B. Penetapan Batas Daerah di Laut Secara Kartometrik
1. Menyiapkan Peta-peta Laut, Peta Lingkungan Laut Nasional Peta LLN dan Peta Lingkungan Pantai Indonesia Peta LPI.
2. Untuk Batas Provinsi menggunakan peta laut dan peta Lingkungan Laut Nasional, untuk batas daerah kabupaten
dan daerah kota gunakan peta laut dan peta Lingkungan Pantai Indonesia.
3. Menelusuri secara cermat cakupan daerah yang akan ditentukan batasnya. Perhatikan garis pantai yang ada,
pelajari kemungkinan penerapan garis dasar lurus dan garis dasar normal dengan memperhatikan panjang maksimum
yakni 12 mil laut.
4. Memberi tanda rencana titik awal yang akan digunakan. 5. Melihat peta laut dengan skala terbesar yang terdapat pada
daerah tersebut. Baca dan catat titik awal dengan melihat angka lintang dan bujur yang terdapat pada sisi kiri dan atas
atau sisi kanan dan bawah dari peta yang digunakan.
6. Mengeplot dalam peta titik-titik awal yang diperoleh dan menghubungkan titik-titik dimaksud untuk mendapatkan
garis dasar lurus yang tidak lebih dari 12 mil laut. 7. Menarik garis sejajar dengan garis dasar yang berjarak 12
mil laut atau sepertiganya. 8. Batas daerah di wilayah laut sudah tergambar beserta daftar
koordinat. 9. Membuat peta batas daerah di laut lengkap dengan daftar
koordinatnya yang akan ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri
C. Penegasan Batas Daerah di Laut melalui pengukuran di lapangan
1. Penelitian dokumen batas Kegiatan penelitian dokumen yang dimaksud pada tahapan
ini adalah mengumpulkan semua dokumen yang terkait dengan penentuan batas daerah di laut seperti : peta
administrasi daerah yang telah ada; peta batas daerah di laut yang pernah ada; dokumen sejarah dll.
2. Pelacakan batas Pelacakan batas dimaksud pada tahapan ini adalah kegiatan
secara fisik di lapangan untuk menyiapkan rencana titik acuan yang akan digunakan sebagai titik referensi. Sebagai
hasil kegiatan pelacakan ini dapat ditandai dengan dipasangnya titik referensi atau pilar sementara yang belum
ditentukan titik koordinatnya.
3. Pemasangan pilar di titik acuan Kegiatan pelacakan batas dapat dilakukan secara simultan
dengan tidak memasang pilar sementara tetapi pilar yang permanen. Untuk menjaga tetap posisi pilar ini, juga
dibangun 3 tiga pilar bantu. Setelah pilar dibangun, maka selanjutnya dilakukan pengukuran posisi dengan alat
penentu posisi satelit GPS yang kelompok titiknya diikatkan pada jaringan Titik Geodesi Nasional.
4. Penentuan titik awal dan garis dasar Tahap ini merupakan inti dari kegiatan pengukuran lapangan
dimana di dalamnya terdapat kegiatan untuk mendapatkan garis pantai melalui survei batimetri dan pengukuran pasang
surut.
Apabila sudah diperoleh garis pantai pada lokasi yang diperkirakan akan dapat ditentukan titik awal, maka
selanjutnya menentukan titik awal yang tepat. Contoh penentuan titik awal dapat dilihat pada gambar 2.
Dari beberapa titik awal yang telah diperoleh ditentukanlah garis dasar yang akan digunakan sebagai awal perhitungan
12 mil laut. Garis dasar tersebut dapat berupa garis dasar lurus yang berjarak tidak boleh lebih dari 12 mil laut atau
garis dasar normal yang berhimpit dengan garis kontur nol yang biasanya berbentuk kurva. Contoh penentuan titik awal
dan penarikan garis dasar dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Contoh penentuan titik awal dan garis dasar garis dasar lurus dan garis dasar normal
5. Pengukuran batas Dalam pengukuran batas terdapat tiga kondisi yang berbeda
yakni pantai yang bebas, pantai yang saling berhadapan dan pantai saling berdampingan.
Untuk pantai yang bebas pengukuran batas sejauh 12 mil laut dari garis dasar baik garis dasar lurus dan atau garis
dasar normal. Atau dengan kata lain membuat garis sejajar dengan garis
dasar yang berjarak 12 mil laut atau sesuai dengan kondisi yang ada. Pengukuran batas kondisi ini dapat dilihat pada
gambar 3.
Garis Dasar Lurus Garis Dasar Normal
Titik Awal
12 mil
Garis Pantai pada Peta Laut Garis Dasar
Titik Awal Titik Acuan
Titik Batas Zone Pasang
Surut
DAERAH A
DAERAH B
Gambar 3. Contoh penarikan garis batas bagi daerah yang berbatasan dengan laut lepas atau perairan kepulauan.
