Pengembangan agen fitoterapi tanaman Blimbing wuluh (AverrhoabilimbiL.) & Daun tapak dara (Catharanthusroseus G) sebagai agen hipoglikemik (Uji keamanan, formulasi dan pengembangan kemasan produk)

LAPORAN AKHIR
HIBAH BERSAING

Pengembangan agen fitoterapi tanaman Blimbing wuluh (AverrhoabilimbiL.) &
Daun tapak dara (Catharanthusroseus G) sebagai agen hipoglikemik
(Uji keamanan, formulasi dan pengembangan kemasan produk)
Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun

Oleh

Dr.dr. EM Sutrisna,M.Kes
NIDN.0620087001
Tanti AzizahS.MSc.Apt
NIDN.0605087601
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2014

ABSTRAK
Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) & Daun tapakdara (Catharanthusroseus G) dalam
penelitian sebelumnya telah terbukti mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih
jantan galur Wistar yang diindukasi aloksan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi

kedua ekstrak tersebut dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Pada tahun kedua ini peneliti melakukan uji ketoksikan akut dan subkronis dari
kombinasi blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) & Daun tapak dara (Catharanthus roseus G)
dengan dosis (40:40 mg/kgbb) dan (80:80 mg/kgbb). UJi ketoksikan akut dilakukan selama 14
hari, sedang uji ketoksikan subkronis dilakukan selama 90 hari.
Hasil uji ketoksikan akut didapatkan data bahwat idak ada perbadaan bermakna dari berat
badan antara kontrol negatif dengan perlakuan ekstrak. Tidak ada perubahan sifat defekasi dan
kesadaran sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. LD50 kombinasi ekstrak etanol 70%
Blimbing wuluh (AverrhoabilimbiL.) & Daun tapak dara (Catharanthusroseus G) perbandingan
1:1 dengan metode Miller tainter adalah 16142 mg/kgbb. Pada ketoksikan sub kronis didapatkan
bahwa pemberian kombinasi ektrak selama 90 peroral tidak menimbulkan perubahan pada profil
darah rutin, fungsi hepar maupun fungsi ginjal. Sediaan ekstrak dibuat dalam bentuk kapsul.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kombinasi ekstrak etanol 70% Blimbing wuluh
(AverrhoabilimbiL.) & daun Tapak dara (Catharanthusroseus G) perbandingan 1:1 relatif aman
dan relative tidak toksik
Kata Kunci: Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.), Tapak dara (Catharanthusroseus G), uji
keamanan

Prakata


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT karena limpahan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis berhasil menysun Laporan penelitian hibah bersaing tahun ke
duadengan judul “Pengembangan agen fitoterapi tanaman Blimbing wuluh (AverrhoabilimbiL.)
& Daun tapak dara (Catharanthusroseus G) sebagai agen hipoglikemik” (Uji keamanan,
formulasi dan pengembangan kemasan produk )ini.
Laporan kemajuan ini disusun untuk memenuhi kewajiban penyusunan laporan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penelitian. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan
ini sehingga kritik dan saran sangat kami nantikan.
Terima kasih
Surakarta, November 2014

EM Sutrisna

Bab 1.

Pendahuluan
Penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit indokrin yang paling sering dijumpai di
Indonesia. Jumlah penderita penyakit Diabetes melitus setiap tahunnya terus meningkat. Data
yang dipublikasikan dalam jurnal Diabetes Care tahun 2004, pada tahun 2000 penderita diabetes
di Indonesia mencapai 8,4 juta orang (Subroto, 2006) dan Menurut data WHO, Indonesia

menempati urutan ke-4 penderita DM diidunia dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk
(Anonim, 2005).
Pada tahun pertama, peneliti telah mendapatkan data bahwa kombinasi blimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) & Daun tapak dara (Catharanthus roseus G) dosis IV (40:80 mg/kgbb)
dan kelompok V (80:40 mg/kgbb) mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah pada hari
7. Pada hari ke 9;13 dan 19 kombinasi dosis I ((40:40 mg/kgbb), II dan III mempunyai efek
menurunkan kadar glukosa darah (P0,05).
Melihat Hasil pada penelitian tahun pertama, peneliti melanjutkan dengan uji keamanan,
formulasi dan pengembangan kemasan produk.

