah roboh

(4.47%),

luka

batang/kulit,

rusak

tajuk, banir, patah batang (2.74%).
Elias

(1993),

membandingkan

dengan

hasil-hasil

penelitian sebelumnya dan hasilnya tidak jauh berbeda,
seperti pada Tabel 4.
2.

Tingkat Kerusakan
Bila

pohon,

dilihat
maka

dari

tingkat

besarnya
kerusakan

luka

tiap

pohon-pohon

individu
tegakan

11

tinggal akibat pemanenan kayu adalah sebagai berikut
(Elias

et.

al.,

1993)

kerusakan

berat

(82.13%),

kerusakan sedang (13.29%) dan keruskan ringan (4.58%).
Dari

pohon-pohon

yang

rusak

tersebut,

yang

masih

tinggal atau hidup dalam tegakan tinggal hanya 6.00%
dari jumlah populasi tegakan tinggal.
Tabel 4. Tipe-tipe Kerusakan Pohon Akibat Pemanenan
Kayu
Peneliti

Tipe Kerusakan

Lokasi

Penelitian

Roboh/
patah
(% )

1. Tinal

dan

Panelewen

1974
2. Muhandis
1976
3. Fernandus
1978
4. Yanuar
1992
5. Elias
et al.
1993
Sumber : Elias,

3.

Rusak
kulit

Rusak

tajuk
(% )

(% )

(% )

Rusak

Banir

Jum1ah
(% )

Bilore,
KalTim

28.60

5.90

1.

36.40

Berau r
KalTim

19.60

3.20

0.10

0.20

23.00

P. Buru

27.53

7.87

2.40

2.94

40.71

Ketapang,

14.19

2.42

1.12

Ka1Bar
Muara

16.91

4.08

0.77

70

17.73
0.20

21.96

wahau

1993.

Keterbukaan Tanah Akibat Penebangan dan Penyaradan
Keterbukaan

tanah

adalah

terbukanya

permukaan

tanah karena terkupasnya lapisan serasah yang menutupinya, karena terdongkel pohon-pohon yang ditebang dan
yang roboh, terkikis dan tergusur oleh traktor sewaktu
penyaradan, pembuatan jalan angkutan dan pembuatan TPn
(Thaib, 1986).

12

Menurut

Elias

et.

keterbukaan

(1993) ,

al.

areal/tanah akibat penebangan dan penyaradan persatuan
luas

sangat

Makin

tergantung

tinggi

dari

intensitas

intensitas

penebangan,

penebangan.

makin

luas

juga

keterbukaan areal/tanah, seperti pada Tabel 5.
Tabel 5.

Plot

Keterbukaan Areal/Tanah
Akibat Penebangan dan Penyaradan
2
Luas keterbukaan Tanah (m ) Akibat

Intensitas
Penebangan
(batang/ha)

808
2 512
92

6
16

I
II

III

2

Sumber

Penyaradan

Penebangan

Elias,

Total

2 008
2 324
596

2 816
4 856
688

1993

Hasil penelitian Elias et. al.

(1993), menunjukkan

bahwa rata-rata keterbukaan areal/tanah akibat pemanenan

kayu

di

dalam

Narkata Rimba,
per

plot

permanen

di

areal

HPH

PT.

Kalimantan Timur adalah sebesar 2 780

hektar

atau

Luas

27.80%.

keterbukaan

areal/tanah tersebut hampir sama dengan hasil penelitian

Yanuar

Kalimantan

(1993)
Barat,

di
yang

areal

HPH

PT.

menunjukkan

Kayu

luas

Pesaguan,

keterbukaan

areal/tanah berkisar antara 15-30% sebagai akibat dari
penebangan

dan

penyaradan

5-11

pohon

per

hektar.

Tetapi lebih kecil dari hasil penelitian Abdullah et.
el.

(1981)

di

Lempake

Kalimantan Timur,

sebesar

30%

keterbukaan areal/tanah akibat pemanenan 11 pohon per

13

hektar dan hasil penelitian Butarbutar (1991) di areal
HPH PT. Austral Byna Kalimantan Timur, sebesar 32.02%
keterbukaan tanah/ areal akibat pemanenan 9 pohon per
hektar.
Berdasarkan data

di

atas,

Elias

(1993),

menarik

kesimpulan bahwa ada kecenderungan menu- runnya kerusakan

tegakan

tinggal

akibat

pemanenan

kayu

dengan

sistem TPI/TPTI sesuai dengan perjalanan waktu, perkembangan

teknologi,

pengalaman

dan

pengetahuan

para

pengelola hutan.
4.

