Struktur Komunitas Parasitoid Telur pada Pertanaman Kedelai dan Implikasinya terhadap Tingkat Serangan dan Populasi Hama

STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID TELUR
PADA PERTANAMAN KEDELAI DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP TINGKAT SERANGAN DAN POPULASI HAMA

Oleh :
Okti Aryani Hapsari
A44101059

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK

OKTI ARYANI HAPSARI. Struktur Komunitas Parasitoid Telur pada
Pertanaman Kedelai dan Implikasinya terhadap Tingkat Serangan dan Populasi
Hama. Dibimbing oleh PUDJIANTO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasitoid telur yang
terdapat pada pertanaman kedelai serta me mpelajari hubungannya dengan
serangan hama. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman kedelai di

Cikabayan, Bogor dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid, Departemen
Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Desember 2004 sampai
bulan Juli 2005.
Struktur komunitas parasitoid telur diamati dengan dua cara, yaitu
pemasangan telur perangkap dan pengamatan langsung terhadap telur serangga
yang terkumpul. Larva Lepidoptera dan gejala serangannya pada pertanaman
kedelai juga diamati. Pemasangan telur perangkap dan pengamatan secara
langsung dilakukan secara serentak. Lahan seluas 394, 25 m 2 dibagi menjadi tiga
petak dengan jarak antara petak satu dengan yang lainnya sejauh 5 m. Setiap
petak lahan dibagi lagi menjadi empat kuadran. Telur S. litura dan C.
cephalonica dipasang pada 20 titik contoh pertanaman kedelai yang telah
ditentukan mengikuti pola X setiap kuadrannya. Telur perangkap dipasang sekali
dalam seminggu dan dengan lama pemasangan 6 jam pada setiap kali
pemasangan. Pengamatan langsung dilakukan dengan menyisir seluruh luasan
lahan. Telur perangkap yang telah dipasang di lapang beserta hasil pengamatan
langsung, dipelihara dan diamati perkembangannya di laboratorium. Parasitoid
telur yang muncul diidentifikasi sampai tingkat spesies melalui pengamatan
terhadap genitalia jantan.
Struktur komunitas parasitoid telur pada pertanaman kedelai terdiri atas
Trichogrammatoidea armigera, Trichogrammatoidea cojuangcoi, Trichogramma

chilonis, Trichogramma japonicum, Trichogramma sp., Telenomus remus, Gryon
sp., dan satu spesies dari famili Encyrtidae.
Dalam struktur komunitas
pertanaman kedelai, Gryon sp. merupakan parasitoid dengan jumlah individu
terbanyak, yaitu mencapai 179 individu dari 265 individu parasitoid telur yang
ditemukan atau sebesar 36,23%. T. armigera merupakan spesies parasitoid telur
yang paling sering ditemukan. Parasitoid telur ini memiliki jumlah individu
terbanyak dari hasil pemasangan telur perangkap, yaitu mencapai 28 individu atau
sebesar 10, 57%. Pada minggu-minggu awal, parasitoid muncul dari telur C.
cephalonica sedangkan pada minggu-minggu akhir parasitoid muncul dari telur S.
litura.
Pada pertanaman kedelai umur 0-12 MST ditemukan pula telur, larva,
pupa, dan gejala serangan hama penjalin daun Lamprosema indicata
(Lepidoptera: Pyralidae) hampir pada setiap minggu. Tingginya frekuensi
penemuan L. indicata karena tidak terdapat parasitoid telur yang berasosiasi
dengannya. Selain L. indicata, ditemukan juga telur dan larva S. litura serta larva
dan gejala serangan E. zinckenella. Namun, populasi dan tingkat serangan S.
litura tidak setinggi populasi dan tingkat serangan E. zinckenella. Hal ini
disebabkan karena parasitoid telur yang berasosiasi dengan S. litura (T. armigera)
mampu menekan populasi S. litura.


STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID TELUR
PADA PERTANAMAN KEDELAI DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP TINGKAT SERANGAN DAN POPULASI HAMA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Okti Aryani Hapsari
A44101059

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006


Judul

Nama
NRP

: STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID TELUR PADA
PERTANAMAN KEDELAI DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP TINGKAT SERANGAN DAN POPULASI
HAMA
: Okti Aryani Hapsari
: A44101059

Menyetujui,

Dr. Ir. Pudjianto, MSi
NIP. 131475578

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian


Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M Agr
NIP. 130422698

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 13 Oktober
1982, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Arief
Djatmiko dan ibu Puji Handayani. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Rembang.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur UMPTN. Selama masa kuliah penulis aktif organisasi sosial dan pernah
menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Pengendalian Hayati dan Pengelolaan
Habitat.

PRAKATA


Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat,
berkah dan ridho-Nya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur
Komunitas Parasitoid Telur pada Pertanaman Kedelai dan Implikasinya terhadap
Tingkat Populasi dan Serangan Hama”. Penelitian ini dilakukan di Bogor pada
Desember 2005 – Juli 2006 dengan sumber dana penelitian dari Hibah Bersaing
Perguruan Tinggi.
Penelitian ini tidak bisa lepas dari peran serta, dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulis aktif
kuliah.
2. Dr. Ir. Pudjianto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan saran dan petunjuk selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. Supramana, MSi selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan
masukan dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak, Ibu, Randy, Ita, Mba Yanik, Mba Dhani atas cinta, perhatian,
doanya selama ini.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian

yang telah memberikan ilmunya selama penulis duduk di bangku kuliah.
6. Mba Adha, Mas Bandung, Mas Jalu, Mba Atik, Pak Slamet, Pak Ucup,
Pak Yanto, Mba Danur, Bang Hertab, Bang Alal, Mba Wika, Nita yang
selama ini telah banyak memberikan dorongan, saran dan bantuannya.
7. Mba Nita (almh.), Mba Ikha, Uci, Saras, Mba Rury, Nda, Dewi, Dian,
Tito, Muslik atas kebersamaannya selama ini.
8. Lia, Mu’min, Ita, Mia, Asti, Nita, Iis, Mela, Winta, Nia, Indah yang telah
memberikan arti persahabatan yang sebenarnya.
9. Andalebers 1 dan 2 terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
10. Sopian, Ridwan, Deni, Zul, Duan, Budi juga teman-teman HPT 38 yang
telah memberikan dukungan, bantuan dan persahabatan yang tulus selama
ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2006
Penulis