B. Tujuan Khusus
Penelitian ini merupakan penelitian multitahun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Tujuan jangka panjang:
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah pemanfaatan secara maksimal biodiversitas
hayati Indonsia untuk meningkatkan derajad kesehatan, sehingga dalam pengelolaan
kesehatan Indonesia tidak tergantung lagi pada obat-obat sintetik yang masih diimpor
dari Luar negri, tetapi lebih mengandalkan Obat herbal produksi Indonesia
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mendapatkan produk berupa obat herbal
terstandar untuk penyait kencing manis (DM) berbahan dasar ekstrak etanol 70%

tanaman blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) & Daun tapak dara (Catharanthus roseus
G)

C. Urgensi Penelitian
Jumlah penderita penyakit DM terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data yang
dipublikasikan dalam jurnal Diabetes Care tahun 2004, penderita diabetes di Indonesia pada
tahun 2000 mencapai 8,4 juta orang (Subroto, 2006) dan hasil survey yang dilakukan oleh
organisasi kesehatan dunia WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dengan prevalensi
8,6% dari total penduduk dalam jumlah penderita penyakit DM (Anonim, 2005). Dengan
meningkatnya prevalensi DM di Indonesia dapat menimbulkan dampak negatif berupa
penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM) akibat sifat penyakit yang menahun.
Pengobatan yang dilakukan tidak murah karena penderita DM harus mengkonsumsi obat dalam
jangka waktu yang cukup lama. Padahal obat sintetis kimia (obat konvensional) yang dikonsumsi
dan beredar di pasaran cukup mahal.
Indonesia memiliki alam yang menyediakan beragam tanaman obat berkhasiat untuk
mengatasi berbagai macam penyakit. Tanaman-tanaman yang diduga berkhasiat untuk
pengobatan, sebenarnya telah digunakan secara tradisional. Obat tradisional ini penggunaannya
secara turun temurun, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan lebih

menekankan pada keluhan-keluhan subjektif (Subroto, 2006). Saat ini penggunaan obat-obatan

dari bahan alami (obat herbal) dalam pengobatan semakin meningkat. Obat herbal memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki obat-obatan sintetis kimia yaitu efek samping relatif kecil dan lebih
ekonomis. Namun, bukti ilmiahnya pada umumnya masih sangat sedikit, sementara tuntutan
bukti-bukti ilmiah dari pengguna obat tradisional semakin meningkat dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan.
Tanaman obat terbukti merupakan salah satu sumber bagi bahan baku obat DM karena
pada tanaman tersebut memiliki senyawa-senyawa yang berkhasiat sebagai antidiabetes mellitus.
Penelitian bahan obat berbentuk tunggal maupun ramuan dalam industri jamu biasanya
didasarkan atas pemakaian empiris secara turun temurun oleh masyarakat.
Pengobatan DM yang selama ini dilakukan adalah dengan obat sintetik berupa injeksi
Insulin maupun dengan obat antidiabetik (golongan sulfonilurea, biguanid, tiazolodinedion,
acarbose dan meglitinide). Obat obat sintetik tersebut banyak kontraindikasi dan menimbulkan
efek samping antaralain: lipodistrofi pada tempat suntikan insulin, gangguan saluran cerna, laktat
asidosis (metformin), gangguan penglihatan (sulfonilurea), nafsu makan berkurang dan lain-lain.
Obat tersebut tidak boleh diberikan (kontraindikasi) pada penderita dengan gangguan fungsi hati,
ganguan ginjal, hamil & menyusui(untuk obat oral)
Karena banyaknya kontraindikasi dan efek samping tersebut maka perlu dikembangkan
suatu penemuan obat DM yang relatif minimal efek samping dengan bahan baku dari tanaman
asli Indonesia
Penemuan agen fitoterapi untuk DM ini menjadi sangat penting karena beberapa alasan:

