Potensi Mikrob Kaya Selenium Terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus

1

POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM
TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE DAN
HIPERPLASIA AMBING TIKUS

ANIZA YUARNI

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

2

ABSTRAK
ANIZA YUARNI. Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation
Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus. Dibimbing oleh I MADE ARTIKA
dan NOVIK NURHIDAYAT.
Kanker payudara merupakan masalah kesehatan utama dan penyebab

kematian kedua pada wanita. Di Indonesia, angka kematian akibat kanker
payudara cenderung meningkat setiap tahun. Selenium (Se) merupakan senyawa
mikro esensial yang memiliki fungsi penting dalam berbagai reaksi biokimia,
diantaranya sebagai kofaktor glutation peroksidase (GPx). Enzim ini berfungsi
sebagai pemburu radikal bebas sehingga dapat menghambat pertumbuhan kanker.
Khamir dan bakteri termofil yang hidup di daerah vulkanis memiliki kandungan
Se tinggi karena merupakan “mikrob akumulator Se”.
Sebanyak 30 ekor tikus putih betina berumur 40 hari dibagi 3 kelompok.
Selama 12 hari diaklimatisasi, kelompok 2 dicekok ekstrak Se-bakteri, kelompok
3 ekstrak Se-khamir, sedangkan kelompok 1 hanya air karena merupakan kontrol.
Umur 50 hari, tikus disuntik karsinogen N-metil-N-nitrosourea (MNU) 50 mg/kg
BB secara intraperitonial, lalu perlakuan dilanjutkan. Pengukuran bobot badan
serta analisis GPx plasma tikus dilakukan secara periodik. Setelah 9 minggu, tikus
dibunuh untuk analisis histopatologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas GPx tikus yang diberi ekstrak
bakteri maupun khamir lebih rendah dibandingkan kontrol. Analisis histopatologi
menunjukkan tidak ada asosiasi antar perlakuan terhadap jumlah kelenjar dan
indeks mitosis. Simpulan penelitian ini ialah suplementasi ekstrak mikrob kaya-Se
berpengaruh nyata terhadap aktivitas GPx, namun tidak berpengaruh terhadap
hiperplasia ambing tikus.


3

ABSTRACT
ANIZA YUARNI. Potency of Rich-Selenium Microbe in Glutathione Peroxidase
Activity and Mammary Rat Hyperplasia. Under the direction of I MADE
ARTIKA and NOVIK NURHIDAYAT.
Breast cancer is a major public health problem and the second death
causing in women. In Indonesia, the death rate due to the incidence of breast
cancer increases every year. Selenium (Se) is an essential trace element which has
many important roles in biochemical reaction; one is as co-factor of glutathione
peroxidase (GPx). The function of this enzyme is as a free-radical scavenger
which may inhibit cancer development. Yeast and thermopiles bacteria living in
volcanic area have high level of selenium; it is because they are “accumulator Se
microbes”.
As much as 30 female rats at 40 days of age were divided into three
groups. During 12 days acclimatized, the 2nd group was fed orally with Se-rich
bacteria extract, the 3rd group was fed orally with Se-rich yeast extract, but the 1st
group was only fed orally with water because it is a control group. At 50 days of
age, all of rats were injected intraperitoneally with N-methyl-N-nitrosourea

(MNU) carcinogen at single dose of 50 mg/kg BW; then the experiment
continued. Body weight and plasma GPx analysis were monitored periodically.
After 9 weeks, all rats were sacrificed for histopathological examination.
The result showed that the GPx activity of rats which fed orally with both
Se-rich bacteria and yeast extract was lower than control rats. Histopathological
analysis showed that there were no association within groups in quantity of gland
and mitotic index. The conclusion of this research is supplementation of Se-rich
microbe extract had significant influences in GPx activity, but had no significant
influences in hyperplasia of mammary rats.

4

POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM
TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE
DAN HIPERPLASIA AMBING TIKUS

ANIZA YUARNI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

5

Judul Skripsi : Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation
Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus
Nama
: Aniza Yuarni
NIM
: G44102049

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr. I Made Artika, M.App.Sc.
Ketua

Dr. Novik Nurhidayat
Anggota

Diketahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP. 131 473 999

Tanggal Lulus:

6

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Program Studi
Biokimia FMIPA IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2006 hingga
Januari 2007 bertempat di Laboratorium Biosistematika dan Genetika Mikrob
Bidang Mikrobiologi Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor serta di Laboratorium
Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan judul Potensi Mikrob Kaya
Selenium terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing
Tikus.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dr. I Made Artika, M.App.Sc selaku pembimbing utama, Dr. Novik Nurhidayat
selaku pembimbing kedua, serta drh. Bambang Pontjo P, MS., PhD selaku ahli
patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB; rekan seperjuangan Andri Permata
Sari; Ir. Sri Hartin Rahaju, Ratih Mellina Dewi, S.Si, Esti Dwi Rahayu,S.Si, Pak
Indarto, Mas Yogy, Pak Kasnadi, Pak Endang, Pak Soleh, serta seluruh staf
maupun peneliti Bidang Mikrobiologi LIPI dan Departemen Patologi FKH-IPB
atas bimbingan dan kerjasama yang sangat baik. Penulis juga mengucapkan terima
kasih banyak kepada sahabat: Meta, Rita, Andri, Fitri, Bugi, Nita, Iren, Ika, Adel;
atas semua bantuan dan semangat yang diberikan untuk penulis. Tidak lupa pula
penulis sampaikan terima kasih yang tulus dan tak hingga kepada keluarga
tercinta: mama, papa, kak Sari, Dery, Erma, serta Heru atas kasih sayang, doa, dan

dukungannya yang tiada henti. Hidup menjadi lebih berarti dengan kehadiran
kalian semua.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
dari berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bogor, Januari 2007

Aniza Yuarni

7

RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Aniza Yuarni dilahirkan pada tanggal 31
Agustus 1984 di Jakarta dari bapak Drs. H. Gunarwan, MM dan ibu Hj. Siti
Latifah, S.Sos. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.
Tahun 2002, penulis yang merupakan lulusan SMUN 47 Jakarta diterima
di Program Studi Biokimia IPB melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB). Pada tahun 2005, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bidang Mikrobiologi,

Pusat Penelitian Biologi, Kebun Raya Bogor.
Selama kuliah, penulis pernah menjabat sebagai Staf Departemen
Pengembangan Bahasa Inggris di Ikatan Mahasiswa Kimia (IMASIKA) IPB
periode 2003/2004, menjadi asisten praktikum Biologi Dasar untuk mahasiswa
Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun ajaran 2005/2006 dan asisten
Biokimia Fisik untuk mahasiswa S1 Biokimia pada tahun ajaran 2005/2006,
menjadi panitia di berbagai kegiatan kampus, serta mengikuti berbagai seminar
yang diadakan di kampus.