Penurunan Keragaman Jenis
Menurut

Kartawinata

(1982),

pemanenan

kayu

di

Indonesia akan menyebabkan degradasi sumberdaya genetik, yaitu kehilangan jenis dan erosi genetik.

Selan-

jutnya disebutkan bahwa mengingat hutan hujan tropik
khususnya hutan Dipterocarpaceae itu sangat heterogen
dan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi (yaitu
setiap

unit

luas,

setiap

jenis

jumlah individu yang sedikit),
hutan

alam

akan

sebanding

yang

ada

mempunyai

kehilangan jenis dari

dengan

jumlah

pohon

yang

ditebang dan yang rusak parah sebagai akibat pemanenan
kayu.
Perubahan struktur dan komposisi tegakan hutan
karena pemanenan kayu tercantum pada Tabel 6 (Abdulhadi et. al.,

1981).

14
Tabel 6. Perubahan Strukur dan Komposisi
Hutan karena Pemanenan Kayu di Lempake.
Struktur dan
Komposisi

Hutan yang
sudah dipanen

Hutan yang
belum dipanen

- Jumlah pohon/ha
- Luas Bidang Dasar,m3/ha
- Jumlah Jenis pohon/ha
- Dipterocarpa

445
35.98

- Non dipterocarpa

- Jum1ah fami1i tumbuhan

259
16.75

12

7

197

152
41

43

Sumber : Abdulhadi et. ai.,

1981

Suratmo (1992), menyebutkan bahwa penebangan hutan
alam dengan sistem TPTI jelas akan menurunkan kelimpahan dan keragaman
perubahan
dan

struktur

berakhir

pada

perubahan yang
spesies

jenis di dalam hutan sampai dalam

atau

dan

bentuk

gangguan

ekosistem.

akan

terjadi

genetik

baik

belum dikena1.

Makin

komunitas

akan

yang

intensif

mampu

dikena1

flora-flora
Makin

besar

mengi1angk 60 mm dan suhu
bulan terpanas
klasifikasi

lebih besar dari

Schmidt

dan

Ferguson

22

°C.

Menurut

termasuk

tipe

iklim A (sangat basah).
Curah hujan di areal HPH termasuk sedang yaitu
2.600 m per tahun dengan variasi yang tidak begitu
besar.

Jumlah

hari

hujan

dalam

100-1300 hari (Tabel 11 dan 12).

setahun

antara

22
Tabel 11.

stasiun

Curah Hujan Tahunan di Kelompok Hutan
Jele-beliwit.

Periode

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

A9t

Sep

Huara I../ahau 1929-90

176

147

189 247 263 214

155

150

158 174 252

252

2377

Huara Marah

1980-83

139

172

192

104

132

151

162 240

232

2214

Satu Ampar

1971-91

247 205

236 246 247 177 118

161

170 246 265

304

2622

242

196
Rセ@

Okt

Nov

Des Tahunan

1)
2)

Transmigration Area Development Project, 1982
PT. Kiani Lestari, 1991

Tabel 12.

Jumlah Hari Hujan Tahunan di Kelompok
Hutan Jele-Beliwit.

sumber

Stasiun

Periode

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

JuL

Agt

Sep

Okt

Nov

Des Tahunan

Huara \.Iahau

1929-90

8

8

9

10

10

9

6

7

7

8

10

11

101

Huara Harah

1980-83

10

9

10

11

11

9

7

7

8

9

11

12

114

Satu Ampar

1971-91

12

10

12

12

12

9

8

8

9

10

13

14

129

Sumber

1) Transmigration Area Development Project, 1982
2) PT. Kiani Lestari 1991-

Suhu udara rata-rata relatif panas dengan rataan suhu udara minimum 23_1 o C dan maksimum 31.5 0 C
dan suhu udara rata-rata adalah 26.4 o C.
Kelembaban udara tergolong tinggi dengan kisaran 53 % sampai 92

セ@ o •

Lama penyinaran termasuk

kategori sedang, rata-rata selama 5.6 jam per hari
atau sebesar 47%.

Kecepatan angin relatif rendah

yakni sekitar 0_5 m/dt.

23

C.

KEADAAN HUTAN
Pada awal Pengusahaan hutan pada tahun 1970, kawasan produktif meliputi 285.000 ha (81%), hutan sekunder non produktif 47.000 ha (14 %) dan rawa-rawa 18.000
ha

Setelah melaksanakan kegiatan sejak tahun

(5%).