DAFTAR ISI


Halaman
ABSTRAK ..............................................................................................

i

RIWAYAT HIDUP .................................................................................

ii

PRAKATA ..............................................................................................

iii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ...................................................................................

vi


DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

vii

PENDAHULUAN...................................................................................

1

Latar belakang .............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Manfaat .......................................................................................

1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................

4


Tanaman Kedelai ........................................................................
Taksonomi .......................................................................
Budidaya Tanaman Kedelai ............................................
Hama-hama Tanaman Kedelai ....................................................
Ulat Grayak .................................................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Ulat Penggerek Polong Kedelai ..................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Ulat Tanah ...................................................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Lalat Bibit....................................................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Ulat Penjalin Daun Kedelai.........................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................

Kepik Hijau .................................................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Parasitoid Telur yang Berasosiasi dengan Tanaman Kedelai .....
Trichogrammatoidea spp. dan Trichogramma spp......... ............
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Telenomus spp. ............................................................................

4
4
4
4
5
5
5
6
6
6
7
7
7
8
8
8
9
9
9
9
9
9
10
12
12
12
13

Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................

13
13

BAHAN DAN METODE .......................................................................

15

Tempat dan Waktu ......................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Budidaya Tanaman Kedelai ........................................................
Analisis Struktur Komunitas Parasitoid Telur ............................
Pemasangan Telur Perangkap di Lapang ........................
Pengumpulan Telur Serangga dari Lapang .....................
Pengamatan Larva Lepidoptera dan Gejala Serangannya ...........
Identifikasi...................................................................................

15
15
15
16
17
18
18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

20

Struktur Komunitas Parasitoid Telur ..........................................
Telur Serangga Alami, Larva Lepidoptera dan Gejala pada
Pertanaman Kedelai ....................................................................
Hubungan Antara Struktur Komunitas Parasitoid Telur dengan
Tingkat Serangan dan Populasi Hama ........................................

20

31

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

33

Kesimpulan .................................................................................
Saran............................................................................................

33
33

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

35

LAMPIRAN ............................................................................................

39

26

DAFTAR TABEL
Teks
No.

Halaman

1

Parasitoid Telur yang Pernah Digunakan di Indonesia .....................

11

2

Stadia Hidup dan Gejala Serangan Lamprosema indicata pada
Pertanaman Kedelai Umur 0-12 MST..............................................

27

Stadia Hidup dan Gejala Serangan Serangga Perusak Daun Kedelai
Umur 0-12 MST ................................................................................

28

3
4

Stadia Hidup dan Gejala Serangan Serangga Perusak Polong Kedelai
Umur 0-12 MST ................................................................................
30

DAFTAR GAMBAR
Teks
No.

Halaman

1.

Penentuan Titik Contoh Setiap Petak Lahan....................................

17

2.

Struktur Komunitas Parasitoid Telur pada Pertanaman Kedelai
di Cikabayan, Bogor.........................................................................

21

Kekayaan dan Kelimpahan Parasitoid Telur C. cephalonica,
S. litura dan Serangga Alami pada Pertanaman Kedelai Umur
0-12 MST .........................................................................................

21

4. Kelimpahan Parasitoid Telur pada Pertanaman Kedelai Asal
Telur Perangkap C. cephalonica, dan S. litura serta Telur
Serangga Alamiah ............................................................................

24

3.

Lampiran
No.

Halaman

1.

Genitalia Jantan Trichogrammatoidea cojuangcoi .........................

40

2.

Genitalia Jantan Trichogramma japonicum ....................................

40

3.

Genitalia Jantan Trichogrammatoidea armigera ............................

41

4.

Genitalia Jantan Trichogramma chilonis ........................................

41

5.

Genitalia Jantan Trichogramma sp. ................................................

42

6.

Genitalia Jantan Telenomus remus ..................................................

42

7.

Parasitoid Telur Gryon sp. ..............................................................

42

8.

Telur Nezara viridula terparasit ......................................................

43

9.

Telur Piezodorus sp. terparasit........................................................

43

10. Telur Riptortus sp. ..........................................................................

43

11. Telur ulat bulu .................................................................................

44

12. Telur serangga tidak teridentifikasi .................................................

44

13. Lamprosema indicata......................................................................

44

14. Pupa parasitoid larva L. indicata.....................................................

45

15. Parasitoid larva L. indicata (famili Braconidae) .............................

45

16. Parasitoid larva L. Indicata (famili Elasmidae) .............................

45

17. Parasitoid larva L. indicata (famili Ceraphronidae) .......................

46

STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID TELUR
PADA PERTANAMAN KEDELAI DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP TINGKAT SERANGAN DAN POPULASI HAMA