8

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

ix

PENDAHULUAN ...........................................................................................


1

TINJAUAN PUSTAKA
Kanker Payudara ......................................................................................
Bakteri Termofil .......................................................................................
Khamir .....................................................................................................
Selenium ...................................................................................................
Glutation Peroksidase ...............................................................................
N-metil-N-nitrosourea ..............................................................................

1
2
3
3
4
4

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat .........................................................................................

Metode ......................................................................................................
Analisis Statistik ......................................................................................

5
5
7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bakteri Termofil dan Khamir ...................................................................
Produksi Biomassa dan Ekstraksi Pelet ...................................................
Pencekokan Ekstrak Mikrob Kaya-Se .....................................................
Pengambilan Sampel Darah Tikus dan Analisis GPx ..............................
Histopatologi ............................................................................................

7
7
8
8
9


SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11
LAMPIRAN ...................................................................................................... 13

9

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Data statistik rerata aktivitas GPx ................................................................

9

2 Persentase skor jumlah kelenjar pada tiap perlakuan ................................... 10
3 Persentase skor indeks mitosis pada tiap perlakuan ..................................... 10

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagian payudara wanita dan penampang duktus normal .............................

2

2 Sel kanker pada kelenjar payudara wanita ...................................................

2

3 Bakteri termofil 14Ka ..................................................................................

7

4 Khamir 15b ..................................................................................................

7

5 Kebotakan pada tikus yang diberi Se-khamir ..............................................

8

6 Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan
nilai rerata aktivitas GPx (IU/mL) ...............................................................

9

7 Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan
nilai rerata bobot badan tikus (g) ..................................................................

9

10

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Proses umum penelitian .............................................................................. 14
2 Urutan basa Ha-ras dan c-Ki-ras ................................................................. 15
3 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H0 ...................... 16
4 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H1 ...................... 17
5 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H2 ...................... 18
6 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H3 ...................... 19
7 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H4 ...................... 20
8 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H5 ...................... 21
9 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H6 ...................... 22
10 Data bobot badan tikus saat pengambilan darah ......................................... 23
11 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada aktivitas GPx ............................ 24
12 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada bobot badan tikus
H-0, 24, dan 48 ............................................................................................ 26
13 Analisis statistik bobot badan tikus H-12, 37, 62, dan 73 ........................... 26
14 Data nilai kuantitatif pada analisis histopatologi ........................................ 27
15 Hasil pengamatan histopatologi ambing tikus dengan pewarnaan
Haematoxylin-Eosin (HE) ........................................................................... 29

1

POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM
TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE DAN
HIPERPLASIA AMBING TIKUS

ANIZA YUARNI

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

2

ABSTRAK
ANIZA YUARNI. Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation
Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus. Dibimbing oleh I MADE ARTIKA
dan NOVIK NURHIDAYAT.
Kanker payudara merupakan masalah kesehatan utama dan penyebab
kematian kedua pada wanita. Di Indonesia, angka kematian akibat kanker
payudara cenderung meningkat setiap tahun. Selenium (Se) merupakan senyawa
mikro esensial yang memiliki fungsi penting dalam berbagai reaksi biokimia,
diantaranya sebagai kofaktor glutation peroksidase (GPx). Enzim ini berfungsi
sebagai pemburu radikal bebas sehingga dapat menghambat pertumbuhan kanker.
Khamir dan bakteri termofil yang hidup di daerah vulkanis memiliki kandungan
Se tinggi karena merupakan “mikrob akumulator Se”.
Sebanyak 30 ekor tikus putih betina berumur 40 hari dibagi 3 kelompok.
Selama 12 hari diaklimatisasi, kelompok 2 dicekok ekstrak Se-bakteri, kelompok
3 ekstrak Se-khamir, sedangkan kelompok 1 hanya air karena merupakan kontrol.
Umur 50 hari, tikus disuntik karsinogen N-metil-N-nitrosourea (MNU) 50 mg/kg
BB secara intraperitonial, lalu perlakuan dilanjutkan. Pengukuran bobot badan
serta analisis GPx plasma tikus dilakukan secara periodik. Setelah 9 minggu, tikus
dibunuh untuk analisis histopatologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas GPx tikus yang diberi ekstrak
bakteri maupun khamir lebih rendah dibandingkan kontrol. Analisis histopatologi
menunjukkan tidak ada asosiasi antar perlakuan terhadap jumlah kelenjar dan
indeks mitosis. Simpulan penelitian ini ialah suplementasi ekstrak mikrob kaya-Se
berpengaruh nyata terhadap aktivitas GPx, namun tidak berpengaruh terhadap
hiperplasia ambing tikus.

3

ABSTRACT
ANIZA YUARNI. Potency of Rich-Selenium Microbe in Glutathione Peroxidase
Activity and Mammary Rat Hyperplasia. Under the direction of I MADE
ARTIKA and NOVIK NURHIDAYAT.
Breast cancer is a major public health problem and the second death
causing in women. In Indonesia, the death rate due to the incidence of breast
cancer increases every year. Selenium (Se) is an essential trace element which has
many important roles in biochemical reaction; one is as co-factor of glutathione
peroxidase (GPx). The function of this enzyme is as a free-radical scavenger
which may inhibit cancer development. Yeast and thermopiles bacteria living in
volcanic area have high level of selenium; it is because they are “accumulator Se
microbes”.
As much as 30 female rats at 40 days of age were divided into three
groups. During 12 days acclimatized, the 2nd group was fed orally with Se-rich
bacteria extract, the 3rd group was fed orally with Se-rich yeast extract, but the 1st
group was only fed orally with water because it is a control group. At 50 days of
age, all of rats were injected intraperitoneally with N-methyl-N-nitrosourea
(MNU) carcinogen at single dose of 50 mg/kg BW; then the experiment
continued. Body weight and plasma GPx analysis were monitored periodically.
After 9 weeks, all rats were sacrificed for histopathological examination.
The result showed that the GPx activity of rats which fed orally with both
Se-rich bacteria and yeast extract was lower than control rats. Histopathological
analysis showed that there were no association within groups in quantity of gland
and mitotic index. The conclusion of this research is supplementation of Se-rich
microbe extract had significant influences in GPx activity, but had no significant
influences in hyperplasia of mammary rats.