1. Insidensi penyakit Diabetes mellitus (DM) sangat besar di Indonesia
2. Biodiversitas hayati Indonesia yang besar sehingga usaha-usaha eksplorasi penemuan
obat herbal terstandar dengan tanaman asli Indonesia menjadi suatu kebutuhan yang
mutlak
3. Banyaknya efek samping pada pemakaian obat sintetik DM
4. Pengembangan obat herbal terstandar berkualitas berbahan baku tanaman asli Indonesia
pada akhirnya akan meningkatkan taraf ekonomi petani

Peneliti dengan tim selama beberapa tahun telah melakukan penelitian antidiabetes dengan
tujuh macam tanaman antara lain: blimbing wuluh, daun tapak dara, ceplukan, keji beling,
seledri, daun sendok, & jambu biji yang diujikan pada hewan uji tikus dan kelinci. Kesemua
tanaman tersebut mempunyai efek menurunkan gula darah. Penelitian yang telah dilakukan tim
peneliti terhadap blimbing wuluh dan daun tapak dara menggunanakan metode induksi aloksan,
sedangkan terhadap 5 tanaman lain dengan metode toleransi glukosa.
Dari ketujuh tanaman tersebut hasil yang signifikan adalah sebagai berikut: ekstrak etanol
70% buah belimbing wuluh, dosis 20 mg/200 grBB, 40 mg/200 grBB, 80 mg/200 grBB mampu
menurunkan kadar glukosa darah dengan PKGD (Penurunan Kadar Glukosa Darah) berturutturut 42.72%, 43.3% dan 58.95% (Mulyadin & Sutrisna, 2012), ekstrak etanol 70% daun tapak
dara (Catharanthus roseus), dosis 20 mg/200 grBB, 40 mg/200 grBB, 80 mg/200 grBB mampu
menurunkan kadar glukosa darah dengan PKGD (Penurunan Kadar Glukosa Darah) berturutturut 43.56%, 53.7% dan 58.8% (Putro & Sutrisna, 2012), tanaman buncis (Phaseolus vulgaris
L) dosis 200, 300 dan 450 mg/kgBB memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah dengan

persentase penurunan kadar glukosa darah (% PKGD) masing-masing 16,00%, 27,59% dan
50,863% (Erlita et al., 2008), sedang herba jaka tuwa dalam bentuk ekstrak etanol dosis 100
mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB mempunyai efek penurunan kadar glukosa darah
terbesar dengan persen penurunan kadar glukoa darah (%PKGD) masing-masing sebesar
83,59 0,59%; 82,69 0,02 %dan 85,17 0,38 % (Siswandari et al, 2008). Melihat potensi ini
maka peneliti mencoba mengembangkan potensi tanaman blimbing wuluh dan daun tapak dara
tersebut dalam kombinasi 2 ekstrak etanol sebagai obat herbal terstandar antidiabetes.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ali A, Alkhawajah A, Randhawa MA, Shaikh NA. Oral and intraperitoneal LD50 of
thymoquinone, an active principle of Nigella sativa, in mice and rats. J Ayub Med
Coll Abbotabad 2008;20(2):25–7.
Anonim, 1993, Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka Penapisan Farmakologi,
Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 15-16, Pengembangan dan Pemanfaatan
Obat Bahan Alam, Jakarta.
Anonim, 2000, IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia), 263-269, Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim,

2005,


Diabetes

Mellitus

Masalah

Kesehatan

Masyarakat

yang

Serius,(online),(http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewart
icle&sid=942&itemid=2, diakses 22 Jan 2009).
Anonim, 2007, Acarbose, (online), (http://www.wikipedia.org/wiki/Acarbose, diakses 15
Agustus 2007)
Carol S A (1995) Acute, Subchronic, and Chronic Toxicology. In: Michael, J.D., ManfredAH.
Eds. CRC Handbook of Toxicology. US. CRC Press
Dheer R. dan Bhatnagar P., 2010. A study of the Antidiabetic Activity of Barleria prionitis