Oleh :
Okti Aryani Hapsari
A44101059

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK

OKTI ARYANI HAPSARI. Struktur Komunitas Parasitoid Telur pada
Pertanaman Kedelai dan Implikasinya terhadap Tingkat Serangan dan Populasi
Hama. Dibimbing oleh PUDJIANTO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasitoid telur yang
terdapat pada pertanaman kedelai serta me mpelajari hubungannya dengan
serangan hama. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman kedelai di
Cikabayan, Bogor dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid, Departemen
Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Desember 2004 sampai
bulan Juli 2005.
Struktur komunitas parasitoid telur diamati dengan dua cara, yaitu
pemasangan telur perangkap dan pengamatan langsung terhadap telur serangga
yang terkumpul. Larva Lepidoptera dan gejala serangannya pada pertanaman
kedelai juga diamati. Pemasangan telur perangkap dan pengamatan secara
langsung dilakukan secara serentak. Lahan seluas 394, 25 m 2 dibagi menjadi tiga
petak dengan jarak antara petak satu dengan yang lainnya sejauh 5 m. Setiap
petak lahan dibagi lagi menjadi empat kuadran. Telur S. litura dan C.
cephalonica dipasang pada 20 titik contoh pertanaman kedelai yang telah
ditentukan mengikuti pola X setiap kuadrannya. Telur perangkap dipasang sekali
dalam seminggu dan dengan lama pemasangan 6 jam pada setiap kali
pemasangan. Pengamatan langsung dilakukan dengan menyisir seluruh luasan
lahan. Telur perangkap yang telah dipasang di lapang beserta hasil pengamatan
langsung, dipelihara dan diamati perkembangannya di laboratorium. Parasitoid
telur yang muncul diidentifikasi sampai tingkat spesies melalui pengamatan
terhadap genitalia jantan.
Struktur komunitas parasitoid telur pada pertanaman kedelai terdiri atas
Trichogrammatoidea armigera, Trichogrammatoidea cojuangcoi, Trichogramma
chilonis, Trichogramma japonicum, Trichogramma sp., Telenomus remus, Gryon
sp., dan satu spesies dari famili Encyrtidae.
Dalam struktur komunitas
pertanaman kedelai, Gryon sp. merupakan parasitoid dengan jumlah individu
terbanyak, yaitu mencapai 179 individu dari 265 individu parasitoid telur yang
ditemukan atau sebesar 36,23%. T. armigera merupakan spesies parasitoid telur
yang paling sering ditemukan. Parasitoid telur ini memiliki jumlah individu
terbanyak dari hasil pemasangan telur perangkap, yaitu mencapai 28 individu atau
sebesar 10, 57%. Pada minggu-minggu awal, parasitoid muncul dari telur C.
cephalonica sedangkan pada minggu-minggu akhir parasitoid muncul dari telur S.
litura.
Pada pertanaman kedelai umur 0-12 MST ditemukan pula telur, larva,
pupa, dan gejala serangan hama penjalin daun Lamprosema indicata
(Lepidoptera: Pyralidae) hampir pada setiap minggu. Tingginya frekuensi
penemuan L. indicata karena tidak terdapat parasitoid telur yang berasosiasi
dengannya. Selain L. indicata, ditemukan juga telur dan larva S. litura serta larva
dan gejala serangan E. zinckenella. Namun, populasi dan tingkat serangan S.
litura tidak setinggi populasi dan tingkat serangan E. zinckenella. Hal ini
disebabkan karena parasitoid telur yang berasosiasi dengan S. litura (T. armigera)
mampu menekan populasi S. litura.

STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID TELUR
PADA PERTANAMAN KEDELAI DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP TINGKAT SERANGAN DAN POPULASI HAMA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Okti Aryani Hapsari
A44101059

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul

Nama
NRP

: STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID TELUR PADA
PERTANAMAN KEDELAI DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP TINGKAT SERANGAN DAN POPULASI
HAMA
: Okti Aryani Hapsari
: A44101059

Menyetujui,

Dr. Ir. Pudjianto, MSi
NIP. 131475578

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M Agr
NIP. 130422698

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 13 Oktober
1982, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Arief
Djatmiko dan ibu Puji Handayani. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Rembang.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur UMPTN. Selama masa kuliah penulis aktif organisasi sosial dan pernah
menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Pengendalian Hayati dan Pengelolaan
Habitat.

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat,
berkah dan ridho-Nya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur
Komunitas Parasitoid Telur pada Pertanaman Kedelai dan Implikasinya terhadap
Tingkat Populasi dan Serangan Hama”. Penelitian ini dilakukan di Bogor pada
Desember 2005 – Juli 2006 dengan sumber dana penelitian dari Hibah Bersaing
Perguruan Tinggi.
Penelitian ini tidak bisa lepas dari peran serta, dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulis aktif
kuliah.
2. Dr. Ir. Pudjianto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan saran dan petunjuk selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. Supramana, MSi selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan
masukan dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak, Ibu, Randy, Ita, Mba Yanik, Mba Dhani atas cinta, perhatian,
doanya selama ini.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian
yang telah memberikan ilmunya selama penulis duduk di bangku kuliah.
6. Mba Adha, Mas Bandung, Mas Jalu, Mba Atik, Pak Slamet, Pak Ucup,
Pak Yanto, Mba Danur, Bang Hertab, Bang Alal, Mba Wika, Nita yang
selama ini telah banyak memberikan dorongan, saran dan bantuannya.
7. Mba Nita (almh.), Mba Ikha, Uci, Saras, Mba Rury, Nda, Dewi, Dian,
Tito, Muslik atas kebersamaannya selama ini.
8. Lia, Mu’min, Ita, Mia, Asti, Nita, Iis, Mela, Winta, Nia, Indah yang telah
memberikan arti persahabatan yang sebenarnya.
9. Andalebers 1 dan 2 terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
10. Sopian, Ridwan, Deni, Zul, Duan, Budi juga teman-teman HPT 38 yang
telah memberikan dukungan, bantuan dan persahabatan yang tulus selama
ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2006
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ..............................................................................................

i

RIWAYAT HIDUP .................................................................................

ii

PRAKATA ..............................................................................................

iii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ...................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

vii

PENDAHULUAN...................................................................................