4

POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM
TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE
DAN HIPERPLASIA AMBING TIKUS

ANIZA YUARNI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

5

Judul Skripsi : Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation
Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus
Nama
: Aniza Yuarni
NIM
: G44102049

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. I Made Artika, M.App.Sc.
Ketua

Dr. Novik Nurhidayat
Anggota

Diketahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP. 131 473 999

Tanggal Lulus:

6

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Program Studi
Biokimia FMIPA IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2006 hingga
Januari 2007 bertempat di Laboratorium Biosistematika dan Genetika Mikrob
Bidang Mikrobiologi Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor serta di Laboratorium
Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan judul Potensi Mikrob Kaya
Selenium terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing
Tikus.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dr. I Made Artika, M.App.Sc selaku pembimbing utama, Dr. Novik Nurhidayat
selaku pembimbing kedua, serta drh. Bambang Pontjo P, MS., PhD selaku ahli
patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB; rekan seperjuangan Andri Permata
Sari; Ir. Sri Hartin Rahaju, Ratih Mellina Dewi, S.Si, Esti Dwi Rahayu,S.Si, Pak
Indarto, Mas Yogy, Pak Kasnadi, Pak Endang, Pak Soleh, serta seluruh staf
maupun peneliti Bidang Mikrobiologi LIPI dan Departemen Patologi FKH-IPB
atas bimbingan dan kerjasama yang sangat baik. Penulis juga mengucapkan terima
kasih banyak kepada sahabat: Meta, Rita, Andri, Fitri, Bugi, Nita, Iren, Ika, Adel;
atas semua bantuan dan semangat yang diberikan untuk penulis. Tidak lupa pula
penulis sampaikan terima kasih yang tulus dan tak hingga kepada keluarga
tercinta: mama, papa, kak Sari, Dery, Erma, serta Heru atas kasih sayang, doa, dan
dukungannya yang tiada henti. Hidup menjadi lebih berarti dengan kehadiran
kalian semua.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
dari berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bogor, Januari 2007

Aniza Yuarni

7

RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Aniza Yuarni dilahirkan pada tanggal 31
Agustus 1984 di Jakarta dari bapak Drs. H. Gunarwan, MM dan ibu Hj. Siti
Latifah, S.Sos. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.
Tahun 2002, penulis yang merupakan lulusan SMUN 47 Jakarta diterima
di Program Studi Biokimia IPB melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB). Pada tahun 2005, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bidang Mikrobiologi,
Pusat Penelitian Biologi, Kebun Raya Bogor.
Selama kuliah, penulis pernah menjabat sebagai Staf Departemen
Pengembangan Bahasa Inggris di Ikatan Mahasiswa Kimia (IMASIKA) IPB
periode 2003/2004, menjadi asisten praktikum Biologi Dasar untuk mahasiswa
Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun ajaran 2005/2006 dan asisten
Biokimia Fisik untuk mahasiswa S1 Biokimia pada tahun ajaran 2005/2006,
menjadi panitia di berbagai kegiatan kampus, serta mengikuti berbagai seminar
yang diadakan di kampus.

8

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

ix

PENDAHULUAN ...........................................................................................

1

TINJAUAN PUSTAKA
Kanker Payudara ......................................................................................
Bakteri Termofil .......................................................................................
Khamir .....................................................................................................
Selenium ...................................................................................................
Glutation Peroksidase ...............................................................................
N-metil-N-nitrosourea ..............................................................................

1
2
3
3
4
4

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat .........................................................................................
Metode ......................................................................................................
Analisis Statistik ......................................................................................

5
5
7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bakteri Termofil dan Khamir ...................................................................
Produksi Biomassa dan Ekstraksi Pelet ...................................................
Pencekokan Ekstrak Mikrob Kaya-Se .....................................................
Pengambilan Sampel Darah Tikus dan Analisis GPx ..............................
Histopatologi ............................................................................................

7
7
8
8
9

SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11
LAMPIRAN ...................................................................................................... 13

9

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Data statistik rerata aktivitas GPx ................................................................

9

2 Persentase skor jumlah kelenjar pada tiap perlakuan ................................... 10
3 Persentase skor indeks mitosis pada tiap perlakuan ..................................... 10

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagian payudara wanita dan penampang duktus normal .............................

2

2 Sel kanker pada kelenjar payudara wanita ...................................................

2

3 Bakteri termofil 14Ka ..................................................................................

7

4 Khamir 15b ..................................................................................................

7

5 Kebotakan pada tikus yang diberi Se-khamir ..............................................

8

6 Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan
nilai rerata aktivitas GPx (IU/mL) ...............................................................

9

7 Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan
nilai rerata bobot badan tikus (g) ..................................................................

9

10

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Proses umum penelitian .............................................................................. 14
2 Urutan basa Ha-ras dan c-Ki-ras ................................................................. 15
3 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H0 ...................... 16
4 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H1 ...................... 17
5 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H2 ...................... 18
6 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H3 ...................... 19
7 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H4 ...................... 20
8 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H5 ...................... 21
9 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H6 ...................... 22
10 Data bobot badan tikus saat pengambilan darah ......................................... 23
11 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada aktivitas GPx ............................ 24
12 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada bobot badan tikus
H-0, 24, dan 48 ............................................................................................ 26
13 Analisis statistik bobot badan tikus H-12, 37, 62, dan 73 ........................... 26
14 Data nilai kuantitatif pada analisis histopatologi ........................................ 27
15 Hasil pengamatan histopatologi ambing tikus dengan pewarnaan
Haematoxylin-Eosin (HE) ........................................................................... 29

