Kedua jenis asuransi ter sebut ber sifat wajib dan dibebankan

Laporan Tahun 2010 KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA - REPUBLIK INDONESIA Surat Nomor 47KIII2010 tanggal 6 April 2010 perihal kebijakan klaster perikanan tangkap KPPU memberikan saran kepada pemerintah agar: 1. Memperjelas dan mem- per tegas deinisi dan maksud dari penerapan kebijakan klaster perikanan, yang mengarahkan kebijakan klaster untuk men dekat kan pada porterian cluster, dengan fokus pada terciptanya keterpaduan antar industri terkait guna meningkatkan value added dan eisiensi di setiap lini industri. Dengan demikian maka menjadi jelas bahwa klaster yang dimaksud bukanlah klaster dalam pengertian ”pengavlingan” wilayah laut yang dikelola oleh pelaku usaha secara ekslusif.

2. Membuat regulasi yang ketat terhadap kebijakan

perikanan, untuk menghindarkan terjadinya praktek jual beli izin KPPU menemukan fakta bahwa beberapa pengaturan dalam Permen No. 5 tahun 2009 tentang usaha Perikanan Tangkap berpotensi bertentangan dengan prinsip persaingan usaha yang sehat, antara lain: 1. Berpotensi menimbulkan market foreclosure 2. Menciptakan posisi dominan bagi pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha tertentu

3. Menyerahkan fungsi pengawasan, pembinaan dan

seleksi pelaku usaha di sektor industri tersebut oleh penerima hak monopolieksklusif yang seharusnya tetap menjadi kewenangan Pemerintah.

4. Berpotensi dimanfaatkan pelaku usaha untuk mencari

keuntungan melalui licence transfer atau penjualan hak eksklusif tersebut.

5. Pemberian hak monopoli kepada satu atau beberapa

No. Tgl. Surat Tujuan Surat Sumber, Materi Kebijakan, dan Isu Persaingan Usaha Isi Saran Pertimbangan Keterangan 5. ke tidaksebandingan bargaining position antara pelaku usaha ritel modern dengan pemasok. Setelah KPPU melakukan analisis ter hadap implementasi Peraturan Presiden No 1122007 dan Peraturan Menteri Perdagangan No 532008, dapat disimpulkan bahwa tidak efektifnya kedua peraturan tersebut bersumber dari: 1. Tidak adanya sanksi yang keras dan tegas terhadap pelaku usaha yang melanggar kedua peraturan tersebut;

2. Tidak jelasnya penegakan hukum bagi pelanggar kedua

peraturan tersebut;

3. Terdapat kekurangan dalam regu- lasi sehingga masih terdapat celah

untuk tindakan eksploitatif yang dilakukan oleh pelaku usaha ritel modern. sehingga landasan hukum dalam pengaturan industri ini menjadi kuat dan menciptakan kesejahteraan masyarakat secara optimal. Undang- Undang yang akan dibentuk tersebut hendaknya juga mengakomodasi saran yang tertuang dalam Perkara KPPU No. 09KPPU-L2009. Sementara itu, terkait dengan lem baga penegakan hukum dari Undang-undang yang mengakomodasi peng aturan tersebut, dengan berbasiskan best practices di beberapa negara khususnya Jepang dan Korea Sela tan, maka diusulkan agar KPPU menjadi lembaga penegak hukum dari regulasi tersebut.