1

Latar belakang .............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Manfaat .......................................................................................

1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................

4

Tanaman Kedelai ........................................................................
Taksonomi .......................................................................
Budidaya Tanaman Kedelai ............................................
Hama-hama Tanaman Kedelai ....................................................
Ulat Grayak .................................................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Ulat Penggerek Polong Kedelai ..................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Ulat Tanah ...................................................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Lalat Bibit....................................................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Ulat Penjalin Daun Kedelai.........................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Kepik Hijau .................................................................................
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Parasitoid Telur yang Berasosiasi dengan Tanaman Kedelai .....
Trichogrammatoidea spp. dan Trichogramma spp......... ............
Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................
Telenomus spp. ............................................................................

4
4
4
4
5
5
5
6
6
6
7
7
7
8
8
8
9
9
9
9
9
9
10
12
12
12
13

Taksonomi .......................................................................
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi...........................

13
13

BAHAN DAN METODE .......................................................................

15

Tempat dan Waktu ......................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Budidaya Tanaman Kedelai ........................................................
Analisis Struktur Komunitas Parasitoid Telur ............................
Pemasangan Telur Perangkap di Lapang ........................
Pengumpulan Telur Serangga dari Lapang .....................
Pengamatan Larva Lepidoptera dan Gejala Serangannya ...........
Identifikasi...................................................................................

15
15
15
16
17
18
18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

20

Struktur Komunitas Parasitoid Telur ..........................................
Telur Serangga Alami, Larva Lepidoptera dan Gejala pada
Pertanaman Kedelai ....................................................................
Hubungan Antara Struktur Komunitas Parasitoid Telur dengan
Tingkat Serangan dan Populasi Hama ........................................

20

31

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

33

Kesimpulan .................................................................................
Saran............................................................................................

33
33

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

35

LAMPIRAN ............................................................................................

39

26

DAFTAR TABEL
Teks
No.

Halaman

1

Parasitoid Telur yang Pernah Digunakan di Indonesia .....................

11

2

Stadia Hidup dan Gejala Serangan Lamprosema indicata pada
Pertanaman Kedelai Umur 0-12 MST..............................................

27

Stadia Hidup dan Gejala Serangan Serangga Perusak Daun Kedelai
Umur 0-12 MST ................................................................................

28

3
4

Stadia Hidup dan Gejala Serangan Serangga Perusak Polong Kedelai
Umur 0-12 MST ................................................................................
30

DAFTAR GAMBAR
Teks
No.

Halaman

1.

Penentuan Titik Contoh Setiap Petak Lahan....................................

17

2.

Struktur Komunitas Parasitoid Telur pada Pertanaman Kedelai
di Cikabayan, Bogor.........................................................................

21

Kekayaan dan Kelimpahan Parasitoid Telur C. cephalonica,
S. litura dan Serangga Alami pada Pertanaman Kedelai Umur
0-12 MST .........................................................................................

21

4. Kelimpahan Parasitoid Telur pada Pertanaman Kedelai Asal
Telur Perangkap C. cephalonica, dan S. litura serta Telur
Serangga Alamiah ............................................................................

24

3.

Lampiran
No.

Halaman

1.

Genitalia Jantan Trichogrammatoidea cojuangcoi .........................

40

2.

Genitalia Jantan Trichogramma japonicum ....................................

40

3.

Genitalia Jantan Trichogrammatoidea armigera ............................

41

4.

Genitalia Jantan Trichogramma chilonis ........................................

41

5.

Genitalia Jantan Trichogramma sp. ................................................

42

6.

Genitalia Jantan Telenomus remus ..................................................

42

7.

Parasitoid Telur Gryon sp. ..............................................................

42

8.

Telur Nezara viridula terparasit ......................................................

43

9.

Telur Piezodorus sp. terparasit........................................................

43

10. Telur Riptortus sp. ..........................................................................

43

11. Telur ulat bulu .................................................................................

44

12. Telur serangga tidak teridentifikasi .................................................

44

13. Lamprosema indicata......................................................................

44

14. Pupa parasitoid larva L. indicata.....................................................

45

15. Parasitoid larva L. indicata (famili Braconidae) .............................

45

16. Parasitoid larva L. Indicata (famili Elasmidae) .............................

45

17. Parasitoid larva L. indicata (famili Ceraphronidae) .......................

46

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat penting karena
bersifat multiguna, baik untuk dikonsumsi langsung maupun untuk keperluan
yang lain. Sebagai sumber protein nabati yang utama dan penghasil minyak,
kedelai banyak dimanfaatkan manusia. Sejak ribuan tahun yang lalu, masyarakat
Cina, Korea, Jepang, dan Indonesia telah memanfaatkannnya sebagai tanaman
pertanian. Di Indonesia, tanaman kedelai banyak ditanam di Jawa (± 80 %),
Madura, Nusa Tenggara, dan beberapa daerah di Sumatera (Oerke et al. 1999).
Kedelai merupakan tanaman pertanian penghasil minyak yang paling
penting di dunia (Oerke et al. 1999). Kedelai mengandung 30-50 % protein, 25 %
karbohidrat dan 15-30 % minyak. Lebih dari 80 % hasil panen kedelai digunakan
masyarakat dalam produksi minyak untuk konsumsi, memproduksi cat, varnis,
resin, dan plastik (Oerke et al. 1999; Smith 1994); kayu lapis dan kosmetik (Smith
1994); serta pakan ternak (Umar 1996).
Melihat potensi kedelai dalam pemenuhan berbagai kebutuhan, upaya
peningkatan produksi kedelai dalam negeri melalui perluasan areal dan
peningkatan produktivitas telah dilakukan. Namun, upaya tersebut belum berhasil
memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya (Umar 1996). Upaya
perluasan areal dari 643.000 ha menjadi 1,2 juta ha dilakukan di dalam kurun
waktu 1969-1971. Produktivitas kedelai saat itu hanya meningkat dari 728 kg/ ha
menjadi 1.105 kg/ha (Oerke et al. 1999). Indonesia sendiri pernah mengekspor
kedelai pada tahun 1972. Namun pada tahun-tahun berikutnya, volume ekspor
kedelai menurun bahkan volume impor kedelai menjadi naik (Sihombing 1985).
Sampai tahun 2005, produksi kedelai nasional rata-rata 700.000 ton, sedangkan
kebutuhan nasional mencapai 1,4-1,5 juta ton, sehingga diperlukan kedelai impor
(Kusdirianto 2005). Ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi para petani
Indonesia untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kedelai yang perlu
mendapat perhatian adalah permasalahan hama dan penyakit pada pertanaman
kedelai (Kusdirianto 2005). Di Indonesia, telah dilaporkan bahwa Ophiomyia