1

PENDAHULUAN
Saat ini, kanker masih merupakan salah
satu penyebab kematian terbesar di dunia.
Bagi wanita, kanker payudara merupakan
masalah kesehatan yang utama dan
merupakan penyebab kematian kedua. Setiap
tahun, sekitar 910 000 orang di dunia
menderita kanker payudara dan yang
meninggal sekitar 376 000 orang. Di
Indonesia, angka kematian akibat kanker
payudara
setiap
tahunnya
cenderung
meningkat (Wijayakusuma 2004). Selama ini,
cara
yang
umum
digunakan
untuk
mengobati kanker ialah operasi dan
kemoterapi, namun tidak semua orang
mampu untuk itu. Oleh karena itu, pola
pikir masyarakat yang semakin berkembang
saat ini menuntut untuk kembali pada
prinsip “mencegah lebih baik daripada
mengobati”.
Kanker
merupakan
sel
yang
pertumbuhannya tidak terkontrol dan dapat
menyebar pada hampir semua jaringan tubuh.
Kanker disebabkan oleh kerusakan genetik
pada sel sehingga mencegah sel tersebut
melakukan kontrol seperti layaknya sel
normal. Kanker menyebar ketika sel yang
terinduksi memperbanyak diri dengan cepat
dan menyebabkan tumor pada derajat yang
bervariasi. World Health Organization
(WHO) melaporkan bahwa lebih dari 10 juta
orang setiap tahunnya diperkirakan mengidap
kanker (Abdullah, in press). Hal ini yang
mendorong para ilmuwan untuk terus mencari
senyawa alami, baik yang terdapat dalam
tanaman maupun mikrob, yang memiliki efek
chemopreventive
(menghambat
kanker)
seperti senyawa yang mengandung Selenium
(Se).
Selenium merupakan senyawa mikro
esensial yang dibutuhkan dalam tubuh
karena memiliki fungsi penting dalam
berbagai reaksi biokimia, salah satunya
ialah sebagai sisi aktif dari enzim glutation
peroksidase (GPx). Selenium yang terkandung
dalam GPx berada dalam bentuk selenosistein.
Enzim ini berfungsi sebagai pemburu
radikal bebas dengan cara mereduksi
senyawa
peroksida
sehingga
dapat
menurunkan radikal bebas dalam tubuh serta
menghambat timbul dan berkembangnya
kanker (Zaltzber 1999).
Selenium memiliki sifat kimia yang mirip
dengan sulfur (belerang). Kedua senyawa ini
banyak terkandung di daerah gunung berapi,
baik di dalam tanah vulkanis maupun di dalam
kawahnya. Defisiensi Se dapat menyebabkan

terganggunya
penglihatan,
rendahnya
kemampuan reproduksi, bahkan kematian
dini. Kelebihan Se juga dapat menyebabkan
keracunan. Oleh karena itu, Se harus
dikonsumsi dengan kadar yang sesuai
(Lobinski et al. 2000).
Khamir dan bakteri termofilik yang hidup
di daerah vulkanis memiliki kandungan Se
yang tinggi karena keduanya merupakan
“mikrob akumulator Se” sehingga dapat
menyerap kandungan Se dari lingkungan dan
mengakumulasinya. Pada penelitian ini,
sejumlah tikus putih betina galur SpragueDawley yang diinduksi dengan N-metil-Nnitrosourea (MNU) akan dicekok ekstrak
mikrob kaya-Se sebelum dan setelah induksi
karsinogen hingga 9 minggu, lalu dilakukan
pengukuran GPx plasma tikus setiap 12 hari
dan analisis histopatologi sebagai parameter
kanker.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh
pemberian
ekstrak
bakteri
maupun khamir kaya-Se terhadap aktivitas
glutation
peroksidase
serta
gambaran
hiperplasia ambing tikus putih betina galur
Sprague-Dawley yang diinduksi dengan
karsinogen MNU. Hipotesis penelitian ini
ialah selenium yang terdapat dalam ekstrak
mikrob kaya-Se berpengaruh terhadap
aktivitas enzim GPx dan gambaran
hiperplasia ambing tikus betina. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai potensi ekstrak mikrob
kaya-Se terhadap aktivitas GPx dan gambaran
hiperplasia ambing tikus.

TINJAUAN PUSTAKA
Kanker Payudara
Tumor adalah pembengkakan di dalam
tubuh
yang
disebabkan
oleh
perkembangbiakan sel-sel secara abnormal.
Tumor yang bersifat jinak (benigna) tumbuh
membesar, tetapi tidak menyebar atau
menggerogoti jaringan tubuh lainnya. Tumor
yang bersifat ganas (maligna) disebut kanker
yang menyerang seluruh tubuh dan tidak
terkendali. Sel-sel kanker berkembang dengan
cepat. Sel-sel tersebut merusak dan
menyerang jaringan tubuh melalui aliran
darah dan pembuluh getah bening sehingga
dapat tumbuh dan berkembang di tempat baru
(Wijayakusuma 2004).
Kanker payudara ialah suatu penyakit
yang sel kankernya (malignan) ditemukan
pada jaringan-jaringan payudara. Tiap

2

payudara memiliki 15-20 bagian yang
disebut lobus, yang memiliki banyak
bagian-bagian kecil yang disebut lobulus
(kelenjar payudara, tempat diproduksinya
susu). Tiap segmen dihubungkan dengan
saluran tipis yang disebut duktus (Gambar 1).
Kanker duktal, yang menyerang sel duktus,
merupakan tipe kanker payudara yang
paling umum. Kanker lobular dimulai dari
lobus atau lobulus payudara (Hoffmann
2003).
Kanker payudara (karsinoma payudara)
sering terjadi pada wanita, meskipun pria juga
dapat menderita kanker ini tetapi kasusnya
jarang terjadi. Frekuensi kanker payudara
relatif tinggi. Di negara maju merupakan yang
terbanyak, sedangkan di Indonesia berada
urutan kedua setelah kanker serviks uteri.
Kanker ini lebih sering terjadi pada wanita
berusia 40 tahun ke atas dan lebih banyak
menyerang payudara sebelah kiri di bagian
atas dekat lengan (Gambar 2) (Wijayakusuma
2004).
Wanita yang termasuk golongan resiko
tinggi terkena kanker payudara ialah yang
memiliki keluarga yang menderita kanker
payudara, wanita yang belum pernah hamil
dan melahirkan serta tidak menyusui,
kehamilan pertama terjadi setelah berumur 35
tahun, siklus menstruasi yang panjang
(mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun
dan menopause lebih dari 50 tahun), pernah
mendapat terapi hormon dalam jangka
panjang, pernah mendapat radiasi pada
payudara, mengalami trauma pada payudara,
serta wanita yang sebelumnya pernah
menderita karsinoma pada salah satu
payudara, tumor jinak payudara, kanker
endometrial, maupun kanker ovarium
(Hoffmann 2003).