1971/1972 sampai dengan tahun 1992/1993 keadaan hutan
di

areal

HPH

PT.

Kiani

Lestari

menjadi

sebagaimana

tertera pada tabel 13.
Tabel 13.

No.

Keadaan Hutan di Areal HPH PT. Kiani Lestari setelah Tahap Jangka l'iaktu pengusahaan
20 Tahun Pertama (1970/71 - 1990/91).
Slok

uraian

Jele -

Kariorang

(ha)
1.

Hutan Lindung

Kawasan Penyangga
13.486
Kawasan Hutan yang
Belum di Tebang(vir-

4.

Areal Bekas Tebangan

11.500

5.

diluar HTI
Hutan Tanaman Indus
tri

53.080

Transmigrasi dan
Pirbun
Areal Non Produktif

18.300
47.251

gin Forest)

7.
8.

10.

71. 214

13.698

areal

non

84.912
53.080

18.542

36.842

22.890

70.141

9.870

9.870
300
100

65.000

350.000

300
100

URKPH Periode II PT. Kiani Lestari,

Dibandingkan
hutan,

69.787

285.000

Jumlah
Sumber

11. 500
13.486

69.787

Areal Pertambangan
Batu Bara
Pelestarian Jenis
Areal Perkebunan

9.

(ha)

(ha)

2.
3.

6.

Jumlah

Blok
Beliwit

dengan

keadaan

produktif

1991.

awal

bertambah

pengusahaan
luasnya

dari

65.00 ha menjadi 70.141 ha, bahkan menjadi 123.221 ha

24

apabila

termasuk

Bertambahnya

HTI.

luas

areal

non

produktif ini terutama disebabkan oleh kebakaran hutan
pada tahun 1982/1983

seluas 118.772 ha.

Rata-rata kerapatan dan volume pohon perhektar di
areal HPH PT. Kiani Lestari disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14.

Kerapatan dan Volume Pohon Perhektar Berdasarkan Kelas Diameter di Areal HPH PT.
Kiani Lestari.

Kelas Diameter

Kerapatan

(em)

volume

(N/ha)

(m 3 /ha)

15.66
14.59

12.38
68.87

1.18
5.68

1.15
15.85

5.68
1.12

5.57
3.79

* Komersial Dipterocarpaceae

20
50

29
up

* Komersial Non Dipterocarpaceae
20
29
50
up
* Komersial Lain
20
29
50
up

Sumber , URKL V (1991/1992 - 1996/1997)

Jenis-jenis dominan yang terdapat di areal HPH PT.
Kiani Lestari dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15.

No

1-

2.
3.
4.
5.
Surnber

Jenis-jenis Dominan yang Dijumpai di
HPH PT. Kiani Lestari.

Nama Daerah

Nama Botani

Meranti
Kapur
Keruing

Shorea sp.
Dryobalanops sp.
Dipterocarpus sp.

Bangkirai
Nyerakat

Shorea laevifolia
Hopea bracteata

URKL V (1991/1992

- 1996/1997)

Areal

25

D.

SEJARAH PENGUSAHAAN HUTAN
PT.

Kiani Lestari semula bernama PT. Georgia Pa-

cific Indonesia (GPI) yang merupakan perusahaan patungan

antara

dengan M.
pad a

PT.

Georgia

Hasan.

tanggal

7

Pacific

International

Corp.

Perusahaan patungan ini didir ikan
Agustus

1970

dengan

status

PMA

dan

sejak tahun 1984 seluruh sahamnya telah diambil alih
oleh M. Hasan sehingga statusnya menjadi PMDN dengan
saham seluruhnya dimiliki oleh M.Hasan.
Pada tahun pertama operasi, pemenenan kayu dilaksanakan di kelompok hutan Jele camp Batu Ampar.
haan hutan

di

berakhir pad a
1984/1985

Belwit dengan base

Tahun 1972/1973, kegiataan pengusa-

kelompok
tahun

kegiatan

hutan Kariorang

1983/1984,
pengusahaan

dimulai

sehingga mulai
kembali

dan

tahun

terpusat

di

Batu Ampar.
Dengan

berakhirnya

pengusahaan

hutan

periode

I

pada tanggal 23 Desember 1990, maka PT. Kiani Lestari
telah mengajukan perpanjangan HPHnya dan mendapatkan
Persetujuan

Perpanjangan

No. 394/Menhut-IV/1993

HPH

tertanggal

melalui
27

Pebruari

surat
1993,

yang kemudian mengalami revisi dengan dikeluarkannya
surat No.1784/Menhut-IV/93 tertanggal 12 Oktober 1993
dengan

luas

areal

188.460

hektar.