spp., Etiella zinckenella (Suryana 1999; Oerke et al. 1999), Agrotis spp., dan
Spodoptera litura merupakan hama-hama penting pada pertanaman kedelai yang
menyebabkan kerugian ekonomi secara signifikan (Oerke et al. 1999). Kalshoven
(1981) menunjuk S. litura sebagai hama penting pada pertanaman kedelai.
Melihat beragamnya hama pada tanaman kedelai, Sihombing (1985) menyarankan
dilakukan program-program pengendalian hama secara efektif dan efisien.
Pengendalian hama tanaman kedelai yang biasa dilakukan adalah dengan
aplikasi insektisida (Suryana 1999; Turnipseed & Kogan 1994). Namun, aplikasi
insektisida yang kurang bijaksana berakibat buruk terhadap upaya pengendalian
itu sendiri, terhadap faktor biotik lingkungan dan manusia serta konsumen
komoditi pertanian (Sosromarsonono 2002).

Penggunaan insektisida yang

berlebih menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar, sehingga
mendorong pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan tentang penetapan konsep
PHT (Pengandalian Hama Terpadu).
Salah satu prinsip PHT adalah insektisida hanya digunakan untuk
mengendalikan hama yang statusnya telah mencapai ambang ekonomi.
Penggunaan musuh alami (parasitoid, predator, dan patogen) menjadi komponen
utama dalam PHT.

Parasitoid telur sebagai agens pengendali hayati hama

merupakan trend dalam pengendalian hama yang sering diusahakan saat ini
(Sosromarsono 2002).

Menurut Alba (1988), penggunaaan parasitoid telur

sebagai agens pengendali hayati hama dinilai efektif karena hama yang
dikendalikan berada pada stadia awal, sehingga usaha pengendalian terjadi
sebelum hama merusak tanaman. Penentuan spesies parasitoid telur yang tepat
dalam mengendalikan hama pada suatu komoditas merupakan hal yang sangat
penting sebelum upaya pengendalian dilakukan, sehingga perlu diketahui jenisjenis parasitoid telur yang terdapat pada komoditas tersebut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasitoid telur yang
umum ditemukan pada pertanaman kedelai serta mempelajari hubungannya
dengan serangan hama kedelai.

Manfaat
Hasil penelitian ini akan menyediakan informasi tentang jenis-jenis
parasitoid telur yang terdapat pada pertanaman kedelai. Informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengembangkan dan
menerapkan teknik-teknik pengendalian hama pada tanaman kedelai.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kedelai
Taksonomi
Kedelai (Glycine max L.)

termasuk famili Leguminosae. Kedelai

merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak, batangnya bercabang dan pada
beberapa kultivar permukaannya berambut halus (Oerke et al.1999). Tanaman
kedelai merupakan tanaman perdu yang berbatang (Umar 1996) dan memiliki
ketinggian tanaman antara 30 sampai 150 cm (Oerke et al. 1999). Daun yang
terbentuk terdiri dari tiga anak daun yang bentuknya lonjong atau bulat telur,
berwarna hijau pucat, namun pada beberapa varietas berwarna hijau gelap (Umar
1996).
Budidaya Tanaman Kedelai
Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah yang memiliki drainase
dan aerasi yang cukup baik. Pengairan yang cukup selama pertumbuhan tanaman
juga menjadi syarat tumbuh kedelai (Deptan 2005). Kedelai dapat tumbuh baik
pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang
kurang subur dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik
dan pengapuran.
Kedelai dapat tumbuh subur pada curah hujan optimal 100-200 mm/
bulan; temperatur 25-27 ° C dengan penyinaran penuh minimal 10 jam/ hari;
ketinggian tempat 0-900 m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat 600 m di
atas permukaan laut merupakan ketinggian optimal bagi pertumbuhan tanaman
kedelai. Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan, berkurang saat
pembungaan dan menjelang pemasakan biji, akan meningkatkan hasil kedelai
(Deptan 2005).
Hama-hama Tanaman Kedelai
Beragamnya hama pada pertanaman kedelai merupakan salah satu
penyebab rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia (Kusdirianto 2005).
Hama-hama yang sering ditemukan menyerang tanaman kedelai antara lain adalah