Gambar 1 Bagian-bagian payudara wanita
dan penampang sel duktus normal.

Gambar 2 Kanker payudara pada wanita.
Struktur payudara pada wanita memiliki
kemiripan dengan struktur payudara mamalia
lainnya. Pada penelitian pra-klinis kanker
payudara, biasanya digunakan tikus putih
sebagai hewan model, karena ambing tikus
telah terbukti memiliki kemiripan morfologis
dan genetik yang tinggi dengan manusia.
Selain itu, tikus betina juga memiliki hormonhormon wanita, seperti estrogen dan
progesteron, sehingga kondisi fisiologisnya
juga memiliki kemiripan (Lu dan Archer
1992; Mehta dalam Mostböck 2003).
Bakteri Termofil
Secara umum, bakteri merupakan sel
prokariotik yang khas, uniseluler dan di dalam
sitoplasma tidak terdapat struktur yang
terbatasi membran. Bakteri tergolong dalam
kelas Schizomycetes (pemecahan dari fungi)
dengan diameter sekitar 0.5-1.0 µm dan
panjangnya 1.5-2.5 µm (Cliffon 1958).
Bakteri memiliki tiga bentuk umum, yaitu
kokus, basil, dan spiral. Dalam penataannya,
bakteri dapat terlihat sebagai individu yang
terpisah, dua individu yang saling melekat,
atau beberapa individu saling melekat
berbentuk rantai maupun anggur. Reproduksi
utamanya
dengan
pembelahan
biner
sederhana, yaitu suatu proses aseksual
(Pelczar dan Chan 1986).
Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi
oleh enam faktor. Pertama, faktor nutrisi
dalam bentuk zat-zat kimiawi meliputi
karbon, nitrogen, belerang, unsur logam,
vitamin, dan air. Kedua, suhu optimum yang
diperlukan untuk pertumbuhan (T: ± 37 °C).
Ketiga, pH optimum yang berkisar antara 6.87.0. Keempat, faktor oksigen meliputi aerob
dan anaerob. Kelima, faktor zat kimia yang
meliputi antiseptik, disinfektan, fenol, dan
alkohol. Keenam, cahaya yang baik untuk
pertumbuhan bakteri yaitu dalam keadaan
gelap (Pelczar dan Chan 1986).

3

Berdasarkan
suhu
pertumbuhannya,
bakteri dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu
bakteri psikrofil yang dapat tumbuh pada suhu
-3 °C hingga suhu 20 °C, bakteri mesofil yang
dapat tumbuh pada suhu 13-45 °C, dan bakteri
termofil yang tumbuh pada suhu 42-80 °C
atau lebih. Bakteri yang memiliki suhu
optimum pertumbuhan di atas 80 °C disebut
bakteri hipertermofil (Edward 1990).
Bakteri termofil tersebar luas di bumi dan
dapat diisolasi dari berbagai lingkungan yang
mendapat panas berkala seperti tanah,
kompos, dan sejenisnya. Sementara itu,
bakteri hipertermofil hanya tumbuh pada
lingkungan yang sangat panas, termasuk
sumber air panas serta gunung laut aktif yang
lava dari gunung berapinya mengalir langsung
ke dasar laut (Brock 1994).
Menurut Ocampo (2005), bakteri termofil
dapat hidup pada suhu yang ekstrim karena
memiliki
banyak
protein
disulfida
oksidoreduktase (PDO), yaitu protein dengan
banyak ikatan disulfida. Protein ini tidak
ditemukan pada prokariot lain. Protein ini
berperan dalam meningkatkan stabilitas dan
ketahanan bakteri termofil terhadap panas.
Selain itu, bakteri termofil juga memiliki
extremozyme, yaitu enzim yang mampu
bekerja pada suhu yang sangat tinggi. Asam
amino pada ekstremozim ini memiliki trik
khusus untuk mengencangkan pilinan dan
mempertahankan struktur tiga dimensi pada
suhu yang sangat panas, sementara asam
amino pada enzim lain akan terurai dan tidak
dapat bekerja lagi.
Khamir
Khamir
merupakan
mikroorganisme
eukariotik uniseluler yang diklasifikasikan
dalam kingdom Fungi. Suhu optimum
pertumbuhannya ialah 20-30 °C dengan pH
optimum 4,5-6,5. Khamir bersifat fakultatif,
artinya dapat hidup pada keadaan aerobik
maupun anaerobik, meskipun kebanyakan
khamir bersifat aerobik. Khamir dapat
bereproduksi secara seksual maupun aseksual,
namun umumnya berkembang biak secara
seksual (Kobayashi 1990).
Pada umumnya, sel khamir lebih besar
daripada bakteri, lebarnya sekitar 1-5 µm dan
panjangnya 5-30 µm. Bentuknya dapat
menyerupai telur (ovoid), bola (spheroid),
silinder (cylindrical), lengkung (ogival),
segitiga (triangular), botol (flask shapped),
dan elips. Khamir tidak dilengkapi dengan
flagela maupun alat gerak lain (Pelczar dan
Chan 1986).