Untuk pantai yang saling berhadapan dilakukan dengan menggunakan prinsip garis tengah
median line. Pengukuran batas kondisi ini dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Contoh penarikan garis batas dengan metode garis tengah median line pada dua daerah yang berhadapan
Untuk pantai yang saling berdampingan dilakukan dengan menggunakan prinsip sama jarak. Pengukuran batas kondisi ini
dapat dilihat pada gambar 5.
DAERAH A
DAERAH B
Gambar 5. Contoh penarikan garis tengah dengan metode Ekuidistan pada dua daerah yang berdampingan
Untuk mengukur batas kewenangan pengelolaan wilayah laut pulau kecil yang berjarak lebih dari 2 kali 12 mil yang berada
dalam satu daerah provinsi, diukur secara melingkar dengan jarak 12 mil untuk laut provinsi dan sepertiganya merupakan
laut kabupaten dan kota. Pengukuran batas kondisi ini dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Contoh penarikan garis batas pada pulau kecil yang berjarak lebih dari 2 kali 12 mil namun berada dalam satu provinsi.
Untuk mengukur batas kewenangan pengelolaan wilayah laut pulau kecil yang berjarak kurang dari 2 kali 12 mil yang berada
dalam satu daerah provinsi, diukur secara melingkar dengan jarak 12 mil untuk laut provinsi dan sepertiganya merupakan
laut kabupaten dan kota. Pengukuran batas kondisi ini dapat dilihat pada gambar 7.
Pulau Kecil
12 mil
4 mil
24 mil
12 mil 4 mil
Gambar 7. Contoh penarikan garis batas pada pulau kecil yang berjarak kurang dari 2 kali 12 mil namun berada dalam satu
provinsi.
Untuk mengukur batas kewenangan pengelolaan wilayah laut pulau-pulau kecil yang berada dalam satu daerah provinsi,
diukur secara melingkar dengan jarak 12 mil untuk laut provinsi dan sepertiganya merupakan laut kabupaten dan kota.
Pengukuran batas kondisi ini dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Contoh penarikan garis batas pada pulau-pulau kecil yang berada dalam satu provinsi.
24 mil Pulau
Kecil
12 mil 4 mil
12 mil
4 mil
Pulau Kecil
4 mil 12 mil
24 mil
24 mil 12 mil
4 mil 8 mil
24 mil
Untuk mengukur batas kewenangan pengelolaan wilayah laut pulau kecil yang berada dalam daerah provinsi yang berbeda
dan berjarak kurang dari 2 kali 12 mil, diukur menggunakan prinsip garis tengah
median line. Pengukuran batas kondisi ini dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Contoh penarikan garis batas pada pulau kecil yang berjarak kurang dari 2 kali 12 mil dan berada pada provinsi yang
berbeda
= laut provinsi = laut kabupaten dan kota
= daratan
6. Pembuatan peta batas Dalam melakukan pembuatan peta batas daerah di wilayah
laut harus mengikuti spesifikasi teknis yang dijabarkan sebagai berikut :
a. Ellipsoida dan Proyeksi. Dalam pembuatan Peta Batas Daerah di wilayah laut dibuat dengan spesifikasi sebagai
berikut : Ellipsoida
: WGS-84 Proyeksi
: UTM Skala
: a
Peta Batas Daerah hasil penetapan secara Kartometris
- 1:500.000 untuk batas daerah provinsi
- 1:100.000 untuk batas daerah kabupaten
- 1:50.000 untuk batas daerah kota
b Peta Batas Daerah hasil penegasan dengan pengukuran
- 1:500.000 untuk batas daerah provinsi
- 1:100.000 untuk batas daerah kabupaten
- 1:50.000 untuk batas daerah kota
24 mil Prov.A
12 mil 4 mil
12 mil
4 mil
Prov. B
b. Ukuran dan Format Peta : 1 Ukuran peta ditentukan dengan ukuran standar peta
A0 2 Setiap lembar peta memuat satu wilayah provinsi
dengan mencakup provinsi tetangganya 3 Pada peta ditulis daftar koordinat geografis dan UTM
c. Macam Simbol dan Tata Letak Informasi Tepi: 1 Simbol batas daerah di laut disesuaikan dengan simbol
yang baku digunakan 2 Tata letak mengikuti ketentuan pembuatan peta yang
berlaku. d. Penyajian Informasi Peta: Pada peta batas daerah di
wilayah laut dicantumkan juga : 1 Nama personil pelaksana
2 Nama Tim Penegasan Batas Daerah 3 Kolom pengesahan
e. Proses Pembuatan Peta: Proses pembuatan peta dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
1 Proses kartografi a Perencanaan
b Persiapan c Pengumpulan data
d Rencana kompilasi e Kompilasi
f Penggambaran g Pemisahan warna
- lembar hitam
- lembar kuning
- lembar biru
- lembar magenta
2 Proses lithografi a Pembuatan plat cetak
- Plat untuk warna hitam
- Plat untuk warna kuning
- Plat untuk warna biru
- Plat untuk warna magenta
b Cetak coba c Koreksi dan perbaikan cetak coba
d Pencetakan
D. Spesifikasi Teknis Pengukuran dan PenentuanPemasangan Pilar Titik Acuan Batas