Ophiomyia spp., Etiella zinckenella (Treitsche) (Suryana 1999; Oerke et al. 1999),
Agrotis spp., dan Spodoptera litura (Fabricius) (Oerke et al. 1999), dan kepik
Nezara viridula (Linnaeus) (Hemiptera: Pentatomidae) (Indayani 2002).
Ulat Grayak
Taksonomi
Ulat grayak, Spodoptera litura (Fabricius), tergolong dalam ordo
Lepidoptera dan famili Noctuidae (Borror et al. 1992). Sebelumnya serangga ini
dikenal dengan nama ilmiah Laphygma frugiperda (Baldwin 1994). S. litura
merupakan serangga yang berasal dari Afrika dan Eropa, namun sekarang bersifat
kosmopolitan dan dapat menyerang berbagai tanaman pertanian (Kalshoven
1981).
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi
Telur diletakkan dalam kelompok pada permukaan bawah daun dan
ditutupi oleh sisik. Sisik yang dihasilkan ujung abdomen betina ini berfungsi
sebagai pelindung telur-telur terhadap tusukan ovipositor parasitoid. Menurut
Kalshoven (1981), satu kelompok telur mengandung kira-kira 350 butir telur.
Menurut Baldwin (1994) telur diletakkan pada malam hari dengan stadia telur
berkisar antara dua sampai empat hari pada suhu 21-27 °C. Larva instar awal
bersifat gregarius, memakan daun pada bagian permukaan bawah. Larva instar
satu, dua, dan tiga menyebabkan kerusakan kurang dari 2%. Baldwin (1994)
melaporkan

berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan rata-rata

konsumsi larva instar satu, dua, tiga berturut-turut mencapai 5, 16, dan 77%. Ini
berarti bahwa dalam beberapa hari saja dapat terjadi penggundulan daun (Baldwin
1994). Menjelang masa berpupa, larva instar akhir menuju tanah dan pemupaan
terjadi di dalam tanah.

Imago merupakan ngengat berumur pendek, berkisar

antara tujuh sampai sembilan hari, tergantung pada suhu dan musim.
S. litura melewati enam instar larva. Larva instar awal memiliki ciri
kepala hitam, abdomen hijau kekuningan, dan hidup gregarius di bawah
permukaan daun.

Larva instar dua memiliki kepala berwarna coklat muda,

abdomen hijau kekuningan kemudian hijau coklat dengan garis-garis putih
memanjang, terdapat garis coklat melintang pada abdomen dekat kepala dan dua

titik hitam pada kedua sisinya. Larva instar tiga memiliki ciri khas pada ‘leher’
terdapat lingkaran berwarna hitam menyerupai kalung. Memasuki instar ini,
larva mulai hidup memencar. Larva instar empat memiliki warna dasar abu-abu.
Pada bagian dorsal abdomen terdapat tiga garis kuning memanjang dan terdapat
bintik-bintik kuning berbentuk setengah lingkaran pada garis tersebut.

Larva

instar lima dan instar enam memiliki ciri yang sama. Keduanya dibedakan
berdasarkan ukurannya. Larva tersebut memiliki ciri abdomen berwarna hitam,
garis-garis kuning pada bagian dorsal abdomen yang kemudian berubah warna
menjadi jingga. Bintik hitam dan kuning pada ruas kedua dan ketiga abdomen
serta garis jingga dan putih pada ruas ke-11. Pupa berwarna coklat gelap, ukuran
pupa calon betina lebih besar dan panjang dari pupa calon jantan. Imago jantan
dan betina dapat dibedakan dari pola sayapnya. Ngengat betina tidak memiliki
pola warna biru keabu-abuan pada bagian belakang sayap depan (Evan &
Crossley 2004).
Pada siang hari, S. litura cenderung berlindung dan bersembunyi di dalam
tanah maupun di balik daun. Aktivitas penyerangan baru dimulai setelah malam
hari (Kalshoven 1981).

Sebelum kopulasi terjadi, imago betina selalu

mengeluarkan feromon sex untuk menarik imago jantan. Respon imago jantan
terhadap feromon sex dapat berlangsung selama empat hari setelah feromon
tersebut dihasilkan imago betina (Baldwin 1994).
Ulat Penggerek Polong Kedelai
Taksonomi
Ulat penggerek polong kedelai, Etiella zinckenella (Treitsche), tergolong
dalam ordo Lepidoptera, subordo Microlepidoptera, superfamili Pyralidoidae, dan
famili Pyralidae (Borror et al. 1992). E. zinckenella dikenal sebagai penggerek
polong Leguminosae di hampir semua negeri beriklim tropis (Kalshoven 1981).
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi
Imago mampu meletakkan 7-15 butir telur secara berkelompok pada sisi
bawah calyx dan sepal. Telur yang baru diletakkan berwarna putih dan berubah
menjadi merah jambu, berukuran rata-rata 0,55 x 0,34 mm dengan masa inkubasi
selama tiga hari (Yuanivar 1992). Stadium larva melewati lima instar (Yuanivar

1992). Larva instar awal akan segera menggerek melalui sebuah lubang kecil
pada polong dan memakan biji polong (Kalshoven 1981). Menurut Yuanivar
(1992), larva instar awal dicirikan oleh kepala berwarna hitam.

Lebih lanjut

dijelaskan, pada instar dua dan tiga memiliki warna tubuh kehijauan dengan garis
horizontal merah dan ditumbuhi rambut-rambut. Larva instar empat memiliki
kepala berwarna kuning. Memasuki instar kelima, warna tubuh berubah menjadi
merah kebiruan. Menurut Kalshoven (1981), larva instar akhir ini meninggalkan
polong sebelum biji polong masak.

Pemupaan terjadi dalam tanah.

Pupa

terbungkus dalam kokon dan berukuran panjang kira-kira 14 mm (Yuanivar
1992).
Imago spesies ini merupakan ngengat dengan ukuran jantan lebih kecil
dari betina. Lama hidup imago jantan mencapai 4,8 hari, sedangkan imago betina
mencapai 5,2 hari pada suhu rata-rata 28 °C.

Pada suhu yang sama, siklus

hidupnya mencapai 25 hari (Yuanivar 1992).
Ulat Tanah
Taksonomi
Ulat tanah, Agrotis ipsilon (Hufnaker), tergolong dalam ordo Lepidoptera,
subordo Heterocera dan famili Noctuidae (Kalshoven 1981).