Linn. Indian Journal of Pharmacology. Vol 42 (2): 70-3.
DiPiro, T, 2002, Pharmacotherapy, Mc Grwill, USA
Erlita, B., Sutrisna, E. & Munawaroh, R., 2008, Efek hipoglikemik infusa buah buncis
(Phaseolus vulgaris L) pada kelinci jantan yang dibebani glukosa, Skripsi, Farmasi,
UMS, Surakarta
Eryzal, R 2002, Perkembangan Penemuan Obat Antidiabetes Pada Industri Farmasi,
disampaikan pada Seminar Nasional “Terapi Diabetes Mellitus secara Medis dan
Alternatif” , Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gembong T., 1998. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: UGM Press

Katzung, B.G.,2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Buku 2, Edisi 8, 671-673, Penerjemah dan
Editor Bag Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Salemba
Medika, Jakarta
Lathifah Q. A., 2008. Antibakteri Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dengan
Variasi Pelarut, skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang. Malang
Miller LC, Tainter ML. Estimation of LD50 and its error by means of log-probit graph paper.
Proc Soc Exp Bio Med 1944;57:261.Inc. pp:51-104
Mulyadin, Sutrisna,E.M. & Ermawati, S., 2012, Uji efek ekstrak etanol 70% buah belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan galur

wistar, Skripsi, Kedokteran, UMS, Surakarta
Nwachukwu D. C., Okwuosa C.N., Achukwu P.U., Azubieke N., Eze G., 2010. Investigation of
the Anti-Hyperglycaemic Effect of the Leaf Extracts of Solanum Dulcamara in
Diabetic Rats. Indian Journal of Novel Drug delivery. Vol 2: 138-43
Onyeyilli P.A., Iwuoha, C.L & Akinniyi, J.A.,

1998, Chronic toxicity study of Fiscus

Platyphylla blumme in rats, West Afric J Pharmacol.Drugs Res., 14, 27-30
Putro, M.A.S., Sutrisna, E.M., 2012, Uji

Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Tapak Dara

(Catharanthus roseus G) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur
Wistar, Skripsi, Kedokteran, UMS, Surakarta
Santoso, M.H., dan Zaini, N. C., 2002, Prospek, Tantangan Penelitian, dan Pengembangan
Tanaman Obat Untuk Terapi Diabetes, Seminar Nasional Diabetes Mellitus, Fakultas
Farmasi, universitas Muhammadiyah Surakarta
Siswandari, I.S., Sutrisna, E. & Sriwahyuni, A., 2008, Uji penurunan kadar glucosa darah ekstrak
etanol 70% herba jaka tua (Scoparia dulcis L.) pada kelinci jantan yang dibebani

glucosa, Skripsi, Farmasi, UMS, Surakarta
Soedibyo B. R. A. M., 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta: Balai
Pustaka. pp: 81.
Sofiudin, D, 2011, Statistik untuk kedokteran dan Kesehatan, EGC, Jakarta
Subroto, 2006, Ramuan Herbal untuk Diabetes Melitus, 41, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarsono P. N., Gunawan D., Wahyuono S., Donatus I.A., Purnomo, 2002. Tumbuhan Obat II :
Hasil Penelitian, Sifat-Sifat, dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Studi Obat
Tradisional UGM. pp: 15-7
Suharmiati, dan Handayani, 2006, Cara Benar Meracik Obat Tradisional, PT. Agromedia
Pustaka, Yogyakarta,
Syed Imtiaz Haider,Syed Erfan Asif, Cleaning Validation Manual: A Comprehensive Guide for
the Pharmaceutical and Biotechnology Industries 2010, Taylor & Francis group,
ISSN 978-1-14398-26607,New York, hal 57
Tjay, T.H. dan Rahardja K., 2002, Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek
Sampingnya, Edisi V, 693-704, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Wijayakusuma H., 2004. Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Jakarta: Puspa Swara.