Khamir memiliki banyak kegunaan,
diantaranya untuk menghasilkan produk
berupa asam organik, alkohol, antibiotik,
pigmen, vitamin, enzim, serta zat aditif pada
pembuatan bahan pangan seperti roti, kue, dan
keju. Khamir juga dapat berperan sebagai
penghasil protein sel tunggal (PST) untuk
dikonsumsi manusia dan sebagai pakan ternak
(Landecker 1996).
Khamir yang hidup pada daerah vulkanis
yang kaya selenium mempunyai kemampuan
untuk menyerap dan mengakumulasi Se
(Beatriz 1997). Sebagian besar Se pada Sekhamir berada dalam bentuk selenometionin
(85%) (Ip et al. 2000). Senyawa Se lainnya
yang ditemukan ialah selenodiglutation,
selenosistein, dan senyawa minor lainnya
yang tidak teridentifikasi (Korhola, Vainio,
Edelmann dalam Reed dan Tilak 1991).
Khamir yang hidup di bawah defisiensi
belerang dapat menggunakan selenium
sebagai pengganti belerang karena adanya
kemiripan antara metabolisme belerang
dengan selenium pada khamir (Reed dan Tilak
1991). Suplementasi khamir kaya-Se dengan
kadar Se organik yang tinggi mampu
memperbaiki defisiensi Se pada masyarakat
yang tinggal di wilayah dengan kadar Se
rendah. Selain itu, suplementasi khamir kayaSe pada masyarakat juga mampu menurunkan
hampir 50% kematian dan penyakit semua
kanker (Clark et al. dalam Reed dan Tilak
1991).
Selenium
Selenium (Se) merupakan unsur mikro
esensial bagi nutrisi hewan dan manusia.
Selenium pertama kali ditemukan oleh
Berzelius pada tahun 1917 sebagai senyawa
yang toksik. Nama selenium berasal dari
bahasa Yunani, yaitu selene, yang artinya
bulan (http://www.vanderkroft.net/elements/
dalam
El-Bayoumy
2004).
Selenium
merupakan senyawa yang berpotensi dalam
melindungi manusia dari kanker. Makanan
yang mengandung Se pada kadar yang
mendekati toksisitas efektif dalam mereduksi
beberapa tipe kanker pada hewan (Schrauzer
et al. dalam Abdullah, in press).
Selenium terdapat dalam bentuk organik
(seperti selenometionin dan selenosistein)
maupun anorganik (seperti selenit dan
selenat). Penyerapan Se ke jaringan-jaringan
organ sangat rendah, namun Se yang terikat
dengan senyawa organik bergabung ke dalam
jaringan tubuh tujuh kali lebih cepat
dibandingkan dengan Se anorganik. Absorpsi

4

selenometionin dan selenit ialah 75% dan
45%. Penyerapan selenometionin oleh usus
halus, cecum, dan kolon manusia lebih cepat
secara nyata dibandingkan dengan penyerapan
selenit anorganik (Robinson et al. dalam Reed
dan Tilak 1991).
Selenometionin adalah bentuk Se organik
yang paling dominan pada khamir, bakteri,
dan tanaman. Strukturnya mirip metionin,
hanya saja gugus S pada metionin diganti
dengan gugus Se. Sementara itu, selenosistein
dibentuk dari hasil konversi selenometionin
pada jaringan mamalia (Lobinski et al. 2000).
Selenosistein (Sec) memiliki struktur yang
serupa dengan sistein, dengan sebuah atom Se
menggantikan sulfur (belerang). Protein yang
mengandung
selenosistein
disebut
selenoprotein.
Selenoprotein
dapat
disubgolongkan menjadi lima kelompok
berdasarkan lokasi selenosistein dalam
polipeptida selenoprotein, yaitu glutation
peroksidase
(GPx),
selenoprotein
P,
selenoprotein W dan R, tioredoksin reduktase
(TrxR),
serta
iodotironin
deiodinase
(Abdullah, in press).
Masyarakat yang tinggal di wilayah yang
miskin-Se memiliki asupan Se yang rendah
pula. Berdasarkan studi literatur dari
http://www.exrx.net/Nutrition/Antioxidants/S
elenium.html, defisiensi selenium dapat
menyebabkan otot pegal, lemah, kehilangan
pigmen rambut dan kuku, bahkan penyakit
Keshan dan kanker. Sementara itu, toksisitas
Se dapat menyebabkan nafas berbau bawang,
kerontokan pada rambut dan kuku, serta
kematian.
Berdasarkan literatur yang didapat dari
http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/minerals/
selenium/, konsumsi Se yang dianjurkan bagi
orang dewasa sebesar 55 µg/hari, sedangkan
untuk wanita hamil sebesar 60 µg/hari dan
wanita menyusui sebesar 70 µg/hari.
Sementara itu, asupan Se yang dianjurkan
bagi anak-anak berkisar 20-40 µg/hari,
tergantung usianya. Rata-rata asupan Se di
Amerika Serikat ialah sekitar 100 µg/hari,
sedangkan dosis suplementasi untuk terapi
ialah 200 µg/hari (Ip et al. 2000).
Glutation Peroksidase
Glutation peroksidase (GPx) merupakan
suatu selenoenzim yang mampu mereduksi
H2O2 dan peroksida lain dengan menggunakan
glutation sebagai sumber elektronnya.
Glutation (GSH) merupakan sebuah tripeptida
yang disintesis dari asam amino glutamat,
sistein, dan glisin. Glutation dapat menangkap

ROS (Reactive Oxygen Species) dan
mereduksi tiol sistein pada protein, tetapi hal
itu dapat menyebabkan glutation teroksidasi
membentuk glutation radikal (GS*) yang
merupakan prooksidan. Glutation radikal ini
dapat bereaksi dengan GS* lainnya
membentuk GSSG yang kemudian dapat
direduksi kembali menjadi 2 molekul GSH
oleh enzim glutation reduktase. Persamaan
reaksinya
adalah
sebagai
berikut:
(Damdimopoulos 2003)
2GSH+H2O2

glutathion peroksidase

GS-SG+NADPH+H

+ glutation reduktase

GS-SG+2H2O
2 GSH+NADP+

Ada empat jenis GPx berbeda yang telah
berhasil dijabarkan. Enzim GPx1 dan 4
merupakan yang paling banyak ditemukan
pada hampir semua jaringan, keduanya
terdapat pada protein mitokondria dan sitosol.
Enzim GPx2 terutama diekspresikan pada
jalur gastrointestinal, sedangkan GPx3 pada
plasma darah (Damdimopoulos 2003).
Selenium merupakan komponen integral
dari glutation peroksidase (Rotruck et al.
dalam Reed dan Tilak 1991). Tiap satu
molekul GPx mengandung empat atom Se
organik, sehingga membuat Se manjadi
komponen penting dalam ketahanan tubuh
untuk melawan efek degeneratif (Rayman
dalam Junaedi 2003). Peran utama fisiologis
dari GPx ialah mempertahankan kadar
hidrogen peroksida yang rendah di dalam sel,
sehingga menurunkan peluang kerusakan
akibat radikal bebas. Enzim ini mengkatalisis
reduksi lipid peroksida sebelum senyawa ini
dapat menyerang membran seluler. Enzim ini
mampu mereduksi peroksida berbeda yang
dihasilkan sistem biologis (Reed dan Tilak
1991).
N-metil-N-nitrosourea
N-metil-N-nitrosourea (MNU) merupakan
karsinogen yang terkarakteristik dengan baik
yang menginduksi adenokarsinoma pada
kelenjar payudara tikus dengan spesifisitas
tinggi. Model ini telah terbukti memiliki
persamaan dengan kanker payudara pada
manusia (Mehta dalam Mostböck 2003).
Sebuah dosis tunggal MNU yang diberikan
pada tikus yang belum dewasa (umur 50 hari)
sudah cukup efektif untuk menginduksi tumor
ini. Karsinogen MNU memiliki waktu paruh
kurang dari 1 jam di bawah kondisi fisiologis,
sehingga efek mutageniknya terjadi dalam
waktu singkat setelah administrasinya (Lu dan
Archer 1992).
Mekanisme induksi dan progresi tumor
tetap belum dipahami sepenuhnya. Onkogen