Setelah melalui

beberapa surat perpanjangan sementara maka pad a tanggal

15

Sepetember

1994

melalui

Menteri

Kehutanan,

26

akhirnya PT.

Kiani Lestari mendapat surat perpanjangan

HPH untuk periode pengusahaan ke II
dengan 2010/2011)
Realisasi
sahaan
jatah

hutan

sampai

dengan luas areal 223.500 Ha.

luas tebangan dalam
tahun

tebangan

(1990/1991

1971/1972

tahunan

(Me)

jangka waktu pengu-

sampai

1994/1995

minimum

300.000

dengan
m

3

dan

maksimum 500.000 m 3 disajikan pad a Tabel 16.

Tabel 16.

Rencana
dan
Realisasi Luas
dan
Tebangan
HPH PT. Kiani Lestari

Produksi

Luas (ha)
Tahun

Rencana

Realisasi

Rencana

Realisasi

1971/1972
1972/1973
1973/1974
1974/1975
1975/1976
1976/1977
1977/1978
1978/1979
1979/1980
1980/1981

2.000
6.000
7.200
7.315
7.200
8.000
7.100
7.765
7.500
7.500

1. 324
4.247
5.190
6.151
5.947
6.209
5.275
6.542
6.793
7.316

90.000
225.000
350.000
496.000
490.000
500.000
525.000
515.000
550.000
332.000

65.343,67
261.331,25
327.322,75
344.928,40
352.465,61
399.676,78
339.534,04
494.370,12
375.359,50
304.484,18

1981/1982
1982/1983
1983/1984
1984/1985
1985/1986
1986/1987
1987/1988
1988/1989
1989/1990
1990/1991

8.200
5.950
6.000
7.900
16.900
13.665
11. 000
10.000
11.200

5.185
5.105
1. 965
4.788
5.539
7.332
12.319
8.835
8.693
7.355

397.000
350.000
250.000
330.000
330.000
600.000
573.000
500.000
466.000
400.000

320.004,71
271.442,92
129.712,82
243.060,43
218.141,81
424.260,06
524.499,93
445.305,51
410.360,74
419.094,52

1991/1992
1992/1993
1993/1994
1994/1995

7.751
6.509
5.473
5

Dokumen yang terkait

Perbandingan Bentuk Struktur Tegakan Hutan Bekas Tebangan pada Hutan Alam Tropika Dataran Rendah di Areal HPH Bekas PT. Kiani Lestari Kalimantan Timur

0 10 77

Model Penduga Riap Diameter Pohon Jenis Kapur (Dryobalanops spp) Pada Hutan Alam Bekas Tebangan (Studi Kasus di HPH PT.Sumalindo Lestari Jaya I - Kalimantan Timur)

0 9 69

Pengamatan Tegakan Tinggal Setelah Penebangan di PT Inhutani III, Sub Unit Malinau, Kalimantan Timur

0 7 72

Studi Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu dengan Teknik Pemanenan Kayu Berdampak Rendah dan Konvensional di Hutan Alam (Studi Kasus di Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

0 9 261

Keragaan Beberapa Sifat Dimensi Tegakan pada Hutan Rawa Gambut yang Dikelola dengan Sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) (Studi Kasus di Areal HPH PT. Inhutani II, Kalimantan Barat)

0 10 130

Model Penduga Riap Diameter Pohon Jenis Resak (Vatica rassak) pada Hutan Alam Bekas Tebangan (Studi Kasus Di HPH PT. Belayan River Timber, Kalimantan Timur)

0 9 66

Dampak Pemanenan Kayu Berdampak Rendah dan Konvensional Terhadap Kerusakan Tegakan Tinggal di Hutan Alam (Studi Kasus di Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

0 11 20

Suksesi Hutan Produksi dalam Sistem Silvikultur TPTI di Areal IUPHHK PT. INKANI Kalimantan Timur

0 4 89

Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu reduced inpact logging dan konvensional di hutan al;am tropika (Studi kasus di areal IUPHHK PT.INHUTANI II, Kalimantan Timur)

0 3 3

Riap Diameter Dan Volume Tegakan Hutan Alam Di Iuphhk-Ha Pt Gunung Gajah Abadi Kalimantan Timur

4 21 51