Dalam bahasa

inggris, hama ini dikenal dengan nama umum cutworm. Menurut Wintersteen
(1994), Agrotis ipsilon dan spesies ulat tanah yang lain merupakan spesies asli
Amerika Utara dan telah tersebar luas di dunia.
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi
Larva Agrotis spp.

berada dalam tanah, bersifat polifag dan rakus

(Kalshoven 1981). Kerusakan tanaman akibat aktvitas Agrotis spp. ini terlihat
melalui terpotongnya batang tanaman di atas permukaan tanah (Kalshoven 1981).
Pada pembibitan kedelai, larva merusak dengan memotong bibit tanaman kedelai
pada bagian bawah kotiledon (Wintersteen 1994).

A. ipsilon (Lepidoptera:

Noctuidae) berukuran panjang 6-38 mm (Wintersteen 1994); berwarna gelap
hingga coklat kehitaman, agak licin dan berkilat, serta terdapat pita berwarna
coklat pada kedua sisi abdomennya (Kalshoven 1981). Pupa berwarna coklat dan
terbentuk dalam tanah (Kalshoven 1981). Selanjutnya juga disebutkan bahwa

imago berwarna abu-abu pada bagian abdomen, sedangkan sayap berwarna abuabu dengan spot pada sayap depan brwarna hitam kecoklatan (Kalshoven 1981;
Wintersteen 1994).

Imago merupakan penerbang yang baik dan mampu

menghasilkan telur sebanyak 970 butir (Kalshoven 1981). Namun, di Bogor,
imago betina spesies ini mampu memproduksi telur sebanyak 1430-2775 butir
(Kalshoven 1981).

Lama perkembangannya (telur sampai imago) di Bogor

mencapai 36 hari (Kalshoven 1981).
Imago betina A. ipsilon mampu menghasilkan feromon pada hari keempat
setelah waktu pemunculan (Kalshoven 1981). Feromon ini merupakan bentuk
komunikasi interspesies dan secara kontinyu dikeluarkan betina yang belum
kawin.
Lalat Bibit
Taksonomi
Lalat bibit, Ophiomyia phaseoli (Tryon.), tergolong dalam ordo Diptera,
subordo Cyclorrapha, dan famili Agromyzidae (Kalshoven 1981). Spesies ini
dikenal dengan nama umum bean fly dan merupakan hama penting di pembibitan
(Kalshoven 1981). Saat ini telah terdistribusi di Filipina, Malaysia, Indonesia,
Taiwan, Srilanka, India, Afrika (Kalshoven 1981), Australia, Mesir, Israel, dan
Hawai (Rusamsi 1982).
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi
Imago meletakkan telur dekat kotiledon di pembibitan (Kalshoven 1981)
atau pada permukaan daun (Rusamsi 1982). Telur berwarna putih, berbentuk
lonjong, berukuran panjang 0,31 mm dan lebar 0,15 mm (Awaludin 1997).
Stadium telur mencapai dua hari (Rusamsi 1982). Awaludin (1997) melaporkan
bahwa stadium larva

berkisar antara tujuh sampai sepuluh hari.

Pupa yang

terbentuk berwarna kuning kecoklatan, berukuran panjang 3 mm dengan stadia
pupa berkisar antara 7-13 hari.

Di Jawa dengan ketinggian tempat di atas

permukaan laut, stadia larva berkisar antara 17-22 hari, sedangkan stadia pupa
berkisar antara 13-20 hari (Rusamsi 1982). Imago merupakan lalat berukuran
kerukuran kecil, berwarna hitam mengkilat (Rusamsi 1982).
mampu meletakkan telur sebanyak 100-300 butir (Kalshoven 1981).

Imago betina

Ulat Penjalin Daun Kedelai
Taksonomi
Ulat penjalin daun kedelai, Lamprosema indicata (Fabricius), tergolong
dalam ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae (Kalshoven 1981).
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biologi
Telur diletakkan soliter pada permukaan daun kedelai, terutama pada daun
yang belum membuka (Awaludin 1997), berwarna bening seperti embun. Larva
berwarna hijau mengkilap dengan kepala dan toraks berwarna kekuningan, serta
terdapat sepasang bercak hitam pada protoraks (Awaludin 1997). Dilaporkan
juga bahwa larva instar akhir berukuran panjang 20 mm dan imago merupakan
ngengat berwarna kuning kecoklatan dengan tiga garis coklat kehitaman pada
sayapnya.
Kepik Hijau
Taksonomi
Kepik hijau, Nezara viridula (Linnaeus), tergolong dalam ordo Hemiptera
dan famili Pentatomidae. Kepik ini dikenal dengan nama lain Green Stink Bug
dan kepik ijo (Kalshoven 1981). Sampai saat ini telah ditemukan menyerang
tanaman pertanian dan hortikultura di Ethiopia, Australia,

Eropa Selatan

(Waterhouse & Sands 2001), dan Indonesia (Kalshoven 1981).
Sejarah hidup, Morfologi, dan Biologi
Kepik N. viridula bersifat polifag, terutama pada padi dan kedelai
(Waterhouse & Sands 2001), jagung, tembakau, kentang, cabai, kapas (Kalshoven
1981). Imago N. viridula berwarna hijau dengan panjang sekitar 16 mm. Imago
betina mampu meletakkan telur sebanyak 40-80 butir pada daun tanaman inang
(Waterhouse & Sands 2001). N. viridula melewati lima stadia nimfa. Lama
perkembangan dari telur hingga dewasa memerlukan waktu 4-8 minggu dengan
siklus hidup total selama 60-80 hari. Kerusakan disebabakan oleh nimfa dan
imago yang mengeluarkan toksin bersama kelenjar saliva.