5

Ha-ras, yang diaktivasi oleh mutasi G → A
pada nukleotida kedua dari kodon 12 sehingga
menyebabkan transisi Gly → Glu, ditemukan
lebih dari 85% pada tumor. Gen Ha-ras
diaktivasi selama inisiasi karsinogenesis. Gen
Ha-ras yang teraktifasi ini telah terlihat pada
DNA kelenjar payudara hanya dalam waktu 2
minggu setelah injeksi MNU (Lu dan Archer
1992). Selain itu, administrasi MNU dapat
pula menyebabkan aktivasi onkogen c-Ki-ras
dengan adanya mutasi titik G-35 → A-35
yang spesifik pada kodon ke-12 sehingga
menyebabkan substitusi normal glisin dengan
asam aspartat (Mostböck 2003).

akuades. Media disterilisasi dengan otoklaf
bersuhu 121 °C pada tekanan 2 atm selama 15
menit, lalu dimiringkan hingga beku
(Genhardt 1994).
Isolat khamir 15 b dalam stok biakan
diremajakan dalam tabung reaksi metode agar
miring pada media ekstrak malt dan ragi
(media YM) padat dengan komposisi
sebanyak 3 g ekstrak malt, 20 g bacto agar, 5
g bacto peptone, 3 g ekstrak ragi, dan 10 g
glukosa dalam 1000 mL akuades. Biakan
dalam agar miring diinkubasi pada suhu ruang
selama 2 hari (Genhardt 1994).
Pembuatan
Starter
serta
Biomassa Bakteri dan Khamir

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini ialah 30 ekor tikus putih
betina galur Sprague-Dawley (SD) yang bebas
patogen, pakan tikus standar, isolat bakteri
termofil 14Ka, isolat khamir 15b, MNU
(metilnitrosourea), eter, BNF 10% (buffer
normal formalin), alkohol (70%, 80%, 90%,
96%, dan absolut), xylol, parafin, pewarna
hematoksilin-eosin (HE), Vermount, bacto
peptone, bacto agar, tripton, NaCl,
K2HPO4, KH2PO4, ekstrak malt, ekstrak ragi,
glukosa, streptomisin, Na2SeO3, enzim
protease XIV, K3EDTA, buffer K-fosfat pH 7,
EDTA 5.0 mM, GSH 10.0 mM, NADPH 1.6
mM, GSSG reduktase 2.5 U/mL, NaN3 10.0
mM, H2O2 4.0 mM, EDTA 0.1 mM,
akuabides, dan akuades.
Sementara itu, alat-alat yang dipakai ialah
alat suntik, gunting steril, silet, pinset,
pisau bedah, kaset tissue, alat tissue processor
automatis, vortex, rotary microtom, kuvet,
spektrofotometer UV-VIS, tabung reaksi,
erlenmeyer, ose, tabung sentrifus, sentrifus,
otoklaf, inkubator, oven, bunsen, shaker,
neraca analitik, mikropipet, pipet tetes,
kaca objek, kaca preparat, serta mikroskop
cahaya.
Metode
Peremajaan Bakteri dan Khamir
Peremajaan bakteri 14Ka dilakukan
dengan metode agar miring dalam media
heterotrof padat dan diinkubasi selama 1 hari
dalam oven bersuhu 50 °C. Media heterotrof
padat dibuat dengan komposisi sebanyak 15 g
bacto peptone, 3 g tripton, 5 g NaCl, 2.5 g
K2HPO4, serta 10 g bacto agar dalam 1 L

Produksi

Pembuatan starter bakteri dilakukan
dengan memindahkan sebanyak 1 ose biakan
dari agar miring ke dalam 25 mL media
heterotrof tanpa penambahan agar (media
cair), lalu diinkubasi selama 2 hari dalam
oven bersuhu 50 °C. Pembuatan starter
khamir dilakukan dengan prosedur yang sama,
namun media yang digunakan ialah YM cair
dan inkubasi dilakukan pada suhu ruang
sambil digoyang dengan shaker (Genhardt
1994).
Produksi biomassa bakteri dilakukan
dengan memasukkan starter bakteri ke
dalam 225 mL media heterotrof cair +
Na2SeO3 1 ppm dan diinkubasi selama 5 hari
dalam oven 50 °C. Biakan lalu disentrifus
dengan kecepatan 12000 rpm selama 6
menit. Supernatannya dibuang dan pelletnya
dibuat ekstrak. Produksi biomassa khamir
dilakukan dengan cara yang sama dengan
bakteri, namun media yang digunakan ialah
YM cair + Na2SeO3 1 ppm dan inkubasi
dilakukan selama 2 hari sambil digoyang
dengan shaker pada suhu ruang (Genhardt
1994).
Pembuatan Ekstrak Se-Bakteri dan SeKhamir
Ekstrak bakteri dan khamir kaya-Se dibuat
menggunakan gabungan metode ekstraksi
air panas dan enzimatik. Pertama, pelet
bakteri
maupun
khamir
ditambahkan
akuabides dengan perbandingan 1:5, lalu
direbus dalam air mendidih selama 1 jam.
Setelah dingin, ditambahkan enzim protease
XIV dan diinkubasi selama 24 jam pada
suhu ruang, lalu disentrifus dengan kecepatan
3000 rpm selama 5 menit. Supernatannya
diambil sehingga diperoleh ekstrak kaya-Se
yang bebas sel (Uden et al. dalam Ip et al.
2000).

6

Pemeliharaan dan Perlakuan Terhadap
Tikus
Sebanyak 30 ekor tikus putih betina galur
Sprague-Dawley berumur 40 hari dibeli dari
Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) dan dibagi
menjadi
3
kelompok
(masing-masing
kelompok terdiri dari 10 ekor tikus), lalu
diaklimatisasi selama 12 hari pada suhu kamar
(± 22 °C), kelembaban 50%, 12 jam siklus
terang-gelap, serta bebas mendapatkan minum
dan pakan standar. Selama aklimatisasi,
kelompok 2 dicekok dengan ekstrak Sebakteri termofil dan kelompok 3 dicekok
dengan ekstrak Se-khamir, masing-masing
dengan dosis 0.004 µg Se/g BB tikus setiap
hari. Sementara itu, kelompok 1 hanya
dicekok dengan air karena merupakan kontrol.
Pada umur 52 hari, semua tikus disuntik
dengan MNU (metil nitrosourea) secara
intraperitonial dengan dosis 50 mg/kg bobot
badan, lalu perlakuan dilanjutkan seperti saat
aklimatisasi hingga 9 minggu. Selama
perlakuan, setiap minggu semua tikus diukur
bobot badannya serta diambil sampel
darahnya untuk analisis glutation peroksidase
(GPx). Setelah 9 minggu, semua tikus dibius
dengan eter dan dibedah untuk pengambilan
ambing,
kemudian
dilakukan
analisis
histopatologi (Ip et al. 2000; Roomi et al.
2005).
Pengambilan Sampel Darah
Sampel darah tikus diambil melalui vena
ekor menggunakan alat suntik, lalu darah
dikumpulkan
dalam
eppendorf
yang
sebelumnya telah dimasukkan dengan
K3EDTA 1 mg/mL darah untuk mencegah
darah menggumpal. Setelah itu, disentrifus
dengan kecepatan 2600 rpm selama 15 menit.
Plasmanya
kemudian diambil dengan
mikropipet dan disimpan pada suhu 4 °C
untuk digunakan dalam pengukuran aktivitas
GPx (Bogdanska et al. 2003).
Pengukuran
Aktivitas
Peroksidase (GPx)

Glutation

Sebanyak 5 µL supernatan (plasma tikus)
dimasukkan ke dalam kuvet dan diencerkan
100x dengan buffer fosfat tanpa EDTA.
Setelah itu, ditambahkan buffer fosfat 1x pH
7.0 (mengandung EDTA 5.0 mM) sebanyak
0.5 mL, GSH 10.0 mM sebanyak 0.1 mL,
NADPH 1.6 mM sebanyak 0.1 mL, GSSGreduktase 2.5 U/mL sebanyak 0.1 mL, dan
NaN3 10.0 mM sebanyak 0.1 mL. Sesaat
sebelum pengukuran, ditambahkan H2O2 4.0

mM sebanyak 0.1 mL. Serapan NADPH
diukur setiap 1 menit selama 5 menit pada
panjang gelombang 340 nm. Untuk blanko,
plasma darah tikus diganti dengan buffer
fosfat tanpa EDTA (Calzyme Laboratory
1997).
Nekropsi, Pengambilan
Fiksasi Ambing Tikus

Sampel,

dan

Semua tikus yang telah mati dikuliti dari
torak sampai pubis, lalu kulit disekitar perut
diambil dan dimasukkan ke dalam plastik
berlabel yang berisi BNF 10% untuk proses
fiksasi. Setelah matang, kulit yang ada
ambingnya dipotong dan dimasukkan ke
dalam kaset tissue berlabel.
Dehidrasi, Penjernihan, dan Pencucian
Sampel
Kaset tissue yang berisi sampel
dimasukkan ke dalam keranjang dan
ditempatkan pada alat tissue-processor
otomatis. Proses dehidrasi pada alat ini
dilakukan secara bertingkat dengan alkohol
70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol
96%, alkohol absolut 1, dan alkohol absolut 2
masing-masing selama 2 jam. Setelah itu,
dilakukan penjernihan dengan xilol 1, xilol 2,
dan xilol 3 masing-masing selama 40 menit.
Pencucian
sampel
dilakukan
dengan
merendam sampel dalam xilol, alkohol
absolut, dan akuades. Kaset tissue yang
berisi sampel kemudian dikeluarkan dari alat
untuk proses embedding (ditanam dalam
parafin).
Embedding dan Pemotongan
Proses embedding dilakukan dengan
memasukkan parafin cair ke dalam cetakan
sebanyak ¼ volume, lalu potongan kulit
dimasukkan
secara
vertikal
(ambing
menghadap ke samping) hingga menyentuh
dasar cetakan. Setelah itu, cetakan dipenuhi
dengan parafin cair dan dilabel. Parafin
dibiarkan membeku di atas freezer selama
beberapa menit, kemudian dilepas dari
cetakan. Parafin beku yang berisi sampel
dipotong tipis setebal 4-5 µm dengan rotary
microtom hingga permukaan parafin rata dan
potongan ambing mulai terlihat, lalu dipotong
kembali setebal 1µm. Hasilnya diletakkan di
atas permukaan air yang dipanaskan hingga
suhu 40 °C. Potongan jaringan kemudian
diletakkan pada preparat dan dikeringkan
dalam inkubator bersuhu 56 °C selama
minimal 2 jam.

7

Pewarnaan Jaringan dan Mounting
Potongan jaringan yang telah kering
kemudian dideparafinisasi (penghilangan
parafin) dengan cara direndam dalam xilol 1,
xilol 2, dan alkohol absolut masing-masing
selama 2 menit, lalu direhidrasi dengan
alkohol 95%, alkohol 80%, dan air kran
masing-masing selama 1 menit. Setelah itu
diwarnai dengan Mayer’s Haematoxylin
selama 5 menit dan dilakukan pencucian
dengan air kran mengalir selama 30 detik,
kemudian direndam dalam litium karbonat
selama 15-30 detik dan dicuci lagi dengan air
kran selama 2 menit. Potongan jaringan
kemudian diwarnai dengan eosin selama 3
menit dan dicuci dengan air kran selama 60
detik, lalu dicelupkan ke dalam alkohol 95%
dan absolut 1 masing-masing sebanyak 10
kali, alkohol absolut 2 selama 2 menit, xilol 1
selama 1 menit, serta xilol 2 selama 2 menit.
Setelah proses pewarnaan selesai, kaca
preparat dikeringkan dan diteteskan dengan
zat perekat (vermount), kemudian ditutup
dengan kaca objek dan diamati dengan
mikrosk