Toksin ini

menyebabkan daun dan pucuk yang diserang menjadi layu dan kering; polong
yang terserang menjadi menghitam, keriput dan mengempis (Indayani 2002).

Telur kepik ini diketahui dapat diparasit oleh parasitoid telur Gryon sp. (Wardani
2001), Ooencyrtus malayensis Ferr., dan Telenomus sp. (Kalshoven 1981).
Parasitoid Telur yang Berasosiasi dengan Tanaman Kedelai
Berbagai jenis parasitoid telur telah dilaporkan pernah diaplikasikan dalam
pengendalian hayati terhadap hama-hama pada berbagai tanaman pertanian.
Namun,

penggunaan parasitoid telur untuk mengendalikan hama-hama

pertanaman kedelai masih jarang.
Parasitoid telur yang pernah dilaporkan digunakan untuk pengendalian
hama pertanaman kedelai adalah Trichogramma chilonis terhadap Helicoverpa
armigera

(Hubner)

(Lepidoptera:

Noctuidae)

(Helinda

et

al.

1999),

Trichogrammatoidea bactrae bactrae terhadap Etiella sp. (Marwoto et al. 1996,
1999), Trichogrammatoidea armigera terhadap Etiella zinckenella (Meilin 1999)
dan Telenomus remus terhadap Spodoptera litura (Yuliarti 2002).

Informasi

mengenai parasitoid telur lain yang pernah dilaporkan penggunaannya pada
pertanaman lain di Indonesia (Meilin 1999, Yuliarti 2002, Moy 2005) disajikan
dalam Tabel 1.
Trichogramma

chilonis

dilaporkan

pernah

digunakan

untuk

mengendalikan hama H. armigera pada pertanaman kedelai di Indonesia. Hasil
penelitian terhadap pelepasan parasitoid telur secara inundasi dua kali seminggu
sebanyak 350.000 ekor per ha sejak 23 Hari Setelah Tanam (HST) ternyata telah
berhasil mengendalikan populasi H. armigera. Tingkat parasitisasi T. chilonis
terhadap telur H. armigera mencapai 50 % sedangkan pada petak kontrol, tingkat
parasitisasinya hanya 11 %. (Herlinda et al. 1999).
Trichogrammatoidea

bactrae

bactrae

juga

pernah

dilaporkan

penggunaannya utuk mengendalikan hama penggerek polong kedelai, Etiella
zinckenella, H. armigera, dan Chrysodeixis chalcites (Esper) (Lepidoptera:
Noctuidae) (Supriyatin & Marwoto 1996). Penelitian yang telah dilakukan di
Instalasi Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Muneng (Probolinggo)
dan Ngale (Ngawi) terhadap E. zinckenella menunjukkan semakin tinggi dosis dan
semakin sering parasitoid dilepas, tingkat parasitisasi semakin tinggi dan tingkat
kerusakan polong dapat ditekan (Supriyatin & Marwoto 1999).

Tabel 1 Parasitoid telur yang pernah digunakan di Indonesia
No.
1.

Spesies
Trichogramma
japonicum

Telur inang

Pustaka

Scirpophaga
incertulas

Padi

Mahrub (1993),
Soejitno (1989),
Meilin (1999)

Tryporyza
nivella

Tebu

Samoedi
(1988)

et

al.

Chillo auricilius Tebu

Samoedi
(1988)

et

al.

S. innotata

Padi

Kalshoven (1981)

Helicoverpa
armigera

Bawang

Shepard & Barrion
(1998)

Kapas

Nurindah &
Bindra (1989)

E. zinckenella

Tebu

Nagarkatti &
Nagaraja (1997)

Crocidolomia
binotalis

Kol
& Meilin (1999)
kembang
kol)

S. incertulas

Tebu

Meilin (1999)

H. armigera

Kapas

Meilin (1999)

Plutella
xylostella

Jagung

Moy (2005),

2.

Trichogramma
chilonis

3.

Trichogrammatoidea H. armigera
armigera

4.

Tanaman

Kol
& Meilin (1999)
kembang
kol

Trichogrammatoidea P. xylostella
cojuangcoi
H. armigera

Kol
& Meilin (1999)
kembang
kol)
Jagung

Moy (2005)

Trichogrammatoidea armigera diketahui memarasit E. zinckenella pada
pertanaman kedelai (Meilin 1999).

Namun, belum ada laporan mengenai

keefektifannya dalam mengendalikan E. zinckenella.
Telenomus remus dilaporkan dapat memarasit telur S. litura pada
pertanaman kedelai di Cianjur dan Karawang, masing-masing dengan tingkat
parasitisasi sebesar 53, 80 % dan 2, 50 % (Yuliarti 2002).

Trichogrammatoidea spp. dan Trichogramma spp.
Taksonomi
Trichogrammatoidea

dan

Trichogramma

termasuk

dalam

ordo

Hymenoptera, subfamili Apocrita, superfamili Chalcidoidea, dan famili
Trichogrammatidae (Borror et al. 1992).

Berdasarkan cara penyerangannya,

tergolong parasitoid dalam (endoparasitoid) karena Trichogrammatoidea spp. dan
Trichogramma sp. berkembang di dalam inangnya. Trichogrammatoidea spp. dan
Trichogramma spp. menyelesaikan perkembangannya pada stadia inang yang
diletaki telur atau dikenal idiobiont (Godfray 1994).
Dalam penelitian terhadap pengendalian hama ordo Lepidoptera yang
pernah dilakukan di Philipina, Alba (1988) melaporkan bahwa enam spesies
Trichogrammatoidea diketahui efektif memarasit telur hama Lepidoptera pada
berbagai inang tanaman.
Sejarah Hidup, Morfologi, dan Biolog